Professional Documents
Culture Documents
4) - Hervelly Hal-233-254
4) - Hervelly Hal-233-254
INFOMATEK
Volume 7 Nomor 4 Desember 2005
Hervelly
Jurusan Teknologi Pangan
Fakultas Teknik-Universitas Pasundan
Abstract : The aim of this experiment was to known the effect of modified conventional curing, treated with air
velocities on characteristics of shallot cultivar BIMA. Randomized Block Design was used with six times
replications and followed Duncan test. Treatment was assigned with four levels of air velocities, i.e. A (3.4 m.
second-1), B (2.3 m. second-1), C (1.7 m. second-1) and D (control). The result of experiment showed that curing
of shallot with 3.4 m. second -1 of air velocities for four days gave moisture content of outer skin layers 11.24%, of
inner skin layers 78.14%, weight loss 7.43%. Higher total soluble solid 17,07% and hardness 2.94 mm. 10 detik -1.
50 g-1, respectively. However, no significantly difference between treatments on volatile reducing substances.
Colour characteristics of outer layers skin shallot showed by L and b values were no significantly difference
between air velocities treatments but different with control, whereas a value no different for all treatments.
Shallot was cured with 3.4 m. second -1 of air velocities gave yield 88.09% lowest than others treatments. In
descriptively manner, after curing outer layers skin shallot have violet colour but shallot was treated with air
velocities indicate that outer skin layer slightly brightness than control.
233
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
Manado, Ambon dan Irian Jaya, Rahayu dan pelunakan dan busuknya umbi, mempengaruhi
Berlian, 2004 [1]. nilai gizi, bau, rasa, warna, dan tekstur umbi,
Histifarina dan Musaddad, 1998 [5].
Produksi bawang merah bersifat fluktuatif ; pada
tahun 1999, produksi bawang merah sebesar Di dalam bawang merah terdapat senyawa
938.293 ton, tahun 2000 terjadi penurunan allicin yaitu senyawa yang berfungsi sebagai
produksi menjadi 772.818 ton, pada tahun 2001 anti-mikroba. Allicin adalah senyawa volatil yang
terjadi kenaikan produksi menjadi 861.150 ton memberikan bau dan rasa khas pada bawang,
serta tahun 2002 sebesar 762.572 ton, Komar dkk., 2001 [6]. Bawang merah untuk
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, konsumsi dipanen pada umur 60 hari – 70 hari
2003 [2]. Tahun 2003, terjadi peningkatan setelah tanam yang ditandai dengan 60% - 70%
produksi bawang merah mencapai 1.023.391 dari seluruh daun telah menguning. Tanah yang
ton dan tahun 2004 diperkirakan sebesar menempel pada permukaan umbi dibersihkan,
1.105.350 ton, Pitojo, 2003 [3]. Kultivar Bima diikat batangnya dengan berat 1,0 – 1,5
tergolong jenis yang memiliki hasil yang tinggi kg/ikatan dan segera dicuring sebelum disimpan
yaitu mencapai 10 ton/ha, dapat dipanen pada dan dipasarkan [1].
umur panen 60 hari – 65 hari setelah tanam.
Curing bawang merah adalah proses
Meningkatnya produksi bawang merah
pengeringan batang semu dan bagian luar daun
memberikan kontribusi cukup besar pada
yang nantinya membentuk semacam sisik
perekonomian masyarakat petani dan pedagang
kering. Selain itu curing bawang setelah panen
bawang merah. Peningkatan produksi
bertujuan menyembuhkan luka akibat
menimbulkan masalah jika tidak diimbangi
pemanenan, mencegah invasi mikroorganisme
dengan penanganan pascapanen yang baik,
ke dalam batang semu melalui jaringan yang
dapat mengakibatkan penurunan kuantitas,
luka, mengeringkan akar dan kulit luar bawang,
kualitas dan harga jual. Penanganan
mengurangi kehilangan air serta untuk
pascapanen kurang baik berpengaruh terhadap
pembentukan lapisan gabus epidermis baru
banyaknya kerusakan komoditas. Kehilangan
disebut juga peridermis luka, Rubatzky dan
yang dialami petani bawang merah akibat
Yamaguchi, 1997 [7].
penanganan pascapanen kurang baik
diperkirakan mencapai 10% – 15%, Marleen,
Upaya mempertahankan kualitas bawang merah
2000 [4]. Penyebab kerusakan pascapanen
sangat diperlukan, dengan cara curing yang
bawang merah adalah kadar airnya yang tinggi
tepat. Curing bawang merah secara
yaitu 80% - 85%, medium yang baik bagi
konvensional yang dilakukan para petani
pertumbuhan jamur dan kapang, menyebabkan
234
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
235
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
5,6%. Kadar padatan terlarut dan susut berat 81,02% (kecepatan aliran udara 0,50 m/detik),
bawang lebih baik yang ditempatkan di dalam 81,94% (kecepatan aliran udara 1,00 m/detik)
keranjang bambu, kekerasan bawang tidak dan 82,42% (kecepatan aliran udara 1,50
berbeda setelah dicuring selama 5 hari – 7 hari m/detik), dan total padatan terlarut masing-
yang ditempatkan dalam ketiga wadah berbeda masing sebesar 9,50%, 9,26% dan 8,73%.
[4]. Kekerasan bawang yang dikeringkan dengan
hembusan udara pada kecepatan yang rendah
Bawang merah dengan diameter 2,00 cm – 3,35
semakin baik dan susut berat umbi bawang
cm, dicuring secara konvensional dengan
setelah perlakuan pengeringan masing-masing
menjemur di bawah panas matahari selama 6
sebesar 2,53%, 2,76% dan 3,03% untuk ketiga
hari, kadar air bawang merah turun dari 85,13%
kecepatan aliran udara, Marsetio, 1998 [13].
menjadi 84,49%, total padatan terlarut dari
Bawang merah sebagai komoditas sayuran
15,07% menjadi 14,66%. Sebaliknya kekerasan
segar diharapkan memiliki kandungan air
dan volatile reducing substances bawang
minimal setelah curing adalah 78.0% - 80,0%,
meningkat, masing-masing dari 2,63
Anonimus, 2004 [14]. Untuk mendapatkan
mm/detik/50g menjadi 2,18 mm/detik/50 g dan
kualitas bawang merah yang baik, cara curing
dari 4,39 grek/g menjadi 5,48 grek/g, serta perlu diperhatikan, kecepatan aliran udara di
susut berat sebesar 18,89% [5]. Bawang merah sekitar bahan yang dikeringkan mempengaruhi
yang dikeringkan dan disimpan di gudang kecepatan pengeringan, sehingga kecepatan
berpembangkit vortex dengan cara aliran udara perlu dikendalikan, Pantastico,
menggantungkan bawang pada gantungan yang 1989 [15].
dibuat dari bambu dan dengan cara
menghamparkan di atas rak, terjadi susut berat Berdasarkan uraian di atas masalah yang dapat
11,91% - 12,61%, dan kadar air bawang menjadi diidentifikasikan sebagai berikut : Bagaimana
84,3%. Asgar dan Sinaga, 1992 [12]. pengaruh cara curing konvensional yang
Pengeringan bawang merah (protolan) kultivar dimodifikasi dengan pemberian kecepatan
Kuning rampek menggunakan tray dryer dengan hembusan aliran udara menggunakan kipas
O
udara panas bersuhu 35 C, 45 C, 55 C dan O O angin pada speed 1, speed 2, speed 3 dan
kecepatan aliran udara 0,50 m/detik, 1,00 tanpa hembusan aliran udara pada curing
m/detik dan 1,50 m/detik selama 2,5 jam, kadar bawang merah protolan yang disimpan dalam
air umbi bawang setelah kering dengan kotak-kotak kayu berventilasi terhadap
menghembuskan udara panas untuk ketiga karakteristik bawang merah kultivar BIMA.
kecepatan aliran udara masing-masing adalah Maksud dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh perlakuan yang tepat dalam curing
236
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
bawang merah segar, dan bertujuan untuk neraca Sartorius BP 3105, alat VRS, kipas angin
mendapatkan kecepatan hembusan udara yang merek Regency (spesifikasi : tipe F EB 302,
tepat dengan menggunakan kipas angin pada diameter kipas : 30 cm, voltase : 220 volt, 75
curing konvensional yang telah dimodifikasi watt, pengatur kecepatan kipas terdiri dari
yaitu berpengaruh paling baik terhadap speed 1, speed 2 dan speed 3), dan alat-alat
karakteristik bawang merah kultivar BIMA yang untuk analisis kimia. Wadah untuk curing
dihasilkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bawang digunakan adalah kotak kayu dengan
memberikan sumbangan bagi pengembangan ukuran panjang = 40 cm, lebar = 40 cm, tinggi =
sains dan teknologi, khususnya dalam bidang 20 cm yang diberi ventilasi pada seluruh bagian
teknologi pascapanen, mengetahui metode kotak dengan ukuran celah ventilasi adalah 2
penanganan pascapanen yang baik, dapat cm.
dijadikan upaya sebagai alternatif dalam
2.1. Metode Penelitian
melakukan curing bawang merah bagi petani
Metode yang digunakan pada penelitian ini
bawang merah sehingga dapat tersedia bawang
adalah metode eksperimen meliputi rancangan
merah dengan mutu yang baik.
perlakuan, rancangan lingkungan, rancangan
analisis dan rancangan respon.
II. METODE PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan adalah bawang 2.2. Rancangan Perlakuan
merah kultivar BIMA yang dipanen pada umur Pada percobaan ini dikerjakan sebanyak 4
60 hari – 65 hari setelah tanam. Bawang merah perlakuan dan masing-masing perlakuan
dibeli dari petani di daerah Kabupaten Ciparay, diulang 6 kali sebagai ulangan adalah ukuran
sebanyak 1356 kg untuk percobaan. umbi bawang, perlakuan sebagai berikut :
A : Bawang merah protolan disimpan dalam
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
kotak kayu berventilasi, dicuring dengan
analisis yaitu KMnO4 0,02 N, H2SO4 6 N, Larutan
menghembuskan udara oleh kipas angin
KI 20%, Larutan Na2S2O3 0,02 N, Indikator kanji,
pada speed 1 (3,4 m/detik).
akuades.
B : Bawang merah protolan disimpan dalam
kotak kayu berventilasi, dicuring dengan
Alat-alat yang digunakan adalah RH-probe YK-
menghembuskan udara oleh kipas angin
200P Lutron, Refraktometer Atago N-1,
pada speed 2 (2,3 m/detik)
Universal penetrometer TS-73510 AN-2,
C : Bawang merah protolan disimpan dalam
Anemometer YK-2001 Lutron, Chromameter
kotak kayu berventilasi, dicuring dengan
CR-200 Minolta, blender Philips tipe HR 1701,
237
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
238
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
3) Kekerasan dengan Universal Penetrometer Bawang merah kultivar BIMA pada saat panen
Tipe TS-73510 AN-2 [18]. (60 hari – 65 hari setelah tanam) ternyata
4) Kadar volatile reducing substances (VRS) memiliki bentuk bawang bulat sedikit lonjong,
metode Destilasi [17]. warna kulit luar keunguan sedikit merah muda
5) Warna kulit luar bawang dengan dan sedikit kekuningan serta permukaan
Chromameter CR-200 Minolta dengan bawang sedikit mengkilap dan agak halus.
sistem pengukuran warna Hunter [19]. Pangkal daun bawang bila dipegang agak
6) Rendemen curing lemah, daun sedikit menutup serta berwarna
7) Deskripsi inderawi bawang setelah curing hijau sedikit kuning. Bawang merah kultivar
yaitu : BIMA dipanen pada umur 60 hari – 65 hari
Warna kulit luar bawang setelah tanam, 60% -70% dari seluruh tanaman
Tahap Pelaksanaan Penelitian (Lampiran 1) daunnya menguning dan agak lemah. Batang
leher atau pangkal daun bawang bila dipegang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN sudah lemah dan mengempis, kelihatan penuh
Karakteristik inderawi panenan bawang dan berisi. Bentuk bawang bulat agak lonjong serta
rendemen sortasi bawang merah kultivar BIMA kulit luar bawang berwarna kekuning-kuningan
disajikan pada Tabel 1. sampai merah muda, [1] ; Musaddad dan
Sinaga,1995 [21].
Tabel 1
Deskripsi Inderawi dan Karakteristik Serta
Rendemen Sortasi Bawang Merah Segar Tabel 1 memperlihatkan bawang merah pada
Karakteristik Keterangan saat panen memiliki kadar air rata-rata sebesar
Karakteristik Inderawi 84,97%. Walaupun demikian kadar air yang
1) Bentuk bawang Bulat sedikit lonjong
2) Warna kulit luar bawang Keunguan, sedikit diperoleh masih dalam kisaran bagi kadar air
merah muda
3) Keadaan permukaan Sedikit mengkilap dan untuk bawang merah yaitu sebesar 80% - 85%
bawang agak halus
4) Kondisi daun bawang Pangkal daun agak lemah, [2]. Perbedaan kadar air bawang dengan
Daun sedikit menutup,
Warna daun hijau sedikit
kultivar yang sama disebabkan berbedanya
kuning daerah penanaman, kesuburan tanah,
Karakteristik Umbi *)
1) Kadar air (% bb) 84,97 ketersediaan air tanah, dan jenis tanah. Rata-
2) Kadar TPT (% bb) 14,68
3) Kadar VRS ( grek/g) 6,01 rata kadar total padatan terlarut bawang segar
4) Kekerasan
(mm/10 detik/50 g) 3,61 yaitu 14,68% lebih rendah dari yang dilaporkan
5) Warna kulit luar bawang :
Nilai rata-rata L 28,10 Nurhartuti dan Asgar (1995) yaitu sebesar
Nilai rata-rata a + 5,81
Nilai rata-rata b 25,57 15,92% [22]. Kadar volatile reducing substances
Rendemen sortasi (%) 71,68 bawang merah 6,01 grek/g dan kekerasan
239
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
3,61 mm/10 detik/50 g. Hasil ini berbeda dari (positif) dari 0 sampai + 70 untuk warna kuning,
yang dilaporkan oleh Histifarina dan Musaddad Soekarto, 1990 [23].
(1998) untuk bawang dengan kultivar yang
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai L atau
sama yaitu kadar volatile reducing substances
kecerahan kulit luar bawang merah yang diteliti
sebesar 4,39 grek/g dan kekerasan sebesar
adalah 28,10. Nilai ini menunjukkan permukaan
2,63 mm/10 detik/50 g [5]. Hal ini disebabkan
kulit luar bawang tidak cerah. Nilai a kulit luar
perbedaan umur panen, jenis tanah,
bawang adalah 5,81, nilai ini memperlihatkan
pemupukan serta faktor lingkungan tempat
kulit luar bawang sedikit merah. Nilai b kulit luar
tumbuh seperti suhu, kelembaban relatif,
panjang hari dan curah hujan [5]. bawang diperoleh sebesar 25,57, nilai ini
menunjukkan kulit luar bawang berwarna agak
Pengukuran warna kulit luar bawang merah biru. Kombinasi nilai a dan b memberikan
dilakukan dengan sistem Hunter menggunakan kulit luar bawang berwarna keunguan sedikit
Chromameter CR-200 Minolta. Sistem merah muda. Secara diskriptif kulit luar bawang
pengukuran warna Hunter, melaporkan warna berwarna keunguan dan sedikit merah muda,
menyatakan kecerahan atau lightness yang (sedikit cerah) serta agak halus.
(negatif) dari 0 sampai – 80 untuk warna hijau. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
Nilai b menyatakan warna kromatik campuran perlakuan kecepatan hembusan aliran udara
biru-kuning dengan nilai – b (negatif) dari 0 yang berbeda dan tanpa hembusan aliran udara
sampai – 70 untuk warna biru dan nilai + b (kontrol) berpengaruh nyata terhadap kadar air
lapisan kulit luar bawang merah. Kecepatan
240
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
hembusan aliran udara 3,4 m/detik (A), 2,3 umbi bawang karena kecepatan aliran udara
m/detik (B), 1,7 m/detik (C) dan kontrol (D) yang lambat antara 0,50 m/detik – 0,62 m/detik
menghasilkan kadar air lapisan kulit luar menyebabkan kemampuan udara untuk
bawang merah yang saling berbeda nyata pada menguapkan air juga makin sedikit. Sirkulasi
pengamatan hari ke-1, hari ke-2 dan hari ke-4. udara yang terus menerus diberikan pada
Semakin cepat hembusan aliran udara semakin pengeringan bawang putih dapat membantu
rendah kadar air lapisan kulit luar bawang. Hal kecepatan penguapan air Sinaga dan
ini disebabkan hembusan aliran udara yang Nurhartuti, 1991[24].
semakin tinggi semakin mempercepat
Pengamatan pada hari ke-3, menunjukkan
menguapnya air dari kulit luar bawang. Keadaan
terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan
ini disebabkan adanya driving force atau
kecuali terhadap perlakuan B dan C yang
perbedaan tekanan uap air pada permukaan
berbeda tidak nyata. Kadar air lapisan kulit luar
bawang dengan tekanan uap air di udara
tidak yang tidak berbeda disebabkan
disekelilingnya. Kecepatan aliran udara
bervariasinya suhu lingkungan curing setiap
mempengaruhi kecepatan pengeringan dan
hari, selain itu kecepatan aliran udara kedua
kecepatan aliran udara dapat ditingkatkan
perlakuan yang tidak jauh berbeda memberikan
dengan pemberian hembusan udara [15].
pengaruh terhadap air yang teruapkan. Kadar
Banyaknya air yang teruapkan pada
air lapisan kulit luar bawang merah cenderung
pengeringan produk-produk hortikultura
menurun untuk masing-masing perlakuan
dipengaruhi pula oleh kelembaban relatif udara
kecepatan hembusan aliran udara dan kontrol
pengering serta kecepatan aliran udara
dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Setiap hari
pengering, Sahay dan Singh, 1994 [10].
pengamatan dapat dilihat perlakuan hembusan
Pemberian hembusan aliran udara terus
aliran udara lebih cepat mampu menguapkan air
menerus yang menerpa dinding-dinding kotak-
lebih banyak, terbukti dari lebih rendahnya
kotak kayu tempat umbi bawang menyebabkan
kadar air lapisan kulit luar bawang. Perlakuan
timbulnya aliran udara yang bersifat turbulensi,
pemberian hembusan aliran udara pada curing
dan semakin cepat hembusan aliran udara akan
bawang memberikan kadar air lapisan kulit luar
menghasilkan aliran turbulensi yang tinggi pada
lebih rendah dari perlakuan kontrol, hal ini
permukaan bahan yang dikeringkan serta
disebabkan adanya sirkulasi udara yang
sirkulasi udara pada permukaan bahan semakin
mengalir lebih baik. Selama curing kulit luar
baik mengakibatkan air yang teruapkan semakin
bawang menjadi kering, dan mengeringnya kulit
banyak. Pada perlakuan kontrol (D) kurangnya
luar bawang untuk melindungi bagian dalam
sirkulasi udara yang mengalir di permukaan
bawang dari serangan mikroorganisme,
241
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
membatasi pengeluaran air yang berlebihan dari dari 12%, sedangkan bakteri dan ragi akan
dalam bawang pada penyimpanan. Beberapa tumbuh pada kadar air di atas 30%, Desrosier
jenis jamur dapat tumbuh pada bahan pangan dan Desrosier, 1977 [25].
yang telah kering berkadar air sedikit lebih tinggi
Tabel 2
Pengaruh Kecepatan Hembusan Aliran Udara Terhadap Kadar Air (% bk) Lapisan Kulit Luar dan Lapisan
Dalam Bawang Merah Setelah Curing
Seluruh bawang yang telah dicuring selama 4 bawang paling dalam menuju ke permukaan
hari dengan perlakuan yang berbeda, ternyata lapisan kulit luar secara perlahan, sehingga
kadar air terendah kulit luar bawang adalah lapisan bagian dalam tetap basah dan lapisan
sebesar 11,24% pada kecepatan hembusan terluar kering. Keadaan ini mengakibatkan air
aliran udara 3,4 m/detik.Data pada Tabel 2 yang terdapat di dalam bawang tidak dapat
menunjukkan bahwa kadar air lapisan dalam keluar menjadi uap. Perpindahan massa air dari
bawang merah yang diberi perlakuan kecepatan lapisan bagian dalam ke permukaan lapisan
hembusan aliran udara 3,4 m/detik (A) berbeda kulit luar bawang yang berlangsung lambat
nyata dengan perlakuan kecepatan hembusan mengakibatkan lapisan permukaan terlebih
aliran udara 2,3 m/detik (B), 1,7 m/detik (C) dan dahulu menjadi kering sehingga air yang
kontrol (D). Hal ini disebabkan semakin cepat terdapat pada lapisan bagian dalam bawang
hembusan aliran udara maka sirkulasi udara akan tertahan dan tidak teruapkan.
lebih baik dan menyebabkan penguapan air
Kecepatan hembusan aliran udara 2,3 m/detik
makin banyak. Proses penguapan air dari tiap
(B) dan 1,7 m/detik (C) memperlihatkan kadar
lapisan bawang terjadi secara gradual karena
air lapisan dalam bawang merah berbeda tidak
adanya perpindahan massa air dari lapisan
nyata. Hal ini disebabkan sirkulasi udara yang
242
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
243
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
Susut berat bawang selama curing berasal dari dan penyusutan akibat penguapan sedikit.
menguapnya cairan dari dalam bawang yang Selain itu kondisi lingkungan udara tempat
sebagian besar berupa air dan sebagian kecil dilakukan curing berfluktuatif dapat
bahan volatil. Permukaan sayuran dan buah- mempengaruhi penguapan air dan memberikan
buahan segar terdapat lapisan tipis udara yang pengaruh terhadap susut berat bawang merah.
membatasi permukaan bahan dimana tekanan Perbedaan susut berat bawang antar perlakuan
uap air di udara dalam keadaan setimbang disebabkan karena berbedanya kecepatan
dengan tekanan uap air dalam bahan, Wills hembusan aliran udara.
dkk., 1991 [26]. Semakin cepat hembusan aliran
Semakin cepat hembusan aliran udara
udara menghasilkan susut berat bawang merah
mengakibatkan sirkulasi udara yang mengalir
semakin meningkat.
semakin baik, sehingga udara semakin banyak
Hal ini disebabkan hembusan aliran udara yang menyerap uap air dan susut berat menjadi
cepat mengakibatkan lapisan udara pembatas berbeda. Pada perlakuan D (kontrol)
yang terdapat pada bagian permukaan bawang memperlihatkan bahwa susut berat bawang juga
makin menipis. Keadaan ini menyebabkan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini
terjadinya peningkatan perbedaan tekanan uap disebabkan aliran udara alami dengan
air pada bagian dekat permukaan bawang kecepatan antara 0,50 m/detik – 0,62 m/detik,
dengan tekanan uap air di udara sehingga air menyebabkan sirkulasi udara yang mengalir
yang menguap semakin banyak dan susut berat pada permukaan bawang kurang baik sehingga
bawang juga makin besar. kemampuan udara untuk menguapkan dan
menyerap uap air juga sedikit. Keadaan ini
Pengamatan pada hari ke-3 dan ke-4,
menunjukkan kecepatan aliran udara alami yang
menunjukkan bahwa susut berat bawang antar
rendah baru berfungsi sebagai akselerator
perlakuan terdapat perbedaan yang nyata
perpindahan massa air dari bagian dalam ke
kecuali terhadap perlakuan B dan C yang
permukaan bawang dan hanya sedikit
berbeda tidak nyata. Susut berat bawang pada
kemampuan untuk menguapkan air. Secara
perlakuan B dan C yang tidak berbeda
keseluruhan terjadi peningkatan persentase
disebabkan kulit luar bawang mulai mengering
susut berat bawang sebagai akibat menguapnya
dan pori-pori kulit luar mulai menutup, walaupun
air dari umbi untuk seluruh perlakuan. Susut
masih terjadi peningkatan susut berat. Keadaan
berat bawang merah selama curing dapat dilihat
ini disebabkan tekanan uap air pada bagian
pada Gambar 1. Susut berat bawang setelah
dekat permukaan bawang menuju
curing tidak melebihi 10%. Seluruh bawang
kesetimbangan dengan tekanan uap air di udara
yang telah dicuring selama 4 hari ternyata
244
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
masuk dalam syarat yang ditentukan tetapi jika Data pada Tabel 4 menunjukkan kadar total
dilihat kadar air kulit luar bawang, perlakuan A padatan terlarut bawang yang diberi perlakuan
menunjukkan kadar air kulit luar terendah kecepatan hembusan aliran udara 3,4 m/detik
walaupun susut berat bawang lebih tinggi (A) berbeda nyata dengan perlakuan 2,3 m/detik
dibandingkan perlakuan lainnya [1]. (B), 1,7 m/detik (C) dan kontrol (D). Hal ini
8 disebabkan kecepatan hembusan aliran udara
7 yang semakin tinggi menyebabkan laju
6
penguapan air juga semakin cepat, sehingga
5
4
jumlah air di dalam cairan sel umbi makin
3 menurun dan kadar air lapisan dalam bawang
2 : Perlakuan A x: semakin rendah seperti yang ditunjukkan pada
1
Perlakuan C
: Perlakuan B + : Tabel 2.
0 Perlakuan D
0 1 2 3 4
245
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
246
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
dipengaruhi oleh ketegaran disebabkan tekanan substances antar perlakuan berbeda tidak
isi sel pada dinding sel atau tekanan turgor, nyata. Walaupun kadar air masing-masing
ketegaran menyebabkan sifat umbi menjadi perlakuan berbeda tetapi tidak memberikan
keras [15]. Mengerasnya bawang disebabkan perbedaan kadar volatile reducing substances
berkurangnya kandungan air umbi yang akan yang berarti, kecuali untuk perlakuan B dan C
meningkatkan konsentrasi cairan sel dan kadar air bawang tidak berbeda.
struktur jaringan pada bawang menjadi lebih
Bawang mengandung senyawa volatile reducing
padat dan keras. Kekerasan bawang
substances dan salah satu komponen senyawa
berhubungan dengan kepadatan atau turgiditas,
tersebut adalah minyak atsiri yang disebabkan
zat padat terlarut dan banyaknya air yang
oleh senyawa oleoresin terdapat dalam cairan
terkandung di dalam bawang [13].
sel, Kanner dkk., 1978 [28]. Kadar volatile
3.5. Kadar Volatile Reducing Substances reducing substances bawang merah pada
Bawang Merah Setelah Curing
masing-masing perlakuan tidak berbeda,
Hasil analisis statistik kadar volatile reducing disebabkan air yang terdapat dalam rongga
substances bawang setelah curing pada Tabel antar sel lebih cepat berpindah dari bagian
6. dalam ke permukaan bawang dibandingkan
Tabel 6 dengan perpindahan massa oleoresin yang
Pengaruh Kecepatan Hembusan Aliran Udara
mengikat senyawa volatil. Keadaan ini
Terhadap Kadar Volatile Reducing Substances (
grek/g) Bawah Merah Setelah Curing menyebabkan oleoresin tertahan di dalam
cairan sel dan tidak dapat keluar. Selain itu
Rata-rata Kadar Volatile
Perlakuan Reducing Substances ( mengeringnya kulit luar bawang dapat berfungsi
grek/g) Bawang Merah
untuk menahan menguapnya senyawa-senyawa
A (kecepatan kipas speed 1 8,73 a
= 3,4 m/detik) volatil yang terdapat dalam bawang selama
B (kecepatan kipas speed 2 8,49 a
=2,3 m/detik) curing.
C (kecepatan kipas speed 3 8,61 a
= 1,7 m/detik)
D (kontrol) 8,40 a Hal lain yang menyebabkan tidak berbedanya
Keterangan : Setiap angka yang diikuti huruf kecil yang kadar volatile reducing substances bawang
sama pada setiap kolom menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak merah yaitu suhu udara segar yang digunakan
Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
berkisar antara 25,52OC – 27,70OC, sehingga
Data pada Tabel 6 menunjukkan perlakuan senyawa-senyawa volatil yang terdapat di dalam
kecepatan hembusan aliran udara 3,4 m/detik bawang tidak menguap. Menurut Hartman,
(A), 2,3 m/detik (B), 1,7 m/detik (C) dan kontrol (1970) senyawa-senyawa volatil yang terdapat
(D) memberikan kadar volatile reducing dalam bahan akan menguap pada suhu lebih
247
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
besar dari 65OC [29]. Namun secara Parameter a menyatakan derajat kemerahan
keseluruhan terlihat bahwa terjadi peningkatan (a) atau kehijauan (a) suatu bahan, dan
kadar volatile reducing substances bawang dari parameter b menyatakan derajat kekuningan
saat sebelum curing adalah 6,01 grek/g. (b) atau kebiruan (b) suatu bahan.
Meningkatnya kadar volatile reducing
substances diduga terjadinya peningkatan Hasil analisis statistik warna kulit luar bawang
aktivitas enzim allinase [5]. Penguapan air yang setelah curing dapat dilihat pada Tabel 7. Data
terjadi selama curing menyebabkan perubahan pada Tabel 7, menunjukkan bahwa perlakuan
kadar volatile reducing substances, dan pemberian hembusan aliran udara 3,4 m/detik
berkurangnya kandungan air mengakibatkan (A), 2,3 m/detik (B) dan 1,7 m/detik (C)
kadar bahan kering meningkat diikuti dengan memberikan rata-rata nilai L dan rata-rata nilai
meningkatnya kadar volatile reducing b kulit luar bawang antar perlakuan berbeda
248
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
Keterangan : Setiap angka yang diikuti huruf kecil yang memperlihatkan kulit luar bawang merah
sama pada setiap kolom menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak merupakan campuran warna merah dan biru
Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada perlakuan kontrol (D) memperlihatkan yang membentuk warna merah lembayung.
rata-rata nilai L dan b kulit luar bawang Pigmen utama pada bawang adalah antosianin
berbeda nyata dengan ketiga perlakuan yang dan warna merah yang disebabkan oleh
diberi hembusan aliran udara. Kejadian ini antosianin tergantung dari konsentrasi pigmen,
disebabkan panas dari sinar matahari yang pH medium dan pigmen lainnya [30]. Dijelaskan
mengenai permukaan kulit luar bawang kurang pula oleh Winarno (1991) pada konsentrasi
terdistribusi keseluruh bagian permukaan pigmen yang rendah antosianin berwarna ungu,
permukaan kulit luar bawang lebih panas yang berwarna merah [31].
249
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
mengakibatkan rendemen curing juga berbeda curing bawang yang dihasilkan lebih tinggi,
kecuali untuk perlakuan B dan C. karena kecepatan aliran udara alami yang
Tabel 8 rendah (0,50 m/detik – 0,62 m/detik)
Pengaruh Kecepatan Hembusan Aliran Udara menyebabkan sirkulasi udara yang mengalir
Terhadap Rendemen Curing (%) Umbi Bawah
Merah Setelah Curing pada permukaan bawang kurang lancar
sehingga air yang teruapkan makin sedikit dan
Perlakuan Rata-rata Rendemen
Curing (%) bahan kering yang dihasilkan makin berat.
250
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
251
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
Bawang Merah Kultivar ”Kuning Rampek”. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
Tesis Magister Pertanian, Program Institute Pertanian Bogor, Bogor.
pendidikan Magister. Program [21] Musaddad D. dan R.M. Sinaga. 1995.
Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Panen dan Penanganan Segar Bawang
Bandung. Merah. Teknologi Produksi Bawang
[14] Anonimus. 2004. Pembakuan Standar Merah. Pusat Penelitian dan
Mutu Produk Beberapa Segmen Pasar Di Pengembangan Hortikultura, Badan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Komoditas Bawang Merah. Daerah Jakarta.
Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta. [22] Nurhartuti dan A. Asgar. 1995. Pengaruh
[15] Pantastico, ER. B. 1989. Fisiologi Pasca Suhu Pengeringan dan Tebal Pengirisan
Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Terhadap Mutu Tepung Dua Kultivar
Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika Bawang Merah. Prosiding : Seminar
dan Sub Tropika. Penerjemah : Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran, Balai
Kamariyani. Gajah Mada University Press, Penelitian Tanaman Sayuran
Yogyakarta. Bekerjasama Dengan Perhimpunan
[16] Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis Dalam Fitopatologi Indonesia dan CIBA Plant
Penelitian Percobaan. Penerbit Tarsito, Protection, Lembang, Bandung.
Bandung. [23] Soekarto, T Soewarno. 1990. Dasar-
[17] Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. Dasar Pengawasan dan Standarisasi
1989. Prosedur Analisis Untuk Bahan Mutu Pangan. Bekerjasama Dengan
Makanan dan Pertanian. Liberty, Pusat Antar Universitas Pandan dan Gizi-
Yogyakarta. IPB, Penerbit Institut Pertanian Bogor, IPB
[18] Baedhowie, M. 1993. Petunjuk Praktek Press, Bogor.
Pengawasan Mutu Hasil Pertanian. [24] Sinaga, R.M. dan Nurhartuti. 1991.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pengaruh Cara Penyimpanan Terhadap
Jakarta. Mutu Bawang Merah (Allium ascalonicum
[19] Aurand, L. W., A. E. Woods, and M R. L.). Bul. Penel. Hort. 20. (1) : 143 – 150.
Wells. 1987. Food Composition and [25] Desrosier, N. W., and J. N. Desrosier.
Analysis. Van Nostrand Reinhold, New 1977. The Technology of Food
York, N.Y. Preservation, AVI Publishing Com. Inc,
[20] Muchtadi, D. 1989. Petunjuk Laboratorium Westport, CT.
Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan.
252
Pengaruh Cara Curing Konvensional yang Dimodifikasi dengan Pemberian
Kecepatan Aliran Udara yang BerbedaTerhadap Karakteristik
Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.cv.BIMA)
253
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
Lampiran 1.
Pemanenan Umbi
bawang : 60 hari - 65 hari
setelah tanam
Pembersihan Tanah
Bawang merah
bebas tanah
Penimbangan
Pemuatan ke dalam
Pengikatan
karung goni
Transportasi
Analisis bawang merah sebelum curing Meliputi :
1. Deskripsi inderawi panenan umbi bawang + foto
2. Kadar air umbi bawang
Pembongkaran 3. Total Padatan Terlarut umbi bawang
4. Kekerasan umbi bawang
5. Volatile Reducing Substances umbi bawang
6. Warna kulit umbi bawang
Pemotongan daun dan akar 7. Rendemen Sortasi
Umbi bawang
Umbi bawang Umbi Bawang tidak terpakai
berukuran antara berukuran antara
2,0 cm - 2,5 cm 2,5 cm - 3,0 cm
Penimbangan Penimbangan
Gambar 2
Diagram Proses Pelaksanaan Percobaan
255
Infomatek Volume 7 Nomor 4 Desember 2005 : 233-254
256