Professional Documents
Culture Documents
2, DESEMBER 2016
Abstract
Asphalt on pavement in long term may undergo hardening, so it needs addition of additive that can make it
remain flexible. This experiment tried to produce asphalt concrete wearing course (AC-WC) using asphalt
penetration 60/70 with the addition of latex, with aim to know the characteristic of AC-WC mix at the
optimum of asphalt content with addition of latex in variation of 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, and 10% of the total
binder. Latex was initially mixed with the asphalt, then the aggregates were proportioned based on ideal
grading. The samples were produced in hotmix process. The density of latex was found 0.977 with dry rubber
content of 61.95%. The optimum of asphalt content that was 5.7%, where all Marshall characteristics were
met. It was chosen the mix with 4% latex by total binder where all properties of asphalt binder were still met.
It was obtained that the Stability value was 1439.26 kg (≥ 800 kg), Flow 3.84 mm (2-4 mm), Marshall
Quotient 379.66 kg / mm (≥ 250 kg / mm), VIM 4.437% (3-5%), VMA 15.280% (≥ 15%), VFB 70.961 (≥
65%). The mixture that contains latex had better resistance to deformation under dynamic creep loading at
40 °C.
Abstrak
Aspal pada perkerasan dalam jangka panjang bisa mengalami pengerasan, maka perlu penambahan aditif
supaya tetap lentur. Pada penelitian ini dicoba membuat campuran aspal beton lapis aus (AC-WC)
menggunakan aspal penetrasi 60/70 dengan penambahan lateks, dengan tujuan untuk mengetahui
karakteristik campuan AC-WC pada kadar aspal optimum dengan penambahan variasi lateks 0%, 2%, 4%,
6%, 8%, dan 10% terhadap total perekat. Lateks dicampur terlebih dahulu dengan aspal, kemudian agregat
diproporsikan berdasarkan gradasi ideal campuran. Sampel dibuat dengan cara campuran panas. Sampel
diuji Marshall dan dynamic creep. Diperoleh berat jenis lateks sebesar 0,977 dan kadar kering karet sebesar
61,95%. Kadar aspal optimum campuran didapat 5,7% dimana semua karakeristik Marshall dipenuhi.
Dipilih campuran AC-WC dengan variasi lateks 4% terhadap total perekat dimana semua ketentuan sifat
perekat aspal masih dipenuhi. Diperoleh Stabilitas = 1439,26 kg (≥ 800 kg), Flow = 3,84 mm (2 - 4 mm),
Marshall Quotient = 379,66 kg/mm (≥ 250 kg/mm), VIM = 4,437 % (3 - 5 %), VMA = 15,280 % (≥ 15 %),
VFB = 70,961 (≥ 65%). Campuran yang mengandung lateks memiliki kemampuan menahan deformasi lebih
baik diuji dengan dynamic creep pada suhu 40 °C.
77
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
I Nyoman Arya Thanaya, I Gusti Raka Puranto, I Nyoman Sapta Nugraha
Studi Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Aus (AC-WC) Menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 dengan Penambahan Lateks
78
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 22, NO. 2, DESEMBER 2016
uji lapangan terhadap kepadatan refusal dalam sama kemudian di aduk rata. Kemudian agregat
satuan persen. Dalam implementasinya, nilai PRD yang telah dipanaskan 150-155 °C sebanyak
dituangkan dalam nilai porositas (VIM) sesuai 1100 gram dimasukkan ke dalam wadah
spesifikasi. Perencanaan campuran beraspal pencampur, terus diaduk sampai agregat
dengan PRD dilakukan sebagai simulasi adanya terselimuti aspal yang sudah dicampur lateks
pemadatan lanjutan oleh lalu-lintas. Dalam secara merata. Masukkan campuran ke dalam
pembuatan benda uji PRD, kadar aspal yang mould dirojok dengan batang besi dia 12 mm
dipergunakan adalah kadar aspal yang memberikan dibagian sisi berkeliling 15 kali dan dibagian
nilai VIM Marshall 6% dan 0,5% di atas dan di tengah 10 kali, lalu ditumbuk 2x75 kali.
bawah dari kadar aspal tersebut. Pemadatan sampel Selanjutnya dilakukan pengukuran kepadatan
dilakukan 2x400 dengan diameter cetakan 4 inci. sampel, perhitungan volumetrik: void in mineral
aggregate (VMA), void in mix (VIM), void filled
Penentuan kadar aspal optimum with bitumen (VFB) kemudian dilakukan tes
stabilitas dan flow.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode
bar-chart, dimana dibuat bar chart yang Pengujian kadar lateks kering
menunjukkan rentang kadar aspal yang memenuhi
setiap karakteristik Marshall sesuai spesifikasi. Pengujian ini dilakukan dengan menimbang
Kadar aspal optimum ditentukan pada kadar aspal seberat tertentu lateks cair, kemudian dipanaskan
yang memenuhi semua spesifikasi karakteristik secara perlahan sampai beratnya konstan. Kadar
Marshall. lateks kering adalah berat kering dibagi berat
semula lateks cair.
Pengujian stabilitas marshall sisa
Pengujian dynamic creep
Untuk mengevaluasi keawetan campuran adalah
pengujian Marshall perendaman di dalam air pada Uji dynamic creep dilakukan dengan memakai alat
suhu 60o C selama 24 jam. Perbandingan stabilitas Universal Testing Machine (UTM) dengan dengan
yang direndam dengan stabilitas standar, seting parameter: loading function: haversine;
dinyatakan sebagai persen dan disebut Indeks cyclic loading stress 100 kPa; seating stress
Stabilitas Sisa (IRS), dan dihitung sebagai berikut 5 kPa; cycle duration: 1000 millisecond (ms);
(DPU, 2003): cycle repetition time: 1000 ms; preload stress
MSI 20 kPa; preload time: 600 s; termination cycle
𝐼𝑅𝑆 = MSS x100 ............................................ (1)
count: 3600; temperature: 40°C (BS, 2005). Hasil
dimana: uji dianalisa dan digrafikkan antara beban
IRS = indeks of retained strength berulang dan regangan (strain), dan kekakuan
MSI = stabilitas Marshall kondisi setelah rangkak (creep stiffness) yang dihitung dengan
direndam selama 24 jam dengan suhu 60ºC Persamaan 2.
MSS = stabilitas Marshall kondisi standar 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
(direndam selama 30-40 menit pada suhu 𝐶𝑟𝑒𝑒𝑝 𝑠𝑡𝑖𝑓𝑓𝑛𝑒𝑠𝑠 = 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 ............................ (2)
60ºC)
Sumber: DPU, 2003; Sukirman, 2003. Kemiringan (slope) dari dynamic creep curve,
diambil dari bagian yang lurus/linier pada grafik
Pembuatan benda uji dengan variasi kadar hubungan beban berulang dan regangan, dimana
lateks pada kadar aspal optimum dicari linear trend line dengan bentuk seperti pada
Persamaan 3.
Aspal dipanaskan sampai cukup leleh, kemudian y = ax + b .................................................... (3)
di tuangkan sebanyak yang diperlukan untuk kadar
aspal optimum (5,7% atau 62,7 gram) ke dalam Kemudian koefisien variable x, yaitu koefisien a
wadah pencampur, kemudian lateks dituangkan (nilai kemiringan), dianalisa sesuai Tabel 2.
sebanyak yang dibutuhkan kedalam wadah yang
Tabel 2. Tipikal nilai kemiringan tes creep dinamik (creep slope), (Alderson, 1995).
Temperatur Beban lalu lintas Beban lalu lintas Beban lalu lintas
tahunan rata2 berat sedang ringan
perkerasan (ºC) > 106 ESA 5105 to 106 ESA < 5105 ESA
> 30 < 0,5 0,5 - 3 >3-6
20 - 30 <1 1,0 - 6 > 6 - 10
10 - 20 <2 2,0 - 10 Not Applicable
79
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
I Nyoman Arya Thanaya, I Gusti Raka Puranto, I Nyoman Sapta Nugraha
Studi Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Aus (AC-WC) Menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 dengan Penambahan Lateks
80
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 22, NO. 2, DESEMBER 2016
KAO = 5,7%
Karakteristik campuran AC-WC pada kadar indikator terhadap lentur sehingga semakin besar
aspal optimum nilai flow mengindikasikan bahwa campuran
beraspal semakin lentur. Gambar 4 menyajikan
Setelah mengetahui kadar aspal optimum (KAO), nilai Marshall Quotient meningkat tetapi pada
maka dibuatkan kembali sampel pada KAO dan kadar lateks 10% terjadi penurunan. Semakin besar
dicari nilai karakteristiknya seperti pada Tabel 9. nilai Marshall Quotient yang dihasilkan berarti
campuran semakin kaku.
Karakteristik campuran AC-WC dengan
penambahan lateks Gambar 5 memperlihatkan bahwa nilai VIM
menurun, hal ini disebabkan dengan bertambahnya
Karakteristik campuran pada kadar aspal optimum total perekat ke dalam campuran AC-WC
dengan variasi lateks, disajikan pada Tabel 10, dan menyebabkan rongga udara dalam campuran
Gambar 2 sd 7. semakin kecil. Gambar 5 menunjukkan nilai VMA
menurun sesuai dengan bertambahnya kadar
Gambar 2 menunjukkan nilai stabilitas meningkat lateks, hal ini menunjukan bahwa rongga antara
dengan bertambahnya kadar lateks. Hal ini terjadi agregat dalam campuran semakin kecil sehingga
karena aspal dengan penambahan lateks campuran semakin rapat. Gambar 6
menyebabkan aspal berubah menjadi lebih keras mengilustrasikan nilai VFB semakin meningkat
kemudian pada kadar lateks 10% menurun karena sesuai dengan bertambahnya kadar lateks, hal ini
campuran tersebut mulai getas. Pada Gambar 3 berarti semakin meningkatnya rongga terisi perekat
nilai flow meningkat sesuai dengan bertambahnya aspal dan lateks.
kadar lateks. Flow yang diperoleh merupakan
81
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
I Nyoman Arya Thanaya, I Gusti Raka Puranto, I Nyoman Sapta Nugraha
Studi Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Aus (AC-WC) Menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 dengan Penambahan Lateks
1900
1700
1500
Stabilitas (kg)
1300
1100
900
700
2 4 6 8 10
Kadar lateks (%)
sampel 1 sampel 2 sampel 3
Spek min rata-rata Stabilitas KAO
4.5
4.0
3.5
Flow (mm)
3.0
2.5
2.0
1.5
2 4 6 8 10
Kadar lateks (%)
sampel 1 sampel 2 sampel 3
Spek min spek max rata-rata
82
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 22, NO. 2, DESEMBER 2016
500
17
16
VMA (%)
15
14
13
12
2 4 6 8 10
Kadar lateks (%)
sampel 1 sampel 2 sampel 3
Spek min rata-rata
Gambar 5. VMA vs. kadar lateks
7
6
5
4
VIM (%)
3
2
1
0
2 4 6 8 10
Kadar lateks (%)
sampel 1 sampel 2 sampel 3
Spek min Spek max rata-rata
Gambar 6. VIM vs. kadar lateks
83
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
I Nyoman Arya Thanaya, I Gusti Raka Puranto, I Nyoman Sapta Nugraha
Studi Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Aus (AC-WC) Menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 dengan Penambahan Lateks
80
75
70
VFB (%)
65
60
55
50
2 4 6 8 10
Kadar lateks (%)
sampel 1 sampel 2 sampel 3
Spek min rata-rata
Gambar 7. VFB vs. kadar lateks
84
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
VOLUME 22, NO. 2, DESEMBER 2016
25
7400
y = 0.2156x + 6713.3
7200
R² = 0.9991
7000
y = 0.0655x + 6536
6800 R² = 0.9923
6600
2000 2400 2800 3200 3600
Pengulangan beban (load cycles)
Gambar 10. Pengulangan beban vs regangan pada bagian linier
85
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL
I Nyoman Arya Thanaya, I Gusti Raka Puranto, I Nyoman Sapta Nugraha
Studi Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Aus (AC-WC) Menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 dengan Penambahan Lateks
Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2008a. Cara Pradnya P., G., 2015. Analisis Karakteristik
Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Campuran AC-WC (Asphalt Concrete Wearing
Halus, SNI 1970:2008. Course) Dengan Menggunakan Bongkaran Aspal
Beton Lama Sebagai Bahan Dasar Dan AAC
Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2008b. Cara (Autoclaved Aerated Concrete) Sebagai Filler,
Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan
Kasar, SNI 1969:2008. Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana,
Denpasar.
Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2011. Cara
Uji Berat Jenis Aspal Padat, SNI 2441:2011. Purbaya, 2011. Pengaruh Beberapa Jenis Bahan
Penggumpal Lateks Dan Hubungannya Dengan
British Standard (BS), 2005. Bituminous mixtures Susut Bobot, Kadar Karet Kering Dan Plastisitas,
– Test methods for hot mix asphalt, Part 25: Cyclic Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3
compression test, BS EN 12697-25:2005. Terpublikasi, Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya Palembang,
Departemen Pekerjaan Umum (DPU), 2010. Palembang.
Spesifikasi Campuran Beraspal Panas 2010
Revisi 3. Ridha, R., SP. (2011). Jenis - Jenis Karet Dan
Manfaatnya.
Dewan Standardisasi Nasional Indonesia (DSNI), hhp://riskyridhaagriculture.blogspot.co.id/2011/12/
2002. Bahan Olahan kare, SNI 06-2047-2002. normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1.
Diakses tanggal 11/01/2015
Departemen Pekerjaan Umum (DPU), 2003.
Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas Sukirman, S., 2003. Beton Aspal Campuran Panas,
Dengan Alat Marshall, RSNI M-01-2003. Penerbit Granit, Jakarta.
86
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL