You are on page 1of 10

SISTEM KEPERCAYAAN DI KALANGAN IBU HAMIL

(Mitos dalam Masyarakat Melayu Kuantan Singingi)

TRADITIONAL BELIEFS AMONGST PREGNANT WOMEN


(Myth in Kuantan Singingi Malay Society)

Achmad Hidir1) dan Sri Kartikowati2)


Email: tiko22@ymail.com; hidir09@gmail.com

Abstract
This qualitative research focused on a traditional beliefs amongst pregnant women in
Malay society. This research had two aims: to determine appreciation of pregnant
women on how they interpret myths and taboos of pregnancy that existed and practiced
in Malay community. The other aim was to identify the role of gender relations and
family intervention in practice. The study was conducted in Distric Singingi Hilir,
Regency Kuantan Singingi. Data was obtained by interviewing number of pregnant
women using dialogical interpretation approach that produces negotiate meaning for
then transfered into the report. Data were analyzed using Model of Flow Analysis.
Through in-depth study and carried out FGDs, it was found that myth among pregnant
women in fact encompassed educational elements that could be interpreted in a very
broad message. The sanctions imposed by parents and spouses of respondents, generally
was easy to comprehend by society. The mythos was essentially concerns with moral
values in which attitudes and bad behavior should be avoided by the Malays
community. That's why elderly people in Malay community remind its members
promptly to leave and stay away from attitudes reflected unpleasant behaviors.

Abstrak
Penelitian kualitatif ini berfokus pada sistem kepercayaan di kalangan ibu hamil di
masyarakat Melayu. Riset ini bertujuan mengetahui apresiasi kaum ibu hamil dalam
memaknai mitos dan tabu hamil yang masih ada dan dipraktekkan dalam masyarakat
Melayu. Tujuan berikutnya adalah mengidentifikasi peran relasi jender dan intervensi
keluarga dalam prakteknya. Kajian dilaksanakan di Kecamatan Singingi Hilir,
Kabupaten Kuantan Singingi. Data diperoleh melalui teknik wawancara kepada
responden para ibu hamil melalui pendekatan dialogical interpretation yang
menghasilkan negotiate meaning untuk kemudian dituangkan dalam bentuk laporan.
Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisa mengalir (flow model of analysis).
Melalui kajian mendalam dan pelaksanaan diskusi terfokus ditemukan bahwa mitos di
kalangan ibu hamil pada hakekatnya mengandung unsur-unsur pendidikan karena ada
makna yang dapat diintepretasikan sebagai pesan sangat luas. Sanksi-sanksi yang
diterapkan oleh para orang tua dan pasangan responden, umumnya bersifat umum dan
mudah dicerna masyarakat. Pantang larang ini hakekatnya menyangkut nilai-nilai moral
dimana sikap dan perilaku buruk harus dijauhi oleh orang Melayu dan masyarakatnya.
Itulah sebabnya orang-orang tua dalam masyarakat Melayu selalu mengingatkan
masyarakatnya agar meninggalkan dan menjauhi sikap dan perilaku yang dipantangkan.

Keywords: pregnant women, myths, traditional beliefs, Malay.


PENDAHULUAN contoh, tentang perilaku ibu haruslah berbuat
Dalam banyak masyarakat, kepercaya-an baik selama hamil dan harus menghindari
terhadap mitos dan berbagai tabu masih perbuatan dan perkataan yang buruk. Hal
tampak menggejala. Hal ini wajar karena seperti ini pada intinya dinaksudkan untuk
hampir semua suku bangsa mengenal apa yang memberikan contoh --- dan diharapkan akan
di sebut mitologi. Namun anehnya, mengenai membawa dampak --- pada calon si jabang
kebenaran tentang suatu mitologi (baca: mitos) bayi untuk senantiasa berbuat baik bila kelak
itu sampai kini masih sulit di buktikan dewasa. Selain juga, ada makna lain, bahwa
kebenarannya. melahirkan itu membawa perasaan ibu pada
Kendatipun mitos itu sulit dibuktikan situasi resiko kematian, sehingga wajarlah bila
kebenarannya namun hingga kini nasih banyak menjelang detik-detik melahirkan si ibu
anggota masyarakat tetap memiliki keyakinan membayangkan harapan ada pada situasi
yang sangat kuat akan kebenarannya itu, dalam bentuk segala kebaikan dan
terlebih dalam masyarakat tradisional. Oleh menghindari keburukan untuk antisipasi hal-
karenanya wajarlah bila dalam masyarakat hal yang paling buruk.
yang demikian itu masih tumbuh subur mitos Sementara itu, kepercayaan terhadap
dan tabu dalam berbagai praktek kehidupan. mitos tentang adanya kekuatan lain yang
Haruslah diakui bahwa mitos dan tabu itu mempengaruhi. Misalnya berbagai pertanda
tidak hanya ada dalam kultur masyarakat dalam siklus hidup manusia yang diyakini ada
tradisional (pedesaan) saja, kenyataan sisi positif maupun negatif. Oleh karenanya,
menunjukan masih banyak orang yang bila sesuatu terjadi dan kemudian diyakini
mengaku dirinya modern dan berpendidikan pertanda itu akan dapat berakibat negatif,
masih juga menyakini akan adanya kebenaran maka seorang itu wajib memberikan sesaji,
dari suatu mitos. upacara dan selametan. Ritual semacam inilah
Selanjutnya bila kita membicarakan yang seringkali diyakini sebagian orang
mitos, menurut Djamhur (1977) paling tidak sebagai bentuk tolak bala oleh masyarakat.
mitos itu sendiri memiliki pengertian yaitu Upacara model seperti ini dalam budaya
dongeng suci yang mengandung kepercayaan kejawen seringkali di kenal dengan upacara
terhadap asal mula suatu kejadian, baik ruwatan.
kejadian terhadap suatu tempat (biasanya Sisi lain dari keyakinan masyarakat
juga disebut legenda), cerita-cerita tentang terhadap mitos itu yang nota bene selalu
mahluk halus dan berbagai” pertanda “ lain “dianggap sebagai kebenaran” dan
yang di berikan oleh alam, hewan dan diri mengandung unsur keyakinan, kesucian, dan
manusia itu sendiri. magis maka masyarakat seringkali berupaya
Dari model mitos itu sendiri sebenarnya sedapat-dapatnya untuk menghindari
dapat diketahui berbagai anggapan dan (berpantang) untuk hal-hal yang sekiranya
kepercayaan suku-suku bangsa itu, bahwa akan berdampak negatif dan merugikan bagi
segala sesuatu itu tidaklah terjadi dengan dirinya, keluarganya maupun masyarakat
sendirinya melainkan ada unsur-unsur sebab secara umum. Untuk menghindari hal-hal yang
musababnya. Bahkan menurut Sharifah, sekiranya dapat menimbulkan kerugian itulah,
terkadang --- sebenarnya mitos itu banyak juga maka seringkali masyarakat menganggapnya
yang sengaja --- dibuat oleh pihak penguasa sebagai suatu hal yang tabu untuk
tempo dulu yang memiliki berbagai melakukannya. Bentuk-bentuk tabu itu di
kepentingan untuk tetap melanggengkan dalam masyarakat seringkali berkenaan
kekuasaannya sekaligus sebagai kontrol sosial dengan suatu tempat yang dianggap suci atau
terhadap warganya. keramat, tabu terhadap makanan, dan juga
Selain itu, mitos juga terkadang perkataan dan perbuatan terhadap sesuatu hal
berfungsi sebagai kearifan tradisonal (local yang justru bila melangarnya akan berakibat
wisdom) masyarakat. Achmad Hidir memberi negatif bagi si pelakunya.
Adalah kenyataan pula bahwa dalam sebenarnya merupakan rasionalisasi dari
perjalanan kehidupan manusia sejak awal kondisi kemiskinan mereka.
kejadiannya hingga akhir hayatnya, manusia Faktor kultur baik sosial, ekonomi,
senantiasa mengalami berbagai cobaan hidup politik, dan proses budaya mempengaruhi jenis
seperti mengalami rasa sakit, kegelisahan, pangan apa yang dipilih orang; bagaimana
ketakutan, kegalauan dan lain sebagainya. mengolahnya; bagaimana cara meng-
Oleh karena adanya berbagai ragam rasa dan konsumsinya; kapan dan di mana mereka
pengalaman seperti itu, manusia memerlukan makan dan sebagainya (Pinky Saptandari,
wadah pelipur lara dan penyejuk jiwa. Pelipur 1998). Jadi wajarlah bila banyak kaum wanita
lara dan penyejuk jiwa dapat diperoleh dari tanpa rasional dan akal sehatnya benar-benar
keyakinan religi yang mereka miliki (Agus meyakini kebenaran mitos dan tabu itu.
Supriyono, 1988). Salah satu peristiwa dari Apalagi dalam kultur wanita pedesaan yang
rangkaian siklus hidup (life circle) manusia, nota bene mereka masih miskin dan
yang juga penuh dengan kegelisahan, berpendidikan rendah.
kecemasan, ketakutan dan juga penantian yang Hasil penelitian Sianipar (1992) dan juga
serba tidak pasti adalah proses kehamilan, Simanjuntak dan Achmad Hidir (2000)
melahirkan dan kematian. menemukan banyak kaum wanita yang masih
Untuk melalui rangkaian siklus hidup ini benar-benar meyakini kebenaran pada hal-hal
agar tidak terjadi sesuatu hal yang berakibat yang berbau klenik dan supranatural
buruk manusia serigkali melakukan berbagai (perdukunan) Apakah ini juga merupakan
upacara; Hertz dalam Koentjara-ningrat (1982) suatu indikasi bahwa kaum wanita memang
menganggapnya sebagai bentuk upacara lebih percaya pada hal-hal yang bersifat
inisiasi. Praktek kehamilan adalah salah satu tahayul dan berbau mitos?. Hal inilah yang
bentuk inisiasi, maka dari itu wajarlah bila perlu dikaji lebih jauh dalam berbagai
dalam rangkaian kehamilan masyarakat itu penelitian.
jadi penuh dengan praktek ritual, sesaji dan Namun diakui atau tidak, bukti-bukti
pantangan-pantangan yang diyakini ma- menunjukkan sebagaimana dilaporkan Yusuf
syarakat bila tidak dilaksanakan akan dapat (1992) dalam penelitianya tentang dukun bayi
berakibat buruk baik pada bayi yang akan di di daerah Aceh, ia melaporkan bahwa
lahirkan dan juga bagi si ibunya sendiri. Maka seringkali kaum wanita yang sedang hamil
dalam proses kehamilan ini seringkali muncul merasa terjadi kelainan terhadap kehamilanya.
praktek ritual dan berbagai macam tabu dan Kelainan itu disebabkan paling tidak oleh dua
larangan. hal: (1) karena kesibukanya, sehinga
Bentuk upacara-upacara seperti itu, menyebabkan kelelahan, dan (2) berhubungan
menurut Van Gennep, masih dalam dengan kepercayaan dengan dunia gaib. Masih
Koetjaraningrat (1982), mungkin yang paling menurut Yusuf (1992) para wanita hamil itu
tua yang dilakukan dalam masyarakat dan kemudian untuk menghindari dari pengaruh
kebudayaan manusia. Tidaklah aneh bila dunia gaib mereka melakukan perawatan
dalam kehidupan manusia; yaitu dalam proses preventif yang di tempuh oleh mereka melalui
kehamilan banyak sekali mitos dan tabu yang 2 cara pula, yaitu: (1) kenduri kehamilan, dan
harus dijalani oleh sang ibu maupun suaminya. (2) meninggalkan pantangan tertentu. Hal ini
Padahal sebagaimana dinyatakan oleh sejalan dengan komentar Kartini Kartono,
Saptandari (1998), bahwa bentuk-bentuk tabu yang menjelaskan juga, bahwa kehamilan mau
bagi wanita hamil itu tidak selamanya tidak mau banyak diwarnai oleh kepercayaan
kondusif bagi kesehatan, sebagai contoh; tabu dan keyakinan tradisional daerah masing-
untuk makan-makanan tertentu acapkali masing.
menyebab-kan malnutrisi bagi diri si ibu Namun elemen pokok yang umum
maupun bayi yang dikandungnya. Berbagai adalah setiap wanita hamil selalu merasa
tabu yang ada itu terkadang bila dicermati ketakutan dan percaya pada hal-hal tahayul,
Sedang bagi wanita terpelajar dalam preferensi dan resistensi pelaksanaan
kebudayaan modern, masih banyak juga yang kearifan lokal (local wisdom) itu
mengalami ketakutan (dalam masa 2. Sejauhmana keyakinan mitos dan tabu itu
kehamilannya), yang bersumber dari rasa-rasa kondusif untuk kesehatan ibu hamil?. Dan
bersalah dan berdosa yang banyak bagaimana pula peran relasi jender (suami
bersemayam dalam alam ketidak-sadaran istri) dan intervensi keluarga (orang
mereka. Bahkan banyak juga wanita terpelajar tua/mertua) turut memberi apresiasi dan
yang biasanya sama sekali tidak percaya pada resistensi tentang hal-hal seprti itu?.
tahayul, justru setelah dirinya hamil lalu ikut-
ikutan mengembangkanya (Kartini Kartono, Dari masalah dan uraian di atas, nyatalah
1986). bahwa penelitian ini bertujuan(1) Mengetahui
Berdasarkan uraian diatas dan beberapa apresiasi kaum wanita (ibu hamil) dalam
temuan awal para peneliti terdahulu, maka atas memaknai mitos dan tabu hamil yang masih
dasar itulah, penulis ingin mengetahui ada dan dipraktekkan oleh sebagian
apresiasi, prefensi dan resistensi apa yang masyarakat Melayu di daerah Riau. Dan
menyebabkan banyaknya kaum wanita melihat perbedaan status sosial wanita dalam
meyakini mitos dan tabu dalam masa bentuk preferensi dan resistensi pelaksanaan
kehamilan. Sementara itu, harus diakui bahwa kearifan lokal (local wisdom) dalam praktek
tulisan dan hasil penelitian yang khusus tabu kehamilan masyarakat Melayu; dan (2)
mengambil topik berkaitan dengan mitos dan Mengidentifikasi dan mengetahui peran relasi
tabu hamil dirasakan masih sedikit, kalaupun jender (suami-istri) dan intervensi keluarga
ada masih merupakan cuplikan dari berbagai (orang tua-mertua), dalam konteks pendidikan
hasil penelitian dan tulisan lain yang tidak informal, yang turut mewarnai apresiasi dan
benar-benar memfokuskan pada masalah yang resistensi wanita dalam praktek kehamilan ibu.
dimaksud, sebutlah misalnya Sianipar (1992)
Saptandari, (1996), Lola Wagner dan Yatim
(1997), Hidir (2000), serta Simanjuntak METODE
(2000). Penelitian ini termasuk kajian sosio-
Tulis-tulisan itu lebih memfokuskan antropologis dengan pendekatan kualitatif
pada seksualitas, peran dukun bayi, kesehatan yang memfokuskan pada analisis pemahaman
reproduksi, dan perdukunan. Penelitian- (empati). Caranya adalah dengan berusaha
penelitian itu tidak benar-benar memfokuskan memahami makna mitos dan tabu serta bentuk
pada kajian mitos dan tabu pada masyarakat. intervensi dan relasi jender serta keluarga
Dari alasan pemilihan masalah dan latar dalam memahami dan menjalankan berbagai
belakang sebagaimana diuraikan di atas, mitos dan tabu hamil dari 51 reponden.
nyatalah bahwa penelitian ini khusus mengkaji Data yang dihasilkan berupa data
masalah mitos dan tabu dalam masyarakat deskriptif yang berasal dari subyek yang
berkaitan dengan kehamilan wanita. Maka diteliti (emic), dengan tujuan untuk
kajian utama dari pertanyaan penelitian, menemukan dan memerikan sistem
adalah: pengetahuan dan sistem perilaku berdasarkan
1. Sejauhmana apresiasi kaum wanita (ibu ukuran dan persepsi mereka sendiri dalam
hamil) dalam memaknai mitos dan tabu memaknai, meyakini dan menjalankan
hamil yang masih diyakini dan berbagai mitos dan tabu hamil. Selanjutnya
dipraktekkan masyarakat?. Serta apa dilakukan interpretasi oleh peneliti (etic) untuk
sebenarnya makna kearifan tradisional dituangkan dalam penulisan laporan.
(local wisdom) yang melatar-belakangi Lokasi penelitian ditentukan secara
motif mitos dan tabu itu tercipta dalam purposive di wilayah Kecamatan Singingi
masyarakat Melayu?. Apakah terdapat Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
perbedaan status sosial dalam bentuk Asumsi dasar pemilihan Kecamatan Singingi
adalah karena suku Melayu merupakan Selanjutnya di dalam analisa data di-
mayoritas penduduk desa ini; dan Kecamatan gunakan pendekatan dialogical interpretation,
Singingi termasuk daerah sub urban dari hasil yaitu suatu dialog antara pemahaman emic
pemekaran Kabupaten Indragiri Hulu dan kini dengan pemahaman etic untuk memahami
merupakan hinterland bagi Kota Taluk gejala yang ditemui di lapangan. Dari dialog
Kuantan Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi. itu akan dihasilkan negotiate meaning untuk
Selain itu diyakini masyarakatnya kini tengah kemudian dituangkan dalam bentuk laporan.
mengalami transisi antara nilai tradisional ke Teknik analisis data menggunakan teknik
arah modern. Banyak dibicarakan bahwa analisis mengalir (flow model of analysis).
daerah ini dikenal sebagai daerah asal
penghasil „orang-orang sukses‟ di Pekanbaru,
baik di kalangan birokrat, akademis, maupun HASIL dan PEMBAHASAN
swasta. Sumber Data primer diperoleh dengan Mitos dan tabu yang masih ada dan
melakukan wawancara mendalam dengan para dipraktekkan di kalangan masyarakat Melayu
wanita hamil atau yang kini masih punya anak di wilayah Singingi Hilir, dalam uraian berikut
balita. ini dipisahkan menjadi 2 bagian; pada ibu
Pengumpulan data dilakukan langkah: yang sedang menjalani kehamilan dan pada
1. Melakukan pengamatan dan wawancara tak ibu yang telah melahirkan/memiliki anak
berstruktur dengan Kepala Desa, Pimpinan balita. Pada dua bagian tersebut disinggung
Puskesmas, Bidan desa, dan Kader mitos/tabu yang bersifat anjuran dan larangan.
Posyandu untuk mengenal berbagai budaya Pada ibu hamil terdapat beberapa mitos
yang tumbuh di dalam masyarakat; Mencari tentang kehamilan yang masih diyakini dan
jumlah wanita hamil yang berkunjung ke dipraktekkan, antara lain:
Puskesmas, Posyandu/Bidan desa dan (1) kepercayaan adanya mahluk halus yang
Polindes serta jumlah wanita pemilik balita; mengganggu ibu hamil mengharuskan
nantinya akan dijadikan key informan selain bagi ibu hamil, terutama saat bepergian
beberapa tokoh masyarakat. Dengan alasan membawa gunting, pisau, atau bawang
mereka cukup memahami dan mengetahui yang ditusuk dengan jarum atau peniti.
budaya dalam praktek kehamilan di dalam Diyakini bahwa benda-benda tersebut
masyarakatnya. mempunyai makna yang dapat melindungi
2. Melakukan penjajakan dan penseleksian ibu hamil dari pengaruh jahat mahluk
calon subyek penelitian yang akan halus;
diwawancarai. Fokus penelitian diarahkan (2) ibu yang tengah hamil dianjurkan untuk
pada wanita hamil terutama hamil anak bekerja sedikit berat terutama menjelang
pertama dan wanita pemilik bayi dan balita hari H persalinannya. Namun kepercayaan
anak pertama. Dengan asumsi mereka ini kadang disalahartikan oleh sebagian
masih ingat dan masih menjalani berbagai masyarakat. Banyak kaum ibu bekerja
ritual mitos dan tabu kehamilan. untuk pekerjaan yang agak berat dan
3. Selanjutnya informan kunci yang telah kurang istirahat dalam masa hamil muda,
ditetapkan sebagai subyek penelitian sehingga menurut hemat peneliti akan
diwawancarai secara mendalam. sangat berbahaya bila mereka bekerja
seperti itu karena akan berakibat pada
Jumlah subyek penelitian tidak dapat
kelelahan fisik dan keguguran;
ditentukan sejak awal. Terlebih dalam
(3) Sedapatnya-dapatnya ibu hamil tidur di
penelitian kualitatif jumlah subyek bukan
ranjang yang di bawahnya di simpan
merupakan syarat utama. Semuanya berjalan
arang panas, supaya ibu hamil
secara alami mengikuti prinsip bola salju,
pinggangnya menjadi kuat;
peneliti sebagai instrument penelitian.
(4) kepercayaan lain, adalah para ibu hamil
wajib menggunakan pilis yang dioleskan
di keningnya, gunanya supaya tidak Kesulitan dalam proses persalinan juga
pusing dan darah putih tidak naik ke atas. dikuatirkan terjadi bila ibu hamil melanggar
Bila ibu hamil mengalami keputihan atau pantang menutup lubang (lubang semut,
gatal-gatal akibat jahitan di vagina/jalan misalnya). Padahal faktanya, menurut Larasati
keluar persalinan maka dianjurkan (2009) sulitnya persalinan bukan ditentukan
merendam bagian yang dijahit itu dalam hal itu. Seperti kita tahu, proses persalinan
rendaman daun sirih. tergantung pada 3P (power, passage,
passanger). Proses persalinan bisa berjalan
Sejalan dengan anjuran ada pula
lancar jika ketiga komponen tersebut dalam
„pantang larang‟ orang Melayu bagi ibu
kondisi baik. Ukuran bayi (passanger) tak
hamil/melahirkan artau memiliki anak balita.
terlalu besar agar bisa melalui jalan lahir
Pada hakekatnya yang dimaksud dengan
(passage). Didukung oleh konstraksi (power)
„pantangan‟ orang Melayu adalah semua yang
yang teratur dan efektif sehingga mampu
ditabukan, dibenci, dan harus dijauhi, karena
membuka jalan lahir.
dapat menimbulkan hal-hal yang buruk; bukan
Bila disimak secara mendalam
saja bagi pelakunya tetapi lebih jauh dapat
tampaklah bahwa „pantang-larang‟ ini
merugikan masyarakat banyak. Pantang larang
hakekatnya mengandung unsur-unsur
ini diyakini berdasarkan „kepercayaan
pendidikan, karena setiap pantang larang itu
tradisional‟ yang diwarisi turun temurun yang
mengandung makna yang dalam dan dapat
dapat menimbulkan berbagai sanksi. Misalnya,
ditafsirkan secara luas. Sanksi-sanksi yang
seperti pantang-larang yang banyak berlaku di
diterapkan, umumnya bersifat umum dan
daerah Jawa, pantang membuang kuku malam
mudah dicerna masyarakat, terutama anak-
hari, sanksinya dikuatirkan bayi berumur
anak mereka.
pendek; pantang mengupas tebu malam hari,
Pantang larang ini hakekatnya
dikuatirkan pendek umur.
menyangkut nilai-nilai moral, yakni sifat,
Demikian pula bagi ibu hamil di
sikap dan perilaku buruk yang harus dibuang
kalangan masyarakat Melayu pantang
dan dijauhi oleh orang Melayu dan
mengucapkan kata-kata kotor dan menghina,
masyarakatnya. Sanksi pelanggarannya jauh
karena dikuatirkan anak yang akan lahir jadi
lebih besar bila dibandingkan dengan sanksi-
cacat, demikian pula pantang bagi suami yang
sanksi biasa. Itulah sebabnya orang-orang tua
istrinya sedang hamil membunuh atau
dalam kalangan masyarakat Melayu di sini
menganiaya hewan, dikuatirkan anaknya yang
akan lahir cacat. Para suami tidak boleh selalu mengingatkan anggota masyarakatnya
agar meninggalkan dan menjauhi sifat, sikap
mengusung mayat/keranda, karena dikuatirkan
dan perilaku yang dipantangkan itu. Ibu hamil
bayinya akan meninggal.
harus senantiasa berbuat baik. Ada satu
Terkait dengan makanan, mitos yang
kearifan tradisional di sini nampaknya tentang
tumbuh di kalangan masyarakat Melayu
perilaku ibu harus berbuat baik selama hamil,
selama ibu hamil dalam proses kehamilan
bahwa ibu hamil (calon atau orang tua) harus
tidak boleh banyak makan nenas, tidak boleh
senantiasa berbuat baik yang sebenarnya
banyak minum es karena dikhawatirkan anak
intinya untuk memberi contoh pada si calon
bayi akan membesar sehingga sulit saat
bayi untuk senantiasa berbuat baik bila kelak
persalinan. Pada masa kehamilan, ibu hamil
dewasa.
pantang makan makanan yang pedas, karena
Pada ibu melahirkan, mitos dan tabu
diasosiasikan juga akan berpengaruh pada
juga masih menyelimuti kegiatan pada prosesi
kondisi bayinya. Makanan lain yang dipantang
penguburan ari-ari sebelumnya diberi garam,
adalah makan nangka (gulai) karena perut
cabe, dan bumbu masak lainnya serta jarum
anak/bayi akan kembung. Ibu hamil tidak
dan benang dibungkus kain putih. Maknanya
boleh banyak makan telur, anak akan bisul (hal
bila sudah besar si anak (perempuan) akan
ini nampaknya ada benarnya karena telur
pandai memasak dan menjahit, sedangkan
banyak mengandung albumen).
untuk yang anak (laki-laki) diberikan kertas, Satu kepercayaan yang masih tumbuh di
pinsil, dan alat-alat tulis lainnya dan kelak jika kalangan mereka bahwa anak kecil/bayi yang
besar nanti anak pandai mencari ilmu dan sering menangis adalah karena diganggu oleh
pandai bekerja. roh halus atau karena kelaparan. Maka bila
Potongan tali ari-ari bayi biasanya situasi itu muncul mereka sering memberi
disimpan oleh ibunya, gunanya untuk makan bayinya dengan olesan madu, walaupun
menolong anak/bayinya bila sakit/demam. belum berusia 2-3 bulan. Tampaknya mereka
Carnya potongan ari-ari yang sudah mengering tidak tahu akibat pemberian olesan madu
itu direndam dengan air putih untuk kemudian masih terlalu dini, disamping madu tersebut
diminumkan pada sang bayi. Bila anaknya patut dipertanyankan kebersihannya juga akan
kembar tali ari-ari itu keduanya direndam berpengaruh terhadap pencernaan bayi.
dengan air putih, kemudian diminumkan pada Mitos dan tabu sekitar kematian ibu
kedua anaknya yang kembar, agar bila sudah hamil sangat dipengaruhi dengan ajaran Islam,
besar mereka akur dan tidak berkelahi terus. bahwa bila si ibu meninggal dalam proses
Makna pemberian garam pada ari-ari melahirkan dianggap mati sahid dan akan
agar kelak anak tidak melupakan tugas rumah masuk surga. Sementara bila meninggal dalam
tangga (bagi wanita) dan kepala rumah tangga masa kehamilan, mereka meyakininya dengan
(bagi laki-laki), serta jangan lupa pada asalnya kepercayaan akan menjadi kuntilanak bila si
sehingga bila sudah berhasil kelak tidak jadi ibu ketika meninggalnya dalam keadaan tidak
orang yang sombong, sebagaimana keadaan baik, tetapi bila dalam keadaan baik dan
garam yang murah dan tidak berharga itu. tengah sakit sama dengan kepercayaan di atas,
Selain itu juga makna pemberian garam yaitu akan masuk surga.
menurut hemat peneliti adalah bermanfaat juga Sedangkan kepercayaan untuk anak/bayi
untuk penguburan ari-ari, supaya janga berbau yang mengalami kematian, mereka
dan juga mengandung antiseptik. menganggap bahwa bayinya belum punya
Mitos yang paling diyakini oleh sebagian dosa dan tidak bersalah, maka kematian itu
masyarakat Melayu di Singingi Hilir adalah dianggap sebagai musibah dan cobaan bagi
pada air susu ibu (ASI) pertama itu yang mereka dan tidak ada kepercayaan tahayul
berwarna kuning dan agak sedikit berbau. Air lain.
susu ini dianggap adalah air susu yang basi Bagaimana apresiasi para ibu hamil di
dan kotor, maka banyak di kalangan ibu-ibu kalangan masyarakat Melayu Singingi Hilir,
membuang air susu ini (yang nota bene Kabupaten Kuantan Singingi?. Tabel 1 berikut
sebenarnya banyak mengandung kolostrum ) ini memberi gambaran apresiasi kaum ibu
dibuang secara percuma. Alasan pembuangan hamil di wilayah Singingi Hilir dalam
air susu ini diyakini, bila anak meminum air mempraktekkan mitos/tabu menurut tingkat
susu itu akan berakibat bayi akan sakit karena pendidikan.
air susu itu basi atau air susu itu milik Tabel 1 Pelaksanaan Keyakinan Mitos dan Tabu
kakaknya (placenta yang dikuburkan), maka Kaum Ibu menurut Tingkat Pendidikan
bagi si ibu berkewajiban untuk memberikan air Keyakinan dan Pendidikan / sederajat
No. pelaksanaan
susu pertamanya itu untuk kakaknya lebih terhadap SD SLTP SLTA
Total
mitos & tabu (%)
dahulu, sang adik kemudian.
Sedangkan kepercayaan untuk mem- 1. Dilaksanakan 3 4 8 15
sepenuhnya (29%)
perbanyak ASI, masyarakat meyakininya
2. Sebagian 19 5 2 26
dengan cara memakan rebusan jantung pisang,
dilaksanakan (51%)
rebusan tulang dan sumsum sapi, atau dengan
3. Tidak 4 6 0 10
memakan sayur daun katuk atau daun
melaksanakan (20%)
mangkuk. Selain itu mengkonsumsi makanan
Jumlah 26 15 10 51
yang banyak mengandung kacang juga sangat (100%)
dianjurkan dari anggapan mereka.
Sumber : Data Primer, 2013
Dari angka-angka pada Tabel 1 terlihat Masyarakat yang melek huruf lebih rasional
bahwa jumlah ibu hamil yang melaksanakan dalam memilih dan memilah bentuk
sepenuhnya keyakinan mitos & tabu di mitos/tabu yang mereka jalani. Preferensi
kalangan masyarakat Melayu mencapai 15 mereka lebih pada common sense dan logika
responden atau 29%; diantaranya 8 responden yang mereka anggap benar. Sedangkan
berada pada tingkat pendidikan SLTA resistensi mereka lebih pada mitos dan tabu
sederajat. Bagian terbesar 26 orang dari 51 yang tidak masuk akal akan mereka tinggalkan
responden hanya melaksanakan mitos/tabu walaupun secara psikologis mereka belum
sebagian saja (ada yang diabaikan dan ada sepenuhnya mampu meninggalkan tentang
yang diperhatikan) mencapai separuh jumlah kebenarannya.
responden atau 51%. Pelaksanaan mitos dan Selanjutnya bagaimana pula kaitannya
tabu itu hanya yang mereka nilai penting saja; antara peran relasi jender dalam pelaksanaan
didominasi oleh mereka yang berpendidikan keyakinan mitos dan tabu itu; untuk hal itu
SD sederajat. Sementara 20 % kaum ibu hamil dapat dilihat pada Tabel 2
di wilayah itu sudah tidak menjalankan mitos- Tabel 2 Preferensi Intervensi Keluarga dalam
mitos tersebut. Mereka yang sudah tidak lagi Pelaksanaan Keyakinan Mitos dan Tabu
menjalankan mitos/tabu itu sebagian besar Kaum Ibu menurut Tingkat Pendidikan
atau dominan ada pada mereka yang No
Preferensi Pendidikan
berpendidikan SLTP sederajat. pelaksanaan
terhadap mitos SD SMP SLTA Total/%
Dari angka-angka itu dapat diartikan Sede- Sede- Sede-
dan tabu
tingginya tingkat pendidikan tidak rajat rajat rajat
berpengaruh terhadap perubahan sikap 1. Pribadi murni 4 4 2 10
(20%)
terhadap keyakinan dan pelaksanaan terhadap 17
mitos dan tabu. Arti seperti itu tentu masih 2. Intervensi 8 5 4
(33%)
suami
sangat sederhana dan tidak diukur validitasnya
3. Intervensi 7 6 4 17
secara statistikal melainkan hanya sebaran (33%)
keluarga
angka-angka.
(orangtua/
Secara umum mereka yang masih taat mertua)
menjalankan ritual-ritual ini tidak terkait 2
4. Kombinasi 2 - -
secara langsung dengan status sosial ekonomi 1+2
(4%)
(terutama pendidikan). Ini dibuktikan dari 5
5. Kombinasi 5 - -
sebaran tingkat pendidikan yang dimiliki (10%)
1+3
dengan keyakinan dalam menjalankan mitos- 51
mitos tersebut. Sebaran itu merata pada Jumlah 26 15 10 (100%)
mereka yang masih menjalankan, sebagian Sumber : Data Primer, 2013
menjalankan dan yang tidak menjalankan
sama sekali. Dari sajian data di atas terlihat bahwa
Apreasinya kaum ibu hamil tetap dalam pelaksanaan keyakinan mitos dan tabu
menjalani serangkaian mitos dan tabu itu antara mereka yang melakukan karena
walaupun dalam pikiran mereka sudah tidak kesadaran pribadi 20% atau 10 responden.
rasional lagi. Secara psikologis merekapun Angka tertinggi di pengaruhi oleh suami dan
masih merasa takut bila benar2 tidak orang tua/mertua yaitu masing-masing 17%.
menjalankan mitos dan tabu itu. Artinya Dominasi keluarga (suami maupun orang
mereka jalani hanya sebatas ritual saja tanpa tua/mertua) menunjukkan peran besar dalam
ada keyakinan yang 100 % mereka anggap menentukan pelaksanaan keyakinan mitos dan
benar. Hanya sebagian kecil yang benar2 sdh tabu di kalangan masyarakat Melayu Singingi
tidak melakukan praktek tsb. Hilir. Relasi jender ini membuka peluang bagi
Secara umum ada perbedaan status sosial intervensi terhadap perbaikan pelaksanaan atau
dalam pelaksanaan mitos dan tabu tsb. praktek-praktek mitos/tabu yang tidak tepat.
Misalnya pada contoh membuang air susu ibu masyarakaat yang lebih terfokus sehingga
yang pertama yang diyakini basi atau untuk pada gilirannya dapat dikaji langkah-langkah
„adik‟ bayi dalam bentuk ari-ari adalah keliru; positif kritis atas mitos/tabu pantang larang
oleh karena nya harus diedukasi melalui suami yang tidak tepat dan tidak kondusif. Mitos dan
dan atau orang tua/mertua. tabu yang sudah tidak kondusif dari sisi
kesehatan diperlukan pembinaan dan edukasi
terhadap masyarakat. Hal ini sangat penting
SIMPULAN mengingat keterbatasan asupan nutrisi atau
Dalam proses kehamilan, kelahiran dan malnutrisi bagi ibu hamil akan memberi
kematian manusia, ketiganya itu dianggap dampak pada kualitas generasi muda di masa
sebagai kejadian yang penuh misteri dan mendatang.
mistis. Oleh karena kejadian-kejadian itu Upaya-upaya edukasi itu perlu
dianggap masih penuh misteri, maka tabu, melibatkan keluarga ibu hamil termasuk
pantangan dan mitos yang melatarbelakangi suami dan orang tua/mertua yang dominan
kejadian itupun masih ada. Untuk mengatasi memberi pengaruh terhadap ajaran mitos/tabu
kegundahan karena unsur misteri dan mistis dan pantang larang secara selektif.
diciptakanlah aturan yang menenteramkan
dalam bentuk anjuran dan pantangan. Bentuk DAFTAR PUSTAKA
anjuran, yang dituruti meskipun kadang hanya Achmad Hidir, 1996. Konsep Sehat dan sakit:
menjangkau common sense; pula pantang- Sistem Pengobatan Masyarakat Melayu
larang, yang hakekatnya bagi masyarakat Kuantan di Pekanbaru, Makalah
Melayu menyangkut nilai-nilai moral atau Seminar Budaya Lokal dan Etnografi,
sikap & perilaku buruk yang harus dibuang PPs Universitas Airlangga Surabaya:
dan dijauhi, masuk dalam praktek kehidupan tidak diterbitkan.
ibu hamil/menyusui atau memiliki anak balita. ______, 2000. Morbilitas Balita di Kabupaten
Apresiasi kaum ibu hamil dalam Kampar, Pusat Penelitian
masyarakat Melayu di Singingi Hilir, Kependudukan Lembaga Penelitian
Kabupaten Kuantan Singingi ditemui sejumlah Universitas Riau, Pekanbaru: tidak
ibu hamil yang melaksanakan sepenuhnya diterbitkan.
keyakinan mitos & tabu mencapai kurang dari
30%, ada kaum ibu hamil yang melaksanakan Agus Suprijono, 1998. Akik dalam kehidupan
sebagian saja yang dianggap penting, ini Masyarakat Surabaya, Tesis Magister,
mencapai 51%, sedangkan sisanya 20% sudah Program Pascasarjana, Universitas
tidak menjalankan mitos/tabu tersebut. Airlangga, Surabaya: tidak diterbitkan.
Menurut tingkat pendidikan, sekolah dasar
tercatat angka yang lebih mendominasi Djumhur, 1977. Pengantar Ke Antropologi
daripada tingkat pendidikan SLTP dan SLTA Budaya, Bandung: PT. Dirgantara.
yang masih mempraktekkan, tidak James Dananjaya, 1994. Folklor Indonesia,
mempraktekkan maupun hanya sebagian Jakarta: Grafiti Press.
mempraktekkan pantang larang itu.
Intervensi keluarga (terutama suami, Kartini Kartono, 1986. Psikologi Wanita;
orang tua/mertua) memiliki peran besar dalam Wanita Sebagai Ibu dan Nenek,
menentukan pelaksanaan keyakinan mitos dan Bandung: PT Alumni Bandung,
tabu di kalangan masyarakat Melayu Kuantan Koentjaraningrat, 1982. Sejarah Teori
Singingi. Antropologi (1), Jakarta: UI Press.
Bertitik tolak dari situasi pada alinea
simpulan dapat disarankan (1) perlu penelitian Larasati, Sekar D., 2009. Menjawab mitos-
lanjutan yang lebih komprehensif untuk mitos seputar masalah kehamilan dan
mengidentifikasi mitos dan tabu pada kalangan bayi anda Yogyakarta: Luna Publisher,
ISBN: 978-979-1707-38-3
Lola Wagner dan Danny Irawan Yatim, 1997.
Seksualitas di Pulau Batam, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Saptandari, Pinky, 1996. Gender dan Masalah
Kesehatan Wanita, dalam Bagong
Suyanto dan Emmy Susanti (eds),
Wanita dari Subordinasi dan
Marjinalisasi menuju ke Pemberdaya-
an, Surabaya: Airlangga University
Press
Sianipar, Alwisol, T dan Yusuf, Munawir
1992. Dukun, Mantra dan Kepercaya-
an Masyarakat, Jakarta: PT Grafika
Jaya.
Simanjuntak, Harapan, 2000. Wanita dan
Perdukunan di Daerah Riau, DP3M
Ditjen Dikti Depdikbud.
Tenas Effendy, 2004. Ejekan dan Pantangan
Terhadap Orang Melayu, Diterbitkan
atas kerjasama Dinas Pendidikan
Provinsi Riau dan Lembaga Adat
Melayu Riau, Pekanbaru: Unri Press.

You might also like