Professional Documents
Culture Documents
1. Aturan pembagian 1. jasa Potensi fraud atas 1. Lemahnya pemahaman dan 1. Tidak adanya
medis dan biaya diperbolehkannya kompetensi petugas kesehatan anggaran
operasional berpotensi perpindahan peserta dalam menjalankan regulasi pengawasan
menimbulkan moral Penerima 2. Proses verifikasi eligibilitas dana kapitasi di
hazard dan ketidak Bantuan Iuran kepesertaan di FKTP belum daerah. Tidak
wajaran (PBI) dari berjalan dengan baik 2. adanya alat
2. Belum mengatur puskesmas ke 3. Pelaksanaan mekanisme rujukan pengawasan
mekanisme pengelolaan FKTP swasta berjenjang belum berjalan baik dan
sisa lebih 2. Potensi petugas FKTP menjadi pengendalian
perubahan 4.
3. Aturan kurang pelaku penyimpangan (fraud) dana kapitasi
kualitas layanan
mengakomodasi Petugas puskesmas rentan menjadi oleh BPJS
puskesmas secara 5.
kebutuhan korban pemerasan berbagai pihak Kesehatan
keseluruhan belum
Puskesmas. Sebaran tenaga kesehatan yang
terlihat 6. secara
tidak merata.
nyata.
Gambar 3. Tujuan sistem kesehatan dan tujuan kebijakan pembiayaan kesehatan Kerangka konsep diadopsi
dari model yang dikembangkan oleh Kutzin (2013), dengan sistem pembiayaan meliputi 3 komponen pokok
yaitu
pengumpulan dana (revenue collection), pengepulan dana (pooling) dan pembayaran (purchasing) khusus
kepada
FKTP milik pemerintah yaitu puskesmas. Beberapa aspek yang akan dikaji dari dana kapitasi yang terkumpul di
FKTP tersebut meliputi alokasi/perolehan dana kapitasi dari BPJS, penggunaan (utilization) dana kapitasi oleh
FKTP dan kesesuaian antara perolehan dana dengan penggunaannya.
Gambar 4. Kerangka Konsep Pemanfaatan Dana Kapitasi FKTP Puskesmas dimodifikasi dari Kutzin, 2013
yang diadopsi dari WHO 2010
dan konseling dilakukan di kantor. Menurut wawancara dilakukan oleh peneliti sampai tidak
Permenkes 21 tahun 2016, dana kapitasi pada ada lagi informasi yang baru yang didapat
FKTP milik pemerintah Daerah non BLUD (saturated). key informan dalam penelitian ini
dapat dipergunakan sekurang-kurangnya 60% adalah 4 orang pejabat dan staf di Dinas
untuk pembayaran jasa pelayanan dan sisanya Kesehatan, kepala FKTP Puskesmas dan 1
untuk dukungan operasional lainnya yang orang dokter pelaksana di 2 FKTP Puskesmas
dialokasikan untuk pengadaan obat, alat dan pejabat di stakeholder lainnya meliputi
kesehatan dan bahan medis pakai habis dan pejabat di Bappeda, BPS, BPJS dan Dinas
biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya Sosial Kabupaten Bogor.
yang bersifat upaya kesehatan perorangan. Pengumpulan data primer berasal dari
Sistem pembiayaan kesehatan di wawancara mendalam, sedangkan sekunder
pengaruhi oleh beberapa fungsi yaitu dikumpulkan dengan melakukan telaahan
pengurusan dan pengawasan oleh terhadap dokumen yang berhubungan dengan
pemerintah/pimpinan, sumberdaya fisik dan kebijakan pemanfaatan dana kapitasi JKN
manusia, pelayanan kesehatan dan pada FKTP Puskesmas. Pengumpulan data
pembiayaan. Secara spesifik pada fungsi awal dilakukan dengan wawancara dengan
sistem pembiayaan kesehatan, mencakup pejabat Dinas
pengumpulan pendapatan, penggabungan Kesehatan dan pengumpulan literatur.
dalam anggaran dan belanja anggaran yang Analisa data melalui analisa isi (content
secara langsung bermanfaat untuk pelayanan analysis) dengan metode triangulasi diakukan
sesuai dengan kebutuhan, efisiensi, kualitas untuk validitas data, meliputi triangulasi sumber
serta transparansi dan akuntabilitas (Kutzin, dan triangulasi metode. Pengumpulan data
2013). dilakukan setelah keluar surat lolos kaji etik dan
Sistem kesehatan dan kebijakan dimulai dengan memberikan penjelasan pada
pembiayaan mempunyai tujuan antara dan informan yang identitasnya disamarkan serta
tujuan akhir sebagai berikut : dilakukan prosedur pengamanan data hasil
Metode penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian
dengan metode kualitatif dengan desain Rapid Hasil
Assessment Procedure (RAP) dilakukan pada Data dana kapitasi pada FKTP
bulan Mei sampai dengan Juni 2017. Informan Puskesmas di Kabupaten Bogor tahun 2016
didapatkan dengan teknik non-probabilitas menunjukkan variasi cukup besar dengan
(purposive), dengan prinsip kesesuaian standar deviasi sebesar Rp. 660,4 juta. Norma
(appropriateness) berdasarkan pengetahuan kapitasi bervariasi yaitu berkisar antara Rp
atau pengalaman yang dimiliki oleh informan 4.500 sampai dengan Rp. 6.000, dengan
dan prinsip kecukupan (adequacy) dimana jumlah peserta sangat bervariasi dengan
informan yang dipilih memenuhi kategori yang standar deviasi sebesar 7.952 peserta. Rasio
berkaitan dengan topik penelitian dan dokter terhadap peserta juga memiliki variasi
“... Dinas Sosial itu, mereka yang setiap saat Penganggaran dana kapitasi pada porsi
mendapatkkan data dari desa, yah… “ (1) “rasio
dokter peserta hanya 1 per 1000 an di tempat 40%, untuk puskesmas dengan kapitasi kecil
lain 26.000 .. “ (3) sulit dalam penganggaran karena dananya
kecil. Namun pada puskesmas dengan dana
“Makaya di tiap puskesma tidak sama, ada kapitasi besar, kesulitan menentukan kegiatan
jumlah peserta dia 32.000, ada yang 16.000 ada
10.000 ada ketika anggaran kapitasi bertambah besar.
8.000 “ (9) Kesulitan puskesmas lainnya adalah dalam
Terkait dengan tarif kapitasi, kondisi penganggaran kegiatan promotif dan preventif
menunjukkan disparitas antar puskesmas yang yang dapat overlap dengan kegiatan
menunjukkan kualitas dan kuantitas sumber bersumberdana Bantuan Operasional
daya di puskesmas yang berbeda. Kesehatan (BOK), meski dapat juga saling
melengkapi.
Jadi kita inginnya, kalo semua di puskesmas
standar, maka kapitasi yang diterima juga akan “Tapi di jasinga ini Alhamdulillah dilengkapi
sama, saat ini masih ada ketimpangan” (1) dengan dana operasional dan BOK untuk
sementara ini cukup..” (5)
“…apa kekurangan SDM, apa kekurangan alat
atau apakah ada hitungannya itu kenapa dia “Sekarang banyak overlapping karena JKN
dapat kapitasinya per orang 4.500 ... “ (12) sekarang boleh promotif preventif. “ (5) “Kan
dari kapitasi gak ada buat operasional ke
lapangan” (7)
Pada tahap awal perencanaan, beberapa “…sekarang sudah terpenuhi… harusnya sudah
puskesmas telah melakukan proses mulai ada mutasi,perubahan persentase
perencanaan melalui analisis kebutuhan anggaran ... Mungkin setiap lima tahun harus
mengacu kepada Permenkes 44 tahun 2016 ada evaluasi mendasar” (5)
tentang Manajemen Puskesmas, namun belum “…kalo dari segi pengadaan barang sih, pasti
semua puskesmas melakukannya sesuai numpuk-numpuk terus. Misal di kita mungkin 2
dengan pedoman ini. sampai 3 tahun ke depan semua terpenuhi.” (6)
Dalam penganggaran jasa pelayanan, “Efisien iya, tapi tidak mampu memenuhi
gap besaran jasa pelayanan yang diterima, kebutuhan kami dalam memberikan
pelayanan.” (7)
terjadi baik antar FKTP Puskesmas, maupun
internal puskesmas itu sendiri. Selain itu,
“mereka yang punya BPJS pun… yang PBI… Terus terang di sentul ini, masyarakatnya,
enggak mau datang ke puskesmas...” (7) terutama pendidikan kesehatannya masih
kurang sekali, jadi kita mendapatkan
“Masyarakat sudah terimage bahwa, saya kesempatan juga untuk
sudah terbiasa ke rumah sakit. Jadi kalo diatur memberikankesempatan arahan untuk supaya
dengan sistem rujukan berjenjang, masih lebih sehat.” (8)
reject” (1)
“Masalah rujukan… orang malas masukan ke Pemanfaatan dana kapitasi untuk obat-
aplikasi Pcare…, kurangnya pemahaman obatan di puskesmas tahun 2016 tidak berjalan
masyarakat… pasien nya rewel,… RS yang dengan baik karena kendala di pengadaan. Hal
rewel minta lagi rujukan.” (6)
ini terjadi pada puskesams dengan dana
kapitasi yang besar maupun kecil. Kekurangan
Yang paling berefek pada pemanfaatan obat mengakibatkan pemberian obat oleh
dana kapitasi adalah peningkatan performance dokter menjadi kurang rasional
puskesmas, terutama pada puskesmas dengan
dana kapitasi besar, meski pada puskesmas “…e-katalog, saya pengadaan obat 380 jutaan,
tapi realiasasi hanya 20 juta. “ (5)
dengan dana kapitasi kecil tetap sulit.
… satu, … masih baru dalam pengadaan online.
“Masyarakat merasakan pelayanan berbeda
Kedua keterbatasan stok di online, yang ketiga,
dulu dengan sekarang. “ (2)
ketersediaan obat … Yang keempat…
pengaturan persen untuk obat” (6)
“…puskesams sekarang sudah bagus bagus,
sarana juga udah banyak yang terpenuhi
“Ya sudah kita kurangi obatnya yang harusnya
kemudian pelayanannya juga sudah ada
misalnya harusnya untuk 3 hari kita potong jadi
peningkatan gitu” (4)
dua hari, jadi satu hari... Yang kedua kita
lakukan substitusi… kita potong saving dari
“Disini gak ada ya. Untuk packaging luarnya,
pemerintah, dari pemerintah tidak ada ya kita
untuk seluruhnya pun tidak ada, dana kita
ambil dari kapitasi… terakhir ya menyarankan
terbatas. Paling jaspel aja ya” (8)
pasien untuk beli sendiri... “ (6)
Masalah terkait dengan sumberdaya “Kalo untuk obat, untuk yang 2016 kemarin kita
aparatur, baik kualitas dan kuantitas malah kurang… dan itu ditenderkan dari
dinasnya itu lambat turun..” (7)
diantaranya yaitu terbatasnya jumlah dan
sebaran dokter serta upaya peningkatan “... kita kasih dulu segini, nanti ibu balik lagi ya
kapasitas bersumber dana kapitasi masih berapa hari… kita cek lagi. “ (7)
belum maksimal meski jumlah pelatihan
“Sangat tidak rasional pak, misal kita resepkan
bertambah, terutama pada puskesmas dengan
antibiotic amoksisilin sehari 3 kali, mau tidak
dana kapitasi kecil. Jumlah dokter yang mau jadi sehari 2 kali. “ (8)
terbatas disbanding peserta JKN menyebabkan
rasio dokter dengan peserta pun tinggi, hal ini Terbatasnya dana kapitasi pada
tentu dapat menurunkan kualitas layanan puskesmas dengan peserta JKN sedikit,
karena dokter memeriksa pasien melebih menyebabkan puskesmas tidak mampu
kemampuannnya, hal sebaliknya pada melengkapi sarana yang penting di
puskesmas dengan rasio dokter dengan Puskesmas, misalnya laboratorium. Akibatnya,
peserta kecil, dokter memiliki waktu banyak puskesmas tersebut merujuk pemeriksaan
untuk memeriksa pasien. laboratorium ke puskesmas lain, bahkan ke