Professional Documents
Culture Documents
01/Maret/2017
ABSTRACT
Background: There is not enough information related to the accuracy of nursing and
collaborative diagnoses established by nurses in psychiatric setting in Indonesia.
Objective: The objective of this study was to identify the correspondence between nursing
and collaborative diagnoses established and predicted by nurses.
Methods: This was a descriptive cross-sectional study which employed 81 nurse respondents.
Data were collected in 2013 using two types of questionnaires. The first questionnaire was
used to identify the most frequent nursing and collaborative diagnoses encountered by the
nurses. The second questionnaire was used to identify data which were most frequently
identified by the nurses. The second questionnaire was developed based on the sequence in
the Intan’s Screening Diagnosis Assessment (ISDA).
Results: The results indicated that there were 46 nursing diagnosis labels established by the
nurses. Of the 46 nursing diagnosis labels, only 13 (28.26%) corresponded precisely to the
labels in North American Nursing Diagnoses Association (NANDA) taxonomy (2012-2014) of
nursing diagnoses. As many as 11 diagnoses (23.91%) could be included as key concepts (or
diagnostic foci) in NANDA taxonomy. However, these nursing diagnosis labels did not written
correctly as in NANDA labels. There were also 22 diagnosis (47%) labels not listed in NANDA
taxonomy.
Conclusion: The majority of nursing diagnosis labels did not match with nursing diagnosis
labels in NANDA taxonomy.
INTISARI
Latar Belakang: Belum banyak informasi terkait akurasi diagnosis keperawatan dan
kolaboratif yang dibuat perawat dalam setting keperawatan jiwa di Indonesia.
Tujuan: Tujuan dari peneltian ini untuk mengidentifikasi kesesuaian antara diagnosis
keperawatan dan kolaboratif yang sudah ditegakkan dan yang diduga oleh perawat.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang melibatkan 81 responden
perawat. Data dikumpulkan pada tahun 2013 menggunakan 2 kuesioner. Kuesioner pertama
digunakan untuk mengetahui diagnosis keperawatan dan kolaboratif yang paling sering
ditegakkan oleh perawat. Kuesioner kedua digunakan untuk mengidentifikasi data yang
paling sering ditemukan oleh perawat. Kuesioner kedua dikembangkan berdasarkan Intan’s
Screening Diagnosis Assessment (ISDA).
Hasil: Dari hasil penelitian didapati terdapat 46 label diagnosis keperawatan dibuat oleh
perawat. Dari 46 label diagnosis keperawatan hanya 14 label diagnosis (28,26%) yang
sesuai dengan label diagnosis berdasarkan taxonomi North American Nursing Diagnoses
Association (NANDA) (2012-2014). Sebanyak 11 diagnosis (23,91%) dapat tercakup sebagai
konsep penting (atau fokus diagnostik) dalam taksonomi NANDA. Namun label diagnosis
keperawatan tersebut tidak dituliskan secara benar sesuai label NANDA. Selain itu ada juga
22 label diagnosis yang dituliskan tidak sesuai taksonomi NANDA.
Kesimpulan: Mayoritas label diagnosis keperawatan yang dituliskan perawat tidak sesuai
dengan label diagnosis keperawatan dalam taksonomi NANDA.
8
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017
9
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017
10
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017
11
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017
12
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017
13
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017
tetapi diagnosis hanya bisa ditegakkan apabila Lunney19 di lain pihak menyebutkan bahwa
gejala atau faktor risiko dapat diidentifikasi. Hasil rendahnya akurasi dalam mendiagnosis bisa juga
penelitian yang menunjukkan adanya kesenjangan disebabkan oleh banyaknya jumlah data yang tidak
antara diagnosis keperawatan yang ditegakkan relevan. Informasi mengenai apakah data yang
dan prediksi diagnosis keperawatan menunjukkan dikumpulkan oleh responden merupakan data
kemungkinan ketidakakuratan dalam penegakan yang relevan dengan diagnosis dapat ditelusuri
diagnosis. Padahal akurasi dalam penegakan melalui format pengkajian yang digunakan oleh
diagnosis keperawatan sangat penting dalam responden di rumah sakit ini. Hanya saja penelitian
proses keperawatan. ini tidak mengeksplorasi format pengkajian
Faktor yang mempengaruhi keakuratan tersebut sehingga kepastian apakah kemungkinan
dalam menegakkan diagnosis antara lain adalah ketidakakuratan memang dikarenakan data yang
kemampuan berpikir kritis.15 Berpikir kritis sangat tidak relevan atau karena hal lain tidak dapat
penting dalam proses mendiagnosis atau diagnostic dipastikan dari hasil penelitian ini.
reasoning process. Diagnostic reasoning process Adanya kesenjangan antara diagnosis
sendiri didefinisikan sebagai komponen dalam keperawatan yang sering ditegakkan dengan
membuat keputusan klinis yang melibatkan prediksi diagnosis keperawatan mungkin juga
pengenal tanda dan analisis data dalam situasi disebabkan karena responden memang tidak
klinis. Proses ini akan akhirnya memunculkan menggunakan rujukan dalam menegakkan
label diagnosis dengan menganalisis tanda dan diagnosis keperawatan. Rujukan, bagaimanapun,
proses untuk ini bervariasi sesuai dengan fungsi merupakan pemicu pengetahuan pengetahuan
dari tugasnya yang kompleks.16 yang mempunyai efek pada proses mediagnosis.15
Faktor lain yang mempengaruhi keakuratan Menurut Lunney20, buku dipertimbangkan sebagai
dalam mendiagnosis adalah kepercayaan diri sumber pengetahuan yang memberikan petunjuk
yang terlalu besar.17 Rata-rata lama pengalaman bagi perawat dalam mendokumentasikan diagnosis
kerja yang lama dari responden mungkin keperawatan yang akurat.
menyebabkan responden merasa lebih yakin Paans et al,21 menambahkan bahwa ketidak-
dalam mendiagnosis, sementara secara literatur, akuratan penegakan diagnosis dapat dipengaruhi
taksonomi NANDA dari berbagai edisi mengalami oleh banyak faktor lain, misalnya: kondisi pasien
perubahan dari satu edisi ke edisi berikutnya. yang parah, pengalaman menegakkan diagnosis,
Penggunaan metode dalam mendiagnosis kemampuan reasoning, implementasi taksonomi
juga mempengaruhi keakuratan dari diagnosis NANDA, latar belakang pendidikan, beban kerja,
keperawatan. Studi yang dilakukan oleh Nurjannah jumlah pasien, dan lain sebagainya.
et al.18 menunjukkan bahwa penggunaan 6 steps Paans et al.21 juga menyebutkan bahwa untuk
of diagnostic reasoning method terbukti telah meningkatkan keakuratan dalam penegakan
meningkatkan kemungkinan penegakan diagnosis diagnosis bisa dengan menggunakan referensi
keperawatan yang lebih akurat dibandingkan terkait struktur klasifikasi (contohnya taksonomi
metode empat langkah. (2) Akan tetapi penelitian NANDA), atau dapat juga dengan menggunakan
ini tidak mengeksplorasi metode apa yang sistem komputerisasi dokumentasi. Rumah
digunakan oleh perawat dalam proses diagnostic sakit tempat penelitian ini dilakukan belum
reasoning. menggunakan sistem komputerisasi dalam
Studi lain menunjukkan bahwa cara penulisan pendokumentasiannya. Hal ini mungkin merupakan
format PES juga akan mempengaruhi keakuratan salah satu penyebab adanya kesenjangan antara
dalam membuat diagnosis.15 Meskipun cara diagnosis keperawatan yang sering ditegakkan
penulisan dengan format PES ini penting, tetapi oleh perawat dibandingkan dengan prediksi
tentunya hal ini tidak mutlak memastikan bahwa diagnosis keperawatan berdasarkan dari data
pendiagnosisan menjadi akurat. yang paling sering diidentifikasi oleh perawat.
14
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas Vol.01/No.01/Maret/2017
15