You are on page 1of 15

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN

MEMBAYAR PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI


KABUPATEN BANYUMAS

ANALYSIS FACTORS AFFECTING THE SERVICE WILL PAY IN THE


DISTRICT OUTPATIENT HEALTH CENTRES BANYUMAS

Arif Kurniawan dan Arih Diyaning Intiasari


Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
The cost of outpatient care unit of the organization's first level health centers in
Banyumas higher than the tariffs imposed at this time. The result is still needed
government subsidies to cover operational costs shortage of health service delivery
level of the first outpatient clinic. The results Kurniawan and Intiasari (2010) shows
the average willingness to pay the community is still low. This prompted research to
find out what factors affecting willingness to pay outpatient services at Puskesmas in
Banyumas district. This study was survey research with explanatory research. The
approach in this study using cross-sectional. The study population was people who
visit the Puskesmas in 2009. The sample of this study some 105 people, with a
minimum sample size formula.The result of this research shows ATP has a diverse
community with an average of Rp. 21908.63 ATP and WTP are varied with an
average WTP of Rp. 3770.00. There is a relationship of age, ATP, and food
expenditure by the public willingness to pay tariffs outpatient clinic services. There is
no relationship between level of education, gender, occupation, non-food expenditure
by the public willingness to pay tariffs outpatient clinic services. There are the
influence of age together and ATP on the willingness of society to pay tariffs at
Puskesmas. As suggestion for Puskesmas can prioritize community with the
productive age group and a high ATP as outpatient service utilization. Puskesmas
should consider the community that has a low ATP but has a higher WTP in order to
take advantage of outpatient clinic services.
Keywords: Kemauan membayar , Puskesmas
Kesmasindo. Volume 4(2), Juli 2011, hlm. 105-118

PENDAHULUAN diperlukan yaitu peningkatan upaya


untuk memperluas dan mendekatkan
Pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan pada masyarakat
diselenggarakan berdasar pada tujuan
yang bersifat menyeluruh, terpadu,
pembangunan kesehatan yaitu
merata, dapat diterima sesuai dengan
tercapainya kemampuan untuk hidup
mutu yang baik dan biaya yang
sehat bagi setiap penduduk agar dapat
terjangkau (Depkes RI, 1992).
mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal sebagai Tarif pelayanan kesehatan
salah satu unsur kesejahteraan umum ditetapkan dengan dasar-dasar
dari tujuan nasional. Upaya yang perhitungan tarif oleh instansi

105
Arif Kurniawan, Analisis factor-faktor yang memperngaruhi kemauan membayar 106

pemerintah untuk melindungi memilih tarif yang ditawarkan,


kepentingan umum. Dalam didapat yang memilih tarif Rp
menentukan tarif akan selalu 1000,00 sebanyak 66 % yang memilih
berhubungan erat dengan analisis tarif Rp 1500,00 sebanyak 22 % dan
tentang harga. Proses penetapan tarif yang memilih tarif Rp 2500,00
sedemikian kompleks sehingga sebanyak 12 %.
prosesnya memerlukan berbagai Hal tersebut menunjukkan
pertimbangan baik faktor biaya kemampuan masyarakat sebenarnya
maupun bukan biaya seperti masih diatas tarif yang berlaku. Akan
kemampuan dan kemauan membayar tetapi, kemauan masyarakat
masyarakat. menghendaki tarif yang serendah-
rendahnya. Perbedaan antara
Dinas Kesehatan Banyumas
kemampuan dan kemauan masyarakat
pada akhirnya mendapat tugas dari
tersebut, harus dikaji dengan
Pemda untuk membuat rancangan
perhitungan ATP/WTP secara lebih
peraturan daerah tentang tarif
mendalam untuk menyeimbangkan
Puskesmas pada tahun 1997 lahirlah
kemampuan dan kemauan
Perda No. 5 tahun 1997 tentang tarif
masyarakat.
pelayanan kesehatan Puskesmas
Hasil penelitian Kurniawan
Kabupaten Banyumas. Hasil survey
dan Intiasari (2010) menunjukkan
cepat untuk penyesuaian tarif
rata-rata kemampuan membayar
Puskesmas di Dinas Kesehatan
pelayanan rawat jalan puskesmas di
Kabupaten Banyumas tahun 1998
kabupaten Banyumas sebesar Rp.
menyebutkan bahwa masyarakat
23.990,81 dan rata-rata kemauan
memilih untuk berobat ke layanan
membayar pelayanan rawat jalan
swasta sebesar 22 % ke swasta dan 78
puskesmas di kabupaten Banyumas
% masyarakat memilih untuk berobat
sebesar Rp. 7.085,71. Hal tersebut
ke Puskesmas, responden yang
menunjukkan bahwa kemauan
menjawab perlunya tarif Puskesmas
membayar masyarakat terhadap
dinaikkan sebanyak 66 %, sedangkan
pelayanan rawat jalan di puskesmas
responden lainnya (34 %) menjawab
masih dibawah kemampuan
tidak perlu dinaikkan, Responden
membayar pelayanan rawat jalan
107 Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 105-118

puskesmas dan unit cost biaya Menurut Notoadmojo (2002),


pelayanan rawat jalan puskesmas. sampel merupakan bagian dari
Namun belum diketahui faktor-faktor populasi yang akan dijadikan obyek
yang berpengaruh terhadap kemauan penelitian. Sasaran dalam penelitian
membayar pelayanan rawat jalan ini adalah pasien yang menggunakan
puskesmas di kabupaten Banyumas. pelayanan rawat jalan tingkat pertama
di Puskesmas Kembaran II dan
Puskesmas Sumbang II. Pengambilan
METODE PENELITIAN
sampel penelitian ini menggunakan
Jenis penelitian yang
metode accidental sampling, yaitu
digunakan adalah penelitian survey,
mengambil responden di Lokasi
dimaksudkan untuk menjelaskan
penelitian yang sedang atau telah
hubungan kausal antara variabel-
memanfaatkan pelayanan rawat jalan
variabel melalui pengujian hipotesa
tingkat pertama. Penentuan besar
maka disebut dengan penelitian
sampel penelitian ini menggunakan
penjelasan (explanatory research).
rumus minimal simple size dan
Pendekatan yang digunakan dalam
jumlah sampel penelitian ini adalah
penelitian ini adalah cross sectional,
105 orang.
yakni penelitian dimana variabel
dependen dan independen diteliti Analisis data penelitian secara
dalam waktu yang bersamaan deskriptif yang digunakan untuk
(Notoatmodjo, 2005). Variabel terikat menjelaskan atau mendeskripsikan
dalam penelitian ini adalah beberapa parameter yang merupakan
kemampuan membayar pelayanan variabel yang diteliti (Hastono, 2001)
rawat jalan puskesmas. Variabel meliputi Tingkat Pendidikan, Jenis
terikat penelitian ini meliputi; tingkat Kelamin, Umur, Pekerjaan, Jumlah
pendidikan, jenis kelamin, umur, Anggota Keluarga, ATP, Pengeluaran
pekerjaan, jumlah anggota keluarga, Non Pangan, dan Pengeluaran
kemampuan membayar pelayanan Pangan. Analisis bivariat
kesehatan, pengeluaran pangan, dan menggunakan uji regresi logistik
pengeluaran non pangan. sederhana. Uji ini digunakan untuk
mencari hubungan antar variabel
Arif Kurniawan, Analisis factor-faktor yang memperngaruhi kemauan membayar 108

independen. Analisis multivariat gizi yang diperlukan oleh anak-


penelitian menggunakan uji regresi anak dan anggota keluarga yang
logistik ganda. Uji regresi logistik masih muda pada umumnya lebih
merupakan salah satu pendekatan tinggi dari kebutuhan orang
model matematis yang digunakan dewasa, tetapi kalau dinyatakan
untuk menganalisis hubungan satu dalam kuantum absolut, anak-anak
atau beberapa variabel independen tentu membutuhkan kuantum
dengan sebuah variabel dependen makanan yang lebih kecil
kategorik yang bersifat dibandingkan dengan kuantum
dikotomi/binary yaitu mau dan tidak makanan yang diperlukan oleh
mau bayar pelayanan rawat jalan orang dewasa.
puskesmas. Pekerjaan Responden
Hasil penelitian menunjuk-
HASIL PENELITIAN DAN kan bahwa sebagian besar jenis
PEMBAHASAN pekerjaan responden adalah ibu
1. Analisis Univariat rumah tangga yaitu sebanyak
Umur Responden 29,5% responden (31 orang),
Distribusi umur responden sedangkan sebagian kecil jenis
menurut kelompok umur yang pekerjaan responden adalah PNS
terbanyak terdapat pada golongan yaitu sebanyak 5,7% responden
umur lebih dari 20 - 40 tahun yaitu (6 orang). Dilihat dari jenis
64,8% responden (64 orang). pekerjaannya, petani merupakan
Dilihat dari golongan umur pekerjaan yang membutuhkan
responden, sebagian besar aktifitas maupun kekuatan fisik.
responden relatif berumur dewasa Kegiatan yang banyak akan
(mapan). Distribusi kebutuhan menguras banyak tenaga sehingga
pangan dalam keluarga tidak memerlukan banyak asupan energi.
merata, artinya setiap anggota Makanan merupakan sumber
keluarga tersebut mendapat jumlah energi yang penting bagi pekerja,
makanan yang sesuai dengan terutama makanan yang
tingkat kebutuhannya, menurut mengandung karbohidrat seperti
umur dan keadaan fisiknya. Zat
109 Kesmasindo Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 105-118

nasi, jagung, gandum, dan lain- konsumsi keluarga. Pendidikan


lain. dapat merubah sikap dan perilaku
Menurut Sukarni (1994) seseorang dalam memenuhi
dalam melakukan suatu pekerjaan kebutuhannya, makin tinggi tingkat
atau aktifitas sangat mem- pendidikan seseorang maka makin
butuhkan energi atau tenaga, mudah ia dapat menerima
energi tersebut berasal dari informasi dan inovasi baru yang
makanan yang dikonsumsi. Lebih dapat merubah pola konsumsinya.
lanjut ia katakan, energi dalam Disamping itu makin tinggi tingkat
jumlah besar terutama diperlukan pendidikan formal maka
untuk kerja otot yang melakukan kemungkinnya akan mempunyai
pekerjaan luar. Misalnya orang tingkat pendapatan yang relatif
yang bekerja sebagai buruh lebih tinggi.
bangunan, petani, tukang becak, Jumlah Anggota Keluarga
yang hanya mengandalkan fisik Hasil penelitian menunjuk-
atau kekuatan otot, akan kan sebagian besar responden
memerlukan makanan dalam memiliki jumlah keluarga 5
jumlah relatif lebih besar untuk sampai 6 orang yaitu 75
sanggup melakukan pekerjaan responden (75%). Berdasarkan
tersebut. hasil penelitian dapat dilihat
Tingkat Pendidikan bahwa sebagian besar responden
Dilihat dari tingkat memiliki jumlah keluarga yang
pendidikannya sebagian besar tergolong banyak. Jumlah
responden masih memiliki tingkat keluarga semakin banyak, maka
pendidikan yang rendah. beban yang ditanggung akan
Pendidikan sendiri akan semakin banyak pula. Salah satu
mempengaruhi pola pikir dalam beban yang mendasar yaitu
memandang kesehatan maupun pengeluaran rumah tangga seperti
masalah lainnya. Menurut konsumsi makanan dan non
Sumarwan (1993), tingkat makanan. Besarnya rumah tangga
pendidikan formal akan menyatakan jumlah seluruh
berpengaruh terhadap pola anggota yang menjadi tanggungan
Arif Kurniawan, Analisis factor-faktor yang memperngaruhi kemauan membayar 110

dalam rumah tangga tersebut. Kemampuan Membayar


Besaran rumah tangga dapat Pelayanan Kesehatan
memberikan indikasi beban Hasil penelitian
rumah tangga. Semakin tinggi menunjukkan bahwa sebagian
besaran rumah tangga berarti besar responden (63,8%)
semakin banyak anggota rumah mempunyai kemampuan
tangga yang selanjutnya semakin membayar (ATP) < 23.990,81
berat beban rumah tangga tersebut (rata-rata ATP responden) , dan
untuk memenuhi kebutuhannya, sisanya 36,2% responden
terutama untuk rumah tangga mempunyai kemampuan
dengan tingkat pendapatan membayar (ATP) ≥ 23.990,81.
rendah. ATP pelayanan kesehatan
Pengeluaran Pangan responden di Kabupaten
Hasil penelitian menunjuk- Banyumas dalam penelitianini
kan bahwa sebagian besar bila lebih besar dibandingkan
responden (62,9%) mempunyai dengan ATP pelayanan kesehatan
pengeluaran pangan ≥ 661.417,1 hasil penelitian ATP pelayanan
(rata-rata pengeluaran pangan kesehatan lainnya. Hasil
responden), dan sisanya 37,1% penelitian yang dilakukan
responden mempunyai Hartono (2005) di Puskesmas
pengeluaran pangan < 661.417,1 Cahaya Negeri Kabupaten Seluma
Pengeluaran Non Pangan Propinsi Bengkulu, menunjukkan
Hasil penelitian menunjuk- kemampuan membayar masya-
kan bahwa sebagian besar rakat untuk biaya pelayanan
responden (67,6%) mempunyai kesehatan yang relatif rendah.
pengeluaran non pangan ≥ Hasil penelitian Jubaidi (2003)
352.189,5 (rata-rata pengeluaran yang menganalisis data hasil
rumah tangga responden), dan Susenas tahun 2000 menunjukkan
sisanya 32,4% responden bahwa tingkat kemampuan
mempunyai pengeluaran non membayar biaya pelayanan
pangan < 352.189,5 kesehatan di Kota Bengkulu
adalah sebesar Rp 3.479,00.
111 Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 105-118

Kemauan Membayar Pelayanan kemauan membayar masyarakat


Rawat Jalan Puskesmas (WTP) tarif pelayanan rawat jalan
puskesmas < 7.085,71 (rata-rata
Hasil penelitian
WTP responden), dan sisanya
menunjukkan distribusi kemauan
30,5% responden yang
membayar masyarakat (WTP)
mempunyai kemauan membayar
responden yang telah
(WTP) tarif pelayanan rawat jalan
dikelompokkan sebagian besar
puskesmas ≥ 7.085,71.
responden (69,5%) mempunyai
2. Analisis Univariat

Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Pengaruh Bivariat

Variabel bebas Sig Keterangan

Pendidikan 0,705 Tidak ada hubungan


Jenis Kelamin 0,537 Tidak ada hubungan
Umur 0,004 Ada hubungan
Jumlah anggota keluarga 0,191 Tidak ada hubungan
Pekerjaan 0,824 Tidak ada hubungan
Kemauan membayar 0,041 Ada hubungan
Pengeluaran pangan 0,028 Ada hubungan
Pengeluaran non pangan 0,227 Tidak ada hubungan

a. Hubungan pendidikan dengan Binam et al (2002) yang


kemauan membayar pelayanan menyatakan bahwa tingkat
rawat jalan puskesmas pendidikan merupakan salah satu
Analisis statistik faktor yang mempengaruhi
menggunakan uji rank spearman seseorang untuk memiliki
menunjukkan bahwa tidak ada kemauan membayar sejumlah
hubungan yang bermakna antara dana dalam rangka memperoleh
tingkat pendidikan dengan pelayanan kesehatan. Tingkat
kemauan untuk membayar pendidikan kepala keluarga
pelayanan rawat jalan tingkat memiliki dampak yang positif
puskesmas dengan p-value terhadap pengambilan keputusan
=0,705 (> 0,05). daripada keluarga untuk
Hasil penelitian ini tidak memiliki kemauan membayar
sesuai dengan hasil penelitian atau tidak, kepala keluarga yang
Arif Kurniawan, Analisis factor-faktor yang memperngaruhi kemauan membayar 112

memiliki tingkat pendidikan jenis kelamin dengan kemauan


yang tertinggi akan memiliki membayar premi JPKM yang
kemauan membayar pada ditunjukkan dengan tidak adanya
tawaran yang pertama ataupun perbedaan yang signifikan antar
kedua (Asfawa and Braun 2004). rumah tangga yang dikepalai
Hasil penelitian ini juga tidak oleh seorang wanita atau laki-
sesuai dengan hasil penelitian laki dalam memutuskan untuk
Suhat (1997) bahwa ada menerima penawaran pada
hubungan antara pendidikan ibu tawaran pertama. Oleh karena
dengan kemauan membayar itu, dapat diasumsikan bahwa
keluarga terhadap pelayanan antara laki-laki dan perempuan
HVB untuk balita di kabupaten memiliki kesempatan yang sama
Purbalingga. Semakin tinggi dalam kemungkinan untuk
pendidikan maka semakin tinggi memiliki kemauan membayar.
pula keinginan untuk membayar Hal tersebut bertentangan
premi asuransi (Mukti, 2005). dengan pendapat yang
b. Hubungan jenis kelamin dengan menyatakan keluarga yang
kemauan membayar pelayanan dikepalai oleh seorang laki-laki
rawat jalan puskesmas memiliki kemungkinan lebih
Analisis statistik meng- besar untuk dapat berpartisipasi
gunakan uji rank spearman terhadap pembiayaan kesehatan
menunjukkan bahwa ada keluarga karena memiliki
hubungan yang bermakna antara kekuasaan untuk mengambil
tingkat jenis kelamin dengan keputusan dalam suatu keluarga
kemauan untuk membayar tarif (Binam et al, 2002). Lopaying
pelayanan rawat jalan puskesmas (2004) juga menyatakan bahwa
dengan p-value =0,537 (> 0,05). jenis kelamin responden
Hal tersebut sesuai dengan merupakan salah satu parameter
penelitian yang dilakukan oleh yang menentukan sebuah
Asfawa and Braun (2004) yang keluarga memiliki kemauan
menyatakan tidak terdapat membayar (willingness to pay).
hubungan yang signifikan antara
113 Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 105-118

c. Hubungan umur dengan kecenderungan untuk meng-


kemauan membayar pelayanan gunakan pelayanan kesehatan
rawat jalan puskesmas yang berbeda-beda (Andersen
Analisis statistik meng- (1974) dalam Notoatmodjo
gunakan uji rank spearman (2005)). Hal ini dapat
menunjukkan bahwa ada diasumsikan bahwa semua
hubungan yang bermakna antara golongan umur memiliki
umur dengan kemauan untuk kemungkinan untuk meman-
membayar tarif pelayanan rawat faatkan pelayanan kesehatan
jalan puskesmas dengan p-value tergantung pada kebutuhan
=0,004 (<0,05). masing-masing individu.
Hal tersebut tidak sesuai d. Hubungan jumlah anggota
dengan pendapat Lopaying yang keluarga dengan kemauan
menyatakan bahwa umur membayar pelayanan rawat
merupakan parameter dari jalan puskesmas
kemauan membayar. Umur Analisis statistik meng-
merupakan salah satu faktor gunakan uji rank spearman
sosio demografi yang merupakan menunjukkan bahwa tidak ada
salah satu faktor yang hubungan yang bermakna antara
mempengaruhi kemauan jumlah keluarga dengan
membayar untuk mendapatkan kemauan untuk membayar
pelayanan kesehatan (Binam et pelayanan rawat jalan Puskesmas
al, 2002). Berdasarkan hasil dengan p-value =0,191 (> 0,05).
penelitian menunjukkan Hal tersebut tidak sesuai
kemauan membayar (willingness dengan hasil penelitian Asfawa
to pay) premi JPKM hampir and Braun (2004) yang
merata di semua kelompok umur, menyatakan bahwa jumlah
tidak didominasi oleh kelompok anggota keluarga berhubungan
umur tertentu. terhadap kemauan membayar
Umur seorang individu premi JPKM. Jumlah anggota
dapat menggambarkan fakta keluarga merupakan salah satu
bahwa tiap individu memiliki variabel sosio demografi yang
Arif Kurniawan, Analisis factor-faktor yang memperngaruhi kemauan membayar 114

menentukan seorang individu mempengaruhi keputusan


memiliki kemauan membayar keluarga atau rumah tangga
atau tidak (Tshinko et al,1995). untuk memiliki kemauan
e. Hubungan pekerjaan dengan membayar terhadap sejumlah
kemauan membayar pelayanan dana yang digunakan untuk
rawat jalan puskesmas memperoleh pelayanan
Analisis statistik meng- kesehatan, semakin tinggi tingkat
gunakan uji rank spearman pendapatan keluarga maka
menunjukkan bahwa tidak ada semakin tinggi pula dana/biaya
hubungan yang bermakna antara yang mau dibayarkan untuk
tingkat pekerjaan dengan memperoleh pelayanan
kemauan untuk membayar tariff kesehatan. Lopaying (2004)
pelayanan kesehatan rawat jalan menyatakan tingkat pendapatan
puskesmas dengan p-value merupakan salah satu parameter
=0,824 (>0,05). yang mempengaruhi kemauan
Hasil penelitian ini sesuai membayar (willingness to pay).
dengan penelitian Rachman f. Hubungan kemampuan
(1998) bahwa tingkat membayar pelayanan kesehatan
pendidikan dan jenis pekerjaan dengan kemauan membayar
tidak mempunyai hubungan pelayanan rawat jalan
dengan tingkat kemampuan puskesmas
membayar masyarakat dalam Analisis statistik meng-
membayar pelayanan kesehatan gunakan uji rank spearman
di puskesmas, karena yang menunjukkan bahwa ada
dihitung adalah tingkat hubungan yang bermakna antara
kemampuan membayar keluarga. ATP dengan kemauan untuk
Hal tersebut tidak sesuai membayar tarif pelayanan rawat
dengan hasil penelitian Asfawa jalan puskesmas dengan p-value
and Braun (2004) yang =0,041 (<0,05).
menyatakan bahwa tingkat Hasil penelitian ini sesuai
pendapatan merupakan variabel dengan penelitian Fidiastuti
yang sangat penting yang (2005) tentang beberapa faktor
115 Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 105-118

yang berhubungan dengan pangan yang tinggi, lebih


kemauan keluarga untuk memprioritaskan kebutuhan
membayar kenaikan tariff rawat ekonominya untuk masalah
jalan umum di puskesmas pangan sehingga alokasi untuk
sentolo II. Penelitian tersebut anggaran kesehatan menjadi
menunjukkan adanya hubungan berkurang.
antara ATP dengan kemauan Hasil analisa secara
membayar kenaikan tariff ekonometri yang telah dilakukan
pelayanan rawat jalan oleh Binam et al (2002)
puskesmas. menunjukkan bahwa kondisi
g. Hubungan pengeluaran pangan ekonomi rumah tangga kaitannya
dengan kemauan membayar dengan responden mempunyai
pelayanan rawat jalan pengaruh yang signifikan
puskesmas terhadap kemauan untuk
Analisis statistik meng- membayar (willingness to pay).
gunakan uji rank spearman Asfawa and Braun (2004)
menunjukkan bahwa ada menyatakan tingkat pendapatan
hubungan yang bermakna antara mempunyai hubungan yang
tingkat pengeluaran pangan signifikan terhadap keputusan
dengan kemauan untuk responden untuk mau membayar.
membayar tariff pelayanan rawat h. Hubungan pengeluaran non
jalan puskesmas dengan p-value pangan dengan kemauan
=0,028 (<0,05). membayar pelayanan rawat
Hasil penelitian ini jalan puskesmas
menunjukkan bahwa, responden Analisis statistik meng-
yang memiliki pengeluaran gunakan uji rank spearman
pangan tinggi memiliki tingkat menunjukkan bahwa tidak ada
kemauan membayar tarif hubungan yang bermakna antara
pelayanan rawat jalan puskesmas tingkat pengeluaran non pangan
yang rendah. Hal ini dapat dengan kemauan untuk
dipahami, karena masyarakat membayar tariff pelayanan rawat
yang memiliki pengeluaran
Arif Kurniawan, Analisis factor-faktor yang memperngaruhi kemauan membayar 116

jalan puskesmas dengan p-value penelitian menunjukkan tidak


=0,227 (>0,05). ada hubungan antara pengeluaran
Hasil penelitian ini juga non pangan dengan kemauan
sesuai dengan hasil penelitian membayar keluarga terhadap
Suhat (1997) tentang beberapa pelayanan HVB untuk balita di
faktor yang berhubungan dengan kabupaten Purbalingga.
kemauan keluarga membayar i. Faktor-faktor yang mem-
pelayanan imunisasi HVB untuk pengaruhi kemauan membayar
balita di puskesmas Bukateja pelayanan rawat jalan
kabupaten Purbalingga. Hasil puskesmas

Tabel 10. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik

Variabel bebas B S.E Wald Df Sig Exp(B)

Umur -1,338 0,513 6,793 1 0,009 0,262


ATP -.823 0,466 3,119 1 0,077 0,439

Berdasarkan hasil analisis masyarakat dalam membayar


regresi logistik diatas berada pada kisaran Rp
menunjukkan bahwa ada 4.609,43 sampai Rp 9.561,99.
pengaruh bersama-sama umur dan 2. Tidak ada hubungan
ATP (kemampuan membayar pendidikan, jenis kelamin,
masyarakat) terhadap kemauan pekerjaan, pengeluaran non
membayar tarif pelayanan rawat pangan dengan kemauan
jalan puskesmas. membayar tarif pelayanan
rawat jalan puskesmas
SIMPULAN DAN SARAN 3. Ada hubungan umur, kemauan
Simpulan membayar, dan pengeluaran
1. Masyarakat mempunyai ATP pangan dengan kemauan
yang beragam dengan rata-rata membayar tarif pelayanan
ATP sebesar Rp 23.990,81. rawat jalan puskesmas
dan WTP yang beragam 4. Ada pengaruh bersama-sama
dengan rata-rata WTP sebesar umur dan ATP terhadap
Rp 7085,71. Kemauan kemauan membayar tarif
117 Kesmasindo. Volume 4, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 105-118

pelayanan rawat jalan tarif pelayanan puskesmas


puskesmas. yang tertinggi. Puskesmas
SARAN hendaknya memperhatikan
masyarakat yang memiliki
1. Bagi Dinas Kesehatan
ATP rendah tapi memiliki
Kabupaten Banyumas perlu
WTP yang tinggi agar dapat
melakukan penyesuaian tarif
memanfaatkan pelayanan
Puskesmas dengan
rawat jalan puskesmas dengan
mempertimbangkan
mengakomodir melalui
kemampuan dan kemauan
jamkesmas.
membayar (ATP/WTP)
3. Bagi masyarakat untuk
masyarakat. Pemerintah
mengatur pengeluaran
Daerah Kabupaten Banyumas
pangannya khususnya
perlu memperhatikan
pengeluaran pangan non
masyarakat yang memiliki
essensial agar dapat
ATP rendah terhadap
menabung untuk pengeluaran
pelayanan kesehatan.
kesehatan dan memiliki
2. Bagi Puskesmas,
jaminan pemeliharaan
memprioritaskan masyarakat
kesehatan masyarakat atau
yang produktif dan yang
asuransi kesehatan agar resiko
memiliki ATP tinggi untuk
ketidakmampuan membayar
sasaran promosi pemanfaatan
pelayanan rawat inap rumah
pelayanan, karena mereka
sakit dapat diatasi.
memiliki kemauan membayar

DAFTAR PUSTAKA Pay for Community Health


Prepayment Schemes in Rural
Asfawa, A. and Braun, J.V. 2004. Can
Area: A Case Study of the Use
Community Health Insurance
of Contingent Valuation
Schemes Shield The Poor
Surveys in Centre Cameroon.
Against The Downside Health
Journal Institute of Agricultural
Effects of Economic Reforms?
Research for Development
The Case of Rural Ethiopia.
(IRAD), Yaounde 01:1-19.
Journal of Health Policy 70
(2004) 97-108
DepKes RI UU No 23 tahun 1992. Tentang
Kesehatan. Departemen
Binam, J.N. Nkama, A. Nkendah, R. 2002.
Kesehatan RI. Jakarta.
Estimating the Willingness to
Arif Kurniawan, Analisis factor-faktor yang memperngaruhi kemauan membayar 118

Fidiastuti, 2005. Beberapa Faktor Yang Membayar Pelayanan


Berhubungan Dengan Kemauan Kesehatan di Puskesmas (Studi
Membayar Kenaikan Tarif di Wilayah Kerja Puskesmas
Rawat Jalan Umum di Sawahan Kotamadya Surabaya).
Puskesmas Sentolo II Tahun Unair. Surabaya
2005. Skripsi (Tidak
dipublikasikan), Universitas Suhat, 1997. Beberapa Faktor Yang
Diponegoro. Semarang Berhubungan Dengan Kemauan
Keluarga Membayar Pelayanan
Hartono. 2005. Analisis Biaya Pelayanan Imunisasi HVB Untuk Balita Di
Kesehatan di Puskesmas Puskesmas Bukateja Kabupaten
Cahaya Negeri Kabupaten Purbalingga, Skripsi (Tidak
Seluma Propinsi Bengkulu. Dipublikasikan), Universitas
Thesis. Program Pascasarjana Diponegoro, Semarang
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. (Tidak Sukarni. 1994. Kesehatan Keluarga dan
dipublikasikan). Lingkungan. Yogyakarta :
Kanisius
Hastono, S. P. 2001. Analisis Data. FKM
Sumarwan. 1993. Keluarga Masa Depan dan
Universitas Indonesia, Jakarta.
Perubahan Pola Konsumsi.
Warta
Jubaidi. 2003. Analisis Biaya Pelayanan
Demografi. Tahun ke-23 No.5.
Kesehatan di Balai
LD.FEUI. Jakarta.
Pengobatan Puskesmas Pasar
Tshinko, B. L., Constandriopoulos, A. P.,
Ikan Kota Bengkulu. UGM.
Fournier, P., 1995. Plan de
Yogyakarta.
paiement Anticipe des Soins de
Sante de Bwamanda (Zaire).
Kurniawan dan Intiasari, 2010. Analisis ATP
Comment a-t-il ete mis en place
dan WTP Pelayanan Rawat
. Social Science and Medicine
Jalan Tingkat Pertama di
40 (8), 1041-1052.
Kabupaten Banyumas.
Purwokerto

Lopaying, D. 2004. Measuring Affordability


and Willingness to Pay. AIT
Center, Bangkok.

Mukti, A.G. 2003. Survei Kemampuan dan


Kemauan Membayar
Masyarakat untuk Pelayanan
dan Asuransi Kesehatan.
GMC, UGM. Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi


Penelitian. PT Rineka Cipta.
Jakarta.`

__________. 2005a. Metode Penelitian


Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

__________. 2005b. Promosi Kesehatan


Teori dan Aplikasi. Rineka
Cipta,Jakarta.

Rachman,1998. Tingkat Kemampuan dan


Kemauan Masyarakat Dalam

You might also like