You are on page 1of 14

KESEPADANAN PADA PENERJEMAHAN KATA BERMUATAN

BUDAYA JEPANG KE DALAM BAHASA INDONESIA :


Studi Kasus dalam Novel Botchan Karya Natsume Soseki dan Terjemahannya
Botchan Si Anak Bengal oleh Jonjon Johana

Dewi Puspitasari, Eka Marthanty Indah Lestari, Nadya Inda Syartanti


Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

E-mail: nadya.eka.dewi@gmail.com

Abstract
There are many ways that could be done to introduce unique culture of a country to
the international world; one of them is through translation works. This can be seen
through Japanese literary works, which are translated into other languages. Botchan is
one of the best literary works from Natsume Soseki that was translated into several
languages, including Indonesian language, with the title of the translation Botchan Si Anak
Bengal by Jonjon Johana. This novel tells the story about the life of Botchan, a teacher,
who faces several conflicts.
In this novel, there are many cultural terms so that when they are translated, they
would trigger some difficulties because some of the terms still do not have equivalences in
target language. The material cultural terms include foods, clothes, houses and their parts,
places, and means of transportation. They can be found in the words geisha, kimono, soba,
and so on.
This research analyzed the equivalence in the translation with the informant as the
benchmark to know whether the message in the target text is equivalent with the source
text. This method is based on dynamic equivalence concept by Nida and Taber (1974:12).
Based on the informant, the methods and techniques used by translator in maintaining the
equivalence of message were analyzed. The used theory was the translation methods for
cultural terms by Newmark (1988) and translation techniques by Catford (1965) and Hoed
(2006).
The research showed that the cultural terms were not easy to translate since they
were related to the context of culture in the source language. It can be seen from the
existing translation data showing two characteristics of equivalent translation that can be
achieved through several methods, the understanding of language and culture of source
language and target language; the use of suitable translation procedure and technique
(transference, cultural equivalence, descriptive translation, transposition, modulation,
additional explanation, and standard translation); and the right choice of word based on
the intention of the author of novel.

Keywords: translation, cultural terms, material culture, source language, target language

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerjemahan merupakan salah satu sasaran (Bsa). Dapat dicontohkan misalnya
bidang linguistik terapan yang sangat pengalihan pesan bahasa Jepang ke dalam
menarik untuk dilakukan. Kegiatan bahasa Indonesia. Pada saat melakukan
penerjemahan dilakukan untuk mengalihkan penerjemahan tidak sedikit kendala yang
pesan bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa harus dihadapi oleh penerjemah.

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 1


Salah satu kendala yang kerapkali 1.2 Rumusan Masalah
dihadapi dalam kegiatan penerjemahan Berdasarkan latar belakang yang
adalah menerjemahkan kata bermuatan telah dipaparkan di atas, maka permasalahan
budaya, misalnya kata 着物 kimono, そば dalam penelitian ini adalah :
soba, 芸者 geisha, 玄関 genkan, dan lain 1. Apakah kata bermuatan budaya Jepang
sebagainya. Hal ini sering ditemui pada sudah sepadan dengan terjemahannya di
proses penerjemahan. Untuk menanggulangi dalam teks sasaran?
kendala tersebut, penerjemah melakukan 2. Bagaimana upaya penerjemah untuk
berbagai upaya dalam mencari padanan yang mencapai kesepadanan tersebut (meliputi
sesuai. Padanan kata tersebut juga harus prosedur atau teknik penerjemahan yang
mempertimbangkan latar belakang budaya digunakan)?
bahasa sumber.
Penelitian ini bertujuan untuk 1.3 Tujuan Penulisan
menganalisis kesepadanan dalam Mengacu kepada rumusan masalah
penerjemahan kata bermuatan budaya yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini
Jepang (khususnya nomina) ke dalam bahasa bertujuan untuk menganalisis:
Indonesia pada novel Botchan karya 1. Kesepadanan kata bermuatan
Natsume Soseki dan novel terjemahan bermuatan budaya Jepang ke dalam
Botchan Si Anak Bengal oleh Jonjon Johana. bahasa Indonesia.
Dengan fokus penelitian, yaitu istilah 2. Upaya penerjemah dalam mencapai
kebudayaan material yang terdiri dari kesepadanan pesan (meliputi prosedur
makanan, minuman, alat-alat transportasi, atau teknik yang digunakan).
benda yang digunakan sehari-hari, pakaian,
dan bangunan (Newmark, 1988:95).
Penelitian ini melibatkan dua orang 2. KAJIAN TEORI
informan sebagai tolak ukur untuk 2.1 Definisi Penerjemahan
mengetahui apakah pesan dalam teks sasaran Penerjemahan adalah kegiatan
(Tsa) sepadan dengan teks sumber (Tsu). mengalihkan secara tertulis atau lisan pesan
Kedua informan tersebut memiliki dari teks suatu bahasa (misalnya bahasa
kualifikasi dalam pemahaman bahasa dan Jepang) ke dalam teks bahasa lain (misalnya
budaya yang terlibat dalam penerjemahan bahasa Indonesia) (cf. Hoed 2006:23). Teks
ini, yaitu bahasa Jepang dan bahasa yang diterjemahkan disebut teks sumber
Indonesia. (Tsu) dan bahasanya disebut bahasa sumber
Metode yang digunakan pada penelitian (Bsu), sedangkan teks yang disusun oleh
ini sesuai dengan konsep kesepadanan penerjemah disebut teks sasaran (Tsa) dan
dinamis yang dikemukakan oleh Nida dan bahasanya disebut bahasa sasaran (Bsa).
Taber (1974). Berdasarkan hasil dari Hasil dari kegiatan penerjemahan disebut
informan, apakah teks sasaran sepadan terjemahan.
dengan teks sumber. Lalu akan dianalisis Penerjemahan melibatkan dua bahasa
prosedur dan teknik yang digunakan yang berbeda. Oleh karena itu, perbedaan
penerjemah dalam mengupayakan antara sistem dan struktur antara Bsu dan
kesepadanan pesan tersebut. Teori yang Bsa menjadi kendala utama dalam
digunakan adalah prosedur penerjemahan penerjemahan (Hoed 2006:24). Kendala
kata bermuatan budaya oleh Newmark yang dihadapi menjadi semakin besar jika
(1988) dan teknik penerjemahan oleh Bsu dan Bsa merupakan dua bahasa yang
Catford (1965). tidak serumpun. Bahasa Jepang dan bahasa
Indonesia adalah dua bahasa yang berasal
dari rumpun yang berbeda. Berdasarkan
metode yang dikembangkan dalam
Linguistik Bandingan Historis, bahasa
Jepang tergolong ke dalam rumpun Altai,

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 2


sedangkan bahasa Indonesia tergolong ke 2. Kebudayaan Material (material
dalam rumpun Austronesia (Keraf 1991:25). culture)
Akan tetapi, sesulit apapun penerjemahan Setiap negara memiliki kebudayaan
masih dapat dilakukan karena setiap bahasa material yang berbeda-beda. Kebudayaan
memiliki aspek-aspek universal meskipun material dapat berupa makanan, minuman,
bersifat sui generis (cf. Mounin 1963:189). alat-alat transportasi, benda yang digunakan
sehari-hari, pakaian, dan bangunan.
2.2 Penerjemahan Kata Bermuatan Misalnya, 畳 tatami, yaitu sejenis tikar
Budaya Jepang yang digunakan sebagai alas lantai
Catford (1965:264) mengatakan dalam ruangan bergaya Jepang. Sehelai
bahwa kesulitan dalam penerjemahan dapat tatami luasnya kira-kira 0,9 x 1,8 m. Begitu
terjadi karena faktor linguistik (linguistic pula dengan kata 布 団 futon, yaitu kasur
untranslatability) dan faktor kebudayaan tipis yang berisi kapas, sehelai dialaskan di
(cultural untranslatability). bawah badan dan sehelai lagi dipakai
Ketakterjemahan linguistik terjadi jika sebagai selimut sewaktu tidur. Meskipun
dalam Bsa tidak ditemukan pengganti untuk kata-kata tersebut dapat diterjemahkan ke
unsur leksikal atau sintaksis Bsu. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, belum tentu dapat
bahasa Jepang memiliki sistem partikel yang mengungkapkan makna yang terdapat di
tidak dikenal dalam bahasa Indonesia. dalamnya secara utuh.
Selanjutnya, ketakterjemahan budaya terjadi 3. Kebudayaan Religi (religious
jika terdapat kata-kata, ungkapan atau culture)
konsep yang berhubungan dengan Perbedaan agama yang dipeluk oleh
kebudayaan Bsu yang tidak dikenal dalam dua bangsa dapat menimbulkan perbedaan
kebudayaan Bsa. Misalnya, kata た も と kosakata antara kedua bahasa yang
tamoto yang berarti bagian bawah lengan bersangkutan. Mayoritas masyarakat Jepang
kimono (pakaian tradisional Jepang) yang beragama Budha dan Shinto, memiliki
berupa kantong dan dapat dipakai sebagai sejumlah istilah yang berkaitan dengan
tempat menyimpan barang-barang kecil tempat ibadah, hari perayaan, tata upacara,
seperti dompet, kotak tembakau, dan dan sebagainya. Misalnya, kata 神社 jinja
sebagainya. Dalam hal ini tidak berarti kata berarti kuil tempat memuja dewa atau dewi
tamoto tidak mungkin diterjemahkan, hanya dalam agama Shinto, dan kata こ ま い ぬ
saja dalam bahasa Indonesia tidak terdapat komainu berarti patung batu binatang
padanannya sehingga kata tersebut berbentuk singa yang dianggap sebagai
memerlukan suatu penjelasan. penjaga kuil, biasanya diletakkan di depan
Pendapat Catford di atas, kemudian kuil Shinto.
diperkuat oleh Nida (1966:91) yang 4. Kebudayaan Sosial (social culture)
menyatakan bahwa terdapat lima hal yang Istilah-istilah yang berkaitan dengan
menjadi kendala dalam penerjemahan, yaitu: kebudayaan sosial, seperti istilah
1. Ekologi (ecology) kekerabatan, perkawinan, pekerjaan,
Dua bahasa yang digunakan di dua hiburan, permainan, olah raga, dan
negara yang letaknya berjauhan dan sebagainya merupakan istilah-istilah yang
memiliki kondisi alam yang berbeda akan tidak mudah untuk diterjemahkan. Misalnya,
memiliki kosakata yang berbeda pula, yang
歌舞伎 kabuki berarti sandiwara tradisional
menyangkut musim, cuaca, flora, fauna, dan
khas Jepang yang berasal dari zaman Edo
sebagainya. Misalnya, Jepang yang
mengalami empat musim setiap tahunnya atau 長 唄 nagauta berarti nyanyian
memiliki istilah-istilah yang tidak dikenal tradisional Jepang yang dinyanyikan dengan
diiringi oleh shamisen (alat musik berbentuk
dalam bahasa Indonesia, seperti 紅 葉
seperti gitar tapi berukuran lebih kecil dan
momiji, yaitu dedaunan yang sudah berubah
memiliki tiga buah senar).
warnanya menjadi kuning dan merah, yang
akan rontok menjelang akhir musim gugur.
Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 3
5. Bahasa (linguistic culture) gaya bahasa yang ada di dalam Bsa. Cara
Karakteristik khusus yang dimiliki penerjemahan seperti ini disebut dengan
oleh bahasa yang terlibat dalam padanan dinamis.
penerjemahan juga dapat menjadi kendala Untuk dapat mencapai kesepadanan
dalam penerjemahan, seperti adanya dinamis, penerjemah harus memperhatikan
perbedaan dalam sistem semantik dan siapa yang menjadi calon pembaca
struktur yang menyangkut fonologi, terjemahan tersebut. Pembaca Bsa memiliki
morfologi, sintaksis, dan leksikal. Misalnya, peranan yang penting, karena suatu
di dalam bahasa Jepang terdapat sufiks –san, terjemahan dikatakan sepadan apabila
-chan, atau –kun yang dibubuhkan pada respon dari pembaca sasaran memuaskan
nama orang dan digunakan ketika (Nida 1969:494). Dalam hal ini, sebaiknya
memanggil orang tersebut. Bahasa Indonesia respon yang diberikan oleh pembaca Bsa
tidak mengenal sistem seperti ini. Contoh terhadap terjemahan tersebut sama dengan
lainnya, sistem konjugasi verba bahasa pembaca Bsu ketika membaca tulisan
Jepang yang bermacammacam yang tersebut dalam Bsu. Hal ini dapat diukur
menunjukkan waktu perbuatan itu melalui informan. Sesuai dengan konsep
dilakukan, misalnya 食 べ て い る kesepadanan dimanis maka informan yang
tabeteiru„(sedang) makan‟ atau 食 べ た dipilih memenuhi kualifikasi dalam
tabeta„(sudah) makan‟. pemahaman bahasa dan budaya yang terlibat
Berdasarkan beberapa klasifikasi di dalam penerjemahan bahasa Jepang dan
atas, penelitian ini berfokus pada istilah bahasa Indonesia. Selain itu, peneliti juga
kebudayaan material bahasa Jepang melakukan klarifikasi dengan menggunakan
(khususnya nomina). Istilah kebudayaan kamus eka bahasa, yaitu Koujien dan Kamus
yang dimaksud adalah benda yang Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
merupakan hasil pemikiran dari suatu Data terjemahan yang dikatakan
masyarakat. Hal ini meliputi makanan, sepadan oleh informan dan kamus akan
minuman, alat transportasi, benda yang dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan
digunakan sehari-hari, pakaian, dan prosedur atau teknik penerjemahan oleh
bangunan (Newmark, 1988:95). Newmark (1988) dan Hoed (2006). Hal ini
Untuk mengetahui apakah makna dilakukan untuk mengetahui upaya
terjemahan istilah kebudayaan material penerjemah dalam mencapai kesepadanan.
Jepang sudah sepadan dengan aslinya
apabila diterjemahkan ke dalam bahasa 2.4 Prosedur atau Teknik Penerjemahan
sasaran maka harus memenuhi beberapa Kata Bermuatan Budaya
syarat yang terdapat dalam konsep Istilah prosedur dan teknik
kesepadanan dimanis. Konsep kesepadanan penerjemahan memiliki definisi yang sama.
dinamis dikemukakan oleh Nida dan Taber Istilah prosedur digunakan oleh Newmark
(1974:12). (1988) dengan pengertian, yaitu upaya
penerjemah untuk mengatasi masalah-
2.3 Kesepadanan Dinamis masalah yang muncul dalam penerjemahan;
Nida dan Taber (1974:12) Sedangkan istilah teknik digunakan oleh
menyatakan bahwa penerjemahan Hoed (2006) dengan pengertian, yaitu cara
merupakan suatu kegiatan untuk mencari yang digunakan penerjemah untuk
padanan yang terdekat dan wajar (closest menanggulangi kesulitan ketika
natural equivalence) dalam Bsa. Padanan menerjemahkan dalam tataran kata, kalimat,
harus memiliki makna yang terdekat dengan atau paragraf. Penulis menggabungkan
makna Bsu, khususnya dalam konteks kedua teori tersebut untuk menganalisis data
bahasa dan budaya Bsu. Untuk terjemahan yang sepadan. Dapat
mempertahankan makna, penerjemah harus disimpulkan bahwa prosedur atau teknik
melakukan penyesuaian baik dalam bidang pada penelitian ini mengacu pada hal yang
fonologi, morfologi, sintaksis, sintaksis dan sama.

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 4


2.5 Prosedur Penerjemahan Newmark 8. Parafrasa, glosarium, catatan kaki
Newmark (1988:103) (paraphrase, gloss, notes), dimana
mengemukakan bahwa terdapat beberapa penguraian kembali suatu tuturan dalam
prosedur penerjemahan yang dapat dipilih bentuk (susunan kata-kata) yang lain,
untuk menerjemahkan kata bermuatan dengan maksud untuk dapat
budaya, yaitu: menjelaskan makna yg tersembunyi.
1. Transferensi (transference), merupakan
proses pemindahan suatu kata bahasa 2.6 Teknik Penerjemahan
sumber ke dalam bahasa sasaran. Hasil Jika penerjemah menemui kesulitan
dari prosedur ini adalah berupa kata menerjemahkan pada tataran kata, kalimat,
pinjaman. Prosedur ini biasanya atau, paragraf, maka ia dapat menanggulangi
digunakan untuk menerjemahkan nama kesulitan tersebut dengan menggunakan
orang, nama wilayah atau keadaan teknik (Hoed 2006:72). Berikut ini akan
geografis. diuraikan beberapa teknik yang digunakan
2. Pemadanan budaya (cultural untuk mengatasi masalah-masalah yang
equivalent), proses penerjemahan muncul dalam penerjemahan:
dimana kata bermuatan budaya dalam 1. Transposisi (pergeseran bentuk).
bahasa sumber memperoleh padanan Transposisi (transposition) merupakan
berupa kata bermuatan budaya dalam istilah yang digunakan oleh Vinay dan
bahasa sasaran. Darbelnet, sedangkan Catford menyebut
3. Penerjemahan deskriptif transposisi sebagai shift (dalam
(neutralisation), merupakan gabungan Newmark 1988:85). Transposisi adalah
padanan fungsional (functional suatu prosedur penerjemahan yang
equivalent) dan padanan deskriptif melibatkan pengubahan bentuk
(descriptive equivalent). gramatikal dari Bsu ke Bsa. Cara ini
4. Naturalisasi (naturalisasion), melakukan dilakukan untuk memperoleh
adaptasi (penyesuaian) fonologi dan terjemahan yang betul. Catford
morfologi terhadap kosa kata bahasa (1965:73) mengemukakan dua tipe
sumber ke dalam bahasa sasaran. utama transposisi, yaitu pergeseran
5. Analisis komponen makna tataran (level shift) dan pergeseran
(componential analysis). Pada kategori (category shift).
umumnya, kata bermuatan budaya 2. Modulasi. Pergeseran struktur
bahasa sumber memiliki makna yang (transposisi) terkadang melibatkan
lebih spesifik dibandingkan dengan perubahan yang menyangkut pergeseran
bahasa sasaran. Untuk menghasilkan makna karena terjadi juga perubahan
terjemahan yang mendekati bahasa perspektif, sudut pandang ataupun segi
sumbernya, penerjemah menambahkan maknawi yang lain. Pergeseran makna
komponen-komponen yang sesuai seperti ini disebut modulasi. Menurut
dengan bahasa sumbernya. Newmark (1988:88-89) terdapat dua
6. Kombinasi (couplet) beberapa prosedur jenis modulasi, yaitu modulasi wajib
penerjemahan, seperti transferensi dan modulasi bebas.
(transference) dan pemadanan budaya 3. Penerjemahan deskriptif, adalah
(cultural equivalent), dan sebagainya. memberikan “uraian” yang berisi makna
7. Penerjemahan standar Internasional kata yang bersangkutan karena
(accepted standard translation) penerjemah tidak dapat menemukan
menggunakan terjemahan yang sudah terjemahan atau padanan kata Bsu (baik
disepakati secara internasional Misalnya karena tidak tahu ataupun belum ada
untuk istilah-istilah seperti Presiden, dalam Bsa).
Senat, dan sebagainya. 4. Penjelasan tambahan (contextual
conditioning), yaitu penerjemah
memberikan kata-kata khusus untuk

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 5


menjelaskan suatu kata yang dianggap 3. Penerjemahan deskriptif
asing (misalnya) oleh calon pembaca (neutralisation)
Bsa agar kata tersebut dapat mudah 4. Kombinasi (couplet)
dipahami. 5. Modulasi
5. Catatan kaki, yaitu penerjemah 6. Penjelasan tambahan (contextual
memberikan keterangan dalam bentuk conditioning)
catatan kaki untuk memperjelas makna 7. Penerjemahan resmi atau baku
kata terjemahan yang dimaksud karena 8. Transposisi
tanpa penjelasan tambahan itu kata
terjemahan diperkirakan tidak akan 3. PEMBAHASAN
dipahami secara baik oleh pembaca. Sesuai dengan masalah yang
6. Penerjemahan fonologis, dilakukan diangkat dalam penelitian ini tentang
ketika penerjemah tidak dapat kesepadanan pesan istilah kata bermuatan
menemukan padanan yang sesuai di budaya dan prosedur penerjemahan yang
dalam bahasa Indonesia (Bsa) sehingga digunakan dapat dipaparkan sebagai berikut.
penerjemah memutuskan untuk Berdasarkan sifat terjemahannya ditemukan
membuat kata baru yang diambil dari 31 butir data yang menunjukkan sifat
bunyi kata itu di dalam Bsu untuk terjemahan yang sepadan dan 21 butir data
disesuaikan dengan sistem bunyi yang menunjukkan sifat yang tidak sepadan.
(fonologi) dan ejaan (grafologi) Bsa. Klasifikasi ini dilakukan setelah melalui
7. Penerjemahan resmi atau baku, yaitu pengecekan oleh informan dan kamus
penggunaan secara langsung sejumlah ekabahasa. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
istilah, nama, dan ungkapan yang sudah Penelitian ini dibatasi pada data yang
baku atau resmi dalam Bsa. Biasanya memiliki sifat terjemahan yang sepadan.
istilah sudah ada di dalam Klasifikasi data dibagi ke dalam 4 bagian
undangundang, glosari tertentu, atau yang mengacu pada istilah kebudayaan
berupa nama orang, kota, atau wilayah. material, yaitu makanan, pakaian, bangunan,
Misalnya, kata Jepang yang dikenal dan peralatan hidup. Setelah itu, data juga
dalam bahasa Indonesia. diklasifikasikan berdasarkan prosedur atau
8. Tidak diberikan padanan bila teknik penerjemahan yang digunakan.
penerjemah tidak dapat menemukan Dalam hal ini, prosedur atau teknik
terjemahannya dalam Bsa sehingga penerjemahan yang digunakan adalah
untuk sementara penerjemah mengutip gabungan dari Newmark (1988) dan Hoed
saja bahasa aslinya. Biasanya, cara ini (2006). Prosedur penerjemahan yang
dilengkapi catatan kaki. dimaksud berupa transferensi (Trf), padanan
9. Padanan budaya, adalah budaya (Pd), penerjemahan deskriptif
menerjemahkan dengan memberikan (Pdes), transposisi (Trs), modulasi (Mod),
padanan berupa unsur kebudayaan yang penjelasan tambahan (Pt), dan penerjemahan
ada dalam Bsa. baku (Pb). Hal ini dapat dilihat pada tabel 2,
Seperti yang telah dikemukakan di 3, 4, dan 5.
awal, peneliti menggabungkan prosedur dan
teknik penerjemahan yang sesuai dengan Data 1
data penerjemahan istilah kebudayaan
Tsu:
material. Oleh karena itu, prosedur atau
teknik penerjemahan yang digunakan untuk 折々は自分の小遣いで金鍔(き
menganalisis data dalam penelitian ini んつば)や紅梅焼(こうばいやき)
adalah sebagai berikut: を買ってくれる。(Soseki, 10)
1. Transferensi (transference) atau Tsa:
Naturalisasi (naturalisasion) atau Dia juga pernah membelikan aku
Fonologis kue isi kacang merah dan opak
2. Padanan budaya (cultural equivalent) berbentuk bunga plum (Johana, 12).

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 6


Kata kintsuba memperoleh padanan berupa Data 2
„kue kacang merah‟ dalam TSa. Menurut
Koujien (2009), kintsuba berarti: Tsu:
水でこねた小麦粉を薄くのばし それから少し雑談をしているう
て小豆餡(あずきあん)を包み、 ちに、うらなり君の送別会をや
刀の鍔のように円く平たくし、 る事、ついてはおれが酒(さけ)
油をひいた金属板の上で焼いた を飲むかと云う問や、うらなり
菓子。文化.文政(1804~1830) 先生は君子で愛すべき人だと云
の頃江戸で流行。今は、四角く う事や――赤シャツはいろいろ
切った、小麦粉を薄く溶いた液 弁じた。(Soseki, 115)
につけ、平鍋で焼く。 Tsa:
„Kue tradisional Jepang yang Selanjutnya pada saat mengobrol
terbuat dari kacang merah yang tak tentu arah, si Kemeja Merah
digulung dengan terigu yang berceloteh tentang berbagai hal
diencerkan dengan air lalu diulen seperti acara perpisahan dengan si
menjadi lembaran tipis, kemudian Matang Karbidan, menanyakan
dibentuk menjadi bundar. Setelah apakah aku suka minum sake, juga
itu, diolesi minyak dan mengatakan bahwa Pak Matang
dipanggang di atas pelat (wajan Karbidan itu orang bijaksana yang
datar). Kue ini populer pada tahun patut dihormati. (Johana, 154)
1804-1830 (pada zaman Edo). Kata 酒 sake diterjemahkan menjadi „sake‟
Pada masa sekarang, kue ini (dicetak miring) dalam TSa.
dipotong kotak-kotak, kemudian Menurut Koujien (2009), sake adalah:
diolesi cairan yang terbuat dari 1. 米と麹(こうじ)で醸造し
tepung terigu kemudian た、日本特有のアルコール
dipanggang di atas wajan‟. 含有飲料。日本酒。
„Minuman khas Jepang yang
Berdasarkan hasil pengecekan mengandung alkohol yang
terhadap informan dan kamus, maka dapat terbuat dari beras beragi.
dikatakan bahwa terjemahan kintsuba Biasanya disebut juga dengan
dalam TSa sudah sepadan dengan BSunya. arak Jepang‟.
Penerjemah menggunakan prosedur atau
2. アルコール分を含み、飲む
teknik penerjemahan berupa neutralisation
(penerjemahan deskriptif) dan transposisi と酔う飲料の総称。
untuk mengalihkan pesan yang terdapat „Jenis minuman yang
dalam kata tersebut. Penerjemahan mengandung alkohol yang
deskriptif dilakukan dengan cara memabukkan‟.
memberikan uraian yang berisi makna kata
yang bersangkutan, sehingga dalam Dalam KBBI juga terdapat definisi sake,
terjemahannya tidak terlihat suatu istilah, yaitu:
tetapi uraian yang memberikan makna 1. Arak Jepang, dibuat dari beras yang
yang sama dengan istilah Jepangnya, yaitu beragi, biasanya disajikan panas-
„kue isi kacang merah‟. Selain itu, juga panas.
terlihat transposisi (pergeseran bentuk) 2. Zat cair aromatik, berwarna kuning,
berupa pergeseran unit karena padanan rasanya enak dan disenangi, kadar
BSa memiliki tingkat gramatikal yang etanol 13—14% dan kadar gula 0,9%
berbeda dari tingkat gramatikal BSu. .
Kintsuba merupakan kata, sedangkan Berdasarkan hasil pengecekan
terjemahannya „kue isi kacang merah‟ melalui informan dan kamus, kata sake
merupakan frasa nominal. yang diterjemahkan menjadi sake (cetak
miring) dalam TSa memiliki terjemahan
Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 7
yang sepadan dengan BSunya. Dalam hal hitam, biru tua (navy blue), marble
ini, penerjemah memindahkan begitu saja dan sebagainya. Karena bahannya
kata tersebut dalam TSa. Prosedur yang kuat, maka sering digunakan
penerjemahan yang ditempuh adalah sebagai bahan dasar untuk
penerjemahan resmi atau baku, yaitu seragam sekolah, seragam kerja,
menggunakan secara langsung sebagai ikat pinggang untuk kimono laki-
padanan istilah, nama, dan ungkapan yang laki, hakama , dan sebagainya‟.
sudah baku atau resmi dalam BSa. Kata Berdasarkan hasil pengecekan
sake dapat ditemukan dalam KBBI, melalui informan dan kamus, maka
sehingga dapat dikatakan bahwa sake terjemahan kokura menjadi „seragam
sudah menjadi bagian dari istilah atau kokura‟ dapat dikatakan sepadan. Artinya,
nama yang sudah baku dalam bahasa pesan dalam BSu sudah tersampaikan
Indonesia. Oleh karena itu, walaupun tidak dalam BSa. Penerjemah menggunakan
diberi penjelasan, pembaca TSa sudah prosedur atau teknik penerjemahan berupa
dapat mengerti pesan yang terkandung penjelasan tambahan dan transposisi.
dalam kata tersebut. Penjelasan tambahan dilakukan dengan
cara menambahkan kata „seragam‟ di
Data 3 depan kata „kokura‟ yang dicetak miring.
Dalam hal ini, kata kokura (yang tidak
Tsu: dapat diterjemahkan) dipindahkan begitu
途中から小倉(こくら)の制服を saja, tetapi untuk memperjelas bahwa
着た生徒にたくさん逢(あ)った kokura yang dimaksud di sini adalah
が、みんなこの門をはいって行 seragam yang terbuat dari bahan kokura,
maka penerjemah menambahkan kata
く。(Soseki, 23)
„seragam‟. Selain itu, juga penerjemah
Tsa:
juga menerapkan teknik transposisi
Di tengah jalan aku bertemu
(pergeseran bentuk) berupa pergeseran
banyak siswa yang memakai
unit karena padanan yang diberikan dalam
seragam kokura, dan semuanya
BSa memiliki tingkat gramatikal yang
masuk lewat gerbang ini. (Johana,
berbeda dengan tingkat gramatikal dalam
30)
BSu. Kokura dalam BSu berupa kata
(nomina), sedangkan terjemahannya
Kata 小 倉 kokura memperoleh „seragam kokura‟ berupa frasa nominal.
padanan „seragam kokura‟ dalam TSa.
Menurut kamus kotobank, kokura adalah: Data 4
地厚な綿織物の一種。撚り糸を Tsu:
引きそろえて平織,綾織,繻子 そんならついでに着物も袴(はか
(しゅす)織にする。紡績絹糸に ま)も赤にすればいい。
よる絹小倉もある。黒,紺,霜 (Soseki, 26)
降など多,丈夫なので学生服, Tsa:
作業服,男帯,袴(はかま)など Kalau begitu sekalian saja kimono
にする。 dan hakama juga pakai yang
„Sejenis kain atau bahan pakaian merah.
yang terbuat dari katun. Kain ini (Johana, 34)
terbuat dari benang ikat yang
dipintal. Dari benang ini, dapat
dibuat bermacam-macam jenis
kain, misalnya twill atau satin.
Ada juga kokura yang terbuat dari
sutra. Sebagian kokura berwarna
Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 8
Kimono 「 着 物 」 terdiri dari dua ini adalah berupa kata pinjaman
kanji, yaitu kanji「着」dan 「物」. Kanji (Newmark, 1988:103). Sedangkan
「 着 」 mempunyai cara baca berupa penerjemahan resmi adalah penggunaan
chaku, kiru, dan tsuku yang memiliki secara langsung sejumlah istilah, nama,
dan ungkapan yang sudah baku atau resmi
makna „mengenakan‟ dan „tiba‟. Kanji「
dalam BSa (Hoed 2006:72).
物 」 mempunyai cara baca mono dan Data 5
butsu yang memiliki makna „barang atau
benda‟. Secara harfiah pengertian kimono Tsu:
「着物」adalah „barang yang dikenakan‟. 門から玄関(げんかん)まで
Sedangkan pengertian kimono menurut
は御影石(みかげいし)で敷
Koudansha Nihongo Daijiten (1992:477)
adalah sebagai berikut: きつめてある。(Soseki, 23)
Tsa:
Dari gerbang sampai pintu masuk
日本の依頼(和服)の総称。
terhampar jalan berbatu cadas
Pakaian Jepang (pakaian khas
tipis. (Johana, 30)
tradisional Jepang)

Dapat disimpulkan bahwa kimono Genkan 「 玄 関 」 terdiri dari dua


adalah pakaian tradisional Jepang yang kanji, yaitu kanji「玄」dan「関」. Kanji
terdiri atas beberapa lapis kain yang 「 玄 」 mempunyai cara baca gen yang
dikenakan bersama dengan obi / ikat memiliki makna „dalam‟. Kanji 「 関 」
pinggang「帯」. Kimono sendiri pakaian mempunyai cara baca seki atau kan yang
yang dikenakan oleh pria maupun wanita memiliki makna „pintu‟ dan „hubungan‟.
pada saat menghadiri acara penting Secara harfiah pengertian genkan「玄関」
misalnya pernikahan, matsuri / perayaan「 adalah „pintu dalam‟. Sedangkan pengertian
祭り」, dan lain sebagainya. Tidak ada menurut Koudansha Nihongo Daijiten
yang membedakan bentuk kimono untuk (1992:616) adalah:
pria maupun wanita, hanya saja berbeda
dari segi corak pakaian dan besar kecilnya 住宅、建物の正面の出入り口。
bentuk obi. Pintu untuk masuk dan keluar
Istilah kimono dalam Bsu yang yang terletak di muka rumah atau
diterjemahkan ke dalam Bsa memiliki sifat suatu bangunan.
terjemahan yang sepadan. Dikarenakan
hasil terjemahan tersebut dapat difahami Sehingga dapat disimpulkan bahwa genkan
oleh pembaca Bsa (informan) dan sepadan adalah pintu masuk atau pintu depan yang
dengan definisi Kamus. Selain itu, istilah terdapat pada rumah atau bangunan khas
kimono juga terdapat dalam KBBI dengan Jepang. Di tempat tersebut orang akan
pengertian „Baju panjang berlengan lebar melepaskan atau memakai alas kaki yang
dengan selempang besar di pinggang, khas digunakan pada saat di luar dan berganti
tradisional Jepang dan dipakai oleh dengan surippa (alas kaki rumah).
perempuan.‟ Istilah genkan dalam Bsu yang
Berdasarkan penjelasan di atas, diterjemahkan ke dalam Bsa menjadi „pintu
maka hasil terjemahan Bsa ke dalam Bsu masuk‟ memiliki sifat terjemahan yang
menggunakan prosedur dan teknik sepadan. Dikarenakan hasil terjemahan
penerjemahan yang digunakan adalah tersebut dapat dipahami oleh pembaca Bsa
Kombinasi (Couplet), yaitu transferensi (informan) dan sepadan dengan definisi
(transference) dan penerjemahan baku. kamus. Meskipun makna yang didapat dari
Transferensi merupakan proses hasil terjemahan mengalami perluasan
pemindahan suatu kata bahasa sumber ke makna. Selain itu, juga mengalami
dalam bahasa sasaran; hasil dari prosedur pergeseran bentuk secara gramatikal dari

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 9


nomina menjadi frasa nominal, sehingga Dapat disimpulkan bahwa onsen
dapat disimpulkan bahwa hasil terjemahan adalah tempat dimana sumber mata air
menggunakan prosedur dan teknik hangat keluar dari dalam perut bumi dengan
penerjemahan berupa kombinasi (couplet), suhu mencapai lebih dari 25 derajat Celcius.
yaitu transposisi dan modulasi. Transposisi Di tempat-tempat tersebut umumnya
merupakan suatu prosedur penerjemahan dijadikan sebagai tempat pemandian umum
yang melibatkan pengubahan bentuk oleh masyarakat Jepang.
gramatikal dari Bsu ke Bsa; Cara ini Istilah onsen dalam Bsu yang
dilakukan untuk memperoleh terjemahan diterjemahkan ke dalam Bsa memiliki sifat
yang betul (Hoed 2006:72). Sedangkan terjemahan yang sepadan. Dikarenakan hasil
modulasi adalah pergeseran struktur terjemahan tersebut dapat difahami oleh
(transposisi) terkadang melibatkan pembaca Bsa (informan) dan sepadan dengan
perubahan yang menyangkut pergeseran definisi Kamus. Hasil terjemahan Bsu
makna karena terjadi juga perubahan mengalami pergeseran bentuk secara
perspektif, sudut pandang ataupun segi gramatikal dari nomina menjadi frasa
maknawi yang lain (Hoed 2006:72). nominal, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hasil terjemahan tersebut menggunakan
Data 6 prosedur atau teknik penerjemahan
kombinasi (couplet), yaitu transposisi dan
Tsu: deskriptif (neutralisation). Transposisi
飯は食ったが、まだ日が暮(く) merupakan suatu prosedur penerjemahan
れないから寝(ね)る訳に行かな yang melibatkan pengubahan bentuk
い。ちょっと温泉に行きたくな gramatikal dari Bsu ke Bsa; Cara ini
dilakukan untuk memperoleh terjemahan
った。(Soseki, 13)
yang betul (Hoed, 2006:72). Sedangkan
Tsa:
deskriptif adalah memberikan “uraian” yang
Makan malam sudah, tetapi karena
berisi makna kata yang bersangkutan karena
matahari belum terbenam, maka
penerjemah tidak dapat menemukan
tak mungkinlah aku tidur. Aku jadi
terjemahan atau padanan kata BSu (Hoed
ingin pergi ke pemandian air
2006:72).
panas. (Johana, 15)
Data 7
Onsen 「 温 泉 」 terdiri dari dua
kanji, yaitu kanji「温」dan「泉」. Kanji Tsu:
「温」mempunyai cara baca atatakai dan 伊万里だって瀬戸物、云ったら、
on yang memiliki makna „hangat‟. Kanji「 博物はえへへへへと笑っていた。
泉」mempunyai cara baca izumi dan sen (Soseki, 132).
yang memiliki makna „mata air atau Tsa:
sumur‟. Secara harfiah pengertian onsen Bukankah keramik Imari juga
「温泉」adalah „mata air yang hangat‟. keramik Seto, kataku, si guru
Sedangkan pengertian menurut Koujien museologi tertawa. (Johana, 172)
(2012) adalah sebagai berikut:
地熱で熱せられた摂氏二五度以 Kata imari dan setomono
上の地下水。また、その温泉の diterjemahkan menjadi „keramik Imari‟ dan
出る所。 „keramik Seto‟. Dalam koujien (2009),
Air bawah tanah dengan suhu definisi dari imari dan setomono adalah:
lebih dari 25 derajat celcius yang
telah dipanaskan oleh panas bumi. 佐賀県西部の市。
Di tempat itulah sumber mata air „Imari merupakan kota yang
hangat. terletak di bagian barat Perfektur
Saga‟.
Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 10
Penelitian ini difokuskan pada sifat
陶磁器の通称。主に畿内以東で terjemahan yang sepadan saja agar dapat
いう。 diketahui bagaimana cara penerjemah dalam
„Setomono adalah sebutan untuk mencapai kesepadanan tersebut.
keramik atau porselen yang Kesepadanan pesan dicapai melalui beberapa
umumnya berasal dari wilayah cara, yaitu:
yang terdapat di bagian timur 1. Pemahaman bahasa dan budaya Bsu
Jepang‟. dan Bsa.
2. Penggunaan prosedur atau teknik
Berdasarkan hasil pengecekan penerjemahan yang tepat. Dalam hal
melalui informan dan kamus, maka ini, prosedur atau teknik
terjemahan imari dan setomono menjadi penerjemahan yang digunakan berupa
„keramik Imari dan keramik Seto‟ dapat transferensi, padanan budaya,
dikatakan sepadan. Dalam hal ini, prosedur penerjemahan deskriptif, transposisi,
penerjemahan yang digunakan oleh modulasi, penjelasan tambahan, dan
penerjemah adalah penjelasan tambahan dan penerjemahan baku (Newmark 1988
transposisi. Penjelasan tambahan terlihat dan Hoed 2006).
pada penambahan kata keramik di depan 3. Pemilihan kata yang sesuai dengan
kata Imari dan Seto. Ini menunjukkan bahwa maksud penulis novel asli. Selain itu,
Imari dan Seto merupakan daerah penghasil jika diterjemahkan dengan
keramik atau porselen. Transposisi menambahkan penjelasan,
(pergeseran bentuk) yang diterapkan berupa penjelasan yang diberikan sesuai
pergeseran unit karena terjemahan dalam dengan definisi dalam kamus.
BSa memiliki tingkat gramatikal yang
berbeda dengan BSunya, yaitu nomina 4.2 Saran
menjadi frasa nominal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Berdasarkan hasil analisis data, untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
mencapai kesepadanan pesan dapat Misalnya membahas sifat terjemahan yang
diterapkan prosedur atau teknik tidak sepadan pada novel Botchan dan faktor
penerjemahan berupa transferensi, padanan penyebab ketidaksepadanan pesan tersebut.
budaya, penerjemahan deskriptif, transposisi, Selain itu, juga dapat diteliti penerjemahan
modulasi, penjelasan tambahan, dan istilah bermuatan budaya lainnya yang
penerjemahan baku. mengacu pada religi, kebudayaan sosial,
ekologi, dan sebagainya.
Hasil penelitian ini diharapkan juga
4. SIMPULAN DAN SARAN dapat membantu para penerjemah dalam
4.1 Simpulan menerjemahkan kata bermuatan budaya
Kata bermuatan budaya tidak mudah (khususnya nomina) dengan menggunakan
diterjemahkan karena terikat dengan konteks prosedur dan teknik yang sama dengan hasil
budaya Bsu. Hal ini terlihat dari data penelitian ini. Oleh karena itu, diharapkan
terjemahan yang ada menunjukkan dua sifat nantinya hasil penelitian ini dapat menjadi
terjemahan, yaitu sepadan dan tidak sepadan. referensi bagi penerjemah, calon
Data yang memiliki sifat terjemahan yang penerjemah, dan siapa saja yang tertarik
sepadan sebanyak 31 data; data yang dalam penerjemahan.
memiliki sifat terjemahan yang tidak sepadan
sebanyak 21 data. Hasil ini diperoleh dengan
menggunakan konsep kesepadanan dinamis
Nida dan Taber (1974) dengan berkonsultasi
kepada dua orang informan yang memiliki
pemahaman akan bahasa dan budaya
JepangIndonesia beserta kamus ekabahasa.
Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 11
Tabel 1. Sifat Terjemahan Istilah Kebudayaan Material
Istilah Kebudayaan Sifat Terjemahan
Material Sepadan Tidak Sepadan
Makanan 11 6
Pakaian 7 5
Bangunan 7 7
Transportasi - -
Peralatan Hidup 6 3
Total 31 21

Tabel 2. Kesepadanan Istilah Kebudayaan Material berupa Makanan


Data Kata Prosedur atau Teknik Penerjemahan
No
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia Trf Pd Pdes Trs Mod Pt Pb
1. 金鍔 (Kintsuba) kue isi kacang O O
merah
2. 紅梅焼 opak berbentuk O O
(Koubaiyaki) bunga plum
3. 蕎麦粉 (Sobako) tepung soba O O
4. 天麩羅 (Tenpura) tempura O
5. 団子 (Dango) dango O
6. 薩摩芋 ubi rebus O O
(Satsumaimo)
7. 団子(Dango) dango O
8. 酒 (Sake) sake O
9. お膳 (Ozen) makanan O
10. 刺身 (Sashimi) sashimi O
11. 盃 (Sakazuki) sake O

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 12


Tabel 3. Kesepadanan Istilah Kebudayaan Material berupa Pakaian
Data Kata Prosedur atau Teknik Penerjemahan
No
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia Trf Pd Pdes Trs Mod Pt Pb
1. 靴足袋 kaos kaki O O
(Kutsutabi)
2. 赤ふんどし sepotong kain O O
(Akafundoshi) cawat merah
3. 小倉 (Kokura) seragam kokura O O
4. 着物 (Kimono) kimono O O
5. 袴 (Hakama) hakama O
6. 浴衣 (Yukata) yukata O
7. 袂 (Tamoto) kantung lengan baju O O

Tabel 4. Kesepadanan Istilah Kebudayaan Material berupa Bangunan


Data Kata Prosedur atau Teknik Penerjemahan
No
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia Trf Pd Pdes Trs Mod Pt Pb
1. 玄関 (Genkan) Pintu masuk O O
2. 蕎麦屋 (Sobaya) Warung soba O O
3. 温泉 (Onsen) Pemandian air panas O O
4. 床 (Toko) Kamar tidur O O
5. 士族屋敷 (Shizoku Tempat tinggal O O
yashiki) golongan samurai
6. 湯壺 (Yutsubo) Pemandian O
7. 妓楼 (Girou) Rumah bordil O O

Tabel 5. Kesepadanan Istilah Kebudayaan Material berupa Peralatan Hidup


Data Kata Prosedur atau Teknik Penerjemahan
No
B.Jpg B.Ind Trf Pd Pdes Trs Mod Pt Pb
1. 火鉢 (Hibachi) Hibachi O
2. 畳み (Tatami) Tikar tatami O O
3. 蓙 (Za) Bantal O
4. 風呂 (Furo) Pemandian O
5. 伊万里, 瀬戸物 Keramik Imari, O O
(Imari, Setomono) keramik Seto
6. 徳利 (Tokuri) Botol sake O O

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 13


DAFTAR PUSTAKA

Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press.
Hoed, Benny Hoedoro. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Keraf, Gorys. 1991. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.
Mounin, G. 1963. Masalah Teori Terjemahan (terjemahan Los Problemes Theoriques de la
Traduction oleh Azizah Hj. Ahmad). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Newmark, Peter, 1988. A Textbook of Translation, Hertfordshire :Prentice Hall International


English Language Teaching.

Nida, E.A., 1966, “Linguistic and Ethnology in Translation Problems”, dalam Dell Hymes
(ed.), Language in Culture and Society. New York: Harper and Row Publisher.

Nida, E.A., dan Charles R. Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J.
Brill.

Shinmura, Izuru. 2009. Koujien (Edisi ke-4). Tokyo: Iwanami Shoten.


Shinmura, Izuru, 2012, Koujien (Edisi ke-4). Tokyo: Iwanami Shoten.

Sumber Data
Soseki, Natsume. 2003. Botchan. Tokyo: Shinchousha.
Soseki, Natsume. 2012. Botchan Si Anak Bengal (terjemahan oleh Jonjon Juhana). Jakarta:
Kansha Books.

Jurnal Izumi, Volume 3, No 2, 2014 14

You might also like