You are on page 1of 12

HASIL KEGIATAN INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN

MINERAL LOGAM DI PROPINSI SULAWESI SELATAN


(KABUPATEN GOWA, TAKALAR, ENREKANG, TANA TORAJA)
DAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
(KABUPATEN DONGGALA DAN TOLI-TOLI)

Oleh :
Ir. Sukmana, Zulkifli MD, BE dan Hotma Simangunsong, Dip. M.E.
SUB DIT. MINERAL LOGAM

ABSTRACT
The inventory and evaluation work of the potency of metallic mineral deposits are located in
six regencies; those are Tana Toraja, Enrekkang, Gowa and Takalar of South Sulawesi Province and
Donggala and Toli-toli of Central Sulawesi Province. The known mineralization zones are porphyry,
hydrothermal quartz vein, metasomatic, volcanogenic and native copper mineralization types.
The placer gold usually found in the sedimentary river deposit, its prospective for traditional
small-scale mining.
The inventory and evaluation work of the potency of metallic mineral deposits by collection
secondary data, comprised of existing data include indication formation obtained fromRegional
offices of Mines (Dinas Pertambangan Daerah/Kabupaten/Kota) or Province,Regional Board of
Planning and Development (Bappeda) and Central Bureau of Statistics(Badan Pusat Statistik), while
primary data originally result from field work in certain selected interesting areas.
The result of this work for each area represents various chemical analyses values. In Poton
area, Tana Toraja and in Noron stream, Enrekkang regencies of South Sulawesi showing low
analyses values, so that the area is not prospected for further exploration. On the other hand Tala-
tala until S. Balang Makoret, Jene Ara-ara, S. Riba-riba, and S. Dampang Kurau until Balang
Terlontang, Gowa district of South Sulawesi Province and Ogowele, Toli-toli and S. Fiura, Donggala
regencies of Central Sulawesi are prospective areas recommended for further exploration.
Non-metallic mineral deposits such as sand, gravel, and sandy gravel from sedimentary river
deposit, in fact as potential commodity source for annual local government income from mining
sector. It has to be managed carefully for avoid from geological environment disaster. It’s required to
study how to exploit and develop it, so that can be useful maximally for the prosperity of society.

S A R I

Lokasi-lokasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral logam ini dilakukan di 6
kabupaten meliputi Kabupaten Tana Toraja-Enrekang dan Gowa-Takalar, Provinsi, Sulawesi Selatan
serta Kabupaten Donggala-Toli-toli Provinsi Sulawesi Tengah. Zona-zona mineralisasi logam yang
telah banyak diketahui di keenam Kabupaten ini terdiri darimineralisasi tipe porfiri, tipe urat
hidrotermal, tipe kontak metasomatik, tipe endapan volkanogenik dan tipe mineralisasi tembaga
murni. Sedangkan endapan emas letakan ditemui di daerah aliran sungai hanya prospek untuk
pertambangan rakyat.
Pekerjaan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral di keenam kabupaten ini dilakukan
dengan pengumpulan data sekunder baik yang telah maupun yang belum diketahui sumberdayanya,
termasuk yang masih berupa indikasi yang diperoleh dari Dinas Pertambangan Daerah
Kabupaten/Kota maupun Propinsi, termasuk dari Bappeda dan BPS dan data primer yang diperoleh
dari daerah uji petik dan daerah endapan bahan galian yang belum didata.
Himpunan data ini merupakan gambaran awal kondisi potensi sumber daya mineral dari tiap
pemerintah daerah kabupaten/kota. Selain itu data ini akan melengkapi Neraca Sumber Daya
Mineral Spasial Nasional dan Daerah yang akan diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi Sumber
Daya Mineral. Data tersebut dapat dipakai oleh semua pihak sebagai dasar untuk investasi di bidang
pengusahaan bahan galian mineral di daerah tersebut
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-1
Hasil penyelidikan mineralisasi logam di daerah uji petik di masing-masing kabupaten umumnya
menunjukkan nilai hasil analisis yang sangat bervariasi. Untuk Desa Poton, Kab. Tana Toraja dan
di aliran S. Noron, Kab. Enrekang, nilai analisisnya sangat rendah, sehingga kurang prospek untuk
dilakukan eksplorasi tindak lanjut. Namun demikian untuk daerah Talatala sampai ke S. Balang
Makoret, Jene Ara-ara, dan di S. Ribariba, S. Dampang Kurau hingga Balang Terlontang, Kab.
Gowa, daerah Ogowele, Kab. Toli-toli dan S. Fiura. Desa Kalora, Kab. Donggala prospek untuk
dilakukan eksplorasi tindak lanjut.
Untuk endapan bahan galian non logam seperti pasir, kerikil dan sirtu di sungai ternyata telah
merupakan komoditi penghasil pendapatan asli daerah terbesar di sektor pertambangan, sehingga
perlu dikelola dengan baik, namun harus dijaga agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Sesungguhnya bahan galian non logam lainnya hingga saat ini belum dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal, sehingga perlu dipelajari bagaimana cara memanfaatkan dan
mengembangkan komoditi bahan galian unggulan di setiap kabupaten, sehingga dapat bermanfaat
secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.

1. PENDAHULUAN dituangkan dalam bentuk modifikasi kelas


yang berdasarkan sumbu-sumbu nilai ekonomi
Lokasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi (Economic), kelayakan (Feasibility) dan
bahan galian mineral logam ini meliputi empat keadaan geologi (Geological).
kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dan
dua kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah.
Kesampaian ke daerah kegiatan umumnya 2. GEOLOGI DAN HASIL
mudah (Gbr.1). Ada lima daerah uji petik PENYELIDIK TERDAHULU
yang masing-masing mewakili tiap kabupaten,
yaitu daerah uji petik S. Poton terletak di Desa Sulawesi terletak pada pertemuan
Poton, Kec. Bonggakaradeng, Kab. Tana lempeng besar Eurasia, India Australia,
Toraja dan daerah uji petik S. Noron di Desa Lempeng Pasifik serta sejumlah lempeng yang
Curio, Kec. Alla Timur, Kabupaten Enrekang. lebih kecil yang menyebabkan kondisi
Desa Malonro, Kec. Biringbulu, Kab. Gowa tektonik sangat komplek, Komplek batuan dari
dan Desa Komara, Kec. Polobangkeng Utara, busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan
Kab. Takalar, serta Desa Ogowele, Kec. bongkah dari mikrokontinen.
Dondo, Kab. Tolitoli.dan Desa Nalu, Kec. Berdasarkan keadaan litotektonik
Baolan, Kabupaten Toli-toli. Sulawesi dibagi tiga mandala, yaitu : Mandala
Banyak penyelidikan mineralisasi logam barat sebagai jalur magmatik merupakan
yang telah dilakukan di daerah Sulawesi bagian dari ujung timur Paparan Sunda,
Selatan dan Sulawesi Tengah baik oleh ahli Mandala tengah, berupa batuan malihan
geologi Belanda maupun Indonesia. Pemetaan ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari
bahan galian golongan C di setiap kabupaten Blok Australia ( Van Leeuwen, 1994)
telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan Mandala Barat sebagai busur magmatik
Pemda Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian
Pertambangan Pemda Provinsi Sulawesi utara dan barat. Daerah penyelidikan termasuk
Tengah. Demikian pula Direktorat pada bagian barat yang memanjang dari Buol
Inventarisasi Sumber Daya Mineral melalui sampai sekitar Makassar yang mempunyai
kegiatan Subdit. Mineral Non Logam telah batuan penyusun lebih bersifat kontinen,
melakukan inventarisasi mineral industri. terdapat batuan gunungapi-sedimen
Data-data ini merupakan sumber informasi Mesozoikum-Kuarter dan batuan malihan
yang paling banyak digunakan dalam berumur Kapur. Batuan terobosan granitoid
melengkapi laporan akhir ini. terutama granodiorit sampai granitik.
Pekerjaan pengumpulan data sekunder Kegiatan Volkanisme dan Plutonisme
yang dilakukan di setiap kabupaten ini selain menyertai proses penunjaman yang dimulai
data potensi sumberdaya mineral yang telah pada Miosen. Tumburan ini menekan bawah
diketahui cadangannnya juga yang belum, Sulawesi bagian barat (Daly dkk, 1987) dan
termasuk yang masih berupa indikasi menyebabkan deformasi kuat, Pengangkatan
mineralisasi. Dengan mengacu kepada dan penyingkapan di bagian utara dan tengah
klasifikasi sumber daya/cadangan yang Sulawesi bagian barat, yang berlanjut sampai
dikeluarkan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial Pliosen, disertai dengan perlipatan dan jalur
PBB data sumber daya dan cadangan tersebut
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-2
pensesaran naik yang disertai pula setempat. Mineral ubahan yang teramati
pengendapan molassa pada Miosen Akhir adalah klorit.
sampai Plistosen (Soekamto, 1978). Proses Gejala struktur geologi tidak dijumpai,
eksogenik telah menyingkap tubuh granit kecuali kekar-retakan yang cukup intensif dan
sepanjang 600 km, yang disertai intrusi sebagian kecil diisi urat kuarsa N 50° E/68°.
bersifat basa berukuran kecil (Priadi Adanya struktur sesar di daerah ini
dkk,1991). diintepretasikan dari arah slicken side dan
Tumbukan antara Sulawesi dan Lempeng ketidak beraturan jurus dan kemiringan
Australia-New Guinea yang terjadi pada awal lapisan.
Pliosen menghasilkan Sulawesi sebagai pulau Temuan mineralisasi tembaga thn 1992
berbentuk melekuk dimana bentuk cembung oleh Kanwil Departemen Pertambangan dan
mengarah ke kontinen, pada saat yang sama Energi dilaporkan terletak di daerah Maruang-
menyebabkan pula ofiolit terseret naik pada Poton ditemukan di bekas galian jalan. Namun
bagian timur dari pulau ( Katili, 1980 ) ketika tim melacak mineralisasi tersebut
Daerah penyelidikan empat kabupaten di dinding jalan tersebut telah diperlebar, gejala
Provinsi Sulawesi Selatan termasuk ke dalam mineralisasi hanya berupa pirit dan urat
Peta Geologi Indonesia, Lembar kuarsa-silika tipis. Dari batuan yang
Ujungpandang, Skala 1 : 1000.000, Direktorat tersingkap tidak nampak ada mineralisasi
Geologi Bandung, Rab. Sukamto., 1975, logam.
sedang dua kabupaten lainnya di Provinsi
Hasil analisis conto di Laboratorium
Sulawesi Tengah, termasuk dalam Peta
Dari conto endapan sungai aktif
Geologi Lembar Palu, skala 1 : 250.000.
sebanyak 10 buah, hampir semua unsur tidak
menunjukkan nilai yang berarti. Angka
3. HASIL PENYELIDIKAN maksimal 0,018 ppm Au, 2 ppm Ag, 81 ppm
Kegiatan yang dilakukan di enam lokasi Cu, 44 ppm Pb dan 201 ppm Zn, ini terlalu
kerja uji petik diharapkan bisa menambah atau rendah sehingga daerah ini kurang prospek.
akan melengkapi Neraca Sumberdaya Mineral Demikian juga analisa terhadap 3 conto batuan
Spasial Nasional dan daerah yang akan yang dianalisis kimia dari daerah ini kisaran
diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi angka minimim-maximumnya hanya 18-
Sumber Daya Mineral, masing-masing lokasi 68ppm Cu, 50-72 ppm Pb, 45-87 ppm Zn, 6-
mewakili setiap kabupaten. 16 ppb Au dan 4–9 ppm Ag.
3.1. Hasil Uji Petik di Kab. Tana Toraja Analisis mineragrafi conto batuan dari
Daerah uji petik di Desa Poton, Kec. daerah yang kaya akan mineral argilik,
Bonggakaradeng. Geologi daerah uji petik ini sebagian tertutup limonit staining, ada pirit
secara umum tersusun oleh batuan sedimen tersebar dengan mineral ubahan klorit dan
laut dan batuan gunungapi Miosen (Gb. 2), epidot serta urat-urat halus silika. Genesa
dengan urutan stratigrafi sebagai berikut : pemineralannya diinterpretasikan adalah pirit,
Satuan lanau, serpih sisipan lempung kalkopirit, malakhit dan oksida besi. Mineral
Formasi Toraja (Tet) yang berwarna coklat pirit sangat halus, sebagian mengisi retakan.
keunguan, kemudian Satuan batuan breksi Sedang kalkopirit ukurannya lebih halus lagi,
aneka bahan anggota gunungapi Talaya (Tmt) sebagian berubah jadi malakit dan azurit.
terdiri dari breksi polimik bersusunan andesit Dari 25 conto konsentrat dulang dapat
– dasitik, yang dapat disebandingkan dengan diidentifikasi 5 jenis mineral berat yaitu
Tmpv (Djuri dan Sudjatmiko, 1974) atau Tnv epidot, zirkon, barit, garnet dan pirit.
(Rab. Sukamto, 1975), ubahan mineral terdiri 3.2 Hasil Uji Petik di Kab. Enrekang
dari klorit dan epidotisasi serta argilitisasi, Geologi daerah uji petik S.Noron dan di
berkembang urat kuarsa barren. Gejala sekitar muara S. Malua, Kec. Alla Timur,
mineralisasi hanya berupa pirit semi hanya ditempati batuan sedimen Formasi
diseminasi yang sebagian menjadi limonit. Toraja (Gb. 3). Dekat muara S. Noron
Secara mikroskopik batuan ini nampak litologinya adalah batupasir konglomeratan,
sebagai batuan riolit dan vitriktuf. selingan batulanau dan serpih, miring ke arah
Kemudian satuan batupasir hijau anggota utara dan membentuk sinklin yang sempit.
Formasi Adang (Tma), dapat disebandingkan Dari pengamatan mikroskopik nampak
dengan Tmpss (Djuri dan Sudjatmiko, 1974) sebagai batuan argilaceous shale dan
atau Tms (Rab. Sukamto,1975). Tidak batulanau. Bagian bawahnya terdiri batu
termineralisasi, kecuali bercak pirit menyebar lanau, serpih dengan sisipan batupasir
halus anggota dalam Formasi Toraja,

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-3
sebarannya sangat luas, terdapat urat kuarsa telah dilakukan oleh Kanwil Departemen
dan urat-urat tipis kalsit dengan arah N Pertambangan dan Energi Prov. Sul-Sel dan
50°E/68°, berwarna bening, transparan, namun laporan dari Dinas Pertambangan Provinsi
tidak terjadi pemineralan logam, kecuali ada Sulawesi Selatan yang bekerjasama dengan
sedikit bercak pirit dalam batupasir. Mineral Adco Murino, yaitu perusahaan konsultan
ubahan adalah argilitisasi dan kloritisasi. dalam bidang pertambangan.
Mineralisasi tembaga murni dan malakhit Jumlah titik lokasi potensi bahan galian
ditemukan dalam retakan batulanau-serpih, di kabupaten Tana Toraja sebanyak 50 titik
sedang malakhit didapatkan setempat pada yang terdiri atas: lokasi mineral logam 15
fragmen konglomerat terkersikan lemah. titik, lokasi mineral non logam 33 titik,
Struktur geologi yang berkembang di lokasi batu bara 2 titik. Rincian dari bahan
daerah ini adalah adanya arah jurus dan galian tersebut, komoditinya adalah 15 titik
kemiringan yang berubah-ubah. Kekar yang lokasi mineral logam terdiri dari emas letakan:
berarah N. 155° E/78° adalah tempat 2 titik, emas primer: 3 titik, besi: 2 titik,
terperangkapnya lempengan pipih tembaga tembaga: 7 titik, timah hitam : 1 titik. Peta
murni pada lanau yang menyerpih di batas sebaran potensi sumber daya mineral
pelapisan batu pasir konglomeratan dengan kabupaten Tana Toraja tercantum dalam
jurus N. 255°E /28°. Nampaknya peranan gambar 4 dan 5.
struktur sangat dominan dalam mengontrol Jumlah titik lokasi potensi bahan galian
tempat kedudukan mineralisasi. di kabupaten Enrekang sebanyak 44 titik yang
terdiri atas lokasi mineral logam 10 titik,
Hasil analisis conto di Laboratorium
lokasi miniral non logam 30 titik, lokasi
Dari 25 conto endapan sungai daerah S.
batubara 4 titik. Rincian dari bahan galian
Noron, angka maximal 0,013 ppm Au dan 2
tersebut, komoditinya adalah 10 titik lokasi
ppm Ag tidak dapat dianggap sebagai standar
mineral logam, terdiri dari emas letakan: 2
angka dari suatu daerah yang prospek.
titik, emas: 3 titik, tembaga: 3 titik, timah
Demikian pula untuk logam dasar, angka
hitam: 1 titik dan seng : 1 titik. (anomali
maksimal hanya sebesar 85 ppm Cu, 50 ppm
endapan sungai)
Pb dan 153 ppm Zn, walaupun demikian di
Zona-zona mineralisasi logam yang telah
daerah ini ditemukan tanda-tanda mineralisasi
diketahui di Kab. Tana Toraja adalah
tembaga, sehingga kadar sebesar ini jelas
mineralisasi tipe porfiri di hulu S. Darung,
berhubungan erat dengan pengaruh dispersi
dengan dua buah urat kuarsa sejajar di
unsur Cu yang berasal dari daerah mineralisasi
daerah Sassak dan Patotong, Mineralisasi
tembaga Curio-Noron, atau mungkin hanya
logam dasar tipe volkanogenik Sangkaropi,
cerminan dari suatu mineralisasi logam yang
mineralisasi logam tipe kontak metasomatik
kecil dan sempit atau miskin kandungan
di Talimbangan dan mineralisasi tembaga
logamnya, sebagaimana penyelidik Belanda
murni di Uluwai. Mineralisasi yang sama
menyebutkannya sebagai “Koperlei” dan Kim
juga terdapat di Curio-Noron dan Maruang-
(1983) berpendapat bahwa mineralisasi di sini
Poton. Peta zonasi tipe mineralisasi nampak
terjadi setempat (sporadis).
dalam gbr 6.
Hasil analisis conto batuan untuk daerah
S. Noron dari 5 conto batuan diperoleh kisaran 3.3 Hasil Uji Petik di Kab. Gowa dan
angkanya adalah 17- 9600 ppm Cu, 30 – 99 Takalar
ppm Pb, 47 – 114 ppm Zn, 2- 8 ppb Au dan 4 Geologi daerah uji petik di Desa
– 37 ppm Ag. Batuan termineralisasi tembaga Batumalonro dan Desa Komara, masing-
murni yang mengisi retakan tersebut, yang masing secara administratif termasuk Kab.
dicirikan dari lapukan yang mengandung Gowa dan Kab. Takalar, disusun oleh :
copper staining dan malakit, kadar kandungan Satuan Batugamping Pasiran Berselingan
tembaganya sebesar 9600 ppm. Mineral Napal berselingan batu gamping pasiran,
malakhit dan oksida besi nampak memanjang berlapis, ketebalan 15 – 30 cm, dengan arah
mengisi retakan. jurus U 2200 – U 2250 T dan kemiringan
Analisis mineralogi butir conto konsentrat antara 50 - 150, satuan ini masuk ke dalam
dulang menunjukkan hanya epidot, zirkon dan Formasi Tonasa. (Gbr. 7)
pirit yang merupakan petunjuk mineralisasi. Satuan Batutufa Halus terdapat di sebelah
Pengumpulan data sekunder di Kab. timur tersingkap setebal ± 300 m dari dasar
Tana Toraja dan Enrekang, secara garis besar sungai sampai ke puncak bukit. Batuan
data dan informasinya diperoleh dari hasil umumnya berwarna abu-abu putih
laporan penyelidikan geologi terpadu yang kekuningan, berbutir halus dan agak lunak.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-4
masuk ke dalam Formasi Camba. (Rab Zona mineralisasi yang menarik di
Sukamto, Sam Supriatna, 1982). Sungai Ribariba-Sungai Dampang Kurau
Satuan Lava Breksi Andesitik Basal umumnya berupa tipe tersebar dan pengisian
umumnya tersebar luas di daerah uji petik rekahan/retakan terdiri dari mineral pirit,
Desa Batumalonro dan Desa Komara, sfalerit, kalkopirit, galena, kovelit dan
Kabupaten Takalar, bertekstur porfiritik magnetit di dalam batuan tufa halus, diorit
dengan fenokris piroksen. pada tempat-tempat piroksen dan diorit porfiri. Hasil analisa kimia
tertentu dimana pensesaran intensif, satuan ini conto batuan menunjukkan kandungan unsur
terbreksikan atau terbentuk rekahan-rekahan tertinggi, seperti : 26900 ppm Cu, 103550
atau “fracture”, terubah kuat, terkaolinkan ppm Pb, 245350 ppm Zn, 510 ppm Ag, 1420
dengan rekahan diisi oleh retas diorit, ppm As, 4000 ppm Sb, 3840 ppb Au, 400 ppm
andesit/basal, serta urat kuarsa yang membawa Sn..
mineralisasi, berumur Miosen Akhir – Pliosen Dari hasil analisa kimia conto
Awal. satuan ini masuk dalam batuan endapan sungai aktif menunjukan nilai tinggi
Gunungapi Baturappe – Cindako. dari unsur 107 ppm Cu, 67 ppm Pb, 97 ppm
Satuan Batuan Terobosan dijumpai di Zn, Dari hasil analisa tersebut, maka daerah
daerah uji petik mempunyai susunan bersifat ini merupakan zona mineralisasi cukup
basa sampai asam, seperti basal-andesit, potensial. Endapan Mineralisasi menarik
diorit-piroksen, diorit porfir dan sienit. lainnya di Balang Terlontang berupa tipe urat
Umumnya batuan telah mengalami ubahan kuarsa, galena, sfalerit, stibnit, emas, perak
dengan intensitas lemah sampai sedang. dan kasiterit. Urat kuarsa menerobos batuan
beberapa intrusi andesit berupa stok. pada lava-andesit Hasil analisa kimia conto batuan
beberapa tempat batuan diorit piroksen ini menunjukan nilai tertinggi, antara lain :
diintrusi juga oleh retas-retas andesit basal, berkadar 5900 ppm Cu, 20150 ppm Pb, 232
berumur akhir Miosen Akhir sampai Pliosen . ppm Zn, 131 ppm Ag, 1400 ppm As, 20 ppm
Intrusi diorit porfir berlang sung pada kala Sb, 11670 ppb Au dan 55 ppm Sn, sedangkan
Miosen Awal sampai Pliosen. (Rab Sukamto, dari hasil analisa kimia endapan sungai aktif
Sam Supriatna, 1982). Batuan sienit terdapat menunjukan nilai tertinggi antara lain 209
sebagai blok-blok insitu di lereng Moncong ppm Cu, 781 ppm Pb, 125 ppm Zn, 11 ppb
Talalo di sekitar Kocara, intrusi ini diduga Au, 4 ppm Sb. Dari hasil analisis tersebut
berlangsung pada kala Miosen Awal. daerah ini menunjukan zona mineralisasi
Ubahan-ubahan Mineral umumnya cukup potensial.
dijumpai dekat dengan daerah kontak intrusi, Dari hasil pemeriksaan mineralogi butir
sesar dan disekitar mineralisasi. Jenis ubahan pasir besi Takalar yang berasal dari daerah
hidrotermal yang teramati diantaranya : Klorit Panakukang – Barombang kandungannya
+ epidot + karbonat + serisit (ubahan terdiri dari Magnetit = 53,19%, Ilmenit =
propilitik); Kumpulan mineral ubahan trace, Hematit = trace, Piroksen = 46,52%,
kaolinit, kuarsa, klorit, pirit (argilik): Amfibol = trace, Epidot; Zirkon = trace,
Kumpulan mineral ubahan aktinolit, K. Kuarsa = 0,27%.
feldspar, kuarsa biotit (potassik ?), terbentuk Hasil pengumpulan data sekunder
pada kontak diorit porfiri dengan lava andesit: yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi dan
Kumpulan mineral ubahan epidot, klino Evaluasi di Kab. Gowa dan Kab. Takalar
piroksen (diopsid) ,(garnet ?), (skarn?). (Gbr. sebagai berikut :
8) Di Kab. Gowa,terdapat 32 titik lokasi,
Keterdapatan mineralisasi logam dengan komoditi logam; timbal, tembaga,
tembaga, timbal dan seng ditemukan di daerah seng. Komoditi non logam; belerang,
uji petik di Kabupaten Gowa terdapat di batuapung, bentonit, lempung, tras, oker,
sebelah utara Talatala sampai ke S. Balang zeolit, batubara.Komoditi bahan bangunan;
Makoret, Jene Ara-ara, Hulu Jene Binanga andesit, basal, diorit, pasir sungai, batu sungai.
Puncaci, serta di S. Ribariba dan S. Dampang Di Kab.Takalar; terdapat 27 titik lokasi;
Kurau di komplek Moncong Bantolowe. dengan komoditi logam; pasir besi. Komoditi
Sedangkan mineralisasi logam besi yang non logam; lempung, oker, bentonit, besi
berupa pasir besi berada di Kabupaten Takalar oolit, batu gam- ping, batu setengah mulia,
terdapat di sepanjang pantai barat pada mineral halit (garam dapur). Komoditi bahan
Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan galian; basal, pasir sungai, batupasir, tufa,
Galesong Selatan dan Kecamatan Mangara breksi, batu sungai.
bombang.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-5
3.4 Hasil Uji Petik di Kab. Toli-toli sangat halus. Selain itu ditemukan juga
Geologi Daerah Uji Petik Desa ubahan argilik.
Ogowele, Kecamatan Dondo, disusun oleh Salah satu dari 3 conto batuan Daerah
Formasi Tinombo Formasi ini diterobos oleh Nalu yang dianalisa kimia, menunjukkan
batuan granit Kontak dengan Formasi unsur Au. (7 – 22 ppb), Cu (28 – 167 ppm),
Tinombo berupa daerah patahan yang berarah Pb (55 – 65 ppm), Zn (28 – 311 ppm), Mn
Baratdaya – Timurlaut. Setempat batuan granit (720 – 8400 ppm), Sb (2 – 6 ppb), Ag (4 – 29
diterobos oleh retas kecil dioritik terkersikan ppb) dan As (16 – 26 ppb). Lokasi terlihat
dan juga mengalami ubahan propilit dalam Gbr.10.
mengandung pirit dan klorit. Keseluruhan Analisis mineragrafi pada conto urat
batuan tersebut di atas ditutupi oleh endapan kuarsa menunjukkan hasil yang, hanya
alluvial (Gambar 9). mengandung pirit dan oksida besi. Oleh
Hasil pemeriksaan mineralogi butir karena itu dapat disimpulkan bahwa di daerah
terhadap konsentrat dulang ditemukan butiran ini indikasi mineralisasi logam, potensinya
emas, di daerah bagian hulu S. Ogogasang. kurang prospek.
Mineral lain yang ditemukan pada lokasi ini Geologi daerah Uji Petik Daerah Pasir
antara lain adalah Wolframit, kalkopirit, pirit. Putih, Kecamatan Dondo ditempati Tufa
Sebanyak 13 conto sedimen sungai aktip pasiran Formasi Tinombo, berumur Oligosen
yang dianalisa kimia dari daerah ini didapat hingga Miosen Awal Batuan ini dipotong oleh
hasil sebagai berikut : Cu (8 – 75 ppm), Pb (21 urat kuarsa berstruktur “ banded “ terdapat
– 205 ppm), Zn (30 – 214 ppm), Sb (0 – 10 oksida mangan berupa “ stain “. Urat kuarsa
ppm), Mn (287 – 548 ppm), Ag (1 – 2 ppb), ini dipotong oleh urat-urat lain yang mengisi
Au (4 – 2119 ppb), As (0 – 50 ppb). rekahan, di beberapa tempat di bagian dasar
Gejala menarik lainnya adalah singkapan terjadi breksiasi dengan dengan
terdapatnya bongkah bongkah batuan yang kuarsa sebagai fragmen dan lempung ubahan
dipotong oleh urat kuarsa termineralisasi, sebagai pengikat. Sketsa penampang
diantaranya terdapat bongkah batuan gunung geologinya Gbr. 11.
api andesitik dipotong oleh urat kuarsa yang Hasil analisa kimia batuan berkadar unsur
mengandung pirit, kalkopirit, galena, spalerit emas (Au) = 5 ppb dan mangan (Mn) = 150
dan mengalami ubahan propilitik, menunjukan ppm. Analisis mineragrafi menunjukkan
hasil analisa kimia Cu = 194 ppm, Pb = 3540 bahwa conto urat kuarsa hanya mengandung
ppm, Au = 2 ppb. Dari hasil analisa tersebut pirit dan oksida besi. sedang Hasil analisa
diatas dan berdasarkan pengamatan lapangan, PIMA menunjukkan adanya ubahan filik-
menunjukan bahwa di daerah Ogowele serisitik dan pada daerah breksiasi ditemukan
terdapat mineralisasi logam dasar (timbal, fragmen urat kuarsa yang dibungkus oleh “
tembaga, seng) dan juga emas. Secara umum clay alteration “,berdasarkan kadar logam
singkapan batuan dan bongkah mengalami dalan batuan mengindikasikan mineralisasi
ubahan propilitik. Diperkirakan mineralisasi logam di daerah ini kurang prospek.
tipe „epithermal low sulphidation“ telah
Daerah Uji Petik Kayu Lompa, Kecamatan
terjadi di daerah ini yang berhubungan erat
Dondo, (Gbr. 12)
dengan batuan intrusi.
Geologi daerah ini ditempati oleh
Uji Petik Desa Nalu, Kecamatan Baolan. endapan sungai (alluvial) yang terdiri dari
Keadaan geologinya ditempati lempung lumpur, pasir, kerikil dan bongkah batuan.
merah termalihkan, merupakan bagian dari Pada pengecekan dengan melakukan
Formasi Tinombo, berumur Oligosen hingga pendulangan ditiga lokasi ditemukan adanya
Miosen Awal. Batuan ini dipotong oleh urat- mineralisasi emas, berupa urat-urat kuarsa
urat kuarsa dengan ketebalan 5 – 10 cm, diisi yang terperangkap pada batuan malihan
oleh oksida mangan dan bercak galena, dengan arah N 275° - 285° E dengan
beberapa urat kuarsa bertekstur sugary kemiringan 75° - 80°. Urat-urat kuarsa pada
Sebagian besar rekahan diisi oleh oksida Formasi Tinombo juga terdapat disekitar desa
mangan dan limonit. Pada struktur “bedding” Sibaluton.
dengan arah N 230° E pada bagian-bagian Emas plaser ditemukan dalam conto
tertentu diisi oleh galena. konsentrat dulang dari aliran S.Tungkuan dan
Ubahan terkersikan ditemukan pada S.Gindopo, daerah Kayu Lompa,
batuan ini terdapat pada zona breksiasi yang memperlihatkan butiran-butiran emas
membentuk “ boudinage “, mengandung pirit berukuran FC sampai dengan CC (300 – 1200
mikron), dengan bentuk batas tepi menyudut

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-6
tumpul tak beraturan sampai dengan daya mineral logam kabupaten Toli-toli
membulat tanggung yang menunjukkan kesan tercantum dalam gambar 15.
transportasi belum jauh.
3.5 Hasil Uji Petik di Kab. Donggala
4. KESIMPULAN
Uji Petik Daerah S. Fiura, Desa Kalora,
Kec. Warawola (Gbr. 13). a) Dari pengumpulan data dan informasi
Stratigrafi batuan yang terdapat didaerah sekunder yang dituangkan dalam peta
ini disusun oleh : Formasi Tinombo, digital (GIS), tabel lokasi dan tabel sumber
diperkirakan berumur Eosen Tengah hingga daya mineral, sebaran titik lokasi
Atas (Bouwer, 1934). Batuan intrusi yang keterdapatan bahan galian mineral logam
ditemukan didaerah S. Fiura didominasi oleh dan non logam untuk masing – masing
batuan diorit kuarsa, diperkirakan berumur kabupaten, diperoleh hasil lokasi-lokasi
Miosen. Dan Endapan Molasa, baru keterdapatan bahan galian mineral
Struktur patahan ditemukan di mura S. sehingga telah memperkaya Bank data
Fiura yang berarah Baratlaut – Tenggara, yang ada di Direktorat Inventarisasi
merupakan sesar utama di daerah Sumberdaya Mineral.
penyelidikan. Struktur patahan lainnya dapat b) Hasil inventarisasi potensi bahan galian
diamati di S.Yola dengan arah baratdaya – logam menunjukkan adanya beberapa
timurlaut. lokasi mineralisasi yang sudah dilakukan
Dari hasil analisis kimia 2 conto bongkah eksplorasi rinci sampai studi kelayakan,
yang mengandung urat kuarsa termineralisasi namun hingga saat ini belum ada tindak
berkadar : : (Au = 66500 ppb, Cu = 400 ppm, lanjut, oleh karena kemungkinan kurang
Pb = 89000 ppm, Zn = 810 ppm); dan ( Au = ekonomis/cadangannya relatif kecil untuk
91 ppb, Cu = !60 ppm, Pb = 201 ppm, Zn = dikembangkan.
16600 ppm. c) Hasil penyelidikan Uji petik di daerah utara
Berdasarkan PIMA conto batuan Talatala sampai ke S. Balang Makoret, Jene
mengalami ubahan filik dan potasik.. Ara-ara, Hulu Jene Binanga Puncaci, serta
Di daerah S. Yola ditemukan bongkah di S. Ribariba, S. Dampang Kurau dan
batupasir dipotong oleh urat kuarsa Balang Terlontang, Kec. Polobangkeng
mengandung pirit, oksida tembaga, Utara, Kab. Gowa, daerah Ogowele, Kec.
berdasarkan temuan ini dapat disimpulkan Dondo, Kab. Toli-toli dan S. Fiura. Desa
bahwa di daerah ini terdapat mineralisasi Kalora, Kec. Warawola, Kab. Donggala
logam dasar dan emas. prospek untuk dilakukan eksplorasi tindak
Hasil pengumpulan data sekunder yang lanjut.
diperoleh dari kegiatan inventarisasi dan d) Potensi bahan galian yang prospek untuk di
Evaluasi di Kab. Donggala dan Kab. Toli-toli kembangkan dalam waktu dekat hampir di
sebagai berikut : setiap Kabupaten dan sebagai penyumbang
Jumlah titik lokasi potensi bahan galian PAD adalah bahan galian industri seperti
di kabupaten Donggala sebanyak 82 titik yang pasir sungai, gamping, marmer dan bahan
terdiri atas: lokasi mineral logam 19 titik, bangunan.
lokasi mineral non logam 62 titik, lokasi
batu bara 1 titik. Rincian dari bahan galian
logamt, komoditinya adalah 19 titik lokasi
mineral logam terdiri dari emas : 7 titik,
DAFTAR PUSTAKA
tembaga: 6 titik, timah hitam : 6 titik. Peta
sebaran potensi sumber daya mineral logam Abdul Malik, H. 1999 Neraca Sumber Daya
Alam Spetial Daerah (NSAD) Propinsi
kabupaten Donggala tercantum dalam gambar DATI I Sulsel T.A. 1998-1999, Pemda Tk.1
14. Sulsel
Jumlah titik lokasi potensi bahan galian Bustanudin Syam, 1995 Eksplorasi
di kabupaten Toli-toli sebanyak 11 titik yang Pendahuluan Bahan Galian Emas, Daerah
terdiri atas lokasi mineral logam 6 titik dan Baraka Kabupaten Enrekang Propinsi Sulsel
lokasi mineral non logam 5 titik. Rincian dari Djumhani dan H. Pudjowaluyjo, 1974,
bahan galian mineral logam, komoditinya Laporan Lima Tahun Pelita Tahap I, Bagian
adalah 6 titik lokasi mineral logam, terdiri dari Proyek Pemetaan Dan Penyelidikan Mineral
emas: 3 titik, molibdenum : 1 dan timah Di Daerah Sulawesi Selatan Blok 5, 1967 –
hitam: 2 titik. Peta sebaran potensi sumber 1974, Arsip DSDM, tidak diterbitkan.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-7
Darwis Falah, 1995 Laporan Penyelidikan Sukamto. Rab, 1975, Peta Geologi Indonesia,
Geologi Terpadu Kabupaten DATI II Lembar Ujungpandang, Skala 1 : 1000.000,
Enrekang Propinsi Sulsel, Proyek Direktorat Geologi Bandung
Pertambangan dan Energi Sulsel dan Tenggara Rab.Sukamto, H.Sumadirdja, T.Suptandar,
Darwis.ES, dkk 1991;Laporan Penyelidikan S.Hardjoprawiro dan D.Sudana, 1973, Peta
Geologi Terpadu Untuk Pengembngan Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi,
Wilayah Daerah Kab. Takalar Sul.Sel. sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
Darwis ES.dkk,1993;Laporan Penyelidikan Pengembangan Geologi, Bandung.
Geologi Terpadu Untuk Peng embangan Sutisna, DT. Manurung Y,.Zulkifli MD, 1983.
Wilayah Daerah Kab. Gowa.Kanwil Laporan Penyelidikan Pendahu luan
DPE.Sul.Sel. Terhadap Mineral Logam Dasar di Daerah
Kusbini dkk, 1992 Laporan Penyelidikan Takalar, Gowa, Jeneponto, Sul.Sel..Dit.Sumber
Geologi Terpadu Kabupaten DATI II Tana Daya Mineral.
Toraja Propinsi Sulsel, Ujungpandang Sabtanto Joko Suprapto, 1999, Eksplorasi
Kusbini,2001; Laporan Eksplorasi dan Geokimia Regional Bersistem Daerah
Optimalisasi Pemanfaatan Zeolit Untuk Lembar Tolitoli-A Kab.Donggala dan Buol
Industri, Sub.Dinas Pertamb Umum. DPE. Tolitoli Prop.Sulawesi Tengah, Direktorat
Sul.Sel. Sumberdaya Mineral, Bandung.
Purnomo Kridoharto, H.1996; Informasi S.Hadiwijoyo, D.Sukarna & K.Sutisna, 1993,
Potensi Bahan Galian dan Geologi Untuk Geologi Lembar Pasangkayu, Sulawesi,
Perencanaan Pengembangan Wilayah Kab. sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
Takalar, Kanwil DPE.Sul.Sel dan Sul.Tenggara. Pengembangan Geologi, Bandung
Machali. A.M. dkk, 1983, Laporan Untung Triono, dkk, 1996, Eksplorasi
Pendahuluan Penyelidikan Logam Dasar di Endapan Batubara di Daerah Enrekang dan
Daerah Uluwai, Sulawesi Selatan, Tahun sekitarnya, Kabupaten Enrekang, Propinsi
Anggaran 1982-1983, Direktorat Sumber daya Sulawesi Selatan, Direktorat Sumber daya
Mineral. Mineral
Muh. Sutar dkk, 1999. Pemetaan Zonasi Yaya Sunarya dkk, 1980. Penelitian Stratigrafi
Pertambangan Guna Mendukung Konservasi dan Studi Orientasi Geokimia Endapan Bijih
Bahan Galian dan Tata Ruang Wilayah Tipe Kuroko di daerah Sangkaropi, Kecamatan
Pertambangan Kabupaten Tator, Propinsi Sesean, Tana Toraja, Sulawesi Selatan,
Sulsel. Proyek Pengembangan Pertambangan Direktorat Sumber daya Mineral.
dan Energi Sulawesi Selatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II
Donggala, Dinas Pertambangan, Januari
1998, Potensi dan Prospek Usaha
Pertambangan Bahan Galian Di Kabupaten
Donggala.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-8
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9-9
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 10
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 11
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 12

You might also like