Professional Documents
Culture Documents
BELI ISLAM
Azhar Muttaqin1
ABSTRACT
Trends in buying and selling using the Internet media that commonly called e-
commerce is now so flourishing like a fungus in the rainy season. In global, deal with
the perpetrators of these ways -either as sellers or buyers- is also involved many among
the Muslims. So to provide the legal foundation of this reality, must be examine a
fiqhiyah (Islamic jurisprudence) studies to become the basis of normative philosophical
and practical for those who want to pursue the transaction. In general the actual concept
of e-commerce, ie buying and selling goods orders have been known and practiced
during the early generations of Islam, his name is Bai 'as-Salam. So this study presents
a descriptive analitif of correlation between the two concepts.
Generally, between e-commerce and bai 'al-salam has similarities as well as
fundamental differences. Among these differences is the legal basis used between the
two concepts, that may affect whether or not a commodity to be offered. As for some
other differences such as how to quote, or how to clarify the object of transactions, or
how the technical payments, and how to delivery and acceptance, was not a
fundamental difference, but more because of age differences that affect the
implementation of the technical differences alone. Like offering was described in
direcly (face to face) between buyers and sellers, now enough with the display of
storefront catalog that contains products and services to be provided, so the prospective
buyers can get complete information.
Kata-kata Kunci :
Hukum Islam, fiqih mu’amalah, e-commerce, bai’ as-salam, jul beli
Azhar Muttaqin, Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli Islam 459
tiadanya regulasi khusus yang mengatur hakekat e-commerce atau perlu pemahaman
mengatur perjanjian virtual, maka secara khusus tentang hukum bertransaksi e-commerce.
otomatis perjanjian-perjanjian di internet Diperlukan analisa khusus dengan metode
tersebut akan diatur oleh hukum perjanjian non istinbath hukum kontemporer untuk bisa
elektronik yang berlaku. Hukum perjanjian menentukan jawaban atas masalah-masalah di
Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak atas. Sekilas transaski e-commerce sama dengan
berdasarkan pasal 1338 KUHPerd. Asas ini transaksi as-salâm, pada saat akad tanpa
memberi kebebasan kepada para pihak yang menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan
sepakat untuk membentuk suatu perjanjian ketentuan harus dinyatakan sifat benda secara
untuk menentukan sendiri bentuk serta isi suatu kongkret, dan diserahkan kemudian sampai batas
perjanjian. Dengan demikian para pihak yang waktu tertentu. Tapi apakah memang sama
membuat perjanjian dapat mengatur sendiri demikian.
hubungan hukum diantara mereka. Permasalahan utama yang akan di jawab
Sebagaimana dalam konsep perdagangan, dalam penelitian ini adalah bagaimana
e-commerce menimbulkan perikatan antara para pandangan hukum jual beli Islam tentang
pihak untuk memberikan suatu prestasi. transaksi e-commerce. Agar ruang lingkupnya
Implikasi dari perikatan itu adalah timbulnya menjadi lebih spesifik, maka penelitian ini lebih
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh mengidentifikasi korelasi antara transaksi e-
para pihak yang terlibat. Di dalam hukum commerce dengan bai’ as-salâm, yaitu apa
perikatan Indonesia dikenal apa yang disebut persamaan dan perbedaan dari kedua konsep
ketentuan hukum pelengkap. Ketentuan tersebut transaksi ini.
tersedia untuk dipergunakan oleh para pihak Dengan hasil penelitian ini penulis
yang membuat perjanjian apabila ternyata berharap bisa memberikan kontribusi pemikiran
perjanjian yang dibuat mengenai sesuatu hal terhadap khazanah keilmuan dalam bidang
ternyata kurang lengkap atau belum mengatur hukum Islam, umumnya dalam hal
sesutu hal. Ketentuan hukum pelengkap itu memposisikan hukum Islam sebagai solusi
terdiri dari ketentuan umum dan ketentuan paripurna dalam masalah-masalah kekinian.
khusus untuk jenis perjanjian tertentu. Dan khususnya memberikan dasar pengambilan
Sekarang bagaimana dengan pandangan keputusan bagi para pengambil kebijakan di
Islam tentang hal ini. Jual-beli merupakan salah negeri ini yang concern dengan hukum Islam.
satu jenis mu'amalah yang diatur dalam Islam. Penelitian ini merupakan studi pustaka
Melihat bentuknya e-commerce pada dasarnya dengan pendekatan yuridis normatif, mengenai
merupakan model transaksi jual-beli juga, cuma aspek hukum perjanjian jual beli melalui
dikategorikan sebagai jual beli modern karena internet (e-commerce) dalam hukum jual beli
mengimplikasikan inovasi teknologi. Secara Islam. Adapun data yang diperlukan dalam
umum perdagangan secara Islam menjelaskan penelitian ini adalah primer dan sekunder. Yaitu
adanya transaksi yang bersifat fisik, dengan hukum primer dan sekunder. Data primer adalah
menghadirkan benda tersebut sewaktu transaksi, Al-Qur’an beserta tafsir-tafsirnya dan As-
sedangkan e-commerce tidak seperti itu. Dan Sunnah. Juga hasil bacaan buku-buku pustaka
permasalahannya juga tidaklah sesederhana itu. yang menjelaskan tentang konsep mu'amalah
E-commerce merupakan model perjanjian jual- dalam bidang jual beli berkaitan dengan
beli dengan karakteristik dan aksentuasi yang masalah. Sedangkan data sekunder adalah buku-
berbeda dengan model transaksi jual-beli biasa, buku yang terkait dengan masail fiqhiyah Islam
apalagi dengan daya jangkau yang tidak hanya (kapita selekta hukum Islam). Dan bahan hukum
lokal tapi juga bersifat global. Adaptasi secara yang diambil dari literatur yang berkaitan
langsung ketentuan jual-beli biasa akan kurang dengan judul penelitian berupa internet dan
tepat dan tidak sesuai dengan konteks e- majalah.
commerce. Oleh karena itu perlu analisis apakah Hasil dianalisis secara deskriptif guna
ketentuan hukum yang ada dalam hukum Islam menjelaskan atau menjawab masalah yaitu;
sudah cukup relevan dan akomodatif dengan apakah secara konseptual e-commerce sama
Azhar Muttaqin, Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli Islam 461
saling berjauhan sehingga pembeli termaksud Transaksi as-salam merupakan bagian
harus menggunakan fasilitas bank untuk dari transaksi jual beli biasa. Hanya saja dalam
melakukan pembayaran atas harga produk yang transaksi as-salam terdapat persyaratan
telah dibelinya dari penjual, misalnya dengan tambahan yang menentukan validitas transaksi
proses pentransferan dari rekening pembeli tersebut. Karena dalam transaksi as-salam
kepada rekening penjual (acount to acount). produk yang dijadikan obyek transaksi tidak ada
Provider merupakan pihak lain dalam / tidak dapat dihadirkan pada saat transaksi
transaksi jual beli secara elektronik, dalam hal terjadi. Penjual, dalam hal ini, hanya
ini provider memiliki kewajiban untuk menyebutkan kriteria-kriteria tertentu pada
menyediakan layanan akses 24 jam kepada produk yang akan dijual.
calon pembeli untuk dapat melakukan transaksi Seperti halnya jual beli biasa, transaksi as-
jual beli secara elektronik melalui media salam memiliki unsur-unsur yang harus ada dan
internet dengan penjual yang menawarkan saling berhubungan ketika terjadinya suatu
produk lewat internet tersebut, dalam hal ini transaksi jual beli. Unsur-unsur yang
terdapat kerjasama antara penjual/pelaku usaha dimaksudkan merupakan tiga unsur rukun –
dengan provider dalam menjalankan usaha termasuk pihak-pihak yang terlibat – dalam
melalui internet ini. transaksi as-salam, yaitu pertama tentang sighat
2. Transaksi Bai’ as-salâm transaksi, kedua tentang pelaku transaksi, dan
Menurut al-Bahuti dalam Haris Faulidi ketiga tentang obyek transaksi.
(2004:92) as-salam atau disebut juga as-salaf Ketiga unsur tersebut harus ada untuk
merupakan istilah dalam bahasa Arab yang terjadinya transaksi (as-salam). Tidak mungkin
mengandung makna penyerahan. Lebih lanjut ia dapat dibayangkan terciptanya suatu transaksi
mendefinisikan as-salam sebagai transaksi atas apabila tidak ada orang yang melakukan
sesuatu yang masih berada dalam tanggungan transaksi. Tetapi adanya orang yang
dengan kriteria-kriteria tertentu dan diserahkan bertransaksi belum dengan sendirinya
kemudian dengan pembayaran harga di tempat melahirkan transaksi, karena untuk terciptanya
kontrak. Atau secara lebih ringkas disebutkan transaksi harus ada kehendak untuk melahirkan
jual beli yang ditangguhkan dengan harga akibat hukum tertentu dari masing-masing pihak
disegerakan. dan agar kehendak itu dapat diketahui oleh
Dari berbagai perbedaan definisi yang pihak lain sehingga bisa diberi persetujuan
disebutkan nampak ada beberapa poin yang (kesepakatan) ia harus dinyatakan. Pernyataan
disepakati. Pertama, disebutkan bahwa as-salam kehendak masing-masing pihak yang bersepakat
merupakan suatu transaksi dan sebagian itu merupakan unsur yang membentuk transaksi
menyebutnya sebagai transaksi jual beli. Kedua, dan dalam istilah fiqh disebut sighat transaksi.
adanya keharusan menyebutkan kriteria-kriteria Selanjutnya harus ada sesuatu yang mengenai
untuk sesuatu yang dijadikan obyek transaksi / persetujuan dan kata sepakat itu diberikan, yaitu
al-muslam fîh. Ketiga, obyek transaksi / al- yang disebut obyek transaksi.
muslam fîh harus berada dalam tanggungan. Masing-masing unsur yang membentuk
Transaksi as-salam boleh sesuai dengan transaksi di atas memerlukan ketentuan-
al-Qur’an dan as-Sunnah dan berlandaskan atas ketentuan agar terbentuknya transaksi itu
dasar, bahwa: menjadi sempurna. Dalam istilah fiqh
a. Di dalam transaksi as-salam terdapat unsur ketentuan-ketentuan dimaksud disebut syarat-
yang sejalan dengan upaya merealisasikan syarat terbentuknya transaksi (as-salam).
kemaslahatan perekonomian (mashlahah 3. Korelasi E-commerce dan Bai’ as-salâm
al-iqtishâdiyyah). Berdasarkan hirarki sejarahnya, e-
b. Transaksi as-salam merupakan rukhsah commerce memang merupakan model transaksi
(suatu dispensasi atau sesuatu yang baru yang ada sesudah transaksi bai’ as-salam.
meringankan) bagi manusia. E-Commerce ada sebagai akibat pesatnya
c. Transaksi as-salam memberikan perkembangan teknologi informasi abad 21 ini.
kemudahan kepada manusia. Secara normatif yuridis pun bai’ as-salam
Azhar Muttaqin, Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli Islam 463
dalam ijab dan qabul, hal itu sebagaimana Obyek akad
pendapat-pendapat dari para ulama seperti al- Dalam prinsip jual beli dalam Islam,
Ghazali dalam an-Nawawi dan imam al-Kasani obyek akad sudah sangat jelas dan tegas tidak
(Basyir, 2000:68). Maka dengan memperhatikan boleh mengandung unsur yang diharamkan oleh
hal tersebut, transaksi as-salam dapat dilakukan Allah SWT. Jika itu terjadi, maka secara
dengan segala macam pernyataan yang dapat otomatis transaksi itu batal demi hukum.
dipahami maksudnya oleh kedua belah pihak Sedangkan pada e-commerce, obyek transaksi
yang melakukan transaksi, baik dalam bentuk sangat beragam. Boleh tidaknya obyek transaksi
perkataan, perbuatan, isyarat maupun dalam sangat tergantung aturan negara di mana
bentuk tulisan. transaksi itu dilakukan. Di Indonesia setiap
Adapun e-commerce, penawaran penjual juga harus menawarkan produk yang
dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha diperkenankan oleh undang-undang, tidak rusak
melalui website pada internet. Penjual atau ataupun mengandung cacat tersembunyi,
pelaku usaha menyediakan storefront yang sehingga barang yang ditawarkan adalah barang
berisi katalog produk dan pelayanan yang akan yang layak untuk diperjualbelikan. Seperti jual
diberikan. Masyarakat yang memasuki website beli narkoba, benda-benda suaka, dan lain-lain.
pelaku usaha tersebut dapat melihat-lihat Tidak semua produk yang diperbolehkan
barang yang ditawarkan oleh penjual. diperjualbelikan menurut aturan negara, juga
Sebagaimana di atas, penawaran dalam diperbolehkan oleh Islam. Contohnya jual beli
sebuah website biasanya menampilkan barang- minuman keras. Negara masih memperbolehkan
barang yang ditawarkan, harga, nilai rating atau walaupun dengan syarat-syarat tertentu,
poll otomatis tentang barang yang diisi oleh sedangkan Islam secara tegas melarang dengan
pembeli sebelumnya, spesifikasi barang tanpa syarat apapun. Di sinilah salah satu
termaksud dan menu produk lain yang perbedaan obyek akad antara e-commerce dan
berhubungan. e-commerce terjadinya penawaran bai’ as-salam.
apabila seseorang menggunakan media internet
untuk berkomunikasi baik via email atau Pembayaran
chating untuk memesan barang yang Setelah terjadinya akad jual beli, maka
diinginkan. pembayaran / penyerahan ra`s al-mâl dalam
Pada as-Salam kriteria barang (al-muslam transaksi as-salam hendaklah disegerakan. Para
fîh) ini juga merupakan hal yang paling urgen ulama dari mazhab Maliki membatasinya tidak
dan harus jelas pada saat penawaran. Sesuatu lebih dari tiga hari, jika tidak, maka transaksi
yang tidak dapat diidentifikasi kriteria- menjadi batal. Alasan tiga hari itu didasarkan
kriterianya tidak boleh dijadikan al-muslam fîh pada kaidah
karena hal tersebut, menurut al-Bahuti, dapat (sesuatu yang mendekati itu dihukumkan
membawa kepada perselisihan di antara pihak- sama).” Penyegeraan ini untuk memudahkan
pihak yang bertransaksi. identifikasi serta menghindari ketidakjelasan
Apa yang dilakukan oleh e-commerce di agar jangan sampai terjadi perselisihan di
era modern seperti sekarang untuk menambah kemudian hari. Pendapat ini nyata manfaatnya
kejelasan spesifikasi pengetahuan tentang saat ini, dimana harga setiap waktu mengalami
macam komoditi tersebut karena dapat fluktuasi yang tidak terduga, penundaan
menghadirkan bentuk visualnya. pembayaran setelah akad bisa merugikan kedua
Namun demikian, berbeda dengan as- belah pihak tergantung siapa yang menanggung
Salam yang mensyaratkan adanya pertemuan beban kerugian ketika harga itu naik atau turun.
langsung untuk melakukan akad, e-commerce Lebih simple, karena cara pembayaran
tidak mengharuskan hal itu, bahkan cenderung saat ini sudah serba canggih, maka pada e-
mengunakan pihak ketiga yaitu provider commerce mengenal tidak hnya pembayaran
internet dalam mengkomunikasikan kepentingan langsung tetapi juga tidak langsung. Dengan
kedua belah pihak (penjual dan pembeli). tetap mengacu pada sistem keuangan negara
tempat dilaksanakannya e-commerce, Edmon
Azhar Muttaqin, Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli Islam 465
Selama tempat teresebut disepakati oleh kedua memiliki alat, modal dan sarana lainnya
belah pihak dan cukup refresentatif serta bisa untuk bertransaksi.
terjangkau oleh keduanya maka bisa menjadi 4. Adapun perbedaan lainnya seperti cara
tempat serah terima barang. penawaran, cara memperjelas obyek
Secara umum berdasarkan penjelasan di transaksi, tehnis pembayaran, cara
atas, tidaklah perbedaan e-commerce dan as- pengiriman dan penerimaan, bukanlah
salam hanya karena keduanya merupakan perbedaan fundamental, tetapi lebih karena
konsep transaksi jual beli beda zaman dan beda perbedaan zaman yang berpengaruh pada
konteks, tetapi memang ada beberapa hal-hal perbedaan tehnis pelaksanaan saja. Seperti
prinsipil yang harus diperhatikan untuk dulu pembayaran secara tunai dan langsung,
dihindari bagi para pelaku e-commerce muslim tapi sekarang menggunakan jasa orang
saat ini. ketiga, dalam hal ini adalah Bank.
Azhar Muttaqin, Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli Islam 467