Professional Documents
Culture Documents
Jsasi2011 17 4 5 Anwar PDF
Jsasi2011 17 4 5 Anwar PDF
39
Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010
ABSTRACT
Along with the development of increasingly secular, hedonistic, pragmatic and
individualistic, has had an impact on some people who are now experiencing a shift in values
and outlook on life. That influence is reflected in the idealism of thought that tends to ignore
social norms and religious ties. The desire for more freedom in every way especially when
freedom is correlated with the application of advanced science and technology, making them
feel no longer be subject to and bound as a member of a group within the community. Even
then became an autonomous individual, and may be freely questioned the tradition, moral,
religious doubt. Finally, the concept of body and soul are also considered to be an absolute
private property where a person is free to be able to do anything against the body and soul.
Progress in the field of genetic engineering technology is a major influence on the
development of the concept of freedom is because humans have been able to roam in areas
that have long been regarded as the prerogative of God. Gene therapy now, can be utilized to
minimize or even eliminate the possibility of birth defects under the fetus. Especially with the
discovery of methods of cloning, the creation of duplicate living things can also be performed.
The issue was whether the positive law in Indonesia can justify such freedom among
the various interests of the dilemma. It is interesting to examine given the fundamental law of
Indonesia on the one side is paying tribute to the efforts to develop science and technology
but on the other side must also consider the ethical values, social, religious and legal.
dalam diagnosis, terapi, pencegahan, dan pertimbangan moral, etika, sosial, hukum,
pem-berantasan penyakit.3 psikologi dan theologi. Segala permasalahan
Dalam bidang penelitian kesehatan dapat timbul dengan penerapan bioteknologi
ada dua macam penelitian yang dibedakan medis yang meluas ini, misalnya masalah
secara mendasar, yaitu: 4 tentang status sebagai subyek hukum dan
(1). Penelitian yang tujuan utamanya adalah status bagi orang tua yang melahirkan
diagnostik atau terapeutik bagi pasien. melalui proses rekayasa genetik diatas
Penelitian ini adalah kombinasi antara cawan petri atau piranti teknologi yang
penelitian dan perawatan profesional, canggih. Dan juga hak-haknya dalam
atau disebut riset klinis. lingkungan kehidupan keluarga dan
(2). Penelitian yang tujuan utamanya adalah masyarakat.7
ilmiah murni tanpa nilai dianogstik dan Penemuan dan pengembangan
terapeutik bagi subyek yang diteliti teknik-teknik yang ada untuk menjawab
sendiri. penelitian ini merupakan masalah manusia jarang yang terlepas dari
penelitian non terapeutik, atau disebut dilema. Di tangan manusia, bioteknologi
riset biomedik non-klinis. medis dapat dipakai untuk kepentingan yang
Riset biomedik yang dilakukan saat jahat dan baik. Adalah hal yang mustahil
ini, semakin menjadi aktual seiring dengan bagi manusia dengan hikmatnya sendiri
perkembangan pengetahuan dan teknologi dapat menjawab setiap permasalahan yang
biomedis. Lahirnya bioteknologi modern ini ada dengan memuaskan tanpa menimbulkan
ditandai dengan munculnya teknologi ekses-ekses negatif. Manusia hanya dapat
Rekombinan DNA (Deoxiribo Nucleic menciptakan bioteknologi medis tanpa
Acid).5 Teknologi ini bukan hanya mampu mengantisipasi dampak bioteknologi
memberikan harapan dapat disempurna- medis itu sendiri. Dalam kasus bioteknologi
kannya proses dan produk saat ini, tetapi medis kloning misalnya, teknik ini berusaha
diharapkan juga mampu mengembangkan melepaskan proses reproduksi dari
produk baru sama sekali. Produk yang hubungan kelamin dua organisme sejenis
sebelumnya diperkirakan tidak mungkin berbeda kelamin, dan jika hal ini dilakukan
dibuat, dapat dibuat bahkan memudahkan maka akan terbuka kemungkinan kehamilan
realisasi proses-proses lain yang baru pula.6 dengan beragam permasalahannya. Manusia
Teknik-teknik di atas berkembang akan dapat terus mencoba apakah kloning
secara bertahap. Tiap tahapan yang ada tidak dapat dilakukan, misalnya antara manusia
pernah lepas dari sikap pro dan kontra. dengan hewan ternak ruminansia (sapi,
Bukan saja karena ilmu pengetahuan itu kambing, domba) hanya saja yang ini
sendiri yang dipermasalahkan, melainkan "dilegitimasi" oleh bioteknologi. Kehadiran
juga implikasi dan dampak yang bioteknologi bukan hanya membawa
ditimbulkannya terhadap manusia dari segi perubahan sosial yang cukup besar, tetapi
juga memunculkan pemikiran baru dalam
3
bidang etika, moral, nilai dan hukum.8
Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,
Masalah etis akan segera timbul
2001, hlm 121 apabila bioteknologi medis ini diterapkan
4
Pedoman Etik Indonesia, 1987: hlm5-12, dalam kepada manusia, karena dalam proses
Veronica Komalawati, Peranan Informed....,Op Cit hlm
89-90
pembuahan di tabung petri, biasanya banyak
5
Arief B. Witarto, Bioteknologi di Indonesia: Kondisi
7
dan Tantangan, Inovasi Online, Melalui http://io.ppi- Yuzo Adhinarta S.T., Syair dalam Teknologi
jepang.org/article.php?id=174 Kontemporer Hari Ini Domba Besok Gembala Sebuah
6
Veronica Komalawati, Membangun Hukum Yang Kritik Terhadap Kloning dan Semangat Zaman, Dalam
Manusiawi Dalam Mencegah Eksploitasi Bioteknologi, http://members.tripod.com /GKA_Gloria/feb98.htmab
Informasi Genetik, Dan Bioterorisme di Indonesia, hlm 5
8
Orasi Ilmiah Guru Besar Hukum Kesehatan, Fakultas Muhammad Djumhana, 1995, hlm 58, Dalam Veronica
Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, 2009, hlm 9 Komalawati, Membangun Hukum....., Op Cit, hlm 8
Arman Anwar, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetik …………………. 41
Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010
embrio dihasilkan, tetapi tidak semua dapat seperti pada proses kloning merupakan,
dipakai untuk ditanam dalam rahim, maka ”Kekuatan teknologi baru yang amat
oleh sebab itu sebagian lagi akan dahsyat, dan bakal melampaui batas
dimusnahkan atau dibuang. Padahal secara kemampuan manusia untuk menggunakann-
etis embrio adalah mahkluk hidup. Apalagi nya dengan aman. Baik kelentingan alam
jika kloning manusia dilakukan dengan maupun masyarakat kita tidak akan mampu
menggunakan jasa bank sel telur dan memberi perlindungan yang memadai
melibatkan pihak ketiga yaitu ibu terhadap dampak rekayasa genetika yang
pengandung yang menyediakan jasa dapat diantisipasi”.12
penyewaan rahimnya sampai pada proses Dampak percobaan revolusi rekayasa
kelahiran. Tidak terbayangkan betapa genetik belum dipikirkan terhadap bentuk
kompleksnya permasalahan etis yang akan kehidupan yang dimodifikasi secara genetik
timbul. dan interaksinya dengan organisme lain,
Ketika manusia mengembangkan bioteknologi ini, tidak seperti bahan kimia
bioteknologi medis sebagian menjadi berbahaya, misalnya pestisida dan CFC yang
optimis bahwa bioteknologi tersebut akan tidak ramah lingkungan, dapat ditarik
memberikan kemungkinan bagi manusia peredarannya dari pasaran. Produk rekayasa
untuk hidup lebih panjang, mengobati lebih gentik tidak dapat ditarik dari pasaran.
banyak penyakit, mendapatkan keturunan Seperti diungkapkan George Wald bahwa,13
tanpa harus melalui lembaga perkawinan, ”Pada kasus rekayasa genetik, hasilnya
dan memperkecil kemungkinan kematian mungkin organisme penting yang berumur
bayi saat dilahirkan. Karena itu bioteknologi panjang dan sifatnya lebih permanen. Akan
telah membawa manusia berada pada era tetapi sekali organisme itu ’diciptakan’
sintetis dan diakui sebagai salah satu industri maka tidak dapat ditarik kembali.”
kunci. Kehadiran bioteknologi akan Mengingat adanya perkembangan
menguasai kehidupan manusia dan memiliki tuntutan kebutuhan dimasyarakat di satu sisi,
kekuatan besar untuk mengubah jalannya dan nuansa pro-kontra pengaturannya dalam
perkembangan organisme hidup. Orang instrumen internasional serta kepentingan
tidak hanya menemukan dan mengurai domestik negara pada sisi lain. Hal ini
kehidupan, tetapi berusaha mengubah dan menciptakan suatu kondisi faktual yang
menciptakan kehidupan.9 Dengan kemajuan menarik untuk dikaji dan dianalisa bila
pesat yang terjadi di bidang bioteknologi dikaitkan dengan pengelolaan bioteknologi
medis, manusia berusaha menemukan hal- medis yang aman lingkungan dan sesuai
hal baru dalam pola dan tujuan itu.10 dengan martabat manusia serta melindungi
Revolusi bioteknologi sebagai obyek hak-hak asasi manusia. Setidaknya dari hasil
kajian, bukan hanya penting dan dibutuhkan kajian ini diharapkan nantinya negara
dalam kehidupan manusia untuk mencapai Indonesia perlu memiliki kriteria batas yang
kemajuan kesejahteraannya secara optimal, jelas antara teknologi dan produk yang
tetapi juga dapat menimbulkan pemikiran berbahaya dan yang tidak diperlukan dengan
dan tantangan baru khususnya tentang yang aman dan diinginkan sesuai degan
moralitas manusia dan kearifan hukum kepentingan bangsa Indonesia dan diatur
dalam berbagai aspeknya.11 dengan peraturan perundang-undangan yang
Ilmuwan terkemuka seperti Liebe jelas. Pemikiran ini membutuhkan
Cavalieri, George Wald dan David Suzuki
mengatakan bahwa bioteknologi medis 12
Ibid, hlm 125.
13
Vandana Shiva, Hati-hati Memilih Teknologi dari
9
Djumhana, 1995, hlm 33, Dalam Veronica Komalawati, Negara Maju, dalam Hesty Widayanti dan Ika N.
Membangun Hukum....,Op Cit, hlm 9 Krishnayanti (ed), Bioteknologi Imperialisme Modal &
10
Ibid, hlm 8 Kejahatan Global, Insist Press, Yogyakarta, 2003, hlm
11
Ibid, hlm 9 128
Arman Anwar, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetik …………………. 42
Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010
perbandingan dan evaluasi diantara pilihan- untuk kesejahteraan seluruh rakyat dengan
pilihan dan perlakuan bioteknologi yang mengutamakan kepentingan bersama yang
selayaknya, tanpa mengabaikan rasa berkesadaran relegius, berbudi pekerti luhur,
penghormatan yang tinggi terhadap martabat dan berkeseimbangan antara individu dan
manusia, Hukum dan hak-hak asasi manusia masyarakat, dan antara masyarakat dengan
Indonesia. Tuhannya secara lahir maupun batin.
Pancasila sebagai paradigma pem-
bangunan ilmu dan teknologi khususnya
B. PEMBAHASAN dalam konteks pengembangan ilmu yang
berkaitan dengan bioteknologi rekayasa
1. Dalam Perspektif Filsafat Pancasila genetika. Kajiannya tentu menyentuh secara
filosofis, mengenai landasan antropologis
Mengingat tujuan penerapan bio-
Pancasila.
teknologi rekayasa genetika dibidang medis
Filsafat antropologis Pancasila me-
harus dapat diarahkan untuk memajukan
mandang manusia sebagai monopluralis.
peradaban dan kesejahteraan umat manusia
Manusia sebagai monopluralis memiliki
namun tetap berkepribadian Indonesia maka
dimensi-dimensinya. Dalam dimensi kodrat,
penerapannya harus sesuai dengan prinsip
yaitu manusia terdiri atas jiwa yang terbagi
negara hukum Pancasila. yaitu suatu tatanan
menjadi beberapa unsur seperti akal, rasa,
kehidupan masyarakat yang berperiketuhan-
dan karsa. Sifat kodrat manusia mencakup
an, berperikemanusiaan, berperikebangsaan,
sifat manusia sebagai makhluk individu dan
berperikerakyatan dan berperikesejahteraan
makhluk sosial. Kedudukan kodrat manusia
rakyat melalui cara pandang integralistik
mencakup kedudukan manusia sebagai
(kekeluargaan) yang khas yakni meng-
makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan.
utamakan rakyat banyak namun tetap
Dari susunan kodrat, sifat kodrat dan
menghargai harkat dan martabat setiap
kedudukan kodrat manusia tersebut,
individu, dan bukan dalam cara pandang
manusia dapat memelihara hubungannya
yang individualistik (perseorangan). Asas
dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan
inilah yang dianut dalam negara hukum
sesama manusia, dan dengan alam seki-
Pancasila.14
tarnya secara serasi, selaras dan seimbang.
Untuk itu maka kebebasan penerapan
Aktualisasi nilai filsafat antropologis
bioteknologi rekayasa genetika dalam
Pancasila dalam pembangunan diformula-
bidang medis harus dapat dimaknai sebagai
sikan dalam konsep pembangunan manusia
hak kebebabasan individu yang tidak
Indonesia seutuhnya.15
bersifat mutlak namun harus dapat
Konsep pembangunan manusia
diselaraskan dengan tanggung jawab sosial,
Indonesia seutuhnya adalah upaya bangsa
karena didalam kebebasan itu melekat
untuk mencapai tujuan pembangunan
tanggung jawab terhadap kepentingan umum
nasionalnya sebagaimana yang dinyatakan
dan kepentingan bersama. Tidak boleh
dalam Pembukaan UUD 1945. Negara
seorangpun atau golongan tertentu apriori
dalam rangka mewujudkan tujuannya
mempertahankan hak atau memaksakan
tersebut harus dikembalikan pada dasar-
kehendaknya. Masyarakat Indonesia adalah
dasar hakikat manusia. Oleh karena itu,
masyarakat kekeluargaan dan kegotong-
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
royongan dimana hukum dibuat bukan untuk
teknologi yang berkaitan dengan bio-
menjamin kesenangan individu semata tetapi
teknologi rekayasa genetika. harus meliputi
aspek jiwa yang mencakup akal, rasa dan
14
Padmo Wahyono, Konsep Yuridis Negara Hukum
Indonesia, Dalam Abu Daud Busroh, Capita Selakta
15
Hukum Tata Negara, Rhineka Cipta, Jakarta, 1994,, Surajiwo, Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya di
hlm 144-147 Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2008,, hlm 160-161
Arman Anwar, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetik …………………. 43
Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010
kehendak, aspek raga, aspek individu, aspek Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
makhluk sosial, aspek pribadi dan juga HAM adalah seperangkat hak yang melekat
aspek kehidupan ketuhanannya. pada hakekat dan keberadaan makhluk
Pancasila telah memberikan dasar Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
nilai-nilai bagi pengembangan iptek demi anugerah-Nya yang wajib dihormati,
kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
itu, pada hakikatnya sila-sila Pancasila harus hukum, pemerintah dan setiap orang demi
merupakan sumber nilai, kerangka pikir, kehormatan serta perlindungan harkat dan
serta basis moralitas bagi pengembangan martabat manusia.
iptek. Pengaturan HAM dalam hukum
Dalam konteks penerapan bio- bermaksud agar hak-hak manusia itu bisa
teknologi rekayasa genetika dibidang medis dirumuskan dengan cara yang paling tepat
maka sila-sila dalam Pancasila dapat dan disesuaikan dengan sistem hukum yang
menjadi sistem etika yang fundamental berlaku. Ilmu hukum sangat penting dalam
sehingga persoalan penerapan bioteknologi memberikan dasar yang teguh kepada HAM
rekayasa genetika dalam bidang medis dapat baik dalam sistem hukum nasional maupun
dipandang sebagai dasar implementasi dari internasional. 16
ilmu pengetahuan dalam berkreasi dan Menurut L.G. Saraswati, terdapat
berinovasi (termasuk ilmu kedokteran), enam kesepakatan internasional mengenai
melalui cara berfikir yang berimbang antara Hukum HAM yakni: tentang hak-hak sipil
rasional dengan irasional, antara akal, rasa, dan politik; ekonomi, sosial dan hak-hak
dan kehendak, semuanya itu dipikirkan tidak budaya; diskriminasi rasial; diskriminasi
hanya menyangkut apa yang ditemukan, terhadap perempuan; penyiksaan; dan hak-
dibuktikan, dan diciptakan saja, tetapi juga hak anak yang kesemuanya telah disepakati
harus mempertimbangkan maksudnya dan paling tidak oleh 156 negara sampai pada
akibatnya, apakah merugikan manusia tahun 2001. Hukum HAM telah menjadi
dengan alam sekitarnya atau tidak. suatu norma yang diterima didalam
Sila pertama menempatkan manusia masyarakat kontemporer internasional.
di alam semesta bukan sebagai pusatnya, Prinsip-prinsipnya secara luas telah diakui
melainkan sebagai bagian yang sistematik dan semakin memperoleh legitimasi politik
dari alam yang diolahnya. Sedangkan Sila di banyak negara.17
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Konsep Hukum HAM di Indonesia
memberikan dasar-dasar moralitas bahwa tidak terlepas dari nilai-nilai teologis yang
manusia dalam mengembangkan iptek mengakui bahwa hak bukan sesuatu yang
haruslah secara beradab. Iptek adalah bagian diberikan oleh kekuasaan duniawi
dari proses budaya manusia yang beradab melainkan adiduniawi. Tuhan menciptakan
dan bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan manusia sebagai sebaik-baiknya ciptaan.
iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan Oleh karenanya, manusia memiliki klaim
demi kesejahteraan umat manusia. Iptek atas dirinya yang tidak bisa diperlakukan
harus dapat diabdikan untuk peningkatan semena-mena oleh pihak manapun. Posisi
harkat dan martabat manusia, bukan semua manusia di hadapan Tuhan pun
menjadikan manusia sebagai makhluk yang setara. Artinya, hak yang dimiliki seorang
angkuh dan sombong. manusia tidak lebih besar atau kecil dari
16
K. Bertens, Menyambung Refleksi tentang Pendasaran
2. Dalam Perspektif HAM Hak Asasi Manusia, Kompas, 1 Desember 2000, hlm
Hak asasi manusia menurut Pasal 1 31
17
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 L.G. Saraswati dkk, Hak Asasi Manusia, Teori,
Hukum, Kasus., Filsafat –UI Press, Jakarta, 2006,,
tentang HAM dan Pasal 1 Undang-Undang hlm124
Arman Anwar, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetik …………………. 44
Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010
sesama ciptaannya. Kesetaraan ini membuat tuan HAM yang sifatnya umum. Namun
manusia harus saling menghormati hak satu secara implementatif ada penekanan lain
sama lain dan memahami bahwa hak yang yang lebih bersifat khusus, yaitu tentang hak
dinikmatinya tidak boleh melanggar hak setiap orang atas keutuhan pribadi, baik
orang lain. Oleh karena itu HAM merupakan rohani maupun jasmani, dan karena itu tidak
anugerah-Nya yang wajib dihormati, di- boleh menjadi obyek penelitian tanpa
junjung tinggi dan dilindungi oleh negara, persetujuan darinya (Pasal 21). Dan menjadi
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kewajiban Pemerintah untuk memajukan
kehormatan serta perlindungan harkat dan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
martabat manusia. menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
Sejalan dengan filosofi tersebut persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
maka meskipun peraturan perundang serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31:
Indonesia tentang HAM tidak mengatur 5).
secara spesifik mengenai penerapan bio-
teknologi rekayasa genetika dibidang medis. 3. Dalam Perspektif Hukum Kesehatan
Namun landasan filosofis dalam beberapa Apabila diperhatikan secara seksama,
ketentuannya sedikit banyaknya menyentuh rumusan nilai-nilai dasar yang terdapat pada
persoalan mendasar yang berkaitan dengan Pancasila mengandung pengakuan terhadap
penerapan bioteknologi medis yang dapat martabat manusia dan perlindungan hak
dijadikan acuan untuk membantu asasi manusia. Secara aksiologis, prinsip ini
mengkonstruksi cara pandang bangsa terinstrumen di dalam peraturan perundang-
Indonesia dalam mengkaji persoalan undangan. Norma hukum yang terdapat
penerapan bioteknologi rekayasa genetika dalam peraturan perundangan nasional
yang sesuai dengan Hukum HAM di mengandung makna filosofi yang men-
Indonesia. Seperti hak untuk menentukan justifikasi kedudukan hak asasi manusia dan
nasib sendiri, hak atas hidup, hak untuk penghormatan terhadap martabat manusia di
melanjutkan keturunan, hak untuk mengem- Indonesia.
bangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu Dalam hukum kesehatan, peng-
pengetahuan dan tekhnologi demi kesejah- embangan iptek sebagai hasil budaya
teraan umat manusia.18 manusia Indonesia didasarkan pada moral
Pasal 28A, 28B ayat (1) dan Pasal ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan
28C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 beradab. Atas dasar landasan filosifis
menjamin, hak setiap orang atas hidup serta tersebut maka penelitian dan penerapan
berhak mempertahankan hidup dan bioteknologi rekayasa genetika untuk tujuan
kehidupannya, setiap orang berhak mem- pengobatan medis (cloning terapeutic)
bentuk keluarga dan melanjutkan keturunan dibuka ruang untuk itu, karena mempunyai
melalui perkawinan yang sah dan setiap nilai manfaat bagi umat manusia, sepanjang
orang berhak mengembangkan diri melalui tentunya dilakukan sesuai dengan informed
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak consent maupun reserved informed consent
mendapat pendidikan dan memperoleh sebagai rambu-rambu yang harus ditaati
manfaat dari ilmu pengetahuan dan oleh setiap peneliti, demi untuk mencegah
teknologi, seni dan budaya, demi mening- penyalahgunaan kode genetika dan infor-
katkan kualitas hidupnya dan demi kesejah- masi genetika. Hal ini untuk mengantisipasi
teraan umat manusia. potensi terjadinya pelanggaran hak dalam
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 hubungan kontraktual.19
tentang Hak Asasi Manusia, adalah keten-
18 19
Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Veronica Komalawati, Membangun Hukum Yang
Asasi Manusia Pasal 2 dan 5 Manusiawi…,Op Cit, hlm 13
Arman Anwar, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetik …………………. 45
Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010
sampai data yang dapat dipercaya telah mengacu untuk selanjutnya sebagai
tersedia. “penelitian kedokteran dan keilmuan”;
6. Kerahasiaan mengenai hak privasi yang (3) kedokteran forensik, dan perkara
berhubungan dengan informasi perdata, pidana dan perkara hukum
kesehatan subyek uji lain, dengan mengacu pada ketentuan
7. Jujur dalam melaporkan hasil. Pasal 1(c);
(4) atau tujuan lain yang konsisten dengan
Universal Declaration on the Human Pernyataan Umum tentang genom
Genome and Human Rights (1997), manusia dan Hak-hak Asasi Manusia
menetapkan bahwa Penelitian dan penerapan dan hukum internasional dari hak-hak
baik dalam bidang biologi, genetika dan asasi manusia.
kedokteran, tidak boleh mengabaikan
penghormatan pada hak-hak asasi manusia, Dalam Universal Declaration on
kebebasan-kebebasan mendasar dan Bioethics and Human Rights (2005),
martabat manusia. Kebebasan penelitian terdapat dua prinsip utama dalam pernyataan
harus ditujukan untuk upaya memberi yang berkaitan dengan martabat dan hak-hak
pembebasan dari penderitaan dan asasi manusia yaitu:24
meningkatkan kesehatan perorangan (1) Martabat manusia, hak-hak asasi
maupun masyarakat secara keseluruhan. manusia dan kebebasan-kebebasan
Genom manusia dalam keadaan alaminya mendasar harus sepenuhnya dihormati.
tidak untuk dimanfaat dan untuk memberi (2) Kepentingan dan kesejahteraan
keuntungan-keuntungan keuangan. Untuk perorangan seharusnya diberi prioritas
itu maka Praktek-praktek yang bertentangan di atas kepentingan satu-satunya dari
dengan martabat manusia, seperti kloning ilmu pengetahuan atau masyarakat.
reproduksi manusia, tidak akan diizinkan.
Negara dan organisasi-organisasi United Nations Declaration on
internasional yang berkompeten diundang Human Cloning (2005). Menetapkan
untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi bahwa,25 mengambil semua langkah-langkah
praktek seperti itu di tingkat nasional yang diperlukan untuk melarang semua
maupun internasional (Pasal 11).22 bentuk kloning manusia karena tidak sesuai
International Declaration on dengan martabat manusia dan untuk
Human Genetic Data (2003), menetapkan melindungi kehidupan manusia. Negara-
bahwa Data genetika manusia dan data negara berkewajiban untuk melindungi
proteomika manusia dapat dikumpulkan, kehidupan manusia baik dalam kehidupan
diolah, digunakan dan disimpan, hanya aplikasi ilmu; untuk melarang penerapan
untuk keperluan:23 teknik rekayasa genetika yang mungkin
(1) diagnosis dan perawatan kesehatan, bertentangan dengan martabat manusia, dan
termasuk penyaringan dan uji ramalan; untuk mencegah eksploitasi perempuan
(2) penelitian kedokteran dan keilmuan dalam aplikasi kehidupan ilmu, serta untuk
lain, termasuk epidemiologi, mengadopsi dan menerapkan perundang-
khususnya studi genetika berbasis undangan nasional dalam implementasinya.
kependudukan, serta studi antropologi
atau arkeologi, secara bersama
22
Deklarasi Universal yang diterima dengan resmi dalam
24
sidang ke dua-puluh-sembilan General Conference The Universal Declaration on Bioethics and Human
UNESCO (Resolusi 29 C/16). Pada tanggal 1 Rights. diterima secara aklamasi dalam Konferensi
November 1997. Umum ke-32 UNESCO pada 3 Oktober 2005
23 25
International Declaration On Human Genetic Data The United Nations Declaration on Human Cloning
2003 diterima secara aklamasi dalam konferensi Umum 2005,diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada 8 Maret
UNESCO ke-23 pada 16 Oktober 2003. 2005
Arman Anwar, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetik …………………. 49
Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010
Orasi ilmiah
Veronica Komalawati, Membangun Hukum
Yang Manusiawi Dalam Mencegah
Eksploitasi Bioteknologi, Informasi
Genetik, Dan Bioterorisme di
Indonesia, Orasi Ilmiah Guru Besar