You are on page 1of 18

PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006

The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition


Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006

SEDIMENTOLOGY OF MALLAWA CLASTICS AND ITS IMPLICATION TO


HYDROCARBON OCCURRENCES
IN WESTERN PART OF WEST ARM SULAWESI

Johnson Achmad Paju1 ,Yudi Satria Purnama1 ,Bayu Nugroho1 ,Andang Bachtiar2 , & Fatma Peera3
1
GDA Consultant
2
Exploration Think Tank Indonesia
3
Geology Postgraduate Program, ITB

ABSTRACT

A Paleogene clastic sediment package of Mallawa Formation has been recognized by several previous
researcher in southern part of West Arm of Sulawesi. It’s unconformably overlying Flysch deposit of
Balangbaru and Marada Formation and overlied by Tonasa Limestone and a thick volcanic sequence
series of Camba Formation. Mallawa Formation also interfingering with volcanic sequence of Langi
Formation to the east. The Mallawa distribution has N – S trend with covered area 4448 km² and from
the regional cross section the thickness can reach 400 m. Several previous study and paper has indicated a
Paleogene Basin which covered where Mallawa Formation deposited.

To figure out some opportunities of Mallawa Formation, several fieldworks has been done by author
especially with Mallawa Sediment outcrops which have objectives to arrange a better tectonic setting and
sedimentary response processes understanding of southern part of West Arm Sulawesi especially about
sedimentology, stratigraphic correlation, lateral distribution and also hydrocarbon potential of Eo-
Oligocene deposit of Mallawa Formation.

Sedimentology observation in 5 Mallawa outcrops (Watangmallawa, Gattareng, Padanglampe, Doi-doi


and Siloro) result a widespread depositional environment. Mallawa location type outcrops in
Watangmallawa consist of medium – fine sandstone, mudstone and coal interbedded with up to 40 m
vertical thickness. The Location Type of Mallawa Formation in Watangmallawa unconformably overlied
by Tonasa Limestone. The marine influx dominated such as shoreface bar complex also observed in three
other location Padanglampe, Doi-doi and Gattareng with various lateral dimension. Meanwhile,
observation in Siloro outcrop dominated by tidal – meandering/floodplain – braided sequences.

Hypothetically, Mallawa Formation has a complete petroleum system components. The type II and III of
source rock can be provided by intraformational Mallawa shale and coal and reservoirs by its fluvio-
deltaic clean sandstone facies, mean while the seal developed by younger tight limestone facies of Tonasa
Formation.

It believed that Eo-Oligocene fluvio-deltaic Lower Toraja sediment which situated to the north of West
Arm of Sulawesi is equivalent with Mallawa Formation to the south. To predict the hydrocarbon
potential, some of geochemical parameter like Maturity and Hydrocarbon Index that adopted from Lower
Toraja could be applied to Mallawa and build-up some model and probable reserves estimation.

An integration research should be establish to get further information about the potential yield of Mallawa
source rock and maturation model, reservoirs quality and distribution, and also the multiple volcanics
event which can affected the reservoirs quality and the geophysical subsurface data.
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006

PENDAHULUAN mikrokontinen dan oseanik dan menghasilkan


sebuah busur vulkanik Sulawesi. Sulawesi secara
Formasi Mallawa yang merupakan sebuah paket umum dapat dibagi menjadi 4 unit lithotektonik,
endapan klastik berumur Paleogen telah dikenali secara berurutan dari barat ke timur yaitu ; i)
oleh beberapa peneliti di daerah Lengan Barat Plutono-Volcanic Arc Sulawesi Barat, ii)
Sulawesi sejak awal tahun 1970-an. Formasi ini Metamorphic Belt Sulawesi Tengah, iii) Ophiolite
secara tidak selaras melampar diatas endapan Sulawesi Timur dan iv) Fragmen Mikrokontinen
flysch Formasi Balang Baru dan ditutupi oleh Banggai-Sula dan Tukang Besi-Buton (Audley-
endapan marine karbonat Formasi Tonasa Charles, 1974; Katili, 1978; Sukamto, 1975;
diatasnya (Sukamto, 1975). Hamilton, 1979; Sukamto & Simandjuntak, 1983;
Parkinson, 1991). Sejak pengetahuan tentang
Sejumlah pekerjaan lapangan dan analisa perkembangan fase tektonik di Propinsi Geologi
penampang batuan telah dilakukan selama tahun Sulawesi mulai mempengaruhi lingkungan
2005 – 2006 untuk mendukung tulisan ini pengendapan sedimen Tersier di daerah Sulawesi
diantaranya melakukan pemetaan dan deskripsi Selatan, maka sebuah penjabaran mengenai
batuan Formasi Mallawa di 5 lokasi yang berbeda daerah lithotektonik ini mengalami
di daerah Sulawesi Selatan. Pekerjaan ini perkembangan. Dalam pengertian stratigrafi,
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran perubahan sistem pengendapan Tersier di
tentang perubahan lingkungan pengendapan dan Sulawesi Selatan mempunyai kesamaan dengan
proses sedimentasi dari sedimen klastik Eo- daerah lain di Kalimantan Timur dan Laut Jawa
Oligosen Formasi Mallawa serta mendukung Timur.
penafsiran awal tentang potensi hidrokarbon di
sekitar Lengan Barat Sulawesi. Stratigrafi

Kompleks batuan dasar berumur Mesozoik yang


GEOLOGI REGIONAL terdiri dari batuan metamorf, ultrabasa dan
sedimen tersingkap di dua daerah Bantimala dan
Tektonik Barru. (t’Hoen & Ziegler, 1917; Sukamto, 1975;
1982; Berry & Grady, 1987). Lima sampel sekiss
Pulau Sulawesi terletak di sebuah kompleks dari kompleks Bantimala dan Barru telah ditarikh
tektonik dimana interaksi tiga buah lempeng besar menggunakan K-Ar menghasilkan umur 132 –
bertemu sejak Mesozoik hingga hari ini. Lempeng 114 juta tahun dan 106 juta tahun (Wakita et.al,
Pasifik–Philipina bergerak WNW dengan 1994). Data ini menghasilkan umur Kapur Awal
kecepatan rata-rata 10.2 cm/tahun, Lempeng bagian akhir untuk batuan alas di Sulawesi
Indo–Australia dan daratan Australia bergerak Selatan.
menujam dengan arah NNE berkecepatan 7.7
cm/tahun. Zona konvergensi berupa triple- Kompleks batuan alas ini secara tidak selaras dan
junction ini umumnya terdiri dari fragmen secara tektonik terinterkalasi dengan batuan
mikrokontinen, kompleks akresi, extentional metamorf (Sukamto, 1975; 1982; Hamilton, 1979;
basins, mélange terrain, island arcs dan ophiolite van Leeuwen, 1981; Wakita et.al, 1994).
nappes. Fragmen mikrokontinen dan oseanik yang Sementara, Fosil radiolaria yang diambil dari
diduga berasal dari batas utara Lempeng Australia rijang telah ditarikh umurnya dan menghasilkan
dari Lempeng Pasifik kemudian masuk sebagai umur Albian Akhir (Kapur Awal bagian paling
zona akresi kedalam batas timur Sundaland craton akhir; Pessagno, in Sukamto, 1975) atau Albian
(Hamilton, 1979; Pigram & Panggabean, 1984; Akhir hingga Awal Cenomanian (Kapur
Audley-Charles et al., 1988; Daly et al., 1991; Ali Awal/Akhir, Wakita, et.al, 1994).
& Hall, 1993).
Batuan alas Kompleks Bantimala umumnya
Sejarah geologi Sulawesi yang terletak sepanjang berfoliasi dengan kemiringan ke arah tenggara,
batas paling timur dari Sundaland Craton tidak sebagian mengalami breksiasi dan terangkat ke
terlepas hubungannya dengan perubahan zona arah baratdaya (Sukamto, 1975; Berry & Grady,
akresi, dari arah timur, oleh fragmen 1987). Hamilton (1979) menggangap kompleks
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006

batuan alas ini terbentuk pada sebuah lingkungan umur Paleosen (63 ± 2,2 juta tahun dan 58,5 juta
subduksi lempeng. Keberadaan batuan metamorf tahun).
yang serupa di Jawa, Pegunungan Meratus di
Kalimantan dan Sulawesi Tengah menunjukkan Dibagian barat Sulawesi Selatan, Formasi
bahwa kompleks batuan alas di Sulawesi mungkin Mallawa secara tidak selaras melampari Formasi
merupakan bagian yang terpisah dari sebuah Balangbaru dan Formasi Langi setempat-setempat
kompleks akresi Jaman Kapur yang lebih besar (Sukamto, 1982). Formasi Mallawa tersusun atas
(Parkinson, 1991). batupasir arkose, lanau, lempung, napal dan
konglomerat, yang interkalasi dengan lapisan atau
Kompleks batuan alas secara tidak selaras di lensa batubara atau batugamping. Analisa
tindih oleh selang seling lapisan batupasir, lanau palinomorf dari conto batuan yang di ambil di
lempung dengan sisipan konglomerat, batupasir lokasi lempung Quarry Tonasa-1 dan Barru
kasar dan breksi konglomeratik yang menyusun menghasilkan umur Paleogen (Khan & Tschudy,
Formasi Balangbaru berumur Kapur Akhir dalam Sukamto, 1982). Umur Eosen dihasilkan
(Sukamto, 1975, 1982, Hasan, 1991). Unit yang oleh Hazel (dalam Sukamto, 1982) dari
lebih kasar tersusun oleh struktur sedimen khas pengamatan fosil ostracoda. Di daerah Tonasa-I
endapan gravity flow di daerah turbidit (Hasan, dan II menghasilkan umur Ta (Eosen Tengah dan
1991). Tb (Eosen Akhir) berdasarkan gabungan data
palinomorf dan foraminifera (Crotty &
Tatanan tektonik pada saat pengendapan Formasi Engelhardt, 1993). Formasi Mallawa diperkirakan
Balangbaru diendapkan diperkirakan sebagai terendapkan di lingkungan teresterial/marginal
sebuah cekungan fore-arc kecil di trench-slope marine hingga ke lingkungan marine.
(van Leeuwen, 1981; Hasan, 1991). Busur
Magmatik di sistem subdaksi ini kemungkinan Secara umum tatanan stratigrafi daerah Lengan
diwakili oleh anggota vulkanik dari Formasi Barat Sulawesi dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
Manunggal dan asosiasi stock dioritik berumur
*
Kapur Akhir yang dijumpai di Kalimantan Timur (Disadur dari Wilson. M., 1996, Evolution and
(Koolhoven, 1936; van Leeuwen, 1981). Hydrocarbon Potential of The Tertiary Tonasa
Kompleks basemen di Sulawesi Selatan mungkin Limestone Formation, Sulawesi, Indonesia,
mengalami pengangkatan akibat gaya tekanan Proceedings Indonesian Petroleum Association,
sebelum pengendapan Formasi Balangbaru. Hal 25th Anniversary Convention, Jakarta, October
ini dapat berperan sebagai penghalang (barrier) 1996 p 227 - 240,
yang menghalangi transpor sedimen p. 227 - 240; and Wilson, M.E.J., 1995, The
vulkanoklastik menuju cekungan dan sebagai Tonasa Limestone Formation, Sulawesi,
sumber dari butiran untuk bagian bawah formasi Indonesia : Development of Tertiary Carbonate
ini (Hasan, 1991). Platform, Ph.D. Thesis, University of London, 520
p.)
Dibeberapa daerah dibagian timur Sulawesi
Selatan, batuan vulkanik teralterasi secara tidak SEDIMENTOLOGI FORMASI MALLAWA
selaras menutupi Formasi Balangbaru. Formasi ini
terdiri dari lava dan endapan piroklastik Terdapat 5 lokasi pengamatan singkapan dan
berkomposisi andesitik hingga traki-andesitik stratigrafi terukur yaitu Watangmallawa,
dengan sedikit interkalasi batugamping dan Gattareng, Padanglampe, Doi-doi dan Siloro
batulempung di bagian atasnya (van Leeuwen, (Inset gambar 1).
1981; Sukamto, 1982). Formasi ini mempunyai
nama yang berbeda-beda yaitu Vulkanik Langi Lokasi I : Watangmallawa, Kab Bone
(van Leeuwen, 1981); Vulkanik terpropilitisasi
(Sukamto, 1982) dan Bua Vulkanik (Yuwono Di Lokasi ini dijumpai tiga lokasi outcrop yang
et.al, 1988). Penarikhan umur dari satuan tufa dinamakan Mallawa Quarry I, II dan Sungai
bagian bawah daerah Biru (van Leeuwen, 1981) Watangmallawa. Pengamatan dan pengukuran
dan penarikhan K-Ar pada basalt di timur stratigrafi terukur dilakukan di ketiga lokasi.
Bantimala (Yuwono et.al, 1988), menghasilkan
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006

Quarry I berdimensi minimal 500 x 20 x 500 Lokasi II : Gattareng, Kab. Soppeng


meter dengan penyebaran relatif utara – selatan.
Paling tidak terdiri dari 10 unit batuan sedimen Lokasi II di dusun Gattareng, terletak berbatasan
(gambar 3. kolom Mallawa – 1) umumnya terdiri dengan pegunungan barat Sulawesi (Pegunungan
dari perselingan batupasir, lanau dan lempung, Soppeng), bertopografi dataran lembah yang di
bersifat karbonatan, mengandung fosil molluska, apit oleh pegunungan vulkanik berarah relatif
foram besar dan kecil, struktur burrow dijumpai utara-selatan dan dibagian selatannya dibatasi
hampir disetiap lapisan lempung, mineral siderit, oleh sistem Sesar Walanae yang menghasilkan
pyrite, markasit, coally, stuktur sedimen silang pegunungan yang berarah timur-barat. Dimensi
siur dan gelembur gelombang sangat banyak singkapan kurang lebih 100 x 30 x 50 meter. Dari
dijumpai di setiap unit. Sementara pada bagian deskripsi dan pengamatan lapangan yang dibuat,
atas dijumpai batugamping yang merupakan paling tidak terdapat 10 unit batuan sedimen yang
kontak dengan Formasi Tonasa. ada di lintasan ini yang terdiri dari perselingan
batupasir, lanau, lempung dan coally. (gambar 6
Quarry II berdimensi minimal 500 x 50 x 300 dan 7. kolom gattareng 1 dan 2). Umumnya
meter dengan penyebaran relatif utara – selatan. penyebarannya melampar utara-selatan seperti
Paling tidak terdiri dari 20 unit batuan sedimen halnya di lokasi tipe Formasi Mallawa di
(gambar 4. kolom Mallawa – 2) umumnya terdiri Watangmallawa.
dari perselingan batupasir, lanau dan lempung,
bersifat karbonatan, mengandung fosil molluska, Posisi lintasan gattareng yang berada di dalam
foram besar dan kecil, mineral siderit, pyrite, batas depresi Walanae, memberikan harapan besar
coally, stuktur sedimen silang siur dan gelembur mengenai keberadaan atau kepenerusan Formasi
gelombang sangat banyak dijumpai di setiap unit Mallawa hingga depresi Walanae yang masih
dibeberapa unit lempung dijumpai struktur harus dibuktikan perkembangan sedimennya dan
burrow. Sementara pada bagian atas dijumpai mencari chance pembentukan petroleum system
batugamping yang merupakan kontak dengan didalam system cekungan Walanae (West
Formasi Tonasa. Sengkang Basin). Hal ini juga ditunjang oleh
keberadaan lapisan coal / coaly shale yang cukup
Singkapan di Sungai Watangmallawa berdimensi siginifikan dengan ketebalan berkisar antara 0,5 –
kurang lebih 70 x 15 x 10 m (gambar 5. kolom 4 meter, dimana perkembangan batuan induk
Sungai Watangmallawa), di lokasi ini tidak sangat dimungkinkan ditempat ini.
dijumpai adanya singkapan Formasi Mallawa
tetapi batas ketidakselarasan antara Formasi Lokasi III : Padanglampe, Kab. Barru
Mallawa dan Balang Baru berupa konglomerat
yang fragmennya terdiri atas rijang, basal dan Lintasan III merupakan bagian dari beberapa
metamorf setebal 3 meter dan dibawahnya sistem sesar yang menghasilkan kenampakan
terdapat selangseling batupasir, lanau dan morfologi cuesta memanjang utara – selatan yang
lempung Formasi Balangbaru dengan ketebalan 7 sangat luas. Dimensi dari singkapan minimal 800
meter. Dibawah Formasi Balang Baru dijumpai x 30 x 500 meter. Lokasi ini terletak dibagian
batuan alas yang terdiri dari metamorf, batusabak barat Pegunungan Soppeng yang dapat dikatakan
dan rijang setebal 0,5 m. sebagai sistem terpisah dengan Lokasi
Watangmallawa dan Gattareng yang berada di
Dari pengukuran lapangan dengan menggunakan sistem depresi Walanae.
alat GPS, dihasilkan ketebalan Formasi Mallawa
dari kontak ketidakselarasan hingga batas atas Dalam lintasan ini kurang lebih terdapat 20 unit
Formasi Mallawa di daerah ini adalah kurang batuan sedimen (gambar 8 dan 9 kolom
lebih 180 m. Dimana dalam penelitian terdahulu padanglampe) yang terdiri dari batupasir, lanau,
lokasi ini merupakan lokasi tipe dari Formasi lempung dan coal dibagian atas dan lapisan
Mallawa (RAB. Sukamto, 1982). batupasir dengan ketebalan kurang lebih 10 meter
yang bersisipan dengan lapisan lanau dan
lempung. Pada bagian atas ditemukan pula
kelimpahan ostrea sp, nummulites sp, pecahan
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006

cangkang, dan foram kecil. Sementara dibagian batupasir berstruktur wavy dan swalley dan
bawah ditemukan kontak dengan Formasi Balang perselingan ini semakin banyak ke unit 4 (clay
Baru berupa basal konglomerat dengan fragmen doublet) juga dijumpai sangat banyak jejak
rijang dan basal. Struktur sedimen yang binatang. Terdapat batas oxidized sandstone
berkembang di setiap unit umumnya wavy, antara unit 4 dan unit 5 yang merupakan unit
shingles, lo-angle cross bed dan umumnya batupasir yang memperlihatkan struktur sedimen
bersifat karbonatan. swalley dan dibagian atas terdapat slump.
Dibagian bawah merupakan unit 6 shale dengan
Terdapat perbedaan mendasar terhadap selangseling batupasir gradded bedding dan
karakteristik litologi antara Lokasi Padanglampe ripples.
dengan Lokasi Watangmallawa dan Gattareng,
dimana ciri litologi yang didapatkan sangat Karakteristik dari lintasan Siloro (unit 2, 3, 4 dan
berbeda terutama pada kelimpahan fosil marine. 5) adalah sangat banyak menunjukkan lingkungan
Hipotesa sementara, lokasi ini mempunyai sistem pengendapan tidal sementara unit 6 menunjukkan
pengendapan marine yang berlainan dengan lingkungan pengendapan floodplain dan crevasse
Lokasi Watangmallawa dan Gattareng pada splay (gambar 11. kolom Siloro section)
bagian atasnya.
PREDIKSI POTENSI HIDROKARBON
Lokasi IV : Doidoi, Kab. Barru
Beberapa kegiatan eksplorasi di daerah Lengan
Dimensi singkapan di Lokasi IV ini kurang lebih Barat Sulawesi telah berhasil menemukan sumber
50 x 20 x 30 meter memanjang utara – selatan. Di cadangan hidrokarbon seperti Energi Equity di
sebelah baratnya terdapat dua singkapan lain yang daerah Sengkang yang memproduksi gas alam
di duga masih merupakan bagian bawah dari dari batugamping Formasi Taccipi, sementara
lintasan IV ini. Posisi terhadap lintasan III beberapa peneliti terdahulu seperti Sukamto,
Padanglampe berada lebih ke sebelah barat kurang 1975; Garrard et, al, 1982; Davies, 1992; Coffield
lebih 5 km. et, al, 1993; Priadi, 1994, telah menghasilkan
Pada lokasi ini kondisi singkapan ditutupi oleh beberapa penelitian yang berkaitan dengan
talus dibagian tengahnya dimana terdapat paling kondisi tatanan geologi Lengan Barat Sulawesi.
tidak 3 unit batuan sedimen (gambar 10. kolom
doidoi) yang terdiri dari batupasir, lanau dan Khususnya di bagian selatan Lengan Barat
lempung dengan beberapa carbon spec. Struktur Sulawesi, indikasi adanya pemisahan sebagian
sedimen umumnya swalley dan lo-angle cross daerah West Sengkang Basin oleh Vulkanik
bed. Paleogen dan beberapa tinggian struktur lokal di
bagian barat yang terlihat dari beberapa tempat
Lokasi V : Siloro, Kab. Pangkep atau penampang seismik, kemungkinan dapat
membentuk sebuah sistem minyak dan gas bumi
Lokasi Siloro merupakan quarry aktif tersendiri di sepanjang daerah pantai barat
penambangan bahan galian golongan C berupa Sulawesi Selatan hingga ke batas Pegunungan
batupasir. Dimensi lintasan kurang lebih 500 x 30 Soppeng yang sementara ini oleh penulis
x 500 meter. Kedudukan batuan umumnya dinamakan sebagai Barru Basin (Gambar 12).
memanjang utara-selatan dan lokasi ini
merupakan lintasan paling selatan dibagian barat Endapan sedimen Eo-Oligosen Formasi Mallawa
pegunungan Soppeng yang lebih dekat dengan dipercaya mempunyai ekuivalensi dengan
South Makassar Basin di Selat Makassar. sedimen Eo-Oligosen Formasi Toraja bagian
bawah yang berada di utaranya. Dengan
Pada lokasi ini dilakukan pengukuran penampang mengeneralisasi beberapa parameter batuan induk
stratigrafi terukur, dan didapatkan paling tidak 6 dengan asumsi – asumsi dasar yaitu : luas daerah
unit batuan sedimen yang terdiri dari batupasir, 4400 km² (yang sudah direduksi oleh 40 % luas
lanau, lempung dan coally. Pada bagian atas (unit daerah vulkanik) dengan ketebalan penampang
1) terdiri dari batupasir pebbly sementara unit 2 rata-rata 400 meter (Rab. Sukamto, 1975),
dan 3 umumnya mudstone dengan selangseling ketebalan shale 40 % dan coal 3 % dari total
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru – Riau, 21 – 22 November 2006

ketebalan Formasi Mallawa, TOC coal = > 1 %, Indonesia, IPA Proceedings 1983, 12/1, p 207 –
shale = 5 %, dengan yield / genetic potential coal 227
= 1.7 mg/g dan shale = 2.4 mg/g, maka dihasilkan
angka ± 15.1 BBOE atau 141 TCF generasi Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian
hidrokarbon ekuivalen yang bisa dihasilkan oleh region, USGS paper, 1979, 1078.
Formasi Mallawa.
Hasan, K., 1991, The Upper Cretaceous Flysch
KESIMPULAN succession of the Balang Baru Formation,
Southwest Sulawesi, IPA Proceedings, 1991,
Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara 20/1, p 183 – 208
hipotesa, Formasi Mallawa mempunyai
komponen sistem minyak bumi yang lengkap. Sukamto, R., 1982, Geologi Lembar Pangkajene
Batuan induk dengan tipe II dan III sangat dan Watampone bagian barat, Sulawesi, P3G
mungkin terbentuk dalam intraformasi Mallawa Bandung
bagian bawah yang terdiri dari shale dan coal,
sementara batupasirnya sendiri dapat bertindak Sukamto, R., and Supriatna, S., 1982, Geologi
sebagai reservoir setelah terjadi migrasi. Dilain Lembar Ujungpandang Benteng Sinjai, Sulawesi,
pihak, Batugamping pejal Formasi Tonasa yang P3G Bandung
berada dibagian atas Formasi Mallawa dapat
merupakan lapisan tudung yang baik untuk van Leeuwen, T.M., 1981, The geology of
pembentukan perangkap hidrokarbon. Beberapa southwest Sulawesi with special reference to the
indikasi adanya rembasan minyak diinformasikan Biru Area. Barber, A.J., and Wirjosujono, S.
terdapat di sekitar daerah ini, namun belum ada (eds), The Geology and Tectonics of Eastern
bukti yang nyata tentang keberadaannya. Indonesia, P3G Special Publication, 2, p 277 –
304
Rekomendasi pekerjaan lebih lanjut dari
penelitian ini adalah melanjutkan observasi dan Wilson. M., 1996, Evolution and Hydrocarbon
pemahaman lebih lanjut mengenai stratigrafi Potential of The Tertiary Tonasa Limestone
Formasi Mallawa, basin setting terutama Formation, Sulawesi, Indonesia, Proceedings
mendapatkan gambaran yang lebih baik terhadap Indonesian Petroleum Association, 25th
pembagian cekungan sedimen Tersier di daerah Anniversary Convention, Jakarta, October 1996 p
Sulawesi Selatan, selain itu juga pemahaman 227 - 240
karakteristik batuan induk dan reservoir di daerah
Lengan Barat Sulawesi. Wilson, M.E.J., 1995, The Tonasa Limestone
Formation, Sulawesi, Indonesia : Development of
Pemahaman mengenai multiple volcanic events di Tertiary Carbonate Platform, Ph.D. Thesis,
Lengan Barat Sulawesi seharusnya juga mendapat University of London, 520 p
perhatian dalam proses identifikasi reservoir yang
baik di daerah ini.

PUSTAKA

Coffield, D.Q., Bergman, S.C., Garrard, R.A.,


Guritno, N., Robinson, N.M., and Talbot, J., 1993,
Tectonic and stratigraphic evolution of the Kalosi
PSC area and associated development of a
Tertiary Petroleum System, South Sulawesi,
Indonesia, IPA Proceedings, 1993, 22/1, p 679 –
706

Grainge, A.M., and Davies, K.G., 1983, Reef


exploration in the East Sengkang basin, Sulawesi,
LOKASI STASIUN
• Watangmallawa
• Gattareng
• Padang Lampe
• Doi-doi
• Siloro

Barru

Padang Lampe

Gattareng
Kope Watampone
INDEX MAP
Doi-Doi

Siloro
WatangMallawa
Caming
Mallawa-1
Mallawa-2

Maros

Kajura
Manda Pangea

0 10 20
UJUNGPANDANG kilometers

Gambar 1. Peta Geologi Lengan Barat Sulawesi bagian selatan


Inset : Peta Lintasan Pengamatan dan Stasiun Pengukuran
OBJECTIVE

Gambar 2. Kolom Stratigrafi Regional Lengan Barat Sulawesi bagian selatan, (di sadur dari PND 2004)
Gambar 3. Profil Mallawa - 1
Gambar 4. Profil Mallawa - 2
Profil S. Watang Mallawa Gambar 5. Profil Sungai Watangmallawa

Cgl, brn, fgm, rijang,


basalt, metamorf
Frg: 1 – 3 cm, >> 1 cm
Sb md

Sst Interlamination with shale


Sst, fg, gy, blocky, ripple
X-bed, non-calcareous, hard

Shale, brn, non calcareous, hard

Sst, X-bed

Sst, mg – fg, gy, sb md-sbang hd


X-bed & lamination

Sh, dk
Sst, wht, fg-mg, sb md, sbang
Nodul FeOx
Metamorf, sabak, rijang
(basement/)
Profile Gattareng – 1

Gambar 6. Profil Gattareng – 1


Gambar 7. Profil Gattareng – 2
Profile Padang Lampe – 1

Lo angle x-bed, shingles, fg muddy


1

Wavy, wispy, muddy lst – marl/calc


2
Parallel lam, wavy, mudstone - vfg

Lo angle x bed, shingles, fg


4

Ripple, hummock, swalley, parlam, f - vfg


5
x
Coal in siltstone, platty, muddy, blocky
(upper part fossilufeouros)
x

6
x

Gambar 8. Profil Padang Lampe – 1


Gambar 9. Profil Padang Lampe – 2
Profile Doi-doi

mudstone 10 m
or thalus ?

coal (1) ????

Gambar 10. Profil Doi-doi


unit lithology description outcrop photo
cm
sst vc grain, fragmen polimik
1
SB

600
2 Mudstsone, burrow dengan arah timur - barat

carb sst, coally


500
3

400
Clay doublet (tidal bundle)
Glauconite
4
Wavy didalam ripple laminated Profile Siloro
Oxidized sltst, 10 cm, with reddish hard sst
300

Slump, carb

5 swalley
200
mg g sst, mud and carb material interbedded
swalley

100 Dk gy sh, concoidal, carb, py, sand lenses, ripples


crevasse
splay Gradded bedding SILORO SECTION
6
ripple Day 3. July 20 2005
floodplain Time. 13.30 – 16.00 WITA
0
Geologist : ADB, JAP

Gambar 11. Profil Siloro


Sengkang Basin area is bounded by the
Latimojong Mts to the north which are composed
of Cretaceous flysch sediments. The Bone Mts
form the southern boundary of the East Sengkang
WE S T Basin where Neogene sediments rise to outcrop.
To the west is the Western Divide Range which

EAST
SENGK

consists of pre-Tertiary melange covered by

SENG
Neogene island-arc volcanics. There is no
ANG B

marked physiological boundary to the east, but


KANG
seismic data chow the pre-Miocene basement
A

rises eastward. (Grainge and Davies, 1983)


SIN

BASIN

BARRU BASIN (??)


Barru Basin situated to western part of sengkang
basin, it bounded by Western Divide Range to the
east and north, thrust system fault of Paternoster
Basin to the west (based on regional seismic
data) and Bawakaraeng – Lompobattang Mts
(southern part of Western Divide Range) to the
south.

Gambar 12. Cekungan Sedimen Tersier “onshore” Sulawesi Selatan

You might also like