Professional Documents
Culture Documents
Ma’asyiralَّmusliminَّrahimakumullah,
َّان يَتَذَك َُّر يَ ْو َمئِذ ِ ْ ال ِذِّ ْك َرى لَ َّهُ َوأَنى. ل
َ اْل ْن
َُّ س َُّ ت لَ ْيتَنِي يَا يَقُو
َُّ ِل َحيَاتِي قَد ْم
“Padaَّhariَّituَّingatlahَّmanusia,َّakanَّtetapiَّtidakَّbergunaَّlagiَّmengingatَّituَّbaginya.َّDiaَّ
mengatakan:َّ‘Alangkahَّbaiknyaَّkiranyaَّakuَّdahuluَّmengerjakan (amal shalih) untuk hidupku
(diَّakhirat)َّini’.”َّ(Al-Fajr: 23-24)
Di dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita akan menjumpai hari-hari yang Allah l berikan
keutamaan di dalamnya. Yaitu dengan dilipatgandakannya balasan amalan dengan pahala yang
berlipat, tidak seperti hari-hari biasanya. Di antara hari-hari tersebut adalah sepuluh hari pertama
di bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam sabda Nabi n:
ن َما َّْ ل أَيامَّ ِم َُّ ح ْالعَ َم َُّ للاِ ِإلَى أَ َحبَّ فِ ْي َها الصا ِلـ َّ ن َّْ ام َه ِذ َِّه ِمَِّ اْألَي- ام يَ ْعنِي ََّ أَي
العَ ْش َِّر. ْ قَالُ ْوا: ل َيا ََّ س ْوُ للاِ َرَّ ، َل
َّ ـج َها َّدُ َو ِ ل ِفي ْال َِّ سبِ ْي َ ل للاِ؟ ََّ قَا: َلَّ ـج َها َّدُ َوِ ْال
ل فِي َِّ سبِ ْي َّ َّلً إِل
َ ِللا َّ ج َر ُج ََّ ن يَ ْر ِج َّْع َّلَـ َّْم ثُمَّ َو َما ِل َِّه بِنَ ْف ِس َِّه خ ََر َّْ ك ِم ََّ ش ْيءَّ ذَ ِل َ ِب
“TidaklahَّadaَّhariَّyangَّamalَّshalihَّdiَّdalamnyaَّlebihَّdicintaiَّolehَّAllahَّdariَّhari-hari tersebut
(yaituَّsepuluhَّhariَّpertamaَّbulanَّDzulhijah).”َّParaَّsahabatَّpunَّbertanya:َّ“WahaiَّRasulullah,َّ
apakah jihad di jalan Allah tidakَّlebihَّutama?”َّRasulullahَّnَّberkata:َّ“Tidaklahَّjihadَّlebihَّ
utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan
hartanya,َّkemudianَّtidakَّkembaliَّdenganَّkeduanyaَّ(karenaَّmatiَّsyahid).”َّ(HR.َّAl-Bukhari)
“DanَّsupayaَّmerekaَّberdzikirَّmenyebutَّnamaَّAllahَّpadaَّhariَّyangَّtelahَّditentukan.”َّ(Al-Hajj:
28)
Diterangkan oleh para ulama bahwa hari-hari yang ditentukan pada ayat tersebut adalah sepuluh
hari awal bulan Dzulhijjah. Maka hadits dan ayat tadi menunjukkan keutamaan hari-hari tersebut
dan betapa besarnya rahmat Allah l kepada hamba-hamba-Nya. Karena Allah l masih
memberikan kesempatan bagi orang yang belum mampu menjalankan ibadah haji untuk
mendapatkan keutamaan yang besar pula, yaitu beramal shalih pada sepuluh hari pertama di
bulan Dzulhijjah. Sehingga sudah semestinya kaum muslimin memanfaatkan sepuluh hari
pertama ini dengan berbagai amalan ibadah, seperti berdoa, dzikir, sedekah, dan sebagainya.
Termasuk amal ibadah yang disyariatkan untuk dikerjakan pada hari-hari tersebut –kecuali hari
yang kesepuluh– adalah puasa. Apalagi ketika menjumpai hari Arafah, yaitu hari kesembilan di
bulan Dzulhijjah, sangat ditekankan bagi kaum muslimin untuk berpuasa yang dikenal dengan
istilah puasa Arafah, kecuali bagi jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah. Hal ini sebagaimana
yang disabdakan oleh Nabi n ketika ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau n menjawab:
Adapun bagi para jamaah haji, mereka tidak diperbolehkan untuk berpuasa, karena pada hari itu
mereka harus melakukan wukuf. Karena mereka memerlukan cukup kekuatan untuk
memperbanyak dzikir dan doa pada saat wukuf di Arafah. Sehingga pada hari tersebut kita
semua berharap untuk mendapatkan keutamaan yang sangat besar serta ampunan dari Allah l.
Karena Nabi n menyebutkan bahwa hari itu adalah hari pengampunan dosa-dosa dan hari
dibebaskannya hamba-hamba yang Allah l kehendaki dari api neraka. Sebagaimana dalam sabda
beliau n:
Hadirin rahimakumullah,
Pada bulan Dzulhijjah juga ada hari yang sangat istimewa yang dikenal dengan istilah hari nahr.
Yaitu hari kesepuluh di bulan tersebut, di saat kaum muslimin merayakan Idul Adha dan
menjalankan shalat Id serta memulai ibadah penyembelihan qurbannya, sementara para jamaah
haji menyempurnakan amalan hajinya. Begitu pula hari-hari yang datang setelahnya, yang
dikenal dengan istilah hari tasyriq, yaitu hari yang kesebelas, keduabelas, dan ketigabelas. Allah
l mengkhususkan hari-hari tersebut sebagai hari-hari untuk makan, minum, dan berdzikir. Dan
hari-hari itulah yang menurut keterangan para ulama adalah hari yang disebutkan dalam firman
Allah l:
“Danَّberdzikirlahَّ(denganَّmenyebut)َّAllahَّdalamَّbeberapaَّhariَّyangَّberbilang.”َّ(Al-Baqarah:
203)
“Hari-hari Mina (hari nahr dan tasyriq) adalah hari-hari makan dan minum serta berdzikir kepada
Allahَّl.”َّ(HR.َّMuslim)
Berkaitan dengan dzikir yang Allah l perintahkan kaum muslimin untuk banyak
mengucapkannya pada hari-hari tasyriq dan hari-hari sebelumnya di awal bulan Dzulhijah, para
ulama dalam Al-Lajnah Ad-Da`imah menyebutkan fatwa sebagai berikut:
“DisyariatkanَّpadaَّIdulَّAdhaَّtakbirَّmutlakَّdanَّtakbirَّmuqayyad.َّAdapunَّtakbirَّmutlakَّmakaَّ
(disyariatkan untuk dilakukan) pada seluruh waktu dari mulai awal masuknya bulan Dzulhijah
sampai hari yang terakhir dari hari-hari tasyriq. Sedangkan takbir muqayyad (disyariatkan untuk
dilakukan) pada setiap selesai shalat wajib mulai dari setelah selesai shalat subuh pada hari
Arafahَّsampaiَّsetelahَّshalatَّ‘Ashrَّpadaَّakhirَّhariَّtasyriq.َّDanَّpensyariatkan hal tersebut
ditunjukkanَّolehَّijma’َّdanَّperbuatanَّparaَّsahabatَّg.”
Sebagaimana ibadah lainnya, dzikir juga merupakan suatu amalan yang tata caranya tidak boleh
menyimpang dari petunjuk Nabi n. Sehingga para ulama juga memberikan peringatan dari
dilakukannyaَّtakbirَّsecaraَّjama’i,َّkarenaَّhalَّituَّtidakَّpernahَّdilakukanَّolehَّNabiَّnَّdanَّAl-
Khulafa` Ar-Rasyidin. Yang dimaksud di sini adalah takbir yang diucapkan secara bersama-sama
dengan satu suara dan dipimpin oleh seseorang. Hal ini sebagaimana tersebut dalam fatwa para
ulama dalam Al-Lajnah Ad-Da`imahَّyangَّisinya:َّ“(Yangَّbenar)َّadalahَّsetiapَّorangَّmelakukanَّ
takbir sendiri-sendiri dengan suara keras. Karena sesungguhnya takbir dengan cara bersama-
bersama (dengan satu suara yang dipimpin oleh seseorang) tidak pernah dilakukan oleh Nabi n.
Dan beliau n telah bersabda:
“Barangsiapaَّyangَّmengamalkanَّamalanَّyangَّtidakَّadaَّsyariatnyaَّdariَّkamiَّmakaَّamalanَّ
tersebutَّditolak.”َّ(HR.َّAl-Bukhari Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita berusaha memanfaatkan hari-hari yang penuh dengan keutamaan untuk
menambah dan meningkatkan amal shalih kita. Begitu pula kita manfaatkan waktu yang ada
untuk memperbanyak dzikir kepada Allah l. Sehingga kita akan menjadi orang yang
mendapatkan kelapangan hati, senantiasa takut kepada-Nya dan terjaga dari gangguan setan,
serta faedah lainnya dari amalan berdzikir kepada Allah l.
ُ َللِ أ
ُع ْو َّذ َّ ن ِبا
ََّ ان ِم َ الر ِجي َِّْم الش ْي. ل ِلي َوا ْش ُك َُّروا أَ ْذ ُك ْر ُك َّْم فَا ْذ ُك ُرونِي
َِّ ط َّ َ َو
َِّ تَ ْكفُ ُر
ون
َّار َك َ َللاُ ب َّ يَّْ آن فِي َولَ ُك َّْم ِل َِّ العَ ِظي َِّْم ْالقُ ْر،
ْ ي َّْ ِن فِ ْي َِّه بِ َما َوإِيا ُك َّْم َونَفَعَن ََّ ت ِم َِّ ْاْليَا
ال َح ِكي َِّْم َوال ِذِّ ْك َِّر.ْ ل َُّ ن َما أَقُ ْوََّ للاَ َوأَ ْست َ ْغ ِف َُّر تَ ْس َمعُ ْو
َّ ي َّْ سائِ َِّر َولَ ُك َّْم ِل ََّ ْال ُم ْس ِل ِمي
َ ْن َو ِل
َّْ ل ِم
ن َِِّّ ذَ ْنبَّ َُّك، ُالر ِح ْي َُّم اْلغَفُ ْو َُّر ُه ََّو إِن َّهُ فَا ْستَ ْغ ِف ُر ْو َّه
Khutbah Kedua
Ma’asyiralَّmusliminَّrahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dengan selalu menjalankan berbagai ketaatan
kepada-Nya. Di antara bentuk ketaatan yang sangat besar keutamaannya dan sangat penting
untuk mendekatkan diri kepada Allah l adalah menyembelih binatang qurban. Amalan ini
merupakan sunnah Nabi Ibrahim q dan Nabi kita Muhammad n. Maka seorang muslim yang
memiliki kemampuan semestinya menjalankan amal ibadah yang mulia ini, yaitu menyembelih
hewan qurban, baik dia lakukan sendiri dan ini lebih afdhal, atau meminta orang lain yang
mengetahui hukumَّdanَّcaraَّpenyembelihanَّyangَّsyar’iَّuntukَّmelakukanَّpenyembelihannya.َّ
Namun tidak boleh baginya untuk membayar upah penyembelihannya dengan sebagian dari
hewan qurbannya, baik itu kepalanya, kulitnya, atau yang semisalnya. Meskipun boleh baginya
untuk memberinya sebagai sedekah sebagaimana diberikan kepada yang lainnya dari kalangan
fakir miskin. Atau bisa pula dia memberikan sebagian dari hewan qurbannya sebagai hadiah,
sebagaimana dia berikan pula kepada yang lainnya baik tetangga ataupun kerabatnya meskipun
mereka orang yang kaya. Dan disunnahkan bagi orang yang berqurban untuk memakan hewan
sembelihannya, namun tidak boleh baginya untuk menjual bagian apapun dari hewan
sembelihannya. Begitu pula tidak boleh bagi orang yang berqurban untuk memotong rambut dan
kukunya dari mulai masuknya awal bulan Dzulhijah sampai dia melakukan ibadah
penyembelihan hewan qurban. Yang demikian tadi disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih.
Disebutkan pula dalam hadits Nabi n, bahwa untuk melaksanakan ibadah qurban ini, tujuh orang
atau kurang bisa bergabung secara bersama-sama dengan menyembelih seekor onta atau sapi.
Begitu pula bisa dengan menyembelih seekor kambing, namun itu hanya mencukupi untuk satu
orang. Namun dengan menyembelih satu ekor kambing sudah mencukupi untuk diri dan
keluarganya, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Dengan cara dia
niatkan pahalanya untuk dirinya dan seluruh keluarganya baik yang hidup maupun yang telah
meninggal dunia1. Maka semua akan mendapat keutamaan dan pahala yang sangat besar.
Wallahuَّa’lamَّbish-shawab.
Hadirin rahimakumullah,
Ibadah menyembelih qurban ini harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah
disyariatkan. Baik yang berkaitan dengan waktu penyembelihan maupun yang berkaitan dengan
kriteria dan syarat-syarat hewan yang bisa dijadikan sebagai hewan qurban. Adapun yang
berkaitan dengan waktu penyembelihan, waktunya adalah dimulai dari setelah selesai shalat Idul
Adha dan berakhir waktunya menurut pendapat yang benar hingga tenggelamnya matahari pada
hari ketiga belas di bulan Dzulhijjah. Nabi n bersabda:
ََّ ل ذَ َب
َّح َم ْن ََّ ن قَ ْب ََّ ِّص ِل
َّْ َي أ َّْ أ ُ ْخ َرى َم َكانَ َها فَ ْل َي ْذ َب
َ ُح ي
“Barangsiapaَّyangَّmenyembelihَّsebelumَّshalat,َّmaka sembelihlah (lagi) kambing untuk
menggantikanَّkambingَّ(yangَّdisembelihَّsebelumَّsaatnya)َّtersebut.”َّ(Muttafaqunَّ‘alaih)
Adapun berkaitan dengan syarat hewan yang akan dijadikan sebagai hewan qurban, hewan
tersebut harus sudah mencapai umur yang telah ditentukan. Juga sebagaimana disebutkan dalam
sabda Nabi n, hewan itu bukanlah hewan yang buta satu matanya dan sangat jelas butanya, serta
bukan pula hewan yang terkena sakit dan sangat jelas sakitnya. Bukan pula hewan yang pincang
sehingga tidak bisa berjalan mengikuti lainnya, serta bukan hewan yang sudah sangat tua
sehingga tidak pantas untuk dikonsumsi dagingnya. Oleh karena itu, wajib bagi kaum muslimin
untuk belajar dan bertanya kepada ahlinya tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah qurban
ini.
Hadirin rahimakumullah,
Semestinya seseorang yang berqurban berusaha untuk mencari sebaik-baik hewan yang akan
dijadikan sebagai hewan qurban. Hewan yang tinggi nilai/harganya, seperti yang banyak
dagingnya, bagus warnanya, dan kuat/sehat tubuhnya, atau yang semisalnya. Karena, yang
demikianَّtermasukَّbentukَّpengagunganَّterhadapَّsyi’ar-syi’arَّAllahَّlَّyangَّmenunjukkanَّ
besarnya ketakwaan dirinya. Hal ini sebagaimana tersebut dalam firman Allah l:
“Danَّbarangsiapaَّmengagungkanَّsyi’ar-syi’arَّAllah,َّmakaَّsesungguhnyaَّituَّmenunjukkanَّ
ketakwaanَّhati.”َّ(Al-Hajj: 32)