You are on page 1of 8

PENGARUH PEMBERIAN BAWANG PUTIH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA

LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS RAWAT INAP BUKOPOSO DESA BUKOPOSO


KEC. WAY SERDANG KAB. MESUJI PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2018

Rika Yulendasari1, Wayan Jane2


1
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Malahayati
E-mail : rikajeng@yahoo.com
2
Mahasiswa Universitas Malahayati Bandar Lampung
E-mail : wayanjane1404@gmail.com

ABSTACT : EFFECTS OF GARLIC ON BLOOD PRESSURE IN ELDERLY WITH HYPERTENSION AT PUBLIC


HEALTH SERVICES (PUSKESMAS BUKOPOSO WAY SERDANG) PROVINCE OF LAMPUNG 2018

Introduction : High blood pressure or hypertension in the elderly is a disease of upper blood pressure (systole)
more than 140 mmHg and diastole blood pressure more than 90 mmHg, If high blood pressure is not well
controlled, then there can be a series of serious complications and cardiovascular disease such as angina, heart
attack, stroke, heart failure, kidney damage, and eye problems, non-pharmacological drugs or traditional
remedies are mengkudu, bay leaf, seaweed, garlic, squash and other herbsBased on data from Dinas Kesehatan
Lampung Province, hypertension disease in every year always goes into 10 (ten) major diseases suffered by the
community which in the year of 2004 was ranked as 89,204 cases or 6.58%, in 2005 ranked VI as many as
110,622 cases or 7.33% and in 2006 ranked III to 52,147 cases or 9.87%, and in 2008 the order of 7 which
experienced a decrease of 4.21% or 65,282, whereas in 2012 experienced a specific increase ie 71034 to rank 3
with hypertension is a health problem in 10 (ten) major diseases suffered by society every year (Provincial Health
Office of Lampung, 2014). Based on the results of prasurvey that researchers have done on November 18-24,
2017 at Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Bukoposo Village Kec. Way Serdang Kab. Mesuji, there are 38
elderly who have hypertension, where handling so far use pharmacology drug that is kaptopril.
Objective: Was know the effect of garlic on blood pressure drop in elderly with hypertension at Bukoposo Way
Serdang District Kab. Praise Lampung Province 2018.
Method: The type of this research was quantitative, the design of this study used quasi experimental design with
one group pretest-postes design approach, the population and sample were 27 persons, analysis test data using
t-test.
Results: Mean systolic blood pressure before being given garlic in the elderly with hypertension 150.93, and after
being given garlic to 125.19. Value p-value = 0,000 <α (0.05)
Conclusion: There is influence of garlic to decrease systolic blood pressure in elderly with hypertension in
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Lampung Province Year
2018. Suggestion as an information material for health workers to provide garlic with a dose of 3 cloves (4
grams) or use dosage (alisin) to elderly people who have high blood pressure.

Keywords : Garlic, Hypertension, Elderly

Pendahuluan: Penyakit darah tinggi atau hipertensi pada lansia adalah penyakit tekanan darah batas atas
(systole) lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah bawah (diastole) lebih dari 90 mmHg, Bila tekanan darah
tinggi tidak dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular
seperti angina, serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, dan masalah mata, obat
nonfarmakologis atau obat tradisional adalah mengkudu, daun salam, rumput laut, bawang putih, labu siam dan
tumbuhan herbal lainnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, penyakit hipertensi setiap
tahunnya selalu masuk ke dalam 10 (sepuluh) penyakit utama yang diderita masyarakat yang pada tahun 2004
berada di peringkat 89.204 kasus atau 6,58%, pada tahun 2005 menempati peringkat VI sebanyak 110.622
kasus atau 7,33% dan pada tahun 2006 menempati peringkat III sampai 52.147 kasus atau 9,87%, dan pada
tahun 2008 urutan 7 yang mengalami penurunan sebesar 4,21% atau 65,282, sedangkan pada tahun 2012
mengalami peningkatan spesifik yaitu 71034 untuk peringkat 3 dengan hipertensi adalah kesehatan masalah
pada 10 (sepuluh) penyakit utama yang diderita masyarakat setiap tahun (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
2014). Berdasarkan hasil prasurvey yang telah peneliti lakukan pada tanggal 18-24 November 2017 di
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji, terdapat 38 lansia yang
mengalami hipertensi, dimana penanganan selama ini menggunakan obat farmakologi yaitu kaptopril.
Tujuan : Diketahui Pengaruh pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada lansia
dengan hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi
Lampung tahun 2018.
Metode : Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, rancangan dalam penelitian ini menggunakan desain quasi
eksperimen dengan pendekatan one group pretes-postes design, jumlah populasi dan sampel sebanyak 27
orang, uji analisa data menggunakan uji t-tes.
Hasil : Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan bawang putih pada lansia dengan hipertensi 150.93,
dan setelah diberi bawang putih menjadi 125.9. Nilai p-value = 0,000 < α (0,05)
Kesimpulan : Ada pengaruh pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada lansia
dengan hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi
Lampung Tahun 2018. Saran sebagai bahan informasi bagi bagi tenaga kesehatan agar memberikan bawang
putih dengan dosis 3 siung (4 gram) atau menggunakan sediaan (alisin) kepada lansia yang mengalami tekanan
darah tinggi

Kata Kunci : Bawang Putih, Hipertensi, Lansia

PENDAHULUAN
Penyakit darah tinggi atau hipertensi pada lansia adalah penyakit tekanan darah batas atas (systole) lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah bawah (diastole) lebih dari 90 mmHg. Menurut WHO di Jenewa 2002,
didapatkan prevalensi penyakit hipertensi adalah 13-155 dari populasi dewasa dunia. Setengah dari populasi
yang berusia lebih dari 60 tahun adalah penderita hipertensi. Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab
kematian 7,1 juta orang seluruh dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian, dan prevalensinya hampir sama
besar baik di Negara berkembang maupun dinegara maju (Mohanis, 2014).
Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang
menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari tahun penelitian terakhir, dikemukakan bahwa
terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika menderita hipertensi. Penderita hipertensi juga
menyerang Thailand sebesar 17% dari total penduduk, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9% dan
indonesia memiliki angka yang cukup tinggi,yaitu 15%. 15 % dari 230 juta penduduk indonesia, berarti hampir 35
juta penduduk Indonesia terkena hipertensi (Susilo & Wulandari, 2011).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar
9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1
persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat
hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %)
(Riskesdas, 2013).
Berdasarkan data di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung bahwa, penyakit hipertensi di setiap tahunnya
selalu masuk ke dalam  10 (sepuluh) besar penyakit yang diderita masyarakat dimana pada tahun 2004
menduduki peringkat VIII  sebanya 89.204 kasus atau 6,58 % , tahun 2005 peringkat ke VI sebanyak 110.622
kasus atau 7,33 % dan pada tahun 2006 peringkat ke III sebanyak 52.147 kasus atau 9,87 %, dan pada tahun
2008  urutan 7 yang mana mengalami penurunan 4,21% atau 65.282, sedangkan pada tahun 2012 mengalami
peningkatan yang sepesifik yaitu 71034 menjadi peringkat ke 3 dengan demikin hipertensi merupakan  masalah
kesehatan yang ada di 10 (sepuluh) besar penyakit yang diderita masyarakat tiap tahunnya (Dinkes Provinsi
Lampung, 2014).
Bila tekanan darah tinggi tidak dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan
penyakit kardiovaskular seperti angina, serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, dan masalah
mata (Palmer, 2007). Pencegahan hipertensi bisa diatasi dengan 2 cara yaitu dengan farmakologis atau dengan
obat-obatan anti hipertensi dengan jangka panjang bahkan seumur hidup, seperti diuretik, (Tablet
Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide). Pengobatan nonfarmakologis yaitu dapat menurunkan tekanan
darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau setidaknya ditunda, adapun obat
nonfarmakologis atau obat tradisional adalah mengkudu, daun salam, rumput laut, bawang putih, labu siam dan
tumbuhan herbal lainnya (Depkes RI, 2008).
Bawang putih sudah lama digunakan sebagai penyedap rasa dan mempunyai keuntungan dalam mencegah
dan mengobati berbagai penyakit. Bawang putih merupakan suatu obat herbal karena kemampuannya dalam
merelaksasikan otot polos pembuluh darah. Beberapa studi eksperimental menunjukkan adanya beberapa efek
dari bawang putih, termasuk efek aktivasi sintesis nitric oxide endotel dan hiperpolarisasi membran sel otot,
sehingga dapat menurunkan tonus pembuluh darah (Darmadi, 2012).
Efek antihipertensi dari bawang putih sudah diteliti namun masih bersifat kontroversial. Namun, pada
penelitian-penelitian sekarang ini, dilakukan percobaan-percobaan dengan hasil yang menunjukkan penurunan
tekanan darah diastolik dan ada juga percobaan yang menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik yang
bermakna pada pasien yang diterapi dengan bawang putih (Darmadi, 2012). Penelitian yang telah dilakukan oleh
Mohanis tahun 2015 dengan judul “pemberian air seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah”
Hasil penelitian didapatkanrata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang
putih yaitu 165,33 ± 9,9 mmHg dan 154 ± 9,1 mmHg, t hitung 12,588. Rata -rata tekanan darah diastolik
sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang putih 96,66 ± 16,858 mmHg dan 94 ± 12,98 mmHg, t hitung
14,492. Ada perbedaan yang signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemberian
seduhan bawang putih. Dapat disimpulkan konsumsi seduhan bawang putih dapat menurunkan tekanan darah
pada lansia hipertensi.
Berdasarkan hasil prasurvey yang telah peneliti lakukan pada tanggal 18-24 November 2017 di Puskesmas
Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji, terdapat 38 lansia yang mengalami
hipertensi, dimana penanganan selama ini menggunakan obat farmakologi yaitu kaptopril.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. (Notoatmodjo, 2010)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia dengan hipertensi di Puskesmas Rawat Inap
Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung Tahun 2018 sebanyak 38 lansia

HASIL
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas Variable Sebelum Perlakuan Dan Sesudah Perlakuan Test of normality

Nilai skor test Nilai Kolmogorv-Smirnov


Nilai tekanan darah sebelum intervensi 0.223
Nilai tekanan darah setelah intervensi 0.038
Uji normalitas adalah uji prasyarat sebelum dilakukannya uji perbedaan atau pengaruh ( compare means).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas kosmologrov smirnov dengan ketentuan : Jika niali p-
value > dari 0.05 maka distribusi normal Jika niali p-value < dari 0.05 maka distribusi tidak normal, p-value pada
penelitian ini didapat 0.38 yang artinya lebih besar dari 0.05 maka data berdistribusi normal, dan selanjutnya
dapat dilakukan uji t-tes.

Analisa Univariat
Tabel 2
Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik Sebelum Diberikan Bawang Putih Pada Lansia Dengan Hipertensi Di
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung Tahun
2018.
N=27
Variabel Mean ±SD SE Min Max
Tekanan darah sebelum 150.93±10.565 2.033 140 170
intervensi
Berdasarkan table 2 diatas dapat diketahui bahwa dari 27 responden penelitian, diperoleh hasil nilai
mean atau nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum intervensi sebesar 150.93, standar deviasi sebesar
10.565, standar eror 2.033 hasil rata-rata terendah atau hasil minimal yaitu sebesar 140 dan hasil tekanan darah
tertinggi atau hasil maximal sebesar 170.
Tabel 3
Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik Sesudah Diberikan Bawang Putih Pada Lansia Dengan Hipertensi Di
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung Tahun
2018
N=27
Variabel Mean ±SD SE Min Max
Tekanan darah Sesudah 125.19±11.222 2.160 110 140
intervensi

Berdasarkan table 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 27 responden penelitian, diperoleh hasil nilai
mean atau nilai rata-rata tekanan darah sistolik setelah intervensi sebesar 125.19, standar deviasi sebesar
11.222, standar eror sebesar 2.160 hasil rata-rata terendah atau hasil minimal yaitu sebesar 110 dan hasil
tekanan darah tertinggi atau hasil maximal sebesar 140.

Analisis Bivariat
Tabel 4
Pengaruh pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan sistolik darah pada lansia dengan hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung Tahun 2018
N=38
Hasil Pengukuran Tekanan Mean± SD SE t P value CI-95%
Darah
Tekanan Darah Sebelum 150.93±10.565 2.033 74.233 0.000 146.75-155.11
Intervensi
120.75-129.62
Tekanan Darah Sesudah 125.19±11.222 2.160 57.967
Intervensi
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat hasil uji t didapat p value 0,000 < α (0,05) artinya H0 ditolak dan Ha
diterima, yang berarti ada pengaruh pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada
lansia dengan hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji
Provinsi Lampung Tahun 2018.
PEMBAHASAN
Analisis Univariat

Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik Sebelum Diberikan Bawang Putih Pada Lansia Dengan Hipertensi Di
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung Tahun
2018
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa dari 38 responden penelitian, diperoleh hasil
nilai mean atau nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum intervensi sebesar 150.93, standar deviasi sebesar
10.565, standar eror 2.033 hasil rata-rata terendah atau hasil minimal yaitu sebesar 140 dan hasil tekanan darah
tertinggi atau hasil maximal sebesar 170, dengan nilai t = 74.233 (<0.05) yang artinya pemberian bawang putih
dapat menurunkan tekanan darah sistolik lansia.
Sejalan dengan teori yang dikemukankan oleh Muhammaddun (2011) tekanan darah tinggi atau
hipertensi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh-pembuluh yang mengangkut
darah dari jantung yang memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh. Tekanan darah tinggi bukan
berarti tegangan emosi yang berlebihan, meskipun tegangan emosi dan stres dapat meningkatkan tekanan
darah untuk sementara waktu. Tekanan darah normal adalah di bawah 120/80 mmHg, tekanan darah antara
120/80 dan 139/89 disebut “pra-hipertensi” (“pre-hypertension”), dan suatu tekanan dari 140/90 atau di atasnys
dianggap tinggi (Muhammadun, 2011).
Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat mempengaruhi satu sama lain. Kondisi
masing-masing tidak sama sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang sangat berlainan. Berikut
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi secara umum yaitu toksin, faktor genetic, umur, jenis
kelamin, etnis, stress, kegemukan (Obesitas), merokok, narkoba, alcohol, afein dan kurang olahraga (Kartikasari,
Chasani & Ismail, 2012)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mohanis tahun 2015 dengan
judul pemberian air seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah. Hasil penelitian didapatkanrata-
rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang putih yaitu 165,33 ± 9,9 mmHg
dan 154 ± 9,1 mmHg, t hitung 12,588. Rata -rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian
seduhan bawang putih 96,66 ± 16,858 mmHg dan 94 ± 12,98 mmHg, t hitung 14,492.
Menurut pendapat peneliti berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan darah yang dialami
oleh lansia berbeda-beda hal tersebut dikarenakan oleh faktor usia dan jenis kelamin. Dimana lansia yang
mempunyai usia lebih dari 60 tahun akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia
yang kurang dari 60 tahun dan lansia yang memiliki jenis kelamin laki-laki akan mengalami tekanan darah yang
lebih tinggi dibandingkan dengan lansia dengan jenis kelamin perempuan. sedangkan penurunan tekanan darah
yang dialami oleh lansia ada yang berbeda-beda hal tersebut dikarenakan nutrisi atau makanan yang
dikonsumsi oleh lansia tersebut setiap harinya berbeda-beda ada yang mengkonsumsi kadar garamnya lebih
tinggi ada yang tidak mengkonsumsi garam sehingga penurunan tekanan darah yang dialami juga berbeda,
serta penggunaan obat antihipertensi dengan dosis yang berbeda juga.
Rata-Rata Tekanan Darah Sesudah Diberikan Bawang Putih Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Puskesmas
Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung Tahun 2018

Sedangkan nilai mean atau nilai rata-rata tekanan darah sistolik setelah intervensi sebesar 125.19, standar
deviasi sebesar 11.222, standar eror sebesar 2.160 hasil rata-rata terendah atau hasil minimal yaitu sebesar 110
dan hasil tekanan darah tertinggi atau hasil maximal sebesar 140.
Sejalan dengan teori yang dikemukankan oleh Sijangga (2010) hipertensi atau darah tinggi sangat
bervariasi bergantung bagaimana seseorang memandangnya. Secara umum hipertensi adalah kondisi tekanan
darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi di sebut juga pembunuh
gelap atau silent killer. Hipertensi dengan secara tiba-tiba dapat mematikan seseorang tanpa diketahui gejalanya
terlebuh dahulu. Hipertensi adalah tekanan darah antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg disebut pra-hipertensi
(pre-hypertension) dan tekanan lebih dari 140/90 mmHg sudah dianggap tinggi dan disebut hipertensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mohanis tahun 2015 dengan
judul pemberian air seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah. Hasil penelitian didapatkanrata-
rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang putih yaitu 165,33 ± 9,9 mmHg
dan 154 ± 9,1 mmHg, t hitung 12,588. Rata -rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian
seduhan bawang putih 96,66 ± 16,858 mmHg dan 94 ± 12,98 mmHg, t hitung 14,492.
Menurt peneliti, hypertensi dapat dikurangi dengan pengobatan yang tutin, baik menggunakan obat
farmakologi ataupun herbal. Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi non medika mentosa (non
farmakologi) dan medika mentosa (obat-obatan). Pengobatan non medika mentosa adalah pengobatan tanpa
obat-obatan anti hipertensi. Pengobatannya berdasarkan masukan garam dapur dengan diet rendah garam,
olahraga, penurunan berat badan, daan perbaikan gaya hidup seperti menghindari berakohol. Umbi bawang
yang diberikan dalam ekstrak alisin dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia, sejalan
dengan penelitian oleh Moharis (2015) Senyawa aktif dalam bawang putih diduga dapat menghambat
masuknya ion ke dalam sel. Dengan demikian, akan terjadi penurunan konsentrasi ion intraseluler dan
diikuti relaksasi otot. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pelebaran ruangandalam pembuluh darah,
sehingga tekanan darah menjadi turun

Analisa Bivariat

Pengaruh pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan sistolik darah pada lansia dengan hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung Tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian analisa bivariat menggunakan uji t test sample dependent didapatkan nilai p
value 0,000 < α (0,05) artinya H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh pemberian bawang putih
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa
Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung Tahun 2018. Nilai t hitung sebesar 57.967 > dari t
tabel 8.502 yang artinya pemberian ekstrak bawang putih memiliki hasil yang signifikan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi pada lansia.
Berdasarkan hasil teori sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wahyudi (2014) Tekanan darah
tinggi atau hipertensi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh-pembuluh yang
mengangkut darah dari jantung yang memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh. Tekanan darah
tinggi bukan berarti tegangan emosi yang berlebihan, meskipun tegangan emosi dan stres dapat meningkatkan
tekanan darah untuk sementara waktu. Tekanan darah normal adalah di bawah 120/80 mmHg, tekanan darah
antara 120/80 dan 139/89 disebut “pra-hipertensi” (“pre-hypertension”), dan suatu tekanan dari 140/90 atau di
atasnys dianggap tinggi.
Hipertensi atau darah tinggi sangat bervariasi bergantung bagaimana seseorang memandangnya.
Secara umum hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan
darah normal. Hipertensi di sebut juga pembunuh gelap atau silent killer. Hipertensi dengan secara tiba-tiba
dapat mematikan seseorang tanpa diketahui gejalanya terlebuh dahulu. Hipertensi adalah tekanan darah antara
120/80 mmHg dan 139/89 mmHg disebut pra-hipertensi (pre-hypertension) dan tekanan lebih dari 140/90 mmHg
sudah dianggap tinggi dan disebut hipertensi (Keloko, 2015).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi non medika mentosa (non farmakologi) dan
medika mentosa (obat-obatan). Pengobatan non medika mentosa adalah pengobatan tanpa obat-obatan anti
hipertensi. Pengobatannya berdasarkan masukan garam dapur dengan diet rendah garam, olahraga, penurunan
berat badan, daan perbaikan gaya hidup seperti menghindari berakohol (Kurniati, Setiawan, Rohmani, Lahdji,
Tajally, Ratnaningrum & Basuki, 2017).
Pengobatan tradisional adalah pengobatan terhadap hipertensi yang menggunakan bahan-bahan alami
yang ada disekitar kita. Pengobatan seperti ini tidak memiliki efek samping tetapi pengobatannya tidak bisa
secara langsung, perlu sabar, ketelatenan, dan manfaatnya baru akan kelihatan dalam jangka panjang. Berikut
ini adalah bahan-bahan alami yang sudah terbiasa dan terbukti ampuh untuk mengobati hipertensi. Berikut ini
adalah bahan-bahan alami yang sudah terbiasa dan terbukti ampuh untuk mengobati hipertensi (Kusuma &
Husada, 2011).
Senyawa alisin dalam bawang putih berkhasiat menghancurkan pembentukan pembekuan darah dalam
arteri, mengurangi gejala diabetes dan mengurangi tekanan darah. Bawang putih juga mengandung zat alisin
dan hidrogen sulfida. Zat tersebut memiliki efek selayaknya obat darah tinggi, yakni memperbesar pembuluh
darah dan membuat pembuluh darah tidak kaku sehingga tekanan darah akan turun. Kemampuan bawang
putih untuk secara signifikan mengurangi risiko hipertensi dapat dikaitkan dengan kehadiran zat aktif yang
dikenal sebagai allicin dan sulfida. Allicin merupakan zat yang bekerja untuk merelaksasi pembuluh darah,
mengurangi tekanan apa pun, dan kerusakan yang mempengaruhi darah (Izzati & Luthfiani, 2017).
Senyawa aktif umbi bawang putih yang diketahui berpengaruh terhadap ketersediaan ion untuk
kontraksi otot polos pembuluh darah berasal dari kelompok ajoene. Tingginya konsentrasi ion intraseluler
menyebabkan vasokontriksi yang berdampak terhadap terjadinya kondisi hipertensi. Senyawa aktif dalam
bawang putih diduga dapat menghambat masuknya ion ke dalam sel. Dengan demikian, akan terjadi
penurunan konsentrasi ion intraseluler dan diikuti relaksasi otot. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
pelebaran ruangandalam pembuluh darah, sehingga tekanan darah menjadi turun (Dipo & Wibowo, 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mohanis tahun 2015 dengan
judul pemberian air seduhan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah. Hasil penelitian didapatkanrata-
rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang putih yaitu 165,33 ± 9,9 mmHg
dan 154 ± 9,1 mmHg, t hitung 12,588. Rata -rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian
seduhan bawang putih 96,66 ± 16,858 mmHg dan 94 ± 12,98 mmHg, t hitung 14,492. Ada perbedaan yang
signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang putih. Dapat
disimpulkan konsumsi seduhan bawang putih dapat menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi.
Menurut pendapat peneliti berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat penurunan tekanan
darah pada lansia dari sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi yaitu air bawang putih.
Sedangkan penurunan tekanan darah yang dialami oleh lansia ada yang berbeda-beda hal tersebut
dikarenakan nutrisi atau makanan yang dikonsumsi oleh lansia tersebut setiap gharinya berbeda-beda ada yang
mengkonsumsi kadar garamnya lebih tinggi ada yang tidak mengkonsumsi garam sehingga penurunan tekanan
darah yang dialami juga berbeda-beda.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Karakteristik 27 responden berdasarkan usia terbanyak 18 orang (66.7%) 66-74 tahun, dan 15 orang
(55.6%) jenis kelamin responden laki-laki.
2. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan bawang putih pada lansia dengan hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung
Tahun 2018, yaitu sebesar 150.93.
3. Rata-rata tekanan darah sistolik sesudah diberikan bawang putih pada lansia dengan hipertensi di
Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi Lampung
Tahun 2018, yaitu sebesar 125.19.
4. Ada pengaruh pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan
hipertensi di Puskesmas Rawat Inap Bukoposo Desa Bukoposo Kec. Way Serdang Kab. Mesuji Provinsi
Lampung Tahun 2018, analisa data menggunakan uji t didapat p value 0,000 < a 0.05.

SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi bagi tenaga kesehatan agar memberikan bawang putih dengan
dosis 3 siung (4 gram) atau menggunakan sediaan (alisin) kepada lansia yang mengalami tekanan
darah tinggi dapat dan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penurunan tekanan darah tinggi
selain menggunakan obat farmakologi.

2. Bagi tempat penelitian


Sebagai bahan informasi bagi bidan/perawat yang ada ditempat penelitian bahwa
mengkonsumsi bawang putih sesuai takaran/ jumlah yang sesuai dapat menurunkan tekanan darah
pada lansia, sehingga diharapkan dapat diaplikasikan kepada lansia yang mengalami tekanan darah
tinggi, sehingga lebih menghindari efek samping dalam penggunaan obat farmakologi, dan dapat
dijadikan acuan untuk penkes.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menambah wawasan penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan bahan referensi guna
melakukan penelitian yang sama, dan diharapkan peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian
yang sama dapat menambah variabel – variabel yang lain seperti menggunakan bawang putih lanang,
dan bawang putih kating, dengan cara dikeringkan dan dimasukkan dalam kapsul sehingga diperoleh
hasil penelitian yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi. (2012). Peranan Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Hipertensi. Yogyakarta: Nuha Medika.

DepKes, R. I. (2008). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.


Dipo, F., & Wibowo, T. A. (2017). Analisa Praktik Keperawatan pada Pasien Hipertensi dngan Intervensi Inovasi
Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat dengan Kombinasi Pemberian Aroma Terapi Lemon untuk
Menurunkan Tekanan Darah di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2017.
Izzati, W., & Luthfiani, F. (2017). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih Terhadap Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Pusesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi Tahun 2017. 'AFIYAH,
4(2).
Kartikasari, A. N., Chasani, S., & Ismail, A. (2012). Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kabongan
Kidul, Kabupaten Rembang (Doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran).
Keloko, A. B. (2015). Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat terhadap Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2015.
Kebijakan, Promosi Kesehatan dan Biostatistika, 1(1).
Kurniati, I. D., Setiawan, M. R., Rohmani, A., Lahdji, A., Tajally, A., Ratnaningrum, K., & Basuki, R. (2017). BUKU
AJAR: ILMU PENYAKIT DALAM.
Kusuma, M. P., & Husada, S. T. I. K. K. (2011). Pemberian Posisi Fowler Untuk Mengurangi Tekanan Darah
Pada Asuhan Keperawatan Ny. W Dengan Hipertensi Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (Igd) Rsud
Wonogiri.
Mohanis. (2014). Pemberian Air Seduhan Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Universitas
Sumatra Utara: Sumatra Utara. https://ejurnal.stikesrshajimdn.ac.id/download.php?file=Jurnal%20Vol
%209%20No%2.

Muhammadun, Abidin, Syah. (2011). Hindari Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang Pembunuh
Sekejap. Yogyakarta: IN BOOKS.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan.


Palmer, Anna & Profesor Bryan Williams. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga.
Sijangga, W. N. (2010). Hubungan antara strategi coping dengan kecemasan menghadapi persalinan pada ibu
hamil hipertensi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Susilo, Y., Wulandari, A. ( 2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Andi Ofset.

Wahyudi, A. I. (2014). Gambaran tekanan darah berdasarkan faktor pemberat hipertensi pada pasien hipertensi
perokok di wilayah kerja Puskesmas Ciputat kota Tangerang Selatan.

You might also like