You are on page 1of 91

MOTIVASI PEREMPUAN DALAM BERWIRAUSAHA

(Studi pada Perempuan Wirausaha di Pekalongan Lampung Timur)

( Skripsi)

Oleh
Mahmud Arifudin

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
1

ABSTRACT
MOTIVATION OF WOMEN IN ENTREPRENEURS
( Study of Entrepreneurial Women in Pekalongan, East Lampung)

By

(Mahmud Arifudin)

The entrepreneurship sector is one of the fields of business that is the choice for many
women to prove their ability in business. This study aims to determine the motivation of
women in entrepreneurship in Pekalongan, East Lampung. The data used are primary and
secondary data with qualitative descriptive methods. The results of this study that the
motivation that emerged from the informants in entrepreneurship in accordance with the
theories used include Need for Achievement, Need for Independence, Experience, Forms
of Role and Family and Friends Support. Then there are variables found when in the field,
namely hobbies and free time. The most influential variable is Need for Independence
(the need for freedom). The existence of women's motivation in entrepreneurship in
Pekalongan, East Lampung is very helpful for the community in getting a job. Nearly all
employees who informants employ in their businesses are local people and some are still
relatives. So that this can help reduce the number of unemployed in the area. Not only
limited to the desire in entrepreneurship alone, but the informants, namely women who
are entrepreneurs in Pekalongan, East Lampung, have a strong determination to further
develop and advance their entrepreneurship. The choice of informants to become a
woman entrepreneur is something they have thought about well. Because besides being
able to help the family economy become a woman entrepreneur, it is also believed to be
able to improve the regional economy, especially in Pekalongan, East Lampung.

Key words: Motivation, Women and Entrepreneurship


1

ABSTRAK

MOTIVASI PEREMPUAN DALAM BERWIRAUSAHA


(Studi pada Perempuan Wirausaha di Pekalongan Lampung Timur)

Oleh

(Mahmud Arifudin)

Sektor kewirausahaan merupakan salah satu bidang usaha yang menjadi pilihan bagi
banyak perempuan untuk pembuktian kemampuan dirinya dalam berusaha. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui motivasi perempuan dalam berwirausaha di Pekalongan
Lampung Timur. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder dengan metode
deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini bahwa motivasi yang muncul dari para
informan dalam berwirausaha sesuai dengan teori yang dipakai diantaranya yaitu Need
for Achievement, Need for Independence, Pengalaman, Bentuk Peranan serta Dukungan
Keluarga dan Teman. Kemudian ada variabel yang ditemukan ketika berada dilapangan
yaitu hobi dan mengisi waktu luang. Variabel yang paling mempengaruhi adalah Need for
Independence (kebutuhan akan kebebasan). Adanya motivasi perempuan dalam
berwirausaha di Pekalongan Lampung Timur sangat membantu masyarakat dalam
mendapatkan pekerjaan. Hampir semua karyawan yang informan pekerjakan dalam
usahanya adalah masyarakat setempat dan ada pula yang masih kerabat. Sehingga hal
tersebut dapat membantu mengurangi angka pengangguran yang ada di daerah tersebut.
Tidak hanya sebatas keinginan dalam berwirausaha saja, namun para informan yaitu
perempuan yang berwirausaha di Pekalongan Lampung Timur memiliki tekad yang kuat
untuk lebih mengembangkan dan memajukan wirausahanya. Pilihan para informan
menjadi seorang wirausaha perempuan adalah hal yang sudah mereka fikirkan dengan
baik. Karena selain bisa membantu perekonomian keluarga menjadi seorang wirausaha
perempuan juga diyakini dapat meningkatkan perekonomian daerah, khususnya di
Pekalongan Lampung Timur.

Kata kunci: Motivasi, Perempuan dan Berwirausaha


MOTIVASI PEREMPUAN DALAM BERWIRAUSAHA
(Studi pada Perempuan Wirausaha di Pekalongan Lampung Timur)

Oleh
MAHMUD ARIFUDIN

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
v

RIWAYAT PENULIS

Penulis lahir di Desa Gantiwarno Pekalongan Lampung

Timur pada tanggal 28 Mei 1995 sebagai putra pertama dari

pasangan Bapak Keman dan Ibu Jayimah. Penulis memiliki 1

adik kandung yaitu yang bernama Rahmad Arya Saputra.

Jenjang pendidikan penulis bermula dari TK Darmawanita

Pekalongan Lampung Timur. Lalu Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2

Gantiwarno, Pekalongan Lampung Timur, pada tahun 2002 sampai dengan tahun

2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di SMP Negeri 1 Pekalongan, Lampung Timur, pada tahun 2008 sampai

dengan tahun 2011 dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA KARTIKATAMA METRO, pada tahun 2011 sampai dengan

tahun 2014. Kemudian pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa

jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung melalui jalur penerimaan Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama kuliah penulis pernah mendapat

beasiswa Prestasi Peningkatan Akademik dan pernah menjadi suveyor BI (Bank

Indonesia). Pada semester 6 penulis terpilih dan menjadi peserta KKN

BERSAMA PTN Bagian Barat di Bangka Belitung. Penulis juga aktif dalam

oraganisasi kampus maupun luar kampus, dan juga beberapa kali menjadi ketua

umum di dalam sebuah organisasi, yaitu menjadi ketua umum HMJ Administrasi

Bisnis UNILA, Ketua UKA KOPMA UNILA, Sekertaris IMABI Wilayah 1

Sumatera dan Ketua MADRASAH RELAWAN Regional Lampung.


vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunianya sehingga skripsi ini
bisa di selesaikan. Dengan ini kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

Kedua orang tuaku

IBUKU TERSAYANAG

BAPAKKU TERSAYANG

Adikku Arya dan Kakang Gomer

Seluruh dosen jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dan staff tata usaha yang telah
berjasa dalam membimbing dan mengajarkan banyak pengalaman berharga
selama masa-masa perkuliahanku.

Para jamaah Masjid Al-Furqon desa Gantimulyo Pekalongan Lampung Timur dan
Adik-adik TPA Fathul Ulum yang senantiasa selalu memberikan doa untuk
kelancaran dan kesuksesanku.

Teman-teman kampus seperjuanganku Ilmu administrasi Bisnis 2014 dan


Keluarga Besar HMJ Administrasi Bisnis yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepadaku agar aku selalu semangat dan terus maju dalam menggapai
target selama dikampus.

Almamatrku Tercinta, UNIVERSITAS LAMPUNG


vii

MOTTO

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi

sesama manusia”.

(HR. Thabrani dalam Al-Ausath)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

(QS. Al-Insyirah: 5-6)

“KERJA KERAS, KERJA CERDAS, KERJA IKHLAS”

(Mahmud Arifudin)

“Muda menebar manfaat”

(mahmud arifudin)
viii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunianya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan tidak lupa shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya,

semoga kita semua mendapat syafaat beliau di yaumil akhir kelak.

Skripsi dengan judul “Motivasi Perempuan dalam Berwirausaha (Studi pada

Perempuan Wirausaha di Pekalongan Lampung Timur)” disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis (S.A.B) di

Universitas Lampung.

Selesainya penulisan skripsi ini adalah berkat motivasi dan pengarahan serta

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Allah SWT.

2. Nabi Muhammad SAW.

3. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Susetyo, M. Si selaku Wakil Dekan I Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M. Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


ix

6. Bapak Drs. Dadang Karya Bakti, M.M selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

7. Bapak Ahmad Rifa’i S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Terimaksih bapak atas bimbingannya, kritik dan saran yang membangun

selama kuliah dan proses penyusunan skripsi. Banyak ilmu dan pengalaman

yang saya dapatkan dari arahan bapak.

8. Bapak Suprihatin Ali, S. Sos., M.Sc selaku Sekertaris Jurusan Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung. Terimaksih bapak atas motivasi dan dukungan atas segala kegiatan

yang saya ikuti selama dikampus.

9. Bapak Dr. Nur Efendi, S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing utama. Saya

ucapkan banyak terimakasih atas masukan, saran dan motivasi yang sangat

bermanfaat bagi diri saya dan penelitian yang berhasil saya selesaikan ini.

Tanpa dukungan dari bapak mungkin saya akan sangat kesulitan dalam

menyelesaikan tugas skripsi saya ini. Terimkasih banyak bapak.

10. Ibu Hani Damayanti Aprilia, S.A.B., M.Si selaku dosen pembimbing kedua.

Saya ucapkan terimaksih, karena banyak memberikan saran dan masukan

yang membangun, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir sekripsi

saya.

11. Bapak Drs. A. Efendi, M.M selaku dosen penguji skripsi. Saya ucapkan

banyak terimaksih karena sudah banyak memberikan masukan yang

membangun, dan terimakasih juga sudah memberikan beberapa pengetahuan

baru mengenai pembahasan skripsi.


x

12. Ibu Mertayana selaku staf jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Saya ucapkan

banyak terimakasih atas segala bantuan dalam mempersiapkan berkas-berkas

kampus dan informasi mengenai perkuliahan. Terimakasih banyak Ibu Merta

yang sudah seperti Ibu sendiri.

13. Keluarga besar HMJ Ilmu Administrasi Bisnis UNILA. Saya ucapkan

terimakasih karena sudah mempercayakan saya menjadi seorang pemimpin

dalam satu periode tahun 2016/2017. Dan berkat kalian semua yang tidak bisa

saya sebutkan satu-persatu saya menjadi lebih banyak pengalaman dalam

berorganisasi. Thank you keluarga kampusku.

14. Keluarga Besar Koperasi Mahasiswa UNILA. Saya ucapkan banyak

terimakasih karena saya sudah mempercayakan saya menjadi ketua UKA

tahun 2016/2017 yang kemudian membuat saya menjadi lebih banyak

pertemanan. Yang menyediakan tempat untuk tidur dan menginap di kampus,

yaitu di ruang UKM. Yang sudah menambah wawasan saya dalam mengenal

beberapa tempat wisata karena ada kegiatan touring setiap setahun sekali.

15. Ikatan Mahasiswa Administrasi Bisnis Indonesia (IMABI). Saya ucapkan

terimaksih karena sudah mempercayakan saya untuk menjadi sekertaris

IMABI Wilayah 1 Bagian Sumatra periode tahun 20017/2018. Sehingga saya

memperoleh ilmu dan pengalaman baru. Terimakasih juga untuk keluarga

besar IMABI karena berkat bergabungnya saya di IMABI saya menjadi lebih

banyak relasi antar daerah.

16. KKN BERSAMA BANGKA BELITUNG. Saya ucapkan terimakasih untuk

29 mahasiswa dari masing-masing daerah bagian barat. Karena sudah

menjadi teman dan keluarga yang baik selama 40 hari pelaksanaan KKN.
xi

Banyak kenangan bersama kalian, sedih sedang bersama bercanda tawa

semua selalu saya ingat. Pokoknya kalian semua luar biasa. Terimakasih

banyak guys 

17. Keluarga Desa Penyamun Bangka Belitung. Terimaksih banyak saya ucapkan

untuk Pak Kades Desa Penyamun, Pak Wahid Ketua BPD dan warga

penyamun yang sudah menyambut baik kedatangan saya dan teman_teman

KKN. Terimakaih sudah memberikan tempat tinggal yang nyaman,

terimaksih atas pinjaman kendaraan selama KKN dan makanan yang sudah

banyak warga berikan di posko saya dan teman-teman. Terimakasih banyak

bapak ibu sekalian.

18. Lembaga LAZNAS Dewan Dakwah Lampung. Terimaksih banyak karena

sudah memberikan banyak ilmu dan pengalaman tentang keagamaan.

19. Madrasah relawan VI. Saya ucapkan terimaksih karena saya sudah

diamanahkan menjadi ketua MR Lampung. Dan juga saya ucapkan

terimaksih karena berkat bergabungnya saya di Madrasah Relawan saya

menjadi lebih sering membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan dan

juga membantu para korban bencana seperti bencana banjir dan gempa bumi.

20. Tim KONDANGAN (Arif, allfran, Andre, Godho, Reni, Muti, Desi dan

Fida). Saya ucapkan terimaksih karena sudah menjadi sahabat selama

perkuliahan. Kerja kelompok bareng, main kepasar malem bareng, kepantai

dan bakar-bakar bareng. Semoga persahabatan kita tidak hanya selama

selama dikampus ya kawa. Semoga setelah lulus dan berpisah kita masih

saling mengenal satu sama lain 


xii

21. Surveyor Bank Indonesia Cabang Lampung. Saya ucapkan teriaksih karena

sudah memberikan banyak pengalaman kepada saya mengenai inflasi dan

keadaan perekonomian indonesia. Terimakasih Mbak Ima, Mbak Novia dan

Ibu Diyah.

22. Terimakasih kepada KUPROY ONLINE yang sudah mengajarkan banyak hal

tentang bekerja sebagai driver online. Bagaimana cara menjadi pengemudi

yang baik, pengemudi yang ramah kepada penumpang dan mengajarkan

kuliah sambil bekerja. Terimkasih banyak teman-teman.

23. Terimaksih kepada keluarga besar kosan PSP 1,Dek Dedek,Tole Pani,Om

Caleg, Cak Bowok, Lek Novran, Kang Erik, Bang Eky, Mang Ari, Pakde

Arif, Kyai Dona, Mbah Dani, Tante Galuh, Ses Rini dan Bude Anggun. Yang

selama ini sudah seperti keluarga sendiri. Pinjem piring dan gelas kadang

tidak dibalikin, kalau ada makanan ngumpul semua, kalau ada yang butuh

pinjaman uang pada ngumpet semua. Pokonya sudah seperti keluarga sendiri

lah. Terimakasih banyak teman-teman, tanpa kalian kosan sepi 

24. Terimakasih kepada Nduk Durotun Nasikah yang selalu memberikan

semangat dalam segala hal. Yang selalu memotivasi setiap datang kesulitan

dan yang sudah mengajarkan banyak hal.

25. Untuk Fauzan Al’Azhima sahabat saya yang dari Aceh, saya ucapkan

terimakasih banyak karena sudah menjadi sahabat yang baik selama 40 hari di

Bangka Beliting. Yang selalu mengajak shalat tepat waktu, yang sering

bangunin ketika shalat tahajud dan shalat subuh dan yang paling mau disuruh

mengajar ngaji. Terimakasih banyak akhi Fauzan, semoga kita masih bisa

berjumpa lagi.
xiii

26. Terimakasih kepada Hafidz Romadhona sahabat dari SMP yang sampai saat

ini masih ingat dan selalu menyempatkan berkumpul ketika cuti kerja.

Tempat curhat berbagi cerita dari sejak sekolah di SMP N 1 Pekalongan.

Sukses terus kerja sebagai koki nya mas brooo.

27. Terimkasih kepada Joko Setiawan Sahabat SMA yang pernah Merantau di

Palembang Bareng, yang selalu memberikan semangat kepada saya selama

kuliah walaupun lagi sibuk bertugas membela negara menjadi TNI sebagai

paspampres. Terimakasih banyak Pak TNI.

28. Terimakasih kepada Indra Herwaman sahabat SMA saya yang sekarang

bekerja di perhotelan. Terimakasih banyak atas dukungan dan motivasi yang

selalu diberikan walaupun sedang sibuk bekerja. Terimakasih juga masih

menyempatkan berjumpa ketika pulang ke Lampung. Thank you broo.

29. Terakhir terimaksih banyak kepada sahabat saya Ari Sutanto teman satu

kosan mulai dari semester satu sampai lulus kuliah. Terimakasih atas

masukan dan dukungan-dukungannya selama ini. Yang sudah bersusah-

senang bareng selama perkuliahan. Terimakasih banyak .


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v

I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalahan ......................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 11

II TINJAUAN PUSTAKA........ .................................................................... 12


2.1 Wirausaha dan Kewirausahaan ......................................................... 12
2.1.1 Definisi Wirausaha dan Kewirausahaan .................................. 12
2.1.2 Karakteristik Wirausaha .......................................................... 14
2.1.3 Sifat yang Harus dimiliki Seorang Wirausaha ........................ 19
2.1.4 Berbagai Macam Profil Wirausaha ......................................... 24
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kewirausahaan ................ 28
2.2 Perempuan ........................................................................................ 31
2.2.1 Perempuan Pengusaha (Woman Entrepreneur) ....................... 31
2.2.2 Perkembangan Wirausaha Perempuan .................................... 32
2.2.3 Beberapa Hal yang Harus dipahami Perempuan Wirausaha ... 33
2.3 Motivasi Berwirausaha ................................................................... 34
2.3.1 Definisi Motivasi .................................................................... 34
2.3.2 Jenis-jenis Motivasi ................................................................. 35

i
2.3.3 Motivasi Berwirausaha ........................................................... 38
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ........................... 43
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................... 46
2.5 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 51
2.6 Proposisi ........................................................................................... 52

III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 53


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 53
3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................. 55
3.3 Fokus Penelitian ................................................................................ 56
3.4 Informan .... ...................................................................................... 57
3.5 Sumber Data ..................................................................................... 58
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 59
3.7 Metode Analisi Data ........................................................................ 60
3.8 Keabsahan Data ................................................................................ 60

IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ............................................ 67


4.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Timur ........... 67
4.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 71
4.3 Daftar Identitas Informan ................................................................. 71
4.4 Deskripsi Hasil Informan ................................................................. 73
4.4.1 UMKM Industri Kelanting ...................................................... 76
4.4.2 Warung Makan ........................................................................ 79
4.4.3 Butik/ Wirausaha dibidang fashion ......................................... 81
4.4.4 Penjual Buah-buahan .............................................................. 83
4.4.5 Penjual Bibit Buah dan Bunga ................................................ 86
4.4.6 Wirausaha Ruko dan Toko Serba ............................................ 88
4.5 Tringulasi .. ...................................................................................... 90
4.6 Hasil dan Pembahasan Motivasi Perempuan Berwirausaha ............ 91
4.6.1 Motivasi Perempuan dalam Berwirausaha .............................. 95
4.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Perempuan
dalam Berwirausaha di Pekalongan Lampung Timur ............ 96

ii
V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 108
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 108
5.2 Saran .......... ...................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Kota-Desa Provinsi
Lampung, Februari 2016 - Februari 2017 ............................... 2
1.2 Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka menurut Jenis
Kelamin Provinsi Lampung, Februari 2016-Februari 2017..... 6
2.1 Sifat yang Harus dimiliki Seorang Wirausaha ........................ 19
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................... 47
4.1 Identitas Informan ................................................................... 72
4.2 Matrik Wirausaha Perempuan di Pekalongan Lampung Timur 74
4.3 Data Jenuh Selama Penelitian .................................................. 91
4.4 Matrik Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Perempuan
dalam Berwirausaha di Pekalongan Lampung Timur .............. 93

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Karakteristik Wirausaha .......................................................... 18
2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................ 52
3.1 Analisis Data Model Interaktif ................................................ 61

v
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia kini telah mengalami permasalahan yang begitu kompleks di

segala aspek kehidupan. Salah satu contohnya adalah pada bidang perekonomian

yang tidak kunjung membaik. Hal ini ditandai dengan angka pengangguran yang

setiap tahun semakin meningkat. Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS) 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2017 data

pengangguran tercatat 5,33 persen atau 7,01 juta orang. Bila dibandingkan dengan

bulan Februari 2016 yang mencapai 5,50 persen, maka data pengguran terbuka

bulan Februari 2017 mengalami penurunan 0,17 persen atau 10.000 orang. Selain

itu, masih banyak sumber daya manusia di Indonesia yang kurang memiliki

kemauan, semangat serta kemampuan yang cukup untuk berkembang dan

bersaing dengan sumber daya manusia yang lain. Hal ini dapat dibenahi dengan

beberapa solusi, salah satu solusi yang berpengaruh dalam penggerak roda

perekonomian suatu negara adalah kewirausahaan.

Perekonomian negara merupakan tolak ukur kesuksesan suatu negara. Suatu

negara dikatakan sukses dalam pembangunan ekonomi jika telah menyelesaikan


2

tiga masalah inti dalam pembangunan. Ketiga masalah tersebut adalah angka

kemiskinan yang terus meningkat, distribusi pendapatan yang semakin memburuk

dan lapangan pekerjaan yang tidak variatif sehingga tidak mampu menyerap

pencari pekerjaan. Pertumbuhan bisa saja terhambat dengan adanya tingkat

pengangguran.

Perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi produk adalah cermin budaya yang

tidak juga mudah diubah dalam waktu singkat. Semakin maju suatu negara maka

akan semakin banyak orang yang terdidik, namun banyak pula orang yang

menganggur apabila seseorang tidak mau berusaha dalam mencari pekerjaan atau

menjadi wirausaha, maka semakin dirasakan pentingnya berwirausaha. Dalam hal

ini peranan seorang yang berwirausaha akan semakin dirasakan untuk

peningkatan taraf hidup masyarakat dengan semakin banyak yang berkarya.

Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka menurut Daerah Kota-Desa Provinsi


Lampung, Februari 2016 – Februari 2017
Daerah Februari 2016 Agustus 2016 Februari 2017
Tempat Absolut TPT Absolut TPT Absolut TPT
tinggal (000) (%) (000) (%) (000) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan 81,8 7,17 76,5 6,46 78,7 6,49
Perdesaan 101,7 3,51 113,8 3,87 110,4 3,61
Total 183,5 4,54 190,3 4,64 189,1 4,43
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2017:3)

Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa pengangguran terbuka pada daerah perkotaan

di Drovinsi Lampung pada Agustus 2016 sebanyak 6,46 persen atau setara dengan

76,5 ribu orang. Dan pada Februari 2017 sebanyak 6,49 persen atau setara dengan

78,7 ribu orang. Kemudian pada pengangguran terbuka di perdesaan pada Agustus
3

2016 yaitu 3,87 persenatau setara dengan 113,8 ribu orang. Dan pada bulan

Februari 2017 sebanyak 3,61 persen atau setara dengan 110,4 ribu orang. Dengan

jumlah demikian artinya, pengangguran terbuka pada perkotaan mengalami

kenaikan, dan pengangguran terbuka pada pedesaan mengalami penurunan.

Pembangunan sumber daya manusia perlu dilaksanakan dengan adanya

pengembangan kemampuan intelektual, keterampilan dan kreativitas sehingga

mempunyai keyakinan diri yang besar, mampu mandiri dan selalu berupaya

meningkatkan etos kerja. Dengan begitu akan mempermudah memperoleh

kesempatan kerja atau membuka usaha sendiri atau sering kita sebut wirausaha.

Pemerintah telah membuat gerakan wirausaha untuk mengatasi dan

mengantisipasi berbagai permasalahan, yaitu pengangguran, kesenjangan sosial

dan kemandirian ekonomi. Kewirausahaan menjadi pokok pembicaraan yang

penting bagi negara kita yang sudah memasuki zona perdagangan bebas secara

regional maupun internasional.

Kewirausahaan menjadi topik hangat yang banyak dibahas dalam kajian praktis

maupun akademis. Pembahasan mengenai kewirausahaan atau Entrepreneurship

memang sering diperbincangkan oleh banyak kalangan. Kewirausahaan yang

muncul dalam keluarga ataupun kelompok masyarakat merupakan suatu aset yang

sangat berharga. Bahkan bagi bangsa Indonesia keseluruhan, kegiatan

kewirausahaan akan membantu perekonomian Indonesia dan mensejahterakan

rakyat. Pada saat ini, Indonesia masih tertinggal dalam masalah perekonomian,

hal ini disebabkan karena rendahnya pertumbuhan ekonomi, banyaknya jumlah


4

pengangguran, kemiskinan dan kesenjangan penghasilan. Dalam konteks bisnis,

menurut Hisrich dalam Rosmiati (2015: 23) bahwa kewirausahaa diartikan

sebagai sebuah proses dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan oleh

individu yang menanggung risiko utama dalam hal modal waktu, dan komitmen

karir atau menyediakan nilai bagi beberapa produk atau jasa. Produk atau jasa

mungkin dapat terlihat unik ataupun tidak, tetapi dengan berbagai cara nilai akan

dihasilkan oleh seseorang pengusaha dengan menerima dan menempatkan

keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan.

Dalam hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa kewirausahaan dapat membantu

menyediakan begitu banyak kesempatan kerja, berbagai kebutuhan konsumen,

jasa pelayanan, serta menumbuhkan kesejahteraan dan tingkat kompetisi suatu

negara. Seiring dengan berkembangnya arus globalisasi, kewirausahaan juga

semakin menjadi perhatian penting dalam menghadapi tantangan globalisasi yaitu

kompetisi ekonomi global dalam hal kreativitas dan inovasi (Peterson dan Lee

dalam Sismayadi, 2016:4). Hal ini disebabkan karena organisasi-organisasi yang

terampil dalam berinovasi, sukses menghasilkan ide-ide baru, akan mendapatkan

keunggulan bersaing dan tidak akan tertinggal di pasar dunia yang terus berubah

dengan cepat (West dalam Sismayadi 2016: 5).

Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah

para wirausahawan. Dunia entrepreneur merupakan dunia yang unik, itulah

sebabnya mengapa entrepreneur atau wirausahawan dituntut selalu kreatif dan

inovatif setiap waktu. Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah


5

usaha yang berhadapan dengan risiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh

keuntungan dan mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi

kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan (Rosmiati, et

al.,2015: 21). Berwirausaha tidak hanya dimiliki oleh para lelaki, tetapi

perempuan pun saat ini mulai tergerak untuk membuat suatu usaha yang dapat

dijadikan tumpuan hidupnya. Mengingat kondisi sosial ekonomi sedang lemah

serta sulitnya mencari pekerjaan di sektor pemerintahan atau pegawai negeri sipil

yang membutuhkan berbagai persyaratan melalui jenjang pendidikan. Maka

situasi tersebut menimbulkan semakin banyak peluang bagi perempuan untuk

mencari atau membentuk usaha pibadi melalui gagasan atau ketrampilan yang

dimiliki dan dengan modal yang fleksibel.

Sektor kewirausahaan merupakan salah satu bidang usaha yang menjadi pilihan

bagi banyak perempuan untuk pembuktian kemampuan dirinya dalam berusaha.

Sudah banyak perempuan yang membuktikan dirinya mampu untuk menjadi

pengusaha dari tingkat usaha kecil, menengah, dan besar, dengan maksud untuk

membantu suami mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga ataupun sebagai

wahana beraktifitas dan berkreatifitas dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ini

perempuan tidak lagi hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan bergantung

pada suaminya. Perempuan termasuk salah satu komponen penting yang juga

diharapkan dapat mengisi pembangunan.

Sebagian besar para pengusaha adalah kaum laki-laki. Hal ini mungkin karena

wirausaha sangat besar perannya di lapangan. Namun saat ini kaum perempuan
6

pun berani terjun di bidang kewirausahaan. Fenomena ini terjadi seperti kaum

perempuan yang memiliki kesadaran untuk semakin terlihat dalam kehidupan

sosial, politik, maupun ekonomi. Mereka semakin berusaha mengaktualisasikan

dirinya. Kaum perempuan mulai menunjukkan kebutuhan mereka untuk dapat

berprestasi atau mencapai suatu keberhasilan sebagai salah satu cara untuk

mengaktualisasikan dirinya. Kaum perempuan mulai menunjukan kebutuhan

mereka untuk dapat berprestasi atau mencapai suatu keberhasilan sebagai salah

satu cara untuk mengaktualisasikan dirinya.

Tabel 1.2 Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka menurut Jenis


Kelamin Provinsi Lampung, Februari 2016 – Februari 2017
Februari 2016 Agustus 2016 Februari 2017
Daerah Tempat
Absolut (%) Absolut (%) Absolut (%)
Tinggal
(000) (000) (000)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Angkatan 4 038,3 68,63 4 121,7 69,61 4 271,2 71,63
Kerja(TPAK)
Laki-laki 2 600,7 86,16 2 616,6 86,18 2 674,3 87,46

Perempuan 1 437,6 50,17 1 505,1 52,17 1 596,9 54,97

Pengangguran 183,5 4,54 190,3 4,62 189,1 4,43


Terbuka (TPT)
Laki-laki 108,0 4,15 117,2 4,48 99,2 3,71
Perempuan 75,5 5,25 73,2 4,86 89,9 5,63

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2017:4)

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja perempuan di Provinsi

Lampung pada Agustus 2016 sebanyak 52,17 persen, atau setara dengan 1.505,1

ribu orang. Dan pada Februari 2017 meningkat menjadi 54,97 persen atau setara

dengan 1.596,9 ribu orang. Dengan jumlah demikian, artinya kemungkinan

perempuan untuk bekerja akan meningkat kembali. Dengan jumlah angkatan kerja
7

yang cukup banyak tersebut, maka jumlah tenaga kerja yang terserap cukup

banyak.

Perkembangan teknologi yang demikian cepat, mau tidak mau juga turut

mempengaruhi pola pikir atau wawasan pemikiran kaum perempuan. Perempuan

tidak lagi hanya berpikir untuk tinggal di rumah dan menjalankan peran

tradisional yang ditetapkan di dalam masyarakat. Tetapi saat ini mulai terjadi

pergeseran peran, dari peran tradisional menuju peran modern. Dengan keadaan

ini, perempuan tidak lagi memandang perannya di dalam masyarakat atau

keluarga yang hanya sebatas istri atau ibu rumah tangga saja, tetapi mereka dapat

mengembangkan diri dengan melakukan peran yang lain yaitu melalui pekerjaan

di luar rumah. Selain itu, pergeseran budaya dari masyarakat tradisional ke

masyarakat modern memberikan peluang bagi kaum perempuan untuk

menyejajarkan diri dengan kaum laki-laki untuk berprestasi, kuat dan mandiri.

Perempuan Indonesia terus diberdayakan untuk membangun kemandirian

ekonomi di Indonesia. Wujud nyata situasi ini dapat dirasakan dengan melihat

semakin banyaknya perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi, terjun

kedalam bidang pemerintahan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang

sebelumnya hanya dilakukan oleh pria saja. Semakin meningkatnya jumlah

keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi ditandai dua proses yakni

peningkatan dalam jumlah perempuan yang terlibat dalam pekerjaan di luar rumah

tangga dan peningkatan dalam jumlah bidang pekerjaan yang dapat dimasuki oleh

perempuan (Abdullah dalam Sismayadi, 2016: 8). Salah satu jenis pekerjaan yang
8

cukup berkembang dan cukup banyak dilakukan oleh para perempuan adalah

pembangunan suatu usaha sendiri sesuai dengan minat yang di milikinya, atau

bisa disebut berwirausaha. Jika mereka berperan menjadi entrepreneur atau

wirausaha, pasti akan membawa perubahan yang besar terhadap kemajuan bangsa

ini.

Perempuan termasuk salah satu komponen penting yang juga diharapkan dapat

mengisi pembangunan. Menurut Mc. Clelland (1961: 127) untuk menjadi negara

maju dan makmur, minimal jumlah wirausaha yang dibutuhkan adalah 2% dari

total jumlah penduduk. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduk Indonesia,

dimana Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung 2017, melaporkan

berdasarkan data Susenas 2014 dan 2015 hampir setengah dari 254,9 juta jiwa

penduduk adalah perempuan. Data (BPS) Provinsi Lampung 2017, menunjukan

dari total tersebut penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta jiwa sementara

perempuan sebanyak 126,8 juta jiwa.

Kebanyakan para perempuan dapat memulai berwirausaha karena adanya

motivasi yang kuat yang mendorong tindakan-tindakan mereka. Mereka

mengetahui dengan baik yang menjadi motivasinya dan memelihara motivasi

tersebut dalam setiap tindakannya. Baum, J. R., et al., (2007: 36) menjelaskan

bahwa motivasi dalam kewirausahaan meliputi motivasi yang diarahkan untuk

mencapai tujuan kewirausahaan, seperti tujuan yang melibatkan pengenalan dan

eksploitasi terhadap peluang bisnis. Motivasi untuk mengembangkan usaha baru

diperlukan bukan hanya oleh rasa percaya diri dalam hal kemampuannya untuk
9

berhasil, namun juga oleh kemampuannya dalam mengakses informasi mengenai

peluang kewirausahaan.

Kabupaten Lampung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung

Indonesia. Ibu kota ini terletak di Sukadana. Kabupaten Lampung Timur memiliki

luas wilayah 5.325,03 km2 dan berpenduduk sebesar 1.008.797 jiwa (Statistik

2015). Kabupaten ini memiliki semboyan “Bumi Tuwah Bepadan”. Saat ini

Kabupaten Lampung Timur dipimpin oleh seorang bupati perempuan yaitu Ibu

Hj. Chusnunia Chalim, yang dikenal masyarakat luas dengan sapaan akrab Mbak

Nunik. Kabupaten Lampung Timur menjadi kabupaten pertama di Sumatera yang

di pimpin oleh perempuan. Pemilihan kepala daerah (pilkada) yang dilakukan

serentak pada tanggal 9 Desember 2015 lalu, menghasilkan catatan sejarah bagi

Kabupaten Lampung Timur (Amrozi, 2016: 1) dalam artikel JURNAS.COM.

Dikutip dalam (BPS) Kabupaten Lampung Timur 2016, Lampung Timur memiliki

24 Kecamatan, salah satunya yaitu Pekalongan. Pekalongan memiliki wilayah

dengan luas 110,04 km2. Wilayah administratif ini terbagi menjadi 12 desa.

Jumlah penduduk laki-laki 25.061 jiwa dan jumlah penduduk perempuan

sebanyak 24.200 jiwa. Sebagian besar industri pengolahan yang ada di

Pekalongan dikelompokkan sebagai industri rumah tangga dengan jumlah 1.878

unit industri. Selain itu terdapat pula 21 perusahaan industri kecil dan sebuah

industri yang sedang beroperasi di kecamatan ini.


10

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan latar belakang yang telah dipaparkan,

dapat diidentifikasi permasalahan yang terjadi yaitu, saat ini wirausaha tidak

hanya kaum laki-laki tetapi juga kaum perempuan dengan berbagai alasan dan

landasan yang mendasar namun terdapat beberapa motivasi dan minat lainnya

yang bisa saja menjadi alasan tersendiri bagi seorang perempuan menekuni

wirausaha, maka dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini

dengan judul: “Motivasi Perempuan dalam Berwirausaha (Studi pada

Perempuan Wirausaha di Pekalongan Lampung Timur)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka rumusan masalah yang

akan diteliti adalah:

Bagaimana motivasi perempuan dalam berwirausaha di Pekalongan Lampung

Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui motivasi perempuan dalam berwirausaha di Pekalongan Lampung

Timur.
11

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Aspek teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan

menjadi salah satu sumber referensi bagi penelitian selanjutnya dalam

bidang kewirausahaan dan manajemen sumber daya manusia, dan

memberi sumbangan informasi mengenai motivasi dan minat perempuan

dalam berwirausaha.

2. Aspek praktis, sebagai bahan pertimbangan pembuatan kebijakan Dinas

Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan.


12

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wirausahawan dan Kewirausahaan

2.1.1 Definisi Wirausahawan dan Kewirausahaan

Wirausahawan mengandung beberapa pengertian yang berbeda-beda menurut

pandangan beberapa ahli, diantaranya adalah:

Menurut Zimmerer, et al., (2008: 47) wirausahawan adalah seorang individu yang

dapat menciptakan bisnis baru menghadapi risiko dan ketidakpastian agar dapat

memperoleh laba dan meningkatkan pertumbuhan dengan mengidentifikasi

peluang-peluang melalui kombinasi sumber daya yang diperoleh untuk

mendapatkan manfaatnya. Menurut Babtiste Say dalam Winardi (2003: 4)

wirausahawan adalah seseorang yang memiliki seni serta keterampilan untuk

menciptakan perusahaan-perusahaan baru dan memiliki pemahaman apa yang

dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Adam Smith dalam Winardi (2003: 4)

wirausahawan adalah individu yang menciptakan organisasi untuk tujuan

komersial. Dijelaskan juga bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang

memiliki pandangan dan pemikiran kedepan yang dapat melihat adanya peluang

dan perubahan-perubahan ekonomi. Dengan kata lain seorang wirausaha juga

merupakan pelaku ekonomi yang dapat merubah permintaan menjadi penawaran.

Sedangkan menurut Kristanto dalam Rahmidani (2014: 39) berpendapat bahwa


13

kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak seseorang

yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia

nyata secara kreatif.

Kewirausahaan dikatakan oleh Drucker dalam Sismayadi (2016: 19) sebagai suatu

semangat, kemampuan, sikap, perilaku individu dalam menangani usaha atau

kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara

kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam

memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih

besar. Hisrich & Brush dalam Sismayadi (2016: 19) menyatakan bahwa

kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang berbeda nilainya dengan

jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan untuk menanggung risiko

finansial, psikologikal serta sosial dan menerima hasil-hasil berupa imbalan

moneter dan kepuasan pribadi sebagai dampak dari kegiatan tersebut.

Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki

oleh orang lain, kemampuan yang dimilikinya terdiri dari kemampuan untuk

memanfaatkan peluang, memanfaatkan sumber daya, berani menghadapi risiko.

Peluang yang ada tersebut dimanfaatkan untuk menciptakan bisnis baru dengan

keberanian dan semangat untuk menghadapi tantangan yang akan muncul pada

keputusan yang dibuatnya agar tujuan yang diinginkannya dapat tercapai.


14

2.1.2 Karakteristik Wirausaha

Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan dan

bermotivasi tinggi dan berani mengambil risiko dalam mengejar tujuannya.

Terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha diantaranya

dibahas oleh beberapa ahli, antar lain:

Zimmerer, et al., (2008: 23) mengemukakan tentang karakteristik sikap dan

perilaku kewirausahaan yang berhasil dengan diperluas sebagai berikut:

a. Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang

bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha.

b. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam

mengontrol sumber daya yang digunakan maupun tanggung jawab terhadap

keberhasilan berwirausaha.

c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk selalu mencari peluang.

d. Tolerance for risk, ambiguity and uncertainty, yaitu tahan terhadap risiko

dengan cara mentransfer risiko ke pihak lain seperti banker, investor,

konsumen, pemasok dan lain sebagainya.

e. Self confidence, yaitu percaya diri. Cenderung optimis dan memiliki

keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.

f. Creatifity and flexibility, yaitu berdaya-cipta dan luwes.

g. Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang

segera. Selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakan.

h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi

i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul.


15

j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang.

k. Willingness to learn from failure, yaitu keinginan belajar dari kesalahan

l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kemimpian. Wirausaha yang

berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan,

dalam hal ini ia harus memiliki taktik mediator dan negotiator daripada

dictator.

Terdapat beberapa karakteristik dari wirausaha yang berhasil memiliki sifat-sifat

yang dikenal dengan istilah 10 D dikemukakan oleh Bygrafe dalam Alma (2009:

58) yaitu:

1. Dream, wirausaha mempunyai visi tentang keinginan di masa depan dalam

kehidupan pribadi dan usahanya, serta berusaha untuk menggunakan

kemampuannya untuk mewujudkan visi tersebut.

2. Decisivenese, wirausaha tidak bekerja lambat. Keputusan yang diambilnya

merupakan keputusan yang cepat, namun tetap penuh perhitungan. Kecepatan

dan ketepatan dalam mengambil keputusan merupakan faktor utama dalam

kesuksesan dalam bisnis.

3. Doers, setelah keputusan sudah diambil, maka wirausaha langsung

mengambil tindakan lebih lanjut. Kegiatannya dilakukan dengan cepat tanpa

ditunda-tunda.

4. Determination, kegiatan yang dilakukan oleh wirausaha dilakukan dengan

penuh perhatian. Ia memiliki sikap tanggung jawab dan tidak mudah

menyerah pada suatu halangan.


16

5. Dedication, wirausaha mendedikasikan dirinya pada bisnis yang dijalankan

dengan sungguh-sungguh, tidak jarang mereka mengorbankan keluarganya

dan kesenangan dirinya untuk sementara waktu.

6. Devotion, wirausaha mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya.

Kecintaannya pada pekerjaan membuat ia terdorong untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

7. Details, wirausaha memperhatikan segala faktor yang ada tanpa mengabaikan

faktor sekecil apapun yang dapat menghambat berjalannya bisnis.

8. Destiny, wirausaha bertanggung jawab pada nasib dan tujuan yang ingin

dicapai. Ia menyukai kebebasan tanpa bergantung pada orang lain.

9. Dollars, motivasi wirausaha tidak hanya untuk mendapatkan uang. Melainkan

uang digunakan sebagai ukuran kesuksesan yang telah diraihnya. Ia merasa

layak untuk mendapatkan keuntungan jika bisnisnya sudah dapat berjalan

dengan sukses.

10. Distribute, wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya pada

orang yang telah dipercaya. Orang-orang kepercayaannya merupakan orang

yang memiliki semangat dalam berwirausaha dan jalan pikiran yang sama.

Alma (2009: 4) mengemukakan bahwa dalam menjalankan setiap pekerjaan pasti

terdapat keuntungan dan kelemahan, begitu juga dengan profesi sebagai

wirausaha terdapat keuntungan dan kelemahan berikut:

Keuntungan menjadi wirausaha:


17

a. Memiliki peluang yang lebih besar untuk mencapai tujuan yang diinginkan

tanpa harus mengikuti perintah orang lain. Sehingga seorang wirausaha

memiliki kebebasan dalam menentukan jalannya usaha mereka.

b. Memiliki peluang yang besar untuk menunjukkan kemampuan dan

potensinya kepada orang lain tanpa adanya persaingan.

c. Dapat memiliki keuntungan dan manfaat secara penuh yang dihasilkan oleh

usahanya.

d. Memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi seorang pemimpin.

Kerugian menjadi wirausaha:

a. Pendapatan yang tidak pasti setiap bulan maupun setiap harinya, menanggung

risiko yang lebih besar dibandingkan menjadi seorang karyawan.

b. Memiliki jam kerja yang tidak pasti dan harus bekerja keras untuk meraih

kesuksesan pada awal pendirian usahanya.

c. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai kesuksesan telah diraih karena

harus meluangkan waktu ekstra untuk menjalankan usahanya sehingga harus

mengabaikan yang lain seperti keluarga, hiburan, dan lain-lain.

d. Memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjalankan usaha karena harus

mengelola segala fungsi bisnis yang ada mulai dari pemasaran, keuangan,

manajemen, dan mengambil keputusan dengan tepat.


18

Menurut Suryana (2010: 54) secara umum karakteristik seorang wirausaha adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki motivasi untuk berprestasi.

b. Berorientasi ke masa depan.

c. Tanggap dan kreatif dalam menanggapi perubahan.

d. Memiliki jaringan usaha.

e. Memiliki jiwa kepemimpinan

Motivasi Motivasi ke masa


berprestasi depan
Pekerja keras, Visioner, berfikir
pantang menyerah, positif dan
semangat, dan pengetahuan
berkomitmen.

KARAKTER
WIRAUSAHA

Memiliki jaringan Tanggap dan


usaha kreatif menghadapi
perubahan
Jaringan kerja, Berjiwa
banyak teman dan kepemimpinan Berfikir kritis,
kerja sama. menyenangkan,
Keberanian proaktif, kreatif,
bertindak, tim yang inovatif, Efisien,
baik, berjiwa besar, dan produktif.
berani mengambil
risiko dan Having
mentor terbuka.

Sumber: Suryana (2010: 54)

Gambar 2.1 Karakteristik Wirausahawan


19

Diantara sekian banyak kontribusi wirausaha tersebut adalah fungsinya sebagai:

a. Penciptaan lapangan usaha dan lapangan pekerjaan.

b. Salah satu penggerak utama dalam kegiatan ekonomi.

c. Pembayar pajak terbanyak dan terbesar negara.

d. Pendorong dan pelaku perubahan dan inovasi.

e. Penciptaan keunggulan dan daya saing.

2.1.3 Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Wirausaha

Ada beberapa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirauaha, diantaranya

yaitu:

Tabel 2.1 Sifat yang Harus Dimiliki Seorang Wirausaha

Ciri-Ciri Watak

a. Percaya Diri 1. Kepercayaan (keteguhan)


2. Ketidaktergantungan, kepribadian mantap
3. Optimisme
b. Berorientasikan tugas dan 1. Kebutuhan atau haus akan prestasi
hasil 2. Berorientasi laba atau hasil
3. Tekun dan tabah
4. Penuh inisiatif
5. Energik
6. Penuh inisiatif
c. Pengambilan Resiko 1. Mampu mengambil resiko
2. Suka pada tantangan
d. Kepemimpinan 1. Mampu memimpin
2. Dapat bergaul dengan orang lain
3. Menanggapi saran dan kritik
e. Keorisinilan 1. Inovatif (pembaharu)
2. Kreatif
3. Fleksibel
4. Banyak sumber
5. Serba bisa
6. Mengetahui banyak
f. Berorientasi ke masa depan 1. Pandangan ke depan
2. Perseptif
Sumber :Marbun dalam Alma, Buchari (2009: 39)
20

a. Percaya Diri

Orang yang tinggi percaya diri adalah orang yang sudah menantang jasmani

dan rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang independen dan

sudah mencapai tingkat maturity (kematangan individu). Karakteristik

kematangan seseorang adalah tidak tergantung pada orang lain, seseorang

memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, objektif, dan kritis. Tidak begitu

saja menyerap pendapat atau opini orang lain, tetapi dia mempertimbangkan

secara kritis. Berdasarkan penjelasan tersebut, percaya diri tinggi akan

membantu seseorang wirausaha yakin dengan kemampuan yang dimiliki.

Seorang wirausaha akan lebih mempertimbangkan segala hal yang akan

dijalankan dalam usahanya.

b. Berorientasi pada Tugas dan Hasil

Wirausahawan tidak memperhatikan prestise dulu, prestasi kemudian.

Wirausahawan lebih suka pada prestasi baru kemudian setelah berhasil

prestisenya akan naik. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika kita

berusaha menyingkirkan prestise. Berdasarkan paparan tersebut, seorang

wirausaha harus berorientasi pada tugas dan hasil. Wirausahawan harus

mengutamakan pekerjaannya, dengan pekerjaan yang dilakukan secara

maksimal maka akan mendapatkan sebuah prestasi atau hasil yang

didapatkan.
21

c. Pengambilan Risiko

Anak muda sering dikatakan menyukai tantangan. Inilah salah satu faktor

pendorong anak muda menyenangi olah raga yang penuh resiko dan

tantangan. Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa dalam wirausaha yang penuh

tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan

sebagainya. Semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan.

Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus bisa mengambil

resiko. Kesulitan dalam mengembangkan atau menjalankan usaha adalah

sebuah resiko yang akan dihadapi.

d. Kepemimpinan

Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu. Sifat

kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih tetapi tergantung pada

masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi atau

orang yang dipimpin. Berdasarkan paparan tersebut, sifat kemimpinan harus

melekat pada diri wirausahawan. Wirausahawan adalah seseorang yang akan

memimpin jalannya sebuah usaha, wirausahawan harus bisa memimpin

pekerjanya agar dapat menjalankan usaha dengan baik.

e. Keorisinilan

Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinil ialah sifat

tidak mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide

yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak

berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil


22

kombinasi baru atau reintegrasi atau komponen-komponen yang sudah ada,

sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Berdasarkan paparan tersebut, sifat

keorisinilan behubungan dengan mengkombinasikan berbagai hasil usaha

yang ada dengan hal yang asing. Menciptakan inovasi sangat penting untuk

bersaing demi melancarkan sebuah usaha, karena inovasi akan menciptakan

sebuah kreasi atau hal baru yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan

sebuah usaha.

f. Berorientasi ke Masa Depan

Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi kedepan apa yang

hendak dilakukan. Sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi

untuk selamanya. Faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus

ditujukan jauh ke depan. Dalam menghadapi pandangan ke depan, seorang

wirausaha akan menyusun perencanaan dan setrategi yang matang, agar jelas

langkah yang akan dilaksanakan. Berdasarkan paparan tersebut, orientasi ke

masa depan harus diperhatikan. Sebuah usaha tidak semata-mata musiman,

usaha dijalankan untuk selamanya. Strategi yang matang akan membuat

sebuah usaha akan berjalan berkelanjutan. Berdasarkan definisi di atas,

seorang wirausaha mempunyai sifat yang harus melekat pada dirinya.

Seorang wirausaha dapat menjalankan usahanya jika mempunyai pencaya diri

yang tinggi, harus bisa mengkodisikan bidang usaha untuk maju, bisa

memimpin pekerja, dan bisa merencanakan usaha secara matang juga

mengutamakan pekerjaan daripada hasil.


23

Menurut Kuncara dalam Sofia (2017: 19) kunci sukses seorang pengusaha di

dalam memenangkan pasar adalah kekuatan peranan dalam berinovasi dan

menciptakan ide-ide brilian dalam menembus market share. Inovasi bukanlah

berarti menciptakan sebuah produk baru. Inovasi dapat berwujud mulai dari baik

dalam bentuk jasa maupun produk. Inovasi juga bisa dilakukan dengan

mengamati produk atau jasa yang sudah ada, kemudian melakukan modifikasi

untuk membuat hasil yang lebih baik atau dari modifikasi tersebut akan

melahirkan sebuah produk baru lagi. Salah satu metode inovasi adalah ala Jepang,

yaitu dengan prinsip ATM; Amati Tiru Modifikasi.

Dalam hal pelaksanaan kewirausahaan, terdapat tiga faktor yang berperan dalam

kesuksesan wirausahawan, yaitu:

1. Kepribadian. Tidak ada kepribadian ideal untuk menjadi wirausahawan, akan

tetapi dia harus memiliki beberapa keterampilan yang bisa dipelajari. Yang

diperlukan adalah mengambil keputusan dengan penuh keyakinan.

Wirausahawan tidak hanya memiliki sifat kreatif dan inovatif, tetapi juga

kemampuan manajerial, keterampilan bisnis, dan relasi yang baik.

2. Pengalaman. Peniliti meyakini faktor pengalaman sehari-hari dan kecakapan

menjadi kunci keberhasilan. Seorang wirausahawan harus mengumpulkan

informasi dan bertindak berdasarkan informasi tersebut. Dengan demikian,

kesuksesan juga berkaitan dengan persiapan dan perencanaan yang matang.

3. Pembimbing, separuh wirausahawan sukses memiliki orang tua yang juga

wirausahawan atau panutan.


24

Dengan semakin berkembangnya dunia kewirausahaan, maka muncul persepsi

umum bahkan steroetipe tentang wirausahawan sukses seperti mitos-mitos.

Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak pendiri perusahaan

terkemuka yang menjadi sukses karena menolak menjadi seperti wirausahawan

pada umumnya. Salah satu contoh mitos dalam kewirausahawan adalah modal

merupakan keharusan untuk perusahaan pemula. Namun realitasnya, modal akan

datang dengan sendirinya bila wirausahawan memiliki pengalaman dan

keterampilan. Oleh karena itu, kewirausahaan bukanlah suatu tujuan akhir, tetapi

suatu jalan untuk bisa melihat dan meraih cita-cita mereka. Dinamika dan

kompleksitas proses kewirausahaan memerlukan suatu kecerdasan tersendiri.

Sehingga seorang jenius belum tentu bisa menjadi wirausahawan sukses,

kecerdasan membutuhkan keterampilan dan sifat-sifat lain yang dibutuhkan dalam

berwirausaha.

2.1.4 Berbagai Macam Profil Wirausaha

Menurut Zimmerer, et al., (2008: 41), jika diperhatikan wirausaha yang ada

dimasyarakat sekarang ini, maka dijumpai berbagai macam profil wirausaha yaitu:

1. Women Entrepreneur

Banyak wanita yang terjun kedalam bisnis. Alasan mereka menekuni bidang

bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan

kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap

pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.


25

2. Monitori Entrepreneur

Kaum minoritas terutama di negara kita Indonesia kurang memiliki

kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga

negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan

bisnis dalam kehidupan sehari-hari.

3. Immigrant Entrepreneurs

Kaum pedagang yang memasuki sesuatu daerah biasanya sulit untuk

memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun

dalam pekerjaan yang bersifat non-formal yang dimulai dari berdagang keci-

kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

4. Part Time Entrepreneurs

Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time merupakan pintu

gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part-time tidak

mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada

sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau

mengembangkan suatu hobi yang menarik.

5. Home-Based Entrepreneurs

Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah

tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan,

mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya. Akhirnya usaha

semakin lama semakin maju.

6. Family-Owned Business

Sebuah keluarga dapat memulai membuka berbagai jenis cabang dan usaha.

Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak, setelah usaha
26

bapak ini maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Masing-masing

usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak-anak mereka.

7. Copreneurs

Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as co-owners of

their business. (Copreneur adalah pasangan wirausaha yang bekerja bersama-

sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka). Copreneur dibuat dengan

cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian

masing-masing orang.

Menurut Zimmerer, et al., (2008:26) bahwa terdapat keragaman budaya dalam

membentuk struktur kewirausahaan, antara lain :

1. Wirausahawan muda, adalah wirausaha yang banyak didominasi oleh

generasi muda yang memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka yaitu

mereka yang berumur awal 20-an tahun.

2. Wirausahawan perempuan, banyak wanita yang terjun ke dalam bidang

bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor–faktor

antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu

ekonomi keluarga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

3. Wirausahawan minoritas yaitu kaum minoritas di negara kita Indonesia

kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintahan sebagaimana

layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha

menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari–hari. Demikian pula para

perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu

daerah, mereka juga berniat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis ini


27

semakin lama semakin maju, dan arena mereka membentuk organisasi

minoritas di kota–kota tertentu.

4. Wirausahawan imigran yaitu kaum pedagang yang memasuki suatu daerah

biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka

lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersikap non formal yang dimulai

dari berdagang kecil–kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan

tingkat menengah.

5. Wirausahawan paruh waktu yaitu orang yang memulai bisnis dalam mengisi

waktu lowong merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha

besar. Bekerja paruh waktu tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain

misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor bermaksud mengembangkan

hobinya untuk berdagang atau mengembangkan hobi yang menarik. Hobi ini

akhirnya mendapat keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih

profesi, dan berhenti menjadi pegawai dan beralih bisnis yang merupakan

hobinya.

6. Bisnis rumahan, sekarang bisnis rumahan lebih beragam, para wirausahawan

rumahan yang modern lebih cenderung menjalankan perusahaan-perusahaan

jasa atau perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi dengan tingkat

keberhasilan bisnis rumahan cukup tinggi.

7. Bisnis keluarga, bisnis yang pengendalian keuangannya dilakukan oleh satu

atau lebih anggota keluarga. Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis

cabang dan usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dahulu oleh

Bapak setelah usaha Bapak ini maju dibuka cabang baru dan di kelola Ibu.
28

Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin

jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda.

8. Wirasutri, adalah sepasang suami-istri wirausahawan yang bekerja bersama

sebagai rekan kerja dalam bisnis mereka. Wirasutri di buat dengan cara

menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing–masing orang.

Orang–orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab

divisi tertentu dari bisnis–bisnis yang sudah ada.

9. Wirausahawan sosial, adalah wirausaha yang menggunakan berbagai keahlian

mereka tidak hanya untuk membuat bisnis menjadi menguntungkan, tetapi

juga untuk mencapai tujuan sosial dan lingkungan bagi kebaikan bersama.

2.1.5 Faktor-Faktor Penghambat Berwirausaha.

Menurut Arif dan Nian dalam Sofia (2017: 16) apabila kita membaca buku-buku

yang bercerita tentang kisah kesuksesan seseorang dalam berwirausaha, biasanya

mereka mencapai kesuksesan adalah individu-individu yang mampu mengatasi

hambatan-hambatan yang ditemuinya dalam berwirausaha. Kita pun akan

berhadapan dengan beberapa hambatan ketika akan berwirausaha. Tidak sedikit

diantara kita, ketika dihadapkan pada hambatan , membuat kita mengurangi niat

untuk memulai berwirausaha.

Namun, tidak sedikit pula dari mereka para wirausaha yang berhasil menghadapi

hambatan dan pada akhirnya menjadi pengusaha sukses. Oleh karena itu ketika

kita ingin memulai berwirausaha dan dihadapkan pada hambatan, jangan lantas

membuat kita mundur. Justru hambatan tersebut dapat dijadikan tantangan


29

berharga untuk menggapai kesuksesan. Untuk mampu mengatasi berbagai

hambatan, yang dilakukan pertama kali adalah mengetahui hambatan yang

menghadang. Hambatan-hambatan berwirausaha diantaranya:

a. Modal.

Untuk memulai sebuah usaha, modal pada umumnya menjadi kendala.

Namun bukan berarti kita menyerah begitu saja. Selama ada keinginan maka

modal akan kita dapatkan. Banyak sumber yang bisa dijadikan sumber modal

diantaranya berbagai kredit soft loan yang ditawarkan pemerintah melalui

instansi terkait, kredit perbankan, pemilik modal, dan sebagainya. Untuk

mendapatkan itu semua, perlu strategi dan teknik-teknik khusus untuk

mendapatkan modal.

b. Usia.

Usia sering kali menjadi hambatan ketika seseorang akan berwirausaha.

Sebagian besar merasa sudah terlalu tia, seingga banyak diantara kita enggan

memulai sesuatu yang baru seiring dengan usia yang semakin senja. Dalam

dunia modern, wirausaha sering kali dimanfaatkan tidak hanya sebagai alat

ekonomi, namun juga sebagai gaya hidup yang memenuhi kebutuhan manusia

yang begitu kompleks.

c. Bakat.

Bakat adalah kemampuan potensia dalam diri seseorang, baik yang sudah

dikembangkan maupun yang belum. Sering kali bakat seseorang jelas terlihat

bila ia melakukan sesuatu aktivitas dan ia dapat dengan cepat belajar dan

berhasil pada bidang tersebut. Bakat sering kali terlepas dari pengaruh

lingkungan, namun tidak begitu besar dampaknya. Banyak diantara kita


30

ketika akan memulai berwirausaha merasa tidak memiliki bakat. Padahal

wirausaha adalah sesuatu yang bisa dipelajari.

d. Tingkat Pendidikan.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, banyaknya pengangguran dialami oleh

para lulusan diploma dan sarjana. Hal ini disebabkan mindset yang terbangun

di masyarakat, ketika seseorang sudah menyelesaikan pendidikan tinggi,

maka individu tersebut hanya pantas bekerja kantoran dengan penampilan

rapih. Akibatnya, banyak diantara kita yang sudah berpendidikan tinggi,

justru merasa sebagai penghambat ketika kita ingin berwirausaha.

e. Persepsi terhadap Risiko dan Kegagalan.

Kewirausahaan adalah suatu proses peningkatan kesejahteraan yang dinamis.

Penciptaan kesejahteraan tersebut tentunya dibarengi dengan risiko-risiko

yang ada, diantaranya dari sisi equity (untung dan rugi), waktu dan komitmen

untuk mencari nilai pada suatu produk atau jasa. Oleh karena itu, apabila kita

kan memulai berwirausaha, maka risiko dan kegagalan bukanlah penghalang

kesuksesan, tetapi justru dengan adanya risiko dan kegagalan bisa dijadikan

pengalaman untuk meraih kesuksesan yang tertunda.

f. Tingkat Kreativitas.

Setiap manusia dibekali dua bagian otak, yaitu otak kanan dan kiri. Pada

umumnya manusia lebih banyak menggunakan otak kiri dibandingkan otak

kanannya. Otak kiri berfungsi untuk menganalisis susuatu secara sistematis

dan linier, sedangkan otak kanan berfungsi untuk hal-hal yang bersifat kreatif,

imajinatif dan tidak linier. Yang menjadi masalah adalah sistem pendidikan

yang cenderung lebih banyak menekan pada penggunaan otak kiri


31

dibandingkan otak kanan sehingga kita terbiasa menyikapi sesuatu dengan

berfikir analitis dan sistematis secara linier dan kurang berani menganalisis

sesuatu dengan pemikiran yang lebih kreatif dan out of the box.

g. Lingkungan Usaha.

Pada umumnya, ketika kita akan memulai usaha baru, kita dihadapkan pada

kondisi lingkungan yang kurang kondusif, diantanya yaitu: akses ke pasar,

akses ke perbankan yang berkaitan dengan infrastruktur, masalah yang

berkaitan dengan birokrasi dan peraturan.

2.2 Perempuan

2.2.1 Perempuan Pengusaha (Woman Entrepreneur)

Perempuan pengusaha (woman entrepreneur) menurut Rachmawati (2011:10)

berasal dari kata woman dan entrepreneur. Maksudnya adalah wanita yang

menjalankan bisnis atau berwirausaha namun tetap tidak meninggalkan perannya

sebagai ibu rumah tangga. Berbagai bisnis dapat dijalankan oleh wanita dari

rumah, mendapatkan penghasilan tambahan tanpa mengurangi waktu berkumpul

dengan keluarga. Menjadi seorang perempuan pengusaha bukanlah hal yang

mudah karena perempuan dituntut untuk menjalankan usahanya tanpa

meninggalkan perannya dalam rumah tangga. Berbeda dengan zama dahulu, kini

perempuan bukan cuma berperan sebagai ibu rumah tangga saja dan bukan lagi

kaum yang berada di bawah dominasi para laki-laki. Kini konsep persamaan

gender telah bisa diterima masyarakat, bahwa perempuan dan laki-laki setara.

Pada umumnya orang terdorong untuk membuka usaha sendiri karena terbukanya
32

kesempatan untuk memperoleh keuntungan, terpenuhinya minat dan keinginan

pribadi, terbukanya kesempatan menjadi “boss”, dan adanya kebebasan dalam

manajemen.

Setiap perempuan memiliki peluang yang sama untuk menjadi pengusaha.

Siapapun perempuan itu, apapun tingkat pendidikannya, pengalaman bekerjanya,

dan prestasi yang pernah diraihnya, setiap perempuan memiliki kesempatan untuk

sukses di dunia bisnis, hanya tergantung bagaimana untuk memulai usaha

tersebut.

2.2.2 Perkembangan Wirausaha Perempuan

Menurut Alma (2009:44) ada beberapa faktor yang menunjang berkembangnya

perempuan di dalam bidang usaha, yaitu :

1. Naluri perempuan yang berkerja lebih cermat, pandai mengamati masa depan,

menjaga keharmonisan, kerjasama dalam rumah tangga dapat diterapkan

dalam kehidupan usaha

2. Mendidik anggota keluarga agar berhasil di kemudian hari, dapat

dikembangkan dalam personel manajemen perusahaan

3. Faktor adat istiadat, dimana wanita memegang peranan dalam mengatur

ekonomi rumah tangga seperti di Bali dan Sumatera Barat

4. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam, membuat

kue, aneka masakan, kosmetika, mendorong lahirnya wanita pengusaha yang

mengembangkan komoditi tsb


33

5. Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita

karir, menjadi pegawai, atau membuka usaha sendiri dalam berbagai bidang

usaha.

2.2.3 Beberapa Hal yang harus di Pahami Perempuan Wirausaha.

Beberapa hal yang harus dipahami perempuam untuk memulai usaha menurut

Rachmawati (2011:76) sebagai berikut :

1. Mengenal karakteristik bisnis sendiri.

Sebelum menentukan jenis bisnis yang akan digeluti, ada baiknya tiap wanita

mengetahui karakteristiknya sendiri. Ada 4 tipe karakteristik yaitu tipe

pembicara (explosive), tipe pengorganisasi (prefectionis), populer

(populerity), pemimpin (leader).

2. Menganalisis diri sendiri dengan menggunakan analisis SWOT.

Ada baiknya mengukur diri sendiri dengan analisis SWOT yaitu Kekuatan

(Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity), Ancaman (Treat)

3. Lakukanlah riset tentang pasar.

Pentingnya melakukan riset pasar ini agar para calon wirausaha wanita

mengenal bagaimana pelanggan (costumer insight), persaingan (competition),

pesaingnya (competitor), perubahan yang terjadi pada pelanggan persaingan

dan pesaingnya, dan juga pesaing yang tidak terlihat. Gunakanlah analisis 5W

1H (who, what, when, where, why, how) sebelum memasuki pasar.

4. Menyusun prinsip dan strategi untuk memasuki pasar.


34

Langkah selanjutnya adalah mengetahui prinsip memasuki pasar kemudian

mengatur strategi-strateginya. Prinsip memasuki pasar ada 3 yaitu jangan

masuki pasar yang tidak bertahan lama, jadilah yang pertama datang dan

sukses, jadilah penonton, pengamat, peniru, modifikator dan tingkatkan.

Selanjutnya adalah strategi mencari modal usaha. Modal usaha yang

dimaksud adalah modal keberanian untuk memulai, dan modal uang.

2.3 Motivasi Berwirausaha

2.3.1 Definisi Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang artinya menimbulkan

pergerakan (Winardi, 2003: 21). Menurut Zainun (1989: 42) motivasi tampak

dalam dua segi yang berbeda. Di satu pihak, jika dilihat dari seginya yang

aktif/dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan,

mengerahkan dan mengarahkan daya dan potensi tenaga kerja agar secara

produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Sebaliknya, kalau di lihat dari seginya yang positif atau statis, maka

motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang

untuk dapat menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan potensi serta daya

kerja manusia tersebut kearah yang diinginkan. Sedangkan menurut Wojosumidjo

dalam Darpujiyanto (2011: 66) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu proses

psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan

keputusan yang terjadi pada diri seseorang diakibatkan oleh faktor-faktor dari

dalam (intristik) dan dari luar (ekstristik). Motivasi adalah suatu dorongan dari
35

dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu,

termasuk menjadi wirausahawan (Saroso dalam Rosmiati, 2015: 22). Kebanyakan

orang yang berhasil di dunia ini mempunyai motivasi yang kuat yang mendorong

tindakan-tindakan seseorang. Seseorang mengetahui dengan baik yang menjadi

motivasinya dan mengembangkan motivasi tersebut dalam setiap tindakannya.

2.3.2 Jenis-jenis Motivasi

Djamarah dalam Sismayadi (2016: 11) membagi motivasi menjadi dua jenis yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan suatu motif yang timbul dari dalam diri untuk

berbuat sesuatu. Menurut Wojosumidjo dalam Darpujianto (2011: 67),

motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif, atau berfungsi tidak

perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut Prayitno dalam Sismayadi

(2016: 12), mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi

intrinsik menunjukan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam

berwirausaha. Pada dasarnya seseorang berwirausaha didorong oleh

keinginan sendiri, maka seseorang secara mandiri dapat menentukan tujuan

yang dapat dicapainya dan aktivitas-aktivitasnya yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan berwirausaha.


36

Menurut Taufik dalam Sismayadi (2016: 12), terdapat 3 faktor yang

mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu:

1) Kebutuhan (Need)

Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor

kebutuhan baik biologis maupun psikologis, misalnya motivasi wanita

memutuskan berwirausaha adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan

ekonomi keluarga.

2) Harapan (Expectancy)

Seseorang termotivasi oleh keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan

bersifat pemuas diri seseorang. Keberhasilan dan harga diri meningkat dan

menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan, misalnya seorang

wanita memutuskan berwirausaha dengan harapan agar dapat

mendapatkan pengakuan bahwa dirinya mampu memenuhi kebutuhan diri

sendiri atau keluarganya tanpa harus bergantung penuh pada orang lain.

3) Minat (Interest)

M6inat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal

tanpa ada yang menyuruh, misalnya seorang perempuan berwirausaha

karena memang perempuan tersebut menyukai kegiatan wirausaha dengan

segala kesibukannya atau perempuan tersebut menyukai hal-hal yang

diwirausahakannya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut Segal, et al., (2005: 43), motivasi ekstrinsik merupakan aktivitas

berwirausaha, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak


37

berkaitan dengan aktivitas berwirausaha sendiri. Sedangkan menurut

Sardiman dalam Sismayadi (2016: 13), motivasi ekstrinsik adalah motif-motif

yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi

ekstrinsik dikatakan demikian karena tujuan utama individu melakukan

kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar perbuatan yang

dilakukannya. Hal-hal yang dapat mendorong motivasi ekstrinsik seseorang

adalah apabila seseorang berwirausaha dengan tujuan mendapat laba, untuk

mencari penghargaan berupa pengakuan dan lainnya.

Menurut Taufik dalam Sismayadi (2016: 13), ada 3 faktor yang

mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah:

1) Dorongan keluarga

Perempuan memutuskan berwirausaha bukan kehendak sendiri tetapi

karena dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua dan teman.

Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan

motivasi perempuan tersebut untuk berwirausaha. Dorongan positif yang

didapat perempuan tersebut akan menimbulkan keberanian, karenanya

dalam kegiatan wirausaha yang dijalankan, perempuan tersebut akan

melakukannya dengan senang hati sehingga meningkatkan kreativitasnya

dalam menciptakan ide-ide untuk usahanya.

2) Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat

mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melalukan


38

sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar

dalam memotivasi seseorang dalam mengubah tingkah lakunya.

3) Imbalan

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang

tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya perempuan berwirausaha

mendapat penghasilan. Imbalan yang positif ini akan semakin memotivasi

perempuan tersebut untuk tetap berwirausaha, dengan harapan penghasilan

yang didapatkan semakin meningkat.

2.3.3 Motivasi Berwirausaha

Semakin tinggi motivasi seseorang akan semakin mudah menumbuhkan minat

orang tersebut dalam berwirausaha. Dengan adanya minat maka akan mendorong

atau memicu daya tarik seseorang. Mubarak dalam Sofia (2017:34), motivasi

berwirausaha adalah dorongan teknis yang sangat kuat dalam diri individu untuk

mempersiapkan diri dalam bekerja, memiliki kesadaran bahwa wirausaha

bersangkut paut dengan dirinya, sehingga ia lebih banyak memberikan perhatian

dan lebih senang melakukan kegiatan-kegiatan kewirausahaan secara mandiri,

percaya kepada diri sendiri, berorientasi ke masa depan, disertai dengan hasrat

untuk berprestasi pada bidangnya berdasarkan kemampuan, kekuatan, dan

ketrampilan yang dimilikinya dan perencanaan yang tepat.


39

Gilad & Levine dalam Sofia (2017: 35), menjelaskan ada 2 motivasi untuk

menjadi wirausaha, yaitu:

1. Push theory, bahwa individual yang didorong untuk menjadi wirausaha

dengan kekuatan eksternal yang negatif, seperti ketidak puasan kerja, sulit

mencari pekerjaan, gaji yang tidak memadai, atau agenda kerja yang tidak

teratur. Push theory dikenal dengan necessary entrepreneurs. Seseorang

terdorong untuk berwirausaha karena unsur-unsur negatif yang tidak

mengenakan dalam hidupnya yang berhubungan dengan pekerjaan. Misalnya

mereka merasa tidak puas terhadap pekerjaan yang kurang baik. Termasuk

orang yang tidak bisa bekerja dengan orang lain, sangat membutuhkan uang

dan gagal dalam pendidikan.

2. Pull theory, bahwa individual didorong menjadi wirausaha karena ingin

mencari keabsahan, pencarian jati diri, kekayaan dan pendapatan yang

menggiurkan dan lainnya. Sedangkan pull theory juga dikenal dengan

opportunity entrepreneurs dimana orang mampu melihat kesempatan dan

peluang bisnis. Ini dikarenakan seseorang ditarik ke dalam dunia wirausaha

karena unsur-unsur positif. Termasuk didalamnya yaitu adanya peluang pasar

yang besar (great market opportunity), bisnis keluarga (family business),

bidang studi (field of study), pengalaman pekerjaan sebelumnya (previous

work experience), terobsesi dari kesuksesan orang lain (observed succes of

others), dan peluang untuk membeli usaha (opportunity to buy busines).


40

Terori McClelland

Teori ini dikemukakan oleh David McClelland. Teori ini disebut juga sebagai

McClelland’s Achievement Motivation Theory atau teori motivasi prestasi Mc.

Clelland. Dalam teorinya, Mc. Clelland (1961: 112), mengemukakan bahwa motif

sosial merupakan motif yang kompleks dan merupakan sumber dari banyak

perilaku atau perbuatan manusia. Motif sosial merupakan hal yang penting untuk

mendapatkan gambar tentang perilaku individu dan kelompok. Mc. Clelland juga

berpendapat bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, yang mana

energi ini dilepaskan dan dikembangkan bergantung pada kekuatan atau dorongan

motivasi individu dan situasi, serta peluang yang tersedia.

a. Motivasi untuk berprestasi / Need for Achievement (N-Ach)

Motivasi untuk berprestasi merupakan dorongan untuk mengungguli,

berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bersaing untuk sukses.

Individu yang mempunyai motivasi atau need ini akan meningkatkan

performance, sehingga dengan demikian akan terlihat kemampuan

berprestasinya. Need for Achievement atau N-Ach adalah motivasi untuk

berprestasi, karena itu individu akan berusaha mencapai prestasi tertingginya,

pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang dan kemajuan

dalam pekerjaan. Individu perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya

sebagai bentuk penfgakuan terhadap prestasinya tersebut.

Dalam kehidupan organisasional, kebutuhan untuk berhasil biasanya

tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai


41

prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penetapan standar itu

dapat bersifat intrinsik, akan tetapi dapat pula bersifat ekstrinsik. Artinya,

seseorang dapat menentukan bagi dirinya sendiri standar karya yang ingin

dicapainya. Apabila seorang tergolong sebagai maksimalis, standar yang akan

ditetapkan bagi dirinya sendiri adalah standar yang tinggi bahkan mungkin

melebihi standar yang didetapkan secara ekstrinsik, yaitu oleh organisasi.

Akan tetapi, bila seorang tergolong sebagai insan yang minimalis, tidak

mustahil bahwa standar yang ditetapkan sebagai pegangan lebih rendah dari

standar yang ditetapkan secara ekstrinsik.

b. Motivasi untuk berkuasa / Need for Power (N-Pow)

Dalam interaksi sosial, individu akan mempunyai motivasi untuk berkuasa.

Motivasi untuk berkuasa adalah motivasi yang membuat orang lain

berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan

berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. (Mc.Clelland 1961: 112)

menyatakan bahwa motivasi untuk berkuasa sangat berhubungan dengan

motivasi dalam mencapai suatu posisi kepemimpinan.

Need for Power atau N-Pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Individu

memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki

karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Individu

yang memiliki power of need yang tinggi akan mengadakan kontrol,


42

mengendalikan atau memerintah orang lain dan ini merupakan salah satu

indikasi atau manifestasi dari need for power tersebut.

Seseorang dengan N-Pow yang besar biasanya menyukai kondisi persaingan

dan orientasi status serta akan lebih memberikan perhatiannya pada hal-hal

yang memungkinkannya memperbesar pengaruhnya terhadap orang lain,

dengan memperbesar ketergantungan orang lain itu padanya. Bagi orang yang

demikian, efektivitas pelaksanaan pekerjaan sendiri tidak teramat penting

kecuali bila hal tersebut memberi peluang kepadanya untuk memperbesar dan

memperluas pengaruhnya.

c. Motivasi untuk berafiliasi atau bersahabat / Need for Affiliation (N-Aff)

Afiliasi menunjukkan bahwa individu memiliki motivasi untuk berhubungan

dengan individu lainnya. Motivasi untuk berafiliasi adalah hasrat untuk

berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan

keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, selalu mencari teman dan

mempertahankan hubungan yang telah dibina dengan individu lain tersebut,

kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang

mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam

pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Seseorang dengan

need for affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan

persahabatan.
43

Kebutuhan afiliasi merupakan nyata dari setiap manusia, terlepas dari

kedudukan, jabatan dan pekerjaan. Artinya, kebutuhan tersebut bukan hanya

kebutuhan mereka yang menduduki jabatan manajerial, juga bukan hanya

merupakan kebutuhan para bawahan yang tanggung jawab utamanya hanya

melaksakan kegiatan-kegiatan operasional. Kenyataan ini berangkat dari sifat

manusia sebagai makhluk sosial kebutuhan akan afiliasi pada umumnya

tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi

seseorang dengan orang lain dalam organisasi, baik orang tersebut teman

bekerja yang setingkat atau atasan.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berwirausaha

Winardi (2003:14) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi


berwirausaha adalah:
a. Faktor internal, meliputi:

1) Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement)

Kebutuhan berprestasi mendorong individu untuk menghasilkan yang

terbaik. Tujuan yang ingin dicapai seorang wirausaha dipengaruhi oleh

kebutuhan akan prestasinya yang mendorong individu untuk menghasilkan

yang terbaik. Lambing dan Kuehl (2000:17) menyatakan bahwa tujuan

yang ingin dicapai seorang wirausahawan dipengaruhi oleh kebutuhan

akan berprestasinya yang mendorong individu untuk menghasilkan yang

terbaik dan biasaya memiliki inisiatif serta keinginan yang kuat untuk

mengungkapkan ide-ide dalam pikirannya, menyampaikan gagasan demi

mencapai suatu kesuksesan. Ide yang dimiliki seorang wirausahawan


44

kadang dipandang aneh dan berbeda dari ide umumnya, maka diperlukan

kemampuan individu agar dapat menyampaikan ide-idenya sehingga dapat

diterima oleh orang lain dan masyarakat, oleh itulah seorang

wirausahawan memerlukan kompetensi sosial.

2) Kebutuhan akan Kebebasan, (Need for Independence)

Hisrich dan Peters (2000:71) menjelaskan lebih lanjut bahwa seorang

wirausahawan diharuskan untuk melakukan sesuatu berdasarkan caranya

sendiri, sehingga memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi.

Kebutuhan akan kebebasan berati kebutuhan individu untuk mengambil

keputusan sendiri, menentukan tujuan sendiri serta melakukan tindakan

untuk mencapai tujuan dengan caranya sendiri.

3) Pengalaman

Diartikan sebagai pengalaman kerja individu sebelum memutuskan

kewirausahaan sebagai pilihan karir. Hisrich dan Peters (2000:74)

menyatakan bahwa pengalaman kerja mempengaruhi individu dalam

menyusun rencana dan melakukan langkah-langkah selanjutnya.

Dijelaskan bahwa pengalaman memberikan pengaruh dalam keberhasilan

usaha. Pengalaman yang dimaksud keterlibatan langsung dalam sebuah

usaha.
45

b. Faktor eksternal, meliputi:

1) Bentuk Peranan (Role model)

Faktor penting yang mempengaruhi individu dalam memilih

kewirausahaan sebagai karir. Orang tua, saudara, guru atau wirausahawan

lain dapat menjadi bentuk peranan (role model) bagi individu. Individu

membutuhkan dukungan dan nasehat dalam setiap tahapan dalam

menentukan dan merintis sebuah usaha, bentuk peranan (role model)

berperan juga akan meniru perilaku yang dimunculkan oleh bentuk

peranan (role model). Pentingnya bentuk peranan dalam mempengaruhi

pilihan karir di dukung oleh penelitian Jacobowitz dan Vidler Riyanti,

(2003: 38) yang menunjukkan bahwa 72% wirausahawan negara Atlantik

memiliki orang tua atau saudara wirausahawan. Individu berwirausaha

dengan cara meniru orang tua atau saudara yang berwirausaha.

2) Dukungan Keluarga dan Teman

Dukungan dari orang terdekat akan mempermudah individu sekaligus

menjadi sumber kekuatan ketika menghadapi permasalahan. Dukungan

dari lingkungan terdekat akan membuat individu mampu bertahan dalam

menghadapi permasalahan yang terjadi. Dukungan keluarga dan teman

juga dapat membuat percaya diri seseorang dalam memilih dan

berwirausaha sesaui dengan kempuan yang dimiliki individu.


46

2.4 Penelitian Terdahulu

Melihat masalah dan judul penelitian yang akan diteliti, maka diperlukan adanya

pemaparan tentang penelitian terdahulu guna mengungkapkan fenomena yang

sama dalam sudut pandang yang berbeda, sehingga diharapkan dapat memperkaya

pengetahuan. Penelitian terdahulu mempunyai peran terhadap setiap penelitian

ilmiah yang akan dilakukan. Secara ringkas, penelitian terdahulu dapat

mendukung penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
47

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Tahun Nama Peneliti Metode Hasil Penelitian


Penelitian

Faktor-Faktor 2015 Aam Kualitatif Hasil penelitian


yang Bastaman dan menunjukkan bahwa
Mempengaruhi Riffa Juffiasari keputusan untuk menjadi
Pengambilan wirausaha wanita didorong
Keputusan bagi oleh beberapa faktor internal
Wanita untuk (individual), seperti: minat
Berwirausaha yang didukung kecakapan
(Studi Kasus dan motivasi. Sedangkan
Anggota faktor eksternal yang
IkatanWanita mempengaruhi keputusan
Pengusaha untuk menjadi wirausahawan
Indonesia Dki adalah dukungan dari
Jakarta) suami/keluarga, permodalan,
lingkungan/keturunan
keluarga serta adanya
peluang untuk berwirausaha.
Dukungan suami menjadi
faktor penentu, sedangkan
faktor keturunan bukan satu-
satunya faktor yang
mempengaruhi dalam
keputuan menjadi
wirausahawan.

Analisis Faktor- 2017 Noormalita Deskriptif Dari penelitian ini diperoleh


Faktor yang Primandaru kuantitatif hasil bahwa terdapat
Berpengaruh pada beberapa faktor yang
Minat mempengaruhi minat
Berwirausaha berwirausaha mahasiswa
Mahasiswa. yaitu: internal locus of
control, social support dan
need for achievement.

Faktor-faktor 2016 Muhammad Deskriptif Dijelaskan dari hasil


yang Rizal, Dias kualitatif penelitian ini bahwa ada tiga
Mempengaruhi Setianingsih, variabel yang positif dalam
Wanita Riny Chandra mempengaruhi wanita
Berwirausaha berwirausaha yaitu variabel
(Studi Kasus di kemandirian, modal dan
Kota Langsa) emosional. Namun tidak
semuanya bersifat positif
secara signifikan.

Sumber: data diolah 2016


48

1. Prosiding Seminar Nasional yang ke-4 UNS SME’s Summit & Awards pada

tahun 2005 yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan

Keputusan Bagi Wanita Untuk Berwirausaha (Studi Kasus Anggota Ikatan

Wanita Pengusaha Indonesia DKI Jakarta). Disusun oleh Aam Bastaman dan

Riffa Juffiasari. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengkaji dan menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan wanita untuk

berwirausaha, serta mengkaji dan menganalisis pengaruh faktor-faktor

internal dan eksternal yang dominan mempengaruhi pengambilan keputusan

untuk menjadi wirausaha. Penelitian ini menggunakan pendekatan

pendekatan kualitatif dan bersifat eksploratif.

Pengambilan data dilakukan dengan in depth interview ( wawancara

mendalam) terhadap 8 wanita wirausahawan anggota Ikatan Wanita Indonesia

(IWAPI) DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan untuk

menjadi wirausahawan wanita didorong oleh beberapa faktor internal

(individual), seperti: minat yang didukung kecakapan dan motivasi.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan untuk menjadi

wirausahawan adalah dukungan suami/keluarga, permodalan,

lingkungan/keturunan keluarga serta adanya peluang untuk berwirausaha.

Dukungan suami menjadi faktor penentu, sedangkan faktor keturunan bukan

satu-satunya faktor yang mempengaruhi dalam keputusan menjadi

wirausahawan. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya

menumbuhkan jumlah wirausahawan, terutama wirausahawan wanita di

Indonesia.
49

2. Pada Jurnal Economia 1 April 2017, penelitian yang dilakukan oleh

Noormalita Primandu dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh

pada Minat Berwirausaha Mahasiswa. Penelitian ini menghasilkan temuan

bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha

mahasiswa, yaitu internal locus of control, social support dan need for

achievement. Internal locus of control berpengaruh signifikan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa STIE YKPN. Keyakinan diri mahasiswa akan

keberhasilan yang akan diraih membuat mahasiswa semakin tertarik untuk

berwirausaha. Internal locus of control juga berpengaruh signifikan terhadap

need for achievement mahasiswa STIE YKPN.

Keyakinan diri mahasiswa mendorong mahasiswa untuk mampu menguasai

tantangan yang sulit, mendorong untuk mampu bersaing dengan yang lain,

memenuhi standar yang tinggi dan memiliki keinginan untuk kompeten

dalam berwirausaha. Social support berpengaruh signifikan terhadap minat

berwirausaha. Tingginya social support mahasiswa, khususnya dorongan

berwirausaha akan mendorong minat berwirausaha mahasiswa. Social

support pada mahasiswa akan berpengaruh terhadap need for achievement,

dengan adanya social support yang tinggi akan mendorong mahasiswa untuk

semakin meraih kesuksesannya. Need for achievement berpengaruh signifikan

terhadap minat berwirausaha. Mahasiswa yang memiliki keinginan untuk

berhasil/ berprestasi, mereka akan berusaha untuk mencapai sasaran dan

tujuannya dengan kemampuannya sendiri, sehingga hal tersebut akan

mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa.


50

3. Jurnal Manajemen dan Keuangan, 2 November 2016, penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad Rizal, Dias Setianingsih, dan Riny Chandra yang

berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wanita Berwirausaha (Studi

Kasus di Kota Langsa). Terdapat tiga hasil penelitian yaitu: Hasil penelitian

pertama membuktikan bahwa Variabel kemandirian berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi wanita

berwirausaha di Kota Langsa, Variabel modal berpengaruh positif dan

signifikan terhadap faktor yang mempengaruhi wanita berwirausaha di Kota

Langsa. Variabel emosional berpengaruh negatif terhadap faktor yang

mempengaruhi wanita berwirausaha di Kota Langsa. Variabel pendidikan

berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap faktor yang mempengaruhi

wanita berwirausaha di Kota Langsa.

Hasil penelitian kedua membuktikan bahwa variabel kemandirian, modal,

emosional, dan pendidikan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi wanita berwirausaha di Kota

Langsa. Hasil penelitian ketiga, Dari analisis koefesien determinasi dapat

diketahui bahwa kemandirian, modal, emosional, dan pendidikan

mempengaruhi wanita berwirausaha di Kota Langsa sebesar 24,3%,

sedangkan sisanya sebesar 75,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar

model penelitian ini.


51

2.5 Kerangka Pemikiran

Wirausahawan adalah seorang individu yang dapat menciptakan bisnis baru

menghadapi risiko dan ketidakpastian agar dapat memperoleh laba dan

meningkatkan pertumbuhan dengan mengidentifikasi peluang-peluang melalui

kombinasi sumber daya yang diperoleh untuk mendapatkan manfaatnya

(Zimmerer, et al., 2008: 47).

Menjadi wirausaha dibutuhkan suatu motivasi dari dalam diri seseorang.

Timbulnya motivasi merupakan hal yang mendasar untuk menjadi seorang

wirausaha, dengan adanya motivasi maka akan timbul semangat dan dorongan

untuk terus maju dan bangkit demi mencapai kesuksesan sebagai wirausaha.

(Winardi 2003: 14), mengungkapkan terdapat faktor penting yang mempengaruhi

motivasi perempuan dalam berwirausaha yaitu, Need For Achievement, Need For

Independence, Pengalaman, Role Model serta Dukungan Keluarga dan Teman


52

Wirausaha Motivasi

individu yang dapat menciptakan a. Internal:

bisnis baru menghadapi risiko dan 1. Need for Achievement

2. Need for Independence


ketidakpastian agar dapat
3. Pengalaman
memperoleh laba dan

meningkatkan pertumbuhan
b. Eksternal:
dengan mengidentifikasi peluang-
4. Role Model
peluang melalui kombinasi sumber 5. Dukungan Keluarga dan
Teman
daya yang diperoleh untuk
(Winardi 2003: 14)
mendapatkan manfaatnya

(Zimmerer, et al., 2008: 47).

Wirausaha Perempuan di
Pekalongan Lampung Timur

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

2.6 Proposisi

Proposisi yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Motivasi perempuan dalam berwirausaha di Pekalongan Lampung Timur yang

terkait dengan Need For Achievement, Need For Independence, Pengalaman, Role

Model, serta Dukungan Keluarga dan Teman.


53

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bagdan dan Taylor dalam Moleong

(2007: 4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi. Penelitian deskriptif

menekan pada data berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka yang

disebabkan oleh penerapan metode kualitatif. Moleong (2007: 6) juga mengatakan

penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu

fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel

yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Penelitian deskriptif

kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih

pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun,

tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis.

Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji

melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif

dalam mengatasi masalah penelitian melalui prosedur ilmiah.


54

Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan

penyusunan data, tapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data

tersebut. Oleh karena itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk

penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena

atau gejala dengan fenomena atau gejala lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif

dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan hubungan

kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain. Penelitian deskriptif memiliki

karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memusatkan penyelidikan pada pemecahan masalah aktual atau masalah

yang dihadapi pada masa sekarang.

2. Data yang telah dikumpulkan disusun dan dijelaskan, kemudian dianalisis

dengan menggunakan teknik analitik.

3. Menjelaskan setiap langkah penelitian secara rinci.

4. Menjelaskan prosedur pengumpulan datanya.

5. Memberi alasan yang kuat mengapa peneliti menggunakan teknik tertentu dan

bukan teknik lainnya.

Penelitian deskriptif memiliki metode penelitian yang berusaha menggambarkan

objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan

menggambarkan secara sistematis, fakta dan karakteristik objek yang diteliti

secara tepat.
55

Penelitian deskriptif memiliki keunikan sebagai berikut:

1. Penelitian deskriptif menggunakan metode wawancara, seringkali

memperoleh informan yang tidak terlalu banyak dan memiliki jawaban

bervariasi, akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.

2. Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam

pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai.

Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan

dirumuskan secara jelas, agar di lapangan peneliti tidak mengalami kesulitan

dalam menjaring data yang diperlukan. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan

subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan

yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

apa adanya.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti. Hasil dari penelitian ini hanya mendeskripsikan atau

mengkontruksikan wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian

sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana motivasi

dan minat dapat mempengaruhi perempuan berwirausaha di Lampung Timur.

3.2 Lokasi Penelitian

Menurut Moleong (2007: 132) lokasi penelitian merupakan tempat atau wilayah

dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Peneliti melakukan penelitian,


56

menangkap fenomena atau meneliti yang sebenarnya terjadi dari objek yang

diteliti dalam rangka mendapatkan data penelitian yang akurat. Dalam

menentukan lokasi penelitian, cara terbaik yang ditempuh adalah dengan jalan

mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari

kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan, sementara itu keterbatasan

geografis dan praktis, seperti waktu, biaya dan tenaga perlu juga dijadikan bahan

pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.

Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive),

peneliti memilih daerah Pekalongan Lampung Timur sebagai lokasi penelitian

dikarenakan selain mempertimbangkan teori diatas mengenai efisiensi waktu,

biaya dan tenaga. Selain itu peneliti memilih daerah Penelitian di Pekalongan

Lampung Timur karena melihat daerah tersebut selalu mengalami peningkatan di

sektor wirausaha setiap tahunnya. Pekalongan juga terkenal dengan penjualan

bibit tanaman terbesar di Lampung. Sehingga peneliti memilih lokasi Pekalongan

Lampung Timur untuk dijadikan penelitian dengan judul Motivasi Perempuan

dalam Berwirausaha.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah fokus penelitian atau pokok

soal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa

yang menjadi pusat penelitian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan

tuntas (Bungin, 2012:41). Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat

dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi. Ini


57

merupakan bentuk pra analisis yang mengesampingkan variabel-variabel dan

memperhatikan lainnya. Dengan adanya pemfokusan akan menghindari

pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah.

Fokus penelitian ini akan membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi perempuan dalam berwirausaha yaitu, Need For Achievement, Need For

Independence, pengalaman, Role Model serta Dukungan Keluarga dan Teman.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan dalam berwirausaha tersebut

3.4 Informan

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam

pengumpulan data adalah pemilihan informan. Menurut Moleong (2007: 132)

seseorang yang memberikan informasi tersebut disebut informan. Informan adalah

orang yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

latar penelitian. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja

(purposive sampling). Yang menjadi informan dalam penelitian ini antara lain

adalah:

a. Perempuan yang sudah memiliki usaha lebih dari 1 tahun.

b. Perempuan yang berwirausaha dan berdomisili di Pekalongan Lampung

Timur.

c. Memiliki bentuk fisik tempat usaha.

d. Aktif dan kontinue dalam menjalankan usaha.


58

3.5 Sumber Data

a. Data Primer

Dalam melakukan sebuah penelitian tentu penulis harus mempunyai sumber

informasi dari data primer untuk dapat diteliti. Penulis mengambil pengertian

data primer menurut Sugiyono (2007: 137) adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Metode wawancara mendalam atau

in-depth interview dipergunakan untuk memperoleh data dengan metode

wawancara dengan narasumber yang akan diwawancarai.

Wawancara yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan pedoman (interview

guide). Wawancara dengan penggunaan pedoman (interview guide)

dimaksudkan untuk wawancara yang lebih mendalam dengan memfokuskan

pada persoalan-pesoalan yang akan diteliti. Pedoman wawancara biasanya tak

berisi pertanyaan-pertanyaan yang mendetail, tetapi sekedar garis besar

tentang data atau informasi apa yang ingin didapatkan dari narasumber yang

nanti dapat disumbangkan dengan memperhatikan perkembangan konteks

dan situasi wawancara.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2007: 138), data sekunder adalah data yang tidak

langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui

orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan

menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan

diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian,


59

selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet, gambar,

foto atau benda-benda lain yang berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk memperoleh

data. Menurut Sugiyono (2007: 141) bila dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan

dokumentasi.

Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti adalah dengan melalui tiga metode, yaitu:

1. Observasi

Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian, sehingga

peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan

dengan tanya jawab secara lisan dan secara sepihak berhadapan muka, dan

dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa kelebihan

pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat

melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh

secara mendalam. Dalam melakukan wawancara peneliti menyiapkan

instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk diajukan,

dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis-
60

jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk jenis wawancara

terstruktur.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya momental seseorang (Sugiyono,

2007: 213). Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih

kredibel jika didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan.

3.7 Metode Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan

selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh dari wawancara dan

observasi, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis, mengedit,

mengklasifikasi, meredeksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta

menyimpulkan data. Miles & Huberman (2009: 16-21), mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan

data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data informasi baru. Teknis analisis

data dalam penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif yang

dikembangkan oleh Miles & Huberman (2009: 16-21), seperti pada gambar 3.1
61

Pengumpulan
Data

Reduksi
Data

Penyajian
Data

Penarikan
Kesimpulan

Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif (Miles & Huberman 2009:20)

Penjelasan tahapan dalam analisis data model interaktif dari gambar 3.1 menurut

Miles & Huberman (2009: 16-21), sebagai berikut:

a. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus

menerus selama penelitian berlangsung. Selama pengumpulan data

berlangsung, terjadilah tahapan reduksi lanjutan (membuat ringkasan,

mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi,

menulis memo). Reduksi data/proses transformasi ini berkelanjutan sesudah

penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.


62

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis, dan merupakan

bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,

dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan

dapat ditarik dan diverifikasi. Sehingga secara sederhana dapat dijelaskan

bahwa data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam

aneka macam cara, yaitu melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau

uraian singkat , atau menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas.

b. Penyajian data (data display)

Dalam penyajian data, sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data ini bertujuan untuk dapat memahami apa yang sedang terjadi

dan apa yang harus dilakukan menganalisis ataukah mengambil tindakan,

berdasarkan dari pemahaman dari penyajian data tersebut. Penyajian yang

paling sering digunakan pada data kualitatif berbentuk teks naratif, akan

tetapi teks naratif memiliki kelemahan yaitu tidak praktis, tersusun kurang

baik, dan kesimpulan yang diambil akan tersekat-sekat dan cenderung

memihak. Sehingga kemudian penyajian data dapat ditampilkan dengan

matriks, grafik, jaringan, dan bagan, yang berguna untuk menggabungkan

informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah. Sehingga

penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah

menarik kesimpulan yang benar ataukah terus menganalisis. Sama halnya

dengan reduksi data penyajian data merupakan bagian dari analisis yaitu

merancang deretan dan kolom-kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan
63

memutuskan jenis dan bentuk data yang harus dimasukkan ke dalam kotak-

kotak matriks. Proses dalam penyajian data ini juga merupakan kegiatan

reduksi data.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification)

Dari permulaan data, penganalisis mulai mencari arti, mencatat keteraturan,

pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab

akibat dan proposisi. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi dapat berupa pemikiran yang melintas saat peneliti

menulis, tinjauan ulang pada catatan lapangan, dan tukar pikiran dengan

teman sejawat untuk mengembangkan kesimpulan analisis data kualitatif

merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran

keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling

susul menyusul.

3.8 Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep keahlian

(validitas) atas kehandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaaan atau kebenaran

suatu penilaian akan ditentukan oleh standar apa yang digunakan. Menurut

Moleong (2007:324), terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk memeriksa

keabsahan data antara lain:


64

a. Derajat Kepercayaan (credibility)

Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas

internal dan nonkualitatif. Fungsi derajat kepercayaan yaitu, Pertama,

penemuannya dapat dicapai; Kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan

hasil–hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataaan

yang sedang diteliti. Kriteria derajat kepercayaan diperiksa dengn beberapa

teknik pemeriksaan, yaitu:

1. Triangulasi Metode

Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara

yang berbeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti

menggunakan metode wawancara dan obervasi. Untuk memperoleh

kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai

informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan

wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan

obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu,

peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek

kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan

diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Triangulasi berupaya

untuk mengecek kebenaran data dan membandingkan dengan data yang

diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada

waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun

triangulasi yang dilakukan dengan beberapa macam teknik pemeriksaan

yang memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, dan teori. Untuk itu

maka peneliti dapat melakukan dengan cara:


65

a) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.

b) Membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan wawancara.

c) Mengeceknya dengan berbagai sumber data.

d) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data

dapat dilakukan.

Berdasarkan hasil triangulasi tersebut maka akan sampai pada salah

satu kemungkinan yaitu apakah data yang diperoleh ternyata konsisten,

tidak konsisten, atau berlawanan. Maka selanjutnya mengungkapkan

gambaran yang lebih memadai mengenai gejala yang diteliti.

2. Kecukupan Referensial

Yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan, atau

rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan

untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.

a. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada pengamatan

antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan

tersebut seorang peneliti perlu mencari dan mengumpulkan data

kejadian dalam konteks yang sama.

b. Kebergantungan (Dependability)

Kebergantungan merupakan substitusi reliabilitas dalam penelitian

nonkualitatif. Dalam penelitian ini, uji kebergantungan dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses


66

penelitian. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya

ada, maka penelitian tersebut tidak dependable. Untuk mengetahui

dan memastikan apakah hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti

selalu mendiskusikannya dengan pembimbing secara bertahap

mengenai data-data yang didapat di lapangan mulai dari proses

penelitian sampai pada taraf kebenaran data yang didapat.

c. Kepastian (Confimability)

Dalam suatu penelitian uji kepastian mirip dengan uji

kebergantungan, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara

bersamaan. Menguji kepastian (confimability) berarti menguji hasil

penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan dalam penelitian.

Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga

dengan disepakati hasil penelitian tidak lagi subjektif tapi sudah

objektif.
108

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik wawancara observasi, dan

dokumentasi yang dilaksanakan di daerah Pekalongan Lampung Timur dengan

judul skripsi “Motivasi Perempuan dalam Berwirausaha (Studi pada Perempuan

Wirausaha di Pekalongan Lampung Timur)” maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi yang muncul dari para informan dalam berwirausaha sesuai dengan teori

yang dipakai diantaranya yaitu kebutuhan berprestasi (Need for Achievement),

kebutuhan akan kebebasan (Need for Independence), Pengalaman, Bentuk

Peranan (Role Model) serta Dukungan Keluarga dan Teman. Dari ke lima variabel

terdapat satu variabel yang paling mempengaruhi informan yaitu kebutuhan akan

kebebasan (Need for Independence) yaitu informan ingin mendapatkan kebebasan

dalam bekerja dan tidak hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Kemudian ada

variabel yang ditemukan ketika berada dilapangan yaitu hobi dan mengisi waktu

luang. wirauaha perempuan yang berwirausaha di Pekalongan Lampung Timur

memiliki sikap yang disiplin, berkomitmen tinggi, kreatif dan inovatif, mandiri

serta realitis akan usaha yang dijalaninya. Keenam informan memiliki motivasi

yang sangat kuat dalam menjalankan wirausahanya dan selalu bekerja keras

pantang menyerah akan tujuannya.


109

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi perempuan dalam berwirausaha

di Pekalongan Lampung Timur maka peneliti memiliki beberapa saran

diantaranya adalah informan harus selalu bisa mengembangkan usahanya,

meskipun terdapat keterbatasan keahlian tetapi tidak menutup kemungkinan

ketika informan memiliki keinginan dan tekad yang kuat dalam mengembangkan

usahanya, tujuan yang dinginkan akan bisa tercapai. Para informan harus berani

keluar dari zona nyaman. Yaitu lebih memvariasikan usahanya dan membangun

relasi dengan para wirausaha lain agar bisa memasarkan usahanya lingkup yang

lebih luas lagi. Lalu pemerintah harus ikut andil dalam membantu meningkatkan

wirausaha perempuan yang sudah ada, dengan melakukan pelatihan wirausaha

dan ekonomi kreatif guna memberikan ilmu dan pengetahuan baru kepada para

wirausaha perempuan agar usahanya bisa berkembang pesat.


110

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2009. Kewirausahaan. Bandung: CV Alfabeta.

Amrozi, Yul. 2016. Bupati Cantik Lampung Timur ini Kerap Berkantor Keliling
Desa. http://www.jurnas.com/mobile/artikel/10815/bupaticantik-lampung-
timur-ini-kerap-berkantor-keliling-desa/ (Diakses pada 24 November 2017
pukul 14.53 WIB).

Badan Pusat Statiskit Kabupaten Lampung Timur. 2016. Daerah pekalongan.


https;//lampungtimurkab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/statistik-daerah-
pekalongan (diakses pada tanggal 21 januari 2018 pukul 21.00 WIB)

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2017. Keadaan Ketenagakerjaan


Provinsi Lampung 2017. http://lampung.bps.go.id (Diakses pada tanggal 14
oktober 2017 pukul 08.30 WIB).

Badan Pusat Statistik. 2017. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 5,33
Persen. https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1376 (Diakses pada tanggal 14
oktober 2017 pukul 08.14 WIB).

Baum, J. R., Frese, M., & Baron, R. A. 2007. The psychology of entrepreneurship.
Mahwa, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali. Pers
Darpujiyanto. 2011. Motivasi Mahasiswa Untuk Berkarir Sebagai
Wirausaha. Tidak terbit.

Darpujiyanto. 2011. Motivasi Mahasiswa Untuk Berkarir Sebagai Wirausaha.


Tidak Terbit.

Mc. Clelland, David C. 1961. The Achieving Society. New York: D.Van Nostrand
Company.

Miles, Mattew B. & A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif.


Jakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Rachmawati, Selly. 2011. Mompreneur. Yogyakarta: Wanajati Chakra Renjana.


111

Rahmidani, Rose. 2014. Analisis Faktor Penghambat Berwirausaha pada


Pengrajin Sulaman Wanita di Jorong Lundang Kanagarian Panampung
Kabupaten Agam. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Jurnal
Kajian Manajemen Bisnis Volume 3, Nomor 1, Maret 2014.

Rosmiati, Dony Teguh Santosa Junias & Munawar. 2015. Sikap Motivasi dan
Minat Berwirausaha Mahasiswa. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Kupang. JMK, VOL. 1, Maret 2015,21-30.

Segal, Gerry, Dan Borguia and Jerry Schoenfeld. 2005. The motivation to become
an entrepreneur. International Journal of entrepreneurial Behavior &
Research Vol. 11 No. 1, 2005 pp. 42-57 @Emerald Group Publishing
Limited 1355-2554.

Siagian, Sondang P. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sismayadi, Erine Kurnia. 2016. Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota Bandar


Lampung, Studi pada Anggota IWAPI Lampung. Skripsi. FisipUnila.

Slamote. 2013. Belajar & faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Sofia, Yeyen. 2017. Kajian Tentang Sikap dan Motivasi Berwirausaha pada
Sektor Pariwisata, Studi pada Wirausahawan di Lingkungan Pantai Mutun
MS. Town. Skripsi. FisipUnila.

Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Suryana. 2010. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Winardi. 2003. Entrepreneur & Entrepreneurship. Jakarta: Kencana Prenanda


Media Grup.

Zainun, Buchari. 1989. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.

Zimmerer, Thomas W & Norman M. Scarborough. 2008. Essentials of


Entrepreneurship and Small Business Management (Kewirausahaan dan
manajemen Usaha Kecil) Ed 5. Jakarta: Salemba Empat.

You might also like