Professional Documents
Culture Documents
Afkaruna 52
Karena itulah penelitian ini menjadi baik dan yang salah (domain kognitif),
penting dan stragis untuk dilakukan guna mampu merasakan nilai yang baik (domain
mengetahui tingkat ketercapaian afektif) dan biasa melakukannya (domain
kemampuan intrapersonal dan interpersonal perilaku). Pendidikan karakter erat kaitannya
siswa pada sekolah Dasar Negeri Kasihan dengan pembiasaan yang terus-menerus
yang dijadikan sebagai tempat uji coba dilakukan.
pendidikan karakter oleh Pemerintah Berdasar beberapa pendapat di atas dapat
Daerah di Propinsi Daerah Istimewa disimpulkan bahwa karakter dapat
Yogyakarta sejak tahun2010. disamakan artinya dengan akhlak, adalah
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) cara berfikir dan berperilaku yang menjadi
Mengkaji ketrampilan intrapersonal dan ciri khas setiap individu terkait dengan nilai
interpersonal siswa setelah pelaksanaan benar salah, dan nilai baik-buruk, sehingga
pendidikan karakter di SD Negeri Kasihan karakter akan muncul menjadi kebiasaan
Bantul. (2) Mengkaji persamaan dan yang termanifestasi dalam sikap dan perilaku
perbedaan tingkat ketrampilan intrapersonal untuk selalu melakukan hal yang baik secara
dan interpersonal siswa dilihat dari terus menerus dalam semua lingkungan
perbedaan jenis kelamin, pekerjaan orang kehidupan. Karena karakter terkait dengan
tua, tingkatan kelas, urutan anak dalam nilai-nilai kebaikan, maka pendidikan
keluarga di SD Negeri Kasihan Bantul. Hasil Karakter adalah upaya yang dilakukan secara
penelitian ini diharapkan dapat memberikan bertahap untuk menanamkan kebiasaan,
kontribusi bagi pemerintah dalam agar anak selalu dapat berfikir, bersikap dan
mengembangkan karakter siswa melalui berperilaku berdasarkan nilai-nilai kebaikan,
evaluasi ketercapaian ketrampilan sehingga pendidikan karakter selalu
intrapersonal dan interpersonal berbasis dikaitkan dengan pendidikan nilai. Nilai-nilai
pendidikan karakter di Sekolah Dasar. yang menjadi ukuran baik buruk dan benar
Disamping itu juga dapat memberikan salah adalah nilai moral. Nilai moral tersebut
sumbangan pemikiran dalam mengkritisi dan dapat berupa nilai instrumental yaitu
mentyelesaikan permasalahan pendidikan presentasi diri, evaluasi, justifikasi dan
karakter serta memberikan suatu kerangka perbandingan diri sendiri dengan orang lain,
acuan alternatif dalam pengembangan ataupun nilai moral terminal, yang secara
penilaian aspek afektif pendidikan karakter konsisten telah dimiliki oleh individu,
di sekolah. menjiwai tingkah laku dan kebiasaan
sehingga menjadi karakter.
TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER Menurut panduan pelaksanaan
Pendidikan karakter mempunyai makna pendidikan karakter Kemendiknas tahun
lebih tinggi dari pendidikan moral, bukan 2011, karakter diartikan sebagai perilaku yang
sekedar mengajarkan mana yang benar dan dilandasi oleh nilai-nilai berdasarkan norma
mana yang salah, tetapi lebih dari itu agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan istiadat, dan estetika.4 Pendidikan karakter
(habituation) tentang hal yang baik sehingga adalah upaya yang terencana untuk
peserta didik menjadi paham tentang yang menjadikan peserta didik mengenal, peduli
Afkaruna 54
intrapersonal merupakan kemampuan rasa atau intuisi tentang realitas spiritual.11
menganalisis diri dan merenungkan diri, Cunningham dan Corderio menyatakan
mampu merenung dalam kesunyian dan bahwa ketrampilan intrapersonal adalah
menilai prestasi seseorang, meninjau perilaku akses terhadap perasaan diri sendiri dan
seseorang dan perasaan-perasaan kemampuan untuk membedakan emosi diri,
terdalamnya, membuat rencana dan pengetahuan tentang kekuatan seseorang,
menyusun tujuan yang hendak dicapai. Hal dan kelemahan seseorang.12
ini berkaitan dengan kepeduliannya terhadap Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud
tujuan yang hendak dicapai.7 dengan ketrampilan intrapersonal adalah ciri-
Secara ringkas ketrampilan intrapersonal ciri spesifik yang lebih substantif dari
berkaitan dengan pemahaman diri sendiri. kemampuan seseorang untuk memahami
Mant menyatakan bahwa ketrampilan keberadaan dirinya dan berani bertanggung
intrapersonal merupakan kemampuan untuk jawab terhadap kehidupan pribadinya
memahami diri sendiri. Dengan demikian sehingga terbentuk kepribadian yang
dapat dikatakan bahwa seseorang yang mantap, yang nampak pada: sadar diri,
memiliki ketrampilan intrapersonal dapat percaya diri, menangani kelemahan diri,
dengan teliti mengerti apa yang terjadi pada bertanggung jawab terhadap diri sendiri,
dirinya sendiri.8 Pendapat senada membuka diri, tegas, berani mengambil
disampaikan oleh Lwin et al, bahwa keputusan sendiri, menangani stres, dan
ketrampilan intrapersonal merupakan berani menyampaikan perasaannya.
kemampuan untuk memahami diri sendiri
dan bertanggungjawab atas kehidupannya Ketrampilan Interpersonal (Interpersonal
sendiri.9 Lebih lanjut Lwin et al, menyatakan Skill)
bahwa orang-orang yang memiliki Setiap individu mempunyai ketrampilan
ketrampilan intrapersonal tinggi cenderung personal yang berkaitan dengan pemahaman
menjadi pemikir yang tercermin pada apa terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
yang mereka lakukan dan terus menerus Ketrampilan interpersonal merupakan
membuat penilaian diri. Batasan lebih pemahaman tentang perbedaan orang lain
ringkas disampaikan oleh Ayan bahwa dengan dirinya sendiri. Dengan pemahaman
ketrampilan intrapersonal adalah ini, seseorang dapat memahami aspek-aspek
kemampuan memahami perasaan diri perasaan orang lain. Sebagaimana dinyatakan
sendiri, gemar merenung, serta berfilsafat.10 Gardner bahwa ketrampilan interpersonal
Batasan ini menunjukkan bahwa adalah kemampuan untuk menyatakan dan
ketrampilan intrapersonal, yaitu pemahaman membuat perbedaan diantara individu-
tidak hanya terhadap perasaan semata individu lain, dan khususnya, suasana hati
namun juga masalah berfikir. (moods), temperamen, motivasi, serta maksud
Untuk mengetahui indikator mengenai mereka.13
ketrampilan intrapersonal, Lazear Pendapat di atas dipertegas oleh Goleman
menyatakan bahwa ketrampilan (2005:52) dengan menyatakan bahwa
intrapersonal meliputi pengetahuan tentang ketrampilan interpersonal merupakan
perasaan, proses berfikir, refleksi diri dan kemampuan untuk memahami orang lain:
Afkaruna 56
rasa peduli lingkungan, harmonis, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
demokratis, perhatian terhadap orang lain, Ketrampilan Intrapersonal dan Interper-
dan trampil dalam menyelesaikan konflik. sonal siswa
Untuk mewujudkan manusia yang berhasil Kemantapan pribadi yang berkarakter
dalam kehidupan, diperlukan penilaian yang akan nampak melalui sembilan indikator
menyeluruh aspek kognitif dan non kognitif ketrampilam intrapersonal. Adapun
(kepribadian) dengan instrumen pendidikan indikator-indikator ketrampilan intraper-
karakter yang meliputi ketrampilan sonal yang menjadi fokus dalam penelitian
intrapersonal dan interpersonal. Adapun ini meliputi sembilan dimensi yakni: (1)
karakter yang termasuk pada kemampuan sadar diri, (2) percaya diri, (3) menangani
psikososial anak terutama pada kecerdasan kelemahan diri, (4) bertanggung jawab
emosi dan sosialnya meliputi: (1) percaya diri terhadap diri sendiri, (5) membuka diri, (6)
(confidence), (2) kemampuan kontrol diri (self- tegas, (7) berani mengambil keputusan
control), (3) kemampuan bekerjasama sendiri, (8) menangani stres, (9) berani
(cooperation), (4) kemudahan bergaul dengan menyampaikan perasaan. Gambaran
sesama (socialization), (5) kemampuan tentang ketrampilan intrapersonal siswa di
berkonsentrasi (concentration), (6) rasa empati SD Negeri Kasihan Bantul dapat dilihat pada
(empathy), dan (7) Kemampuan Tabel 1.
berkomunikasi (communication). Data Tabel 1 menunjukkan bahwa semua
Jenis penelitian ini adalah penelitian dimensi ketrampilan intrapersonal siswa SD
kuantitatif yang bercorak komparatif. Subyek Negeri Kasihan Bantul menunjukkan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas gambaran yang cukup merata. Namun jika
IV,V,VI SD Negeri Kasihan Bantul, sebanyak kita amati lebih jauh selisih antara nilai mean
79 siswa. Dan sebagai informan tambahan dan standar deviasi dari kesembilan dimensi
adalah guru, kepala sekolah dan karyawan. tersebut . Dengan demikian maka kemam-
Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara puan percaya diri siswa masih lebih rendah
purposive random sampling. Teknik dibanding kemampuan delapan dimensi
pengumpulan data yang digunaka adalah: yang lain. Kemampuan yang paling bagus
angket, observasi non partisipan, dimiliki siswa adalah kemampuan mengatasi
wawancara terpimpin, dan dokumentasi. kelemahan diri, kemudian disusul
Analisis data penelitian ini menggunakan kemampuan melakukan curhat pada orang
statistik deskriptif untuk mengkaji lain.
kemampuan ketrampilan intrapersonal dan Gambaran tentang ketrampilan interper-
interpersonal siswa sekolah dasar. Analisis sonal siswa SD Negeri Kasihan Bantul.
perbedaan antara perbedaan jenis kelamin Berdasarkan hasil uji dapat diketahui bahwa
digunakan uji t (t-tes) dan untuk menganalisis kesembilan dimensi ketrampilan interper-
perbedaan berdasarkan pekerjaan orang tua, sonal siswa SD Negeri Kasihan Bantul
tingkatan kelas dan urutan anak dalam menunjukkan kondisi yang baik, karena
keluarga dilakukan teknik ANOVA satu kesembilan dimensi memiliki mean yang
arah. seperlima lebih besar dari standar deviasinya.
Dengan demikian maka kemampuan siswa
memahami orang lain masih lebih rendah beda dengan menggunakan ANNOVA one
dibanding kemampuan delapan dimensi yang way.
lain. Dan kemampuan yang paling bagus Adapun hasil uji perbedaan kesembilan
dimiliki siswa adalah kemampuan berlaku dimensi intrapersonal anak SD Negeri
demokratis, kemampuan menyelesaikan Kasihan Bantul yang meliputi dimensi sadar
konflik dan disusul kemampuan perhatian diri, percaya diri, menangani kelemahan diri,
pada orang lain. bertanggung jawab terhadap diri sendiri,
membuka diri, tegas, berani mengambil
Perbedaan Ketrampilan Intrapersonal. keputusan sendiri, menangani stres, dan
Perbedaan ketrampilan intrapersonal siswa berani menyampaikan perasaannya.
dapat dilihat dengan cara memperhatikan Dilakukan dengang uji t. dengan melihat
perbedaan jenis kelamin yang dianalisis perbedaan jenis kelamin siswa, maka
dengan uji t (t-.test) dan perbedaan tingkatan berdasarkan hasil dari Uji t , dapat
kelas, pekerjaan orang tua, dan urutan diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
kelahiran anak dalam keluarga dilakukan uji signifikan antara siswa laki-laki dan siswi
Afkaruna 58
perempuan pada semua dimensi ketrampilan menyampaikan perasaan. Semakin tinggi
intrapersonal yang meliputi sadar diri, tingkatan kelas siswa, maka ada
percaya diri, menangani kelemahan diri, kecenderungan semakin meningkat rasa
bertanggungjawab terhadap diri sendiri, percaya diri siswa, kemampuan bertanggung
membuka diri, tegas, berani mengambil terhadap tugas yang dibebankan kepada
keputusan sendiri, menangani stres, dan siswa, dan karena sudah semakin senior
berani menyampaikan perasaannya. seorang siswa cenderung semakin memiliki
Berhubung semua dimensi intrapersonal keberanian untuk menyampaikan perasaan.
memiliki taraf signifikansi lebih dari 0,05h, Begitu juga sebaliknya siswa yang kelasnya
yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. rendah akan merasa inferior, belum
Siswa laki-laki dan siswi perempuan memiliki maksimal rasa tanggungjawabnya dan belum
cara yang berbeda dalam melihat dirinya berani menyampaikan perasaannya pada
sendiri. Siswa laki-laki cenderung lebih orang lain.
rasional dan siswi perempuan cenderung Sedangkan pada dimensi sadar diri,
lebih emosional dalam melihat diri sendiri. kemampuan menangani kelemahan diri
Sedangkan uji beda kemampuan sendiri, membuka diri, tegas, berani
intrapersonal dilihat dari perbedaan mengambil keputusan sendiri, menangani
pekerjaan orang tua dengan menggunakan stres tidak terdapat perbedaan antara
ANNOVA one way, maka dapat diperoleh pekerjaan orang tua dan ketrampilan
hasil bahwa terdapat perbedaan ketrampilan intrapersonal siswa. Berdasarkan hasil
intrapersonal yang meliputi sadar diri, perhitungan keenam dimensi tersebut
percaya diri, kemampuan menangani menunjukkan taraf signifikasi kurang darai
kelemahan diri sendiri,bertanggung jawab, 0.05h yang berarti Ho diterima dan Ha
membuka diri, tegas, berani mengambil ditolak. Ini berarti tidak terdapat perbedaan
keputusan sendiri, menangani stres, dan yang signifikan antara ketrampilan
keberanian menyampaikan perasaan antara intrapersonal pada dimensi sadar diri,
siswa yang berasal dari keluarga PNS, kemampuan menangani kelemahan diri
Wiraswasta dan Petani. Semua dimensi sendiri, membuka diri, tegas, berani
menunjukkan bahwa nilai signifikansinya mengambil keputusan sendiri, menangani
lebih dari 0,05h yang berarti Ho ditolak dan stres antara siswa kelas 4, 5 dan 6. Kondisi
Ha diterima. Hal ini diasumsikan terdapat tersebut dapat dibuktikan pada hasil
hubungan antar jenis pekerjaan orang tua perhitungan SPSS pada tabel 3.
dan cara mendidik anak yang berdampak Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan
pada perbedaan ketrampilan intrapersonal ketrampilan intrapersonal siswa yang dilihat
masing-masing anak dalam keluarga yang dari urutan anak dalam keluarga dilakukan
beda pekerjaan. perhitungan dengan ANNOVA one way.
Perbedaan ketrampilan intrapersonal Berdasarkan hasil uji beda dapat diketahui
yang dilihat dari perbedaan tingkatan kelas di bahwa ketrampilan intrapersonal siswa yang
sekolah menunjukkan adanya perbedaan meliputi sadar diri, percaya diri, menangani
pada dimensi percaya diri, bertanggung kelemahan diri, bertanggung jawab terhadap
jawab terhadap diri sendiri dan berani diri sendiri, membuka diri, tegas, berani
Afkaruna 60
TABEL 4. HUBUNGAN KETRAMPILAN INTERPERSONAL DAN URUTAN ANAK DALAM KELUARGA
ketrampilan intrapersonal pada anak sulung, sementara anak sulung cenderung suka
tengah dan bungsu. Asumsinya adalah bahwa mengatur dan berani mengambil keputusan.
orang tua terkadang memperlakukan anak Sedangkan anak tengah cenderung tidak jelas
dengan cara berbeda. Anak sulung dipaksa sikapnya. Berdasarkan hasil perhitungan
cepat dewasa sementara anak bungsu disetting ANNOVA one way diperoleh nilai signifikansi
manja, anak tengah biasanya kurang diatas 0,05h pada delapan dimensi tersebut.
diperhatikan tidak seperti anak sulung dan Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan
anak bungsu. Perbedaan pola asuh inilah Ha diterima. Ini berarti bahwa terdapat
yang dapat menyebabkan perbedaan perbedaan ketrampilan intrapersonal antara
kecenderungan keterbukaan. Anak bungsu urutan anak dalam keluarga pada delapan
cenderung kurang mandiri dan manja, dimensi yakni dimensi sadar diri, percaya diri,
Afkaruna 62
perbedaan antara pekerjaan orang tua dan Meskipun ada asumsi bahwa orang tua
ketrampilan interpersonal siswa. Berdasarkan terkadang memperlakukan anak dengan cara
hasil perhitungan ketujuh dimensi tersebut berbeda, anak sulung dipaksa cepat dewasa
menunjukkan taraf signifikasi kurang dari sementara anak bungsu disetting manja, anak
0.05h yang berarti Ho diterima dan Ha tengah biasanya kurang diperhatikan tidak
ditolak. Ini berarti bahwa tidak terdapat seperti anak sulung dan bungsu. Namun
perbedaan yang signifikan ketrampilan ternyata hasil pendidikan tentang cara
interpersonal dalam dimensi mudah bergaul, berkomunikasi dengan orang lain adalah
suka menolong, harmonis, demokratis, tidak terdapat perbedaan kemampuan
perhatian terhadap orang lain, dan trampil interpersonal pada semua dimensi.
dalam menyelesaikan konflik antara siswa Berdasarkan hasil perhitungan ANNOVA
kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. one way diperoleh nilai signifikansi dibawah
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan 0,05h pada sembilan dimensi tersebut. Hal
ketrampilan interpersonal siswa yang dilihat ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha
dari urutan anak dalam keluarga dilakukan ditolak. Ini berarti bahwa tidak terdapat
perhitungan dengan ANNOVA one way dan perbedaan ketrampilan interpersonal antara
mendapat hasil sebagai berikut: urutan anak dalam keluarga pada sembilan
(lihat tabel 4) dimensi yaitu: mudah bergaul, suka
Berdasarkan hasil uji beda pada tabel menolong, memahami orang lain, rasa peduli
tersebut di atas diketahui bahwa ketrampilan lingkungan, harmonis, demokratis, perhatian
interpersonal siswa yang dimensinya meliputi: terhadap orang lain, dan trampil dalam
mudah bergaul, suka menolong, memahami menyelesaikan konflik.
orang lain, rasa peduli lingkungan, harmonis,
demokratis, perhatian terhadap orang lain, KESIMPULAN
dan trampil dalam menyelesaikan konflik. Penelitian ini menyimpukan, Ada 9
Berdasarkan perhitungan ANNOVA one way dimensi intrapersonal yakni sadar diri,
bahwa semua dimensi ketrampilan interper- percaya diri, menangani kelemahan diri,
sonal tidak terdapat perbedaan antara bertanggung jawab terhadap diri sendiri,
anak sulung, anak tengah dan anak bungsu membuka diri, tegas, berani mengambil
dalam ketrampilan berinteraksi dengan keputusan sendiri, menangani stres, dan
orang lain. Hal ini berarti bahwa semua anak berani menyampaikan perasaannya.
akan diperlakukan sama oleh orang tuanya. Kemampuan yang paling rendah pada
Meskipun urutan lahirnya berbeda namun dimensi percaya diri, sedangkan kemampuan
perilaku keterampilan berkomunikasi dengan yang paling menonjol adalah dimensi
orang lain bisa sama. Hasil perhitungan keberanian menyampaikan perasaan pada
dengan SPSS menunjukkan bahwa semua orang lain. Sementara 9 dimensi
dimensi memperoleh nilai taraf intrapersonal meliputi mudah bergaul, suka
signifikansinya di bawah 0,05h yang berarti menolong, memahami orang lain, tenggang
tidak terdapat perbedaan ketrampilan inter- rasa, peduli lingkungan, harmonis,
personal pada semua dimensi antara anak demokratis, perhatian terhadap orang lain,
sulung, anak tengah dan anak bungsu. dan trampil menyelesaikan konflik. Dimensi
Afkaruna 64
Diknas, RI. 2004. Kurikulum SD/MI berdasarkan KTSP, Tiara Wacana.
Jakarta: Puskur Diknas. Tilaar, HR. 2006. Pembangunan watak dan karakter dengan
Gardner, Howard. 1993. Frames of Mind: The Theory of penciptaan kultur sekolah, Kompas, 8 Maret p.12.
Multiple Intelligence, New York: Basic Books. Zamroni, 2005. Pengembangan Sistem Penilaian Pendidikan
Goleman, Daniel. 2005. Emotional Intelligence, Terj: yang menerapkan KBK dalam Kerangka Otonomi Daerah.
T.Hermaya, Jakarta: Gramedia. Yogyakarta: HEPI.
Hurlock, Elizabeth B. 1991. Perkembangan anak. (Terj: Zuchdi, Darmiyati. 2010. Humanisasi Pendidikan,
Metasari dan Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Menumbuhkan Kembali Pendidikan yang Manusiawi,
Jakarta: Erlangga. Jakarta: Bumi Aksara.
Karen E,Bohlin. 2005. Teaching character Education Through ____________ . 2009. Pendidikan Karakter, Grand Design
Literature, Awakening the Moral Immagination Second- dan Nilai-Nilai Target, Yogyakarta: UNY Press.
ary Classrooms. New York: RoutledgeFalmer.
Kilpatrick. 1992. Why Johny can’t tell right or wrong, and
what we can do about it. New York: A Touchstone Book.
Kirschenbaum,H. 1995. Enhance Values and Morality in
Schools and Youth, Setting. Boston: Allyn and Bacon.
Kohlberg, Lawrence, (terj) John de Santo, Tahap-Tahap
Perkembangan Moral, Yogyakarta: Kanisius.
Larry P.Nucci, 2008. Handbook of Moral and Character
Education, New York and London: Routledge.
Lazear, David. 2000. Pathways of Learning: Teaching
Students and Parents about Multiple Intelligences.
Arizona: Zephyr.
Lickona, Thomas. 1992. Educating for character, how our
schools can teach respect, Respect and Responsibility,
New York: Bantam Books.
____________ . 1975. Moral Development and Behaviour:
Theory, research, and Social Issues. New York: States
University of New York.
Lwin, May et al. 2005. How to Multiply Your Child’s
Intelligence. Terj: Christine S. Jakarta: Indeks.
Mant, Alistair. 1997. Intelligent Leadership, New South
Wales: Allen & Unwin.
Piaget,J. (1950. The Psychology of Intelligence, New York:
Harcourt, Brace&World.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi ke III. Jakarta: Balai Pustaka.
Ratna Megawangi. 2004. Pendidikan karakter: Solusi yang
tepat untuk membangun bangsa. Jakarta: Star Energy
(Kakap) Ltd.
Rohendi. 2004. “Moral yang tereliminasi.” Pikiran Rakyat 15
Juli 2004.
Rose, Collin and Malcolm J. Nicholl. 2002. Accelerated
Learning for the 21st Century, Terj: Dedy Ahimsa.
Bandung: Nuansa.
Sax,G. 1980. Principles of educational psychological
measurement and educational an evaluation. Balmont,
CA: Wadswort Publising Co.
Schon, D. 1990. Educating the reflective practitioner.
Artikel. Diambil pada tgl 12 Desember 2010, dari
http://www.reflectiveaction.com/home.html.
Sudarminta. 2002. Pendidikan dan Pembentukan Watak
yang Baik, Dalam Tilaar: Pendidikan untuk Masyarakat
Indonesia Baru, Jakarta: Grasindo.
Tadkiratun Musfiroh. 2008. Character Building, Yogyakarta: