You are on page 1of 18

a Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan , Universitas Harapan Bangsa , Jl.

Raden
Patah NO 100, Kedunglongsir, Ledug, Kembaran, Banyumas, 53182, Indonesia

b Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan , Universitas Harapan Bangsa, Jl.Raden
Patah NO 100, Kedunglongsir, Ledug, Kembaran, Banyumas, 53182, Indonesia

1
sulistianto1975@gmail.com*; 2 ikitwirakhmi@gmail.com; 3 aminsusanto@uhb.ac.id

ABSTRACT

THE EFFECT HYPERTENSIN EXERCISE ON REDUCING BLOOD PRESSURE


IN HYPERTENIVE PATIENTS AT THE PANERUSAN KULON VILLAGE THE
WORKING AREA OF THE SUSUKAN HEALTH CENTER 2 IN
BANJARNEGARA REGENCY

The global prevalance of hypertension is 22%, the prevalence of hypertension in


Indonesia in 2018 is 34.1%. If hypertension is not detected early and gets good
management, it isat risk for sroke or coronary heart disease which can lead to
death. In addition, hypertension is also a comorbidit for people with Covid-19. In
relation to education on lifesyle changes, one of the efforts is to get used to
physical activity, There were various non pharmalogical methods to lower blood
pressure, including hypertension exercise.The research method used was pre-
experimen quantitative research with design of one group pre test- post test. A
sample of 37 hypertensive patients with total sampling technique. The research
instrument used the standar operating procedure for hypertension and the width of
the observation of blood pressure measurement before and after doing
hypertension exercise. Data were analyzed using descriptive and comparative
analysis using the wilcoxon signed rank test. Before hypertension exercise,
hypertensive patients had an average systolic blood pressure of 174.32mmHg,
diastolic 94.59 mmHg. After hypertensive patients exercise, hypertensive patients
had an average systolic blood pressure of 148.38 mmHg and diastolic 83.78
mmHg. There is an effect of hypertension exercise on decreasing blood pressure
in hypertensive patients at Panerusan Kulon village The Working area of the
Susukan Health Center 2 in Banjarnegara Regency (p: 0,000).As a conclusion,
there is an effect of hypertension exercise on decreasing blood pressure in
hypertensive patients.

Judul manuskrip (Tiga kata pertama), (Penulis pertama) | 1


Keywords : Hipertension Exercise, blood pressure, hypertension

PENDAHULUAN

Dunia saat ini menghadapi beban ganda (double burden) permasalahan


kesehatan yaitu di satu sisi belum sepenuhnya dapat mengatasi penyakit infeksi /
penyakit menular namun di sisi lain terdapat kecenderungan peningkatan kasus
kasus penyakit tidak menular/ penyakit degeneratif.Penyakit tidak menular
diantaranya hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, osteoporosis dan lain-
lain. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi jika
pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil di atas 140/90 mmHg atau lebih
dalam keadaan istirahat, dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima
menit ( Sari, 2017).
Menurut WHO (2019) dari total penduduk dunia prevalensi hipertensi secara
global sebesar 22% dan kurang dari seperlima penderita melakukan upaya pengendalian
terhadap tekanan darah yang dimiliki (Arisandi, 2020). Prevalensi hipertensidi Indonesia
menurut Riskesdes tahun 2018 berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18
tahun adalah 34.1%, yang tertinggi adalah Kalimantan Selatan (44,1%) dan yang terendah
adalah Papua (22.2%) (Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan RI, 2018). Untuk
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus baru PTM (Penyakit Tidak
Menular) jumlah kasus baru PTM (Penyakit Tidak Menular) yang dilaporkan secara
keseluruhan pada tahun 2018 adalah 2.412.297 kasus. Penyakit hipertensi masih
menempati proporsi terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan yaitu sebesar 57.10% dan
urutan kedua adalah DM (Diabetes Melitus) sebesar 20.57% .Untuk Kabupaten
Banjarnegara jumlah kasus PTM (Penyakit Tidak Menular) yang dilaporkan tahun 2018
adalah 52.882 kasus. Penyakit hipertensi masih menempati jumlah kasus terbesar yaitu
28.7%, urutan kedua adalah obesitas (8,5%) dan ketiga adalah DM (7.5%) (Profil
Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, 2018)
Kunjungan hipertensi di Puskesmas Susukan 2 tahun 2019 sejumlah 814
pasien, sedangkan jumlah kunjungan hipertensi tahun 2020 sejumlah 1277
pasien. Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi
peningkatan yang bermakna dalam jumlah kunjungan hipertensi di Puskesmas
Susukan 2 tahun 2020 sebesar463 pasien ( 36,25%).
Untuk mengatasi permasalahan hipertensi, UPTD Puskesmas Susukan 2
mulai tahun 2016 mengadakan pelayanan Prolanis ( Program Pelayanan Penyakit
Kronis). Program ini adalah bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) |2


peserta JKN ( Jaminan Kesehatan Nasional ) dari BPJS ( Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial ) bidang Kesehatan, yang mengidap penyakit kronis khususnya
hipertensi dan diabetes melitus tipe 2. Selain itu upaya lain yang dilaksanakan
untuk menangani permasalahan hipertensi adalah dengan dibentuknya Posbindu
PTM ( Penyakit Tidak Menular) di Puskesmas sendiri maupun di setiap desa.
Tujuan dibentuknya Posbindu PTM ( Penyakit Tidak Menular) adalah
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan deteksi dini faktor
resiko PTM (Penyakit Tidak Menular).
Jika hipertensi tidak terdeteksi secara dini dan mendapat pengelolaan yang
baik maka beresiko untuk menjadi penyakit stroke ataupun penyakit jantung
koroner yang bisa mengakibatkan kematian. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal atau sering disebut gagal ginjal. Banyak pasien hipertensi dengan
tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Berdasarkan
Riskesdes tahun 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosa medis atau
yang minum obat hipertensi hanya 8.8%, hal ini berarti sebagian besar penderita
hipertensi tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui faktor risikonya (Badan Litbangkes RI, 2018).Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain konsumsi garam, merokok, stress,
obesitas, dislipidemia, konsumsi kafein, konsumsi alkohol dan kurang aktivitas
fisik (Pikir, 2015).
Selain itu hipertensi juga merupakan komorbid bagi penderita Covid 19.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Singh( 2020) dengan judul Komorbiditas
dalam COVID-19tentang penyakit penyakit yang menyertai pada penderita Covid
19,dipublikasikan pada jurnal NCBI terungkap bahwa hipertensi, DM dan
penyakit cardio vasculer merupakan karakteristik komorbid pasien COVID-19.
Penelitian itu menunjukkan bahwa dari data pasien COVID- 19 di China sejumlah
2209 pasien, hipertensi merupakan komorbid tertinggi ( 21%), diikuti oleh DM
(11%), dan penyakit cardio vaskuler (7%) (Singh , 2020). Berdasarkan riset yang
dilakukan oleh Rozaliyani (2020) dipublikasikan pada jurnal Acta Medica
Indonesia terungkap bahwa usia tua, sesak nafas dan hipertensi merupakan
faktor-faktor prediktor terjadinya kematian pada pasien terkonfirmasi COVID-19.
Hasil penelitian Rozaliyani (2020) tentang faktor-faktor prediktor terjadinya
kematian pada pasien terkonfirmasi COVID-19 di Jakarta didapatkan hasil bahwa
hipertensi meningkatkan resiko kematian COVID-19 sebesar dua kali lipat
(Rozaliyani, 2020)
Oleh karena permasalahan hipertensi ataupun penyakit tidak menular lainnya
berkaitan dengan gaya hidup maka pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden
NO 1 tahun 2017 tentang GERMAS ( Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), tujuan
dari Germas adalah menjalankan hidup yang lebih sehat. Ada 7 (tujuh) langkah
GERMAS yaitu melakukan aktifitas fisik, makan buah dan sayur, tidak merokok,
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan cek kesehatan berkala,
menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan jamban. Berkaitan dengan

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) |3


melakukan aktifitas fisik, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih Safitri dkk Tahun 2017 tentang “Pengaruh Senam hipertensi
terhadap penurunan tekanan darah di Desa Blembem wilayah kerja
Gondangreja”maka didapatkan p value 0,000, hal ini berarti ada pengaruh senam
hipertensi terhadap penurunan tekanan darah. Penelitian yang lain dilakukan oleh
Deiby O Lumempouw dkk tentang “Pengaruh Senam Prolanis terhadap
penyandang Hipertensi Tahun 2016” di Klinik Husada Sario Manado didapatkan
rerata tekanan darah sebelum dan sesudah latihan senam baik pada latihan 2 kali
seminggu maupun 3 kali seminggu p = 0,000 , hal ini berarti ada pengaruh senam
hipertensi terhadap penurunan tekanan darah.
Kementrian Kesehatan mewajibkan pelayanan hipertensi kepada setiap
pemerintah daerah. Berdasarkan Permenkes NO 4 tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang ke 8 (delapan) adalah tentang pelayanan
hipertensi. Dalam Permenkes tersebut dijelaskan bahwa Pelayanan Kesehatan
Hipertensi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang meliputi pengukuran
tekanan darah dilakukan minimal 1 kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan,
edukasi perubahan gaya hidup dan atau kepatuhan minum obat dan melakukan
rujukan jika diperlukan.
Berkaitan dengan edukasi perubahan gaya hidup maka salah satu upayanya
adalah membiasakan aktivitas fisik, pengelolaan stres dan kecemasan. Ada
berbagai metode nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Metode tersebut diantaranya terapi relaksasi progresif, terapi
musik, Yoga dan senam hipertensi (Triyanto, 2017)

Diantara metode nonfarmakologis penurunan tekanan darah, senam


hipertensi memiliki kelebihan. Senam hipertensi mengandung unsur relaksasi,
unsur musik, unsur refleksi dan unsur aerobik. Unsur relaksasi dengan cara slow
deep breathing (nafas dalam) pada saat pemanasan dan pendinginan.Unsur
relaksasi akan membuat tubuh relaks (santai). Unsur musik karena senam
hipertensi diiringi dengan musik. Musik akan membuat pikiran jadi gembira dan
jauh dari stres. Unsur refleksi karena dalam senam hipertensi terdapat gerakan
yang menstimulasi titik-titik refleksi. Unsur refleksi akan memperlancar peredaran
darah, nutrisi dan oksigen, sedangkan unsur aerobik bisa membakar lemak dan
menyebabkan tubuh mengeluarkan keringat (garam). Oleh karenanya senam
hipertensi memiliki manfaat ganda bagi penderita hipertensi yaitu di satu sisi bisa
menurunkan berat badan dan memperbaiki profil lemak darah, di sisi yang lain
bisa menghilangkan stres, mengurangi garam dalam tubuh dan memperlancar
peredaran darah, penyaluran nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh. Kelebihan berat
badan, dislipidemia, asupan garam yang berlebih dan stres merupakan faktor
resiko terjadinya hipertensi. Selain itu senam hipertensi juga merupakan jenis olah
raga yang aman karena ia bersifat ritmik, intensitas sedang dengan melibatkan
kelompok otot besar seperti kaki, bahu dan lengan.Oleh karenanya peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian “Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Penurunan

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) |4


Tekanan Darahdi Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2
Kabupaten Banjarnegara”

METODE PENELITIAN
Desain penelitiannya one group pre test post test design, untuk mengetahui
perubahan tekanan darah setelah pemberian tindakan senam hipertensi. Sampel
dalam penelitian ini adalah lansia yang mengikuti Posyandu Lansia di Desa
Panerusan Kulon sebanyak 37 lansia dengan teknik total sampling. Kemudian
instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan analisis data
menggunakan wilcoxon.
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan data Pre test adalah sebagai
berikut :
a. Penulis menemui Kepala Desa Panerusan Kulon, Penulis mengutarakan
maksud dan tujuan yaitu ingin mengadakan penelitian tentang Pengaruh
Senam Hipertensi terhadap Penurunan tekanan Darah di Desa Panerusan
Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Kabupaten Banjarnegara.
Penulis menunjukkan surat ijin penelitian yang telah diterbitkan oleh
Baperlitbang Kabupaten Banjarnegara.
b. Penulis menemui pengurus Posyandu Lansia Desa Panerusan Kulon.
Penulis menyampaikan maksud dan tujuan, yaitu ingin melakukan penelitian
tentang Pengaruh Senam Hipertensi terhadap Penurunan tekanan Darah di
Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Kabupaten
Banjarnegara.
c. Setelah Penulis mendapatkan data peserta Posyandu Lansia, maka Penulis
dengan dibantu oleh seorang kader kesehatan ( Pengurus Posyandu Lansia)
mendatangi calon responden dari rumah ke rumah.
d. Penulis menjelaskan kepada calon responden tentang maksud dan tujuan
kedatangan. Penulis menanyakan biodata calon responden meliputi nama,
umur, tingkat pendidikan dan alamat. Penulis melakukan anamnesa kepada
calon responden tentang riwayat penyakit jantung, stroke, gagal ginjal atau
penyakit yang lain. Penulis juga menanyakan tentang riwayat pengobatan,
apakah calon responden sedang minum obat anti hipertensi.
e. Setelah Penulis menilai bahwa calon responden memenuhi kriteria eklsklusi
dan inklusi, Penulis menjelaskan kepada calon responden dan keluarga
tentang inform consent, manfaat dan resiko, prosedur senam hipertensi, hal-
hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan sebelum senam hipertensi.
f. Setelah calon responden dan keluarga memahami penjelasan yang
disampaikan Penulis maka Penulis melakukan konfirmasi apakah calon
responden bersedia menjadi responden. Jika calon responden menyatakan
bersedia, maka Penulis memohon calon responden untuk menandatangani

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) |5


inform consent. Penulis kemudian melakukan pengukuran tekanan darah.
Hasil pengukuran dicatat dalam Form Tekanan Darah Responden Pre-test.
Langkah-langkah pengambilan data pada saat intervensi atau pelaksanaan
senam hipertensi:
a. Penulis melakukan absensi terhadap responden (subyek penelitian).
b. Penulis melakukan monitoring terhadap subyek penelitian, monitoring
meliputi kemampuan melakukan kegiatan senam dari awal samapai akhir ,
kejadian yang tidak diinginkan selama senam, dan keluhan setelah senam.
Jika subyek penelitian ada yang tidak mampu melakukan kegiatan senam
dengan alasan tertentu maka subyek penelitian dinyatakan gugur atau
dikeluarkan dari responden. Monitoring terhadap kejadian yang tidak
diinginkan selama kegiatan senam antara lain terkilir, kram otot, pingsan dan
kejadian yang tidak diinginkan lainnya. Monitoring terhadap keluhan setelah
senam meliputi kelelahan, sesak nafas, nyeri dada, pusing dan keluhan
lainnya.
Langkah-langkah pengambilan data pada saat post test :
a. Penulis mempersiapkan tempat untuk melakukan pengukuran tekanan
darah.
b. Penulis mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan pengukuran
tekanan darah meliputi tensimeter, Form Monitoring Tekanan Darah Post
Test, Alat tulis.
c. Penulis melakukan pengukuran tekanan darah kepada subyek penelitian.
Hasilnya dicatat di Form Tekanan Darah Post Test. Dalam melakukan
pencatatan hasil pengukuran tekanan darah Penulis dibantu oleh kader
kesehatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian tentang Pengaruh Senam Hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di
Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Kabupaten Banjarnegara
yang dilaksanakan pada bulan November 2020 sampai dengan Juli 2021 didapatkan hasil
sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Responden

Tabel 1.1 Karakteristik Responden Senam Hipertensi Desa Panerusan Kulon Tahun 2021 Wilayah
Kerja Puskesmas Susukan 2 Tahun 2021

NO Karakteristik %

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) |6


1.
Umur (Tahun) 27 73
10 27
a.60-74 0 0

b.75-90
2.
c. ≥91 7 19
30 81

Jenis Kelamin
3. a. Laki-laki 34 92
3 8
b. Perempuan 0 0

Tingkat Pendidikan
a.Dasar
b.Menengah

c.Tinggi

Tabel 1.1 menunjukkan sebagian besar responden berusia 60-74 tahun (73%), sebagian
besar responden berjenis kelamin perempuan (81%) dan sebagian besar responden hanya
lulus tingkat pendidikan dasar (92%).

2. Analisis Univariat
Gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah dilaksanakan senam
hipertensi seperti dalam Tabel 4.2 berikut :

Tabel 1.2 Distribusi Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah senam hipertensi
Sebelum Senam hipertensi

N Min Max Mean SD

37 140 230 174.32 22.674

Setelah senam hipertensi

N Min Max Mean SD

37 110 180 148.38 18.486

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik sebelum senam hipertensi pada
Lansia hipertensi di Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 rata-rata
174.32 dengan standar deviasi 22.674. Tekanan darah sistolik responden sebelum

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) |7


dilaksanakan senam hipertensi paling rendah 140 mmHg dan paling tinggi 230 mmHg.
Rata-rata tekanan darah sistolik sesudah dilaksanakan senam hipertensi adalah 148.38
mmHg, dengan standar deviasi 18.486. Tekanan darah sistolik responden sesudah
dilaksanakan senam hipertensi paling rendah 110 mmHgdan paling tinggi 180 mmHg.

Tabel 1.3 Distribusi Tekanan Darah diastolik sebelum dan sesudah senam hipertensi
Sebelum Senam hipertensi

N Min Max Mean SD

37 90 130 94.59 8.365

Setelah senam hipertensi

N Min Max Mean SD

37 80 100 83.78 5.940

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa tekanan darah diastolik sebelum senam hipertensi pada
Lansia hipertensi di Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 rata-rata
94.59 dengan standar deviasi 8.365. Tekanan darah diastolik responden sebelum
dilaksanakan senam hipertensi paling rendah 90 mmHg dan paling tinggi 130 mmHg.
Rata-rata tekanan darah diastolik sesudah dilaksanakan senam hipertensi adalah 83.78
mmHg, dengan standar deviasi 5.940. Tekanan darah diastolik responden sesudah
dilaksanakan senam hipertensi paling rendah 80 mmHg dan paling tinggi 100 mmHg.

3. Analisis Bivariat
Uji normalitas data pada penelitian ini didapatkan hasil data tidak normal
sehingga menggunakan analisa non parametrik Wilcoxon untuk mengetahui
tekanan darah sebelum dan sesudah dilaksanakan senam hipertensi.

a. Perbedaan tekanan darah responden sistole sebelum dan sesudah senam


hipertensi di Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Susukan 2 Kabupaten
Banjarnegara.

Tabel 1.4 Perbedaan Tekanan Darah responden sistole sebelum dan sesudah senam hipertensi di
Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun 2021
Variabel N Mean P value

Tekanan darah Sistole 37 174.32


sebelum senam

0.000

Tekanan darah Sistole 37 148.38


sesudah senam

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) |8


Tabel 1.4 menunjukkan bahwa hasil uji Wilcoxon p value 0.000 sehingga ada
pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Desa
Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 (sig.< 0.05)

Tabel 1.5 Perbedaan Tekanan Darah responden diastole sebelum dan sesudah senam hipertensi
di Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan Kabupaten Banjarnegara tahun
2021

Variabel N Mean P value

Tekanan darah Diastole 37 94.59


sebelum senam

0.000

Tekanan darah Diastole 37 83.78


sesudah senam

Tabel 1.5 menunjukkan bahwa hasil uji Wilcoxon p value 0.000 sehingga ada
pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Desa
Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 (sig.< 0.05)

Tabel 1.6 Kategori tekanan darah (sistole) responden sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
senam hipertensi
Tekanan darah

N Kategori sebelum setelah


O senam senam

% %

1 Normal 0 0 5 14
. Normal Tinggi 0 0 3 8
2 Hipertensi 6 16 1 46
. ringan 17 46 7 24
3 Hipertensi 10 27 9 8
. sedang 4 11 3 0
4 Hipertensi 0
. berat
5 Hipertensi
. maligna
6
.

Total 37 100 3 100


7

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) |9


Tabel 1.6 menunjukkan bahwa pada saat sebelum senam hipertensi responden terbesar
adalah menderita hipertensi tingkat sedang (46%), sedangkan setelah senam hipertensi
responden terbesar adalah hipertensi ringan (46%)

A. Pembahasan
1. Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan tingkat
pendidikan di Desa Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2
Kab.Banjarnegara Tahun 2021
a. Usia
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa responden terbesar berumur antara 60-74 tahun yaitu
sejumlah 27 responden atau 73%. Responden yang berumur antara 75-90 tahun
berjumlah 10 atau 27 %, dan tidak ada responden yang berusia ≥ 91 tahun. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hernawan dan Rosyid (2017) tentang Pengaruh Senam
Hipertensi Lansia terhadap Penurunan tekanan darah Lansia dengan hipertensi di Panti
Wreda Dharma Bakti Kelurahan Pajang Surakarta. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa responden terbesar dalam kategori masa lanjut usia (elderly) berusia 60-74
tahun sejumlah 19 orang (64%).
Faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi pada lanjut usia
adalah meningkatnya kekakuan arteri (khususnya pada arteri besar),
neurohormonal dan disregulasi autonom, disfungsi endotel, proses menuanya
ginjal (menurunnya kemampuan untuk mengeluarkan sodium, rendahnya plasma
renin) dan resistensi insulin. Meningkatnya umur berhubungan dengan
perubahan pada struktur dinding pembuluh darah. Perubahan ini mengakibatkan
hilangnya compliance pembuluh darah dan menyebabkan bentuk dan isi dar
arteri yang akan menyebabkan terjadinya hipertensi (Pikir, 2015).
Pada usia lanjut terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer yang bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Padila, 2013).
Kekakuan pembuluh darah arteri adalah determinan yang sangat
penting untuk terjadinya hipertensi sistolik terisolasi pada lansia.
Distenstabilitas arteri dan pulse wave velocity merefleksikan elastisitas dari
arteri. Aorta dan cabang utamanya berfungsi seperti tabung elastis yang dapat
mengalirkan darah dengan denyutannya dari jantung ke pembuluh darah
perifer. Dengan bertambahnya umur ada jaringan viskoelastis yang hilang
secara progresif pada sambungan pembuluh darah, meningkatnya penyakit
ateroskerosis arterial, hipertropi dan sklerosis dari pembuluh darah dan otot
arteri dan arteriol (Pikir, 2015).

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 10


Semakin banyak usia maka tekanan darah semakin meningkat, hal ini
karena dinding arteri pada usia lanjut mengalami penebalan yang
mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh
darah berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Mekanisme
neurohormonal seperti sistem renin –angiotensin –aldosteron (RAA) menurun
dengan bertambahnya usia. Hal ini dihubungkan dengan efek umur pada
nefrosklerosis di apparatus juxtaglomerulus. Level plasma aldosteron juga
menurun, sehingga lansia lebih mudah untuk terjadinya hiperkalemia (Pikir 2015)
Fungsi endotel mulai menurun pada umur 50 tahun, yaitu pada saat tekanan
nadi mulai meningkat. Fungsi endotel ini lebih sering muncul pada wanita pre
menopause dibandingkan pada laki-laki. Observasi ini mungkin disebabkan
estrogen berperan dalam meningkatkan fungsi endotel. Endotel menghasilkan
variasi mediator biologi yang mempengaruhi tonus dan struktur pembuluh darah
yang mempermudah terjadinya aterogenesis dinding pembuluh darah. Endotelin-
1 adalah vasokonstriktor yang dilepaskan oleh endotelium yang dapat
meningkatkan terjadinya arterial stiffness (Pikir 2015).
Proses menua berhubungan dengan penuaan komponen utama ginjal yaitu
pembuluh darah, glomerulus, dan tubulointerstitium. Gangguan pada ketiga
elemen ini menyebabkan hilangnya masa ginjal, sistem ginjal, metabolik dan
penyakit imunologis. Ginjal yang tua dikarakteristikan dengan terjadinya
glomerulosklerosis yang progresif dan adanya interstitial fibrosis yang
berhubungan dengan penurunan GFR (Glomerulo Filtration Rate) dan
penurunan mekanisme homestatik. Meningkatnya sensitivitas terhadap garam
dikarakteristikan dengan meningkatnya tekanan darah pada saat terjadi overload
dari sodium, sebagai hasil dari kemampuan ginjal yang terbatas untuk
mengekskresikan kelebihan sodium (Pikir, 2015)
b. Jenis Kelamin
Tabel 1.1 menunjukkkan bahwa responden terbesar adalah perempuan
sejumlah 30 orang atau 81%, sedangkan responden laki-laki hanya 7 orang atau
19%. Hal ini sesuai dengan penelitian Hernawan dan Rosyid (2017) tentang
Pengaaruh Senam Hipertensi Lansia terhadap Penurunan tekanan darah Lansia
dengan hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Kelurahan Pajang Surakarta.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden terbesar berjenis kelamin
perempuan sejumlah 18 orang (64%).
Prevalensi hipertensi pada wanita mengalami peningkatan setelah
menopause . Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang
dialami wanita yang telah menopause . Perempuan yang belum menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL
(High Density Lipoprotein). Kadar kolesterol HDL yang rendah dan kadar LDL
(Low Density Lipoprotein) yang tinggi mempengaruhi terjadinya aterosklerosis
dan mengakibatkan tekanan darah tinggi. Estrogen dan progesetron dapat
melindungi pembuluh darah dari reaksi oksidatif akibat polusi, makanan dan
sebagainya serta mencegah pembuluh darah dari peradangan. Di samping itu,
hormon estrogen juga mempengaruhi keseimbangan sistem renin angiotensin di

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 11


ginjal yang berfungsi menjaga kestabilan tekanan darah. Namun pada
perjalanannya , wanita akan mengalami berbagai kondisi seperti kehamilan,
pemakaian kontrasepsi dan menopause. Keadaan-keadaan tersebut dapat
menyebabkan kedua hormon yang sebelumnya berperan menjadi pelindung
mengalami penurunan jumlah secara drastis. Maka dari itu memasuki usia 55
tahun, wanita lebih rentan mengalami hipertensi dibandingkan kaum pria. Selain
masalah hormonal ada juga masalah stres yang bisa membuat wanita jadi lebih
rentan hipertensi daripada pria. Stres adalah salah satu faktor yang telah
diketahui berpengaruh terhadap hipertensi dan wanita lebih rentan terhadap
stres (Sari, 2017)
c. Tingkat Pendidikan
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa responden terbesar mempunyai tingkat
pendidikan dasar sejumlah 34 orang (92%), sedangkan yang mengenyam
pendidikan menengah (SMA/SMK) hanya 3 orang atau 8.1%. Hal ini sesuai
dengan penelitian Novaningtyas (2014) tentang Hubungan karakteristik ( umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah lansia
di kelurahan Makamhaji Kec.Kartasura, Kab.Sukoharjo. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa responden terbesar mempunyai tingkat pendidikan dasar
yaitu 45.7%.
Tingkat Pendidikan secara tidak langsung juga mempengaruhi tekanan
darah. Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup yaitu kebiasaan
merokok, kebiasaan minum alkohol, dan kebiasaan aktifitas fisik seperti
olahraga. Tingginya resiko terkena hipertensi pada pendidikan rendah
disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan pada orang yang
berpendidikan rendah sehingga sulit atau lambat menerima informasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku/pola hidup
sehat (Anggara dan Prayitno, 2013)
Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditamatkan klien. Menurut
UU Sisdiknas NO 20 tahun 2003 Pendidikan Dasar meliputi SD/SMP,
Pendidikan Menengah meliputi SMA/ SMK, Pendidikan Tinggi meliputi Diploma,
Sarjana, Magister. Memperkenalkan senam hipertensi kepada lansia adalah
dalam rangka mensosialisasikan gaya hidup sehat. Orang yang berpendidikan
tinggi mempunyai informasi kesehatan termasuk hipertensi dan lebih mudah
menerima gaya hidup sehat seperti diet sehat, olah raga, dan memelihara berat
badan ideal(Pikir, 2015).
2. Tekanan darah sebelum pemberian senam hipertensi di Desa Panerusan
Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Kabupaten Banjarnegara Tahun
2021
Pada tabel 1.2 dan tabel 1.3 menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik
lansia di desa Panerusan kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Kabupaten
Banjarnegara rata-rata 174.32, tekanan darah sistolik responden yang paling
rendah 140 mmHg ,sedangkan yang paling tinggi 230 mmHg. Tekanan darah
diastole rata-rata 94.59 mmHg, paling rendah 90 mmHg, paling tinggi 130
mmHg. Dari data di atas, tekanan darah responden di Desa Panerusan Kulon

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 12


Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 termasuk hipertensi derajat sedang. Hal ini
dimungkinkan karena usia responden sebagian besar berkisar 60-74 tahun.
Tekanan darah orang dewasa cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
Semakin tua seseorang maka semakin besar peluang untuk terjadinya
hipertensi. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan darah. Ada beberapa organ yang berperan
dalam terjadinya hipertensi seiring bertambahnya usia :
a. Jantung
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Penambahan
usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atropi) seperti organ tubuh yang
lain, tetapi terjadi hipertropi.

b. Ginjal
Pada sel-sel ginjal, berkurangnya sel-sel nefron yang masih utuh
menyebabkan kemampuan ginjal untuk menyaring zat-zat yang melewatinya
akan berkurang sehingga kemampuan ginjal untuk mengeluarkan natrium
yang berlebihan di dalam tubuh telah berkurang yang merupakan salah satu
faktor yang berkontribusi untuk terjadi hipertensi

c. Pembuluh Darah Perifer


Penyumbatan arteri terutama disebabkan oleh aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan penebalan dan pengerasan pembuluh darah yang
disebabkan oleh akumulasi lemak, kolesterol, hasil pembuangan sel, kalsium
dan fibrin. Akibat aterosklerosis maka jantung akan lebih kuat memompa
darah sehingga terjadilah hipertensi. Hal ini bertambah berat seiring dengan
pertambahan usia.
Perubahan gaya hidup berdampak besar pada perkembangan
aterosklerosis, karena aterosklerosis tidak dapat dihilangkan, mengubah gaya
hidup tidak sehat dapat membantu mencegah memburuknya kondisi.
Perubahan gaya hidup yang sehat seperti menghindari konsumsi makanan
berlemak, membatasi alkohol, setiap hari berolahraga dan berhenti merokok,
semuanya membantu memperlambat dampak dan mencegah memburuknya
aterosklerosis (Abata, 2014)

3. Tekanan darah responden setelah senam hipertensi.


Hasil penelitian ini diuji dengan wilcoxon diketahui bahwa nilai p value
sistolik (0.000) dan diastolik (0.000) < α (0.05) artinya Ho ditolak. Jadi melakukan
senam hipertensi berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah di Desa
Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Kabupaten
Banjarnegara.
Hal ini sejalan dengan penelitian Susanti (2019) dengan judul Pengaruh
senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 13


Posyandu Lansia Desa Jabres Kecamatan Sruweng yang menyatakan bahwa
ada pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi di Posyandu Lansia Desa Jabres Kec.Sruweng (p: 0.000). Penelitian
Susanti (2019) dilakukan terhadap 30 responden. Sebelum senam hipertensi,
pasien hipertensi rata-rata memiliki tekanan darah sistole 156.83 dan diastole
93.50 mmHg. Sesudah senam hipertensi, pasien hipertensi rata-rata memiliki
tekanan darah sistole 152.17 mmHg dan diastole 97.83 mmHg.
Penelitian lain yang linear adalah penelitian Hernawan dan Rosyid (2017)
dengan judul Pengaruh Senam hipertensi lansia terhadap penurunan tekanan
darah lansia dengan hipertensi di Panti Wreda Darma Bhakti Kelurahan Pajang
Surakarta. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ada pengaruh
senam hipertensi terhadap tekanan darah Lansi di Panti Wreda Darma Bakti
Surakarta dengan p value : 0.001. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagian
besar responden (39%) memiliki prehypertension dan setelah pemberian senam
hipertensi sebagian besar memiliki tekanan darah normal (56%).
Senam hipertensi memiliki 4 unsur yaitu unsur unsur relaksasi, unsur musik
unsur refleksi dan unsur aerobik. Unsur relaksasi dengan cara slow deep
breathing (nafas dalam) pada saat pemanasan dan pendinginan.Unsur relaksasi
akan membuat tubuh relaks (santai). Unsur relaksasi menurunkan tekanan darah
dengan menghambat sistem saraf otonom dan meningkatkan aktivitas
parasimpatis yang dikarakteristikkan dengan menurunnya otot rangka, tonus otot
jantung dan mengganggu fungsi neuroendrokin (Triyanto, 2017).
Unsur musik karena senam hipertensi diiringi dengan musik. Music akan
membuat pikiran jadi gembira dan jauh dari stres. Unsur musik menurunkan
tekanan darah dengan cara membentuk pola dan menciptakan medan energi
resonansi dan gerakan di ruang sekitarnya. Energi akan diserap oleh tubuh
manusia dan energi-energi itu secara halus mengubah pernafasan, detak
jantung, tekanan darah ketegangan otot, temperatur kulit dan ritme-ritme internal
lainnya (Triyanto, 2017). Unsur musik juga bisa mengurangi stres ( memberikan
kebahagiaan) karena hormon endorfin dikeluarkan oleh sistem syaraf pusat .
Hormon endorfin disebut juga sebagai hormon kebahagiaan karena memiliki
efek mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan senang ( Sari, 2017).
Unsur refleksi karena dalam senam hipertensi terdapat gerakan yang
menstimulasi titik-titik refleksi. Unsur refleksi akan memperlancar peredaran
darah, nutrisi dan oksigen. Unsur aerobik menurunkan tekanan darah dengan
cara menurunkan berat badan, mengurangi asupan garam (mengeluarkan
garam lewat kulit) dan memperbaiki profil lemak darah(Triyanto, 2017)

4. Pengaruh senam hipertensi terhadap punurunan tekanan darah di Desa


Panerusan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Kabupaten
Banjarnegara.
Tabel 1.6 menunjukkan bahwa pada saat sebelum senam hipertensi
responden terbesar adalah menderita hipertensi tingkat sedang (46%),
sedangkan setelah senam hipertensi responden terbesar adalah hipertensi

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 14


ringan (46%). Olahraga seperti senam hipertensi mampu mendorong jantung
bekerja secara optimal, di mana olahraga mampu meningkatkan kebutuhan sel,
jaringan dan organ tubuh, di mana akibatnya dapat meningkatkan aliran balik
vena sehingga menyebabkan volume sekuncup yang akan langsung
meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan arteri meningkat.
Setelah tekanan arteri meningkat terlebih dahulu, dampak dari fase ini mampu
menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktifitas
saraf simpatis menurun, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut
jantung menurun, volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena
menurunnya ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan
resistensi total, sehingga terjadi penurunan tekanan darah (Sherwood, 2011).
Dengan senam atau berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel meningkat
untuk proses pembentukan energi. Sehingga terjadi peningkatan denyut jantung
sehingga curah jantung dan isi sekuncup akan meningkat. Dengan demikian
tekanan darah akan meningkat. Setelah beristirahat pembuluh darah akan
meregang dan aliran darah akan menurun sementara waktu, sekitar 30 menit –
120 menit kemudian tekanan darah akan kembali seperti sebelum senam. Jika
melakukan olah raga secara rutin dan terus menerus maka penurunan tekanan
darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah akan lebih elastis.
Mekanisme penurunan tekanan setelah berolahraga adalah karena olahraga
akan membuat pembuluh darah menjadi relaks, sehingga dengan melebarnya
pembuluh darah tekanan darah akan menurun. Tidak tercapainya perbaikan
tekanan darah yang diinginkan disebabkan adanya faktor perancu yang
berhubungan dengan tekanan darah antara lain pola makan, stres, genetik yang
tidak dapat dikendalikan (Sherwood, 2011).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat peneliti simpulkan bahwa sebagian
besar usia subyek penelitian adalah termasuk dalam kategori masa lanjut usia
(elderly) yaitu usia 60-74 tahun (73%), sebagian besar jenis kelamin subyek
penelitian adalah berjenis kelamin perempuan(81%), sebagian besar tingkat
pendidikan subyek penelitian adalah tingkat pendidikan dasar (92%), rata-rata
tekanan darah sistolik subyek penelitian sebelum senam hipertensi 174.32
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik subyek penelitian sebelum senam
hipertensi 94.59 mmHg, rata-rata tekanan darah sistolik subyek penelitian
sesudah senam hipertensi adalah 148.38, rata-rata tekanan darah diastolik
subyek penelitian sesudah senam hipertensi 83.75 mmHg, ada pengaruh
senam hipertensi dengan penurunan tekanan darah di desa Panerusan Kulon
Wilayah Kerja Puskesmas Susukan 2 Tahun 2021.

Saran

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 15


Bagi masyarakat diharapkan mengadopsi kegiatan senam hipertensi
menjadi budaya baru dalam menjaga kesehatan. Masyarakat diharapkan
membentuk kelompok atau paguyuban penderita hipertensi untuk mengkoordinir
kegiatan senam dan kegiatan lain yang berkaitan dengan hipertensi seperti
penyuluhan, cek tekanan darah rutin dan sebagainya. Bagi Institusi Pendidikan
diharapkan menjadikan hasil penelitian ini sebagi referensi dalam proses
pembelajaran dan menjadi lembaga pelopor dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan pengabdian masyarakat. Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat meneruskan penelitian tentang hipertensi, dengan desain yang berbeda
atau dengan pengendalian bias yang lebih sempurna. Peneliti selanjutnya
diharapkan dapat meneruskan penelitian tentang pengobatan non farmakologis
lainnya dalam menurunkan hipertensi.
Bagi UPTD Puskesmas Susukan 2 diharapkan mengadopsi senam
hipertensi dalam kegiatan rutin pelayanan kesehatan khusunya pelayanan
prolanis, posyandu lansia maupun posbindu. UPTD Puskesmas Susukan 2
diharapkan lebih intensive lagi dalam memberikan informasi tentang hipertensi
pada lansia khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah,
kepatuhan minum obat dan berbagai pengobatan non farmakologis hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
Abata. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Madiun: Penerbit Yayasan PP Al
Furqon.
Anggara. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di
Puskesmas Telaga Murni Cikarang barat tahun 2012. Jakarta:
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat MM Thamrin, Jurnal Ilmiah
Kesehatan 5(I) 20-25.
Arisandi. (2020). Upaya Pengendalian hipertensi melalui Pendidikan dan
Pemeriksaan Kesehatan Warga Masyarakat Metro Utara Kota
Metro. Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Andasih),
Universitas Mitra Indonesia, 1(2):15-25.
Asikin. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Banjarnegara, T. P. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Banjarnegara.
Banjarnegara: Dinkes Banjarnegara.
Bersaui. (2019). The effect of exercise training on blood pressure in African
and population LA sytemic review and meta-analysis of randomized
controlled trials. Europen Journal of Preventive Cardiology 5 (27) :
457-472.
Herlambang. (2013). Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Tugu Publisher.
Hernawan. (2016). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia terhadap
penurunan Tekanan Darah Lansia dengan hipertensi di Panti Wreda

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 16


Darma Bhakti Kelurahan Pajang, Surakarta. Surakarta: Jurnal
Kesehatan, ISSN 1979-7621 1(10): 26-31.
Notoatmodjo. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novaningtyas. (2014). Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah lansia di
Kelurahan Makamhaji Kec.Kartasura, Kab.Sukoharjo. Surakarta:
Eprint UMS.
Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA. Yogyakarta: Medi Actoin.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Medical
Book.
Pikir. (2015). Hipertensi Manajemen Komprehensif . Surabaya: Airlangga
University Press.
Rahmawati. (2015). Pengaruh Senam Prolanis terhadap penurunan
tekanan darah pada Lansia d desa Glagah Wero Kec.Panti
Kab.Jember. Surabaya: Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia 1():150-
154.
Resita. (2020). Bahan Ajar Didaktik Metodik Pembelajaran Senam Ritmik
Untuk Mahasiswa. Bandung: Refika Aditama.
RI, B. P. (2018). Lap oran Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes.
Rivera. (2015). Acute effect of exercise ob blood pressure : a meta-analytic
investigation. Arquivos Brasileros de Cardioogia (106) :0066-782.
Riyanto. (2019). Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rozaliyani. (2020). Faktor yang berhubngan dengan Kematian pada
penderita COVID -19 di Jakarta , Indonesia. Jakarta: Jurnal Acta
Medica Indonesia (6): 30-35.
Santi. (2018). Pengaruh Senam Hipertensi terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Desa Jabres,
Kec.Sruweng. Gombong: Libary Respiratory Stikes Muhamadiyah
Gombong, 4(2): 65-72.
Sari. (2017). Berdamai dengan hipertensi. jakarta: Bumi Medika.
Sherwood. (2011). Fisiologi manusia dari sek ke siste, pembuluh darah dan
tekanan darah. Jakarta: EGC.
Singh. (2020). Hasil pada kelompok hipertensi dan kontroversi dengan
penghambat sistem renin Angiotensin. New Delhi: Jurnal NCBI
5(1):80-92.
Sugiyono. (2014). MetodePenelitian. Bandung: Alfabeta.
Swarjana. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Triyanto. (2017). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara
terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widianti. (2018). Senam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 17


Judul manuskrip (Tiga kata pertama) (Penulis pertama) | 18

You might also like