You are on page 1of 9

EVALUASI KELENGKAPAN REKAM MEDIS BERDASARKAN

STANDAR KARS 2012 DI RSU MUHAMMADIYAH PONOROGO


MH Muflihatul Ulfa1, Sri Sundari1, Ekorini Listiowati1
1
Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email Korespondensi: mh.muflihatul.ulfa@gmail.com

ABSTRACT

The completeness of medical records is very important in the provision of health services,
especially to improve the quality of service and patient safety. As an effort to improve the quality of
service Muhammadiyah Hospital of Ponorogo has followed the KARS 2012 accreditation with a
plenary achievement in August 2016. Although the status of accreditation plenary has been achieved
but efforts to maintain improvements in patient care and patient safety should still be done. This study
aims to determine the description of medical record completeness at Muhammadiyah Hospital of
Ponorogo. This research is an observational analytic, quantitative approach with cross sectional
design. Data analysis using univariate and bivariate analysis with Chi Square test. The completeness
of the medical record at Muhammadiyah Hospital of Ponorogo which was particularly achieved are
ASC 7.1, AP 1.5.1, AP 1.6, COP 2.1, ASC 6, ASC 7.2, ACC 3.2.1, ACC 4.4 for samples ahead of the
accreditation survey, while In the samples after the accreditation survey, the standards achieved are,
among others, PFR 6.4, ASC 7.1, AP 1.5.1, AP 1.6, AP 2, ASC 6, ASC 7.2, ASC 7.4 and ACC 4.4. In
the sample prior to the accreditation survey, the standard that was not achieved was PFE 2.1, while
for samples after the accreditation survey, the unreachable standards were PFE 2.1, MCI 19.3 and
ACC 3.2.1. There are some standards that have statistically significant differences in the
completeness of the medical record between before the accreditation survey and after the
accreditation survey ie PFR 6.4 (p = 0.001), ASC 7.1 (p = 0.018), AP 1.6 (p = 0.020) , ASC 7.4 (p =
0.005), MCI 19.3 (P = 0.001).

Keywords: Medical record completeness, KARS 2012 standard

ABSTRAK

Kelengkapan rekam medis merupakan hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan terutama guna meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan RSUM Ponorogo sudah mengikuti akreditasi versi KARS 2012
dengan capaian paripurna pada Agustus 2016. Meskipun status akreditasi paripurna telah diraih
namun upaya mempertahankan perbaikan mutu pelayanan dan keselamatan pasien harus tetap
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelengkapan rekam medis di RSUM
Ponorogo. Penelitian ini merupakan observasional analitik, pendekatan kuantitatif dengan rancangan
cross sectional. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariate dengan uji Chi Square.
Kelengkapan rekam medis di RSUM Ponorogo yang tercapai sebagian antara lain PAB 7.1, AP 1.5.1,
AP 1.6, PP 2.1, PAB 6, PAB 7.2, APK 3.2.1, APK 4.4 untuk sampel menjelang survei akreditasi,
sedangkan pada sampel sesudah survei akreditasi, standar yang tercapai sebagian antara lain HPK
6.4, PAB 7.1, AP 1.5.1, AP 1.6, AP 2, PAB 6, PAB 7.2, PAB 7.4 dan APK 4.4. Pada sampel menjelang
survei akreditasi, standar yang tidak tercapai yaitu PPK2.1, sedangkan untuk sampel sesudah survei
akreditasi yaitu PPK 2.1, MKI 19.3 dan APK 3.2.1. Terdapat beberapa standar yang memiliki
perbedaan yang bermakna secara statistik dalam kelengkapan rekam medis antara menjelang survei
akreditasi dan sesudah survei akreditasi yaitu HPK 6.4 (p= 0,001), PAB 7,1 (p=0,018), AP 1.6
(p=0,020), PAB 7.4 (p=0,005), MKI 19.3 (P=0,001).

Kata-kata kunci: Kelengkapan rekam medis, Standar KARS 2012

24
25 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 3, No. 1, Mei 2017: 24-31

PENDAHULUAN Studi pendahuluan yang dilakukan oleh


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan peneliti pada bulan Januari 2017, dari 10
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan berkas yang diteliti tidak ditemukan berkas
kesehatan perorangan secara paripurna yang yang lengkap secara keseluruhan menurut
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat standar yang telah ditetapkan oleh KARS
jalan, dan gawat darurat. Setiap Rumah Sakit 2012. Diantaranya yaitu pada standar HPK 6.4
mempunyai kewajiban memberi pelayanan tentang persetujuan tindakan hanya tercapai
kesehatan yang aman, bermutu, anti sebesar 18,5%, standar PAB 7.1 tentang
diskriminasi, dan efektif dengan risiko, manfaat dan alternatif pembedahan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai tercapai sebesar 22,2%, standar PAB 6
dengan standar pelayanan rumah Sakit; tentang penulisan waktu masuk dan keluar
membuat, melaksanakan, dan menjaga saat anestesi tercapai sebesar 55,5% dan
standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah beberapa standar yang lain (8).
Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien Meskipun status akreditasi paripurna
serta menyelenggarakan rekam medis (1). telah diraih oleh RSUM Ponorogo, namun
Dalam upaya peningkatan mutu upaya mempertahankan perbaikan mutu
pelayanan Rumah Sakit wajib melakukan pelayanan dan keselamatan pasien tetap
akreditasi secara berkala minimal tiga tahun harus dilakukan. Melihat betapa pentingnya
sekali. Penyelenggaran akreditasi berdasarkan dokumentasi rekam medis khususnya bagi
standar KARS 2012 meliputi beberapa keselamatan pasien serta untuk
tahapan yaitu persiapan akreditasi, bimbingan mempertahankan mutu pelayanan dan masih
akreditasi, pelaksanaan akreditasi dan ada beberapa saran perbaikan dari tim
kegiatan pasca akreditasi. Pelaksanaan survei akreditasi terkait rekam medis serta temuan
akreditasi KARS memuat langkah-langkah ketidaklengkapan pengisian rekam medis pada
yang diantaranya yaitu kegiatan telusur pasien bulan-bulan pasca akreditasi, maka perlu
individual dan telaah rekam medis pasien dilakukan evaluasi kelengkapan rekam medis
secara tertutup (pasien sudah pulang). Telaah berdasarkan standar KARS 2012 di RSUM
ini diadakan untuk memastikan kepatuhan Ponorogo.
rumah sakit menyediakan pencatatan balik ke
belakang (track record) dari rekam medis METODE
(2,3,4). Penelitian ini menggunakan jenis
Rekam medis adalah berkas yang penelitian observasional analitik dengan
berisikan catatan dan dokumen tentang pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, yang digunakan yaitu cross sectional untuk
tindakan dan pelayanan lain yang telah melihat kelengkapan rekam medis sebelum
diberikan kepada pasien. Dalam aspek medis, dan sesudah survey akreditasi. Penelitian ini
catatan rekam medis dipergunakan sebagai dilakukan selama bulan Januari-Mei 2017 di
dasar untuk merencanakan pengobatan/ RSU Muhammadiyah Ponorogo. Subjek yang
perawatan yang diberikan kepada seorang digunakan adalah berkas rekam medis pasien
pasien dan dalam rangka mempertahankan di RSUM Ponorogo dengan kriteria yang
serta meningkatkan mutu pelayanan melalui digunakan yaitu rekam medis pasien rawat
kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis inap bulan Juli dan Desember 2016, rekam
serta keamanan/keselamatan pasien. medis pasien yang mendapatkan tindakan
Disebutkan oleh David Karp et all (2008) operasi, rekam medis pasien yang
bahwa dokumentasi yang baik akan mendapatkan tindakan anestesi umum dan
melindungi pasien. Jadi pendokumentasian spinal. Analisis statistik menggunakan
yang baik dalam rekam medis merupakan komputer dengan aplikasi SPSS 2.0.0, yang
aspek yang penting dalam mewujudkan akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu 2
keselamatan pasien. Sehingga kelengkapan macam analisa data yaitu analisis univariat
rekam medis merupakan hal yang sangat dan bivariate. Uji statistik yang akan digunakan
penting dalam penyelenggaraan pelayanan dalam penelitian ini yaitu Chi Square.
kesehatan terutama guna meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien (5,6,7). HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Penelitian ini dilakukan di RSU
Ponorogo (RSUM Ponorogo) merupakan Muhammadiyah Ponorogo selama bulan
Rumah Sakit tipe C di Ponorogo. Rumah sakit Januari-Mei 2017. Pengambilan data dilakukan
dengan kapasitas 121 tempat tidur ini telah selama bulan Februari hingga April 2017, yaitu
mengikuti akreditasi standar KARS 2012 dan mengambil sampel rekam medis pasien pada
telah dinyatakan lulus paripurna berdasarkan bulan menjelang survei akreditasi
surat keputusan tertanggal 23 Agustus 2016
Ulfa, MHM.dkk. Evaluasi Kelengkapan Rekam Medis... 26

yaitu berkas pasien bulan Juli 2016 yaitu berpasangan. Uji analisis bivariate yang
sebanyak 30 berkas dan sampel rekam medis digunakan adalah chi square, jika tidak
pasien setelah survei akreditasi yaitu berkas memenuhi syarat uji chi square maka
pasien bulan Desember 2016 sebanyak 30 digunakan uji Fisher sebagai alternatifnya. Uji
berkas. Telaah yang dilakukan menggunakan dua kelompok berpasangan ini kami sajikan
format telaah rekam medis tertutup sesuai untuk setiap standar dalam KARS 2012.
standar KARS 2012. Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa pada
Pengambilan sampel pada penelitian ini sampel bulan Juli 2016 terdapat beberapa
dibagi menjadi dua kelompok sampel, yaitu standar yang tidak semua berkas sampel
sampel yang diambil sebelum survei akreditasi memerlukan formulir tersebut sehingga jumlah
yaitu sampel Bulan Juli 2016 dan sampel yang sampel tertulis nol. Standar-standar tersebut
diambil beberapa bulan setelah survei antara lain HPK 8, AP 1.9, PAB 3 dan APK
akreditasi yaitu sampel Bulan Desember 2016. 1.1.3. Standar yang memiliki persentase
Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah ada kelengkapan 100% yaitu AP 1.3, AP 1.4.1, AP
perbedaan kelengkapan sebelum dan sesudah 1.5, AP 1.7, AP 1.10, PPK 2, PAB 4, PAB 7.4,
akreditasi untuk melihat konsistensi Rumah MPO 4.3 dan APK 2.1. Standar yang memiliki
Sakit dalam menjaga dan meningkatkan mutu kelengkapan paling rendah yaitu PPK 2.1
Rumah Sakit. Untuk melihat ada tidaknya sebesar 0%, artinya semua sampel yang
perbedaan tersebut peneliti melakukan analisis diambil untuk pengisian standar PPK 2.1 tidak
bivariate untuk dua kelompok tidak lengkap.

Tabel 1. Hasil Analisis Bivariat


Juli 2016 Desember 2016

Standar Kelengkapan Kelengkapan p


Ʃ % Ʃ %

HPK 6.3 28 93,33 27 90 1,000


HPK 6.4 29 96,66 9 30 0,000 *

HPK 8 0 0 0 0 -
PAB 5.1 30 100 30 100 -
PAB 7.1 17 56,66 8 26,66 0,018 *
AP 1.3 30 100 30 100 -

AP 1.4.1 30 100 30 100 -


AP 1.5 30 100 30 100 -
AP 1.5.1 16 53,33 18 60 0,432
AP 1.6 9 30 18 60 0,020 *

AP 1.7 30 100 29 96,66 1,000


AP 1.9 0 0 2 100 -
AP 1.10 30 100 30 100 -
AP 1.11 30 100 27 90 0,237

AP 2 25 83,33 19 63,33 0,080


PP 2.1 23 76,66 26 86,66 0,488
PPK 2 30 100 30 100 -
PAB 3 0 0 0 0 -
PAB 4 30 100 29 96,66 1,000
27 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 3, No. 1, Mei 2017: 24-31

PAB 5 25 83,33 29 96,66 0,195

PAB 6 8 26,66 13 43,33 0,176


PAB 7 27 90 25 83,33 0,448
PAB 7.2 9 30 10 33,33 0,781
PAB 7.4 30 100 22 73,33 0,005 *

MPO 4 27 90 28 93,33 1,000


MPO 4.3 30 100 30 100 -
MPO 7 27 90 29 96,66 0,612
PPK 2.1 0 0 3 10 -

MKI 19.3 24 80 0 0 0,000 *


APK 1.1.3 0 0 0 0 -
APK 2.1 30 100 28 93,33 0,492
APK 3.2.1 6 20 4 13,33 0,488

APK 4.4 18 60 14 46,66 0,301


Keterangan : *Hasil statistik bermakna

Sampel bulan Desember 2016 terdapat tentang adanya keterlambatan dalam


beberapa standar yang tidak semua berkas penatalaksanaan.
yang dijadikan sampel memerlukan formulir Berkaitan dengan standar HPK 8, RSU
tersebut sehingga jumlah sampel tertulis nol. Muhammadiyah Ponorogo tidak menyediakan
Standar-standar tersebut antara lain HPK 8, formulir khusus, disebabkan karena rumah
PAB 3 dan APK 1.1.3. Standar yang memiliki sakit tersebut tidak terlibat dalam penelitian.
persentase kelengkapan 100% yaitu PAB 5.1, Untuk memenuhi standar AP 1.9 RSU
AP 1.3, AP 1.4.1, AP 1.5, AP 1.9, AP 1.10, Muhammadiyah Ponorogo menyediakan
PPK 2 dan MPO 4.3. Standar yang memiliki formulir di lampiran 44 B.1 yang berisi tentang
kelengkapan paling rendah yaitu MKI 19.3 catatan khusus pasien perawatan akhir
sebesar 0%, artinya semua sampel yang kehidupan. Standar PAB 3 disediakan dalam
diambil pengisian pada standar tersebut tidak formulir lampiran 24. Formulir ini digunakan
lengkap. untuk mencatat asesmen pasien sebelum
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat dilakukan sedasi, pemantauan selama sedasi
peningkatan dan penurunan hasil kelengkapan serta kriteria pemulihan pasien sedasi. Untuk
rekam medis sebelum dan sesudah survei memenuhi standar APK 1.1.3 tentang adanya
akreditasi. Diantaranya ada beberapa standar keterlambatan dalam penatalaksanaan, RSU
yang memiliki perbedaan bermakna secara Muhammadiyah Ponorogo tidak memiliki
statistik antara sebelum dan sesudah survey formulir khusus.
akreditasi, yaitu pada standar HPK 6.4, PAB Menurut Wuryandari (2013) bahwa
7.1, AP 1.6, PAB 7.4 dan MKI 19.3. tersedianya formulir rekam medis dapat
mempengaruhi suatu hasil pengisian rekam
1. Deskripsi Kelengkapan Pengisian Rekam medis, idealnya bisa format rekam medis yang
Medis Berdasarkan KARS 2012 tersedia cukup maka semakin lengkap
Terdapat beberapa standar yang tidak pengisian rekam medis. Sebaliknya, bila
semua berkas sampel memerlukan formulir ketersediaan formulir belum baik maka akan
tersebut sehingga jumlah sampel tertulis nol. mempengaruhi pengukuran ketidaklengapan
Standar-standar tersebut antara lain HPK 8 rekam medis oleh petugas pendaftaran,
yaitu tentang persetujuan penelitian, perawat ruangan dan dokter pengisi rekam
pemeriksaan dan uji klinis, AP 1.9 tentang medis (9).
asesmen dan asesmen ulang pasien dengan Menurut pedoman KARS 2012,
kondisi akhir kehidupan, PAB 3 tentang ketentuan penilaian dari setiap elemen
asesmen pra sedasi, pemantauan selama penilaian tiap standar yaitu dinyatakan sebagai
sedasi dan kriteria pemulihan dan APK 1.1.3
Ulfa, MHM.dkk. Evaluasi Kelengkapan Rekam Medis... 28

tercapai penuh, tercapai sebagian, tidak lengkap dan efektif, tempat dan fasilitas untuk
tercapai dan tidak dapat diterapkan. Dikatakan pengisian rekam medis. Ketiga, standar
tercapai penuh jika 80-100% temuan sampel prosedur pengisian rekam medis masing-
terpenuhi, tercapai sebagian jika 20-79% masing rumah sakit, meskipun pedoman
temuan sampel terpenuhi, tidak tercapai jika umum yang dipakai sama menurut undang-
hanya ditemukan ≤19% terpenuhi, dan tidak undang, namun pelaksanaan masing-masing
dapat dietrapkan jika tidak masuk dalam rumah sakit memiliki kebijakan yang berbeda
proses penilaian dan perhitungan (2). sesuai dengan kondisi masing-masing rumah
Dari hasil penelitian yang telah sakit. Keempat, pembiayaan dan pengawasan,
disebutkan sebelumnya, elemen penilaian perlu adanya anggaran yang memadai untuk
pada sampel bulan Juli 2016 yang tercapai pengolahan data rekam medis serta
penuh antara lain HPK 6.3, HPK 6.4, HPK 5.1, pengawasan yang dilakukan secara
AP 1.3, AP 1.4.1, AP 1.5, AP 1.7, AP 1.10, AP berkesinambungan dan konsekuen (12).
1.11, AP 2, PPK 2, PAB 4, PAB 5, PAB 7, PAB
7.4, MPO 4, MPO4.3, MPO 7, MKI 19.3 dan 2. Analisis Perbedaan Kelengkapan Rekam
APK 2.1. Sedangkan pada sampel bulan Medis Menjelang dan Sesudah Survei
Desember 2016 didapatkan elemen penilaian Akreditasi
yang tercapai penuh antara lain HPK 6.3, PAB Berdasarkan hasil penelitian yang telah
5.1, AP 1.3, AP 1.4.1, AP 1.5, AP 1.7, AP 1.9, dilakukan di RSU Muhammadiyah Ponorogo
AP 1.10, AP 1.11, PP 2.1, PPK 2, PAB 4, PAB sebelum dan sesudah survei akreditasi,
5, PAB 7, MPO 4, MPO 4.3, MPO 7 dan APK peneliti menemukan adanya beberapa
2.1. perbedaan tingkat kelengkapan. Dari hasil
Pada sampel bulan Juli 2016, elemen analisis menggunakan uji Chi Square dengan
standar yang tercapai sebagian antara lain SPSS didapatkan hasil bahwa terdapat
PAB 7.1, AP 1.5.1, AP 1.6, PP 2.1, PAB 6, beberapa standar yang memiliki perbedaan
PAB 7.2, APK 3.2.1, APK 4.4. Sedangkan yang bermakna secara statistik dalam
pada sampel bulan Desember 2016 elemen kelengkapan rekam medis antara sebelum
standar yang tercapai sebagian antara lain survei akreditasi dan sesudah survei
HPK 6.4, PAB 7.1, AP 1.5.1, AP 1.6, AP 2, akreditasi. Standar-standar tersebut antara lain
PAB 6, PAB 7.2, PAB 7.4 dan APK 4.4. Pada HPK 6.4 (p= 0,001), PAB 7,1 (p=0,018), AP
sampel bulan Juli 2016, elemen standar yang 1.6 (p=0,020), PAB 7.4 (p=0,005), MKI 19.3
tidak tercapai antara lain PPK 2.1 (0%). (P=0,001).
Sedangkan untuk sampel bulan Desember Hak Pasien dan Keluarga 6.4 berisi
2016 elemen standar yang tidak tercapai tentang informed consent diperoleh sebelum
antara lain PPK 2.1 (10%), MKI 19.3 (0%) dan operasi, anestesi, penggunaan darah atau
APK 3.2.1 (13,3%). produk darah dan tindakan serta pengobatan
Penelitian lain yang dilakukan oleh lain yang berisiko. Pada standar ini terdapat
Kristianto & Ernawati (2015) yang dilakukan di penurunan sebesar 66,66%, dan secara
RS. DR. Karyadi Semarang didapatkan hasil statistik didapatkan perbedaan yang bermakna
kelengkapan dengan persentase AP. 1.7 untuk sebelum dan sesudah akreditasi. Informed
skrining nyeri 2,5% tidak lengkap, standar PPK concern atau persetujuan tindakan kedokteran
2 mengenai edukasi pasien sebesar 8,75% adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
tidak lengkap, standar APK 3.2.1 tentang atau keluarga terdekat setalah mendapat
resumen pulang sebesar 11,25% tidak lengkap penjelasan secara lengkap mengani tindakan
dan standar APK 4.4 untuk transfer pasien kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
sebesar 10% tidak lengkap. Penelitian lain dilakukan terhadap pasien (13).
yang dilakukan oleh Pagela Pascarella Renta Pelayanan Anestesi dan Bedah 7.1
(2016) 11 di RS. PKU Muhammadiyah berisi tentang informasi risiko, manfaat dan
Yogyakarta Unit 1 didapatkan hasil persentase alternatif didiskusikan dengan pasien dan
standar yang kurang lengkap yaitu AP. 1.6 keluarganya atau orang yang berwenang
(43,2%), PAB 5.1 (22,7%), PAB 7.1 (22,7%), membuat keputusan bagi pasien. Standar ini
MPO 4(38,6%) dan MPO 7 (50%) (10). mengalami penurunan sebesar 30%. Secara
Hasil kelengkapan rekam medis tiap statistik memiliki perbedaan yang bermakna
rumah sakit berbeda, hal ini dipengaruhi oleh antara sebelum dan sesudah survei akreditasi.
banyak faktor. Pertama, sumber daya tenaga Pentingnya informasi yang adekuat diberikan
kesehatan, terutama dokter, paramedis, kepada pasien dan keluarga ialah agar mereka
perawat dan petugas lainnya dalam ketaatan bisa berpartisipasi membuat keputusan
pengisian rekam medis masing-masing rumah asuhan dan memberikan persetujuan atau
sakit berbeda. Kedua, sarana prasarana yaitu informed consent atas tindakan yang akan
ketersediaan formulir rekam medis yang
29 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 3, No. 1, Mei 2017: 24-31

diberikan. Informasi yang dimaksud mancakup mengurangi potensi medical errors dalam
risiko prosedur yang direncanakan, manfaat memberikan pelayanan kepada pasien (14).
prosedur yang direncanakan, komplikasi yang MKI 19.3 berisi tentang penulis, tanggal
potensial terjadi dan alternative tindakan dan waktu (jika disyaratkan) untuk setiap
bedah dan non bedah yang tersedia untuk penulisan direkam medis. RSU
mengobati pasien (2). Muhammadiyah Ponorogo juga mensyaratkan
Asesmen Pasien 1.6 berisi tentang untuk penulisan tanggal dan waktu penulisan
skrining gizi dan kebutuhan fungsional serta rekam medis, sehingga bagi setiap penulis
dikonsul untuk asesmen lebih lanjut dan yang mengisi rekam medis harus menyertakan
pengobatan apabilan dibutuhkan. Pada nama, tanggal serta waktu penulisan. Standar
standar ini mengalami peningkatan sebesar ini mengalami penurunan sebesar 80%, dan
30%, secara statistik disimpulkan adanya secara statistik terdapat perbedaan yang
perbedaan yang bermakna antara sebelum bermakna antara sebelum survei akreditasi
dan sesudah survei akreditasi. Perbedaan ini dan setelah survei akreditasi.
berupa peningkatan, yang artinya adanya Penelitian oleh Linda Widyaningrum
perbaikan pelayanan. Berdasarkan wawancara (2013) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh
singkat kepada staf perawat dan bidan di pre akreditasi terhadap kelengkapan data
ruang perawatan didapatkan informasi bahwa rekam medis resume pasien rawat inap di
formulir kebutuhan fungsional merupakan rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta dengan
formulir baru yang distribusi fisik maupun kekuatan pengaruh sangat kuat. Pre akreditasi
informasinya belum sampai ke seluruh bagian. merupakan proses persiapan membuat bukti
Pembuatan formulir baru ini merupakan suatu terhadap penerapan dan pengembangan
proses perbaikan dalam memberikan standar mutu pelayanan dan keselamatan
pelayanan kepada pasien, selain untuk pasien berupan persiapan-persiapan sesuai
memenuhi standar akreditasi. Asesmen standar yang telah ditetapkan. Hasil penelitian
fungsional penting untuk mengidentifikasi tersebut menunjukkan adanya pengaruh
pasien yang membutuhkan pelayanan sangat kuat dan korelasi pengaruh positif,
rehabilitasi medis atau pelayanan lain terkait artinya bahwa semakin besar pengaruh pre
dengan kemampuan fungsi independen atau akreditasi maka semakin besar pula
pada kondisi potensial yang terbaik (2). kelengkapan data rekam medis resume
Pelayanan Anestesi dan Bedah 7.4 pasien rawat inap. Berbeda pada penelitian ini,
berisi tentang asuhan pasien setelah bahwa terdapat beberapa standar terkait
pembedahan direncanakan dan rekam medis pasien yang memiliki perbedaan
didokumentasikan. Standar ini mengalami kelengkapan antara sebelum dan sesudah
penurunan sebesar 26,66% dan secara survei akreditasi, namun perbedaan tersebut
statistik terdapat perbedaan yang bermakna. karena angka kelengkapannya beberapa
Asuhan medis dan perawatan pasca bedah mengalami penurunan, seharusnya perbedaan
setiap pasien perlu dibedakan. Formulir di tersebut berupa peningkatan angka
RSU Muhammadiyah Ponorogo juga telah kelengkapan, sebagai bukti peningkatan atau
membedakan untuk rencana medis dan minimal menjaga mutu pelayanan (15).
keperawatan. Rencana medis pasca Pada penelitian ini sampel yang
pembedahan dilakukan oleh dokter anestesi digunakan dalam menilai kelengkapan rekam
berkolaborasi dengan dokter yang melakukan medis yaitu saat menjelang akreditasi dan
pembedahan, sedangkan rencana perawatan beberapa bulan setelah survei akreditasi.
dilakukan oleh perawat ruang operasi Dalam rentang tersebut terdapat beberapa
berkolaborasi dengan perawat ruangan. faktor berpengaruh terhadap kelengkapan
Perencanaan asuhan pasca bedah dapat rekam medis di RSUM Ponorogo yang
dimulai sebelum pembedahan berdasarkan berubah. Faktor yang bisa menyebabkan
asesmen kondisi dan kebuthan pasien. penurunan kelengkapan rekam medis salah
Asuhan yang direncanakan didokumentasikan satunya yaitu sumber daya manusia. Sumber
dalam status pasien untuk memastikan daya manusia yang berkaitan dengan
kelanjutan pelayanan selama periode pengisian rekam medis antara lain dokter,
pemulihan atau rehabilitasi (2). perawat, petugas rekam medis. Dalam
Rekam medis dalam hal ini sangat penelitian Pamungkas, dkk (2015) yang
penting terutama untuk keselamatan pasien, dilakukan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
karena rekam medis dalam standar ini menyebutkan bahwa faktor yang menjadi
khususnya digunakan sebagai sarana penyebab utama ketidaklengkapan dokumen
komunikasi yang efektif antar profesional rekam medis pasien rawat inap adalah
pemberi asuhan kesehatan. Dokumentasi ketidakdisiplinan dokter dalam pengisian
dalam rekam medis digunakan untuk dokumen rekam medis. Hal ini dikarenakan
Ulfa, MHM.dkk. Evaluasi Kelengkapan Rekam Medis... 30

yang menjadi prioritas utama dokter adalah menjaga mutu pelayanan. Menjaga mutu
pelayanan sehingga dokter terlalu sibuk dan pelayanan merupakan suatu program yang
waktunya kurang untuk mengisi dokumen berkelanjutan sehingga baik sebelum maupun
rekam medis. Penelitian lain yang juga sejalan sesudah akreditasi, mutu pelayanan yang
dengan alasan ini yaitu oleh Pamungkas, dkk diberikan harus senantiasa dijaga secara
(2010) yang dilakukan di RS. PKU berkelanjutan.
Muhammadiyah Yogyakarta menyebutkan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan PENUTUP
terjadinya ketidaklengkapan rekam medis Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
yaitu keterbatasan waktu pengisian yang kesimpulan bahwa terdapat beberapa standar
disebabkan oleh beban kerja dokter yang yang memiliki perbedaan yang bermakna
tinggi sehingga waktu yang digunakan untuk secara statistik dalam kelengkapan rekam
mengisi rekam medis dengan lengkap menjadi medis antara menjelang survei akreditasi dan
sangat terbatas, serta kurangnya kesadaran sesudah survei akreditasi yaitu HPK 6.4 (p=
dokter tentang pentingnya kelengkapan 0,001), PAB 7,1 (p=0,018), AP 1.6 (p=0,020),
pengisian rekam medis (16,17). PAB 7.4 (p=0,005), MKI 19.3 (P=0,001).
Penelitian oleh Aisyah (2013) yang
dilakukan di RS YAP Yogyakarta, DAFTAR PUSTAKA
menyimpulkan bahwa faktor ketidaklengkapan 1. Undang Undang Republik Indonesia.
pengisian lembar informed consent yaitu Undang Undang Republik Indonesia
faktor sumber daya manusia dalam hal ini Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
yaitu dokter dan perawat yang disebabkan Sakit. Jakarta, 2009.
oleh beberapa hal terakit kedisiplinan sehingga 2. Kementerian Kesehatan RI. Standar
masih belum maksimal dalam melaksanakan Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta:
pengisian lembar informed consent. Selain itu Direktorat Jenderal Bina Upaya
juga karena belum adanya pemberlakukan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI &
punishment dan reward sehingga rasa KARS, 2011.
tanggungjawab dan kedisiplinan dokter masih 3. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri
kurang dalam hal kelengkapan pengisian Kesehatan Republik Indonesia Nomor
rekam medis (18). 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi
Berdasarkan penelitian Mawarni dan Rumah Sakit. Jakarta, 2012.
Wulandari (2012) yang dilakukan di RS 4. KARS. Pedoman Tatalaksana Survey
Muhammadiyah Lamongan, menyatakan Akreditasi Rumah Sakit. Edisi II, Jakarta:
bahwa salah satu penyebab ketidaklengkapan KARS, 2013.
rekam medis yaitu tidak adanya monitoring 5. Peraturan Menteri Kesehatan. Peraturan
pada kelengkapan rekam medis, sehingga Menteri Kesehatan Republik Indonesia
proses pengisian rekam medis dengan Nomor 269 / MENKES / PER / III. 2008
lengkap tidak dapat dikendalikan. Monitoring Tentang Rekam Medis. Jakarta:
bertujuan untuk mengukur atau menilai suatu Kementerian Kesehatan Republik
proses sehingga tercapai output yang Indonesia, 2008.
diharapkan. Monitoring yang baik yaitu yang 6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam
dengan dilakukannya monitoring juga Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta:
diperoleh informasi tentang kendala atau Dirjen Bina Pelayanan Medik, 2006.
hambatan yang dihadapi oleh petugas selama 7. Karp D, Huerta JM, Dobbs CA,.et al.
pengisian rekam medis (19). Medical Record Documentation for
Rekam medis sangat penting untuk Patient Safety and Physician Defensibility.
dijaga kelengkapan, keakuratan dan Oakland: Medical Insurance Exchange of
kredibilitasnya, karena dokumentasi yang baik California, 2008.
dalam rekam medis akan melindungi pasien. 8. RSUM Ponorogo. Profil RSUM Ponorogo
Rekam medis berisi informasi yang dibutuhkan Tahun 2016.
oleh dokter tentang riwayat pengobatan yang 9. Wuryandari G. Peningkatan Kelengkapan
diberikan kepada pasien. Sehingga Rekam Medis. Jurnal Administrasi
ketidaklengkapan dalam rekam medis akan Kebijakan Kesehatan 2013; 11(2): 60-5.
meningkatkan kesalahan dalam pemberian 10. Kristianto A, Ernawati D. Tinjauan
terapi yang bisa menyebabkan pasien terluka Kelengkapan Dokumen Rekam Medis
atau mengancam keselamatan pasien (7). Berdasarkan Elemen Penilaian Standar
Upaya menjaga mutu pelayanan JCI di Bangsal Rajawali 4B RSUP DR.
merupakan salah satu kewajiban setiap rumah Kariadi Semarang Tahun 2015. Jurnal.
sakit. Akreditasi merupakan salah satu upaya
31 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 3, No. 1, Mei 2017: 24-31

Semarang: Universitas Dian Nuswantoro, 2015.


11. Lubis AN. Analisis Pengetahuan Tenaga Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.
Kesehatan dengan Ketidaklengkapan INFORKES 2013; 3(3): 1-13.
Isian Resume Medis di RS. Hospital 16. Pamungkas F, Hariyanto T, Woro E.
Cinere Tahun 2009. Skripsi. Depok: Identifikasi Ketidaklengkapan Dokumen
Universitas Indonesia, 2009. Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Ngudi
12. Renta PP, Rosa EM. Evaluasi Waluyo Wlingi. Jurnal Kedokteran
Pelaksanaan Patient Centered Care di RS Brawijaya 2015; 28(2).
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. 17. Pamungkas TW, Marwati T, Solikhah.
Jurnal Yogyakarta: Universitas Analisis Ketidaklengkapan Pengisian
Muhammadiyah Yogyakarta, 2016. Berkas Rekam Medis di Rumah Sakit
13. Menteri Kesehatan RI. Menteri Kesehatan PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Republik Indonesia No. 290/Menkes/Per/ Kesmas 2010; 4(1): 17-28.
III/2008 tentang Persetujuan Tindakan 18. Aisyah S. Faktor-Faktor yang
Kedokteran. Jakarta, 2008. Menyebabkan Ketidaklengkapan
14. Al-Qahtani S. Using Completion of Pengisian Lembar Informed Consent
Documentation in Medical Record as a Tindakan Bedah Mata di RS. Mata DR.
Patient Safety Strategy. 2015. [diakses di YAP Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta:
http://pcsinternational.org/conference/web Universitas Gajah Mada, 2013
/data/2343666.html] 19. Mawarni D, Wulandari RD. Identifikasi
15. Widyaningrum L. Pengaruh Pre Akreditasi Ketidaklengkapan Rekam Medis Pasien
JCI (Joint Commission International) Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah
Terhadap Kelengkapan Data Rekam Lamongan. Jurnal Adminstrasi Kesehatan
Medis Resume Pasien Rawat Inap di Indonesia 2013; 1(2): 192-99.

You might also like