You are on page 1of 25

TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL


SISWA SMK

Putu Ari Dharmayanti

Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Udayana No. 11 Singaraja


e-mail: aridharmayanti@gmail.com

Abstract: The Implementation of Role Playing Techniques to Improve Interpersonal


Communication Skills of the SMK’ students. The research aimed at examining the effective-
ness of role playing techniques to improve interpersonal communication skills of the SMK’
students. This research utilized a quasi experimental design that was one-group pretest-posttest,
involving 6 students of class X, SMKN 1 Seririt at the Department of Hotel Accommodation.
Those students were identified to have low interpersonal communication skill. The instrument
used consisted of the scale of interpersonal communication, and the instrument for treatment
materials was made in the form of training manual. The result analysis based on Wilcoxon
statistic test indicated that there were differences on the level of students’ interpersonal communi-
cation skill before and after training interventions was conducted by using role playing. This
indicated that the intervention of role playing technique training was significantly able to improve
the students’ interpersonal communication skill of SMK’ students at the Hotel Accommodation
department

Keywords: interpersonal communication skill, role playing, life skill

Abstrak: Teknik Role Playing dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal


Siswa SMK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelatihan teknik role playing da-
lam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa SMK. Penelitian ini menggunakan
rancangan eksperimen one-group pretest-postest dengan subjek 6 orang siswa kelas X SMK N 1 Se-
ririt Jurusan Akomodasi Perhotelan yang teridentifikasi sebagai siswa yang memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal rendah. Instrumen yang digunakan yaitu skala keterampilan komunikasi
interpersonal dan instrumen untuk bahan perlakuan berupa buku panduan pelatihan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa sebelum
dan sesudah mendapatkan intervensi pelatihan teknik role playing yang dianalisis dengan menggu-
nakan uji statistic Wilcoxon. Intervensi pelatihan teknik role playing dapat meningkatkan keteram-
pilan komunikasi interpersonal siswa SMK Jurusan Akomodasi Perhotelan.

Kata-kata Kunci: keterampilan komunikasi interpersonal, role playing, life


skill

Kemampuan berkomunikasi merupakan suatu ke- sehari-hari kita sering mengalami perbedaan
mampuan yang paling dasar yang harus dimiliki pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan
seorang manusia. Orang lain sering beranggapan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan
bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan adanya kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
keterampilan yang akan dimiliki dengan sendi- Siswa SMK secara psikologis memasuki
rinya oleh seorang manusia seiring dengan tahap perkembangan remaja, yakni masa peralih-
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental an dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa pera-
manusia yang bersangkutan. Dengan demikian lihan ini memberikan kesempatan untuk tumbuh,
tidak perlu secara khusus belajar bagaimana cara tidak hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga
berkomunikasi. Akan tetapi, dalam kehidupan dalam kompetensi kognitif, sosial, kemandirian

256
1 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.256-265
Dharmayanti, Teknik Role Playing dalam.… 2

serta kedekatan. Siswa lingkungannya, hal itu itu bisa menjadi menerima dukungan,
SMK sendiri berada ditunjukan dengan bagian dari diri dan dan terakhir mampu
pada masa remaja perilaku sangat cepat dapat muncul secara menye- lesaikan
akhir yang memiliki tersing- gung, sering reflex, yang tidak bentuk-bentuk
karakteristik, tidak menghargai memerlukan masalah yang
kebutuhan, dan tugas- pendapat teman, tidak pemikiran dan latihan mungkin muncul
tugas perkembangan bisa menerima sebuah lagi dalam komunikasi
yang harus kritikan dari teman, Menurut Johnson dengan cara konstruk-
dipenuhinya. Salah dan perilaku lainnya (1981) individu tif. Lebih lanjut,
satu tugas yang dapat haruslah memiliki menurut Devito (1991)
perkembang- an mengakibatkan empat keterampilan terdapat lima kriteria
remaja sebagai siswa memburuknya dasar dalam mem- untuk mewujudkan
SMK adalah mengem- hubungan bangun komunikasi keterampilan
bangkan kemampuan interpersonal di antara interpersonal, yaitu: komunikasi
komunikasi sosial dan siswa. mampu saling interpersonal yang
intelektual serta Hal yang perlu memahami dan efektif yaitu: openness
apresiasi seni diingat bahwa percaya satu sama (keterbukaan),
(Santrock, 2010) komunikasi lainnya, mampu empathy (empati),
Apabila melihat interpersonal bukan mengkomunikasikan sup- portiveness
penjabaran dari merupakan bagian dari perasaan dan pikir- an (dukungan),
standar ka- rakter kepribadian secara tepat, mampu positiveness (sikap
kompetensi dan yang bersifat bawaan, saling memberi dan positif), dan equality
kompetensi dasar mela- inkan (kesetaraan). Jadi
SMK Jurusan merupakan dalam penelitian ini
Akomodasi Perhotelan ketrampilan yang bisa yang dimaksud dengan
dalam Permendiknas dipela- jari dan keteram- pilan
(2006) tentang SI dan dilatihkan. Menurut komunikasi
SKL, sangat jelas Kaufman, dkk. interpersonal adalah
terlihat bahwa salah (1975) pengembangan kemampu- an yang
satu standar program pelatihan dimiliki oleh individu
kompetensinya yaitu keterampilan, untuk melakukan
dapat berkomunikasi khususnya proses komunikasi
dengan kolega keterampilan yang efektif di antara
ditempat kerja. komunika- si, bagi komuni- kan dan
Kompetensi ini harus siswa di sekolah akan komunikator yang
dimiliki siswa karena efektif bila disusun dapat diwujudkan
dari sekian banyak berdasarkan melalui lima
pengetahuan dan kebutuhan siswa. Hal komponen yaitu:
keterampilan yang senada juga openness (keterbu-
diperlukan dalam diungkapkan oleh kaan), empathy
menjalankan industri Adler & Rodmad (empati),
perhotelan, sopan (2006) yang supportiveness (du-
santun dalam mengatakan untuk kungan), positiveness
berkomunikasi melatih keterampilan (sikap positif), dan
merupakan salah satu komuni- kasi equality (kesetaraan).
faktor yang sangat interpersonal pertama- Selama ini telah
penting. Ketika tama harus melihat banyak penelitian
melakukan interaksi keterampilan menge- nai pentingnya
sosial, remaja belajar komunikasi keterampilan
untuk bersosialisasi interpersonal apa yang komunikasi inter-
membangun hubungan dibutuhkan. personal bagi siswa,
baik dengan keluarga, Kemudian, seperti yang dilakukan
teman, dan orang lain, mengidentifikasi oleh Nuraeni (2010).
tetapi pada kompo- nen- Penelitian yang
kenyataannya, siswa komponen dari dilakukan oleh
kurang dapat keterampilan tersebut, Nuraeni menemukan
berkomu- nikasi dan akhirnya berlatih bahwa terdapat
dengan baik di sampai keterampilan hubungan yang
3 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.256-265

signifikan antara menerapkan etika


kepercayaan diri customer service.
dengan kecemasan Etika dimaksud
komunikasi misalnya dapat berpe-
interpersonal. nampilan baik dan
Trisnaningtyas dan rapi, bersikap ramah
Nursalim (2010) mem- perlihatkan
dalam pene- litiannya gairah kerja dan
menggunakan latihan sikap selalu siap
asertif untuk untuk melayani,
meningkatkan tenang dalam bekerja,
keterampilan menguasai pekerjaan,
komunikasi interper- mampu berkomunikasi
sonal siswa dan dengan baik, bisa
hasilnya sangat efektif memahami bahasa
dan berdampak pada isyarat tamu dan
hasil belajar siswa. memiliki kemampuan
Sementara itu, menangani tamu
Sugiyatno (2009) secara profesional
berpendapat bahwa
perlu memberikan
pelatihan keterampilan
interpersonal pada
siswa SMK dimana
salah satunya adalah
keterampilan
komunikasi karena
siswa SMK perlu
mendapatkan life
skill yang diberikan
secara terpisah dengan
mata pelajaran agar
siswa siap untuk terjun
dan bersaing di dunia
kerja.
Melihat hasil
penelitian yang
dilakukan oleh
beberapa peneliti di
atas, maka dapat
disim- pulkan bahwa
keterampilan
komunikasi inter-
personal sangat perlu
dilatihkan pada siswa
ka- rena hal itu akan
memberikan dampak
yang po- sitif bagi
kehidupan sosialnya,
begitu juga pada siswa
SMK Jurusan
Akomodasi
Perhotelan. Penelitian
yang dilakukan oleh
Roskina (2007)
menemukan karyawan
Mega Zanur Gorontalo
belum sepenuhnya
Dharmayanti, Teknik Role Playing dalam.… 4
5 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.256-265

sehingga tak jarang siswa ketika lulus dan telan. Terdapat senior mereka. Selain
tamu merasa tidak dihadapkan pada dunia beberapa temuan yang itu ada beberapa siswa
begitu puas ketika kerja. terjadi di lapangan belum mampu untuk
berkunjung ke hotel Sekolah yang terkait dengan berkomunikasi yang
Mega Zanur. Hasil menjadi sasaran dalam masalah komunikasi baik dengan tamu
penelitian lain yang penelitian ini adalah interpersonal, sebagai salah satu
juga dilakukan oleh SMKN 1 Seririt. misalnya siswa bentuk pelayanan yang
Artayasa (2012) Dasar pertimbangan mengalami kesulit- an baik. Temuan di
terkait dengan kinerja dilakukannya untuk lapangan ini
karyawan di hotel Puri penelitian di SMKN mengkomunikasikan menunjukan bahwa
Saron Singaraja 1 seririt adalah apa yang menjadi siswa Jurusan
didapatkan bahwa sekolah ini memiliki kendala mereka Akomodasi
seorang receptionis jurusan yang selama praktek dan Perhotelan perlu
dalam memberikan bergerak di bidang kurang terbuka mendapatkan pelatihan
pelayanan kurang dari jasa atau pelayanan dengan karyawan keterampilan
segi keramahan terhadap masyarakat hotel yang menjadi komunikasi
berkomunikasi yang mengasumsikan interpersonal agar
sehingga sering memerlukan siswa dapat
menimbulkan keterampilan meningkatkan
kekecewaan terha-dap komunikasi hubungan sosial
tamu yang menginap interpersonal sebagai dengan orang lain dan
di hotel Puri Saron. bentuk interaksi secara tidak langsung
Hasil penelitian terhadap kolega kerja dapat meningkatkan
di atas dan tamu. Studi awal prestasi aka-demik dan
mengisyaratkan bahwa untuk mengetahui non akademiknya.
begitu pentingnya adanya siswa yang Berdasarkan
komunikasi interper- memiliki karakteristik kajian literatur di
sonal diterapkan pada keterampilan dalam Bim- bingan
karyawan hotel yang komunikasi Konseling terdapat
menjadi kunci interpersonal yang banyak teknik yang
penting dalam rendah di SMK N 1 dapat digunakan untuk
pemberi layanan bagi Seririt dilakukan me- membantu siswa
tamu-tamu yang lalui penyebaran dalam meningkatkan
datang. Menanamkan angket pada siswa keterampilan
keterampilan kelas X Jurusan interpersonal, salah
komunikasi Akomodasi Perhotelan satunya adalah teknik
interpersonal dapat yang tujuannya untuk role playing. Menurut
dilakukan dengan dua mengetahui, sejauh Romlah (2006), role
cara, yaitu dengan mana tingkat playing merupakan
mengadakan keterampilan salah satu teknik yang
pelatihan bagi komunikasi telah diteliti oleh para
karyawan hotel interpersonal siswa. ahli yang bekerja
apabila karyawan itu Berdasarkan hasil dibidang
sudah bekerja dan analisis data yang penyelenggaraan
dengan memberikan dilakukan, dari 75 latihan-latihan. Para
pendidikan di sekolah orang jumlah siswa ahli telah
maupun perguruan kelas X Jurusan Ako- membuktikan bahwa
tinggi Jurusan modasi Perhotelan, role playing
Perhotelan. Cara terdapat 56% yang merupakan teknik
yang ke dua ini dikate- gorikan yang bermutu. Para
dilakukan agar selain memiliki keterampilan ahli psiko- logi
siswa memiliki komunikasi in- behavior
keterampilan berkaitan terpersonal rendah. menggunakan teknik
dengan jurusannya, Temuan ini juga tersebut untuk melatih
siswa juga memiliki diperkuat hasil ahli komunikasi atau
keterampilan hidup wawancara dengan ahli hubungan in-
yan menjadi Ketua Program Studi terpersonal dalam
kemampuan tambahan Akomodasi Perho- lingkungan pekerjaan.
Dharmayanti, Teknik Role Playing dalam.… 6

Pada saat ini role role playing juga telah


playing secara lebih teruji efektif
luas telah diteri- ma digunakan pada
sebagai teknik yang berbagai macam
melatih berbagai permasalahan,
macam hubungan misalnya berdasarkan
interpersonal. penelitian yang
Jackson (2011) dilakukan oleh Larson
menemukan role play dan Brown (2007)
sangat membantu yang menemukan
peserta didik yang bahwa keterampilan
sulit terlibat aktif emosi remaja menjadi
berkomunikasi dalam lebih kuat melalui
proses pembelajaran program teater
di sekolah dengan cara sekolah. Program
yang tidak teater tersebut
menimbulkan menggunakan teknik
kecemasan. Selain itu role play untuk
role play juga melatihkan para
memberikan manfaat remaja
kepada pendidik
dalam hal bagaimana
dan kapan sebaiknya
memberikan umpan
balik dalam proses
pembelajaran agar
terdengar
menyenangkan untuk
peserta didik. Selain
itu, Najlatun & Galih
(2013) dalam
penelitiannya
menemukan bahwa
role palying dapat
secara efektif
meningkatkan
kemampuan
komunikasi
interpersonal siswa.
Hal ini ditunjukkan
dari hasil analisis data,
hasil observasi dan
wawancara dengan
siswa. Berdasarkan
wawancara yang
dilakukan, mereka
mengatakan telah
mampu memahami
dan merubah
perilakunya sehingga
mengalami
peningkatan dalam
kemampuan ko-
munikasi interpersonal
Selain efektif
untuk meningkatkan
komuni- kasi
interpersonal, teknik
7 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.256-265
Dharmayanti, Teknik Role Playing dalam.… 8

menggunakan emosi positif mereka menjadi SMK N 1 Seririt Jurusan Akomodasi Perhotelan
motivasi dalam mengerjakan tugas. Penelitian yang teridentifikasi sebagai siswa yang memiliki
yang dilakukan oleh Laily Tiarani (2012) mene- keterampilan komunikasi interpersonal rendah
mukan bahwa role playing efektif meningkatkan Penelitian ini menggunakan dua jenis ins-
keterampilan coping emosi negatif pada siswa trumen yaitu: (1) bahan perlakuan (stimulus
SMP. Penelitian yang dilakukan oleh Lin Shen & material); dan (2) instrumen pengumpulan data
Suwanthep (2011) menunjukan bahwa e-learning berupa skala keterampilan komunikasi inter-
role plays konstruktif memiliki efek positif pada personal. Selain itu, instrumen lain yang
peningkatan bicara siswa dalam hal kualitas ba- digunakan sebagai pendukung adalah pedoman
hasa dan produksi bahasa. observasi. Skala keterampilan komunikasi inter-
Joyce & Weil (1996) menjelaskan bahwa personal telah diuji validitasnya menggunakan
proses role playing berperan untuk: (1) meng- perhitungan korelasi person dan uji reliabilitas
eksplorasi perasaan siswa; (2) mentransfer dan dengan menggunakan alpha Cronbach yang di-
mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai analisis dengan bantuan program SPSS 20 for
dan persepsi; (3) mengembangkan keterampilan windows dimana didapat nilai α= 0,770 yang
memecahkan masalah dan tingkah laku; dan (4) berarti bahwa skala keterampilan komunikasi
mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara interpersonal layak digunakan dalam penelitian.
yang berbeda. Teknik role playing dapat diserta- Rentangan penilaian pada skala keteram-
kan dalam sebuah metode pembelajaran lainnya pilan komunikasi interpersonal dalam penelitian
untuk melatihkan tingkah laku yang tepat. ini menggunakan rentangan skor dari 15 dengan
Adapun tahapan dalam role playing yang banyaknya item 32, sehingga interval kriteria
akan digunakan dalam penelitian ini dengan dapat ditentukan dengan cara perhitungan seperti
menggunakan tahapan Shaftel (Joyce & Weil, dipaparkan berikut ini.
1996) dimana terdapat sembilan tahap role pla-
Skor Maksimum : 32 x 5 =160
ying yang dijadikan pedoman dalam pelatihan.
Tahapan dimaksud, yaitu: (1) menghangatkan su- Skor Minimum : 32 x 1 = 32
asana dan memotivasi siswa; (2) memilih
partisipasi/peran; (3) menyusun tahap-tahap Rentang Skor : 160-32 =128
peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) pemeranan;
(6) diskusi dan evaluasi; (7) pemeran ulang; (8) Panjang Kelas Interval : 26
diskusi dan evaluasi ulang; (9) membagi penga-
laman dan mengambil kesimpulan. Berdasarkan Keterangan: Banyaknya kriteria = sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, sangat rendah
paparan diatas, maka peneliti menggunakan
teknik role playing untuk meningkatkan keteram- Berdasarkan panjang kelas interval tersebut,
pilan komunikasi interpersonal siswa SMK maka kriteria keterampilan komunikasi interper-
Jurusan Perhotelan dengan harapan, meningkat- sonal siswa seperti yang terlihat dalam Tabel 1.
nya keterampilan komunikasi interpersonal siswa Tabel 1. Skor Penilaian Skala Keterampilan
berdampak positif pula pada hubungan Komunikasi Interpersonal
interpersonalnya.
Interval Kriteria
134 < Skor ≤ 160 Sangat Tinggi (ST)
METODE 107< Skor ≤ 133 Tinggi (T)
80< Skor ≤ 106 Sedang (S)
Penelitian ini menggunakan pendekatan 5 3 < S ko r ≤ 7 9 Rendah (R)
kuantitatif dengan rancangan pre-eksperimen. 26 ≤ Skor ≤ 52 Sangat Rendah (SR)
Desain penelitian yang digunakan adalah One-
group pretest-posttes design. Subjek penelitian Buku panduan pelatihan telah divalidasi oleh
ini adalah siswa kelas X Jurusan Akomodasi ahli dengan indeks uji ahli sebesar 1 yang berarti
Perhotelan SMK N 1 Seririt yang tercatat pada memiliki validitas sangat tinggi dan layak
tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki kete- diguna-kan sebagai bahan perlakuan. Hal ini
rampilan komunikasi interpersonal rendah. Pe- didasarkan pada pengklasifikasian validitas
milihan subjek penelitian dilakukan berdasarkan seperti disajikan dalam Tabel 2.
pemenuhan kriteria-kriteria tertentu mengguna- Prosedur perlakuan untuk pelatihan teknik
kan teknik purposive sampling. Berdasarkan role playing dengan mengikuti tahapan menurut
teknik tersebut didapatkan 6 orang siswa kelas X Shaftel (Joyce & Weil, 1996). Kegiatan dilak-
sanakan dalam 7 kali jalannya pelatihan dapat menunjuk salah bertindak dan
pertemuan. Pertemuan pada siswa, dan 3) satu siswa yang pantas berbicara secara
per- tama merupakan membuat kesepakatan dan mampu spontan. Tahap ke-
tahap awal intervensi mengenai kesediaan memerankan posisi empat, menyiapkan
(pra- intervensi), siswa sebagai peserta tersebut. Tahap ke- pengamat. Pengamat
pertemuan kedua pelatihan untuk tiga, menyusun tahap- diper-siapkan secara
sampai pertemuan mengikuti kegi- atan tahap peran. Pada matang dan terlibat
keenam merupakan sampai selesai tahap ini para pemeran dalam cerita yang
tahap pelaksanaan diperkuat dengan surat menyusun garis-garis akan dimainkan agar
intervensi, dan per- janjian yang diisi besar adegan yang semua siswa turut
pertemuan ketujuh dan ditandatangani dimainkan. Dalam hal mengalami dan
merupakan akhir inter- oleh siswa sebagai ini, tidak perlu ada menghayati peran
vensi (Pasca- peserta kegiatan dialog khusus karena yang dimainkan dan
intervensi). Tahap- pelatihan para pemain dituntut aktif
tahap tersebut secara untuk mendiskusikannya.
Tah
umum dijabarkan Agar para pengamat
ap
setelah Tabel 2 turut terlibat, maka
Pela
berikut. pengamat di- berikan
ksan
Tabel 2.
tugas. Tahap kelima,
aan
Kategori para siswa mulai
Inter
Indeks Uji beraksi secara spontan
vensi
Validitas sesuai dengan peran
Ahli Pelaksanaan ma- sing-masing.
intervensi teknik role Mereka berusaha
Indeks Uji playing secara umum memainkan setiap
Validitas dapat dijabarkan peran seperti benar-
Kategori
dalam 9 tahap berikut benar dialaminya.
0,80< r ≤ 1,00 ini. Tahap pertama, Pemeranan cukup
Sangat Tinggi/ menghangatkan dilakukan secara
sangat suasana yang singkat, sesuai tingkat
xy
dilakukan dengan kesesuaian dan
baik
menjelaskan masalah kompleksitas masalah
0,60< rxy≤ 0,80 yang akan diangkat, yang diperankan serta
Tinggi/baik serta menjelaskan jumlah siswa yang
0,40< rxy≤ 0,60 peran yang akan dilibatkan. Pemeran
Rendah dimainkan. Tahap ini dapat berhenti apabila
juga memotivasi siswa para siswa telah
0,00< rxy≤
agar tertarik pada merasa cukup.
0,20 masalah sehingga Tahap keenam
tahap ini sangat adalah tahap diskusi
Sangat
penting dalam role dan evaluasi. Diskusi
rendah rxy playing dan paling dimulai dengan
menentukan tafsiran mengenai
≤ 0,00
keberhasilan. Role baik-tidaknya peran
Tidak valid playing berhasil yang dimainkan
apabila siswa selanjutnya mengarah
Tahap Awal menaruh minat dan pada analisis terhadap
Intervensi memperhatikan peran yang
(Pra- masalah yang diaju- ditampilkan, apakah
Intervensi) kan. Tahap kedua, cukup tepat untuk
Pada tahap awal memilih peran Pada memecahkan masalah
pelatihan ini, hal yang tahap ini para siswa yang sedang dihadapi.
dilakukan pelatih, diberi kesempatan Tahap ketujuh,
yaitu: 1) membina secara sukarela un- tuk pemeranan tahap dua.
rapport dengan siswa, menjadi pemeran. Jika Para siswa bergantian
2) menjelaskan tujuan, para siswa tidak untuk menjadi
fungsi, dan gambaran menyambut tawaran pemeran. Siswa yang
tersebut, para konselor tadinya menjadi
observer sekarang bisa P
menjadi pemeran, e
sama seperti tahap n
lima, mereka dapat u
beraksi secara spontan, t
sesuai dengan peran u
masing-masing. p
Pemeran dapat )
berhenti apabila para Pada tahap ini,
siswa telah merasa pelaksanaan pelatihan
cukup. Tahap sudah sampai pada
kedelapan, diskusi dan tahap akhir Pada tahap
evaluasi tahap dua. ini diharap- kan
Sama seperti pada peserta pelatihan
tahap enam, hanya sudah mampu
dimaksud untuk menunjukan
menganalisis hasil perubahan tingkah
pemeranan ulang, dan laku di dalam
pemecahan masalah berkomunikasi. Pelatih
pada tahap ini mengajak peserta
mungkin sudah lebih pelatihan untuk
jelas. Tahap mendis- kusikan dan
kesembilan, membagi melakukan evaluasi
pengalaman dan pelaksanaan pelatihan
pengambilan secara keseluruhan
kesimpulan. Tahap ini dan mengajak peserta
tidak harus mengambil pelatihan untuk
generalisasi secara menilai kemajuan
langsung karena secara keseluruhan
tujuan utama role yang telah dicapai
playing adalah selama mengikuti
membantu para siswa pelatihan keterampilan
untuk memperoleh komunikasi
penga- laman berharga interpersonal.
dalam hidupnya
melalui kegiatan
interaksional dengan
temannya. Pada tahap
ini, para siswa saling
mengemukakan
pengalaman yang
didapat selama tahap
role playing dila-
kukan.

T
a
h
a
p

A
k
h
i
r

(
Di akhir kegiatan, peserta diminta untuk mengisi
kuesioner lagi dalam rangka pascates.
Untuk menangkal ancaman terhadap vali-
ditas internal yang bersumber dari bias peng-
harapan seperti itu, pelatihan tidak hanya diberi-
kan oleh peneliti melainkan bersama guru
Bimbingan Konseling (BK) di sekolah bersang-
kutan. Konselor sekolah yang ditugasi untuk
mendampingi siswa dipilih berdasarkan kriteria
memiliki masa kerja minimal 5 tahun,
direkomen-dasikan oleh kepala sekolah sebagai
konselor sekolah yang memiliki karakteristik
yang relatif baik, dan bersedia menjadi pelatih. Gambar 1. Perbedaan Skor Prates dan Pascates
Setelah dipe-roleh konselor sekolah yang Subjek Pelatihan
memenuhi per-syaratan itu, konselor tersebut Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat
diberikan peman-tapan tentang prosedur dan perbedaan nilai skor antara prates dan pascates
materi pelatihan, serta difasilitasi dengan pada masing-masing subjek. Terlihat pula pada
panduan dan materi pelatihan yang jelas, gambar/grafik tersebut perbedaan nilai skor pas-
sehingga mereka dapat melaksanakan pelatihan cates lebih besar dari nilai skor prates. Perbedaan
dengan benar. ini menunjukan bahwa setelah diberi pelatihan
Data yang diperoleh dalam penelitian ini teknik role playing terjadi peningkatan keteram-
dianalisis dengan teknik analisis non parametrik pilan komunikasi interpersonal untuk semua
uji Wilcoxon menggunakan program SPSS 20 for subjek. Perbedaan skor prates dan pascates untuk
windows. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 yang
menyajikan perbandingan statistik deskriptif
antara skor prates dan skor pascates.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Tabel 3 dapat dilihat dengan jelas
Hasil peningkatan nilai rata-rata (mean) sebelum dila-
kukan intervensi (prates) dan setelah dilakukan
Secara keseluruhan peningkatan keteram- intervensi (pascates). Skor yang didapat pada
pilan komunikasi interpersonal sebelum (prates) prates adalah sebesar 64,33, sedangkan skor yang
dan sesudah (pascates) diberikan pelatihan teknik didapat pada pascates adalah 110,17.
role playing dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 3. Perbandingan Statistik Deskriptif Antara Prates dan Pascates


Minimal Maksimal Rata-Rata Std. Deviasi
prates 50,00 75,00 64,33 10,652
pascates 107,00 121,00 110,17 8,134

Untuk mengetahui signifikansi besarnya Post – Pre


peningkatan nilai skor rata-rata prates dan pas- -
Z b
cates, dilakukan uji statistik Wilcoxon. Hasil uji 2,207
disajikan dalam Table 4 dibawah ini. Asymp. Sig. (2-tailed) 0,027
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
Tabel 4. Hasil Uji Statistik Wilcoxon b. Based on negative ranks.
Mean Sum of Hasil uji statistis Wilcoxon pada Table 4
N
Rank Ranks memperlihatkan bahwa nilai negative ranks
Negative a adalah 0, nilai positive ranks adalah 6 dengan
Post- 0 0,00 0,00
Ranks mean rank 3,50 dan sum of ranks adalah 21,00,
Pre Positive 6b 3,50 21,00 sedangkan nilai ties adalah 0 yang berarti bahwa
Ranks
Ties 0
c tidak terdapat subjek yang nilai pascatesnya
Total 6 kurang dari nilai prates. Dilihat dari nilai Z yaitu
a. Post < Pre nilai z hitung= 2,207 lebih besar dari z tabel = 1, 96
b. Post > Pre dengan Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,027 < α
0,05, maka Ho ditolak laku yang sama pelaksanaan proses perkembangan
atau terjadi ditampilkan secara pelatihan role perilaku manusia
peningkatan berulang-ulang akan playing diikuti dengan adalah diri dan
keterampilan menjadi suatu pendalaman melalui lingkungan. Faktor
komunikasi kebiasaan sehingga wa- wancara diperoleh lingkungan bisa beru-
interpersonal siswa keterampilan yang empat temuan. pa guru, siswa, teman,
setelah diberikan dipelajari Temuan yang pertama serta orang tua siswa
pelatihan teknik role menginternalisasi yaitu terdapat tiga yang ikut bertanggung
playing. Dengan dalam pribadi orang faktor yang mempe- jawab dalam
demikian dapat tersebut. Demikian ngaruhi proses pembinaan aspek
disimpulkan bahwa juga halnya dengan pelatihan teknik role pribadi sosial siswa.
pelatihan teknik role keterampilan playing untuk Penataan lingkungan
playing efektif untuk komunikasi meningkatkan dapat dilakukan
meningkatkan interpersonal, setelah keterampilan melalui pembuatan
keterampilan dipelajari seca- ra komunikasi siswa, jadwal pelatihan yang
komunikasi interper- berulang-ulang, pada yaitu: kondisi fisik tidak terlalu siang
sonal siswa SMK akhirnya akan menjadi siswa peserta sehingga kondisi fisik
jurusan Akomodasi kebiasaan dan menjadi pelatihan, situasi dan siswa maupun
Perhotelan. keterampilan yang kondisi saat konselor masih baik.
mele- kat pada diri pelaksanaan pelatihan, Selain itu, tempat
P dan kondisi pelatih
siswa pelaksanaan pelatihan
e atau konselor. Temuan
Melalui role dibuat senyaman
m ini senada dengan
playing, siswa mungkin. Pelatihan
b yang dikemukakan
juga mengamati dilaksanakan di
a oleh Fakhri (2004)
tingkah laku yang ruangan yang terdapat
h bahwa faktor-faktor
diperankan oleh fasilitas AC, ruangan
a yang mempengaruhi
pemain dan kemudian bersih dan harum serta
s
mempraktekkan memberikan
a
tingkah laku tersebut keleluasaan duduk
n
bersama siswa senyaman mungkin
Hasil analisis lainnya. Hal ini yang mereka mau asal
statistik non- sesuai dengan teori tetap memperha- tikan
parametrik uji belajar sosial yang sopan santun cara
Wilcoxon dikemukakan Albert duduk. Apabila siswa
menunjukkan bahwa Bandura (Slavin, terlihat sudah bosan,
pelatihan teknik role 2008), yaitu siswa konselor memberikan
playing terbukti efektif dapat belajar dengan lelucon-lelucon kecil
meningkatkan mengamati dan meniru untuk menghidupkan
keterampilan tingkah laku me- lalui kem- bali suasana.
komunikasi model (guru, orang Bilamana diperlukan,
interpersonal siswa tua atau orang lain). konselor memberikan
SMK Jurusan Ment (1983) waktu istirahat di sela-
Akomodasi menyatakan bahwa sela kegiatan pelatihan
Perhotelan. Hal ini role playing bisa Temuan kedua
disebabkan karena dipergunakan pada yang didapat yaitu
teknik role playing tingkat yang berbeda saat me-
memberi- kan peluang untuk mengajarkan latih siswa untuk
siswa melakukan keterampilan- melakukan
pengulangan keterampilan komuni- keterampilan open-
keterampilan- kasi interpersonal ness (keterbukaan)
keterampilan sampai untuk menunjukkan dalam komunikasi.
benar-benar dikuasai bagaimana cara Konselor terlebih
dengan baik. Hal ini berinteraksi dengan dahulu meminta siswa
sesuai dengan yang orang lain dan mencari untuk mencerita- kan
dikemukakan tahu emosi-emosi serta pengalaman terkait
Sugiharto (dalam perasaan terdalam dengan keterampilan
Muwakhidah, sese- orang. openness. Dari 6 siswa
2013) bahwa tingkah Dari observasi sebagai subjek
penelitian, dua di keterampilan
antaranya komunikasi
menceritakan bahwa interpersonal adalah
mereka sangat sulit hubungan keluarga,
untuk mengemukakan dimana mereka yang
pendapatnya, dan memiliki hubungan
sangat sulit untuk keluarga yang dekat
mulai terbuka pada dan hangat akan lebih
orang yang baru cepat menguasai
dikenal. Setelah keterampilan
didalami ternyata komunikasi
kedua siswa tersebut dibandingkan dengan
memiliki mereka yang memiliki
permasalahan yang hubungan keluarga
sama. Siswa AAS dan yang tidak akrab.
KS memiliki banyak
saudara di rumahnya
dan keluarga mereka
cen- derung memiliki
hubungan yang tidak
harmonis. AAS
merupakan anak ke-2
dari 7 bersaudara,
sementara KS anak ke-
10 dari 14 bersaudara.
Berdasarkan analisis
data verbal diketahui
bahwa mereka merasa
kurang mendapatkan
kasih sayang dari
orang tuanya. Setiap
ingin mengutarakan
permasalahannya,
orang tua sepertinya
tidak mau
menghiraukan. Hal ini
yang menjadikan
mereka malas untuk
berpendapat dan ini
berdampak juga pada
interaksi sosialnya.
Temuan ini
mendukung pernyataan
Hurlock (1973) yang
menyatakan bahwa
salah satu faktor utama
kesulitan dalam
berkomunikasi pada
masa remaja adalah
kurang- nya bimbingan
dari orang tua.
Pendapat lain yang
juga mendukung
adalah pernyataan
Wiryanto (2005)
bahwa salah satu
faktor yang dapat
mem- pengaruhi
Oleh karena itu, peran merasakan apa yang nantinya berada dalam belajar peserta didik di
keluarga, terutama dirasakan orang lain. situasi kerja di rumah sekolah. Peneliti lain
orang tua, dalam Temuan keempat sakit dan klinik, yaitu Najlatun & Galih
membentuk adalah siswa mereka dapat (2013) menemukan
keterampilan sering kali menciptakan hubungan bahwa role palying
komunikasi anak tidak memiliki yang harmonis dengan secara efektif
sangat penting karena perasaan positif pada pasien melalui meningkatkan
keterampilan komuni- dirinya sendiri, mereka komunikasi yang kemampuan
kasi merupakan modal lebih suka menutupi hangat. Hasil komunikasi
yang penting untuk ketidakta- huan penelitian Jackson interpersonal siswa.
dapat menjalankan mereka daripada harus (2011) menemukan Temuan penelitian ini
interaksi sosial yang meminta penjelasan bahwa role playing didukung oleh hasil
baik (Effendy, dari teman. Hal ini sangat memban- tu analisis data, hasil
2 juga membuat mereka peserta didik yang observasi dan
0 tidak mampu untuk mengalami kesulitan wawancara dengan
0 berpikir positif pada dalam komunikasi siswa. Berdasarkan
7 orang lain, sementara interpersonalnya wawancara yang
) untuk menciptakan sehingga secara tidak dilakukan, para siswa
. situasi komunikasi langsung juga telah mengatakan telah
Temuan ketiga yang kondusif meningkatkan prestasi mampu memahami
yaitu sebelum diperlukan perasaan dan mengubah
mendapat- pelatihan dan pikiran positif. Hal perilakunya sehingga
keterampilan empati, ini mendukung mengalami
siswa khususnya NM pernyataan Hafied peningkatan dalam
cenderung merasakan (2009:26) yang kemampuan
kesulitan untuk berpendapat bahwa komunikasi in-
mengungkapkan rasa “seseorang harus terpersonal.
empatinya terhadap memiliki perasaan
orang lain. Hal ini positif terhadap
dapat dilihat dari S
dirinya, mendorong
analisis data I
orang lain untuk lebih
verbalnya. Oleh sebab M
aktif ber- partisipasi, P
itu, pada pelatihan dan menciptakan
teknik role playing U
situasi komunikasi L
siswa dilatih cara yang kondusif untuk A
mengungkapkan rasa berinteraksi yang N
empati pada orang efektif.”
lain. Shafftel (dalam Keefektifan Pelatihan teknik
joyce, 1996) pelatihan teknik role role playing dapat
mengemukakan bahwa playing untuk meningkatkan
role playing meningkatkan keterampilan
mempunyai nilai yang keterampilan komunikasi interper-
membuat individu komunikasi sonal siswa SMK
lebih empatik dengan interpersonal siswa Jurusan Akomodasi
orang lain dan belajar dalam penelitian ini Perhotelan.
untuk mengungkapkan memper- kuat Peningkatan ini
rasa empati yang penelitian-penelitian menunjukkan bahwa
dimilikinya. Selain itu, sebelumnya. Karen setelah diberi pelatihan
Wiryanto (2005:36) (2011) menemukan teknik role playing
juga berpendapat bahwa role playing siswa telah merasakan
bahwa hubungan memberi- kan dampak perubahan terhadap
interpersonal akan pembelajaran keterampilan
terjadi secara efektif keterampilan komuni- komunikasi
apabila kedua belah kasi interpersonal yang interpersonalnya.
pihak memenuhi efektif kepada Perubahan yang
kondisi yang salah mahasiswa dirasakan yaitu: (1)
satunya adalah rasa keperawatan sehingga dapat mengungkapkan
empati atau dapat ketika mereka diri pada orang yang
diajak berkomunikasi siswa dan aspek-aspek
sehingga mereka dapat lainnya. Namun,
bereaksi secara perluasan
spontan dan jujur penggunakan teknik
terhadap stimulus yang role playing
datang dari orang lain hendaknya diimbangi
saat berkomunikasi, dengan penelitian dan
(2) mampu penelaahan yang
menempatkan diri mendalam sehingga
pada peran dan posisi teknik ini benar-benar
orang lain saat dapat diterapkan
berkomuni- kasi, (3) secara efektif.
mampu menunjukan
sikap mendukung
orang lain dalam
berkomunikasi
sehingga mereka dapat
menerima pendapat
dan pandangan orang
lain, (4) mampu
memandang positif
terhadap diri sendiri
dan orang lain dalam
berbagai situasi
komunikasi, dan (5)
siswa mampu melihat
setara orang lain
dengan diri sendiri
dalam pengalaman,
nilai, sikap, dan
perilaku.
Pelatihan ini
selain berfungsi
sebagai pe-
ngembangan
kepribadian
(development) juga
berfungsi sebagai
pencegahan (preventif)
yaitu untuk mencegah
siswa merasa tak
mampu berinteraksi
dengan orang lain di
berbagai sisi
kehidupan.
Penggunakan teknik
role playing da- lam
Bimbingan Konseling
dapat diperluas untuk
menangani berbagai
aspek psikologis yang
belum pernah
dikembangkan dalam
penelitian yang lain,
seperti untuk
meningkatkan
kemampuan kerjasa-
ma, tanggung jawab
DAFTAR Pene-rapan Role-Play Using
RUJUKAN Latihan Asertif SBAR Tech-
untuk nique to Improve Explication of
Adler & Rodmad. Meningkatkan Observed the Construct
2006. Ke- terampilan Communication Fo-cus on
Understanding Skill in Senior E
Komunikasi
Human Nursing Student. x
Communication Interpersonal
Siswa. Jurnal Journal of c
ed
(9 ). New York: Nursing e
Ilmu Pendidikan,
Oxford Education. 50 (2): p
University press. (Online), 16 (1):
79-87. t
15-
Anderson, P.A., & i
24, Kaufman, M. J.,
Leibowitz, K. o
(ejournal.unesa.ac Gottlib, J., Agard,
1997. The n
.id/article/ J.A. & Kukic,
Development and a
7903/75/ M.A. 1975.
Nature of the l
article.pd, diakses Mainstreaming:
Construct Touch C
16 Februari 2013) Toward and
Avoidance. h
Fakhri, M. 2004. i
(Environmental
Pengembangan l
Psycho- logys
Pa-ket Layanan d
and Nonverbal
Bimbingan untuk r
Behavior. Jakarta:
Mening-katkan e
Erlangga.
Efektifitas n
Artayasa, K. 2010. Komunikasi Antar ,
Pengaruh Pribadi. Tesis 1
Program Pe- tidak diterbitkan. -
latihan terhadap Malang: 1
Peningkatan Universitas 5
Kinerja Negeri Malang. .
Karyawan di Hafied, C. 2009. Laily Tiarani S. 2012.
Hotel Puri Pengantar Ilmu Efektivitas Role
Saron Singaraja Komu-nikasi. Playing untuk
Bali. Skripsi tidak Jakarta: Raja Meningkatkan
diterbitkan. Grafindo Persada. Keterampilan
Jurusan Strategi Co-ping
Manajemen Hurlock, E. B. 1973.
Emosi Negatif
Perhotelan. Andolecent
Siswa SMP. Tesis
Singaraja: STIE Development.
tidak diterbitkan.
Tri Atma Mulya New York: Mc.
Malang:
Singaraja. Grow Hill.
Universitas
Devito, J. 1991. Johnson, W. D. 1981. Negeri Malang.
Human Reaching Out:
Larson & Brown.
Communication. Interper- sonal
2007. Emotional
Fifth Edition. Effectiveness and
Develop-ment In
New York: Actualization.
Adolescence:
Harper Collins New Jersey:
What Can Be
Publishers. Prentice-Hall. Inc.
Lear-ned Form A
Effendy, O. (2007). Joyce, B. & Weil, M. High School
Ilmu Komu-nikasi, 1996. Models of Theather Pro-
Teori dan Teaching. gram. Journal
Praktek. Boston, London, Of Child
Bandung: Re- Toronto, Syd- Development.
maja ney, Tokyo, (Online),
Rosdakarya. Singapore: (http://www.artse
Prentice-Hall, Inc dsearch.org/summ
Trisnaningtyas, E. &
Karen, S. K. 2011. aries/em otional-
Nursalim. 2009.
development-in-
adolescence- Mahasiswa
what- can-be- Bimbingan
learned-from-a- Konseling, 1 (1):
high-school- 61-78.
theater- program,
Nuraeni, D. 2010.
diakses 29 Ma-ret
Hubungan
2011).
Antara Keper-
Lin Shen & cayaan Diri
Suwanthep, J. dengan
2011. E-lear-ning Kecemasan
Constructive Komuni- kasi
Role Plays for Interpersonal
EFL Learners in pada Siswa Kelas
China’s Tertiary VII dan VIII di
Education. Asian SLTPN 1
EFL Journal. Lumbang
Professional Pasuruan. Tesis
Teaching tidak diterbitkan.
Articles. Vol. 49: Fakultas
4-29. Psikologi UIN
Ment, M.V. 1983. The Maulana Malik
Effective Use of Role- Ibrahim Malang.
Play. Romlah T. 2006.
A Handbook for Teori dan Praktik
Teachers and Bimbingan
Trainers. Kelompok.
London: Kogan Malang:
Page Ltd 120 Universitas
Pentonville Negeri Malang.
Road.
Roskina, S. 2007.
Muwakhidah. 2013. Penerapan Etika
Pengembangan Customer Service
Panduan (Etika
Permainan Pelayanan) pada
Gobak Sodor Tamu di Hotel
untuk Mening- Mega Zanur
katkan Gorontalo.
Keterampilan Jurnal Ino-
Kerjasama Siswa
Se- kolah Dasar.
Tesis tidak
diterbitkan. Ma-
lang: Universitas
Negeri Malang.
Najlatun, N. &
Galih, W. 2013.
Penerapan
Teknik Bermain
Peran dalam Kelompok untuk Mening-katkan
Bimbingan Kemampuan Komunikasi Inter-personal

siswa kelas X
Multimedia SMK
IKIP Surabaya.
Journal
vasi. 4 (3): 22 – Sugiyatno. 2009.
29 (Online), Pengembangan
(jurnal.pdii.lipi. Panduan Pe-
go.id/index.php/S latihan
earch.html? Keterampilan
act=tampil&id Interpersonal
=5679, diakses Untuk Siswa
pada tanggal 3 SMK. Tesis tidak
April 2013) diterbitkan. Ma-
Santrock, J.W. 2010. lang: PPS UM.
th
Adolescence (8 ed). Jackson, V.A. 2011.
Norh Teaching
America: Communi-cation
McGraw-Hill. Skill Using Role-
Slavin, R. E. 2008. Play: An
Psikologi Experience-Based
Pendidikan Teori Guide For
dan Praktek Edisi Educators.
Kedelapan Jilid Journal of
1. Ter- jemahan Palliative
Marianto Medicine. 14 (6):
Samosir. Jakarta: 775-780.
Indeks. Wiryanto. 2005.
Permendiknas. 2006. Pengantar Ilmu
Tentang SI & Komunikasi.
SKL. Jakar-ta: Jakarta: Grasindo.
Sinar Grafika.

You might also like