You are on page 1of 10

PENGARUH INDUSTRI GULA AREN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN

RUMAH TANGGA PEMILIK INDUSTRI DI KECAMATAN SOBANG, KABUPATEN


LEBAK

Glori Giovani
gloriglorigiovani@yahoo.co.id

Joni Purwohandoyo
jonipurwo@ugm.ac.id

ABSTRACT

Lebak Regency is one of the largest palm sugar producer in Indonesia. It will can affect
to the prosperity of the industry’s owner. This research are aimed to describe the
characteristics of palm sugar industry, explains the industry's influence to the prosperity of the
household palm sugar industry, and analyze prospects for the development of palm sugar
industry in Sobang District.
This research is using survey method with quantitative approach.The sampling
technique were used simple random sampling. The analysis technique that were used are
descriptive statistics, crosstab analysis, and quantitative SWOT analysis.
The results of the research shows that palm sugar industry in Hariang village is home
industry that still traditional. Majority owner of palm sugar industry is still at a low level of
welfare. It because of the age factor, the limitation of technology, and limitation of education.
Variabel with significantly affect the household welfare level is the amount of income, raw
material, products, and the tree that was extracted. SWOT analysis showed that palm sugar
industry in Hariang village is in quadrant II. The recommended development strategy is
diversification strategy.

Keywords: Characteristics of Industrial, Influence of Industry, SMEs, Welfare.

ABSTRAK

Kabupaten Lebak merupakan salah satu penghasil gula aren terbesar di Indonesia. Hal
tersebut tentunya dapat mempengaruhi kesejahteraan para pemilik industri. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik industri gula aren, menjelaskan pengaruh
industri terhadap kesejahteraan rumah tangga pemilik industri, dan menganalisis prospek
pengembangan industri gula aren Kecamatan Sobang.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik analisis yang
digunakan adalah statistik deskriptif, analisis crosstab, dan analisis SWOT kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan industri gula aren Desa Hariang merupakan industri
rumah tangga yang masih tradisional. Mayoritas pemilik industri berada pada tingkat
kesejahteraan rendah. Hal ini disebabkan karena faktor usia, keterbatasan teknologi, dan
keterbatasan pendidikan. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pemilik
industri adalah pendapatan, jumlah bahan baku, jumlah produksi, dan jumlah pohon yang
disadap. Analisis SWOT menunjukan industri gula aren Desa Hariang berada pada kuadran II.
Strategi pengembangan yang disarankan adalah diversifikasi strategi.

Kata Kunci: Karakteristik Industri, Pengaruh Industri, UKM, Tingkat Kesejahteraan.


PENDAHULUAN pencaharian penting bagi para petani di
Tingginya angka kemiskinan di sentra-sentra produksinya. Salah satu sentra
negeri ini menuntut banyaknya peran produksi gula aren Indonesia adalah di
pemerintah untuk menyelesaikan persoalan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
tersebut, salah satunya adalah melalui Kabupaten Lebak memiliki komoditas
program pembangunan ekonomi. Dewasa unggulan berupa gula aren. Pohon aren
ini dalam pembangunan ekonomi tidak merupakan salah satu tanaman yang tumbuh
terlepas dari beberapa sektor, salah satunya subur dan banyak ditemukan di Kabupaten
ialah sektor industri. Kegiatan industri saat Lebak.
ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar Penelitian ini bertujuan untuk
saja, tetapi juga di perdesaan. Industri di mendeskripsikan karakteristik industri gula
perdesaan tumbuh dan berkembang pesat, aren, menjelaskan pengaruh industri gula
hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan aren terhadap kesejahteraan rumah tangga
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia pemilik industri, dan menganalisis prospek
yang melimpah. Salah satu strategi pengembangan industri gula aren
industrialisasi perdesaan yaitu melalui Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak.
industri pertanian (agroindustri).
Agroindustri mulai banyak dilirik dan TINJAUAN PUSTAKA
diminati oleh masyarakat desa, serta banyak Perwujudan dari pengembangan
diaplikasikan melalui berbagai unit usaha ekonomi lokal salah satunya ialah melalui
kecil dan menengah (UKM). Usaha kecil usaha kecil dan menengah yang diupayakan
telah menjadi obat mujarab dalam mengatasi oleh masyarakat lokal. UKM merupakan
masalah perekonomian. Hal ini disebabkan stimulus perekonomian pada negara
karena usaha kecil dianggap lebih stabil dan berkembang. Menurut Kristiyanti (2012),
tahan terhadap dinamika perekonomian. usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan
Masyarakat lokal mulai bergerak ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan
dalam usaha kecil dan menengah dengan atau rumah tangga maupun suatu badan
memanfaatkan pontensi yang ada di yang bertujuan untuk memproduksi barang
daerahnya. Mulai dari potensi sumberdaya atau jasa untuk diperniagakan secara
alam sampai sumberdaya manusia, yang komersial dan mempunyai omzet penjualan
kemudian dapat melahirkan komoditas- sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang.
komoditas unggulan yang dikembangkan Sementara usaha menengah didefinisikan
melalui pengembangan ekonomi lokal. sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan
Pengembangan ekonomi lokal pada oleh perseorangan atau rumah tangga
dasarnya adalah bagaimana maupun suatu badan, bertujuan untuk
mengembangkan perekonomian lokal memproduksi barang atau jasa untuk
dengan memanfaatkan potensi sumberdaya diperniagakan secara komersial dan
yang dimiliki dan dapat menciptakan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1
lapangan kerja bagi masyarakat setempat (satu) miliar.
(Ma’rif, 2002). Industri kecil di perdesaan dikenal
Pengembangan ekonomi lokal dapat sebagai tambahan sumber pendapatan
dicapai melalui berbagai macam sektor, keluarga dan juga sebagai penunjang
salah satunya adalah sektor pertanian. kegiatan pertanian yang merupakan mata
Industri gula aren merupakan salah satu pencaharian pokok sebagian besar
perwujudan dari pengolahan hasil produksi masyarakat perdesaan. Industri kecil
di sektor pertanian. Industri lokal gula aren perdesaan mempunyai arti penting dalam
selama ini menjadi sumber mata usaha mengurangi tingkat kemiskinan di
perdesaan atau dengan kata lain diharapkan 14. Tabungan/barang yang mudah dijual
dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dengan nilai minimal Rp 500.000,-
masyarakat perdesaan (Mubyarto,1986). seperti sepeda motor kredit/non-
Menurut UU Nomor 11 tahun 2009 kredit, emas, ternak, kapal motor, atau
tentang Kesejahteraan Sosial, Kesejahteraan barang modal lainnya.
Sosial adalah kondisi terpenuhinya Jika minimal sembilan variabel tidak
kebutuhan material, spiritual, dan sosial terpenuhi, maka dikategorikan sebagian
warga negara agar dapat hidup layak dan rumah tangga miskin/ tidak sejahtera. Badan
mampu mengembangkan diri, sehingga Kependudukan dan Keluarga Berencana
dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Nasional (BKKBN 3 ) mengelompokan
Indikator kesejahteraan juga dikeluarkan tingkat kesejahteraan keluarga menjadi 5
oleh beberapa ahli maupun lembaga. (lima) tahapan, yaitu:
Menurut Bappenas 1 , status kesejahteraan a. Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
dapat diukur berdasarkan proporsi Yaitu keluarga yang tidak memenuhi
pengeluaran rumah tangga. Rumah tangga salah satu dari 6 (enam) indikator
dapat dikatakan sejahtera apabila proporsi Keluarga Sejahtera I (KS I) atau
pengeluaran untuk kebutuhan pokok indikator “kebutuhan dasar keluarga”
sebanding atau lebih rendah dari proporsi (basic needs).
pengeluaran untuk kebutuhan bukan pokok. b. Keluarga Sejahtera I (KS I)
Sebaliknya, rumah tangga dengan proporsi Yaitu keluarga yang mampu
pengeluran kebutuhan pokok lebih besar memenuhi 6 (enam) indikator tahapan
dibandingkan dengan pengeluaran untuk KS I, tetapi tidak memenuhi salah satu
kebutuhan bukan pokok, dapat dari 8 (delapan) indikator Keluarga
dikategorikan sebagai rumah tangga dengan Sejahtera II atau indikator “kebutuhan
status kesejahteraan rendah. psikologis” (psychological needs)
Menurut BPS 2 , terdapat 14 kriteria keluarga.
untuk menentukan keluarga/rumah tangga c. Keluarga Sejahtera II (KS II)
miskin yaitu : Yaitu keluarga yang mampu
1. Luas bangunan. memenuhi 6 (enam) indikator tahapan
2. Jenis lantai. KS I dan 8 (delapan) indikator KS II,
3. Jenis dinding. tetapi tidak memenuhi salah satu dari
4. Fasilitas MCK. 5 (lima) indikator Keluarga Sejahtera
5. Sumber penerangan. III (KS III), atau indikator “kebutuhan
6. Sumber air minum. pengembangan” (develomental needs)
7. Jenis bahan bakar untuk memasak. dari keluarga.
8. Frekuensi mengkonsumsi daging, d. Keluarga Sejahtera III (KS III)
susu dan ayam. Yaitu keluarga yang mampu
9. Frekuensi membeli pakaian dalam memenuhi 6 (enam) indikator
setahun. tahapan KS I, 8 (delapan) indikator
10. Frekuensi makan setiap hari. KS II, dan 5 (lima) indikator KS III,
11. Kemampuan untuk berobat. tetapi tidak memenuhi salah satu dari
12. Luas lahan usaha tani. 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera
13. Pendidikan kepala keluarga. III Plus (KS III Plus) atau indikator

Bappenas1, “Indikator Kesejahteraan Rakyat”, BKKBN 3, “Batasan dan Pengertian MDK”, diakses dari
diakses dari http://www.bappenas.go.id, pada http://aplikasi.bkkbn.go.id, pada tanggal 3 Januari 2016.
tanggal 23 September 2015.
BPS2, “Indikator Kesejahteraan Rakyat Welfare
Indicators 2014”, diakses dari http://www.bps.go.id,
pada tanggal 23 September 2015.
“aktualisasi diri” (self esteem) subyek penelitian besar atau lebih dari 100
keluarga. maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-
e. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III 25%.
Plus) Jenis data yang dibutuhkan dalam
Yaitu keluarga yang mampu penelitian ini berupa data sekunder dan data
memenuhi keseluruhan dari 6 primer. Teknik pengumpulan data yang
(enam) indikator tahapan KS I, 8 digunakan adalah teknik survey. Untuk
(delapan) indikator KS II, 5 (lima) menjawab tujuan pertama dilakukan analisis
indikator KS III, serta 2 (dua) statistik deskriptif. Sedangkan untuk
indikator tahapan KS III Plus menjawab tujuan kedua dilakukan
Kesejahteraan yang dialami para penghitungan tingkat kesejahteraan
pengrajin industri gula aren seringkali menggunakan indikator kesejahteraan yang
bertolak belakang dengan banyaknya dikemukakan oleh BKKBN. Indikator
minat pasar terhadap produk gula aren. tersebut dipilih karena selaras dengan UU
Banyak yang mengatakan bahwa nasib No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
pengrajin gula aren tidak semanis gula Sosial. Indikator kesejahteraan menurut
yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan BKKBN memiliki 21 indikator yang
karena keterbatasan pengetahuan dan mewakili kebutuhan dasar, kebutuhan
ketidakmampuan mengakses pasar yang psikologis, kebutuhan pengembangan, dan
kemudian menyebabkan para pengrajin kebutuhan aktualisasi diri yang di dalamnya
memiliki ketergantungan pada tengkulak terdapat komponen yang sesuai dengan
dan tidak mampu menentukan harga undang – undang tentang Kesejahteraan
produk (Wahyuti, 2009). Sosial yang berlaku di Indonesia.
Pengembangan UKM perlu Selanjutnya dilakukan pengolahan data
mendapatkan perhatian yang besar baik dari dengan analisis crosstab menggunakan
pemerintah maupun masyarakat agar dapat software SPSS. Terakhir, untuk menjawab
berkembang lebih kompetitif bersama tujuan ketiga dilakukan analisis SWOT
pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan kuantitatif.
pemerintah selanjutnya perlu diupayakan
lebih kondusif bagi tumbuh kembang HASIL DAN PEMBAHASAN
UKM. Pemerintah perlu meningkatkan Karakteristik Industri Gula Aren Desa
perannya dalam memberdayakan UKM Hariang, Kecamatan Sobang
disamping mengembangkan kemitraan a. Modal
usaha yang saling menguntungkan antara Modal yang dimaksud dalam industri
pengusaha besar dengan pengusaha kecil, gula aren di Desa Hariang, merupakan
juga meningkatkan kualitas sumberdaya modal yang hanya dikeluarkan saat awal
manusianya (Kristiyanti, 2012). memulai industri tersebut. Modal awal
digunakan untuk membuat saung dan
METODE PENELITIAN membeli peralatan untuk proses pengolahan.
Penelitian dilakukan di Desa Industri gula aren di Desa Hariang,
Hariang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Kecamatan Sobang termasuk industri rumah
Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan tangga dengan jumlah modal yang cukup
sampel dilakukan dengan teknik simple beragam, mulai dari 350.000 rupiah sampai
random sampling terhadap 251 orang 1.000.000 rupiah. Dari hasil penelitian
pemilik industri gula aren sebagai populasi. diketahui bahwa perbedaan jumlah modal
Jumlah sampel yang diambil dalam disebabkan karena perbedaan tahun dalam
penelitian ini adalah sebanyak 50 responden mengawali industri gula aren tersebut.
atau sebanyak 20% dari jumlah populasi. Pemilik industri yang memulai industri gula
Jumlah ini mengacu pada pendapat Arikunto aren sejak puluhan tahun lalu memiliki
(2010) yang mengemukakan bahwa apabila modal yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pemilik industri yang baru memulai antara gula semut kasar dan gula cetak yaitu
usahanya belasan atau bahkan beberapa sebesar 1 : 11. Perbandingan ini dapat
tahun lalu. Hal ini disebabkan karena dikatakan sangat besar. Banyaknya pemilik
perbedaan harga saat ini dengan harga industri yang menghasilkan produk gula
beberapa atau bahkan puluhan tahun yang cetak disebabkan karena pembuatannya
lalu. Modal yang digunakan tersebut berasal yang lebih singkat dibandingkan dengan
dari modal pribadi para pengrajin itu sendiri, gula semut kasar. Produk yang dihasilkan
bukan bantuan dari pemerintah daerah per hari jumlahnya berbeda-beda antara satu
maupun pihak swasta. pemilik industri dengan pemilik industri
lainnya. Hasil produksi gula aren paling
b. Bahan Baku sedikit yaitu 3 kg per hari dan paling banyak
Bahan baku utama yang digunakan yaitu 12 kg per hari. Banyaknya jumlah
adalah nira aren. Jumlah bahan baku yang produk yang dihasilkan tergantung pada
digunakan berkisar antara 10 sampai 45 banyaknya bahan baku nira yang digunakan.
liter/hari. Selain nira aren, digunakan juga
buah manggis dan akar kawao. Manggis dan d. Tenaga Kerja
akar kawao digunakan sebagai bahan Jumlah tenaga kerja yang dimiliki yaitu
tambahan dalam pembuatan gula aren di hanya terdapat 1 orang tenaga kerja. Tenaga
Desa Hariang yang berfungsi sebagai kerja tersebut merupakan anggota keluarga
pengawet alami. Semua bahan baku tersebut sendiri. Usia pengrajin gula aren paling
diperoleh dari lahan milik pribadi. Lahan muda yaitu 27 tahun dan paling tua yaitu 56
yang dimiliki para pemilik industri gula aren tahun. Rata-rata setiap pemilik industri gula
di Desa Hariang, tidak semua bagian dari aren di Desa Hariang sudah lebih dari 10
lahannya ditumbuhi oleh pohon aren. Luas tahun berkecimpung di industri gula aren
lahan yang ada tidak berpengaruh pada tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
jumlah pohon aren yang dimiliki. Hal diketahui bahwa paling lama para pemilik
tersebut disebabkan karena pohon aren yang industri gula aren berkecimpung diusaha
berada di Desa Hariang merupakan pohon tersebut selama 37 tahun, dan yang paling
aren yang tumbuh secara alami oleh hewan sebentar adalah selama 3 tahun. Para
musang, bukan hasil budidaya manusia. pemilik industri gula aren memiliki jam
Oleh sebab itu jumlah pohon aren yang kerja antara 6 sampai 8 jam per hari.
dimiliki masing-masing pemilik industri
berbeda-beda, tidak menentu jumlahnya, e. Pemasaran
dan tidak dapat diprediksi. Banyaknya Produk gula aren dari tangan pengrajin
jumlah pohon aren yang dimiliki berkisar yang dalam hal ini adalah pemilik industri
antara 15-300 pohon. gula aren, disetorkan kepada pengepul.
Selanjutnya dari tangan pengepul akan
c. Proses dan Hasil Produksi disetorkan kepada pedagang di pasar lokal
Semua proses yang dilakukan dalam dan KUB Mitra Mandala. Gula aren dari
pembuatan gula aren di Desa Hariang masih tangan pengepul diolah lebih lanjut oleh
dilakukan dengan cara tradisional. Proses KUB Mitra Mandala hingga menghasilkan
produksi dimulai dari penyadapan nira aren, gula semut halus. Lalu produk tersebut
pengaturan keasaman, penyaringan nira, disetorkan kepada pihak eksportir yang akan
pembersihan lodong, pengolahan nira, mengeksport produk-produk tersebut ke luar
pencetakan gula cetak, pembuatan gula negeri seperti Amerika, Jepang, Belanda,
semut kasar, dan pengemasan secara Jerman, Australia, dan Singapura. Selain itu
tradisional. Produk yang dihasilkan industri juga dipasarkan kepada pengusaha-
gula aren di Desa Hariang dibedakan pengusaha dodol dan bandrek dalam negeri.
menjadi dua jenis yaitu gula cetak dan gula Berikut adalah rantai pemasaran gula aren
semut kasar. Perbandingan produktivitas Desa Hariang.
Tingkat kesejahteraan rumah tangga
pemilik industri gula aren Desa Hariang,
diukur menggunakan indikator dari
BKKBN. Tingkat kesejahteraan dibedakan
menjadi 5 yaitu Keluarga Pra Sejahtera
(KPS), Keluarga Sejahtera I (KS I),
Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga
Sejahtera III (KS III), dan Keluarga
f. Pendapatan Sejahtera III+ (KS III +). Berikut adalah
Pendapatan diterima oleh para pemilik tabel tingkat kesejahteraan pemilik industri
industri setiap harinya setelah mereka gula aren di Desa Hariang.
menyetorkan hasil produksi ke pengepul.
Pendapatan bersih yang diterima cukup
beragam, mulai dari Rp 36.000 sampai Rp
144.000 per hari. Besar atau kecilnya
pendapatan yang diterima dipengaruhi oleh
jumlah hasil produksi. Karena semakin
banyak hasil produksi maka pendapatan
yang diterima akan semakin besar.
Terlihat pada tabel di atas, bahwa
g. Peran Stakeholder paling banyak rumah tangga pemilik
Beberapa stakeholder yang terlibat dan industri gula aren berada pada tingkat
berperan dalam industri gula aren Desa kesejahteraan KS I yaitu sebanyak 22 orang
Hariang antara lain ialah pengepul, KUB (44 %) dan paling sedikit berada pada KS III
Mitra Mandala, dan pemerintah. Pengepul sejumlah 5 orang (10 %). Tidak ada pemilik
berperan untuk mendistribusikan produk industri yang berada pada KS III+, hal ini
dari pengrajin ke pedagang pasar lokal dan menunjukan bahwa mayoritas pemilik
ke KUB Mitra Mandala untuk dilakukan industri gula aren Desa Hariang masih
proses pengolahan selanjutnya. KUB Mitra berada pada tingkat kesejahteraan rendah.
Mandala berperan sebagai konsumen tetap Rendahnya tingkat kesejahteraan ini
dari hasil produksi para pemilik industri disebabkan oleh beberapa faktor seperti
gula aren di Desa Hariang. KUB Mitra mayoritas pemilik industri berusia tua,
Mandala merupakan Kelompok Usaha rendahnya tingkat pendidikan, dan
Bersama yang didirikan oleh seorang warga keterbatasan teknologi.
lokal yang tidak lain adalah masyarakat Keterbatasan para pemilik industri
Desa Hariang. KUB Mitra Mandala terhadap akses teknologi disebabkan karena
beranggotakan para pengrajin/pemilik keterbatasan pendidikan. Keterbatasan
industri gula aren Desa Hariang, dimana pendidikan tersebut disebabkan karena
semua anggota berada dalam binaan KUB. mayoritas pemilik industri berusia tua dan
Stakeholder ketiga ialah pemerintah, peran mayoritas hanya lulusan Sekolah Dasar.
yang dilakukan oleh pemerintah adalah Faktor usia dan pendidikan menyebabkan
mengembangkan industri gula aren di Desa keterbatasan mereka dalam mengakses
Hariang dengan memberikan pelatihan dan teknologi terbaru dalam industrinya.
bantuan berupa peralatan dasar pengolahan Perkembangan zaman tidak dapat diikuti
nira aren. oleh seluruh pemilik industri gula aren
sehingga menyebabkan industri gula aren di
Desa Hariang masih tradisional.
Menurut Diana (2008),
Pengaruh Industri Gula Aren terhadap kesejahteraan merupakan indikasi dari
Kesejahteraan Rumah Tangga Pemilik pendapatan. Berdasarkan pernyataan
Industri tersebut maka dapat dilihat bagaimana
hubungan antara beberapa variabel dalam
industri dengan variabel pendapatan, seperti
yang tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel di atas menunjukan nilai Sig


sebesar 0,003 untuk variabel jumlah
produksi, Sig 0,008 < α 0,05 untuk variabel
jumlah pohon yang disadap, dan Sig 0,007 <
α 0,05 untuk variabel jumlah bahan baku,
yang artinya bahwa Sig < α, sehingga H 0
(H 0: ada hubungan dengan jumlah
pendapatan) diterima. Kesimpulannya
adalah ada hubungan antara jumlah
produksi, jumlah bahan baku dan jumlah
pohon yang disadap dengan jumlah
Tabel di atas menunjukan bahwa pendapatan. Nilai Sig untuk keenam
pemilik industri dengan jumlah hasil variabel lainnya memiliki nilai yang lebih
produksi pada kelas tinggi yaitu 10 – 12 kg, besar dari nilai α, sehingga menunjukan
semuanya berada pada tingkat pendapatan bahwa tidak adanya hubungan yang
tertinggi. Sebaliknya pemilik industri signifikan antara jenis produk, jam
dengan jumlah produksi terendah yaitu 3 – 6 kerja/hari, luas lahan, pendidikan, lama
kg, mayoritas berada pada tingkat kerja di industri, dan jumlah modal dengan
pendapatan yang paling rendah. Hal ini jumlah pendapatan.
menunjukan bahwa jumlah hasil produksi Seperti yang dikatakan oleh Diana
yang dihasilkan memiliki hubungan yang (2008), bahwa pendapatan merupakan
positif dengan jumlah pendapatan. Di mana indikasi kesejahteraan, hal tersebut sesuai
semakin banyak jumlah hasil produksi maka dengan hasil dari penelitian yang telah
jumlah pendapatan akan semakin tinggi. dilakukan. Dapat dilihat pada tabel di bawah
Begitu juga dengan jumlah pohon yang ini.
disadap dan jumlah bahan baku. Semakin
banyak jumlah pohon yang disadap, maka
jumlah pendapatan akan semakin tinggi.
Terlihat bahwa pemilik industri dengan Pemilik industri yang memiliki
jumlah bahan baku sedikit, semuanya pendapatan pada kelas tinggi yaitu 109.000
berada pada tingkat pendapatan yang paling – 144.000 rupiah berada pada tingkat
rendah. Sedangkan tingkat pendapatan kesejahteraan yang tinggi juga yaitu KS III.
paling tinggi hanya ditempati oleh pemilik Begitu juga sebaliknya, pemilik industri
industri dengan jumlah bahan baku paling dengan pendapatan yang rendah mayoritas
banyak. Hal ini menunjukan bahwa semakin berada pada tingkat kesejahteraan rendah
banyak jumlah bahan baku, maka tingkat yaitu KPS dan KS I. Hal ini membuktikan
pendapatan akan semakin tinggi karena bahwa ada keterkaitan antara pendapatan
banyaknya jumlah bahan baku akan dengan tingkat kesejahteraan. Keterkaitan
mempengaruhi banyaknya hasil produksi antara keduanya menunjukan hal yang
yang kemudian akan mempengaruhi positif dimana semakin tinggi pendapatan,
banyaknya pendapatan yang diperoleh. tingkat kesejahteraan yang dimiliki juga
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan tabel semakin tinggi.
chi square di bawah ini.
Secara keseluruhan variabel –
variabel dalam industri gula aren Desa
Hariang yang telah dipaparkan di atas, dapat
digambarkan hubungannya seperti pada
gambar berikut:

Tabel di atas menunjukan skor total


dari kekuatan yang dimiliki yaitu sebesar
18,2. Sedangkan, skor total dari kelemahan
yang dimiliki yaitu sebesar 14,8. Hal ini
menunjukan adanya selisih yang positif
Prospek Pengembangan Industri Gula yaitu sebesar 3,4 antara total kekuatan
Aren Desa Hariang, Kecamatan Sobang dengan total kelemahan. Selisih positif ini
Prospek pengembangan industri gula cenderung mengarah pada komponen
aren Desa Hariang dicari dengan kekuatan. Hal ini menunjukan bahwa
menggunakan kuadran SWOT. Kuadran kekuatan yang dimiliki industri gula aren
SWOT bertujuan untuk mengetahui dimana Desa Hariang lebih besar bila dibandingkan
posisi industri gula aren Desa Hariang untuk dengan kelemahan yang dimiliki.
kemudian diketahui strategi pengembangan
yang tepat. Kuadran SWOT ditentukan
berdasarkan matriks skor dan bobot SWOT
faktor internal dan faktor eksternal seperti
pada tabel di bawah ini.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui


bahwa skor total dari peluang yang dimiliki
yaitu sebesar 13,2. Sedangkan, skor total
dari ancaman yang dimiliki yaitu sebesar
14,4. Hal ini menunjukan adanya selisih
negatif yaitu sebesar -1,2 antara skor total
peluang dengan skor total ancaman. Selisih membantu dalam pengembangan industri ini
negatif ini cenderung mengarah pada kedepannya.
komponen ancaman. Artinya ialah bahwa
ancaman yang dimiliki lebih besar daripada KESIMPULAN
peluang yang dimiliki. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Karakter industri gula aren di Desa
Hariang, Kecamatan Sobang,
Kabupaten Lebak ialah memiliki
modal awal 350.000 rupiah sampai
1.000.000 rupiah. Bahan baku yang
digunakan berasal dari lahan milik
pribadi. Bahan baku yang digunakan
dalam satu kali produksi berkisar
antara 10 - 45 liter. Selain nira aren,
Berdasarkan hasil kuadran SWOT digunakan bahan tambahan buah
diketahui bahwa industri gula aren Desa manggis dan akar kawao sebagai
Hariang berada pada kuadran II. Posisi pada pengawet alami. Jumlah pohon aren
kuadran II menunjukan bahwa industri gula yang dimiliki berkisar antara 15 - 300
aren Desa Hariang berada pada posisi yang pohon. Proses produksi yang
kuat namun menghadapi tantangan yang dilakukan masih secara tradisional.
besar. Rekomendasi strategi yang diberikan Jenis produk yang dihasilkan yaitu
adalah diversivikasi strategi. Industri gula aren cetak dan gula semut kasar.
disarankan untuk memperbanyak ragam Hasil produksi per hari berkisar antara
strategi yang sesuai. 3 - 12 kg. Tenaga kerja yang dimiliki
Berdasarkan analisis SWOT yang berjumlah 1 orang yang merupakan
telah dilakukan, maka diperlukan strategi anggota keluarga sendiri. Usia
untuk pengembangan industri gula aren pemilik/pengrajin gula aren Desa
tersebut. Pengembangan tersebut lebih Hariang berkisar antara 27-56 tahun.
mengarah kepada penguatan faktor internal Setiap pemilik industri rata-rata
untuk dapat meminimalisir adanya ancaman bekerja selama 6-8 jam per hari.
yang datang dari luar. Strategi yang Terdapat tiga stakeholder penting
direkomendasikan anatara lain adalah dalam industri ini yaitu pengepul,
dengan meningkatkan kualitas produk agar KUB Mandala, dan pemerintah.
dapat bersaing dengan produk lain yang Pemasaran dilakukan dengan bantuan
lebih berkualitas, pemberian modal dari pengepul. Pendapatan yang diperoleh
pemerintah untuk pembelian alat produksi perhari berkisar antara Rp 36.000 – Rp
yang lebih modern, memperluas pasar 144.000.
ekspor, dan penambahan jumlah pohon 2. Mayoritas pemilik industri gula aren
untuk menambah bahan baku diperlukan Desa Hariang berada pada tahapan KS
adanya upaya untuk budidaya tanaman aren I yaitu sebanyak 22 KK. Artinya
itu sendiri, agar tidak bergantung pada bahwa mayoritas dari pemilik industri
tanaman aren yang tumbuh secara alami tersebut masih berada pada tingkat
saja. Melihat potensi yang sangat besar dari kesejahteraan yang rendah.
industri gula aren Desa Hariang, alangkah Rendahnya tingkat kesejahteraan
lebih baik bila ada perhatian serius dari pemilik industri disebabkan karena
pemerintah terkait. Perhatian dan keterbatasan teknologi, rendahnya
penanganan lebih lanjut akan sangat pendidikan, dan mayoritas pemilik
industri berusia tua. Variabel yang
mempengaruhi tingkat kesejahteraan DAFTAR PUSTAKA
rumah tangga pemilik industri secara Arikunto, Suharsimi .2011. Prosedur
signifikan di antaranya adalah Penelitian Suatu Pendekatan
pendapatan, jumlah hasil produksi, Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
jumlah bahan baku, dan jumlah pohon Bappenas. “Indikator Kesejahteraan
yang disadap. Rakyat”. Diakses
3. Berdasarkan analisis SWOT, industri dari http://www.bappenas.go.id,
gula aren Desa Hariang berada pada pada tanggal 23 September 2015.
kuadran II. Artinya industri gula aren BKKBN. “Batasan dan Pengertian MDK”.
Desa Hariang berada pada posisi yang Diakses
kuat namun menghadapi tantangan dari http://aplikasi.bkkbn.go.id, pada
besar. Rekomendasi strategi yang tanggal 3 Januari 2016.
diberikan adalah diversivikasi strategi. BPS, “Indikator Kesejahteraan Rakyat
Welfare Indicators 2014”. Diakses
dari http://www.bps.go.id, pada
tanggal 23 September 2015.
Diana, Dwi Kurnia. 2008. Analisis Program
Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) sebagai Upaya
Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat di Kelurahan Karangjati
Bergas Kabupaten Semarang Tahun
2005-2007. Skripsi. Semarang :
Fakultas Ekonomi UNNES.
Kristiyanti, Mariana. 2012. Peran Strategis
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Dalam Pembangunan Nasional.
Majalah Ilmiah INFORMATIKA
Vol. 3 No. 1, hal. 63-89.
Ma’rif, Samsul. 2002. Ekonomi Wilayah
dan Kota, Ekonomika dalam
Perencanaan Identifikasi Sektor
Strategis. Semarang: UNDIP
Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Jakarta : LP3ES.
Wahyuti, Erna. 2009. Nasib Pengrajin Gula
Tidak Semanis Gula Yang
Dihasilkan. Diakses melalui
http://www.kampungcitelu.wordpre
ss.com pada tanggal 20 Maret 2016

You might also like