You are on page 1of 11

REFLEKSI EPISTIMOLOGI DALAM METODOLOGI PENELITIAN

(Suatu Kontemplasi atas Pekerjaan Penelitian)

Saifullah
Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
E-Mail: saifullahdebab@yahoo.co.id

Abstrak
Research methodology is the application of epistemology in philosophical which is realized by
logico hypotetico verificative-deducto hypothetico verificative. The results of the evaluation
of the quality of the research methodology that gave rise buildings recently become a standard
formula valid and tested public. In this context it is necessary scrutiny of the functioning
and the importance of pre usability, and value the benefits of the research process so that
the quality of research produced a positive impact on building science researchers. The role
of the researcher holds a central position of being able to adjust the ground circumstances.
Benefit value for the benefit of life as the goal of research in theory and practical should be
explicitly and implicitly always accompanies every step of research. A consequence of the
value of the benefits of scientific research which is undertaken is delivering research results
to the user community. The use of research methodologies in the study strongly influenced
the extent of the ability of researchers and scientists at the clump science community are
able to map the identity of the building a distinctive methodology of scientific disciplines
that is useful for subsequent research.
Metodologi Penelitian merupakan penerapan epistimologi secara filsafati yang diwujudkan
dengan logico hypotetico verificative-deducto hypothetico verificative. Hasil evaluasi
terhadap kualitas bangunan metodologi penelitian yang memunculkan formula baru
menjadi standar yang valid dan teruji publik. Dalam konteks ini maka perlu pencermatan
tentang fungsi dan kegunaan akan pentingnya pra, proses dan nilai manfaat riset agar
kualitas riset yang dihasilkan berdampak positif pada bangunan keilmuan peneliti. Peran
peneliti memegang posisi sentral karena mampu menyesuaikan situasi dan kondisi
lapangan. Nilai kemanfaatan bagi kemaslahatan hidup sebagai tujuan riset secara teoritis
dan praktis sebaiknya secara eksplisit dan implisit selalu menyertai setiap langkah riset.
Konsekuensi ilmiah dalam nilai manfaat riset yang dilakukan adalah menyampaikan hasil-
hasil riset ke masyarakat pengguna. Penggunaan metodologi penelitian dalam riset sangat
dipengaruhi sejauhmana kemampuan peneliti dan komunitas ilmuan pada rumpun ilmu
mampu memetakan jati diri bangunan metodologi disiplin keilmuan yang khas sehingga
bermanfaat bagi peneliti berikutnya.

Kata Kunci: Epistimologi, Metodologi, Riset

178
Saifullah, Refleksi Epistimologi dalam Metodologi ... | 179

Tiga landasan ilmu pengetahuan atau yang kritis (kritisme), fenomenalisme, intuisionisme
sering disebut dengan tiga tiang peyangga ilmu dan positivisme. Rasionalisme adalah suatu
pengetahuan dalam kajian filsafat ilmu terdiri pemikran yang menekankan pentingnya akal
atas : ontologi, epistimologi dan aksiologi. Liek atau ide, sementara peran indera dinomorduakan.
Wilardjo menambahkan satu landasan lagi Pemikiran para filsuf pada dasarnya tidak
yang disebut dengan teleologis yang biasanya lepas dari orientasi ini yakni rasio dan indera.
digabingkan dengan aksiologis. Ketiga unsur Dari rasio kemudian melahirkan rasionalisme
ini merupakan tolok ukur dalam membangun yang berpijak pada ontologik idealisme atau
The Body of Knowledge. Bangunan keilmuan spritualisme ; dan dari indera lalu melahirkan
yang ditopang tiga tiang peyangga ini menjadi empirisme yang berpijak pada dasar ontologik
prasyarat mutlak jika mengupas hubungan materialsme.1
sinergi antara filsafat ilmu dengan metodologi Epistimologi sains barat dimulai dari
penelitian. Secara aplikasi, pola penggunaan berkembangnya pemikiran empiris sebagai
tiga tiang peyangga ini dalam riset utamanya antitesis dari filsafat intuitif yang dikembangkan
dalam rancangan penelitian akan terwujud di awal sejarah manusia dan pertentangannya
sebagai berikut : pada tataran ontologis akan dengan filsafat rasionalisme di abad ke 17 sebagi
tercermin pada latar belakang penelitian, antitesis dari pemikiran ampirisme, serta lahirnya
rumusan dan batasan masalah, termasuk epistimologi baru di awal abad kedua puluh.
didalamnya penelitian terdahulu maupun Epistimologi abad kedua puluh ini ditandai
kajian pustaka, adapun tataran epistimologi dengan diliriknya fenomenologi (sintesis) yang
terwujudkan dalam metode penelitian dan pada mengabungkan aspek rasionalisme, empirisme
ataran aksiologi maupun teleologis berwujud dan sekaligus intuisi dalam epistimologi
ke tujuan dan manfaat penelitian. Tiga ranah keilmuannya.2
ini sesungguhnya menjadi kata kunci landasan
Konsep epistimologi secara eksplisit dapat
filosofis dalam riset.
dikaji dari penerapan metode ilmiah. Makna
Salah satu tiang penopang dalam bangunan metode ilmiah dalam penerapan metodologis
ilmu pengetahuan adalah epistimologi. merupakan prosedur yang mencakup berbagai
Epistimologi merupakan asas mengenai cara tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan
bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan
disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. yang baru atau mengembangkan pengetahuan
Epistimologi membahas secara mendalam yang ada. Langkah-langkah semakin bervariasi
segenap proses yang terlibat dalam usaha 1
Endang Komara, Filsafat Ilmu dan Metodologi
untuk memperoleh pengetahuan. Epistimologi Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 11.
merupakan teori pengetahuan yang diperoleh 2
Cecep Sumarna, Rekonstruksi Ilmu dari Empirik-
Rasional Ateistik ke Empirik-Rasional Teistik., (Bandung:
melalui proses metode keilmuan dan sah Benang Merah Press,2005), h. 66. Dalam beberapa kajian
disebut sebagai keilmuan. Dengan epistimologi terdapat hubungan yang sinergi antara epsitimologi
maka hakikat keilmuan akan ditentukan oleh (dalam konteks epistimologi pengetahuan) dengan
filsafat ilmu. Hal ini dikupas secara utuh oleh M.
cara berfikir yang dilakukan dengan sifat Muslih, Filsafat Ilmu.Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma
terbuka, dan menjunjung tinggi kebenaran dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta:
Belukar, 2004), h. 20. Meski harus diakui bahwa
di atas segala-galanya. Oleh sebab itu aliran keduanya, baik epsitimologi maupun filsafat ilmu,
yang berkembang dalam menopang konsep memiliki sejarahnya masing-masing namun karena
epistimologi menunjukkan koridor di atas adanya persamaan perspektif dalam melihat objek
kajiannya, maka bisa dipahami jika dalam banyak
seperti rasionalisme, empirisme, kritisme, literatur kedua disiplin tersebut kemudian terlihat
positivisme, fenomenologi. identik.Bahkan beberapa aliran seperti rasionalisme,
empirisme ,kritisme, intuisionisme, yang memang
Secara garis besar terdapat dua aliran pokok merupakan pembahasan sentral dalam epistimologi
dalam epistimologi, yaitu rasionalisme dan tampak mendapatkan porsi yang cukup dalam filsafat
ilmu. Beberapa aliran tersebut, dalam filsafat ilmu,
empirisme, yang pada gilirannya kemudian kemudian dikenal dengan “asumsi-asumsi dasar
muncul beberapa isme lain, misalnya rasionalisme proses keilmuan manusia”.
180 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 178-188

dalam ilmu pengetahuan tergantung pada langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan
bidang spesialisasinya. kekuatan argumentasi secara individual.3
Pada dasarnya metode ilmiah merupakan Dalam beberapa kajian filsafat ilmu, posisi
cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh epistimologi ini mempunyai standar pengujian
pengetahuannya berdasarkan: (a) Kerangka yang kokoh karena didasari postulat value
pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi free. Konsep ini berbeda dengan ontologi
yang bersifat konsisten dengan pengetahuan dan aksiologi yang sangat rawan untuk
sebelumnya yang telah berhasil disusun; disalahgunakan karena unsur subjektivitasnya
(b) Menjabarkan hipotesis yang merupakan sangat tinggi dalam dua bidang ini sehingga
deduksi dari kerangka pemikiran tersebut, dilihat tidak bebas nilai.Pemaknaan tidak
dan; (c) Melakukan verfikasi terhadap hipotesis bebas nilai ini mengindikasikan bahwa proses
termaksud untuk menguji kebenaran pernyataan pemahaman pada ranah ontologi maupun
secara faktual. aksiologi memberikan kebebasan pada periset
Ketiga hal di atas secara akronim disebut untuk menentukan berbagai hal yang terkait
dengan logico hypotetico verificative-deducto dalam penelitian.4
hypothetico verificative. Kerangka pemikiran Upaya melakukan kajian epistimologi dalam
yang logis adalah argumentasi yang bersifat metode penelitian adalah pengeksplorasian
rasional dalam mengembangkan penjelasan konsep dasar yang menjadi blue print bagi pola
terhadap fenomena alam. Verifikasi secara pengembangan pembelajaran. Pengeksplorasian
empiris berarti evaluasi secara objektif dari ini dilakukan dengan tujuan ke depan terdapat
suatu pernyataan hipotesis terhadap kenyataan upaya-upaya yang signifikan bagi pengembangan
faktual. Verfikasi ini berarti bahwa ilmu terbuka metode penelitian yang sesuai dengan salah
untuk kebenaran lain, selain yang terkandung satu konsep strategi pengembangan ilmu
dalam hipotesis (mungkin fakta menolak yaitu ilmu dan konteksnya saling meresapi
hipotesis). Demikian juga verifikasi faktual dan saling mempengaruhi untuk memberi
membuka diri atas kritik terhadap kerangka kemungkinan bagi timbulnya gagasan-gagasan
pemikiran yang mendasari pengajuan hipotesis. baru yang aktual dan relevan bagi pemenuhan
Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap kebutuhan sesuai dengan waktu dan keadaan
kebenaran baru mempunyai sifat pragmatis (science for the sake human progres).
yang prosesnya berulang berdasarkan cara Kajian kritis dalam tulisan ini merupakan hasil
berfikir kritis. kontemplasi penulis atas perjalanan penelitian
Dalam epistimologi terdapat asas moral yang telah penulis lakukan. Hasil uraian dan
yang secara implisit dan eksplisit masuk dalam beberapa kesimpulan yang penulis sampaikan
logico hypotetico verificative-deducto hypothetico adalah bagian dari proses pembelajaran untuk
verificative yaitu bahwa dalam proses kegiatan
3
Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu
keilmuan, setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk memperoleh dan menyusuntubuh pengetahuannya
menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan berdasarkan : pertama, kerangka pemikiran yang
penuh kejujuran, tanpa mempunyai kepentingan bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat
konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah
berhasil disusun ; kedua menjabarkan hipotesis yang
merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut,
dan ketiga melakukan verifikasi terhadap hipotesis
tersebut untuk menguji kebenaran pernyataan secara
faktual.Secara akronim metode ilmiah terkenal sebagai
logico-hypotetico-verificative atau deducto-hypotetico-
verificative. Lihat dalam Endang Komara, Filsafat Ilmu
dan Metodologi Penelitian, (Bandung: Refika Aditama,
2010), h.129.
4
Kajian tentang suatu penelitian yang bagaimana
yang objektif, dapat ditelaah dari tulisan Gunnar
Myrdal, Objektivitas Penelitian Sosial,(Jakarta : LP3ES,
1985)
Saifullah, Refleksi Epistimologi dalam Metodologi ... | 181

mencapai puncak keilmuan. Penulis berharap standar metodologi yang tepat maka pola
tulisan ini banyak memberikan inspirasi atau pengembangan di lapangan yang dinamis
telaah pembaca yang menyampaikan kritik membutuhkan formula-fourmula baru yang
konstruktif atas pengalaman riset yang berbeda mendukung ke arah pembaharuan metodologi
menjadikan tulisan ini semakin lengkap. penelitian itu sendiri. Formula-formula baru
tersebut didapatkan dari serangkaian hasil
Kerangka Fundamental Metodologi evaluasi secara menyeluruh agar penelitian-
Penelitian penelitian yang dilakukan di masa yang akan
Ilmu yang dianugerahkan oleh Allah datang dapat memberikan nilai tambah trerhadap
SWT sebagai potensi mengetahui, hanya kualitas penelitian tersebut. Pengaruh positif
berguna untuk mengetahui bilamana itu yang didapatkan dari hal tersebut adalah
digerakkan untuk mengetahui.Dari itu ilmu kontribusi pada bagunan keilmuan semakin
hanya berfungsi bilamana potensi berilmu itu berkualitas sehingga nilai kemajuan dari
digunakan dan digerakkan dengan sebaik- ilmu pengetahuan dari abad ke abad semakin
baiknya untuk mengetahui. Itu berarti bahwa berkembang. Upaya ke arah tersebut tentu
mengembangkan ilmu harus ada usaha yang saja ditopang oleh pengetahuan metodologi
digerakkan oleh keinginan yang kuat untuk penelitian yang mumpuni dari periset sehingga
mngetahui. Sikap orang yang berilmu, yang hasil evaluasinya tidak diragukan dan dapat
dalam istilah teori pengetahuan biasa disebut dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
dengan sikap ilmiah adalah sikap yang selalu Metodologi penelitian 6 merupakan dasar
haus terus menerus untuk mengejar apa yang bagi proses penemuan sesuai dengan disiplin
belum diketahui. Itu adalah sikap yang ingin ilmu yang dibangun oleh peneliti. Sebagai
mengejar tanpa hentinya tentang apa-apa yang jembatan yang menghubungkan antara dunia
belum diketahuinya. Jalannya ialah dengan ontologi dengan aksiologi, juga antara dunia
selalu merancang apa tindakan atau langkah das sollen dan das sein sehingga kesenjangan
berikutnya yang akan dikerjakan, sedang dia yang terjadi di lapangan atau yang berkecamuk
masih berada dalam keadaan mengerjakan dalam dunia pemikiran dapat terumuskan
sesuatu. Demikian petunjuk Al Qur’an di jawabannya. Semula metodologi merupakan
dalam sikap berilmu.5 cabang dari logika, tetapi sekarang ini metodologi
Ilmu pengetahuan akan berkembang dengan merupakan bagian dari bidang filsafat. Secara
pesat salah satunya didukung oleh kemampuan sederhana metodologi adalah bidang filsafat
dari peneliti dalam melakukan evaluasi seluruh yang membahas metode pada umumnya.
kerja penelitian yang selama ini dilakukan. Oleh Metodologi dapat diperinci menjadi dua, yaitu:
karena kerja penelitian dengan menggunakan (a) Metodologi Ilmu, yang khusus membicarakan
5
H.M. Koesnoe, Meninjau Pemikiran Ilmu, Ilmiah
metode-metode ilmiah sejak dari unsur-unsur
Modern dan Dasar Filsafatnya Dewasa Ini, (Surabaya: metode ilmiah, langkah-langkahnya, jenis-
UBHARA , 1998), h. 23-24. Berkaitan dengan membangun jenisnya, sampai kepada batas-batas dari
ilmu berparadigma Islam maka dapat dikaji beberapa
literature yaitu: HM.Nazir Karim, Membangun Ilmu metode lmiah; (b) Metodologi Filsafat, yang
dengan Paradigma Islam, (Pekanbaru: SUSKA Press,
2004). Ali Abdul Azhim, Epistimologi dan Aksiologi Ilmu 6
Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari
Perspektif Al-Qur’an, (Bandung: Rosda,b1989); Achmad peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode
Baiquni, Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ilmiah. Metode ini secara filsafati termasuk dalam
(Dana Bakti Wakaf, Jakarta, 1995); Mahdi Ghulsyani, apa yang di namakan epistemologi. Epistemologi
Filsafat Sains menurut Al Qur’an. Alih bahasa Agus merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
Effendi, (Bandung: Mizan,1998); Kuntowijoyo, mendapat pengetahuan, apakah sumber-sumber
Islam sebagai Ilmu.Epistimologi, Metodologi, dan Etika, pengetahuan? apakah hakekat, jangkauan dan
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), Imam Syafi’ie, ruang lingkup pengetahuan? apakah manusia di
Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al Qur’an, (Yogyakarta: mungkinkan untuk mendapat pengetahuan?sampai
UII Press, 2000); Agus Purwadi, Teologi Filsafat dan tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk di
Sains, Pergumulan dalam Peradaban Mencari Paradigma tangkap manusia. Lihat dalam Jujun S. Suriasumantri,
Islam untuk Ilmu dan Pendidikan, (Malang: PSIP UMM, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Filsafat, (Jakarta: Pustaka
2002) . Sinar Harapan, 2001), h. 119
182 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 178-188

khusus membicarakan metode-metode yang bersedia menerima suatu inovasi, sebab ada
digunakan dalam filsafat. Usaha ini dirasakan golongan penolak inovasi (laggard). Tetapi pada
sulit, karena dalam filsafat tidak ada satu kenyataannya (faktual) terdapat inovasi yang
metodepun yang dianggap paling tepat. Tidak mudah diterima sehingga tidak mungkin ada
ada metode yang khas bagi filsafat para filusuf golongan yang menolaknya (laggard). Oleh
bebas menggunakan metode apa saja dalam karena itu pertanyaan penelitiannya dapat
mencari kebenaran.7 diidentifikasikan pada situasi mana atau pada
Oleh karena metodologi ilmu yang merupakan kondisi mana tidak ada golongan laggard.
pengejawantahan dari metode ilmiah yang Melalui identifikasi situasi atau kondisi yang
oleh Soetriono dan Rita Hanafie dinyatakan memungkinkan atau tidak memungkinkan
bahwa metode ilmiah merupakan prosedur atau secara lebih lanjut berarti telah merumuskan
langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan masalah penelitian. Cara yang paling sederhana
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan untuk menemukan pertanyaan penelitian
pengetahuan yang didapatkan melalui metode (research question) adalah melalui data sekunder.
ilmiah. Ada berupa beberapa kemungkinan misalnya:
Metode adalah suatu prosedur atau cara Melihat proses dari perwujudan teori; Melihat
untuk mengetahui sesuatu dengan langkah- linkage dari proposisi suatu teori yang kemudian
langkah yang sistematis. Garis besar langkah- bermaksud memperbaikinya; Merisaukan
langkah sistematis keilmuan sebagai berikut: (1) keberlakuan suatu dalil atau model di tempat
Mencari, merumuskan, dan mengidentifikasi tertentu atau pada waktu tertentu; Melihat
masalah; (2) Menyusun kerangka pemikiran tingkat informative value dari teori yang telah
(logical construct); (3) Merumuskan hipotesis ada, kemudian bermaksud meningkatkannya;
(jawaban rasional terhadap masalah); (4) Segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan
Menguji hipotesis secara empirik; (5) Melakukan dengan teori yang telah ada atau belum
pembahasan; (6) Menarik kesimpulan. dapat dijelaskan secara sempurna. Menyusun
kerangka pemikiran yaitu mengalirkan jalan
Tiga langkah pertama merupakan metode
pikiran menurut kerangka yang logis atau
penelitian, sedangkan langkah-langkah selanjutnya
menurut logical construct. Hal ini tidak lain
bersifat teknis penelitian. Dengan demikian
dari menduduki perkara masalah yang diteliti
maka pelaksanaan penelitian menyangkut
(diidentifikasi) dalam kerangka teoretis yang
dua hal, yaitu hal metode dan hal teknis
relevan dan mampu menangkap, menerangkan,
penelitian. Namun secara implisit metode
serta menunjukkan perspektif terhadap masalah
dan teknik melarut di dalamnya. Mencari,
itu. Upaya ditujukan untuk menjawab atau
merumuskan dan mengidentifikasi masalah,
menerangkan pertanyaan peneltian yang
yaitu menetapkan masalah penelitian, apa
diidentifikasi. 8
yang dijadikan masalah penelitian dan apa
obyeknya. Menyatakan obyek penelitian saja Keterkaiatan epistimologi dengan metodologi
masih belum spesifik, baru menyatakan pada penelitian disimpulkan oleh Endang Koswara
ruang lingkup mana penelitian akan bergerak. sebagai berikut : Struktur prosesial mencakup
Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan Sembilan Langkah Sistematik, yaitu: Tahap pra
masalah yang spesifik dilakukan dengan penelitian (identifikasi masalah, penetapan tujuan
mengajukan pertanyaan penelitian (research penelitian /tercapainya ilmu, introspeksi dan
question), yaitu pertanyaan yang belum dapat skeptif). Tahap proses penelitian (tahap ontologis
memberikan penjelasan (explanation) yang medasar/ asumsi dasar). Tahap Epistimologis
memuaskan berdasarkan teori (hukum atau (metodologi/sarana dan cara mencapai ilmu,
penyimpulan, aplikasi ilmu praksis dan tercapainya
dalil) yang ada. Misalnya menurut teori
dinyatakan bahwa tidak semua orang akan 8
Soetriono dan Rita Hanafie, Filsafat ilmu dan
7
A. Dardiri. Humaniora, Filsafat, danLogika, (Jakarta: Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Andi Offset, 2007),
Rajawali, 1986), h.15-22 h.157-158.
Saifullah, Refleksi Epistimologi dalam Metodologi ... | 183

sebagai pembuktian dan ilmu final). Tahap Akhir pra riset, lihatlah betapa pentingnya proses
(tercapainya kebahagiaan abadi). 9 riset, dan nilai manfaat dari riset. Ketiga hal
Penggunaan metode penelitian dalam pra, ini sangat penting dalam membangun kualitas
proses maupun hasil penelitian merupakan riset. Artinya ketiga hal tersebut berhubungan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini dengan dimensi nilai yang dibangun dalam
sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Pertanyaan yang timbul kemudian adalah jika
penelitian sudah menetapkan objek studi dan Urgensi Pra Riset dan Proses Riset
telah memilih metode yang tepat tetapi hasilnya Pra riset adalah kunci keberhasilan awal
gagal, apakah ini bisa dikatakan penelitiannya yang harus dipersiapkan peneliti. Artinya
gagal. Dalam kerangka ilmu riset, semua lakukanlah penjajakan awal atau bahasa lain,
hal yang telah dilakukan oleh periset pada lakukanlah studi pendahuluan, studi orientasi
tineliti pada hahekatnya sudah melakukan yang bertujuan memetakan konsep, memetakan
penelitian. Persoalan gagal atau tidak gagal problem, menentukan metode dan sebagainya.
sangat tergantung pada upaya peneliti untuk Hal ini berarti pra riset membutuhkan terjun ke
melakukan review, reaktualisasi, reposisi lapangan. Seorang periset tidak hanya duduk
problematika dan seterusnya yang berujung dan menghadap meja kerja dan melakukan
pada hasil. Jika peneliti mengatakan bahwa penerawangan untuk mencari ilham. Walaupun
penelitiannya gagal maka peneliti tersebut itu kajian literature atau penelitian kepustakaan
menjelaskan aspek gagalnya dimana? Apakah sekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa apapun
perlu dilakukan kajian ulang atas berbagai jenis penelitian yang akan dilakukan sebaiknya
aspek yang gagal tersebut. Khusus kajian di melakukan pra riset.
bidang ilmu sosial, secara prosedural memang Dengan demikian metodologi penelitian
diharapkan ada sesuatu hasil yang bisa disajikan merupakan pedoman yang sudah pakem
sebagai dasar keberhasilan riset. Hal ini berarti karena sudah tersistematisasikan secara ajeg
bahwa upaya ini menunjukkan jika dalam sesuai standar yang disepakati oleh peers groups
proses riset ditemukan beberapa hal yang atau komunitas keilmuan. Tentunya bangunan
terkait dan dapat diprediksi bahwa penelitian keilmuan yang disusun, dipertahankan maupun
ini dilakukan perbaikan, pemilihan problem, difalsifikasikan sesuai dengan standar yang
penataan ulang analisis dan sebagainya adalah disepakati. Jika seseorang peneliti menggunakan
sesuatu yang wajar dilakukan sehingga peneliti bangunan epistimologi yang lain diluar pakem
sudah sejak awal melakukan suatu prediksi yang telah disepakati maka hal ini harus
bagaimana menata riset dalam proses. dilakukan uji publik. Uji publik ditujukan
Dalam melakukan penelitian, hal yang sangat agar penemuan epistimologi yang baru ini
penting untuk diperhatikan adalah lakukan dapat dipertahankan kesahihannya sehingga
dapat ditelusuri secara mendalam apa dan
9
Endang Komara, Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian, (Bandung : Refika Aditama, 2010 ) h. bagimana proses penemuan tersebut. Dalam
134. Dengan demikian metodologi penelitian itu hal pencantuman penemuan epistimologi yang
dikendalikan oleh garis-garis pemikiran yang diujipublikkan maka posisi yang ditempati
konseptual dan prosedural. Pemikiran konseptual yang
berupa gagasan orisinal dan pemikiran prosedural. bukan sebagai substansi tetapi sebagai uraian
Pemikiran konseptual yang berupa gagasan orisinal dan pelengkap saja.
pemikiran prosedural itu dimulai dari observasi dan
percobaan, dan berakhir ada pernyataan-pernyataan Nilai manfaat yang didapatkan dari tinjauan
umum. Dengan kata lain, proses yang ditetapkan awal lapangan adalah bahwa peneliti dapat
dalam metode penelitian sangat sistematis dab penuh
tujuan. Lebih luas lagi, metodologi mengacu pada menentukan peta masalah sampai pada
rancangan ketika peneliti memilih prosedur tertentu prakiraan metode atau analisis yang akan
untuk menyelidiki dan memecahkan suatu masalah.
Lihat dalam Syamsudin dan Damaianti,Vismaia,
dilakukan. Hal ini tentu saja bukan sebuah
Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung : pekerjaan yang mudah karena dibutuhkan
Rosda, 2006), h. 14-15
184 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 178-188

kepekaan yang menyeluruh sehingga proposal sesuatu yang final dan sangat menentukan.
riset dapat tersusun dengan baik. Dalam falsafah riset, sesungguhnya salah satu
Proses riset dimaknai sebagai wadah nilai yang paling menentukan adalah proses
pergulatan yang dilalui oleh peneliti. Peneliti riset yang dilalui oleh peneliti. Seringkali kita
akan menemukan jawaban atas segala hal lihat, bahwa peneliti dikejar oleh hasil tanpa
yang diajukan. Dalam proses penelitian inilah memperhatikan proses dan hal ini berdampak
sesungguhnya akan terlihat uji coba atas pada ketidakmatangan dalam analisis data,
kemampuan dan ketrampilan peneliti untuk yang penting rumusan masalah terjawab. Hal
mengukur sejauhmana peneliti berkualitas inilah yang mengakibatkan banyak laporan
atas riset yang dilakukan. Dalam banyak penelitian yang lemah pada proses penceritaan
hal, seringkali dijumpai persiapan-persiapan data dan analisis data dihubungkan dengan
atau bekal pra riset yang banyak mengalami teori atau kajian pustaka.10
perubahan sebagai akibat dari situasi dan
kondisi lapangan berbicara lain. Contoh Nilai Manfaat Riset
yang seringkali dijumpai adalah terjadinya Aksiologi dalam riset bertujuan agar riset
penemuan-penemuan masalah baru yang hal yang dilakukan bermanfaat bagi kemaslahatan
tersebut mempengaruhi persoalan yang telah hidup manusia, baik itu secara teoritis atau
tersistematisasikan dengan baik dalam proposal. akademik maupun secara empirik atau lapangan.
Bisa saja di lapangan si peneliti menemukan Nilai manfaat ini sebaiknya terpikirkan
masalah baru yang lebih berbobot dan lebih sejak peneliti memulai pra riset. Seringkali
kompleks sehingga layak untuk diteliti. Hal ini kemanfaatan riset ini baru terpikirkan dan
sepenuhnya tergantung pada si peneliti untuk digarap pada penyusunan bab penutup dari
melanjutkan atau menata ulang risetnya. laporan penelitian. Padahal secara eksplisit
Peran peneliti merupakan titik sentral bagi maupun implisit, nilai manfaat selalu menyertai
keberhasilan seluruh rangkaian penelitian. Dalam setiap langkah riset.
konteks metodologi penelitian, manusia sebagai Nama lain yang sering digunakan untuk
instrumen penelitian sangat berpengaruh secara pengertian nilai manfaat adalah kontribusi
signifikan, baik itu sebagai pengumpul data penelitian atau kegunaan penelitian. Sebaiknya
maupun bantuan orang lain dalam pengumpulan memang dua aspek : teoritis dan praktis selalu
data. Demikian halnya si pemberi data, baik terjelma dalam hasil riset baik itu penelitian
itu responden maupun informan sangat literature maupun penelitian lapangan.
berpengaruh pada data yang diberikan, apakah Konsekuensi ilmiah dari penelitian yang
itu data primer maupun data sekunder. Posisi dilakukan oleh peneliti adalah menyampaikan
sentral manusia sebagai instrumen penelitian hasil-hasil penelitian pada dua aspek tersebut.
disebabkan manusia mampu menyesuaikan Seringkali setelah selesai sidang majelis
dengan situasi dan kondisi atau kenyataan- mempertahankan hasil riset, peneliti menganggap
kenyataan di lapangan. Pra maupun proses riset berakhir. Laporan penelitian dipajang di
riset tetap dikomunikasikan walaupun hasil lemari, hasil penelitian tidak menyentuh pada
riset sudah didapat. Seringkali ditemukan masalah-maslah yang dihadapi masyarakat.
peneliti tidak melakukan teknik pengecekan Pentingnya riset terletak pada sejauhmana
keabsahan data secara sempurna setelah riset kontribusi tersebut termanfaatkan.
selesai dipublikasikan dan hal ini berdampak Di sisi akademik, dijelaskan bahwa nilai
pada responden maupun informan yang manfaat penelitian adalah suatu penelitian
memberikan tanggapan balik atas publikasi 10
Conny R.Semiawan dalam bukunya Catatan Kecil
tersebut. tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta: Prenada, 2007), membahas berbagai isu
Nilai yang paling urgent dari penelitian yang seputar perkembangan ilmu pengetahuan mulai
dilakukan adalah bahwa hasil penelitian bukanlah landasan pengetahuan sampai berbagai jenis aplikasi
penelitian.
Saifullah, Refleksi Epistimologi dalam Metodologi ... | 185

yang dilakukan membawa pengaruh pada pertanda bahwa setelah melakukan riset maka
konsekuensi ilmiah yaitu sumbangsih pada peneliti sebaiknya segera menyebarkan atau
bangunan teori (theory building). Artinya mempublikasikan tulisan secara ilmiah baik
penelitian yang dilakukan membawa dampak itu pada tulisan di jurnal maupun dirasakan
positif pada bangunan keilmuan sesuai dengan langsung oleh masyarakat dengan melakukan
yang digeluti peneliti. Hal ini tercermin ada aspek pengabdian masyarakat.
hubungan sinergis antara kajian pustaka yang
dipaparkan dengan analisis yang bermuara pada Essensi Kajian Pustaka dan Membangun
penambahan, pengurangan atau falsifikasi atas Metodologi Disiplin Keilmuan
teori yang diajukan. Tentunya hal ini sesuai Pustaka tidak selamanya memuaskan
dengan posisi peneliti: apakah pada riset S1 keinginan penulis dalam menuangkan ide
atau Pascasarjana. Terdapat perbedaan dalam dalam gagasan riset. Inilah essensi salah satu
hal kontribusi ilmiah karena hal ini didasari riset yaitu riset dilakukan untuk sumbangsih
atas stratifikasi keilmuan. bangunan teori. Pembacaan atas realita pustaka
Di sisi empirik, dijelaskan bahwa riset itu yang masih belum diakses secara nasional
akan termanfaatkan jika masyarakat benar- selain persoalan klasik dan lemahnya sistem
benar merasakan manfaatnya. Seringkali jaringan kepustakaan memungkinkan seseorang
laporan riset tidak disosialisasikan. Hal ini lemah dalam keaktualan dan kefaktualan data
terlihat dari masing-masing berjalan sendiri pustaka. Jaringan akses yang berkembang dalam
dengan masalahnya. Hasil riset tetap di lemari menelusuri pustaka lewat dunia maya juga
dan masyarakat tetap dengan masalahnya. Inti masih dipertanyakan keabsahannya terutama
pengabdian masyarakat adalah penerapan aspek pertangunggjawaban ilmiah. Seringkali
hasil riset adalah hal yang mutlak. Qonditio yang dijumpai adalah banyak peneliti yang
sine qua non. Disinilah sebenarnya letak ultimate sangat mengantungkan sumber informasi
reality dari riset. Masyarakat disini termasuk primer dari jejaring sosial tersebut. Oleh sebab
di dalamnya lembaga atau birokrasi yang itu Diktis Kemenag, Dikti Dikbud atau LIPI
diteliti. Hasil riset yang disimpan tidak akan berkewajiban untuk menata standar ilmiah
membawa perubahan pada lembaga yang dalam mengakses jejaring sosial berkaitan
diteliti. Oleh karena penelitian ilmu-ilmu sosial dengan mutu penelitian.
merupakan ilmu yang dinamis maka terjadi Hal yang sering terjadi adalah peneliti belum
pergerakan dan perubahan yang hal ini lambat dapat menunjukkan bobot keilmuan yang
laun berpengaruh pada singnifikansi riset. ditekuni. Seorang peneliti sejak awal sebelum
Jika kemudian hasil riset tidak diberikan pada terjun ke dunia riset sebaiknya dapat mengukur
lembaga yang diteliti dan oleh lembaga tidak sejauhmana disiplin ilmu yang dikuasai. Hal
menindaklanjuti hasil riset untuk perbaikan yang paling mudah adalah peneliti concern
kinerja lembaga maka sesungguhnya nilai di bidang apa. Bidang ini yang dispesialisasi.
manfaat belum berjalan optimal. Uraian inilah Membangun bidang yang ditekuni dengan jalan
yang disebut sebagai pasca riset yaitu tindakan mendalami kajan pustaka terbaru termasuk
peneliti untuk mempertanggungjawabkan didalamnya menelusuri hasil riset pada
hasil risetnya. jurnal nasional dan internasional. Program
Sisi pasca riset ini bisa ditelusuri mengapa ini dilakukan bertujuan agar supaya terlihat
Indonesia tidak terdapat perubahan yang berarti jelas nantinya hasil riset yang bagaimana yang
dikarenakan ilmuwan berputar-putar pada dapat disumbangkan dalam bangunan teori
persoalan mereka sendiri. Sedemikian banyak yang ditekuni.
hasil riset yang selesai dilakukan berhenti pada Mempelajari metodologi penelitian adalah
titik nol dan hasil riset kadangkala kadaluarsa mempelajari pula bangunan spesifik metodologi
karena sudah tidak dapat diaplikasikan di penelitian yang dikembangkan dalam disiplin
masyarakat yang dinamis. Hal ini menjadikan
186 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 178-188

ilmu tersebut. Artinya dalam pemilihan dan yang bersifat logis dengan argumentasi
penetapan bentuk atau alur metodologi yang yang bersifat konsisten dengan pengetahuan
bagaimana yang akan dipergunakan sudah sebelumnya yang telah berhasil disusun.
selayaknya menggunakan metodologi yang Menjabarkan hipotesis yang merupakan
dikembangkan dalam disiplin ilmu tersebut. deduksi dari kerangka pemikiran adalah
Hal ini menjadi sangat urgen dikarenakan untuk melakukan verfikasi terhadap hipotesis
banyak disiplin ilmu yang masih belum dan menguji kebenaran pernyataan secara
menemukan jati diri metode penelitian yang faktual. Ketiga hal ini disebut dengan logico
dikembangkan khas rumpun ilmunya. Hal ini hypotetico verificative-deducto hypothetico
wajar saja terjadi karena payung ilmunya di verificative.
bidang penelitian sosial maupun penelitian alam 2. Berkembangnya ilmu pengetahuan memberi
telah menyediakan standar umum penelitian. dampak positif pada hasil evaluasi dan
Namun demikian problematika yang dihadapi kualitas bangunan metodologi penelitian
dalam riset sangat khas rumpun ilmu yang yang memunculkan formula-formula baru.
bersangkutan sehingga membutuhkan warna Oleh karena kerangka dasar filsafati dari
khusus dalam metode penelitian. metodologi penelitian adalah epsitimologi,
Secara empirik ditemukan bahwa peneliti yang maka standar yang dibangun sangat valid
menggunakan metodologi dalam penelitiannya dan teruji publik. Dalam konteks ini maka
belum diwarnai oleh kekhasan penelitian perlu pencermatan tentang fungsi dan
dalam bidang yang ditekuni. Contoh misalnya kegunaan akan pentingnya pra, proses dan
mahasiswa Fakultas Syari’ah. Dalam uraian riset nilai manfaat riset agar kualitas riset yang
yang dilakukan belum menggunakan metode dihasilkan berdampak positif pada bangunan
penelitian hukum Islam yang dikembangkan. keilmuan peneliti. Hal ini bukan sebuah
Sebagian besar mahasiswa masih menggunakan pekerjaan penelitian yang mudah karena
referensi metodologi penelitian dalam pengertian dibutuhkan kepekaan yang menyeluruh
umum. Khususnya di bidang penelitian- sehingga penyusunan karya ilmiah dapat
penelitian ilmu sosial. Secara prinsip metodologi direncanakan dan dipublikasikan dengan
penelitian yang dipergunakan bukan merupakan baik.
problematika karena masih masuk dalam 3. Peran peneliti dalam metodologi penelitian
ranah penelitian akan tetapi belum dapat memegang posisi sentral dari seluruh
memberikan sumbangan metodologi penelitian rangkaian penelitian. Posisi sentral tersebut
dari disiplin ilmu yang ditekuni. Pekerjaan dimaknai bahwa manusia mempunyai
apa yang dilakukan periset pada tinelitinya kemampuan untuk menyesuaikan dengan
merupakan pekerjaan yang secara menyeluruh situasi dan kondisi lapangan. Sedemikian
bermanfaat termasuk didalamnya adalah sejauh banyak hasil riset yang selesai dilakukan
mana sumbangsih metodologi penelitian pada berhenti pada titik nol dan hasil riset
bangunan penelitian di bidang ilmu yang kadangkala kadaluarsa karena sudah tidak
ditekuni. dapat diaplikasikan di masyarakat yang
dinamis. Hal ini menjadikan pertanda
Kesimpulan bahwa setelah melakukan riset maka
Berdasarkan kajian kritis di atas maka terdapat peneliti sebaiknya segera menyebarkan atau
beberapa kesimpulan sebagai berikut: mempublikasikan tulisan secara ilmiah, baik
1. Epistimologi merupakan salah satu tiang itu pada tulisan di jurnal maupun dirasakan
peyangga dalam filsafat ilmu. Konsep langsung oleh masyarakat dengan melakukan
epistimologi dalam rangkaian keseluruhan aspek pengabdian masyarakat atau sebagai
penelitian merupakan penerapan metode masukan bagi pengambil kebijakan.
ilmiah berdasarkan kerangka pemikiran
Saifullah, Refleksi Epistimologi dalam Metodologi ... | 187

4. Dilakukannya riset bertujuan memberikan selayaknya menggunakan metodologi


manfaat bagi kemaslahatan hidup manusia, yang dikembangkan dalam disiplin ilmu
baik itu bangunan keilmuan secara teoritis tersebut. Hal ini menjadi sangat urgen
maupun secara empirik. Nilai manfaat riset dikarenakan banyak disiplin ilmu yang
sebaiknya secara eksplisit dan implisit selalu masih belum menemukan jati diri metode
menyertai setiap langkah riset. Konsekuensi penelitian yang dikembangkan khas rumpun
ilmiah dalam nilai manfaat riset yang ilmunya. Hal ini wajar saja terjadi karena
dilakukan adalah menyampaikan hasil-hasil payung ilmunya di bidang penelitian sosial
riset ke masyarakat pengguna. Pentingnya maupun penelitian alam telah menyediakan
hasil riset terletak pada sejauhmana kontribusi standar umum penelitian. Namun demikian
tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh problematika yang dihadapi dalam riset
masyarakat pengguna. sangat khas rumpun ilmu yang bersangkutan
5. Penggunaan metodologi penelitian dalam sehingga membutuhkan warna khusus dalam
riset sangat dipengaruhi sejauhmana metode penelitian. Oleh sebab itu secara
kemampuan peneliti menguasai bangunan berkesinambungan sebaiknya komunitas
metodologi disiplin keilmuan yang ditekuni. ilmuan pada rumpun ilmu memetakan jati
Pemilihan dan penetapan bentuk atau alur diri rumpun ilmu yang ditekuninya.
metodologi yang digunakan dalam penelitian

Daftar Pustaka Qur’an. Alih bahasa Agus Effendi, Mizan,


Bandung, 1998.
Gunnar Myrdal, Objektivitas Penelitian Sosial,
Azhim, Ali Abdul, Epistimologi dan Aksiologi
Jakarta: LP3ES, 1985
Ilmu Perspektif Al-Qur’an, Bandung: CV
Rosda, 1989 Hatta, Mohammad, Pengantar ke Jalan Ilmu dan
Pengetahuan, Jakarta: Mutiara, 1979.
Aziz Al-Zindani, Abdul Majid, Mukjizat Al-
Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK, Hollis, Martin, The Philosophy of Social Science,
Gema Insani Press, 1997. Cambriedge University Press, 1994.
Baiquni, Achmad, Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan Holmes, Robert L, Basic Moral Philosophy,
dan Teknologi, Jakarta: Dana Bakti Wakaf, 2nd Wadsworth Publishing Company,
1995. 1998.
Beerling, Kwee, Mooij Van Peursen, Inleiding Horgan, John, The Ends of Science. Facing the
tot de Wetenscapleer, Alih bahasa Soejono Limits of Knowledge in the Twilight of the
Soemargono, Pengantar Filsafat Ilmu, Tiara Scientific Age, Broadway Books, New
Wacana, Yogyakarta: 1970. York, 1997.
Capra, Fritjof, Titik Balik Peradaban. Sains, Karim, HM.Nazir, Membangun Ilmu dengan
Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan, Paradigma Islam, Pekanbaru: SUSKA
Alih bahasa M.Thoyibi, Yogyakarta: Press, 2004.
Bentang Budaya, 1997. Khun, Thomas.S, The Structure of Scientific
Cummins, Robert and David Owen Ed, Revolutions, Chicago: University Press,
History of Modern Philosophy, Descartes to 2nd, 1970
Kant: Wadsworth Publishing Company, Koesnoe, H.M,.Meninjau Pemikiran Ilmu, Ilmiah
1998. Modern dan Dasar Filsafatnya Dewasa Ini,
Dardiri, A, Humaniora, Filsafat, dan Logika, Surabaya: UBHARA, 1998
Jakarta: Rajawali : 1986. Komara, Endang, Filsafat Ilmu dan Metodologi
Ghulsyani, Mahdi, Filsafat Sains menurut Al Penelitian, Bandung: Refika Aditama,
188 | de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 5 Nomor 2, Desember 2013, hlm. 178-188

2010 Suriasumantri, Jujun.S, Ilmu dalam Perspektif


Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu.Epistimologi, Moral, Sosial dan Politik. Sebuah Dialog
Metodologi, dan Etika, Yogyakarta: Tiara tentang Dunia Keilmuan Dewasa Ini,
Wacana, 2006, Gramedia: Jakarta, 1986.
Lakatos, Imre, The Methodology of Scientific ___________, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Research Programmes, Philosophical Populer, Sinar Harapan, Jakarta, 1994.
Papers Vol.I, Cambriedge University ___________,ed, Ilmu dalam Perspektif, Sebuah
Press, 1978. Kumpulan Karangan tentang Hakekat
Muslih, M, Filsafat Ilmu.Kajian atas Asumsi Ilmu, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta,
Dasar Paradigma dan Kerangka Teori 1995.
Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar, ___________,, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah
2004. Pengantar Filsafat, Jakarta: Pustaka Sinar
Purwadi, Agus, Teologi Filsafat dan Sains, Harapan, 2001.
Pergumulan dalam Peradaban Mencari Sumarna, Cecep, Rekonstruksi Ilmu dari Empirik-
Paradigma Islam untuk Ilmu dan Pendidikan, Rasional Ateistik ke Empirik-Rasional Teistik.,
Malang: PSIP UMM, 2002 Bandung ; Benang Merah Press, 2005.
Semiawan, Conny R, .Catatan Kecil tentang Syafi’ie, Imam, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Al Qur’an, Yogyakarta: UII Press, 2000
Pengetahuan, Jakarta: Prenada, 2007. Syamsudin dan Damaianti, Vismaia, Metodologi
Soetriono dan Rita Hanafie, Filsafat ilmu dan Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung:
Metodologi Penelitian, Yogyakarta: CV.Andi Rosda, 2006
Offset, 2007.

You might also like