You are on page 1of 13

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 06 No. 03 September ● 2017 Halaman 127 - 137

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Artikel Penelitian

ANALISIS KEBIJAKAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JKN PADA


FKTP PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2016
POLICY ANALYSIS OF USED CAPITAL FUND OF JKN INPRIMARY HEALTHCARE IN BOGOR
IN 2016

Abdul Gani Hasan1*, Wiku B.B. Adisasmito2


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesiam, Depok
2
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok
Abstract dan berpotensi menumpuk, penentuan poin cukup jauh
Background: The purpose of analyzing the policy of berbeda antar tenaga, pemenuhan obat-obatan terkendala
utilization of JKN capitation fund at FKTP Puskesmas in oleh pengadaan, potensi overlapping kapitasi dengan BOK
Bogor Regency refers to Permenkes 21 year 2016. dan kualitas pelayanan dokter menurun pada rasio dokter
Method: Qualitative with Rapid Assessment Procedure, in- per peserta besar. Kesimpulan dan saran : Rasio dokter
depth interview on 12 informant, purposive sample, related dengan peserta masih dibawah standar 1:5000 peserta
to research objectives. Results: There is a high disparity perlu upaya pemerataan, porsi kapitasi 60% untuk Jasa
of capitation funds for puskesmas covering participants, dan 40% opersional lain, ketercukupannya berbeda perlu
capitation norms, number of doctors and the ratio of ada backup dana operasional untuk yang kurang, adanya
doctors between various puskesmas. In-depth interviews disinsentif jasa pelayanan perlu dikaji ulang, kapitasi porsi
found the difficulty of fulfilling the ideal physician ratio, low 40% dapat komplementer dengan BOK, sisa anggaran
capitation norms indicated the low quality of the menguntungkan bila alternatif kegiatan mampu efektif
puskesmas, not all the puskesmas did the proper planning efisien sesuai kebutuhan masyarakat, perlu perbaikan
process, the small capitation clinics were difficult in the mekanisme pengadaan obat, dalam fleksibilitas anggaran
operational and the overwhelming operational and perlu didorong PPKBLUD pada puskesmas.
potentially piled up, Drug fulfillment is constrained by
procurement, the potential for overlapping capitation with Kata kunci : kapitasi; FKTP; Puskesmas
BOK and the quality of physician services decreases in the
ratio of physicians per large participant. Conclusions and
Pendahuluan
suggestions: The ratio of physicians to participants is still
below the standard of 1: 5000 participants need Jaminan kesehatan menurut laporan
equalization effort, 60% capitation portion for services and Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010,
40% other opersional, different sufficiency there should be bertujuan untuk memastikan semua orang
operational fund backups for the less, the disincentives of mendapatkan akses ke layanan kesehatan
service need to be reviewed, Capitation of 40% portion can
be complementary with BOK, the rest of the budget is
yang dibutuhkan
advantageous if the activity alternative can be effectively (upaya promotif, preventif, kuratif dan
efficient according to society requirement, need rehabilitatif) dengan kualitas yang baik dan
improvement of drug procurement mechanism, budget efektif dan untuk memastikan bahwa seluruh
flexibility need to be pushed PPK-BLUD at puskesmas.
layanan kesehatan dapat mencakup orang-
Keywords: capitation; FKTP; Puskesmas orang yang kesulitan secara finansial (Kutzin,
2013).
Abstrak Di Indonesia, dana kapitasi untuk
Latar Belakang : Tujuan menganalisis kebijakan pembayara layanan kesehatan diperoleh dari
pemanfaatan dana kapitasi JKN pada FKTP Puskesmas di premi peserta JKN yang sebagian cara
Kabupaten Bogor mengacu Permenkes 21 tahun 2016.
Metode : Kualitatif dengan Rapid Assesment Procedure,
pembayaran layanan kesehatannya melalui
wawancara mendalam pada 12 informan, sampel kapitasi. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia
purposive, terkait tujuan penelitian. Hasil : Terdapat memang menyebutkan bahwa upaya
disparitas tinggi dana kapitasi puskesmas meliputi peserta, kesehatan perorangan pembayarannnya
norma kapitasi, jumlah dokter dan rasio dokter antara
bersifat privat, kecuali masyarakat miskin
berbagai puskesmas. Wawancara mendalam didapatkan
sulitnya pemenuhan rasio dokter ideal, norma kapitasi dibayar pemerintah. (Kemenkes, 2009).
rendah menunjukkan kuantitas kualitas puskesmas Salah satu sarana kesehatan yang dapat
rendah, belum semua puskesmas melakukan proses dibayar dengan sistem kapitasi adalah FKTP
perencanaan dengan benar, puskesmas kapitasi kecil sulit Puskesmas. Kebijakan yang mendasari
dalam operasional dan yang besar berlebih operasional
pemanfaatan dana kapitasi JKN pada FKTP

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017 ●


127
Abdul Gani Hasan, dkk.: Analisis Kebijakan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN
Puskesmas yang bukan BLUD, diterapkan Puskesmas sekurangkurangnya 60% untuk
melalui Peraturan Menteri Kesehatan nomor 21 jasa pelayanan dan sisanya untuk dukungan
tahun 2016. Kebijakan penganggaran dalam operasional lainnya. Kemudian terbit
dokumen anggaran menggunakan Permenkes 19 tahun 2014, yang direvisi oleh
Permendagri nomor 13 tahun 2006 dan Permenkes 21 tahun 2016 tentang
perencanaannya melalui Permenkes nomor 44 Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan
tahun 2016, dengan acuan standar layanan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan
dan sumberdaya yaitu Permenkes 75 tahun Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional
2014. Pada FKTP Milik Pemerintah Daerah.
Tabel 1. Aspek Temuan Investigasi KPK Dalam Pemanfaatan Dana Kapitasi oleh FKTP Puskesmas tahun 2014

REGULASI PEMBIAYAAN TATA LAKSANA DAN SUMBER DAYA PENGAWASAN

1. Aturan pembagian 1. jasa Potensi fraud atas 1. Lemahnya pemahaman dan 1. Tidak adanya
medis dan biaya diperbolehkannya kompetensi petugas kesehatan anggaran
operasional berpotensi perpindahan peserta dalam menjalankan regulasi pengawasan
menimbulkan moral Penerima 2. Proses verifikasi eligibilitas dana kapitasi di
hazard dan ketidak Bantuan Iuran kepesertaan di FKTP belum daerah. Tidak
wajaran (PBI) dari berjalan dengan baik 2. adanya alat
2. Belum mengatur puskesmas ke 3. Pelaksanaan mekanisme rujukan pengawasan
mekanisme pengelolaan FKTP swasta berjenjang belum berjalan baik dan
sisa lebih 2. Potensi petugas FKTP menjadi pengendalian
perubahan 4.
3. Aturan kurang pelaku penyimpangan (fraud) dana kapitasi
kualitas layanan
mengakomodasi Petugas puskesmas rentan menjadi oleh BPJS
puskesmas secara 5.
kebutuhan korban pemerasan berbagai pihak Kesehatan
keseluruhan belum
Puskesmas. Sebaran tenaga kesehatan yang
terlihat 6. secara
tidak merata.
nyata.

Tabel 2. Distribusi Dana Kapitasi JKN di Kabupaten Bogor tahun 2015


No Uraian Minimal Maksimal Mean SD
1 Pendapatan (ribu) 213,993 3,033,108 1,153,102 608,973
2 Tarif Kapitasi 4,500 6,000 5,347 674
3 Jumlah Peserta 4,057 42,454 18,188 8,406
4 Jumlah Dokter 1 6 2.68 1.39
5 rasio_dr_peserta 1,819 26,911 8,442 5,345
Permenkes 21 tahun 2016 sebagai Karena distribusi penyakit dan biaya
kebijakan yang dibahas pada penelitian ini, pengobatan sebagian besar penyakit tidak
didasari oleh Pencasila sila ke-5, yang bervariasi besar, pembayaran dokter/dokter
mengamanatkan perlindungan keadilan sosial gigi primer layak dilakukan dengan cara
bagi seluruh rakyat Indonesia serta kaidah kapitasi, atau bayar borongan (Thabrany,
konstitusi Bangsa Indonesia yaitu UUD NKRI 2014). Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)
tahun 1945, pasal 28H ayat 1sampai 3 serta menyebutkan jumlah dokter yang tercatat
pasal 34 ayat 1 sampai 3. Kaidah abstraknya sampai dengan Maret 2017 adalah: jumlah
adalah UU RI Nomor 40 Tahun 2004 Tentang dokter umum: 118.173, dokter gigi: 28.710,
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Pasal dokter spesialis: 32.947 dan dokter gigi
24 ayat 2. Sedangkan kaidah konkritnya adalah spesialis: 3.178 orang. Jumlah keseluruhan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor dokter dan dokter gigi menjadi 183.008 orang
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, (KKI, 2017).
dalam pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa BPJS Kesimpulan evaluasi JKN tahun 2015,
Kesehatan melakukan pembayaran kepada Rasio dokter per peserta 1:6.708 peserta (lebih
FKTP secara praupaya berdasarkan kapitasi dari rasio ideal sebesar 1 : 5.000 peserta)
atas jumlah peserta yang terdaftar di FKTP. (P2JK, 2015). Sebagai perbandingan, pada
Peraturan Presiden RI nomor 32 tahun penelitian di India, tahun 2013 rasio dokter
2014, mengatur dana kapitasi FKTP dengan penduduk sudah mencapai 1:1.800

128 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
penduduk (Deo, 2013). Evaluasi juga
menyebutkan bahwa peserta yang terdaftar di
setiap FKTP serta besaran rentang kapitasi

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017 ●


129
Abdul Gani Hasan, dkk.: Analisis Kebijakan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN
yang diterima oleh FKTP Puskesmas pada Tinjauan Teoritis
daerah terpencil / sulit sama dengan daerah Kata “jaminan”, secara bahasa dapat
perkotaan. berarti asuransi (insurance), peyakinan
Pada akhir tahun 2014, Komisi (assurance), garansi (guarantee/warranty), janji
Pemberantasan Korupsi (KPK, 2015) (promise/ pledge), dan dapat berarti
melakukan investigas ke beberapa puskesmas, pengamanan (security). Kata “jaminan” yang
hasilnya sebagai berikut : berarti asuransi di Indonesia berakar dari
Tabel di bawah menunjukkan kondisi proses pengumpulan dana bersama untuk
penggunaan dana kapitasi di Kabupaten Bogor kepentingan bersama yang memiliki arti
tahun 2015 sangat bervariasi dan memiliki transfer risiko. (Thabrany, 2014). Jaminan
disparitas tinggi, mulai dari jumlah pendapatan, menyeluruh melalui jaminan kesehatan dapat
tariff kapitasi, jumlah peserta, jumlah dokter didefinisikan sebagai akses terhadap fisik dan
maupun rasio peserta dengan dokter. keuangan dalam rangka peningkatan kualitas
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor terbaik terhadap pelayanan kesehatan
karena cukup terjangkau oleh peneliti sehingga menyeluruh bagi masyarakat. (Kutzin, 2000).
akses untuk mendapatkan data dan evidence Cakupan universal yang didefinisikan
lebih mudah, efektif dan efisien, memiliki FKTP sebagai akses ke intervensi kesehatan berupa
Puskesmas terbanyak di Indonesia yaitu 101 promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk
FKTP Puskesmas (Kemenkes, 2015), jumlah semua dengan biaya yang terjangkau,
penduduk 5.111.769 jiwa pada tengah tahun sehingga mencapai kesetaraan dalam akses.
2015 dan sebanyak 43,82% penduduknya atau Prinsip perlindungan-risiko keuangan
sebesar 2.239.882 jiwa terdaftar sebagai memastikan bahwa biaya perawatan tidak
peserta BPJS. Melihat data diatas, peneliti menempatkan orang pada risiko bencana
ingin menganalisis bagaimana implementasi keuangan (Stuckler, Feigl, Basu, & McKee,
kebijakan pemanfaatan dana kapitasi di 2010).
Kabupaten Bogor tahun 2016 mengenai jumlah Pada gambar di atas, sumbu populasi
dan mekanisme penerimaan dana kapitasi, mewakili populasi, orang-orang yang
situasi anggaran dan pemanfaatan dana dan membutuhkan pelayanan kesehatan. Layanan
kesesuaian penggunaan dana kapitasi oleh axis menggambarkan pelayanan kesehatan
FKTP Puskesmas di Kabupaten Bogor yang berkualitas. Sumbu vertikal adalah total
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi biaya, meyakinkan semua penduduk
ilmu pengetahuan untuk membuka wawasan memperoleh semua layanan yang mereka
baru, berkembangnya ilmu pengetahuan butuhkan. (WHO, 2013).

Gambar 1. Skema Jaminan Kesehatan Universal Menurut WHO, 2010


khususnya mengenai pembiayaan kesehatan di Menurut Permenkes RI no 59 tahun
FKTP Puskesmas terutama pemanfaatan dana 2014, tarif kapitasi adalah besaran
kapitasi JKN. pembayaran per bulan yang dibayar di muka
oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar

130 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah menggunakan biaya lokal dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan yang diberikan. rata-rata layanan dan karena itu dapat
Puskesmas layak dibayar dengan cara kapitasi bervariasi dari satu wilayah negara lain.
disebabkan pusksmas melakukan administrasi Tarif kapitasi di Indonesia ditentukan
pelayanan; pelayanan promotif dan preventif; berdasarkan seleksi dan kredensial oleh BPJS
pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten /
medis; tindakan medis non spesialistik, baik Kota dengan mempertimbangkan sumbedaya
operatif maupun non operatif; pelayanan obat manusia, kelengkapan sarana dan prasarana,
dan bahan medis pakai habis, termasuk pil dan lingkup pelayanan dan komitment pelayanan.
kondom untuk pelayanan Keluarga Berencana; Besarana tarif kapitasi yang ditetapkan untuk
dan pemeriksaan penunjang diagnostik FKTP Puskesmas atau fasilitas pelayanan
laboratorium tingkat pertama. (Kemenkes, kesehatan yang setara adalah sebesar Rp.
2014). 3.000,- sampai dengan Rp. 6.000,-.
Sedangkan (Alguire, 2016) menyatakan Menurut (Alguire, 2016), sebagian besar
bahwa kapitasi adalah jumlah uang yang tetap rencana pembayaran kapitasi untuk layanan
per pasien per unit waktu dibayar di muka perawatan primer adalah Pencegahan,
untuk dokter untuk pemberian pelayanan diagnostik, dan pengobatan, Suntikan,
kesehatan. Jumlah aktual uang yang imunisasi, dan obatobatan diberikan di kantor,
dibayarkan ditentukan oleh rentang layanan Tes laboratorium Rawat Jalan dilakukan baik di
yang disediakan, jumlah pasien yang terlibat, kantor atau di laboratorium yang ditunjuk dan
dan periode waktu di mana jasa tersebut Pelayanan pendidikan kesehatan
diberikan. Tarif kapitasi dikembangkan

Gambar 3. Tujuan sistem kesehatan dan tujuan kebijakan pembiayaan kesehatan Kerangka konsep diadopsi
dari model yang dikembangkan oleh Kutzin (2013), dengan sistem pembiayaan meliputi 3 komponen pokok
yaitu
pengumpulan dana (revenue collection), pengepulan dana (pooling) dan pembayaran (purchasing) khusus
kepada
FKTP milik pemerintah yaitu puskesmas. Beberapa aspek yang akan dikaji dari dana kapitasi yang terkumpul di
FKTP tersebut meliputi alokasi/perolehan dana kapitasi dari BPJS, penggunaan (utilization) dana kapitasi oleh
FKTP dan kesesuaian antara perolehan dana dengan penggunaannya.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017 ●


131
Abdul Gani Hasan, dkk.: Analisis Kebijakan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN

Gambar 4. Kerangka Konsep Pemanfaatan Dana Kapitasi FKTP Puskesmas dimodifikasi dari Kutzin, 2013
yang diadopsi dari WHO 2010

dan konseling dilakukan di kantor. Menurut wawancara dilakukan oleh peneliti sampai tidak
Permenkes 21 tahun 2016, dana kapitasi pada ada lagi informasi yang baru yang didapat
FKTP milik pemerintah Daerah non BLUD (saturated). key informan dalam penelitian ini
dapat dipergunakan sekurang-kurangnya 60% adalah 4 orang pejabat dan staf di Dinas
untuk pembayaran jasa pelayanan dan sisanya Kesehatan, kepala FKTP Puskesmas dan 1
untuk dukungan operasional lainnya yang orang dokter pelaksana di 2 FKTP Puskesmas
dialokasikan untuk pengadaan obat, alat dan pejabat di stakeholder lainnya meliputi
kesehatan dan bahan medis pakai habis dan pejabat di Bappeda, BPS, BPJS dan Dinas
biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya Sosial Kabupaten Bogor.
yang bersifat upaya kesehatan perorangan. Pengumpulan data primer berasal dari
Sistem pembiayaan kesehatan di wawancara mendalam, sedangkan sekunder
pengaruhi oleh beberapa fungsi yaitu dikumpulkan dengan melakukan telaahan
pengurusan dan pengawasan oleh terhadap dokumen yang berhubungan dengan
pemerintah/pimpinan, sumberdaya fisik dan kebijakan pemanfaatan dana kapitasi JKN
manusia, pelayanan kesehatan dan pada FKTP Puskesmas. Pengumpulan data
pembiayaan. Secara spesifik pada fungsi awal dilakukan dengan wawancara dengan
sistem pembiayaan kesehatan, mencakup pejabat Dinas
pengumpulan pendapatan, penggabungan Kesehatan dan pengumpulan literatur.
dalam anggaran dan belanja anggaran yang Analisa data melalui analisa isi (content
secara langsung bermanfaat untuk pelayanan analysis) dengan metode triangulasi diakukan
sesuai dengan kebutuhan, efisiensi, kualitas untuk validitas data, meliputi triangulasi sumber
serta transparansi dan akuntabilitas (Kutzin, dan triangulasi metode. Pengumpulan data
2013). dilakukan setelah keluar surat lolos kaji etik dan
Sistem kesehatan dan kebijakan dimulai dengan memberikan penjelasan pada
pembiayaan mempunyai tujuan antara dan informan yang identitasnya disamarkan serta
tujuan akhir sebagai berikut : dilakukan prosedur pengamanan data hasil
Metode penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian
dengan metode kualitatif dengan desain Rapid Hasil
Assessment Procedure (RAP) dilakukan pada Data dana kapitasi pada FKTP
bulan Mei sampai dengan Juni 2017. Informan Puskesmas di Kabupaten Bogor tahun 2016
didapatkan dengan teknik non-probabilitas menunjukkan variasi cukup besar dengan
(purposive), dengan prinsip kesesuaian standar deviasi sebesar Rp. 660,4 juta. Norma
(appropriateness) berdasarkan pengetahuan kapitasi bervariasi yaitu berkisar antara Rp
atau pengalaman yang dimiliki oleh informan 4.500 sampai dengan Rp. 6.000, dengan
dan prinsip kecukupan (adequacy) dimana jumlah peserta sangat bervariasi dengan
informan yang dipilih memenuhi kategori yang standar deviasi sebesar 7.952 peserta. Rasio
berkaitan dengan topik penelitian dan dokter terhadap peserta juga memiliki variasi

132 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
yang cukup besar, dengan standar deviasi satu penentuan point daerah dalam menentukan
orang dokter untuk 6.426 peserta, dengan rata- jaspel terkendala oleh perbedaan persepsi
rata 6.765 peserta untuk 1 orang dokter. antar puskesmas.
Besaran dana kapitasi JKN pada FKTP “..adanya gap tinggi banget… terendah
Puskesmas didapatkan dari jumlah peserta mungkin dilevelan 1 juta rupiah, di banding
dikalikan dengan norma kapitasi perbulan di dengan misalnya dokter bisa 1000%
puskesmas. Terkait kepesertaan, data perbedaannya.” (5)
kepesertaan masih banyak yang belum valid “…dokter dengan yang perawat di wilayah lain
sehingga harus dilakukan verifikasi. Di tingkat sama…” (7)
kabupaten, verifikasi dilakukan oleh Dinas
Sosial dengan data dasar dari Dinas “…kewenangan daripada Kepala Puskesmas
kita menambahkan porsi daerah / Point daerah
Kependudukan dan Catatan Sipil. Masalah yang kita SK kan, ada SK nya” (4)
lainnya yaitu jumlah peserta yang sangat tidak
merata antar FKTP Puskesmas dan jumlah dan “ tidak ada kewenangan kepala FKTP untuk
sebaran dokter tidak merata. memberikan reward …punishment… “ (5)

“... Dinas Sosial itu, mereka yang setiap saat Penganggaran dana kapitasi pada porsi
mendapatkkan data dari desa, yah… “ (1) “rasio
dokter peserta hanya 1 per 1000 an di tempat 40%, untuk puskesmas dengan kapitasi kecil
lain 26.000 .. “ (3) sulit dalam penganggaran karena dananya
kecil. Namun pada puskesmas dengan dana
“Makaya di tiap puskesma tidak sama, ada kapitasi besar, kesulitan menentukan kegiatan
jumlah peserta dia 32.000, ada yang 16.000 ada
10.000 ada ketika anggaran kapitasi bertambah besar.
8.000 “ (9) Kesulitan puskesmas lainnya adalah dalam
Terkait dengan tarif kapitasi, kondisi penganggaran kegiatan promotif dan preventif
menunjukkan disparitas antar puskesmas yang yang dapat overlap dengan kegiatan
menunjukkan kualitas dan kuantitas sumber bersumberdana Bantuan Operasional
daya di puskesmas yang berbeda. Kesehatan (BOK), meski dapat juga saling
melengkapi.
Jadi kita inginnya, kalo semua di puskesmas
standar, maka kapitasi yang diterima juga akan “Tapi di jasinga ini Alhamdulillah dilengkapi
sama, saat ini masih ada ketimpangan” (1) dengan dana operasional dan BOK untuk
sementara ini cukup..” (5)
“…apa kekurangan SDM, apa kekurangan alat
atau apakah ada hitungannya itu kenapa dia “Sekarang banyak overlapping karena JKN
dapat kapitasinya per orang 4.500 ... “ (12) sekarang boleh promotif preventif. “ (5) “Kan
dari kapitasi gak ada buat operasional ke
lapangan” (7)
Pada tahap awal perencanaan, beberapa “…sekarang sudah terpenuhi… harusnya sudah
puskesmas telah melakukan proses mulai ada mutasi,perubahan persentase
perencanaan melalui analisis kebutuhan anggaran ... Mungkin setiap lima tahun harus
mengacu kepada Permenkes 44 tahun 2016 ada evaluasi mendasar” (5)
tentang Manajemen Puskesmas, namun belum “…kalo dari segi pengadaan barang sih, pasti
semua puskesmas melakukannya sesuai numpuk-numpuk terus. Misal di kita mungkin 2
dengan pedoman ini. sampai 3 tahun ke depan semua terpenuhi.” (6)

“…mapping kegiatan …, dasarnya dari tahun


kemarin. Mereka bikin anggaran per bidang per Prinsip efisiensi dalam penggunaan dana
program...kegiatan utama… pengembangan kapitasi sangat penting, agar dengan dana
butuhnya berapa anggarannya. Sumbernya itu yang tersedia, puskesmas mampu memenuhi
nanti, yang penting berapa total anggaran, baru kuantitas dan kualitas yang maksimal dalam
setelah itu diplot dari mana sumber
anggarannya.” (2) memenuhi kebutuhannya.
“ Barang yang diadakan puskesmas harus yang
“tidak semua puskesms melakukan analisis,
berkualitas, kegiatan juga.” (2) “… jangan
kadang-kadang ada mereka langsung membuat
karena gengsi dan kebutuhan yang tidak perlu “
RKA… “ (4)
(5)

Dalam penganggaran jasa pelayanan, “Efisien iya, tapi tidak mampu memenuhi
gap besaran jasa pelayanan yang diterima, kebutuhan kami dalam memberikan
pelayanan.” (7)
terjadi baik antar FKTP Puskesmas, maupun
internal puskesmas itu sendiri. Selain itu,

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017 ●


133
Abdul Gani Hasan, dkk.: Analisis Kebijakan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN
Saat ini, pemanfaatan fasilitas pelayanan “Cuma karena biaya nya lumayan besar, untuk
pelatihan-pelatihan itu, kita kurang
kesehatan di Puskesmas oleh peserta BPJS
dananya...2016, kita malah cuma satu
masih cukup kecil, terutama di daerah pelatihan” (7)
perkotaan. Hal ini berbeda pada daerah rural,
masyarakat yang memanfaatkan pelayanan “Jadi kalo misalnya di satu puskesmas…, rasio
dokter peserta hanya 1 per 1000 an di tempat
kesehatan cukup tinggi. Selain pemanfaatan,
lain
angka rujukan puskesmas juga masih cukup
tinggi. 26.000 jelas dampaknya pada kualitas
pelayanan pada peserta. “ (3)
“kunjungan peserta JKN itu tidak melebihi 5%...
15%, akses yang bagus. “ (3) “… selama ini Terhendel, terhendel, cuman kualitasnya jelek,
imagenya faskes swasta lebih bagus dimata jujur saja, karena saya tidak bisa lebih teliti
masyarakat” (3) dalam memeriksa” (6)

“mereka yang punya BPJS pun… yang PBI… Terus terang di sentul ini, masyarakatnya,
enggak mau datang ke puskesmas...” (7) terutama pendidikan kesehatannya masih
kurang sekali, jadi kita mendapatkan
“Masyarakat sudah terimage bahwa, saya kesempatan juga untuk
sudah terbiasa ke rumah sakit. Jadi kalo diatur memberikankesempatan arahan untuk supaya
dengan sistem rujukan berjenjang, masih lebih sehat.” (8)
reject” (1)

“Masalah rujukan… orang malas masukan ke Pemanfaatan dana kapitasi untuk obat-
aplikasi Pcare…, kurangnya pemahaman obatan di puskesmas tahun 2016 tidak berjalan
masyarakat… pasien nya rewel,… RS yang dengan baik karena kendala di pengadaan. Hal
rewel minta lagi rujukan.” (6)
ini terjadi pada puskesams dengan dana
kapitasi yang besar maupun kecil. Kekurangan
Yang paling berefek pada pemanfaatan obat mengakibatkan pemberian obat oleh
dana kapitasi adalah peningkatan performance dokter menjadi kurang rasional
puskesmas, terutama pada puskesmas dengan
dana kapitasi besar, meski pada puskesmas “…e-katalog, saya pengadaan obat 380 jutaan,
tapi realiasasi hanya 20 juta. “ (5)
dengan dana kapitasi kecil tetap sulit.
… satu, … masih baru dalam pengadaan online.
“Masyarakat merasakan pelayanan berbeda
Kedua keterbatasan stok di online, yang ketiga,
dulu dengan sekarang. “ (2)
ketersediaan obat … Yang keempat…
pengaturan persen untuk obat” (6)
“…puskesams sekarang sudah bagus bagus,
sarana juga udah banyak yang terpenuhi
“Ya sudah kita kurangi obatnya yang harusnya
kemudian pelayanannya juga sudah ada
misalnya harusnya untuk 3 hari kita potong jadi
peningkatan gitu” (4)
dua hari, jadi satu hari... Yang kedua kita
lakukan substitusi… kita potong saving dari
“Disini gak ada ya. Untuk packaging luarnya,
pemerintah, dari pemerintah tidak ada ya kita
untuk seluruhnya pun tidak ada, dana kita
ambil dari kapitasi… terakhir ya menyarankan
terbatas. Paling jaspel aja ya” (8)
pasien untuk beli sendiri... “ (6)

Masalah terkait dengan sumberdaya “Kalo untuk obat, untuk yang 2016 kemarin kita
aparatur, baik kualitas dan kuantitas malah kurang… dan itu ditenderkan dari
dinasnya itu lambat turun..” (7)
diantaranya yaitu terbatasnya jumlah dan
sebaran dokter serta upaya peningkatan “... kita kasih dulu segini, nanti ibu balik lagi ya
kapasitas bersumber dana kapitasi masih berapa hari… kita cek lagi. “ (7)
belum maksimal meski jumlah pelatihan
“Sangat tidak rasional pak, misal kita resepkan
bertambah, terutama pada puskesmas dengan
antibiotic amoksisilin sehari 3 kali, mau tidak
dana kapitasi kecil. Jumlah dokter yang mau jadi sehari 2 kali. “ (8)
terbatas disbanding peserta JKN menyebabkan
rasio dokter dengan peserta pun tinggi, hal ini Terbatasnya dana kapitasi pada
tentu dapat menurunkan kualitas layanan puskesmas dengan peserta JKN sedikit,
karena dokter memeriksa pasien melebih menyebabkan puskesmas tidak mampu
kemampuannnya, hal sebaliknya pada melengkapi sarana yang penting di
puskesmas dengan rasio dokter dengan Puskesmas, misalnya laboratorium. Akibatnya,
peserta kecil, dokter memiliki waktu banyak puskesmas tersebut merujuk pemeriksaan
untuk memeriksa pasien. laboratorium ke puskesmas lain, bahkan ke

134 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
puskesmas di bawahnya yang dana Berdasarkan uraian kesesuaian
kapitasinya lebih besar. pemanfaatan dana kapitasi diatas, meskipun
belum pernah dilakukan survei kepuasan
“di sentul ini kebetulan banyak yang belum
terpenuhi, seperti Lab, kita belum, kita gak masyarakat di tingkat Kabupaten, namun
punya lab…” (7) beberapa puskesmas telah melakukan survei
kepuasan yang hasilnya cukup memuaskan.
“si pasien dilayani dengan baik, kalaupun tidak
ada lab, puskesams wajib merujuk lab ke “survey kepuasan itu kan di puskesmas, tapi
puskesmas kita ga pernah tahu apakah…masyarakat itu
lain” (9) puas dengan pelayanan di Puskesmas…” (4)

Pemanfaatan dana kapitasi untuk “survey kepuasan pelanggan sederhana kami


memperlihatkan 87,3% puas, nah ini 13
pengadaan alat penunjang lainnya terutama
% yang jadi penyakit…” (5)
untuk puskesmas dengan dana kapitasi besar,
sebagian besar kebutuhan mereka sudah Sistem pengelolaan anggaran di
terpenuhi, seperti komputer, AC, TV, kursi meja Pukesmas yang mengacu pada pengelolaan
rapat dan sebagainya. Bahkan seluruh ruangan keuangan daerah secara umum, dengan porsi
mereka sudah terpasang AC. anggaran mengikuti Permenkes 21 tahun 2016,
“Jadi untuk jasinga, semua ruangan sudah ada mengakibatkan puskesmas tidak fleksibel
computer, sudah terkoneksi dengan LAN, dalam pelaksanaanya. Hasil wawancara
termasuk dengan e puskesmas, sudah
menunjukkan jalan keluarnya adalah
terkoneksi dengan dinas” (5)
penerapakan Pola Pengelolaan Keuangan
“AC pun sudah cukup semua ruangan saya Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).
pasang, cuma masalahanya, kita pasang AC Dengan PPK-BLUD puskesmas akan lebih
listrik tidak kuat” (5)
fleksibel, bertanggungjawab, inovatif dan lebih
“Secara umum kursi, meja rapat, dll sekarang leluasa dalam pengelolaan anggaran serta
sudah dipenuhi. Sekarang saya tinggal dapat mengangkat pegawai sendiri, sehingga
dipercantik, missal ruang aula nanti pake kekurangan dokter dapat teratasi.
wallpaper.” (5)
“ lebih fleksibel memanfaatkan dan dia memiliki
Pada upaya promotif dan preventif, upaya tanggungjawab yang lebih besar” (1) “...dengan
BLUD, dia bisa berinovasi untuk lebih
yang dilakukan adalah penyelenggaraan meningkat lagi” (1)
keluarga sehat, kunjungan sehat, kelompok “Sehingga lebih leluasa dalam pengelolaan
lansia, kelompok risiko. Kegiatan dalam keuangan, gitu... “ (3)
gedung dan luar gedung dapat dibiayai oleh “Di BLUD kan bisa ada flkesibilitas, karena
bisa... pengadaan sendiri.” (5)
dana JKN, meski pada puskesmas dengan
dana kapitasi kecil tetap sulit. Namun kegiatan- “…puskesmas bisa rekrut dokter sendiri,
kegiatan ini belum terlihat berdampak terhadap kesulitan tenaga dokter supaya rasio dokter
capaian indikator kesehatan masyarakat. dengan peserta itu bisa berkurang ya” (7)

“Yang permenkes 21 kan lebih kea rah UKM Pembahasan


nya, dulu kan UKP tok.” (2)
Disparitas kepesertaan JKN terjadi
“BPJS sudah merasakan bahwa klaim dari karena penempatan peserta JKN PBI sesuai
rumah sakit semakin besar, itu karena UKM nya dengan wilayah tempat tinggalnya serta
gak jalan. “ (2) sebaran penduduk miskin yang menjadi
“… target capaianya itu nggak terlalu signifikan
peserta PBI yang persentasenya tidak merata.
ya dengan uang yang banyak itu” (4) Hal ini sesuai dengan hasil evaluasi
Kementerian Kesehatan tahun 2015, bahwa
“ kegiatan untuk kuratif seperti home visit peserta JKN yang terdaftar pada FKTP
kasus kusta, TB paru, filariasis, dll, demam
berdarah, kita semua bisa masukkan ke JKN, Puskesmas belum ideal. Rasio dokter dengan
khususnya untuk kegiatan transportnya. Untuk peserta JKN sebesar 1: 6.765, masih lebih
pertemuan, rakor misalnya saya ada rakor tinggi dari standar nasional sebesar 1:5.000
tentang DBD, rakor tentang KIA, peserta, bahkan masih lebih besar dari rata-
rakor tentang TB Paru, HIV,AIDS, dll, yang rata nasional yaitu sebesar 1: 6.708 peserta.
tadinya di BOK sekarang saya masukkin ke Maksimum rasio dokter per peserta JKN di
JKN” (5) Kabupaten Bogor mencapai 1:30.006 peserta.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017 ●


135
Abdul Gani Hasan, dkk.: Analisis Kebijakan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN
Tingginya rasio peserta berakibat pada perencanaan, belum maksimalnya dukungan
penurunan kualitas waktu pelayanan. Angka pembinaan dari Dinas Kesehatan dan tidak
1:5.000 didapatkan bila 1 orang dokter adanya petunjuk pelaksanaan yang aplikatif di
melayani pasien selama 10 menit per pasien, puskesmas. Secara teknis, hambatan dalam
dengan pemeriksaan selama 5 jam dan 25 hari penyusunan perencanaan anggaran dana
kerja (MKEKI, 2002), maka bila lamanya dokter kapitasi yaitu adanya peruntukkan yang sama
memeriksakan setiap pasien yang berkunjung dari dua sumber anggaran yaitu kapitasi JKN
idealnya 15 – 20 menit (Linzer et al., 2015) dan BOK yang dapat membiayai upaya
atau 18 – 20,9 menit (Abbo, Zhang, Zelder, & promotif dan preventif yang dapat menimbulkan
Huang, 2008), bila diambil 20 menit saja potensi overlapping alokasi dana. Hambatan
dengan kunjungan peserta 15%, maka lain yang ada yaitu dana kapitasi yang terbatas,
Tabel 3. perbedaan pemanfaatan dana kapitasi pada puskesmas dengan dana kapitasi besar dan kecil
KAPITASI BESAR KAPITASI KECIL
Kuantitas terpenuhi, kualitas dalam proses Kuantitas dan kualitas tidak terpenuhi
Pemanfaatan oleh masyarakat tinggi Pemanfaatan oleh masyarakat rendah
Kualitas pencatatan pelaporan rendah Kualitas pencatatan pelaporan lebih baik
Performance keseluruhan meningkat Performance tidak ada peningkatan
Pengadaan Pelatihan masih rendah Pengadaan pelatihan SDM tidak ada
Kualitas pemeriksaan dokter ‘terpaksa’ diturunkan, Kualitas pemeriksaan dokter terjaga, kuantitas
kuantitas banyak. sedikit.
Alkes/medis pakai cukup Alkes/medis pakai terbatas, tidak mampu
mengadakan Lab.
Barang penunjang kantor/rumah tangga terpenuhi Barang penunjang kantor/rumah tangga sangat
terbatas
Dana kapitasi membiayai UKM (perjalanan, Dana kapitasi tidak bisa membiayai UKM.
pertemuan, dll)
idealnya rasio dokter dengan peserta potensi sisa anggaran menumpuk dan regulasi
maksimum sebesar 1 : 2.500 peserta. yang ada tidak memungkinkan untuk
Dengan rata-rata rasio dokter dengan mengalihkan porsi anggaran.
peserta 1:6.765 peserta, bila standar Pada kesesuaian pemanfaatan dana
kunjungan 15% dari peserta dan jam kerja kapitasi, terdapat perbedaan yang cukup jauh
dokter 5 jam per hari serta 25 hari kerja, maka antara puskesmas dengan dana kapitasi besar
waktu pemeriksaan dokter terhadap pasien dengan dana kapitasi kecil, seperti yang dapat
rata-rata hanya sekitar 7,4 menit per pasien dilihat pada tabel berikut :
dibawah standar waktu pemeriksaan. Bahkan Tabel diatas menunjukkan bahwa
pada puskesmas yang rasionya tinggi, waktu kesesuaian pemanfaatan dana kapitasi dengan
pemeriksaan akan semakin lebih singkat. Pada hasil yang dicapai berbeda antara puskesmas
rasio maksimal 1:30.006 dokter per peserta dengan dana kapitasi besar dan puskesmas
dengan standar kunjungan dan jam kerja dengan dana kapitasi kecil. puskesmas dengan
dokter yang sama, maka waktu pemeriksaan dana kapitasi besar lebih dapat memenuhi
per pasien hanya sebesar 1,67 menit. Waktu tujuan antara kebijakan UHC menurut WHO
pemeriksaan yang semakin singkat ini, tentu yaitu kualitas layanan terhadap peserta, namun
akan menurunkan kualitas pelayanan dokter. berisiko aspek efisiensi tidak tercapai bila
Belum lagi jika ditambah dengan pasien non dalam penganggaran tidak disesuaikan dengan
peserta JKN, tentu akan semakin berat lagi. kebutuhan yang sebenarnya sesuai dengan
Pemanfaatan dana kapitasi masih situasi dan kondisi serta kurang
terkendala dengan banyaknya puskesmas memperhatikan kebutuhan masyarakat
yang tidak melakukan proses perencanaan terhadap layanan kesehatan. Sebaliknya pada
sesuai dengan mekanisme pada aturan yang puskesmas dengan dana kapitasi kecil, tujuan
berlaku yaitu Permenkes 44 tahun 2016. peningkatan kualitas layanan masih sulit untuk
Kendala yang dihadapi oleh pusksemas adalah tercapai mengingat anggarannya sangat
terbatasnya sumberdaya yang memahami terbatas. Namun pada puskesmas dengan
perencanaan, komitment yang rendah dari dana kapitasi kecil ini bisa lebih efisien karena
kepala dan personil puskesmas terhadap memang dana mereka juga terbatas.

136 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Beberapa hal yang memiliki kesamaan Pemanfaatan dana kapitasi porsi 60%
antara puskesmas dengan dana kapitasi besar untuk jasa pelayanan sesuai dengan
maupun dana kapitasi kecil, yaitu : angka Permenkes 21 tahun 2016, terkendala pada
rujukan tinggi; tidak bisa mengangkat pegawai; perbedaan persepsi penentuan point tambahan
obat- obatan kurang karena mekanisme yang menjadi kewenangan kepala puskesmas.
pengadaan online yang belum maksimal; Perbedaan besarnya dana kapitasi yang
kontribusi terhadap capaian indikator rendah diterima, menyebabkan perbedaan penerimaan
dan belum pernah ada survei kepuasan oleh jasa pelayanan antar puseksmas dengan jenis
kabupaten ataupun Kementerian Kesehatan. tenaga yang sama. Sementara, pembagian
point sesuai dengan Permenkes 21 ini
Kesimpulan menimbulkan perbedaan yang sangat besar
Puskesmas dengan dana kapitasi besar jasa pelayanan yang di terima di internal
memiliki keleluasaan lebih dalam puskesmas.
pengelolaannya, sedangkan puskesmas Pemanfaatan dana kapitasi porsi 40%
dengan dana kapitasi kecil, sangat terbatas. untuk penunjang operasional lainnya sesuai
Sejak awal tahun 2014, pertama kali program dengan Permenkes 21 tahun 2016, sangat
JKN dilaksanakan sampai dengan saat ini bervariasi tergantung jumlah dana kapitasi
masih banyak permasalahan dari berbagai yang diterima oleh puskesmas. Permasalahan
aspeknya. Masalah muncul bukan hanya pada yang cukup besar ada pada pengelolaan obat-
aspek pendanaan seperti yang menjadi fokus obatan, yang menurut Permenkes 21, obat
penelitian, namun juga pada masih terbatasnya berasal dari dana kapitasi dapat dipergunakan
sumberdaya puskesmas dan rendahnya oleh seluruh pasien di Puskesmas. Adanya
kualitas layanan kesehatan yang transisi proses pengadaan obat secara online
peningkatannya juga sangat diperngaruhi oleh menimbulkan kegagalan pengadaan obat baik
pembiayaan kesehatan. pada puskesmas dengan dana kapitasi besar
Pemasalahan sumberdaya yang muncul maupun kecil. Hal ini mengakibatkan
diantaranya yaitu diisparitas yang tinggi dalam puskesmas kekurangan obat yang berdampak
jumlah dan sebaran tenaga kesehatan, pada pengobatan pasien yang kurang rasional.
khususnya rasio dokter dengan peserta JKN Selain pada pengadaan obat, pada puskesmas
yang menunjukkan dalam proses penempatan dengan dana kapitasi kecil tidak mampu
tenaga kesehatan yang kurang memperhatikan mengadakan fasilitas memadai untuk
jumlah penduduk. Rasio dokter dengan peserta penunjang medik, terutama laboratorium.
yang tinggi berdampak pada waktu pelayanan Dampaknya adalah puskesmas tersebut
yang semakin singkat. Selain jumlah dan merujuk pemeriksaan laboratorium ke fasilitas
sebaran tenaga kesehatan, kualitas kesehatan lainnya. Pemenuhan fasilitas
sumberdaya juga masih sangat tidak merata. penunjang lainnya, seperti pemeliharaan
Upaya peningkatan kapasitas sumberdaya sarana prasarana dan pengadaan peralatan
aparatur telah dilakukan menggunakan dana kantor dan rumah tangga juga sangat berbeda
kapitasi, namun hasilnya masih belum antara puskesmas dengan dana kapitasi besar
maksimal terutama pada puskesmas dengan dan dana kapitasi kecil yang sangat terbatas.
dana kapitasi kecil. Pemanfaatan dana kapitasi untuk
Pemenuhan standar kualifikasi peningkatan upaya promotif dan preventif
puskesmas mengacu pada Permenkes 75 dilakukan dengan upaya pelayanan dalam
tahun 2014 banyak terkendala pada gedung dan luar gedung yang tidak
puskesmas dengan dana kapitasi kecil karena bermasalah pada puskesmas dengan dana
keterbatasan jumlah dana. Meski demikian, kapitasi besar, meski tetap terbatas pada
pada puskesmas dengan dana kapitasi besar puskesmas dengan dana kapitasi kecil.
pun sangat dipengaruhi oleh proses Namun, upaya promotif dan preventif yang
perencanaan awal kegiatan yang banyak pelaksanaannya terutama didanai oleh sumber
diantaranya belum menerapkan proses dana lain yaitu BOK, menimbulkan kesulitan
perencanaan menggunakaan standar puskesmas dalam tahap perencanaan awal
Permenkes 44 tahun 2016. Dalam proses yang dikhawatirkan overlapping dengan dana
pengaanggaran, semua puskesmas telah kapitasi JKN.
melaksanakan pembagian porsi anggaran Dua hal penting lainnya terkait masalah
dengan menggunakan Permenkes 21 tahun pemanfaatan dana kapitasi adalah potensi sisa
2016. anggaran menumpuk dan fleskibilitas

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017 ●


137
Abdul Gani Hasan, dkk.: Analisis Kebijakan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN
penggunaan dana. Pada puskesmas dengan Journal of General Internal Medicine,
dana kapitasi besar, potensi sisa anggaran 23(12), 2058-2065. doi:http://dx.doi.
menumpuk juga akan semakin besar. Bila org/10.1007/s11606-008-0805-8
puskesmas tidak cerdik dan tidak mampu 2. Alguire, P. C. (2016). Understanding
inovatif dalam penganggaran dan pemanfaatan Capitation. Internal Medicine. Retrieved
dana maka mereka akan kesulitan dalam from https:// www.acponline.org/about-
mengalokasikan sisa anggaran ini secara tepat, acp/about-internalmedicine/career-
efektif dan efisien. Penyebab lainnya dari sisa paths/residency-
dana yang menumpuk adalah kurang careercounseling/understanding-capitation
fleksibelya penggunaan dana, sehingga 3. Deo, M. G. (2013). Doctor population ratio
puskesmas tidak dapat menyerap anggaran for India - The reality. Indian Journal of
yang tidak dapat diserap pada tahun berjalan Medical Research, 137(4), 632-635.
kepada kebutuhan lainnya. Upaya menggatasi Retrieved from
ketidak fleksibel an ini dapat diatasi dengan http://www.ijmr.org.in/article.asp?
penerapan issn=0971-
PPK-BLUD 5916;year=2013;volume=137;issue=4;spag
e
Saran =632;epage=635;aulast=Deo
1. Perlunya segera akselerasi pemenuhan 4. Kemenkes. (2009). Sistem kesehatan
rasio dokter per peserta ideal, dengan nasional: Jakarta.
didukung oleh regulasi dan langkah- 5. Kemenkes. (2014). Permenkes no. 28
langkah yang konkrit serta mudah tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
dilaksanakan. Program Jaminan Kesehatan Nasional.
2. Penting untuk meningkatkan kembali 6. Kemenkes. (2015). Jumlah Puskesmas per
fungsifungsi perencanaan dalam Juni 2015 menurut Propinsi dan Kabupaten
manajemen puskesmas sesuai dengan / Kota. Retrieved from http://www.depkes.
regulasi melalui keterlibatan seluruh go.id/download.php?
personil di puskesmas dengan file=download/pusdatin/ lain-
pendampingan dan pembinaan serta lain/JumlahPuskesmas 30 Juni 2015.pdf
petunjuk pelaksanaan yang mudah untuk 7. KPK. (2015). KPK Temukan 4 Kelemahan
diaplikasikan di puskesmas. Penting juga Pengelolaan Dana Kapitasi. Retrieved from
melibatkan akademisi khususnya https://www.kpk.go.id/id/berita/siaranpers/2
administrasi dan kebijakan kesehatan 440-kpk-temukan-4-kelemahan-
dalam pengembangan manajemen pengelolaan-dana-kapitasi
puskesmas ini. 8. Kutzin, J. (2000). Towards universal health
3. Dapat dipertimbangkan untuk melakukan care coverage. A goal-oriented framework
revisi Permenkes 21 tahun 2016, dengan for policy analysis. Health, Nutrition and
melewati tahap evaluasi menyeluruh Population (HNP) discussion paper.
terhadap pemanfaatan dana kapitasi JKN. Washington DC: The World Bank.
4. Perlu komitmen bersama untuk mengatasi 9. Kutzin, J. (2013). Health financing for
ketimpangan pendanaan puskesmas, universal coverage and health system
dengan menutupi kekurangan pendanaan performance: concepts and implications for
pada puskesmas dengan dana kapitasi policy. Bulletin of the World Health
kecil, melalui sumber dana lainnya seperti Organization, 91(8), 602-611.
APBD Kabupaten. doi:10.2471/BLT.12.113985
5. Perlunya akselerasi penerapan PPK-BLUD 10. Linzer, M., Bitton, A., Tu, S. P., Plews-
di Puskesmas dengan didukung oleh Ogan, M., Horowitz, K. R., & Schwartz, M.
regulasi dari Kementerian Kesehatan yang D. (2015). The End of the 15–20 Minute
mengatur tentang PPK-BLUD Puskesmas Primary Care Visit. Journal of General
yang punya kekhususan tersendiri. Internal Medicine, 30(11), 1584-1586.
doi:10.1007/s11606-015-3341-3
Daftar Referensi 11. MKEKI, I. (2002). Kode Etik Kedokteran
1. Abbo, E. D., Zhang, Q., Zelder, M., & Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan
Huang, E. S. (2008). The Increasing Kode Etik Kedokteran Indonesia. Retrieved
Number of Clinical Items Addressed During from
the Time of Adult Primary Care Visits.

138 ● Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-
Etik- Kedokteran.pdf
12. P2JK. (2015). Evaluasi Pengelolaan dana
JKN tahun 2015. Retrieved from
https://goo. gl/O4gVJH
13. Stuckler, D., Feigl, A., Basu, S., & McKee,
M. (2010). The political economy of
universal health coverage. Background
paper for the global symposium on health
systems research.
14. Thabrany, H. (2014). Jaminan kesehatan
nasional.
15. WHO. (2013). Universal health coverage:
supporting country needs. Geneva: World
Health Organization.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 3 September 2017 ●


139

You might also like