You are on page 1of 8

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR USAHA KECIL

DAN MENENGAH (UKM) DI KOTA SEMARANG


Achma Hendra Setiawan1)
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Email: achdrs@yahoo.com

ABSTRACT

Small and medium enterprises (SMEs) is not only contributing to the economy of a nation but also
provide a very large role in terms of employment. This study aimed to analyze the influence of the
variable business units, the value of the investment, the value of output and wages to the number of
workers at the SMEs sector in the city of Semarang and also analyzes the variables that affect the most
dominant of employment in the SMEs sector in the city of Semarang. Data used in this research is
secondary data. Data analyzes tools used in this research is multiple regression model with the ordinary
least square method in the form of natural logarithms and used the times series data during the period
1993-2007. Based on data processing, it can be obtained the determination coefficient (R2) of 0.806. It
means that 80.6 percent of employment changes at the SMEs sector in the city of Semarang can be
explained by variations in the number of business units, the value of the investment, the value of output
and the city’s minimum wage, and the rest of 19.4 percent described by other variables outside the
model. Overall, the number of business units, the value of the investment, the value of output and the
city’s minimum wage had a significant effect on the employment changes in SMEs. Partially, the
independent variables were also significant, except for the variable of output value. That variable did not
significantly affect the absorption of labor at the SMEs sector. The variable that most affect the
absorption of labor in the SMEs sector in the city of Semarang was the number of business units, while
the variable of output value had the least affect among the other independent variables.
Keywords: Small and medium enterprises, employment, labor absorption, the number of business unit,
the value of investment, the output value, and tehe city’s minimum wage.

PENDAHULUAN dalam penyerapan tenaga kerja juga sangat besar,


yaitu menampung lebih dari 76 juta orang atau 99,44
Selama terjadinya krisis ekonomi, telah disadari
persen dari seluruh angkatan kerja yang ada.
usaha kecil dan menengah (UKM) telah menjadi
katup pengaman bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2006, jumlah unit usaha di Jawa
Seperti halnya di negara-negara lain, UKM bukan Tengah mencapai 644.784 unit usaha yang terdiri
hanya memiliki kontribusi yang sangat signifikan dari 764 unit usaha besar (0,12 persen) dan 644.020
terhadap perekonomian suatu bangsa namun UKM UKM (99,88 persen). Nilai produksi usaha besar
juga berperan sangat besar dalam penyerapan mencapai Rp 22,21 triliun sedangkan nilai produksi
tenaga kerja. Dari sisi pembentukan Produk Domes- UKM baru sekitar Rp 5,42 triliun (24,4 persen).
tik Bruto (PDB), kontribusi UKM terhadap PDB men- Meskipun kalau dilihat dari nilai produksinya,
capai 63,11 persen, sementara usaha besar yang UKM masih tertinggal dibandingkan dengan usaha
merupakan 0,01 persen dari seluruh unit usaha besar, namun kalau dilihat dari segi penyerapan
memberikan kontribusi sebesar 36,89 persen tenaga kerja terjadi hal yang berkebalikan. Pada
terhadap PDB. tahun 2006, usaha besar hanya menyerap tenaga
Untuk kawasan Asia-Pasifik, UKM diperkirakan kerja sebanyak 585.214 orang (17,96 persen),
menyerap sekitar 50 persen tenaga kerja yang ada. sedangkan UKM mampu menyerap tenaga kerja
Di Indonesia, data terakhir dari Kementerian Negara sebanyak 2.672.813 orang (82,04 persen).
Koperasi dan UKM (2005) menujukkan bahwa Kota Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa
banyaknya UKM di Indonesia mencapai 99,99 Tengah merupakan salah satu kota favorit di Jawa
persen dari jumlah seluruh unit usaha. Peranan UKM Tengah yang menjadi tempat tujuan para pencari

40 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja (Setiawan: 39 – 47)


kerja. Daya tarik Kota Semarang cenderung menim- sektor UKM. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian
bulkan arus urbanisasi seiring dengan berkembang- ini adalah: “Apakah jumlah unit usaha, nilai investasi,
nya lapangan usaha dan sektor industrinya. Setidak- nilai output, dan tingkat upah minimum kota memiliki
nya ada 3 lapangan usaha/industri yang memberikan pengaruh terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja
kontribusi yang cukup besar terhadap penyerapan pada sektor UKM di Kota Semarang?”
tenaga kerja yaitu perdagangan, hotel dan restoran
(29,9 persen), industri pengolahan (27,2 persen), dan
Tujuan Penelitian dan Pembahasan
industri jasa-jasa (21, 4 persen).
Agar penelitian dapat lebih jelas dan terarah
Tabel 1. Jumlah Pengangguran Terbuka di Jawa
maka diperlukan tujuan. Adapun tujuan penelitian ini
Tengah
secara khusus adalah sebagai berikut:
Jumlah Pengangguran Terbuka
Tahun Persentase 1. Menganalisis pengaruh variabel unit usaha, nilai
(orang)
2003 1.133.188 6,97
investasi, nilai output dan upah terhadap jumlah
tenaga kerja pada sektor UKM di Kota Semarang
2007 1.360.219 7,70
baik secara parsial maupun secara simultan.
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2008
2. Menganalisis variabel yang paling dominan
Sementara itu, perluasan kesempatan kerja ma- berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja
sih menjadi permasalahan yang serius yang dihadapi pada sektor UKM di Kota Semarang.
dalam pembangunan daerah-daerah di Indonesia
termasuk Jawa Tengah. Berdasarkan Tabel 1, pada Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari
tahun 2003 jumlah pengangguran terbuka di Jawa penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tengah adalah 1.133.188 orang (6,97 persen) dan 1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pe-
pada tahun 2007 jumlah pengangguran terbuka merintah Kota Semarang dan dinas-dinas yang
tersebut telah meningkat menjadi 1.360.219 orang terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perda-
(7,70 persen). Ini berarti dalam waktu empat tahun gangan serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmi-
saja jumlah pengangguran terbuka telah meningkat grasi dalam rangka mengidentifikasi daya serap
lebih dari 227.000 orang. tenaga kerja pada usaha kecil dan Menengah
Sektor UKM yang bergerak dalam berbagai (UKM) guna merumuskan kebijakan yang berhu-
lapangan usaha di Kota Semarang mempunyai bungan dengan masalah-masalah pembinaan
potensi dan prospek yang baik untuk dikembangkan, dan pengembangan UKM agar semakin berpe-
karena diharapkan mampu menyediakan lapangan ran dalam memajukan sekctor perekonomian di
kerja baru dan memperluas kesempatan kerja dalam Kota Semarang.
rangka mengimbangi jumlah pengangguran yang 2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi dunia
terus meningkat seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan khususnya di bidang ekonomi
jumlah angkatan kerja setiap tahun. pembangunan dan sebagai bahan pertimbangan
terutama untuk studi banding bagi pember-
dayaan UKM, serta sebagai bahan masukan
Rumusan Masalah
bagi penelitian sejenis pada masa yang akan
Peran usaha kecil dan menengah (UKM) di datang.
Indonesia dalam menanggulangi angka pengang-
guran yang tinggi sangat besar karena UKM memiliki LANDASAN TEORI
karakteristik yang lentur, dinamis dan memiliki
kemampuan penyerapan tenaga kerja pada ling- Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008
kungan usahanya sehingga sangat membantu upaya Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang
perluasan lapangan kerja (Kadin, 2007). dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha eko-
Mengingat peran UKM yang sangat penting dan nomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
strategis inilah maka perlu diteliti faktor-faktor apa oleh orang perorangan atau badan usaha yang bu-
saja yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di kan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 41


perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi MPP/KEP/10/1999. Usaha Kecil adalah setiap usaha
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan memiliki
Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi nilai investasi (aset perusahaan) sampai dengan Rp
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam 200 juta, sedangkan Usaha Menengah memiliki nilai
undang-undang ini. investasi antara Rp 200 juta sampai dengan Rp 5
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha).
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai Secara umum, ciri-ciri UKM di Indonesia antara
dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima lain sebagai berikut: struktur organisasi dan mana-
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan jemen sederhana, pembagian kerja yang kendor,
bangunan tempat usaha; atau memiliki hierarki manajerial yang pendek, aktivitas
sedikit formal, dan sedikit menggunakan proses
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
perencanaan, memiliki modal terbatas dan kemam-
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
puan memperoleh sumber dana rendah, sistem pem-
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua
bukuan sangat sederhana, kemampuan pemasaran
miliar lima ratus juta rupiah).
rendah, dan menghadapi persaingan yang tinggi
Selanjutnya, Usaha Menengah adalah usaha sehingga marjin keuntungan kecil (Tiktik Sartika P.
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilaku- dan A. R. Soejoedono, 2002).
kan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
Dalam suatu perusahaan untuk mendapatkan
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
alokasi sumber daya secara efisien dapat dilakukan
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
dengan dua cara. Pertama, pengusaha perlu mem-
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
perkirakan hasil (output) yang diperoleh sehubungan
Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah keka-
dengan penambahan satu orang tenaga kerja.
yaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai-
Tambahan hasil tersebut dinamakan Marginal
mana diatur dalam Undang-Undang ini.
Physical of Labour (MPPL). Kedua, pengusaha
Adapun kriteria Usaha Menengah adalah sebagai menghitung jumlah uang yang akan diperoleh dari
berikut: penambahan tenaga kerja tersebut. Jumlah uang
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp yang diperoleh pengusaha ini disebut Marginal
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai Revenue (MR) yang merupakan nilai dari MPPL
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 tersebut. Jadi MR sama dengan MPPL dikalikan
(sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan dengan harga per unitnya (P) atau dapat ditulis
bangunan tempat usaha; atau sebagai berikut:
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp MR = MPPL x P
2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp Selanjutnya, pengusaha mengeluarkan biaya
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). sehubungan dengan tenaga kerja yang bekerja pada
Menurut BPS, usaha kecil adalah suatu usaha perusahaannya. Biaya tenaga kerja ini sering disebut
yang menggunakan tenaga kerjanya 5 sampai 19 upah atau wage (w). Tambahan biaya total yang
orang, sedangkan jika tenaga kerjanya terdiri dari 20 disebabkan karena bertambahnya penggunaan satu
sampai 99 orang maka termasuk usaha menengah. macam input per unit output yang dihasilkan
Jika tenaga kerjanya kurang dari 5 orang maka dinamakan Marginal Cost. Apabila MR lebih besar
digolongkan usaha rumah tangga. Dengan demikian, daripada w maka tambahan tenaga kerja akan meng-
UKM adalah suatu usaha yang tenaga kerjanya untungkan pengusaha.
antara 5 – 99 orang. Dengan kata lain, agar keuntungan terus
Dalam penelitian ini digunakan konsep UKM bertambah maka pengusaha akan menambah jumlah
menurut Disperindag berdasarkan Surat Keputusan tenaga kerja selama MR lebih besar daripada w.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 590/ Namun semakin bertambah jumlah tenaga kerja

42 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja (Setiawan: 39 – 47)


yang dipekerjakan, semakin kecil nilai MPP itu unit usaha, nilai investasi, nilai output, dan tingkat
sendiri. Inilah yang dinamakan sebagai hukum upah. Jumlah unit usaha yang dimaksud di sini
Diminishing Return dan dapat ditunjukkan pada adalah unit usaha kecil dan menengah yang tercatat
Gambar 1. pada Dinas Perindustrian. Secara umum, pertum-
Gambar 1 menunjukkan kurva permintaan tena- buhan unit usaha pada suatu sektor produksi pada
ga kerja jangka pendek dalam suatu struktur pasar. suatu wilayah akan menambah jumlah tenaga kerja.
Garis DL memperlihatkan besarnya nilai produk fisik Jumlah unti usaha mempunyai pengaruh yang positif
marjinal tenaga kerja atau Value Marginal Physical terhadap jumlah tenaga kerja. Artinya, jika jumlah
Product of Labour (VMPPL). VMPPL adalah nilai hasil unit usaha bertambah maka jumlah tenaga kerja
marjinal yang dihasilkan setiap adanya penambahan yang dibutuhkan oleh unit usaha yang bersangkutan
tenaga kerja untuks setiap tingkat penggunaan akan bertambah pula (Lyn Squire, 1992).
tenaga kerja. Secara statistik, investasi atau penanaman
Dengan asumsi bahwa tingkat upah yang modal dapat digolongkan menjadi 3 komponen yaitu
berlaku adalah sebesar w maka apabila tenaga kerja (Sadono Sukirno, 2003): (1) Investasi tetap pengu-
yang dipekerjakan sebanyak OA maka VMPPL saha yang terdiri dari pengeluaran perusahaan untuk
besarnya sama dengan w1. Karena w1 lebih besar mesin-mesin, perlengkapan, bangunan dan lain-lain
daripada w, ini berarti laba perusahaan akan bertam- yang bersifat tahan lama; (2) Investasi untuk peru-
bah dengan mempekerjakan tenaga kerja sebanyak mahan khususnya rumah tempat tinggal; (3) Inves-
OA. Jika terjadi penambahan jumlah tenaga kerja tasi yang berupa penambahan persediaan (inven-
sebesar OB maka akan mengurangi laba perusa- tory).
haan karena pengusaha terpaksa harus membayar Besarnya nilai investasi akan menentukan
upah sebesar w, sedangkan hasil marjinal yang besarnya jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh
diperoleh hanya sebesar w2 atau lebih rendah dari suatu perusahaan. Secara teoritis, makin besar nilai
tingkat upah sebesar w. investasi yang dilakukan atau ditanamkan oleh suatu
Pada penggunaan tenaga kerja sebesar ON perusahaan maka makin besar pula tambahan
pengusaha akan memperoleh laba maksimal karena penggunaan tenaga kerja (Suparmoko, 2000).
nilai produk fisik marjinal tenaga kerja sama dengan Nilai output adalah nilai total yang terdiri dari
tingkat upah yang dibayarkan (VMPPL=w). Dengan barang dan jasa yang dihasilkan dari proses pro-
kata lain, pengusaha selalu berusaha mencapai duksi, pendapatan, atau penerimaan lainnya, serta
kondisi di mana nilai tambahan output per pekerja pendapatan kotor dari persewaan gedung, mesin-
yang digunakan sama dengan tingkat upahnya. mesin, alat-alat, penerimaan jasa angkutan serta
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan jasa-jasa nonindustri, listrik yang dijual
permintaan tenaga kerja antara lain adalah jumlah oleh perusahaan, keuntungan dari barang yang dijual

Upah

w1

w2

DL

O A N B Penggunaan Tenaga Kerja

Sumber: Payaman J. Simanjutak (2001)


Gambar 1. Kurva Permintaan Tenaga Kerja

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 43


kembali, dan selisih nilai stok barang-barang METODE PENELITIAN
setengah jadi (Diperindag, 2005).
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2008
Tinggi rendahnya jumlah tenaga kerja yang Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang
digunakan oleh perusahaan dipengaruhi oleh tinggi dimaksud dengan Usaha Kecil adalah usaha ekono-
rendahnya jumlah barang yang diproduksi oleh mi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
tenaga kerja tersebut. Tinggi rendahnya barang yang orang perorangan atau badan usaha yang bukan
diproduksi perusahaan tergantung pada tinggi merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
rendahnya jumlah barang yang diminta konsumen. perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
Semakin tinggi jumlah barang yang diminta oleh bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
konsumen berarti jumlah barang yang diproduksi Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
oleh suatu perusahaan akan mengalami pening- kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
katan, sehingga jumlah tenaga kerja yang digunakan undang-undang ini.
oleh perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi
Jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output,
(Payaman J. Simanjutak, 2001).
dan upah memiliki pengaruh terhadap penyerapan
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 jumlah tenaga kerja pada usaha kecil dan menengah
tentang Ketenagakerjaan, upah adalah suatu pene- (UKM). Berdasarkan hasil studi empiris sebelumnya
rimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada diketahui bahwa jumlah unit usaha, nilai investasi
buruh atau pekerja untuk sesuatu pekerjaan atau dan nilai output berpengaruh positif terhadap jumlah
jasa yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai tenaga kerja. Selain itu, tingkat upah berpengaruh
dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu negatif terhadap permintaan tenaga kerja. Untuk
persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, lebih jelasnya, kerangka pemikiran ini dapat dilihat
dan dibayarkan atas dasar perjanjian kerja antara pada Gambar 2.
pengusaha dengan buruh atau pekerja.
Upah dapat dipandang dari dua sisi yang berbe- Jumlah Unit Usaha (X 1)
da. Dari sisi pengusaha atau produsen, upah meru-
pakan biaya yang harus dikeluarkan sehingga ikut
Nilai Investasi (X 2)
menentukan tinggi rendahnya biaya total. Dari sisi
Jumlah Tenaga
pekerja, upah merupakan pendapatan yang Kerja (Y)
diperoleh dari hasil menyumbangkan tenaganya Nilai Output (X 3)
kepada pengusaha atau produsen (Sudarsono,
1996).
Upah Minimum Kota (X 4)
Hubungan antara tingkat upah dengan jumlah
tenaga kerja yang diminta bersifat negatif. Kenaikan Gambar 2. Kerangka Pemikiran
tingkat upah akan diikuti oleh turunnya jumlah tenaga
kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan Jumlah Tenaga Kerja (Y) dalam penelitian ini
bertambahnya jumlah pengangguran. Sebaliknya, adalah jumlah tenaga kerja pada usaha kecil dan
dengan turunnya tingkat upah akan diikuti oleh menengah (UKM) di Kota Semarang yang diukur
meningkatnya permintan tenaga kerja sehingga dalam satuan jiwa per tahun. Jumlah Unit Usaha (X1)
cenderung akan mengurangi jumlah pengangguran. adalah jumlah unit usaha kecil dan menengah (UKM)
Kenaikan tingkat upah yang dapat diikuti oleh yang berada di Kota Semarang yang diukur dalam
penambahan jumlah tenaga kerja hanya akan terjadi satuan unit usaha per tahun. Nilai Investasi (X2) yang
apabila suatu perusahaan mampu meningkatkan dimaksud di sini adalah nilai investasi riil yang
harga jual barang (Payaman J. Simanjutak, 2001). dilakukan oleh pengusaha kecil dan menengah
(PKM) yang diukur dalam juta rupiah per tahun.

44 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja (Setiawan: 39 – 47)


Nilai output (X3) yang dimaksud di sini adalah X2 = Nilai investasi pada sektor UKM
nilai total barang dan jasa yang dihasilkan oleh X3 = Nilai output pada sektor UKM
sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang diukur X4 = Upah minimum kota (UMK)
dalam juta rupiah per tahun. Sementara Upah μ = Variabel pengganggu
Minimum Kota (X4) dalam hal ini adalah Upah Model regresi berganda dalam bentuk transfor-
Minimum Kota (UMK) Semarang yang ditetapkan masi logaritma natural dipergunakan dengan pertim-
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur yang diukur bangan bahwa koefisien regresi dapat mengukur
dalam ribu rupiah per tahun. elastisitas variabel dependen terhadap variabel
Data yang digunakan dalam penelitian ini independen. Klasifikasi elastisitas tersebut adalah
adalah data sekunder yang berbentuk data runtut sebagai berikut: jika βi > 1 maka elastis, jika βi = 1
waktu (time series) selama periode 1993 - 2007. maka elastis uniter, dan jika βi < 1 maka inelastis. Di
Data sekunder tersebut sebagian diperoleh dari samping itu transformasi logaritma natural dapat
Badan Pusat Statistik (BPS) dan sebagian yang lain memperkecil kemungkinan heteroskedastisitas kare-
diperoleh dari instansi terkait. Misalnya data menge- na transformasi logaritma natural akan memperkecil
nai jumlah tenaga kerja dan UMK diperoleh dari skala variabel yang dianut.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker-
trans) Kota Semarang, sedangkan data mengenai
HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah unit usaha, nilai investasi dan nilai output
berasal dari Dinas Perindustrian Kota Semarang. Pengujian variabel independen secara simultan
Metode analisis data yang dipergunakan dalam dilakukan dengan menggunakan Uji-F pada tingkat
penelitian ini adalah analsis regresi berganda dengan signifikansi 5%. Pengaruh variabel independen
metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). secara bersama-sama (simultan) dapat dilihat pada
Secara umum, analisis regresi pada dasarnya Tabel 2.
mempelajari ketergantungan satu variabel terikat Tabel 2. ANOVA Untuk Uji F
(dependen) dengan satu atau lebih variabel bebas Sum of Mean
(independen) dengan tujuan untuk menaksir nilai Model df F Sig.
Squares Square
rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai Regresi 0,021 4 0,005 15,551 0,000
variabel independen yang diketahui. Sisa 0,003 10 0,000
Model regresi berganda yang dipergunakan Total 0,024 14
untuk menjelaskan hubungan antara variabel a. Predictors: (Constant), LnX1, LnX2, LnX3, LnX4
dependen dan variabel independen didasarkan pada b. Dependent Variable: LnY
fungsi produksi Cobb-Douglas yang dapat dinotasi- Sumber: Data Sekunder, diolah (2008)
kan sebagai berikut (Damodar Gujarati, 1997): Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa nilai
F hitung sebesar 15,551 dengan signifikansi 0,000.
Y = β0X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 eμ Karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05,
maka model regresi menunjukkan bahwa variabel
Selanjutnya persamaan di atas ditransformasi-
independen secara bersama-sama mempengaruhi
kan dalam bentuk logaritma natural sehingga persa- variabel dependen, dan dari hasil tersebut H0 ditolak
maannya menjadi sebagai berikut (Damodar dan hipotesis tersebut terbukti berpengaruh secara
Gujarati, 1997):
signifikan.
LnY = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 + Dari uji-t diketahui bahwa dari empat variabel
β4LnX4 + μ yang digunakan ternyata variabel X1, X2 dan X4 meru-
di mana: pakan variabel yang menunjukkan pengaruh yang
Y = Jumlah tenaga kerja pada sektor UKM signifikan terhadap jumlah tenaga kerja, sedangkan
β0 = Konstanta / nilai intersep variabel X3 tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat pada
βi = Nilai koefisien regresi pada X i Tabel 3.
X1 = Jumlah unit usaha pada sektor UKM

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 45


Tabel 3. Koefisien Hasil Regresi dan Uji t akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan
Koefisien akan tenaga kerja, sehingga Jumlah Tenaga Kerja
Model Std. Error t Sig.
Regresi yang diserap pada sektor UKM juga akan meningkat.
Konstanta 5,196 1,303 3,986 0,003 Koefisien regresi untuk variabel X3 atau untuk
LnX1 0,694 0,194 3,583 0,005 variabel Nilai Output adalah sebesar 0,031. Nilai
LnX2 0,117 0,035 3,337 0,008 koefisien yang positif menunjukkan bahwa Nilai
LnX3 0,031 0,044 0,705 0,497 Output berpengaruh positif terhadap Jumlah Tenaga
LnX4 -0,176 0,026 -6,638 0,000 Kerja, tetapi tidak signifikan sehingga meskipun ada
Sumber: Data Sekunder, diolah (2008) penambahan Nilai Output sebesar 10%, ternyata
Setelah melihat hasil uji statistik, maka akan belum mampu bagi UKM untuk menambah Jumlah
dilihat seberapa besar pengaruh variabel independen Tenaga Kerja. Semakin meningkatnya Nilai Output
yang digunakan dapat menjelaskan variabel depen- dari UKM, belum tentu kebutuhan tenaga kerja juga
dennya. Besarnya Nilai R2 yang dimiliki adalah 0,806 akan meningkat. Hal ini disebabkan kapasitas
menunjukkan bahwa variabel X1 (Jumlah Unit produksi yang terbatas di mana untuk meningkatkan
Usaha), X2 (Nilai Investasi), X3 (Nilai Output), dan X4 nilai produksi (output) hanya dapat dilakukan melalui
(Upah Minimum Kota) dapat menjelaskan variasi perbaikan teknologi dan peningkatan kualitas tenaga
variabel Jumlah Tenaga Kerja sebesar 80,6%, kerja antara lain melalui pendidikan dan latihan yang
sedangkan sisanya (19,4%) dipengaruhi oleh varia- dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
bel di luar model. Koefisien regresi untuk variabel X4 atau untuk
Berdasarkan pengolahan data diperoleh model variabel Upah Minimum Kota (UMK) memiliki nilai
persamaan regresi sebagai berikut: koefisien yang negatif, yaitu sebesar – 0,176. Ini
berarti setiap ada kenaikan nilai UMK sebesar 10%
LnY = 5,196 + 0,694LnX1 + 0,117LnX2 + maka akan cenderung mengurangi (penggunaan)
Jumlah Tenaga Kerja sekitar 2%. Variabel ini ber-
0,031LnX3 – 0,176LnX4
banding terbalik dengan Jumlah Tenaga Kerja, kare-
Koefisien regresi untuk variabel X1 atau untuk na semakin besar upah yang harus dibayarkan
variabel Jumlah Unit Usaha adalah sebesar 0,694. kepada para pekerjanya menyebabkan tingkat keun-
Nilai koefisien yang positif menunjukkan bahwa tungan yang diperoleh UKM semakin kecil. Oleh
jumlah Unit Usaha berpengaruh positif terhadap karena itu, UKM akan cenderung meningkatkan
Jumlah Tenaga Kerja. Hal ini menunjukkkan bahwa produktivitas karyawan yang sudah ada, atau bahkan
apabila Jumlah Unit Usaha naik sebesar 10%, maka mengurangi jumlah karyawan untuk tetap memper-
Jumlah Tenaga Kerja akan mengalami kenaikan tahankan keuntungan yang telah diperoleh. Jadi,
sekitar 7%. Faktor Jumlah Unit Usaha ini memiliki peningkatan nilai UMK justru akan menyebabkan
pengaruh yang paling besar terhadap Jumlah menurunnya tingkat penyerapan tenaga kerja.
Tenaga Kerja. Semakin banyak Jumlah Unit Usaha Berdasarkan hasil analisis regresi berganda
Kecil dan Menengah (UKM) yang berdiri, maka akan sebelumnya, maka dapat diketahui besaran koefisien
semakin banyak juga ketersediaan lapangan Beta untuk masing-masing variabel independen.
pekerjaan, sehingga tenaga kerja yang diserap pada Variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap
sektor UKM juga akan meningkat. penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Kota
Koefisien regresi untuk variabel X2 atau untuk Semarang adalah Jumlah Unit Usaha (koefisien Beta
variabel Nilai Investasi adalah sebesar 0,117. Nilai = 0,618). Ini berarti semakin banyak Jumlah Unit
koefisien yang positif menunjukkan bahwa Nilai Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berdiri,
Investasi berpengaruh positif terhadap Jumlah maka akan semakin banyak tenaga kerja yang
Tenaga Kerja. Jadi, jika Nilai Investasi naik sebesar diserap oleh sektor UKM. Selanjutnya, variabel Nilai
Output memiliki pengaruh yang paling kecil di antara
10%, maka Jumlah Tenaga Kerja akan bertambah
variabel yang lain (koefisien Beta = 0,113). Ini berarti
1%. Hal ini dikarenakan semakin besar Nilai Inves-
besarnya Nilai Output tidak dapat diandalkan untuk
tasi yang ditanamkan, maka kemampuan (kapasitas)
memperbesar penyerapan tenaga kerja pada sektor
UKM untuk mengembangkan bisnis akan semakin
UKM.
besar. Oleh karena itu, peningkatan Nilai Investasi ini

46 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja (Setiawan: 39 – 47)


SIMPULAN DAN SARAN Daftar Pustaka
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan Badan Pusat Statistik, 1993-2007. Kota Semarang
bahwa jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output Dalam Angka, Laporan Data Tahunan,
dan upah minimum secara simultan berpengaruh Semarang.
signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Jumlah unit Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Sema-
usaha, nilai investasi, dan upah minimum kota seca- rang, 2007. Laporan Pokok Data Tahunan,
ra parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap Semarang.
jumlah tenaga kerja, sedangkan nilai output tidak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Sema-
berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. rang, 2007. Laporan Pokok Data Tahunan,
Variabel yang paling berpengaruh terhadap penye- Semarang.
rapan tenaga kerja pada sektor UKM di Kota Gujarati, Damodar, 1997. Ekonometrika Dasar, Alih
Semarang adalah jumlah unit usaha, sedangkan Bahasa: Sumarno Zein, Penerbit Erlangga,
variabel nilai output memiliki pengaruh yang paling Jakarta.
kecil di antara variabel yang lain. J. Supranto, 2001. Statistik Jilid 2: Teori dan Aplikasi,
Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat direko- Penerbit Erlangga, Jakarta.
mendasikan bahwa hendaknya pihak Pemerintah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, 2007.
Kota Semarang dapat lebih memperhatikan lagi Pokok-Pokok Hasil Rapimnas Kadin 2007,
faktor-faktor tersebut untuk meningkatkan kemam- Jakarta.
puan penyerapan tenaga kerja dan mengurangi Maman Setiawan, 2007. Strategi Pengembangan
penggangguran. Jumlah unit usaha, yang memiliki UKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Dalam
pengaruh yang paling besar terhadap jumlah tenaga Rangka Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja
kerja, semakin banyak Jumlah UKM yang berdiri, di Indonesia, Penerbit Unpad Bandung (Data
maka akan semakin banyak menciptakan lapangan Digital).
pekerjaan, sehingga penyerapan tenaga kerja juga Payaman J. Simanjutak, 2001. Pengantar Ekonomi
akan meningkat dan tingkat penggangguran dapat Sumber Daya Manusia, LPFE Universitas
ditekan. Indonesia, Jakarta.
Dilihat dari sisi nilai investasi, semakin besar Sadono Sukirno, 2003. Pengantar Teori Makro-
Nilai Investasi yang ditanamkan, maka kapasitas ekonomi, PT Raja Grafindo, Jakarta.
untuk berusaha dari suatu UKM juga semakin besar. Sudarsono, 1996. Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
akan tenaga kerja, sehingga jumlah tenaga kerja Universitas Terbuka, Jakarta.
juga akan meningkat. Oleh karena itu, pemerintah Suparmoko, 2000. Pengantar Ekonomi Makro, BPFE
Kota Semarang hendaknya memperbaiki iklim Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
investasi dan menjamin adanya kepastian hukum
Squire, Lyn, 1992. Kebijakan Kesempatan Kerja di
yang lebih baik sehingga investor tidak khawatir
Negeri-Negeri Sedang Berkembang: Sebuah
menanamkan modalnya. Survei, Masalah-Masalah dan Bukti-Bukti,
Dari variabel upah minimum kota, semakin Pustaka Bradjaguna, Jakarta.
meningkat upah minimum kota, penyerapan jumlah Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman
tenaga kerja ternyata justru berkurang. Hal ini Soejoedono, 2002. Ekonomi Skala Kecil/
disebabkan karena semakin besar upah yang harus Menengah dan Koperasi, Penerbit Ghalia
dibayarkan kepada para pekerjanya menyebabkan Indonesia, Jakarta.
tingkat keuntungan yang diperoleh UKM semakin Tulus T.H. Tambunan, 2002. Usaha Kecil dan
kecil. Oleh karena itu perlu adanya upaya pem- Menengah di Indonesia: Beberapa Isu
berdayaan dan perkuatan UKM agar lebih giat Penting, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
meningkatkan kemampuan finansial dan manejerial-
nya.

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 47

You might also like