Professional Documents
Culture Documents
Johnson Achmad Paju1 ,Yudi Satria Purnama1 ,Bayu Nugroho1 ,Andang Bachtiar2 , & Fatma Peera3
1
GDA Consultant
2
Exploration Think Tank Indonesia
3
Geology Postgraduate Program, ITB
ABSTRACT
A Paleogene clastic sediment package of Mallawa Formation has been recognized by several previous
researcher in southern part of West Arm of Sulawesi. It’s unconformably overlying Flysch deposit of
Balangbaru and Marada Formation and overlied by Tonasa Limestone and a thick volcanic sequence
series of Camba Formation. Mallawa Formation also interfingering with volcanic sequence of Langi
Formation to the east. The Mallawa distribution has N – S trend with covered area 4448 km² and from
the regional cross section the thickness can reach 400 m. Several previous study and paper has indicated a
Paleogene Basin which covered where Mallawa Formation deposited.
To figure out some opportunities of Mallawa Formation, several fieldworks has been done by author
especially with Mallawa Sediment outcrops which have objectives to arrange a better tectonic setting and
sedimentary response processes understanding of southern part of West Arm Sulawesi especially about
sedimentology, stratigraphic correlation, lateral distribution and also hydrocarbon potential of Eo-
Oligocene deposit of Mallawa Formation.
Hypothetically, Mallawa Formation has a complete petroleum system components. The type II and III of
source rock can be provided by intraformational Mallawa shale and coal and reservoirs by its fluvio-
deltaic clean sandstone facies, mean while the seal developed by younger tight limestone facies of Tonasa
Formation.
It believed that Eo-Oligocene fluvio-deltaic Lower Toraja sediment which situated to the north of West
Arm of Sulawesi is equivalent with Mallawa Formation to the south. To predict the hydrocarbon
potential, some of geochemical parameter like Maturity and Hydrocarbon Index that adopted from Lower
Toraja could be applied to Mallawa and build-up some model and probable reserves estimation.
An integration research should be establish to get further information about the potential yield of Mallawa
source rock and maturation model, reservoirs quality and distribution, and also the multiple volcanics
event which can affected the reservoirs quality and the geophysical subsurface data.
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006
batuan alas ini terbentuk pada sebuah lingkungan umur Paleosen (63 ± 2,2 juta tahun dan 58,5 juta
subduksi lempeng. Keberadaan batuan metamorf tahun).
yang serupa di Jawa, Pegunungan Meratus di
Kalimantan dan Sulawesi Tengah menunjukkan Dibagian barat Sulawesi Selatan, Formasi
bahwa kompleks batuan alas di Sulawesi mungkin Mallawa secara tidak selaras melampari Formasi
merupakan bagian yang terpisah dari sebuah Balangbaru dan Formasi Langi setempat-setempat
kompleks akresi Jaman Kapur yang lebih besar (Sukamto, 1982). Formasi Mallawa tersusun atas
(Parkinson, 1991). batupasir arkose, lanau, lempung, napal dan
konglomerat, yang interkalasi dengan lapisan atau
Kompleks batuan alas secara tidak selaras di lensa batubara atau batugamping. Analisa
tindih oleh selang seling lapisan batupasir, lanau palinomorf dari conto batuan yang di ambil di
lempung dengan sisipan konglomerat, batupasir lokasi lempung Quarry Tonasa-1 dan Barru
kasar dan breksi konglomeratik yang menyusun menghasilkan umur Paleogen (Khan & Tschudy,
Formasi Balangbaru berumur Kapur Akhir dalam Sukamto, 1982). Umur Eosen dihasilkan
(Sukamto, 1975, 1982, Hasan, 1991). Unit yang oleh Hazel (dalam Sukamto, 1982) dari
lebih kasar tersusun oleh struktur sedimen khas pengamatan fosil ostracoda. Di daerah Tonasa-I
endapan gravity flow di daerah turbidit (Hasan, dan II menghasilkan umur Ta (Eosen Tengah dan
1991). Tb (Eosen Akhir) berdasarkan gabungan data
palinomorf dan foraminifera (Crotty &
Tatanan tektonik pada saat pengendapan Formasi Engelhardt, 1993). Formasi Mallawa diperkirakan
Balangbaru diendapkan diperkirakan sebagai terendapkan di lingkungan teresterial/marginal
sebuah cekungan fore-arc kecil di trench-slope marine hingga ke lingkungan marine.
(van Leeuwen, 1981; Hasan, 1991). Busur
Magmatik di sistem subdaksi ini kemungkinan Secara umum tatanan stratigrafi daerah Lengan
diwakili oleh anggota vulkanik dari Formasi Barat Sulawesi dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
Manunggal dan asosiasi stock dioritik berumur
*
Kapur Akhir yang dijumpai di Kalimantan Timur (Disadur dari Wilson. M., 1996, Evolution and
(Koolhoven, 1936; van Leeuwen, 1981). Hydrocarbon Potential of The Tertiary Tonasa
Kompleks basemen di Sulawesi Selatan mungkin Limestone Formation, Sulawesi, Indonesia,
mengalami pengangkatan akibat gaya tekanan Proceedings Indonesian Petroleum Association,
sebelum pengendapan Formasi Balangbaru. Hal 25th Anniversary Convention, Jakarta, October
ini dapat berperan sebagai penghalang (barrier) 1996 p 227 - 240,
yang menghalangi transpor sedimen p. 227 - 240; and Wilson, M.E.J., 1995, The
vulkanoklastik menuju cekungan dan sebagai Tonasa Limestone Formation, Sulawesi,
sumber dari butiran untuk bagian bawah formasi Indonesia : Development of Tertiary Carbonate
ini (Hasan, 1991). Platform, Ph.D. Thesis, University of London, 520
p.)
Dibeberapa daerah dibagian timur Sulawesi
Selatan, batuan vulkanik teralterasi secara tidak SEDIMENTOLOGI FORMASI MALLAWA
selaras menutupi Formasi Balangbaru. Formasi ini
terdiri dari lava dan endapan piroklastik Terdapat 5 lokasi pengamatan singkapan dan
berkomposisi andesitik hingga traki-andesitik stratigrafi terukur yaitu Watangmallawa,
dengan sedikit interkalasi batugamping dan Gattareng, Padanglampe, Doi-doi dan Siloro
batulempung di bagian atasnya (van Leeuwen, (Inset gambar 1).
1981; Sukamto, 1982). Formasi ini mempunyai
nama yang berbeda-beda yaitu Vulkanik Langi Lokasi I : Watangmallawa, Kab Bone
(van Leeuwen, 1981); Vulkanik terpropilitisasi
(Sukamto, 1982) dan Bua Vulkanik (Yuwono Di Lokasi ini dijumpai tiga lokasi outcrop yang
et.al, 1988). Penarikhan umur dari satuan tufa dinamakan Mallawa Quarry I, II dan Sungai
bagian bawah daerah Biru (van Leeuwen, 1981) Watangmallawa. Pengamatan dan pengukuran
dan penarikhan K-Ar pada basalt di timur stratigrafi terukur dilakukan di ketiga lokasi.
Bantimala (Yuwono et.al, 1988), menghasilkan
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006
cangkang, dan foram kecil. Sementara dibagian batupasir berstruktur wavy dan swalley dan
bawah ditemukan kontak dengan Formasi Balang perselingan ini semakin banyak ke unit 4 (clay
Baru berupa basal konglomerat dengan fragmen doublet) juga dijumpai sangat banyak jejak
rijang dan basal. Struktur sedimen yang binatang. Terdapat batas oxidized sandstone
berkembang di setiap unit umumnya wavy, antara unit 4 dan unit 5 yang merupakan unit
shingles, lo-angle cross bed dan umumnya batupasir yang memperlihatkan struktur sedimen
bersifat karbonatan. swalley dan dibagian atas terdapat slump.
Dibagian bawah merupakan unit 6 shale dengan
Terdapat perbedaan mendasar terhadap selangseling batupasir gradded bedding dan
karakteristik litologi antara Lokasi Padanglampe ripples.
dengan Lokasi Watangmallawa dan Gattareng,
dimana ciri litologi yang didapatkan sangat Karakteristik dari lintasan Siloro (unit 2, 3, 4 dan
berbeda terutama pada kelimpahan fosil marine. 5) adalah sangat banyak menunjukkan lingkungan
Hipotesa sementara, lokasi ini mempunyai sistem pengendapan tidal sementara unit 6 menunjukkan
pengendapan marine yang berlainan dengan lingkungan pengendapan floodplain dan crevasse
Lokasi Watangmallawa dan Gattareng pada splay (gambar 11. kolom Siloro section)
bagian atasnya.
PREDIKSI POTENSI HIDROKARBON
Lokasi IV : Doidoi, Kab. Barru
Beberapa kegiatan eksplorasi di daerah Lengan
Dimensi singkapan di Lokasi IV ini kurang lebih Barat Sulawesi telah berhasil menemukan sumber
50 x 20 x 30 meter memanjang utara – selatan. Di cadangan hidrokarbon seperti Energi Equity di
sebelah baratnya terdapat dua singkapan lain yang daerah Sengkang yang memproduksi gas alam
di duga masih merupakan bagian bawah dari dari batugamping Formasi Taccipi, sementara
lintasan IV ini. Posisi terhadap lintasan III beberapa peneliti terdahulu seperti Sukamto,
Padanglampe berada lebih ke sebelah barat kurang 1975; Garrard et, al, 1982; Davies, 1992; Coffield
lebih 5 km. et, al, 1993; Priadi, 1994, telah menghasilkan
Pada lokasi ini kondisi singkapan ditutupi oleh beberapa penelitian yang berkaitan dengan
talus dibagian tengahnya dimana terdapat paling kondisi tatanan geologi Lengan Barat Sulawesi.
tidak 3 unit batuan sedimen (gambar 10. kolom
doidoi) yang terdiri dari batupasir, lanau dan Khususnya di bagian selatan Lengan Barat
lempung dengan beberapa carbon spec. Struktur Sulawesi, indikasi adanya pemisahan sebagian
sedimen umumnya swalley dan lo-angle cross daerah West Sengkang Basin oleh Vulkanik
bed. Paleogen dan beberapa tinggian struktur lokal di
bagian barat yang terlihat dari beberapa tempat
Lokasi V : Siloro, Kab. Pangkep atau penampang seismik, kemungkinan dapat
membentuk sebuah sistem minyak dan gas bumi
Lokasi Siloro merupakan quarry aktif tersendiri di sepanjang daerah pantai barat
penambangan bahan galian golongan C berupa Sulawesi Selatan hingga ke batas Pegunungan
batupasir. Dimensi lintasan kurang lebih 500 x 30 Soppeng yang sementara ini oleh penulis
x 500 meter. Kedudukan batuan umumnya dinamakan sebagai Barru Basin (Gambar 12).
memanjang utara-selatan dan lokasi ini
merupakan lintasan paling selatan dibagian barat Endapan sedimen Eo-Oligosen Formasi Mallawa
pegunungan Soppeng yang lebih dekat dengan dipercaya mempunyai ekuivalensi dengan
South Makassar Basin di Selat Makassar. sedimen Eo-Oligosen Formasi Toraja bagian
bawah yang berada di utaranya. Dengan
Pada lokasi ini dilakukan pengukuran penampang mengeneralisasi beberapa parameter batuan induk
stratigrafi terukur, dan didapatkan paling tidak 6 dengan asumsi – asumsi dasar yaitu : luas daerah
unit batuan sedimen yang terdiri dari batupasir, 4400 km² (yang sudah direduksi oleh 40 % luas
lanau, lempung dan coally. Pada bagian atas (unit daerah vulkanik) dengan ketebalan penampang
1) terdiri dari batupasir pebbly sementara unit 2 rata-rata 400 meter (Rab. Sukamto, 1975),
dan 3 umumnya mudstone dengan selangseling ketebalan shale 40 % dan coal 3 % dari total
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006
ketebalan Formasi Mallawa, TOC coal = > 1 %, Indonesia, IPA Proceedings 1983, 12/1, p 207 –
shale = 5 %, dengan yield / genetic potential coal 227
= 1.7 mg/g dan shale = 2.4 mg/g, maka dihasilkan
angka ± 15.1 BBOE atau 141 TCF generasi Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian
hidrokarbon ekuivalen yang bisa dihasilkan oleh region, USGS paper, 1979, 1078.
Formasi Mallawa.
Hasan, K., 1991, The Upper Cretaceous Flysch
KESIMPULAN succession of the Balang Baru Formation,
Southwest Sulawesi, IPA Proceedings, 1991,
Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara 20/1, p 183 – 208
hipotesa, Formasi Mallawa mempunyai
komponen sistem minyak bumi yang lengkap. Sukamto, R., 1982, Geologi Lembar Pangkajene
Batuan induk dengan tipe II dan III sangat dan Watampone bagian barat, Sulawesi, P3G
mungkin terbentuk dalam intraformasi Mallawa Bandung
bagian bawah yang terdiri dari shale dan coal,
sementara batupasirnya sendiri dapat bertindak Sukamto, R., and Supriatna, S., 1982, Geologi
sebagai reservoir setelah terjadi migrasi. Dilain Lembar Ujungpandang Benteng Sinjai, Sulawesi,
pihak, Batugamping pejal Formasi Tonasa yang P3G Bandung
berada dibagian atas Formasi Mallawa dapat
merupakan lapisan tudung yang baik untuk van Leeuwen, T.M., 1981, The geology of
pembentukan perangkap hidrokarbon. Beberapa southwest Sulawesi with special reference to the
indikasi adanya rembasan minyak diinformasikan Biru Area. Barber, A.J., and Wirjosujono, S.
terdapat di sekitar daerah ini, namun belum ada (eds), The Geology and Tectonics of Eastern
bukti yang nyata tentang keberadaannya. Indonesia, P3G Special Publication, 2, p 277 –
304
Rekomendasi pekerjaan lebih lanjut dari
penelitian ini adalah melanjutkan observasi dan Wilson. M., 1996, Evolution and Hydrocarbon
pemahaman lebih lanjut mengenai stratigrafi Potential of The Tertiary Tonasa Limestone
Formasi Mallawa, basin setting terutama Formation, Sulawesi, Indonesia, Proceedings
mendapatkan gambaran yang lebih baik terhadap Indonesian Petroleum Association, 25th
pembagian cekungan sedimen Tersier di daerah Anniversary Convention, Jakarta, October 1996 p
Sulawesi Selatan, selain itu juga pemahaman 227 - 240
karakteristik batuan induk dan reservoir di daerah
Lengan Barat Sulawesi. Wilson, M.E.J., 1995, The Tonasa Limestone
Formation, Sulawesi, Indonesia : Development of
Pemahaman mengenai multiple volcanic events di Tertiary Carbonate Platform, Ph.D. Thesis,
Lengan Barat Sulawesi seharusnya juga mendapat University of London, 520 p
perhatian dalam proses identifikasi reservoir yang
baik di daerah ini.
PUSTAKA
Barru
Padang Lampe
Gattareng
Kope Watampone
INDEX MAP
Doi-Doi
Siloro
WatangMallawa
Caming
Mallawa-1
Mallawa-2
Maros
Kajura
Manda Pangea
0 10 20
UJUNGPANDANG kilometers
Gambar 2. Kolom Stratigrafi Regional Lengan Barat Sulawesi bagian selatan, (di sadur dari PND 2004)
Gambar 3. Profil Mallawa - 1
Gambar 4. Profil Mallawa - 2
Profil S. Watang Mallawa Gambar 5. Profil Sungai Watangmallawa
Sst, X-bed
Sh, dk
Sst, wht, fg-mg, sb md, sbang
Nodul FeOx
Metamorf, sabak, rijang
(basement/)
Profile Gattareng – 1
6
x
mudstone 10 m
or thalus ?
600
2 Mudstsone, burrow dengan arah timur - barat
400
Clay doublet (tidal bundle)
Glauconite
4
Wavy didalam ripple laminated Profile Siloro
Oxidized sltst, 10 cm, with reddish hard sst
300
Slump, carb
5 swalley
200
mg g sst, mud and carb material interbedded
swalley
EAST
SENGK
SENG
Neogene island-arc volcanics. There is no
ANG B
BASIN