Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
In our hypertension control can take advantage of the pharmacological treatment using
synthetic drugs which tend to be expensive. So to overcome this problem, we can utilize non-
pharmacological treatment with star fruit raw materials which can be reached in terms of
material. Purpose of this study is to analyze the effectiveness of star fruit to the decrease of
blood pressure in patients with hypertension.
The design in this study were Pre Experiment with the design One Group Pre-Post Test
Design. affordable population in this study as many as 43 people, namely people with primary
hypertension are frequently checked his illness in health centers Mojokerto city Balongsari
period January-November 2010. Number of samples used by 30 respondents with purposive
sampling technique. Data in this study were taken by using a sheet of blood pressure
observation. After the tabulation of data, then performed statistical tests using the test Paired t
Test with significance level 0.05.
Statistical test results showed that effective star fruit with significantly (2-tailed) of 0.000 (p
<0.05).
Desain dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan rancangan One-Group Pre-
Post Test Design. Populasi terjangkau dalam penelitian ini sebesar 43 orang, yaitu penderita
hipertensi primer yang rutin memeriksakan penyakitnya di Puskesmas Balongsari Kota
Mojokerto periode Januari-November 2010. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 30
responden dengan teknik purposive sampling. Data dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan lembar observasi tekanan darah. Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian
dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Paired t Test dengan tingkat kemaknaan 0,05.
Hasil uji statistik didapatkan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi, dengan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 (p < 0,05).
Hipertensi sering dijumpai pada orang dewasa dan merupakan masalah kesehatan yang
umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang menderita penyakit tersebut, tetapi tidak
menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus menerus seumur hidup dan sering tanpa adanya
keluhan yang khas selama belum ada komplikasi pada organ tubuh. Sehingga tidaklah
mengherankan bila hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (the silent killer). Hipertensi
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, untuk itu
diperlukan ketlatenan dan biaya yang cukup mahal. Dalam mengontrol hipertensi kita dapat
memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintetis
yang belakangan ini cenderung mengalami hambatan karena daya beli masyarakat yang
semakin menurun, sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara non farmakologis
dengan obat alternatif berbahan baku buah belimbing yang bisa dijangkau dari segi materiil
(Lastri, 2009).
Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan
dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi.
Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya
dan hanya 61% medikasi. Dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai
target darah yang optimal atau normal (Artikel Kesehatan, 2009). Di Indonesia belum ada data
nasional, namun pada studi INA-MONICA (Multinational Monitoring of Trends and Determinants
In Cardiovascular Disease) 2000 di daerah perkotaan Jakarta memperlihatkan kasus hipertensi
derajat II (berdasarkan JNC II) adalah sebesar 20,9% dan di daerah Lido pedesaan kecamatan
Cijeruk sebesar 16,9%. Hanya 13,3% penderita di daerah perkotaan dan 4,2% penderita di
daerah pedesaan yang menjalani pengobatan (Yudini, 2006). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan di Kelurahan Balongsari, didapatkan jumlah penderita hipertensi primer adalah
1072 orang dari 8607 penduduk. Hal ini diperkirakan sekitar 12,45% penderita hipertensi primer
yang ada di Kelurahan Balongsari (Data Diambil dari Puskesmas Balongsari periode Januari-
November di tahun 2009). Di Sumolepen sendiri didapatkan jumlah penderita hipertensi primer
adalah 172 orang dari 2678 penduduk yang ada. Ini diperkirakan sekitar 6,4% penderita
hipertensi primer di wilayah tersebut dan telah didapatkan sekitar 43 penderita hipertensi atau
sekitar 25% penderita yang rutin memeriksakan penyakitnya (Data Diambil dari Puskesmas
Balongsari periode Januari-November di tahun 2010).
Faktor yang berpengaruh memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah faktor genetik,
jenis kelamin, umur, obesitas, dan konsumsi garam serta alkohol (Beevers, D. G, 2000).
Tekanan darah yang meningkat bisa berpengaruh pada pembuluh darah jantung. Bila
berlangsung lama akan terjadi gagal jantung yang disusul dengan sesak nafas, akibat yang
lebih serius lagi adalah terjadinya stroke dan kematian karena aliran darah tidak lancar,
sehingga suplai oksigen yang dibawa oleh sel-sel darah merah menjadi terlambat. Melihat
kompleksnya permasalahan hipertensi dan adanya hambatan pengobatan hipertensi secara
farmakologis akibat daya beli masyarakat yang semakin menurun dan mempunyai harga yang
cukup mahal, sehingga antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru
kepada masyarakat, bahwasannya pengobatan non farmakologis (buah belimbing) dapat
menjadi pilihan alternatif yang bagus, baik dari segi ekonomis maupun manfaatnya (Lastri,
2009). Seperti yang telah dijelaskan oleh Soedarya (2009), bahwa buah belimbing mempunyai
kadar potasium (kalium) yang tinggi dengan natrium yang rendah sebagai obat hipertensi yang
tepat. Sehingga, diharapkan dengan mengkonsumsi buah belimbing muda dalam jumlah
tertentu (3 buah) dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Mengingat tanaman ini sering kita jumpai di lingkungan kita dan mempunyai manfaat yang
besar pula, sehingga diharapkan dengan melakukan pengobatan hipertensi secara non
farmakologis (buah belimbing), tekanan darah pada penderita bisa menurun. Dengan demikian,
masyarakat bisa meminimalisir penggunaan obat-obatan hipertensi secara farmakologis yang
METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian, maka desain penelitian yang digunakan adalah pra
eksperimen dengan rancangan One-group pre-post test design. Peneliti menggunakan desain
ini karena penelitian ini akan mengungkapkan sebab-akibat dengan cara melibatkan satu
kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi (pre test),
kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (post test). Dalam penelitian ini, populasi targetnya
adalah semua penderita hipertensi primer yang ada di Sumolepen sejumlah 172 orang (Data
Puskesmas Balongsari periode Januari-November tahun 2009). Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah penderita hipertensi primer yang rutin memeriksakan penyakitnya di
Puskesmas Balongsari sebanyak 43 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan
secara purposive sampling sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi buah belimbing dan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah. Pemberian terapi buah
belimbing dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan frekuensi 2x dalam sehari. Setelah
proses pemberian terapi buah belimbing dilakukan, tepatnya pada hari ketiga, peneliti kembali
mengukur tekanan darah responden. Setelah itu peneliti mencatat kembali hasil tekanan darah
dalam lembar observasi tekanan darah dan dilakukan penyeleksian untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan data.
Setelah data terkumpul melalui observasi, kemudian data ditabulasi dan dikelompokkan
sesuai dengan variabel yang diteliti. Untuk hasil MAP yang telah dihitung kemudian dilakukan
uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji
normalitas dan diketahui data berdistribusi normal, maka untuk selanjutnya dilakukan uji statistik
t sampel berpasangan (Paired T Test) atau uji komparasi 2 sampel berpasangan dengan SPSS
17.0 dan dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Apabila data tidak berdistribusi normal maka
dilakukan transformasi data, apabila setelah dilakukan tranformasi data dihasilkan data
berdistribusi normal maka dilanjutkan untuk dilakukan uji Paired T test, tetapi apabila data
masih belum berdistribusi normal maka dilakukan Wilcoxon Match Pairs Test. Bila dari hasil uji
statistik didapatkan p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya buah
belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Kelurahan
Balongsari Kota Mojokerto.
Hasil Penelitian
1. Identifikasi Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Sebelum Diberikan Terapi Buah
Belimbing
No. Responden MAP pre test No. Responden MAP pre test
1. 130,00 16. 116,67
2. 140,00 17. 106,67
3. 130,00 18. 116,67
4. 110,00 19. 150,00
5. 126,67 20. 118,33
6. 116,67 21. 126,67
7. 126,67 22. 150,00
8. 123,33 23. 116,67
9. 173,33 24. 126,67
10. 116,67 25. 136,67
11. 126,67 26. 126,67
12. 126,67 27. 120,00
13. 113,33 28. 110,00
14. 110,00 29. 125,00
15. 156,67 30. 120,00
Mean 126,44
Uji Normalitas
Sig = 0,052
(Shapiro-Wilk)
(Sumber : hasil pengukuran tekanan darah pada responden)
Dilihat dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan nilai
rata-rata MAP sebelum diberikan terapi buah belimbing adalah sebesar 126,44 mmHg
dengan uji normalitas (Shapiro-Wilk) yang didapatkan nilai signifikansi (p value = 0,052).
Oleh karena nilai p value > 0,05 maka data tekanan darah sebelum diberikan terapi buah
belimbing berdistribusi normal dan layak untuk dilakukan uji Paired t Test.
No. Responden MAP post test No. Responden MAP post test
1. 120,00 16. 98,33
2. 120,00 17. 116,67
3. 110,00 18. 110,00
4. 113,33 19. 106,67
5. 100,00 20. 93,33
6. 110,00 21. 130,00
7. 103,33 22. 126,67
8. 113,33 23. 133,33
9. 123,33 24. 123,33
10. 106,67 25. 100,00
11. 116,67 26. 118,33
12. 126,67 27. 120,00
13. 106,67 28. 110,00
14. 120,00 29. 103,33
15. 120,00 30. 106,67
Mean 112,78
Uji Normalitas
Sig = 0,768
(Shapiro-Wilk)
(Sumber : hasil pengukuran tekanan darah pada responden)
Dilihat dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden telah didapatkan
nilai rata-rata MAP setelah diberikan terapi buah belimbing adalah sebesar 112,78 mmHg
dengan uji normalitas (Shapiro-Wilk) yang didapatkan nilai signifikansi (p value = 0,768).
Oleh karena nilai p value > 0,05 maka data tekanan darah setelah diberikan terapi buah
belimbing juga berdistribusi normal dan layak untuk dilakukan uji Paired t Test.
Dilihat dari tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden telah didapatkan
hasil rata-rata dari MAP sebelum diberikan terapi buah belimbing sebesar 126,45 mmHg,
sedangkan hasil rata-rata MAP setelah diberikan terapi buah belimbing sebesar 112,78
mmHg. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan nilai rata-rata MAP
antara pre test dan post test sebesar 13,67 mmHg disebabkan karena responden telah
diberikan terapi buah belimbing.
Dari hasil uji statistik Paired t Test diatas didapatkan nilai signifikansi (2-tailed)
sebesar 0,000. Oleh karena nilai p value < 0,05 berarti H0 ditolak dan H1 diterima,
sehingga dapat dinyatakan bahwa buah belimbing efektif untuk penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi.
1. Analisa Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum Diberikan Terapi Buah Belimbing
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, data menunjukkan bahwa tekanan
darah pada tiap-tiap responden bervariasi. Data menunjukkan nilai rata-rata MAP pre test
(sebelum diberikan terapi buah belimbing) sebesar 126,45 mmHg. Variasi nilai tekanan
darah tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor usia, jenis
kelamin, kegemukan (obesitas), faktor riwayat keluarga, kebiasaan/pola hidup (konsumsi
garam, merokok, konsumsi alcohol, dan olahraga) serta stress (Beevers. D, 2000).
Dari faktor usia telah didapatkan data pada gambar 4.2 bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 17 orang (56,7%) berumur antara 51-55 tahun. Tekanan darah
akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini sering disebabkan oleh
karena perubahan alamiah dari dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh
darah, dan hormon (Beevers. D, 2000). Dengan demikian, banyaknya responden penderita
hipertensi yang berusia 51-55 tahun telah membuktikan bahwa seiring dengan
pertambahan usia seseorang, maka tekanan darah seseorang juga akan mengalami
peningkatan.
Dari gambar 4.1 telah ditunjukkan bahwa hampir seluruh jenis kelamin responden
atau sebesar 23 orang (76,7%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini telah dijelaskan oleh
Beevers D (2000), bahwa perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih
banyak menderita hipertensi. Pada umumnya insiden pria lebih tinggi daripada wanita,
namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat. Dengan
demikian, wanita memiliki resiko yang lebih besar daripada pria untuk menderita hipertensi
oleh karena pada usia pertengahan wanita akan mengalami menopause.
Dari gambar 4.3 didapatkan bahwa hampir setengah responden atau sebesar 13
orang (43,3%) berpendidikan SD. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuannya. Pada umumnya tingkat pengetahuan yang tinggi akan
memudahkan seseorang untuk memecahkan informasi dan kemudian dapat menentukan
pilihan dalam pelayanan kesehatan dan menerapkan hidup yang sehat dikemudian hari
(Suwarno, 2001). Dengan demikian, apabila seseorang berpendidikan kurang maka tidak
menutup kemungkinan bahwa orang tersebut akan mempunyai pengetahuan yang kurang
pula dalam menentukan pilihan yang tepat ketika menghadapi suatu penyakit..
Sedangkan dari gambar 4.4 didapatkan bahwa hanpir seluruh responden yaitu
sebesar 24 orang (80%) tidak bekerja. Dalam hal ini, bekerja sama halnya dengan
beraktivitas atau dapat pula dikatakan sebagai olahraga. Beevers. D (2000), menyebutkan
bahwa olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga
isotonik yang teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang tidak bekerja akan
meningkatkan tahanan perifer oleh karena tubuh tidak digunakan secara rutin untuk
melakukan aktivitas, sehingga keadaan ini akan mampu meningkatkan tekanan darah.
Jenis kelamin, umur, pendidikan, dan juga pekerjaan dapat mempengaruhi
peningkatan tekanan darah. Rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta kurangnya
informasi akan berpengaruh terhadap pola hidup sehat. Selain faktor tersebut, terjadinya
peningkatan tekanan darah juga disebabkan oleh karena responden dalam penelitian ini
masih belum mencoba menurunkan tekanan darahnya dengan cara alamiah atau non
farmakologis yang dalam hal ini adalah buah belimbing. Karena dalam pengontrolan
hipertensi selain dengan terapi farmakologis juga harus didukung dengan terapi non
farmakologis seperti mengkonsumsi makanan yang rendah natrium dan kaya kalium.
2. Analisa Efektifitas Buah Belimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi
1. Tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum diberikan terapi buah belimbing
didapatkan nilai rata-rata MAP sebesar 126,45 mmHg.
2. Tekanan darah pada penderita hipertesni setelah diberikan terapi buah belimbing
didapatkan nilai rata-rata MAP sebesar 112,78 mmHg.
3. Berdasarkan hasil Uji Paired t Test disimpulkan bahwa buah belimbing efektif untuk
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari
Kota Mojokerto.
Afrianti, Leni Herliani. (2010). 33 Macam Buah-Buahan Untuk Kesehatan. Bandung : Alfabeta
Alimul H, Aziz. (2003). Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. -Ed. 01-. Jakarta :
Salemba Medika
Alimul H, Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Arisandi, Y dan Yovita, A. (2005). Khasiat Tanaman Obat. -Ed. 01-. Jakarta : Pustaka Buku
Murah
Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. -Ed. 08-. Vol 1. Jakarta :
EGC
Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. -Ed. 11-. Jakarta : EGC
Harmanto, Ning. (2009). Hipertensi/Darah Tinggi. Error! Hyperlink reference not valid.
Khomsan, Ali. (2004). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Lastri. (2009). Efektifitas Mengkudu Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi. http://getskripsi.com/2009/10/21/efektifitas-mengkudu-terhadap-penurunan-tekanan-
darah-pada-penderita-hipertensi-di-desa-dagangan-kecamatan-dagangan-kabupaten-madiun/
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Ramali, Ahmad dan K. St. Pamoentjak. (2002). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah.
Jakarta : Djambatan
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Wiryowidagdo, S dan Sitanggang, M.. (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah
Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta : Agro Media Pustaka