Professional Documents
Culture Documents
Glori Giovani
gloriglorigiovani@yahoo.co.id
Joni Purwohandoyo
jonipurwo@ugm.ac.id
ABSTRACT
Lebak Regency is one of the largest palm sugar producer in Indonesia. It will can affect
to the prosperity of the industry’s owner. This research are aimed to describe the
characteristics of palm sugar industry, explains the industry's influence to the prosperity of the
household palm sugar industry, and analyze prospects for the development of palm sugar
industry in Sobang District.
This research is using survey method with quantitative approach.The sampling
technique were used simple random sampling. The analysis technique that were used are
descriptive statistics, crosstab analysis, and quantitative SWOT analysis.
The results of the research shows that palm sugar industry in Hariang village is home
industry that still traditional. Majority owner of palm sugar industry is still at a low level of
welfare. It because of the age factor, the limitation of technology, and limitation of education.
Variabel with significantly affect the household welfare level is the amount of income, raw
material, products, and the tree that was extracted. SWOT analysis showed that palm sugar
industry in Hariang village is in quadrant II. The recommended development strategy is
diversification strategy.
ABSTRAK
Kabupaten Lebak merupakan salah satu penghasil gula aren terbesar di Indonesia. Hal
tersebut tentunya dapat mempengaruhi kesejahteraan para pemilik industri. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik industri gula aren, menjelaskan pengaruh
industri terhadap kesejahteraan rumah tangga pemilik industri, dan menganalisis prospek
pengembangan industri gula aren Kecamatan Sobang.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik analisis yang
digunakan adalah statistik deskriptif, analisis crosstab, dan analisis SWOT kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan industri gula aren Desa Hariang merupakan industri
rumah tangga yang masih tradisional. Mayoritas pemilik industri berada pada tingkat
kesejahteraan rendah. Hal ini disebabkan karena faktor usia, keterbatasan teknologi, dan
keterbatasan pendidikan. Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pemilik
industri adalah pendapatan, jumlah bahan baku, jumlah produksi, dan jumlah pohon yang
disadap. Analisis SWOT menunjukan industri gula aren Desa Hariang berada pada kuadran II.
Strategi pengembangan yang disarankan adalah diversifikasi strategi.
Bappenas1, “Indikator Kesejahteraan Rakyat”, BKKBN 3, “Batasan dan Pengertian MDK”, diakses dari
diakses dari http://www.bappenas.go.id, pada http://aplikasi.bkkbn.go.id, pada tanggal 3 Januari 2016.
tanggal 23 September 2015.
BPS2, “Indikator Kesejahteraan Rakyat Welfare
Indicators 2014”, diakses dari http://www.bps.go.id,
pada tanggal 23 September 2015.
“aktualisasi diri” (self esteem) subyek penelitian besar atau lebih dari 100
keluarga. maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-
e. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III 25%.
Plus) Jenis data yang dibutuhkan dalam
Yaitu keluarga yang mampu penelitian ini berupa data sekunder dan data
memenuhi keseluruhan dari 6 primer. Teknik pengumpulan data yang
(enam) indikator tahapan KS I, 8 digunakan adalah teknik survey. Untuk
(delapan) indikator KS II, 5 (lima) menjawab tujuan pertama dilakukan analisis
indikator KS III, serta 2 (dua) statistik deskriptif. Sedangkan untuk
indikator tahapan KS III Plus menjawab tujuan kedua dilakukan
Kesejahteraan yang dialami para penghitungan tingkat kesejahteraan
pengrajin industri gula aren seringkali menggunakan indikator kesejahteraan yang
bertolak belakang dengan banyaknya dikemukakan oleh BKKBN. Indikator
minat pasar terhadap produk gula aren. tersebut dipilih karena selaras dengan UU
Banyak yang mengatakan bahwa nasib No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
pengrajin gula aren tidak semanis gula Sosial. Indikator kesejahteraan menurut
yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan BKKBN memiliki 21 indikator yang
karena keterbatasan pengetahuan dan mewakili kebutuhan dasar, kebutuhan
ketidakmampuan mengakses pasar yang psikologis, kebutuhan pengembangan, dan
kemudian menyebabkan para pengrajin kebutuhan aktualisasi diri yang di dalamnya
memiliki ketergantungan pada tengkulak terdapat komponen yang sesuai dengan
dan tidak mampu menentukan harga undang – undang tentang Kesejahteraan
produk (Wahyuti, 2009). Sosial yang berlaku di Indonesia.
Pengembangan UKM perlu Selanjutnya dilakukan pengolahan data
mendapatkan perhatian yang besar baik dari dengan analisis crosstab menggunakan
pemerintah maupun masyarakat agar dapat software SPSS. Terakhir, untuk menjawab
berkembang lebih kompetitif bersama tujuan ketiga dilakukan analisis SWOT
pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan kuantitatif.
pemerintah selanjutnya perlu diupayakan
lebih kondusif bagi tumbuh kembang HASIL DAN PEMBAHASAN
UKM. Pemerintah perlu meningkatkan Karakteristik Industri Gula Aren Desa
perannya dalam memberdayakan UKM Hariang, Kecamatan Sobang
disamping mengembangkan kemitraan a. Modal
usaha yang saling menguntungkan antara Modal yang dimaksud dalam industri
pengusaha besar dengan pengusaha kecil, gula aren di Desa Hariang, merupakan
juga meningkatkan kualitas sumberdaya modal yang hanya dikeluarkan saat awal
manusianya (Kristiyanti, 2012). memulai industri tersebut. Modal awal
digunakan untuk membuat saung dan
METODE PENELITIAN membeli peralatan untuk proses pengolahan.
Penelitian dilakukan di Desa Industri gula aren di Desa Hariang,
Hariang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Kecamatan Sobang termasuk industri rumah
Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan tangga dengan jumlah modal yang cukup
sampel dilakukan dengan teknik simple beragam, mulai dari 350.000 rupiah sampai
random sampling terhadap 251 orang 1.000.000 rupiah. Dari hasil penelitian
pemilik industri gula aren sebagai populasi. diketahui bahwa perbedaan jumlah modal
Jumlah sampel yang diambil dalam disebabkan karena perbedaan tahun dalam
penelitian ini adalah sebanyak 50 responden mengawali industri gula aren tersebut.
atau sebanyak 20% dari jumlah populasi. Pemilik industri yang memulai industri gula
Jumlah ini mengacu pada pendapat Arikunto aren sejak puluhan tahun lalu memiliki
(2010) yang mengemukakan bahwa apabila modal yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pemilik industri yang baru memulai antara gula semut kasar dan gula cetak yaitu
usahanya belasan atau bahkan beberapa sebesar 1 : 11. Perbandingan ini dapat
tahun lalu. Hal ini disebabkan karena dikatakan sangat besar. Banyaknya pemilik
perbedaan harga saat ini dengan harga industri yang menghasilkan produk gula
beberapa atau bahkan puluhan tahun yang cetak disebabkan karena pembuatannya
lalu. Modal yang digunakan tersebut berasal yang lebih singkat dibandingkan dengan
dari modal pribadi para pengrajin itu sendiri, gula semut kasar. Produk yang dihasilkan
bukan bantuan dari pemerintah daerah per hari jumlahnya berbeda-beda antara satu
maupun pihak swasta. pemilik industri dengan pemilik industri
lainnya. Hasil produksi gula aren paling
b. Bahan Baku sedikit yaitu 3 kg per hari dan paling banyak
Bahan baku utama yang digunakan yaitu 12 kg per hari. Banyaknya jumlah
adalah nira aren. Jumlah bahan baku yang produk yang dihasilkan tergantung pada
digunakan berkisar antara 10 sampai 45 banyaknya bahan baku nira yang digunakan.
liter/hari. Selain nira aren, digunakan juga
buah manggis dan akar kawao. Manggis dan d. Tenaga Kerja
akar kawao digunakan sebagai bahan Jumlah tenaga kerja yang dimiliki yaitu
tambahan dalam pembuatan gula aren di hanya terdapat 1 orang tenaga kerja. Tenaga
Desa Hariang yang berfungsi sebagai kerja tersebut merupakan anggota keluarga
pengawet alami. Semua bahan baku tersebut sendiri. Usia pengrajin gula aren paling
diperoleh dari lahan milik pribadi. Lahan muda yaitu 27 tahun dan paling tua yaitu 56
yang dimiliki para pemilik industri gula aren tahun. Rata-rata setiap pemilik industri gula
di Desa Hariang, tidak semua bagian dari aren di Desa Hariang sudah lebih dari 10
lahannya ditumbuhi oleh pohon aren. Luas tahun berkecimpung di industri gula aren
lahan yang ada tidak berpengaruh pada tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
jumlah pohon aren yang dimiliki. Hal diketahui bahwa paling lama para pemilik
tersebut disebabkan karena pohon aren yang industri gula aren berkecimpung diusaha
berada di Desa Hariang merupakan pohon tersebut selama 37 tahun, dan yang paling
aren yang tumbuh secara alami oleh hewan sebentar adalah selama 3 tahun. Para
musang, bukan hasil budidaya manusia. pemilik industri gula aren memiliki jam
Oleh sebab itu jumlah pohon aren yang kerja antara 6 sampai 8 jam per hari.
dimiliki masing-masing pemilik industri
berbeda-beda, tidak menentu jumlahnya, e. Pemasaran
dan tidak dapat diprediksi. Banyaknya Produk gula aren dari tangan pengrajin
jumlah pohon aren yang dimiliki berkisar yang dalam hal ini adalah pemilik industri
antara 15-300 pohon. gula aren, disetorkan kepada pengepul.
Selanjutnya dari tangan pengepul akan
c. Proses dan Hasil Produksi disetorkan kepada pedagang di pasar lokal
Semua proses yang dilakukan dalam dan KUB Mitra Mandala. Gula aren dari
pembuatan gula aren di Desa Hariang masih tangan pengepul diolah lebih lanjut oleh
dilakukan dengan cara tradisional. Proses KUB Mitra Mandala hingga menghasilkan
produksi dimulai dari penyadapan nira aren, gula semut halus. Lalu produk tersebut
pengaturan keasaman, penyaringan nira, disetorkan kepada pihak eksportir yang akan
pembersihan lodong, pengolahan nira, mengeksport produk-produk tersebut ke luar
pencetakan gula cetak, pembuatan gula negeri seperti Amerika, Jepang, Belanda,
semut kasar, dan pengemasan secara Jerman, Australia, dan Singapura. Selain itu
tradisional. Produk yang dihasilkan industri juga dipasarkan kepada pengusaha-
gula aren di Desa Hariang dibedakan pengusaha dodol dan bandrek dalam negeri.
menjadi dua jenis yaitu gula cetak dan gula Berikut adalah rantai pemasaran gula aren
semut kasar. Perbandingan produktivitas Desa Hariang.
Tingkat kesejahteraan rumah tangga
pemilik industri gula aren Desa Hariang,
diukur menggunakan indikator dari
BKKBN. Tingkat kesejahteraan dibedakan
menjadi 5 yaitu Keluarga Pra Sejahtera
(KPS), Keluarga Sejahtera I (KS I),
Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga
Sejahtera III (KS III), dan Keluarga
f. Pendapatan Sejahtera III+ (KS III +). Berikut adalah
Pendapatan diterima oleh para pemilik tabel tingkat kesejahteraan pemilik industri
industri setiap harinya setelah mereka gula aren di Desa Hariang.
menyetorkan hasil produksi ke pengepul.
Pendapatan bersih yang diterima cukup
beragam, mulai dari Rp 36.000 sampai Rp
144.000 per hari. Besar atau kecilnya
pendapatan yang diterima dipengaruhi oleh
jumlah hasil produksi. Karena semakin
banyak hasil produksi maka pendapatan
yang diterima akan semakin besar.
Terlihat pada tabel di atas, bahwa
g. Peran Stakeholder paling banyak rumah tangga pemilik
Beberapa stakeholder yang terlibat dan industri gula aren berada pada tingkat
berperan dalam industri gula aren Desa kesejahteraan KS I yaitu sebanyak 22 orang
Hariang antara lain ialah pengepul, KUB (44 %) dan paling sedikit berada pada KS III
Mitra Mandala, dan pemerintah. Pengepul sejumlah 5 orang (10 %). Tidak ada pemilik
berperan untuk mendistribusikan produk industri yang berada pada KS III+, hal ini
dari pengrajin ke pedagang pasar lokal dan menunjukan bahwa mayoritas pemilik
ke KUB Mitra Mandala untuk dilakukan industri gula aren Desa Hariang masih
proses pengolahan selanjutnya. KUB Mitra berada pada tingkat kesejahteraan rendah.
Mandala berperan sebagai konsumen tetap Rendahnya tingkat kesejahteraan ini
dari hasil produksi para pemilik industri disebabkan oleh beberapa faktor seperti
gula aren di Desa Hariang. KUB Mitra mayoritas pemilik industri berusia tua,
Mandala merupakan Kelompok Usaha rendahnya tingkat pendidikan, dan
Bersama yang didirikan oleh seorang warga keterbatasan teknologi.
lokal yang tidak lain adalah masyarakat Keterbatasan para pemilik industri
Desa Hariang. KUB Mitra Mandala terhadap akses teknologi disebabkan karena
beranggotakan para pengrajin/pemilik keterbatasan pendidikan. Keterbatasan
industri gula aren Desa Hariang, dimana pendidikan tersebut disebabkan karena
semua anggota berada dalam binaan KUB. mayoritas pemilik industri berusia tua dan
Stakeholder ketiga ialah pemerintah, peran mayoritas hanya lulusan Sekolah Dasar.
yang dilakukan oleh pemerintah adalah Faktor usia dan pendidikan menyebabkan
mengembangkan industri gula aren di Desa keterbatasan mereka dalam mengakses
Hariang dengan memberikan pelatihan dan teknologi terbaru dalam industrinya.
bantuan berupa peralatan dasar pengolahan Perkembangan zaman tidak dapat diikuti
nira aren. oleh seluruh pemilik industri gula aren
sehingga menyebabkan industri gula aren di
Desa Hariang masih tradisional.
Menurut Diana (2008),
Pengaruh Industri Gula Aren terhadap kesejahteraan merupakan indikasi dari
Kesejahteraan Rumah Tangga Pemilik pendapatan. Berdasarkan pernyataan
Industri tersebut maka dapat dilihat bagaimana
hubungan antara beberapa variabel dalam
industri dengan variabel pendapatan, seperti
yang tampak pada tabel di bawah ini.