Professional Documents
Culture Documents
Kemampuan berkomunikasi merupakan suatu ke- sehari-hari kita sering mengalami perbedaan
mampuan yang paling dasar yang harus dimiliki pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan
seorang manusia. Orang lain sering beranggapan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan
bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan adanya kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
keterampilan yang akan dimiliki dengan sendi- Siswa SMK secara psikologis memasuki
rinya oleh seorang manusia seiring dengan tahap perkembangan remaja, yakni masa peralih-
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental an dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa pera-
manusia yang bersangkutan. Dengan demikian lihan ini memberikan kesempatan untuk tumbuh,
tidak perlu secara khusus belajar bagaimana cara tidak hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga
berkomunikasi. Akan tetapi, dalam kehidupan dalam kompetensi kognitif, sosial, kemandirian
256
1 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.256-265
Dharmayanti, Teknik Role Playing dalam.… 2
serta kedekatan. Siswa lingkungannya, hal itu itu bisa menjadi menerima dukungan,
SMK sendiri berada ditunjukan dengan bagian dari diri dan dan terakhir mampu
pada masa remaja perilaku sangat cepat dapat muncul secara menye- lesaikan
akhir yang memiliki tersing- gung, sering reflex, yang tidak bentuk-bentuk
karakteristik, tidak menghargai memerlukan masalah yang
kebutuhan, dan tugas- pendapat teman, tidak pemikiran dan latihan mungkin muncul
tugas perkembangan bisa menerima sebuah lagi dalam komunikasi
yang harus kritikan dari teman, Menurut Johnson dengan cara konstruk-
dipenuhinya. Salah dan perilaku lainnya (1981) individu tif. Lebih lanjut,
satu tugas yang dapat haruslah memiliki menurut Devito (1991)
perkembang- an mengakibatkan empat keterampilan terdapat lima kriteria
remaja sebagai siswa memburuknya dasar dalam mem- untuk mewujudkan
SMK adalah mengem- hubungan bangun komunikasi keterampilan
bangkan kemampuan interpersonal di antara interpersonal, yaitu: komunikasi
komunikasi sosial dan siswa. mampu saling interpersonal yang
intelektual serta Hal yang perlu memahami dan efektif yaitu: openness
apresiasi seni diingat bahwa percaya satu sama (keterbukaan),
(Santrock, 2010) komunikasi lainnya, mampu empathy (empati),
Apabila melihat interpersonal bukan mengkomunikasikan sup- portiveness
penjabaran dari merupakan bagian dari perasaan dan pikir- an (dukungan),
standar ka- rakter kepribadian secara tepat, mampu positiveness (sikap
kompetensi dan yang bersifat bawaan, saling memberi dan positif), dan equality
kompetensi dasar mela- inkan (kesetaraan). Jadi
SMK Jurusan merupakan dalam penelitian ini
Akomodasi Perhotelan ketrampilan yang bisa yang dimaksud dengan
dalam Permendiknas dipela- jari dan keteram- pilan
(2006) tentang SI dan dilatihkan. Menurut komunikasi
SKL, sangat jelas Kaufman, dkk. interpersonal adalah
terlihat bahwa salah (1975) pengembangan kemampu- an yang
satu standar program pelatihan dimiliki oleh individu
kompetensinya yaitu keterampilan, untuk melakukan
dapat berkomunikasi khususnya proses komunikasi
dengan kolega keterampilan yang efektif di antara
ditempat kerja. komunika- si, bagi komuni- kan dan
Kompetensi ini harus siswa di sekolah akan komunikator yang
dimiliki siswa karena efektif bila disusun dapat diwujudkan
dari sekian banyak berdasarkan melalui lima
pengetahuan dan kebutuhan siswa. Hal komponen yaitu:
keterampilan yang senada juga openness (keterbu-
diperlukan dalam diungkapkan oleh kaan), empathy
menjalankan industri Adler & Rodmad (empati),
perhotelan, sopan (2006) yang supportiveness (du-
santun dalam mengatakan untuk kungan), positiveness
berkomunikasi melatih keterampilan (sikap positif), dan
merupakan salah satu komuni- kasi equality (kesetaraan).
faktor yang sangat interpersonal pertama- Selama ini telah
penting. Ketika tama harus melihat banyak penelitian
melakukan interaksi keterampilan menge- nai pentingnya
sosial, remaja belajar komunikasi keterampilan
untuk bersosialisasi interpersonal apa yang komunikasi inter-
membangun hubungan dibutuhkan. personal bagi siswa,
baik dengan keluarga, Kemudian, seperti yang dilakukan
teman, dan orang lain, mengidentifikasi oleh Nuraeni (2010).
tetapi pada kompo- nen- Penelitian yang
kenyataannya, siswa komponen dari dilakukan oleh
kurang dapat keterampilan tersebut, Nuraeni menemukan
berkomu- nikasi dan akhirnya berlatih bahwa terdapat
dengan baik di sampai keterampilan hubungan yang
3 Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 3, Oktober 2013, hlm.256-265
sehingga tak jarang siswa ketika lulus dan telan. Terdapat senior mereka. Selain
tamu merasa tidak dihadapkan pada dunia beberapa temuan yang itu ada beberapa siswa
begitu puas ketika kerja. terjadi di lapangan belum mampu untuk
berkunjung ke hotel Sekolah yang terkait dengan berkomunikasi yang
Mega Zanur. Hasil menjadi sasaran dalam masalah komunikasi baik dengan tamu
penelitian lain yang penelitian ini adalah interpersonal, sebagai salah satu
juga dilakukan oleh SMKN 1 Seririt. misalnya siswa bentuk pelayanan yang
Artayasa (2012) Dasar pertimbangan mengalami kesulit- an baik. Temuan di
terkait dengan kinerja dilakukannya untuk lapangan ini
karyawan di hotel Puri penelitian di SMKN mengkomunikasikan menunjukan bahwa
Saron Singaraja 1 seririt adalah apa yang menjadi siswa Jurusan
didapatkan bahwa sekolah ini memiliki kendala mereka Akomodasi
seorang receptionis jurusan yang selama praktek dan Perhotelan perlu
dalam memberikan bergerak di bidang kurang terbuka mendapatkan pelatihan
pelayanan kurang dari jasa atau pelayanan dengan karyawan keterampilan
segi keramahan terhadap masyarakat hotel yang menjadi komunikasi
berkomunikasi yang mengasumsikan interpersonal agar
sehingga sering memerlukan siswa dapat
menimbulkan keterampilan meningkatkan
kekecewaan terha-dap komunikasi hubungan sosial
tamu yang menginap interpersonal sebagai dengan orang lain dan
di hotel Puri Saron. bentuk interaksi secara tidak langsung
Hasil penelitian terhadap kolega kerja dapat meningkatkan
di atas dan tamu. Studi awal prestasi aka-demik dan
mengisyaratkan bahwa untuk mengetahui non akademiknya.
begitu pentingnya adanya siswa yang Berdasarkan
komunikasi interper- memiliki karakteristik kajian literatur di
sonal diterapkan pada keterampilan dalam Bim- bingan
karyawan hotel yang komunikasi Konseling terdapat
menjadi kunci interpersonal yang banyak teknik yang
penting dalam rendah di SMK N 1 dapat digunakan untuk
pemberi layanan bagi Seririt dilakukan me- membantu siswa
tamu-tamu yang lalui penyebaran dalam meningkatkan
datang. Menanamkan angket pada siswa keterampilan
keterampilan kelas X Jurusan interpersonal, salah
komunikasi Akomodasi Perhotelan satunya adalah teknik
interpersonal dapat yang tujuannya untuk role playing. Menurut
dilakukan dengan dua mengetahui, sejauh Romlah (2006), role
cara, yaitu dengan mana tingkat playing merupakan
mengadakan keterampilan salah satu teknik yang
pelatihan bagi komunikasi telah diteliti oleh para
karyawan hotel interpersonal siswa. ahli yang bekerja
apabila karyawan itu Berdasarkan hasil dibidang
sudah bekerja dan analisis data yang penyelenggaraan
dengan memberikan dilakukan, dari 75 latihan-latihan. Para
pendidikan di sekolah orang jumlah siswa ahli telah
maupun perguruan kelas X Jurusan Ako- membuktikan bahwa
tinggi Jurusan modasi Perhotelan, role playing
Perhotelan. Cara terdapat 56% yang merupakan teknik
yang ke dua ini dikate- gorikan yang bermutu. Para
dilakukan agar selain memiliki keterampilan ahli psiko- logi
siswa memiliki komunikasi in- behavior
keterampilan berkaitan terpersonal rendah. menggunakan teknik
dengan jurusannya, Temuan ini juga tersebut untuk melatih
siswa juga memiliki diperkuat hasil ahli komunikasi atau
keterampilan hidup wawancara dengan ahli hubungan in-
yan menjadi Ketua Program Studi terpersonal dalam
kemampuan tambahan Akomodasi Perho- lingkungan pekerjaan.
Dharmayanti, Teknik Role Playing dalam.… 6
menggunakan emosi positif mereka menjadi SMK N 1 Seririt Jurusan Akomodasi Perhotelan
motivasi dalam mengerjakan tugas. Penelitian yang teridentifikasi sebagai siswa yang memiliki
yang dilakukan oleh Laily Tiarani (2012) mene- keterampilan komunikasi interpersonal rendah
mukan bahwa role playing efektif meningkatkan Penelitian ini menggunakan dua jenis ins-
keterampilan coping emosi negatif pada siswa trumen yaitu: (1) bahan perlakuan (stimulus
SMP. Penelitian yang dilakukan oleh Lin Shen & material); dan (2) instrumen pengumpulan data
Suwanthep (2011) menunjukan bahwa e-learning berupa skala keterampilan komunikasi inter-
role plays konstruktif memiliki efek positif pada personal. Selain itu, instrumen lain yang
peningkatan bicara siswa dalam hal kualitas ba- digunakan sebagai pendukung adalah pedoman
hasa dan produksi bahasa. observasi. Skala keterampilan komunikasi inter-
Joyce & Weil (1996) menjelaskan bahwa personal telah diuji validitasnya menggunakan
proses role playing berperan untuk: (1) meng- perhitungan korelasi person dan uji reliabilitas
eksplorasi perasaan siswa; (2) mentransfer dan dengan menggunakan alpha Cronbach yang di-
mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai analisis dengan bantuan program SPSS 20 for
dan persepsi; (3) mengembangkan keterampilan windows dimana didapat nilai α= 0,770 yang
memecahkan masalah dan tingkah laku; dan (4) berarti bahwa skala keterampilan komunikasi
mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara interpersonal layak digunakan dalam penelitian.
yang berbeda. Teknik role playing dapat diserta- Rentangan penilaian pada skala keteram-
kan dalam sebuah metode pembelajaran lainnya pilan komunikasi interpersonal dalam penelitian
untuk melatihkan tingkah laku yang tepat. ini menggunakan rentangan skor dari 15 dengan
Adapun tahapan dalam role playing yang banyaknya item 32, sehingga interval kriteria
akan digunakan dalam penelitian ini dengan dapat ditentukan dengan cara perhitungan seperti
menggunakan tahapan Shaftel (Joyce & Weil, dipaparkan berikut ini.
1996) dimana terdapat sembilan tahap role pla-
Skor Maksimum : 32 x 5 =160
ying yang dijadikan pedoman dalam pelatihan.
Tahapan dimaksud, yaitu: (1) menghangatkan su- Skor Minimum : 32 x 1 = 32
asana dan memotivasi siswa; (2) memilih
partisipasi/peran; (3) menyusun tahap-tahap Rentang Skor : 160-32 =128
peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) pemeranan;
(6) diskusi dan evaluasi; (7) pemeran ulang; (8) Panjang Kelas Interval : 26
diskusi dan evaluasi ulang; (9) membagi penga-
laman dan mengambil kesimpulan. Berdasarkan Keterangan: Banyaknya kriteria = sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, sangat rendah
paparan diatas, maka peneliti menggunakan
teknik role playing untuk meningkatkan keteram- Berdasarkan panjang kelas interval tersebut,
pilan komunikasi interpersonal siswa SMK maka kriteria keterampilan komunikasi interper-
Jurusan Perhotelan dengan harapan, meningkat- sonal siswa seperti yang terlihat dalam Tabel 1.
nya keterampilan komunikasi interpersonal siswa Tabel 1. Skor Penilaian Skala Keterampilan
berdampak positif pula pada hubungan Komunikasi Interpersonal
interpersonalnya.
Interval Kriteria
134 < Skor ≤ 160 Sangat Tinggi (ST)
METODE 107< Skor ≤ 133 Tinggi (T)
80< Skor ≤ 106 Sedang (S)
Penelitian ini menggunakan pendekatan 5 3 < S ko r ≤ 7 9 Rendah (R)
kuantitatif dengan rancangan pre-eksperimen. 26 ≤ Skor ≤ 52 Sangat Rendah (SR)
Desain penelitian yang digunakan adalah One-
group pretest-posttes design. Subjek penelitian Buku panduan pelatihan telah divalidasi oleh
ini adalah siswa kelas X Jurusan Akomodasi ahli dengan indeks uji ahli sebesar 1 yang berarti
Perhotelan SMK N 1 Seririt yang tercatat pada memiliki validitas sangat tinggi dan layak
tahun ajaran 2012/2013 yang memiliki kete- diguna-kan sebagai bahan perlakuan. Hal ini
rampilan komunikasi interpersonal rendah. Pe- didasarkan pada pengklasifikasian validitas
milihan subjek penelitian dilakukan berdasarkan seperti disajikan dalam Tabel 2.
pemenuhan kriteria-kriteria tertentu mengguna- Prosedur perlakuan untuk pelatihan teknik
kan teknik purposive sampling. Berdasarkan role playing dengan mengikuti tahapan menurut
teknik tersebut didapatkan 6 orang siswa kelas X Shaftel (Joyce & Weil, 1996). Kegiatan dilak-
sanakan dalam 7 kali jalannya pelatihan dapat menunjuk salah bertindak dan
pertemuan. Pertemuan pada siswa, dan 3) satu siswa yang pantas berbicara secara
per- tama merupakan membuat kesepakatan dan mampu spontan. Tahap ke-
tahap awal intervensi mengenai kesediaan memerankan posisi empat, menyiapkan
(pra- intervensi), siswa sebagai peserta tersebut. Tahap ke- pengamat. Pengamat
pertemuan kedua pelatihan untuk tiga, menyusun tahap- diper-siapkan secara
sampai pertemuan mengikuti kegi- atan tahap peran. Pada matang dan terlibat
keenam merupakan sampai selesai tahap ini para pemeran dalam cerita yang
tahap pelaksanaan diperkuat dengan surat menyusun garis-garis akan dimainkan agar
intervensi, dan per- janjian yang diisi besar adegan yang semua siswa turut
pertemuan ketujuh dan ditandatangani dimainkan. Dalam hal mengalami dan
merupakan akhir inter- oleh siswa sebagai ini, tidak perlu ada menghayati peran
vensi (Pasca- peserta kegiatan dialog khusus karena yang dimainkan dan
intervensi). Tahap- pelatihan para pemain dituntut aktif
tahap tersebut secara untuk mendiskusikannya.
Tah
umum dijabarkan Agar para pengamat
ap
setelah Tabel 2 turut terlibat, maka
Pela
berikut. pengamat di- berikan
ksan
Tabel 2.
tugas. Tahap kelima,
aan
Kategori para siswa mulai
Inter
Indeks Uji beraksi secara spontan
vensi
Validitas sesuai dengan peran
Ahli Pelaksanaan ma- sing-masing.
intervensi teknik role Mereka berusaha
Indeks Uji playing secara umum memainkan setiap
Validitas dapat dijabarkan peran seperti benar-
Kategori
dalam 9 tahap berikut benar dialaminya.
0,80< r ≤ 1,00 ini. Tahap pertama, Pemeranan cukup
Sangat Tinggi/ menghangatkan dilakukan secara
sangat suasana yang singkat, sesuai tingkat
xy
dilakukan dengan kesesuaian dan
baik
menjelaskan masalah kompleksitas masalah
0,60< rxy≤ 0,80 yang akan diangkat, yang diperankan serta
Tinggi/baik serta menjelaskan jumlah siswa yang
0,40< rxy≤ 0,60 peran yang akan dilibatkan. Pemeran
Rendah dimainkan. Tahap ini dapat berhenti apabila
juga memotivasi siswa para siswa telah
0,00< rxy≤
agar tertarik pada merasa cukup.
0,20 masalah sehingga Tahap keenam
tahap ini sangat adalah tahap diskusi
Sangat
penting dalam role dan evaluasi. Diskusi
rendah rxy playing dan paling dimulai dengan
menentukan tafsiran mengenai
≤ 0,00
keberhasilan. Role baik-tidaknya peran
Tidak valid playing berhasil yang dimainkan
apabila siswa selanjutnya mengarah
Tahap Awal menaruh minat dan pada analisis terhadap
Intervensi memperhatikan peran yang
(Pra- masalah yang diaju- ditampilkan, apakah
Intervensi) kan. Tahap kedua, cukup tepat untuk
Pada tahap awal memilih peran Pada memecahkan masalah
pelatihan ini, hal yang tahap ini para siswa yang sedang dihadapi.
dilakukan pelatih, diberi kesempatan Tahap ketujuh,
yaitu: 1) membina secara sukarela un- tuk pemeranan tahap dua.
rapport dengan siswa, menjadi pemeran. Jika Para siswa bergantian
2) menjelaskan tujuan, para siswa tidak untuk menjadi
fungsi, dan gambaran menyambut tawaran pemeran. Siswa yang
tersebut, para konselor tadinya menjadi
observer sekarang bisa P
menjadi pemeran, e
sama seperti tahap n
lima, mereka dapat u
beraksi secara spontan, t
sesuai dengan peran u
masing-masing. p
Pemeran dapat )
berhenti apabila para Pada tahap ini,
siswa telah merasa pelaksanaan pelatihan
cukup. Tahap sudah sampai pada
kedelapan, diskusi dan tahap akhir Pada tahap
evaluasi tahap dua. ini diharap- kan
Sama seperti pada peserta pelatihan
tahap enam, hanya sudah mampu
dimaksud untuk menunjukan
menganalisis hasil perubahan tingkah
pemeranan ulang, dan laku di dalam
pemecahan masalah berkomunikasi. Pelatih
pada tahap ini mengajak peserta
mungkin sudah lebih pelatihan untuk
jelas. Tahap mendis- kusikan dan
kesembilan, membagi melakukan evaluasi
pengalaman dan pelaksanaan pelatihan
pengambilan secara keseluruhan
kesimpulan. Tahap ini dan mengajak peserta
tidak harus mengambil pelatihan untuk
generalisasi secara menilai kemajuan
langsung karena secara keseluruhan
tujuan utama role yang telah dicapai
playing adalah selama mengikuti
membantu para siswa pelatihan keterampilan
untuk memperoleh komunikasi
penga- laman berharga interpersonal.
dalam hidupnya
melalui kegiatan
interaksional dengan
temannya. Pada tahap
ini, para siswa saling
mengemukakan
pengalaman yang
didapat selama tahap
role playing dila-
kukan.
T
a
h
a
p
A
k
h
i
r
(
Di akhir kegiatan, peserta diminta untuk mengisi
kuesioner lagi dalam rangka pascates.
Untuk menangkal ancaman terhadap vali-
ditas internal yang bersumber dari bias peng-
harapan seperti itu, pelatihan tidak hanya diberi-
kan oleh peneliti melainkan bersama guru
Bimbingan Konseling (BK) di sekolah bersang-
kutan. Konselor sekolah yang ditugasi untuk
mendampingi siswa dipilih berdasarkan kriteria
memiliki masa kerja minimal 5 tahun,
direkomen-dasikan oleh kepala sekolah sebagai
konselor sekolah yang memiliki karakteristik
yang relatif baik, dan bersedia menjadi pelatih. Gambar 1. Perbedaan Skor Prates dan Pascates
Setelah dipe-roleh konselor sekolah yang Subjek Pelatihan
memenuhi per-syaratan itu, konselor tersebut Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat
diberikan peman-tapan tentang prosedur dan perbedaan nilai skor antara prates dan pascates
materi pelatihan, serta difasilitasi dengan pada masing-masing subjek. Terlihat pula pada
panduan dan materi pelatihan yang jelas, gambar/grafik tersebut perbedaan nilai skor pas-
sehingga mereka dapat melaksanakan pelatihan cates lebih besar dari nilai skor prates. Perbedaan
dengan benar. ini menunjukan bahwa setelah diberi pelatihan
Data yang diperoleh dalam penelitian ini teknik role playing terjadi peningkatan keteram-
dianalisis dengan teknik analisis non parametrik pilan komunikasi interpersonal untuk semua
uji Wilcoxon menggunakan program SPSS 20 for subjek. Perbedaan skor prates dan pascates untuk
windows. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 yang
menyajikan perbandingan statistik deskriptif
antara skor prates dan skor pascates.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Tabel 3 dapat dilihat dengan jelas
Hasil peningkatan nilai rata-rata (mean) sebelum dila-
kukan intervensi (prates) dan setelah dilakukan
Secara keseluruhan peningkatan keteram- intervensi (pascates). Skor yang didapat pada
pilan komunikasi interpersonal sebelum (prates) prates adalah sebesar 64,33, sedangkan skor yang
dan sesudah (pascates) diberikan pelatihan teknik didapat pada pascates adalah 110,17.
role playing dapat dilihat pada Gambar 1.
siswa kelas X
Multimedia SMK
IKIP Surabaya.
Journal
vasi. 4 (3): 22 – Sugiyatno. 2009.
29 (Online), Pengembangan
(jurnal.pdii.lipi. Panduan Pe-
go.id/index.php/S latihan
earch.html? Keterampilan
act=tampil&id Interpersonal
=5679, diakses Untuk Siswa
pada tanggal 3 SMK. Tesis tidak
April 2013) diterbitkan. Ma-
Santrock, J.W. 2010. lang: PPS UM.
th
Adolescence (8 ed). Jackson, V.A. 2011.
Norh Teaching
America: Communi-cation
McGraw-Hill. Skill Using Role-
Slavin, R. E. 2008. Play: An
Psikologi Experience-Based
Pendidikan Teori Guide For
dan Praktek Edisi Educators.
Kedelapan Jilid Journal of
1. Ter- jemahan Palliative
Marianto Medicine. 14 (6):
Samosir. Jakarta: 775-780.
Indeks. Wiryanto. 2005.
Permendiknas. 2006. Pengantar Ilmu
Tentang SI & Komunikasi.
SKL. Jakar-ta: Jakarta: Grasindo.
Sinar Grafika.