Professional Documents
Culture Documents
❏ Ni Ketut Alit Ida Setianingsih, I Made Netra, Kajian Psikolinguistik Bahasa Skizofrenik: Studi Kasus
I Gst. Ngurah Parthama pada Rumah Sakit Jiwa Bangli
Abstract
The result of the analysis showed that (1) a) such stages of language production as
conceptualization, formulation, articulation, and self-monitoring were differently used by
the patients. The emergency patient failed to use those stages of language production. The
semi-emergency patients were able to make use of those stages of language production
inconsistently. Meanwhile, the quite patient was able to use those stages of language
production relatively consistently; b) the schizophrenic language was comprehended
through phonetic and phonological, morphological, syntactic, and text units. The emergency
patient failed in using those units of language comprehension. Therefore, the utterances
produced were not properly structured and coherent. The semi-emergency patient used
those units of language comprehension inconsistently through out the whole conversation.
The quiet patient used those units of language comprehension relatively more consistently
(2) generally, schizophrenic behavior included association obstacles resulting in sudden
change and unclear concepts. Schizophrenic behavior was actually that of the self-
expression of which language was in a high linguistic level, semantics and pragmatics.
Schizophrenic behavior was unique, eccentric, full of metaphor, and neologism.
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009
dengan alat bantu berupa tulisan-tulisan atau teori- mengandung bunyi, akan tetapi bunyi-bunyi yang
teori yang relevan. Disamping itu metode lain dikeluarkan PS tersebut sebagian tidak bersistem.
yang juga akan diimplementasikan adalah metode Oleh karena itu, terjadi kekacauan dan kekaburan
agih yang alat bantunya justru bagian dari bahasa sistem bunyi dan bahasa, sehingga ujaran yang
yang dihasilkan oleh informan skizofrenia. Teknik dikeluarkan oleh PS pun tidak karuan. Hal ini
dasar yang dipakai dalam analisis data yaitu teknik ditunjukkan oleh data dimana ketika peneliti
pilah unsur-unsur penentu (Sudaryanto 1986). menanyakan asal PS, maka PS menjawabnya
dengan tangisan dan bahkan ngomong tidak
2.3. Metode dan Teknik Penyajian Hasil karuan. Kata yang diujarkan PS pun tidak karuan
Analisis data pada saat PS merespon pertanyaan peneliti pada
Untuk menyajikan hasil analisis data, bagian awal percakapan cenderung tidak
dipakai metode informal, yakni metode penyajian berstruktur. Pola kanoniknya cenderung diabaikan
hasil analisis data yang dilakukan dengan begitu saja. Namun setelah itu kata-kata yang
menggunakan kata-kata biasa yang rinci dan dijarkan PS sedikit demi sedikit sudah
terurai atau deskriptif. Metode ini dilakukan untuk menunjukkan wujud nyatanya. Pada saat PS
memperoleh laporan atau hasil analisis data yang menangis dan ngomong tidak karuan, ujaran PS
lengkap dalam penelitian ini. Adapun teknik yang menjadi tidak mencerminkan dan cenderung
akan diterapkan untuk membantu metode di atas mengabaikan aspek sintaksisnya. Artinya, telah
adalah teknik penambahan, substansi atau terjadi kekacauan struktur frase dan struktur
penggantian dan paraphrase (Sudaryanto 1993: kalimat dari ujaran yang diproduksi oleh PS.
36). Namun setelah beberapa saat berlalu, walaupun
sambil menangis, PS telah mampu membuat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN struktur sintaksis yang lebih bagus, seperti
3.1 Bahasa Skizofrenik Pasien Gundah Gelisah misalnya struktur kalimat pasif yang dimarkahi
Dari sudut pandang produksi bahasa, dengan kalina “ditinggal”. PS telah menunjukkan
sejalan dengan Chauchard (1983:80), pasien bahwa PS memakai bahasa dengan unsur-unsur
skizofrenik gundah gelisah ini tampak memroduksi linguistik tinggi, seperti pragmatik. Pragmatik di
bahasa secara bebas. Perhatikan contoh berikut: sini diartikan sebagai penggunaan bahasa yang
didasarkan pada konvensi budayanya. Misalnya,
1) P : Uli dija pak? PS mengungkapkan ngidih yeh dik “minta air
“Dari mana Pak?” sedikit”. Secara pragmatik dan konvensi budaya,
PS : (nangis tersedu-sedu sambil ngomong tidak ada orang normal sekalipun yang
tak karuan), tiang kalina ngalih gae, mengatakan ujaran minta air banyak, walaupun
bapak kalina ngalih gae, kaline ngalih kenyataannya orang tersebut minta air banyak
gae, ngidih yeh dik… yang digunakan untuk mencampur semen dan pasir
“Saya ditinggal bekerja, bapak ataupun menyiram tanaman yang luas. Akan
ditinggal kerja, ditinggal kerja. Minta tetapi dari sudut pandang teks, respon yang
air sedikit!...” diujarkan PS tidak pernah nyambung atau koheren.
P : nah, nah, ketengah malu, ketengah Dengan kata lain, ujaran yang diujarkan PS asal
malu, baange nyen yeh… keluar saja secara bertubi-tubi tanpa bisa direm
Ya, ya, masuk dulu, ke dalam dulu, dan tanpa makna sehingga tidak bisa dikatakan
saya beri air… bahwa ujaran tersebut merupakan jawaban atas
PS : nengil malu, ngidih yeh bedik. pertanyaan peneliti.
Diam dulu, minta air sedikit.
P : nah, nah, minum malu …(tanpa 3.2 Perilaku Skizofrenik Pasien Gundah
memberi air) Gelisah
Ya, ya, minum dulu…. Perilaku skizofrenik bisa dilihat berdasarkan
unsur-unsur bahasa yang digunakan oleh PS.
Data 1) di atas menunjukkan bahwa PS Percakapan pada data 1) di atas menunjukkan
tidak memperhatikan dan memakai tahapan- bahwa PS merespon pertanyaan peneliti dengan
tahapan produksi bahasa yang dipakai oleh tangisan. Ini berarti bahwa perilaku PS
manusia pada umumnya yang menyangkut menunjukkan perilaku skizofrenik karena
konseptualisasi, formulasi, artikulasi, dan menyangkut gangguan psikosa fungsional. Oleh
monitoring. Walaupun demikian ada beberapa hal karena itu, secara tekstual, telah terjadi disharmoni
yang bisa dipahami dari bahasa skizofrenik pasien dalam percakapan itu dimana bahasa atau ujaran
gundah gelisah, yaitu Secara fonetik ujaran PS, yang dikeluarkan PS tidak koheren atau
baik pada tataran kata, frase, maupun kalimat nyambung. Dengan demikian, perilaku skizofrenik
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009
pasien gundah gelisah merupakan perilaku yang demikian, artikulasi yang berupa respon terhadap
menyangkut masalah yang berkaitan dengan pertanyaan peneliti dengan lugas dapat dilakukan,
gangguan hakekat simbolisnya, yaitu signifikasi dan bahkan konsep-konsep yang berupa jawaban
antara ujaran dan makna yang diacu sebagai akibat atas pertanyaan peneliti dapat dijawab dengan
penggunaan bahasa. PS yang bahasanya sempurna. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan
mengandung gangguan asosiasi yang PS yang tidak setuju atas pernyataan atau ujian
mengakibatkan ketidakjelasan konsep pikiran peneliti yang mengatakan bahwa Tegal Tugu itu
sehingga mengandung kegagalan dalam konsep. ada di daerah Gili Manuk. PS mengatakan dengan
tegas bahwa Tegal Tugu itu ada di daerah Gianyar,
3.3 Bahasa Skizofrenik Pasien Semi Tenang dan bahkan dengan lugas PS dapat menunjukkan
Pemroduksian bahasa pada pasien semi arah Tegal Tugu tersebut dengan maksud
tenang sudah sedikit mengarah pada pemakaian meyakinkan Peneliti bahwa pendapatnya tentang
tahapan-tahapan pemroduksian bahasa, seperti keberadaan Tegal Tugu adalah benar.
yang diungkapkan oleh Scovel (2002), tahapan- Pada tahapan Monitor, PS dapat
tahapan konseptualisasi, formulasi dan artikulasi, memakainya dengan baik. Artinya, PS selalu
dan monitor. Akan tetapi, Pemakaian tahapan- melakukan evaluasi terhadap artikulasi atau
tahapan pemroduksian bahasa ini cenderung belum ujarannya. PS bahkan telah mampu mengontrol
sempurna. Terkadang masih sama seperti pasien pikirannya. Hal ini ditunjukkan pada saat PS
gundah gelisah yang terutama terjadi di tengah- menjawab pertanyaan dengan kalimat retorika,
tengah percakapan. Pada awal percakapan dengan yaitu Sabtu mangkin tan? “Sabtu sekarang,
si pasien semi tenang ini, PS kategori ini bukan?” yang berarti bahwa PS merasa yakin
menggunakan tahapan-tahapan tersebut dengan kalau hari ini adalah hari Sabtu.
sempurna. Berikut adalah contoh pemakaian Selain dari pada itu, PS semi tenang ini
tahapan-tahapan pemroduksian bahasa oleh PS terkadang tidak mampu memakai tahapan-tahapan
dengan sempurna yang terjadi di bagian awal pemroduksian bahasa dengan baik. Dengan kata
percakapan: lain, PS gagal menerapkan tahapan-tahapan yang
dimaksud, seperti terlihat dalam contoh berikut.
2) P : Nyen adane?
“Siapa namanya?” 3) P : Ba ngaben?
PS : Jaya nika, Pageh Jaya “Sudah diaben”
“Jaya, Pageh Jaya” PS : Tan uning tiang (Tiba-tiba dananya
P : Inget jani, hari apa jani? ketus sekali), ampun ja asane.
“Ingat ngak sekarang hari apa?” (DIAM) keto kejadiane, tiang nak tan
PS : Sabtu mangkin tan? marasa gen gelema, karena tiang ane
“Sabtu sekarang, bukan?” malunan nika di bilang sakit, turus
P : Yen sabtu jumah ngenken biasane? muspa lantas
“Kalau Sabtu dirumah mengerjakan apa “Tidak tahu saya (tiba-tiba nadanya
biasanya?” ketus sekali). Sudah kayaknya. (DIAM)
PS : Tiang nak megae tiang begitulah kejadiannya, saya merasa
“Saya kerja pak” tidak sakit sebenarnya, karena yang
dulu saya dikatakan sakit, terus saya
Data 2) di atas merupakan penggalan sembahyang
pada bagian awal dari percakapan panjang antara
peneliti dengan pasien skizofrenik dengan kategori Data 3) di atas merupakan penggalan di
semi tenang. Data di atas menunjukkan bahwa PS tengah-tengah percakapan. Data 3) di atas
semi tenang dengan sempurna mengunakan menunjukkan bahwa kegagalan PS memakai
tahapan-tahapan pemroduksian bahasa, yakni tahapan konseptualisasi, formulasi, dan monitor
tahapan konseptualisasi, formulasi, artikulasi, dan artikulasinya. PS gagal menempatkan gerakan-
monitor. Pada tahapan konseptualisasi, PS semi gerakan imagistik atau motoriknya ke dalam
tenang ini mampu menyandingkan atau konsep berpikirnya, sehingga PS gagal menjawab
menggabungkan proses berpikir yang sintaksis pertanyaan peneliti apakah orang tuanya sudah
dengan imagistik, yang berupa gerakan tubuh. PS diaben atau belum. Untuk menjawab pertanyaan
mampu menempatkan gerakan tubuh dan ini PS mengatakan tidak tahu, tetapi disusul
sejenisnya dalam satu konsep yang baik. dengan mungkin sudah. Di sini juga terjadi
Setelah dikonseptualisasi, konsep-konsep kegagalan PS dalam memformulasi konsep-
PS itu mampu diformulasikan dan konsepnya sehingga PS cenderung asal jawab dan
diartikulasikannya dengan baik sehingga dengan ujarannya asal keluar saja dari bibirnya, tanpa ada
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009
koherensi yang baik. PS juga gagal melakukan semi tenang mengalami banyak fenomena
evaluasi atau monitor terhadap artikulasinya kebahasaan yang tidak teratur secara keseluruhan,
sendiri. Terutama ketika dihubungkan penggalan semakin lama semakin kacau. Secara fonetik,
percakapan di atas dengan penggalan percakapan ujaran PS dapat dipahami bahwa bahasa
berikutnya atau bagian akhir percakapannya, skizofrenik bukanlah pada pengucapan fonem-
seperti ditunjukkan oleh contoh berikut: fonem. Sama halnya dengan pemahaman bahasa
4) P : Be makelo dadi polisi nyamanne secara fonologis, PS semi tenang awalnya data 2)
“Sudah lama saudaranya jadi Polisi?” dan 3) menunjukkan bahwa dia mampu
PS : (DIAM LAMA SEKALI) ….tenang mengucapkan ujaran yang mengikuti kaedah
tiang bin besik nak keto ane gelem- sistem bunyi. Bagaimanapun, hal semacam ini
geleman kan nak keto bingung. Tiang tidak tampak lagi pada bagian pertengahan dan
nak tenang. Kenten tiang maan akhir percakapan, seperti ditunjukkan dalam data
metaken kan polih tiang anugrah 4). Data 4) menunjukkan bahwa secara fonologi
sareng kak angku pesengane dangin PS tiba-tiba saja berbicara dengan memakai nada
umah tiange “kak angku-kak angku, yang sangat keras dan cenderung meninggi. Oleh
napi jek nguda kene setiap hari peneliti hal ini sangat bermakna lain, apalagi
alangan tiang ngah. Tiap tiang tidur kejadiannya sangat tiba-tiba. Hal ini menunjukkan
jek wenten sinar” bah ada godaan bahwa PS gagal mempertahankan sistem bunyi
berarti ketanga tiang. yang dikuasainya.
“(DIAM LAMA SEKALI)… saya
tenang, satu hal lagi memang begitu 2. Pemahaman aspek morfologi
yang sakit-sakitan kan memang begitu Sama halnya dengan aspek fonetik dan
bingung. Saya anak tenang. Begitu fonologi, aspek morfologi bahasa skizofrenik
saya pernah menanyakan. Saya kan pasien semi tenang digunakan secara tidak
dapat anugerah dari Pekak Mangku konsisten dari awal, pertengahan, sampai akhir
namanya di sebelah timur rumah saya. percakapan. Pada awal percakapan yang
Saya bilang, “Pekak mangku-pekak ditunjukkan dalam data 3), kata atau pembentukan
mangku, kenapa begini, kenapa setiap kata yang dilakukan oleh PS ini cenderung sangat
hari saya mendapatkan musibah?, tepat dan memerhatikan kaidah-kaidah yang
setiap saya tidur, ada sinar”. Pekak berlaku. Hal ini tidak terlihat pada pertengahan dan
Mangku bilang, “wah itu berarti ada akhir percakapan yang ditunjukkan pada data 4).
godaan”. Pada data 4) PS gagal mempertahankan unsur-
unsur morfologi yang dikuasainya sehingga
Data 4) di atas menunjukkan bahwa PS susunan kata yang semestinya mampu membentuk
telah gagal memformulasikan konsep berpikirnya frase tidak terjadi dan bahkan kurang
ke dalam alam bawa sadarnya, sehingga PS pun memperhatikan kaidah yang berlaku
tidak mampu memonitor atau mengontrol
ujarannya. Pada satu penggalan percakapan 3. Pemahaman aspek sintaksis pasien semi tenang
sebelumnya, PS mengatakan bahwa semua Sama halnya dengan aspek fonetik,
keluarganya sudah meninggal, PS anak tunggal fonologi, dan morfologi, aspek sintaksis bahasa
atau sendirian, di sisi lain pada data 5) skizofrenik pasien semi tenang digunakan secara
ditunjukkan bahwa PS mengatakan bahwa dia tidak konsisten dari awal, pertengahan, sampai
punya saudara yang bekerja sebagai polisi. akhir percakapan. Pada awal percakapan yang
Dari sudut pandang pemahaman bahasa, ditunjukkan dalam data 4), kalimat yang diujarkan
bahasa PS dianalisis berdasarkan bunyi, bentuk, oleh PS sangat berstruktur dan bersistem. Struktur
dan teks itu tersendiri disamping dari kontek batin kalimatnya terlihat dengan jelas
penggunaannya dengan menghubungkan bahasa direpresentasikan oleh struktur lahirnya. Akan
dengan unsur luar bahasa seperti pikiran, budaya tetapi, hal ini tidak terlihat pada pertengahan dan
dan situasi pemakain bahasa itu. Pemahaman akhir percakapan yang ditunjukkan pada data 4)
bahasa skizofrenik semi tenang dapat dijelaskan dan 5). Pada data 4) dan 5), PS gagal
sebagai berikut: mempertahankan struktur kalimat akibat struktur
frase yang kacau sehingga struktur kalimat
1. Pemahaman unsur-unsur fonetik dan fonologi menjadi sedikit kurang berstruktur.
Bahasa skizofrenik pasien semi tenang
dapat dipahami dari unsur fonetik, yaitu bunyi 4. Pemahaman aspek semantik dan pragmatik
bahasa dan unsur fonologi, yaitu sistem bunyi Pada awal percakapan pada data 3), PS
bahasanya. Mengacu pada kategori pasien, PS dengan lugas mampu bercakap-cakap dengan
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009
baik,karena respon yang diujarkannya sangat formulasi dan artikulasi, dan monitor. Lagi pula
bermakna dan mampu menjawab setiap pertanyaan penggunaan tahapan-tahapan tersebut relatif lebih
peneliti. Dalam fase ini tidak tampak adanya konsisten dari pada yang dilakukan oleh pasien
gangguan asosiasi atau psikosa fungsional pada gundah gelisah dan semi tenang. Pemakaian
PS. Bahasanya lugas dan dapat dimengerti karena tahapan-tahapan pemroduksian bahasa ini hampir
unsur-unsur fonetik, fonologi dan sintaksis dipakai sempurna. Perhatikan contoh berikut:
dengan baik. Akan tetapi, memasuki fase
pertengahan dan terakhir, seperti data 4) dan 5) 7) P : Uba nganten
pemaknaan ujaran tidak mampu dipertahankan. “Sudah menikah?”
Banyak terjadi distorsi atau kekurangnyambungan PS : ampun
atau keretakan informasi yang ditunjukkan oleh “Sudah”
ujaran PS sehingga ada beberapa pertanyaan yang P : ampun meduwe oka?
gagal dijawabnya. “Sudah punya anak?”
PS : durung. Ampun cerai tiang. Karena
3.4 Perilaku Skizofrenik Pasien Semi tenang tiang abana mriki pang pitu. Ya melaib
Pada saat berkomunikasi cenderung ke karangasem
berdiam diri atau blocking berkali-kali. Hal ini “Belum. Saya sudah cerai. Karena saya
menandakan tidak terjadinya suatu konsep dan dibawa ke sini sudah 7 kali. Dia pergi
formulasi yang baik, apalagi monitor atau ke Karangasem”
mengontrol konsep dalam ujarannya, seperti
contoh berikut: Data 7) di atas menunjukkan bahwa
tahapan-tahapan pemeroduksian bahasa, seperti
5) P : nguda ngae kamar suci? konseptualisasi, formulasi, artikulasi dan monitor
“Mengapa membuat kamar suci?” diri dengan sempurna bisa digunakan. Pada
PS : maksud tiange kenten, yen ten tiang tahapan konseptualisasi PS mampu
ngelah kamar suci, yen terus tiang menggabungkan dan mengolaborasikan gerak
kesangah mabakti biin trisandia terus tubuhnya atau proses berpikir imagistik dengan
biin mabakti kadene buduh tiang proses berpikir sintaksis. Selanjutnya, PS mampu
dadine? Pada hal tiang anak tan memformulasikan konse-konsep pikirannya dalam
buduh. Kala terus raga muspa jani, bin bentuk susunan kata-kata, frase, dan kalimat
kembali biin ke sanggah mabakti, kan dengan sistem bunyi yang dapat dimengerti
ping tiga kali nika, buduh tiang kadene, dengan baik. PS sangat responsif dalam menjawab
bah ngudiang niki pes mabkati gen setiap pertanyaan peneliti dengan gerakan tubuh
terus. (DIAM SEJENAK, MATA yang tepat dan memadai dan sangat mendukung
MEMANDANG KOSONG) … bahasa yang diujarkan. Artikulasi PS juga
menunjukkan suatu yang tidak cacat. PS mampu
Ujaran PS mengandung informasi tentang juga mengontrol percakapan. Jadi, produksi
terputusnya alur pikirnya PS sehingga percakapan bahasa skizofrenik bukan terletak pada masalah
yang terjadi tidak nyambung atau koheren, seperti fonem, melainkan pada masalah koherensi teks
contoh berikut: ujaran yang diproduksi sehingga ujarannya
menjadi bermakna dan percakapannya pun
6) P : sing nyeh atine? berjalan lancar. Dengan demikian, produksi PS
“Apakah tidak merasa takut?” tenang boleh dikatakan hampir konsisten dan tidak
PS : tan nyeh nyeh tiang. Tiang, cacat.
ngih…(DIAM LAMA) Walaupun produksi bahasa pasien tenang
Tidak pernah merasa takut saya. hampir sempurna dan tidak ada cacatnya, bukan
Ya…(DIAM LAMA) berarti unsur-unsur fonetik dan fonologi,
morfologi, sintaksis, dan teks digunakan dengan
3.5 Bahasa Skizofrenik Pasien Tenang baik pula. Hal ini terjadi pada saat terjadi
Seperti yang diungkapkan di atas bahwa gangguan asosiasi pada diri pasien.
dari sudut pandang produksi bahasa, sejalan
dengan Chauchard (1983:80) pasien skizofrenik 1. Pemahaman unsur-unsur fonetik dan fonologi
(PS) ini cenderung memroduksi bahasa sendiri Bahasa skizofrenik pasien tenang dapat
secara bebas. Bagaimanapun, pasien tenang sudah dipahami dari unsur fonetik, yaitu bunyi bahasa
menggunakan tahapan-tahapan pemroduksian dan unsur fonologi, yaitu sistem bunyi bahasanya.
bahasa seperti yang diungkapkan oleh Scovel Mengacu pada kategori pasien, PS tenang
(2002), yakni tahapan-tahapan konseptualisasi, mengalami banyak fenomena kebahasaan yang
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009
sementara pasien semi tenang menggunakan Casson, Ronald W. 1981. Language, Culture, and
tahapan-tahapan pemrodukasian bahasa secara Cognition: Anthropological Perspectives.
tidak konsisten, dan pasien tenang menggunakan New York: Macmillan.
tahapan-tahapan pemroduksian bahasa dengan
relatif konsisten; Coulthard, Malcolm. 1985. An Introduction to
Pemahaman bahasa skizofrenik berupa Discourse Analysis. England: Longman.
pemahaman unsur-unsur fonetik dan fonologi,
morfologi, sintaksis, dan teks. Pada pasien gundah Crider, Andrew. B, George R. Goethals, Robert D
gelisah, terjadi kekacauan dan kekaburan sistem Kavanauggh, dan Paul R. Solomon. 1983.
bunyi dan bentuk bahasa, serta makna secara Psychology. Dallas: Scott, Foresman and
keseluruhan, sehingga ujaran yang dikeluarkan Company.
oleh pasien skizofrenik pun tidak karuan dan tidak
nyambung. Pada pasien semi tenang, unsur-unsur Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik:
fonologi, morfologi, sintaksis, dan teks digunakan Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
secara tidak konsisten dari awal sampai akhir Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
percakapan. Pada pasien tenang, produksi bahasa
yang menyangkut unsur-unsur fonologi, Kusmanto, Joko. 2004. ”Dari Alih Kode ke
morfologi, sintaksis, dan teks digunakan secara Strategi Komunikasi’. Dalam Kongres
relatif lebih konsisten. Linguistik Tahunan Atma Jaya, Tingkat
Secara umum perilaku skizofrenik Internasional 2. Jakarta: Pusat Kajian
mengandung gangguan asosiasi yang Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.
mengakibatkan perubahan mendadak dan
ketidakjelasan dari satu konsep pikiran. Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi
Skizofrenik sejatinya mengekspresikan dirinya Komunikasi. Bandung: Remaja
dengan bahasa pada strata linguistik yang tinggi, Rosdakarya.
yaitu pada semantik dan pragmatik. Skizofrenik
adalah unik, esentrik, banyak metafora, dan Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to
neologisme. Discourse. Oxford: Blackwell.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, M. Luthfi. 2004. ”Analisis Semantik
Bahasa Skizofrenik: Studi Kasus di Rumah
sakit Jiwa Porong Lawang Malang”. Dalam
Kongres Linguistik Tahunan Atma Jaya,
Tingkat Internasional 2. Jakarta: Pusat
Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma
Jaya.
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume V No. 1 April Tahun 2009