Professional Documents
Culture Documents
JENITA
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
E-mail: djasmanjenita@yahoo.co.id
Abstract
The research theme is the concept of business according to Islamic economics. This study aimed to determine
the conformity level between the quality of services provided by the Pekanbaru Bhayangkara Hospital and
inpatients’ expectation. The studying method used was descriptive and explanatory survey method. Descriptive
survey of the study was a method to obtain a description of the services’ quality of the Pekanbaru Bhayangkara
hospital and Explanatory survey is a method was implemented through distributing questionnaires to
inpatients in the Pekanbaru Bhayangkara Hospital. This study was included in the crosssectional category,
the entire inpatient population amounted to 1729 people with 95 people as a sample, and the sampling
technique was purposive random sampling. The data analysis was Importance Performance Analysis, if there
any gaps between the quality of services provided by the Pekanbaru Bhayangkara Hospital and inpatients’
expectation. The results showed that the quality of services is the organization’s performance and obtained
an average of respondents’ expectations for service in the Pekanbaru Bhayangkara Hospital was 3.97 which
indicates the service is important, while the average of servicesin reality in Pekanbaru Bhayangkara Hospital
was 3.09 which indicates patients was quite satisfied, and the level of conformity of the most respondents’
expectations was77.96% for the services in Pekanbaru Bhayangkara Hospital.It means that the quality of
servicesis very important and be a main priority for Pekanbaru Bhayangkara Hospital, despite the fact that
patients are not satisfied or quite satisfied with the services provided by the hospital.
mind share konsumen. Dengan adanya heart yang berfungsi mewujudkan pranata upaya
share dan mind share yang tertanam, loyalitas pelayanan kesehatan terbesar pada masyarakat
seorang konsumen pada produk atau usaha di jaman modern ini. Prinsip-prinsip bisnis
perusahaan tidak akan diragukan. Menurut Islam yang bisa diterapkan dalam operasional
mazhab mainstream dalam Karim (2003, 49) rumah sakit di antaranya adalah:
menjelaskan perbedaan Ekonomi Islam dan a) Terselenggaranya pelayanan kesehatan,
konvensional terletak dalam menyelesaikan konsep bisnis Islam sangat menekankan
masalah. Dilema sumber daya yang terbatas pentingnya sebuah pelayanan prima.
versus keinginan yang tak terbatas memaksa Suatu bisnis akan senantiasa berkembang
manusia untuk melakukan pilihan-pilihan atas dan sukses manakala ditunjang dengan
keinginannya. adanya pelayanan terbaik, misalnya
Secara umum landasan utama pelayanan dengan keramahan dan senyum kepada
prima ialah menolong orang lain. Dalam para pasien.
islam pelayanan prima tidak hanya sekedar b) Terselenggaranya pelayanan kesehatan
menolong orang lain, akan tetapi juga sebagai masyarakat untuk kesehatan jasmani
ibadah kepada Allah SWT. Ketika pelayanan dan rohani sebagai upaya bersama untuk
prima benar-benar diaplikasikan baik dalam mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
kehidupan dunia bisnis maka efek baik juga Jadi syari’ah juga memperhatikan pola
akan dirasakan, diantaranya: kepercayaan makan sehat dan berimbang serta perilaku
(trust), loyalitas (loyality), confident, marketing dan etika makan seperti perintah untuk
(mouth marketing), profit, perkembangan memakan makanan halal dan thayyib
usaha akan meningkat (growth). Rumah (bergizi).
sakit merupakan industri yang bergerak c) Terbentuknya Sumber Daya Insani yang
dibidang jasa yaitu jasa berupa pelayanan memiliki komitmen pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Dimana rumah sakit yang :
tidak akan lepas dari konsep pelayanan yang
d) Bertaqwa, dengan kecendekiawanan dan
sesuai dengan konsep Ekonomi Islam, yang
kepakaran dengan kualitas yang handal.
menganjurkan pelaku bisnis rumah sakit
e) Menjunjung tinggi etika rumah sakit.
untuk bersikap profesional yaitu mampu
memberikan pelayanan secara cepat dan tepat f ) Istiqomah melaksanakan tugas-tugas
sehingga tidak mengabaikan harapan dari pelayanan rumah sakit.
konsumen yang sudah menjadi pekerjaannya. Atau berdasarkan prinsip pelayanan prima
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh yang sesuai dengan Ekonomi Islam adalah
Wolper dan Pena dalam Azwar (1996, 86) sebagai berikut:
bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit
1. Menanamkan sifat melayani adalah
Rumah sakit merupakan suatu lembaga
ibadah dan karenanya harus ada rasa cinta
Kualitas Pelayanan Pada Bisnis (Jenita) 153
dan semangat didalam hati pada setiap memaksa pihak manajemen harus membuat
tindakan pelayanan kepada pasien. suatu konsep atau rencana pemasaran yang
2. Return on Service Excellent berorientasi kepada kepuasan pasien yang
3. Mengerti perasaan pasien terlebih dahulu membutuhkan. Menurut Swastha (2009,
sebelum ingin dimengerti. 318), jasa merupakan barang yang tidak
kentara (intangible product) yang dibeli dan di
4. Bahagiakanlah pasien terlebih dahulu,
jual di pasar melalui suatu transaksi pertukaran
dan kelak akan menerima kebahagiaan
yang saling memuaskan. Sedangkan menurut
melebihi dari apa yang diharapkan.
Kotler dalam Tjiptono (2008, 442) adalah:
5. Menghargai pasien sebagaimana perusahaan
“Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
ingin dihargai. Rasulullah bersabda:
dapat ditawarkan oleh satu pihak kepihak yang
Tidaklah engkau disebut beriman, kecuali
lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan
engkau mencintai orang lain sebagaimana
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun,
engkau mencintai dirimu.
produksi jasa mungkin atau tidak berkaitan
6. Lakukanlah empati yang sangat mendalam dengan produk fisik.”
dan tumbuhkan sinergi.
Ndraha (1997), memberikan tiga arti jasa
Rumah sakit didirikan sebagai suatu yaitu:
tempat untuk memenuhi berbagai permintaan
(1) Perbuatan yang baik atau berguna dan
pasien dan dokter, agar penyelesaian masalah
bernilai bagi orang lain, negara, instansi
kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik.
dan sebagainya,
Dan menurut beliau juga rumah sakit adalah,
(2) perbuatan yang memberikan apa-apa yang
tempat di mana orang sakit mencari dan
diperlukan orang lain,
menerima pelayanan kedokteran serta tempat
di mana pendidikan klinis untuk mahasiswa (3) pelayanan dan servis, aktivitas, kemudahan
kedokteran, perawat dan berbagai tenaga dan manfaat.
profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Jasa dalam arti di atas diartikan sebagai
Setiap rumah sakit dituntut untuk memberikan sepihak, tidak dilihat dalam hubungan
pelayananan kepada seluruh masyarakat interaksi atau transaksi dengan pihak lain.
dalam bidang kesehatan, pelayanan rumah Lima karakteristik jasa bagi pembeli menurut
sakit berupa rawat inap, rawat jalan, maupun Tjiptono (2008, 444) yaitu:
kontrol kesehatan.
1. Intangibility (tidak berwujud)
Per tumbuhan r umah sakit selalu
Merupakan jasa berbeda dengan
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
barang. Bila barang merupakan suatu
Sehingga menimbulkan persaingan diantara
objek, alat atau benda maka jasa adalah
rumah sakit baik rumah sakit pemerintah
suatu perbuatan, tindakan, pengalaman,
maupun rumah sakit swasta.Persaingan yang
proses, kinerja atau usaha. Oleh sebab itu
154 Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016
jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, konsumsinya yang cenderung tidak bisa
didengar dan diraba sebelum dibeli diprediksi dan tidak konsisten dalam hal
dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan, sikap dan perilakunya.
ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif 4. Perishability (tidak tahan lama)
tinggi karena terbatasnya search qualities,
Yaitu jasa merupakan komoditas tidak
yakni karakteristik fisik yang dapat
tahan lama dan tidak dapat disimpan. Jasa
dievaluasi pembeli sebelum pembelian
akan memiliki nilai disaat pembeli jasa
dilakukan. Untuk jasa, kualitas apa dan
membutuhkan pelayanan. Keadaan tidak
bagaimana yang akan diterima konsumen,
tahan lama dari jasa-jasa bukanlah masalah
umumnya tidak diketahui sebelum jasa
jika permintaan atas jasa tersebut stabil,
bersangkutan dikonsumsi.
karena mudah untuk melakukan persiapan
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan) sebelumnya, jika permintaan terhadap
Adalah barang biasa diproduksi, jasa mengalami masalah yang sulit seperti
kemudian dijual lalu dikonsumsi. pelanggan merasa kecewa dan beralih
Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih ke pihak penyedia jasa lainnya, seperti
dahulu baru kemudian diproduksi dan halnya kebutuhan nasabah tabungan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang akan uang tunai yang datang secara
sama. Interaksi antara penyedia jasa dan tiba-tiba/ mendesak, kursi pesawat yang
pelanggan merupakan ciri khusus dalam kosong, kamar hotel yang tidak dihuni
pemasaran jasa. Keduanya mempunyai dan kapasitas jalur telepon yang tidak
mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa dimanfaatkan akan berlalu atau hilang
tersebut. Dalam hubungan antara penyedia begitu saja karena tidak bisa disimpan.
jasa dan pelanggan, efektifitas individu 5. Lack of Ownership
dalam menyampaikan jasa merupakan
Merupakan perbedaan dasar antara
unsur penting. Dengan demikian, kunci
jasa dan barang. Pada pembelian barang,
keberhasilan bisnis jasa ada pada proses
konsumen memiliki hak penuh atas
rekrutmen, kompensasi, pelatihan dan
penggunaan dan manfaat produk yang
pengembangan karyawannya.
dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi,
3. Variability (berubah-ubah) menyimpan dan menjualnya. Di lain pihak,
Yaitu jasa bersifat variabel karena pada pembelian jasa, pelanggan mungkin
merupakan non-standarized output, artinya hanya memiliki akses personel atas sesuatu
banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis jasa untuk jangka waktu terbatas (misalnya
tergantung kepada siapa, kapan dan kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan).
dimana jasa tersebut diproduksi. Hal
Jasa pelayanan yang baik akan meningkatkan
ini dikarenakan jasa melibatkan unsur
kepuasan pasien, apabila harapan pasien tidak
manusia dalam proses produksi dan
Kualitas Pelayanan Pada Bisnis (Jenita) 155
sesuai dengan kenyataan maka setiap pasien upaya-upaya perbaikan yaitu: sarana dan
dengan mudah pindah ke rumah sakit lain prasarana, manajemen begitu juga meningkatkan
yang diinginkannya. Pasien yang datang kinerja SDM dengan menyesuaikan pola tarifnya
kerumah sakit selalu berharap pelayanan yang dengan rumah sakit yang lain. Rumah sakit
memuaskan, artinya harapan pasien yang akan memberikan pelayanan yang prima untuk
berobat ke rumah sakit sudah sesuai dengan memenuhi kepuasan pasien sebagai pengguna
kenyataan yang diperoleh pasien. Sejalan jasa pelayanan kesehatan. Dalam kegiatan
dengan pendapat dari Kotler (1997, 82) pasien operasionalnya Rumah Sakit Bhayangkara
akan merasa puas apabila ada persamaan antara Pekanbaru berusaha menyediakan berbagai
harapan dan kenyataan pelayanan kesehatan macam fasilitas pelayanan kesehatan yang
yang diperoleh. Kepuasaan pengguna pelayanan dibutuhkan oleh pasien, data yang diperoleh
kesehatan mempunyai kaitan yang erat dengan tahun 2016 diantarannya adalah: instalasi
hasil pelayanan kesehatan, baik secara medis farmasi, laboratorium, rongten, ICU, IGD,
maupun non medis seperti kepatuhan terhadap ruang bersalin, kamar operasi, poliklinik gigi,
pengobatan, pemahaman terhadap informasi poliklinik umum masing-masing 1 unit,
medis dan kelangsungan perawatan. sedangkan Ruang VIP, Ruang I dan Ruang II
Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru masing-masing 5 unit. Dan kamar tahanan
merupakan salah satu rumah sakit yang bergerak dan ruang isolasi masing-masing ada 1 unit.
dalam bidang jasa yang memberikan pelayanan Perkembangan Jumlah kunjungan pasien rawat
kesehatan. Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru inap Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru dapat
dalam pengembangannya telah melakukan dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Kunjungan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru Tahun 2010 s.d. 2015
diatas di sampaikan bahwa pelayanan yang pasien. Berkenaan dengan itu sangat penting
dapat memberikan kepuasan bagi pasien apabila untuk melakukan penelitian tentang kualitas
harapan sama dengan kenyataan yang diterima pelayanan disebuah rumah sakit.
Tabel 2. Jenis dan Frekuensi Keluhan Masyarakat Terhadap Pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru
Frekuensi (orang)
No Masalah/ Keluhan Masyarakat
2011 2012 2013 2014 2015
1. Kebersihan lingkungan 15 10 8 6 3
2. AC tidak dingin 13 7 8 3 1
3. Parkir tidak teratur 10 10 7 3 2
4. Menu makanan pasien 16 12 14 3 3
5. Tidak adanya fasilitas ATM 2 4 7 8 5
6. Apotik kurang lengkap 8 9 6 6 4
7. Perawatnya kurang ramah 18 12 10 7 5
8. Kebersihan kamar mandi 8 7 7 5 5
Jumlah 90 71 67 41 28
Sumber: Kotak Saran Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru, 2016
h. Mengaplikasikan pelayanan modern
Begitu juga dengan yang disampaikan oleh
dari ilmu kedokteran yang dibutuhkan
Yacobalis (2001, 61) bahwa pelayanan kesehatan
masyarakat.
yang baik harus memenuhi syarat-syarat: tersedia
dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat sumber Sedangkan menurut Gonzales (2007, 21)
daya, tepat standar profesi/etika profesi, wajar pelayanan rumah sakit adalah pelayanan yang
dan aman, kualitas memuaskan bagi pasien yang diberikan oleh rumah sakit dapat dibedakan
dilayani. Sedangkan Menurut Schulz R. Dkk atas medis dan non medis. Aspek medis
(2003, 222), pelayanan medis yang baik adalah termasuk penunjangnya mulai dari sumber
pelayanan medis yang memenuhi syarat-syarat: daya manusia baik kuantitas maupun kualitas
a. Didasari oleh praktek medis yang rasional serta peralatan untuk menunjang keperluan
dan didasari oleh ilmu kedokteran. diagnosa atau pengobatan suatu penyakit.
Masalah yang menyangkut non medis adalah
b. Mengutamakan pencegahan.
pelayanan informasi, administrasi, keuangan,
c. Terjadinya kerja sama antara masyarakat
gizi, apotek, kebersihan, keamanan serta
dengan ilmuwan medis.
keadaan lingkungan rumah sakit.
d. Mengobati seseorang sebagai keseluruhan.
Dalam memberikan pelayanan kepada
e. Memelihara kerjasama antara dokter pasien, pelayan harus benar-benar menyadari
dengan pasien. bahwa penyembuhan seseorang bukan
f. Berkoordinasi dengan pekerja sosial. hanya ditentukan oleh obat-obatan yang
g. Mengkoordinasikan semua jenis pelayanan diberikannya, tetapi juga dipengaruhi oleh
medis. cara pelayanan yang diperlihatkan para
Kualitas Pelayanan Pada Bisnis (Jenita) 157
petugas kesehatan seperti sikap, keterampilan 6. Melakukan segala sesuatu secara benar
serta pengetahuannya (Gonzales, 2007:21). 7. Sesuatu yang bisa membahagiakan
Dapat disimpulkan bahwa seseorang yang pelanggan.
memberikan atau melakukan pelayanan jasa
Sejalan dengan itu Montgomery dalam
merupakan salah satu faktor yang menentukan
Pasalong (2011, 132) kualitas adalah: “Quality
kualitas dari jasa tersebut. Karena kualitas
the extent to which products meet the requirement
jasa pelayanan juga sangat tergantung pada
of people who use them”. Jadi suatu produk,
pengelolaan dan pelayanan yang langsung
apakah itu bentuknya barang atau jasa,
memberkan pelayanan jasa kepada konsumen.
dikatakan bermutu bagi seseorang jika produk
Kualitas Pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhannya. Sesuai
Menurut Goetsch Davis dalam Yamit (2010, dengan pendapat diatas Sinambela dkk., dalam
8) kualitas adalah: “Kualitas merupakan suatu Hardiyansyah (2011, 36) menyatakan: “Kualitas
kondisi dinamis yang berhubungan dengan adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting
yang memenuhi atau melebihi harapan.” the needs of customers).” Sedangkan menurut
Pendekatan yang dikemukakan Goetsch Davis Kotler dalam Hardiyansyah (2011, 35) kualitas
ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya adalah: “Keseluruhan ciri serta sifat dari suatu
menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada
produk dan jasa tetapi juga menyangkut kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas yang dinyatakan atau tersirat.”
lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan Kualitas tidak dapat dipisahkan dari produk
produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui dan jasa atau pelayanan. Lima macam perspektif
manusia dan proses yang berkualitas. Begitu juga kualitas yang dapat menjelaskan mengapa
Crosby dalam Yamit (2010, 7), mempersepsikan kualitas dapat diartikan secara beraneka ragam
kualitas sebagai nihil cacat, kesempurnaan dan oleh orang yang berbeda dalam situasi yang
kesesuaian terhadap persyaratan. berlainan, dari Garvin dalam Hardiyansyah
Sedangkan Tjiptono dalam Pasalong (2011, 37), kualitas pelayanan meliputi:
(2011, 132), kualitas adalah: 1. Transcendental approach
1. Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan Kualitas dipandang sebagai innate
2. Kecocokan untuk pemakaian excellence, dimana kualitas dapat dirasakan,
3. Pe r b a i k a n a t a u p e n y e m p u r n a a n di ketahui, tetapi sulit didefinisikan dan
berkelanjutan dioperasionalisasikan.
4. Bebas dari kerusakan/cacat 2. Product-based approach
5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak Bahwa kualitas merupakan atribut ataupun
awal dan setiap saat spesifikasi yang dapat kuantitatifkan dan
158 Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016
dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas kualitas paling tinggi belum tentu produk
mencerminkan perbedaan dalam jumlah yang paling bernilai akan tetapi yang
beberapa unsur atau atribut yang dimiliki paling bernilai adalah barang atau jasa yang
produk. dibeli konsumen maupun pelayanan yang
3. User-based approach. paling bermakna bagi pelanggan.
Bahwa kualitas tergantung pada orang yang Pasalong (2011, 128), menyatakan bahwa
memandangnya, sehingga pelayanan yang pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan
paling memuaskan preferensi seseorang sebagai: “Aktivitas seseorang, sekelompok
merupakan pelayanan yang paling berkualitas dan/organisasi baik langsung maupun tidak
tinggi. Perspektif yang subjektif dan demand langsung untuk memenuhi kebutuhan.”
oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan Sejalan dengan Monir dalam Pasalong
yang berbeda memiliki kebutuhan dan (2011, 128) adalah: “Pelayanan adalah proses
keinginan yang berbeda pula, sehingga pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang
kualitas bagi seseorang adalah sama dengan lain secara langsung.” Menurut Ibrahim dalam
kepuasan maksimum yang dirasakannya. Hardiyansyah (2011, 40) kualitas pelayanan
publik adalah: “Kualitas pelayanan publik
4. Manufacturing-based approach
merupakan suatu kondisi yang dinamis yang
Mendasarkan diri pada supply dan
berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
terutama memperhatikan praktik-praktik
proses dan lingkungan dimana penilaian
perekayasaan dan manufakturan, serta
kualitasnya ditentukan pada saat terjadinya
mendefenisikan kualitas sebagai kesesuaian
pemberian pelayanan publik.”
dengan persyaratan. Pendekatan ini
Karakteristik pelayanan menurut Norman
berfokus pada penyesesuaian spesifikasi
dan Trilestari dalam Hardiyansyah (2011, 35),
yang dikembangkan secara internal,
mengatakan bahwa apabila kita ingin sukses
yang seringkali didorong oleh tujuan
memberikan kualitas pelayanan berupa:
peningkatan produktivitas dan penekanan
biaya. Jadi yang menentukan kualitas 1. Pelayanan sifatnya tidak dapat diraba,
adalah standar yang ditetapkan perusahaan, pelayanan sangat berlawanan sifatnya
bukan konsumen yang menggunakannnya. dengan barang jadi.
2. Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari
5. Value-based approach
tindakan nyata dan merupakan pengaruh
Memandang kualitas dari segi nilai dan
yang sifatnya adalah tindak sosial.
harga. Dengan mempertimbangkan
3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan
tradeoff antara kinerja dan harga, kualitas
tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena
didefenisikan sebagai affordable excellence.
pada umumnya kejadian bersamaan dan
Kualitas dalam perspektif ini bersifat
terjadi ditempat yang sama.
relatif, sehingga produk yang memiliki
Kualitas Pelayanan Pada Bisnis (Jenita) 159
Sementara itu Saefullah dalam Hardiyansyah d. Keahlian petugas dalam menggunakan alat
(2011, 14), untuk memberikan pelayanan publik bantu dalam proses pelayanan.
yang lebih baik perlu ada upaya untuk memahami 3. Resvonsiviness (respon/tanggapan)
sikap dan perubahan kepentingan publik sendiri.
Yaitu kesanggupan untuk membantu dan
Perubahan dunia yang begitu cepat mempunyai
menyediakan pelayanan secara tepat dan cepat
pengaruh yang cepat pula terhadap perubahan
serta tanggap terhadap keinginan konsumen.
sikap dan perilaku masyarakat secara umum.
Terdiri dari indikator sebagai berikut:
Sedangkan menurut Zeithaml dkk., dalam
Hardiyansyah (2011, 46), kualitas pelayanan a. Merespon setiap pelanggan/pemohon yang
dapat diukur dari 5 dimensi, yaitu: ingin mendapatkan pelayanan
b. Petugas/aparatur melakukan pelayanan
1. Tangibel (berwujud/bukti fisik)
dengan cepat
Yaitu kualitas pelayanan berupa sarana
c. Petugas/aparatur melakukan pelayanan
fisik perkantoran, komputerisasi administrasi,
dengan tepat
ruang tunggu dan tempat informasi, yang
d. Petugas/aparatur melakukan pelayanan
indikatornya sebagai berikut:
dengan cermat
a. Penampilan petugas/aparatur dalam
e. Petugas/aparatur melakukan pelayanan
melayani pelanggan.
dengan waktu yang tepat
b. Kenyamanan tempat melakukan pelayanan.
f. Semua keluhan pelanggan direspon oleh
c. Kemudahan dalam proses pelayanan.
petugas.
d. Kedisiplinan petugas/aparatur dalam
melakukan pelayanan. 4. Assurance (jaminan)
bersih, rapi, lingkungan yang indah dan tidak berkualitas atau tidak efisien. Karena itu,
sehat serta dilengkapi dengan fasilitas kualitas pelayanan sangat penting dan selalu
pendukung pelayanan serta tempat parkir, fokus kepada kepuasan pelanggan.
toilet, tempat ibadah dan lain-lain yang Sedangkan Yamit (2010, 22), pelayanan
dianggap perlu dan disesuaikan dengan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas
kondusi dan kebutuhan jenis pelayanan dapat dicapai secara konsisten dengan
yang diberikan. memperbaiki pelayanan dan memberikan
10. Atribut perhatian khusus pada standar kinerja
Yaitu pendukung pelayanan lainnya seperti pelayanan, baik standar pelayanan internal
kebersihan lingkungan, AC, fasilitas ruang maupun standar pelayanan eksternal. Beberapa
tunggu, fasilitas musik atau TV dan pengertian yang terkait dengan defenisi
sebagainya. kualitas jasa pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Excellent
Ismail Mohamad dalam Hardiyansyah
(2011, 121) menyatakan bahwa permasalahan Adalah standar kinerja pelayanan yang
utama pelayanan publik pada dasarnya diperoleh.
adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas 2. Customer
pelayanan itu sendiri. Lebih lanjut beliau Adalah perorangan, kelompok, departemen
mengatakan bahwa Pelayanan yang berkualitas atau perusahaan yang menerima, membayar
sangat tergantung pada berbagai aspek, yaitu output pelayanan (jasa dan sistem).
bagaimana pola penyelenggaraannnya (tata
3. Service
laksana), dukungan sumber daya manusia,
dan kelembagaan. Adalah kegiatan utama atau pelengkap
yang tidak secara langsung terlibat dalam
Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya,
proses pembuatan produk, tetapi lebih
pelayanan publik masih memiliki berbagai
menekankan pada pelayanan transaksi
kelemahan antara lain, kurang responsive,
antara pembeli dan penjual.
kurang informative, kurang accessible, kurang
koordinasi, kurang mau mendengar keluhan/ 4. Quality
saran/aspirasi masyarakat begitu juga pendapat Adalah sesuatu yang secara khusus dapat
Hardiyansyah (2011, 36), yang menyatakan diraba atau tidak dapat diraba dari sifat
bahwa pelayanan dikatakan berkualitas yang memiliki produk atau jasa.
atau memuaskan bila pelayanan tersebut 5. Levels
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
Adalah sesuatu pernyataan atas sistem
masyarakat. Apabila masyarakat tidak puas
yang digunakan untuk memonitor dan
terhadap suatu pelayanan yang disediakan,
mengevaluasi.
maka pelayanan tersebut dapat dipastikan
162 Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016
6. Consistent 1. Kesederhanaan
Adalah tidak memiliki variasi dan semua Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-
pelayanan berjalan sesuai standar yang belit, mudah dipahami dan mudah di
telah ditetapkan. laksanakan kesederhanaan sangat
7. Delivery mendukung kelancaran pelaksanaan
pelayanan publik yang efektif dan efisien.
Adalah memberikan pelayanan yang benar
dengan cara yang benar dan dalam waktu 2. Kejelasan
yang tepat. Pelayanan yang akan diberikan harus jelas
persyaratan teknis mauun administrasinya,
Menurut Budi Ibrahim dalam Adisasmita
prosedur atau tata cara yang harus
(2011, 144), dalam pemberian pelayanan agar
dipahami. Jelas dalam berbagai hal,
dapat meningkatkan kualitasnya selayaknya
sehingga tidak menimbulkan rasa was-was
mengacu pada prinsip-prinsip umum Total quality
dan tanda dari pihak penerima pelayanan.
management (TQM) yaitu sebagai berikut:
1. Customer focus 3. Kepastian waktu
Fokus setiap usaha selalu pada konsumen. Pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah
2. Quality leadership
ditentukan. Ketepatan waktu pelayanan
Kepemimpinan berkualitas tinggi.
akan memberikan kepercayaan yang
3. Stakeholder focus positif kepada si pelanggan atau penerima
Fokus pada semua pemangku kepentingan, pelayanan, sehingga menguntungkan
seluruh karyawan/pegawai, konsumen kepada pihak pemberi pelayanan.
serta masyarakat.
4. Akurasi
4. Integrated business strategy Akurasi pelayanan umum artinya bahwa
Falsafah dan perencanaan kualitas sudah produk pelayanan yang diterima oleh
diintegrasikan dalam strategi bisnis. publik harus benar, tepat dan sah. Prinsip
5. Teamwork ini memberikan kepercayaan yang bernilai
Memelihara kerjasama yang baik dalam tim. positif sekiranya pemberi pelayanan dapat
6. Empowerment secara konsisten melaksanakan tugas secara
Kemampuan akan memberikan benar dan tepat.
kepercayaan dan wewenang didalam 5. Keamanan
meningkatkan pemberdayaan. Proses dan produk pelayanan publik harus
Prinsip-prinsip pelayanan publik yang memberikan rasa aman dan kepastian hukum
efektif dan efisien, menurut Rahardjo Adisasmita kepada penerima pelayanan. Pengertian
(2011, 148) adalah: aman bukan hanya menyangkut aman dalam
Kualitas Pelayanan Pada Bisnis (Jenita) 163
konteks aktivitas, tetapi juga aman dalam hal yang dianggap perlu dan disesuaikan
produk pelayanan yang diberikan kepada dengan kondisi dan kebutuhan jenis
penerima pelayanan publik. pelayanan yang akan diberikan.
6. Tanggung Jawab Kualitas pelayanan sering mengalami
Pimpinan penyelenggara pelayanan perubahan dan berbeda. Penilaian terhadap
publik atau pejabat yang ditunjuk kualitas dari pelayanan merupakan totalitas
bertanggung jawab atas penyelenggaraan dari karakteristik jasa yang dapat menunjang
pelayanan penyelesaian keluhan/persoalan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
ketidakpuasan dalam pelaksanaan masyarakat. Selanjutnya, menurut Utama
pelayanan umum. (2005, 5) indikator pelayanan kesehatan yang
dapat menjadi prioritas menentukan kepuasan
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
pasien, diantaranya adalah seperti berikut:
Tersedianya sarana dan prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya a. Kinerja tenaga dokter
yang memadai termasuk penyediaan Adalah prilaku atau penampilan dokter rumah
sarana teknologi telekomunikasi dan sakit dalam proses pelayanan kesehatan pada
informatika merupakan kelengkapan yang pasien, yang meliputi ukuran: layanan medis,
mendukung terciptanya pelayanan yang layanan nonmedis, tingkat kunjungan, sikap,
efektif dan efisien. dan penyampaian informasi.
8. Kemudahan akses b. Kinerja tenaga perawat
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan Adalah perilaku atau penampilan tenaga
umum yang memadai, mudah dijangkau perawat rumah sakit dalam proses pemberian
oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan pada pasien, yang
terknologi telekomunikasi dan informasi. meliputi ukuran: layanan medis, layanan
non medis, sikap, penyampaian informasi,
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
dan tingkat kunjungan.
Pemberi pelayanan umum harus senantiasa
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah c. Kondisi fisik
serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. Adalah keadaan sarana rumah sakit dalam
bentuk fisik seperti kamar rawat inap, jen-
10. Kenyamanan
dela, pengaturan suhu, tempat tidur, kasur
Lingkungan pelayanan umum harus tertib,
dan sprei.
teratur, disediakan ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang d. Makanan dan menu
indah dan sehat serta dilengkapi dengan Adalah kualitas jenis atau bahan yang
fasilitas pendukung pelayanan serta tempat di makan atau dikonsumsi pasien setiap
parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain harinya, seperti nasi, sayuran, ikan, daging,
164 Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -Volume 1, Nomor 2, Juli-Desember 2016
buah-buahan, dan minuman. Menu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,
makanan adalah pola pengaturan jenis metode penelitian yang digunakan adalah
makanan yang dikonsumsi oleh pasien. descriptive survey dan metode explanatory
e. Sistem administrasi pelayanan survey. Descriptive survey adalah metode
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh
Adalah proses pengaturan atau pengelolaan
gambaran dari kualitas pelayanan rumah
pasien di rumah sakit yang harus di ikuti
sakit Bhayangkara Pekanbaru. dan Metode
oleh pasien (rujukan dan biasa), mulai dari
Explanatory survey adalah metode penelitian
kegiatan pendaftaran sampai fase rawat
yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner
inap.
kepada pasien rawat inap dirumah sakit
f. Pembiayaan Bhayangkara pekanbaru.
Adalah sejumlah uang yang harus Penelitian ini termasuk pada katagori
dibayarkan kepada rumah sakit selaras crossectional, yaitu informasi dari sebagian
pelayanan yang diterima oleh pasien, populasi (sampel responden) yang dikumpulkan
seperti biaya dokter, obat-obatan, makan, langsung dari lokasi secara empirik dengan
dan kamar. Rekam medis, adalah catatan tujuan untuk mengetahui pendapat dari
atau dokumentasi perkembangan. sebagian populasi terhadap objek yang di
g. Kondisi kesehatan pasien teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien rawat inap pada rumah sakit
Yang meliputi diagnosis perjalanan
Bhayangkara Pekanbaru tahun 2016 berjumlah
penyakit, proses pengobatan dan tindakan
1729 orang pasien. Sedangkan sampel yang
medis, dan hasil pelayanan.
digunakan berjumlah sebanyak 95 orang
METODOLOGI PENELITIAN pasien. Dalam menganalisis data digunakan
Importance-Performance Analysis. Analisis
Objek penelitian dilakukan di RS.
Importance-Performance Analysis merupakan
Bhayangkara Jalan Kartini No. 14 Pekanbaru,
teknik analisis data untuk menghasilkan
sumber data menggunakan data primer dan
kualitas pelayanan pada rumah sakit, untuk
data sekunder, data primer adalah: yang
melihat apakah ada kesenjangan (gap) antara
diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian
kualitas pelayanan yang diberikan rumah
kemudian dihimpun melalui responden
sakit bhayangkara pekanbaru dengan yang di
dengan menyebarkan koesioner kepada pasien
harapkan konsumen atau pasien. Berdasarkan
rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara
skor rata-rata tingkat persepsi pelayanan yang
Pekanbaru untuk menentukan nilai jawaban
merupakan kinerja organisasi dan skor rata-
setiap pernyataan, maka digunakan Skala
rata harapan yang merupakan kepentingan
likert yaitu masing-masing jawaban responden
pasien dapat diaplikasikan dalam diagram
diberi skor 1-5 yaitu (Sugiyono, 2008:107).
Cartesius (Kotler, 2004).
Sedangkan data sekundernya berupa dokumen
Kualitas Pelayanan Pada Bisnis (Jenita) 165
yang diberikan oleh pihak rumah sakit nyaman, selalu mengadakan inovasi dalam
dalam memenuhi harapan dan memuaskan mengatasi antrian, lebih memprioritaskan
pasiennya. pasien yang membutuhkan, pelayanan
tidak berbelitbelit dan tidak arogan, dan
KESIMPULAN lingkungan yang nyaman bagi pasien
Harapan pasien dapat dikategorikan dengan keluarga pasien, serta letak rumah
penting terhadap kualitas pelayanan rumah sakit yang mudah di jangkau.
sakit, walaupun kenyataan yang diterima 3. Waktu tunggu antrian yang tidak terlalu
pasien cukup memuaskan terhadap kualitas lama merupakan perioritas rendah dari
pelayanan. Dapat disimpulkan bahwa kualitas pihak rumah sakit.
pelayanan disebuah rumah sakit sangatlah
4. Pelayanan rumah sakit yang dinilai
penting dan harus menjadi prioritas utama.
berlebihan bagi pasien adalah: pihak
Oleh karena itu diharapkan rumah sakit lebih
rumah sakit bersikap sopan dalam
memperhatikan betapa pentingnya kualitas
melayani, adanya tanggung jawab terhadap
pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat
beban kerja, pihak rumah sakit merespon
inap di rumah sakit Bhayangkara pekanbaru.
keluhan ataupun persoalan yang dihadapi
Prestasi yang sudah ada harus dapat di
pasien, sarana pelayanan sesuai kebutuhan
pertahankan. Artinya rumah sakit harus
pasien, lingkungan yang bersih dengan
lebih mengutamakan kepuasan pasien atau
fasilitas ruang tunggu, dan adanya fasilitas
konsumen. Hasil penelitian berdasarkan data
pendukung seperti tempat parkir, toilet
empirik yang diperoleh dari 95 orang pasien
dan lainnya.
menunjukan bahwa kualitas pelayanan pada
Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru, adalah: DAFTAR PUSTAKA
1. Prioritas utama rumah sakit harus
Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen
memenuhi harapan pasien dalam hal,
Pemerintahan Daerah. Yogyakarta: Graha
peracikan obat yang menunggu tidak terlalu
Ilmu.
lama, adanya sarana informasi yang mudah
diakses oleh pasien dan pendataan pasien Azwar, Azrul H. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan
dengan menggunakan IT memudahkan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
pendataan dan mendiagnosa pasien.
Barnes, James G. 2003. Secret of Customer
2. Untuk mempertahankan prestasi yang Relationship Management (Rahasia
harus dilakukan pihak rumah sakit Manajemen Hubungan Pelanggan).
adalah: melakukan pencatatan secara rutin Yogyakarta: Andi.
terhadap anggota dan umum, sarana dan
prasarana yang sudah memenuhi standar, Christopher H Lovelock dan Lauren K Wright.
keramahan, adanya ruang tunggu yang 2007. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:
Indeks.
Kualitas Pelayanan Pada Bisnis (Jenita) 169
Gonzales, 2007. Cultur, Diseas and Healing Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian.
Studies in Medical Anthropology. New York: Bandung: Alfabeta.
Millan Publishing.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian.
Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Bandung: Alfabeta.
Publik Konsep, Dimensi, Indikator dan
Supranto. 2011. Pengukuran Tingkat Kepuasan
Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media.
Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartono, Bambang. 2010. Manajemen
Supriyanto, S., dan Ernawati. 2010. Pemasaran
Pemasaran Untuk Rumah Sakit. Jakarta:
Industri Jasa Kesehatan. Yoygakarta: Andi.
Rineka Cipta.
Swasta, Basu. 2007. Manajemen Pemasaran.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih
Jakarta: Liberty.
dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia,
2003. Thorik, G. dan Utus H. 2006. Marketing
Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.
Kotler, Philip, Kevin Lane, Keller. 2009.
Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks. Tjiptono, Fandy. 2004. Manajemen Jasa.
Yogyakarta: Andi.
Lupiyoadi, Rambat. 2011. Manajemen
Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat. Tjiptono, Fandy. 2011. Service, Quality &
Satisfaction.Yogyakarta: Andi.
Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan.
Jakarta: Buku kedokteran EGC. Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran &
Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia.
Ndraha, Taliziduhu, 1997. Metodologi Ilmu
Pemerintahan. Jakarta: Rineka Cipta. Utama, S. 2005. Memahami Fenomena
Kepuasan Pasien Rumah Sakit. Jurnal
Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi
Manajemen Kesehatan. 9 (1): 1-7.
Publik. Bandung: Alfabeta.
Zulian, Yamit. 2010. Manajemen Kualitas
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS.
Produk & Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.
Yogyakarta: Mediakom.