You are on page 1of 11

1

HUBUNGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN


FRAKTUR TERBUKA DENGAN RESIKO TERJADINYA SYOK HIPOVOLEMIK
DI IGD RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015.

Aldo Yuliano 1, Nova Erlina Sasra 2


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Perintis Sumbar1
Email : aldoyuliano@ymail.com 1, nova_erlina92@yahoo.com 2

ABSTRACT
Open fracture is a fracture with a clearly visible translucent skin, which could be contaminated by the
environment. Cause of death patient emergency serious condition that is 50% on the way to the
hospital, 35% due to trauma and also 50% died at the time of the incident or a few minutes after the
incident (Pusponegoro, 2008). Relief on emergency patients have a service standard time known as
the response time (Response Time) is the time span necessary services ranging from determining
triage nurse to complete the process of handling emergency patients (fractures). The purpose of this
study was to determine whether or not there is a relationship proper response time handling the risk
of shock. This study uses descriptive correlative. This research was conducted at IDG Hospital Dr
Achmad Mochtar Bukittinggi in June-July 2015. The research sample totaled 26 ER nurses were
selected using total sampling technique. Collecting data using observation sheet in accordance with
the criteria respondent sample. The results showed the majority of nurses do not fracture treatment in
patients timely namely 65.4%, while for the risk of shock that is 61.5%. Test results using a chi-square
statistic values obtained Fisher's Exact Test = 0.046 (<0.05) thus conclude that there is a relationship
of response time nurse in the treatment of patients with open fractures risk of hypovolemic shock. Of
the research are expected to lead in order to make observations to the members of his team about the
time the action is used for taking action on an open fracture patients so as to minimize the risk of
hypovolemic shock.

Keywords : Response Time, Risk Accurrence Shock Hypovolaemic, open fracture

HUBUNGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN


FRAKTUR TERBUKA DENGAN RESIKO TERJADINYA SYOK HIPOVOLEMIK
DI IGD RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015.

ABSTRAK

Fraktur terbuka adalah fraktur dengan kulit yang terlihat jelas tembus, yang bisa terkontaminasi oleh
lingkungan. Penyebab kematian penderita gawat darurat yaitu 50% dalam perjalanan kerumah sakit ,
35% karena trauma dan juga 50% meninggal pada saat kejadian atau beberapa menit setelah kejadian
(Pusponegoro, 2008). Pertolongan pada pasien gawat darurat memiliki sebuah waktu standar
pelayanan yang dikenal dengan istilah waktu tanggap (Respon Time) yaitu rentang waktu pelayanan
yang diperlukan perawat mulai dari menentukan triage sampai selesai proses penanganan pasien
gawat darurat (Fraktur). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan tepat atau
tidaknya waktu tanggap penanganan dengan resiko terjadinya syok. Penelitian ini menggunakan
metode Deskripfif Korelatif. Penelitian ini dilakukan di IDG RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi
pada bulan juni-juli tahun 2015. Dengan sampel penelitian berjumlah 26 orang perawat IGD yang
dipilih menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi
pada responden yang sesuai dengan kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar
perawat melakukan penanganan pada pasien fraktur tidak tepat waktu yaitu 65,4%, sedangkan untuk
resiko terjadinya syok yaitu 61,5%. Hasil uji statistic dengan menggunakan chi square diperoleh nilai
Fisher’s Exact Test = 0,046 (<0,05) sehingga ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan waktu tanggap
perawat dalam penanganan pasien fraktur terbuka dengan resiko terjadinya syok hipovolemik. Dari
penelitian diharapkan kepada ketua tim agar melakukan observasi kepada anggota timnya tentang
waktu tindakan yang dipakai selama melakukan tindakan pada pasien fraktur terbuka sehingga dapat
meminimalkan resiko terjadinya syok hipovolemik.
1. PENDAHULUAN setiap tahunnya ini juga meningkatkan mobilitas
a. Latar Belakang penduduk baik didesa maupun dikota. Jumlah
Semakin bertambah jumlah penduduk kendaraan bermotorpun ikut meningkat seiring
2

dengan kebutuhan transportasi. Pertambahan


volume kendaraan tersebut meningkatkan Fraktur atau patah tulang adalah
resiko kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
lintas sering mengakibatkan trauma kecepatan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
tinggi dan kita waspada terhadap kemungkinan rudapaksa (Mansjoer, 2000). sedangkan fraktur
polytrauma yang dapat mengakibatkan trauma terbuka (open fracture) adalah bila terdapat
organ-organ lain. Trauma-trauma ini adalah hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cidera luar karena adanya perlukaan dikulit
olah raga yang akan mengakibatkan fraktur. (Mansjoer, 2000), Tulang mempunyai
Setiap trauma yang dapat mengakibatkan vaskularisasi yang cukup bagus karena itulah
fraktur juga dapat sekaligus merusak jaringan dapat terjadi perdarahan jika terjadi perlukaan.
lunak disekitar fraktur mulai dari otot , kulit, Sebagai tambahan trauma dapat merobek arteri
tulang sampai struktur neorovaskuler atau yang berdekatan dan menyebabkan
organ-organ penting lainnya (Namira, 2014). Pendarahan (Herman ,2012). Perdarahan
Kejadian trauma menurut data World Health dalam jumlah sedikit ataupun banyak dapat
Organization tahun 2013 kecelakaan dijalan menyebabkan syok Hipovolemik dan bahkan
raya merupakan masalah kesehatan yang kematian. Luka robek pada pembuluh darah
sering terjadi didunia, sekitar 14.000 orang besar di leher, tangan, dan paha dapat
yang mengalami kecelakaan dijalan setiap hari, menyebabkan kematain dalam 1 – 3 menit.
sekitar 30.000 orang yang meninggal dunia Sedangkan pendarahan dari aorta atau vena
akibat kecelakaan dan sekitar 15.000 orang kava dapat menyebabkan kematian dalam 30
yang mengalami kecacatan seumur hidup. Bila detik (Sjamsuhidajat, 2005). Hasil penelitian
masalah ini tidak diperhatikan dengan yang dilakukan oleh Dimas Gatra ditahun 2014
sungguh-sungguh maka dikawatirkan 2020 angka kematian pada pasien fraktur terbuka
nanti jumlah angka kematian atau angka yang mengalami syok hipovolemik dirumah
kecacatan akan mencapai lebih dari 60% sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap
penduduk dunia. dengan penanganan 6% dan peralatan yang
kurang 36%.
Dinas Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2013 didapatkan sekitar 8,3 juta kasus Pelayanan pasien gawat darurat adalah
fraktur, dengan jenis fraktur yang berbeda dan pelayanan yang memerlukan pertolongan
penyebab yag berbeda. Dari hasil survey tim segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk
Kementrian Kesehatan RI didapatkan 25% mencegah kematian dan kecacatan. Pelayanan
penderita fraktur yang mengalami kematian, pasien gawat darurat memegang peranan yang
45% kecacatan fisik, 25% Stres Psikologis sangat penting (Time saving is life saving)
karna cemas, dan depresi dan 5% mengalami bahkan waktu adalah nyawa (Watkins, 2013).
kesembuhan dengan baik. 25% bedah fraktur Pertolongan gawat darurat melibatkan dua
yang mengalami kecemasan ini dapat menjadi komponen utama yaitu pertolongan fase pra
hal yang berpengaruh terhadap lama rawat rumah sakit dan fase rumah sakit. Kedua
karna meningkatnya komplikasi dan lama komponen tersebut sama pentingnya dalam
penyembuhan. Berdasarkan data yang upaya pertolongan gawat darurat. Pertolongan
didapatkan dari Polda Sumbar , terjadi pada gawat darurat memiliki sebuah waktu standar
tahun 2013 sekitar 595 orang tewas akibat pelayanan yang dikenal dengan istilah waktu
kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan tanggap (Respon Time) yaitu rentang waktu
raya, selain itu data tersebut juga mencatat pelayanan yang diperlukan perawat mulai dari
sekitar 1.225 orang menderita fraktur berat, menentukan triase sampai selesai proses
dan 3.219 orang menderita fraktur ringan penanganan gawat darurat, pada fraktur
(Polda Sumbar, 2013) terbuka dengan Derajat III waktu tanggapnya
“segera” dan pada fraktur terbuka dengan
Derajat I dan II waktu tanggapnya “10 menit”.
(Watkins, 2013)

Hasil catatan rekan medis di IGD


RSUD Dr Achmad Mochtar angka kejadian
fraktur terbuka mengalami peningkatan. Pada
tahun 2013 jumlah kasus fraktur terbuka 304, yaitu derajat I, derajat II, dan derajat III. Dari hasil
pada tahun 2014 jumlah kasus fraktur terbuka wawancara dengan beberapa petugas di ruangan
362, dengan derajat luka yang berbeda-beda IGD RSUD Dr Achmad Mochtar dalam bulan
3

maret tahun 2015, didapatkan jumlah pasien di IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
fraktur terbuka 38 orang, yang mengalami Bukittingggi Tahun 2015.
resiko syok hipovolemik 11 orang, 6 orang 3. Menganalisa Hubungan waktu tanggap
Fraktur terbuka derajat III mengalami resiko perawat dalam penanganan pasien
syok hipovolemik karena tidak tepatnya waktu fraktur terbuka dengan resiko terjadinya
tanggap yang telah ditetapkan IGD Dr Achmad syok hipovolemik di IGD RSUD Dr.
Mochtar tetapi penanganannya sesuai dengan Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
SOP, 3 orang fraktur terbuka derajat II 2015.
mengalami resiko syok hipovolemik karena
tepat waktu tanggapnya tetapi penanganannya 2. KAJIAN LITERATUR
kurang sesuai dengan SOP, 2 orang yang a. Waktu Tanggap
masih mengalami resiko syok hipovolemik Respon time pelayanan merupakan
walaupun waktu tanggapnya tepat dan kecepatan tindakan diawali dari tanggapan atau
penanganannya sesuai dengan SOP. respon perawat instalansi gawat darurat
(Triage) sampai selesai penanganan dari
Masalah di atas maka penelitian masalah pada pasien. Waktu tanggap
tertarik untuk melakukan penelitian dengan pelayanan dapat dihitung dengan hitungan
judul “Hubungan Waktu Tanggap Perawat menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal
Dalam Penanganan Pasien Fraktur Terbuka yang baik mengenai jumlah tenaga maupun
Dengan Resiko Terjadinya Syok Hipovolemik komponen-komponen lain yang mendukung
di IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar seperti labolatorium, radiologi, farmasi dan
Bukittinggi Tahun 2015”. administrasi. Dengan ukuran keberhasilan
adalah respon time selama 5 menit dan waktu
b. Rumusan Masalah defenitif ≤ 2 jam (Basoeki dkk, 2008).
Berdasarkan latar belakang diatas Berdasarkan Oman (2008) dalam jurnal
maka rumusan masalah penelitian yaitu apakah Anindia, pengambilan keputusan tiage
ada Hubungan waktu tanggap perawat dalam didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis,
penanganan pasien fraktur terbuka dengan dan data objektif yang mencangkup keadaan
resiko terjadinya syok hipovolemik di IGD umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi terfokus. Sedangkan prioritas adalah penetuan
Tahun 2015. mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu
c. Tujuan penelitian pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.
Adapun faktor-faktor yang Mempengaruhi
a. Tujuan Umum Waktu Tanggap diantaranya :
Mengetahui Hubungan waktu tanggap
perawat dalam penanganan pasien fraktur 1. Pengetahuan
terbuka dengan resiko terjadinya syok Sebagai suatu profesi, keperawatan
hipovolemik di IGD RSUD Dr. Achmad memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian yang
Mochtar Bukittinggi Tahun 2015. berbatas tegas. Sejumlah kerangka kerja
konseptual keperawatan di gunakan sebagai
b. Tujuan Khusus pengetahuan dasar keperawatan dan
1. Mengidentifikasi waktu tanggap perawat mengarahkan praktik keperawatan, pendidikan,
dalam penanganan pasien fratur terbuka dan penelitian berkelanjutan(Yoon, 2010
di IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar dalam jurnal Syafruddin).
Bukittinggi Tahun 2015.
2. Mengidentifikasi kejadian syok 2. Ketersediaan Petugas
hipovolemik pada pasien fraktur terbuka Sebagian besar suatu instalasi
menetapkan suatu standar petugas, standar
yaitu jam kerja per hari perawat pasein(unit
penyakit dalam), kunjungan per bulan(agens
perawatan di rumah), atau menit perkasus (unit
gawat darurat). Karena sensus pasien, jumlah
kunjungan, kasus perhari tidak pernah konstan,
(marquis, 2010).
110

kesulitan pernafasan karena edema, cedera


3. Penempatan Staf wajah dan leher dan Control pendarahan
Keputusan dalam pengaturan staf yang haemoragik. Control pendarahan pena dengan
ada dapat menentukan kualitas pelayanan yang menekan langsung sisi tersebut bersamaan
di berikan. Seperti penekanan pada individu dengan tekanan jari pada arteri paling dekat
pembuatan keputusan untuk menentukan dengan area pendarahan. Atasi syok, dimana
pengaturan/pembentukan staffing yang tepat. pasien dengan fraktur biasanya mengalami
Sebagai contoh adanya pola penugasan yang kehilangan darah. Tetapi ingat bahwa
tidak terprediksi, dan fluktuasi keputusan banyaknya darah yang hilang berkaiatan
perencanan staf yang terus menurun berubah dengan fraktur dari femur dan pelvis.
akan membuat kesulitan dalam proses Pertahankan tekanan darah dengan infuse IV.
pembelajaran staf dalam pengambilan Inspeksi bagian tubuh yang raktur. Observasi
keputusan atau perencanaan. (sumijatun, seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari
2009). kepala sampai kaki dengan sistematis, inspeksi
untuk laserasi, bengkak dan deformitas.
b. Fraktur Terbuka Selidiki adanya nyeri. (Brunner & suddarth,
Fraktur adalah diskontinuitas dari 2002 :2481).
jaringan tulang yang biasanya disebabkan
adanya kekerasan yang timbul secara c. Syok hipovolemik
mendadak . fraktur dapat terjadi akibat trauma Syok hipovolemik didefenisikan sebagai
langsung maupun trauma tidak langsung penurunan perfusi dan oksigenasi jaringan
(Paula Krisanti, 2009). Fraktur terbuka adalah disertai kolaps sirkulasi yang disebabkan oleh
fraktur dengan kuli ekstermitas yang terlihat hilangnya volume intravaskuler akut akibat
jelas ditembus, yang bisa menyebabkan berbagai keadaan bedah atau medis
kontaminasi oleh lingkungan pada tempat (Greenberg, 2008). Menurut Enita (2010)
terjadinya fraktur (Price Sylvia 2005 dalam Gejala utama yang sering terjadi pada syok
Skripsi Melki Saputra). Derajat Fraktur hipovolemik adalah : Kulit pucat, penurunan
Terbuka diantaranya : sensori, pernafasan cepat dan dangkal, kulit
a. Derajat 1 : luka kecil dari 1 cm, teraba dingin, hipotensi, sistolik <90 mmHg
kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak atau turun ≥30 mmHg dari semula, takikardia,
ada tanda luka remuk, fraktur denyut nadi >100/manit, kecil, lemah/ tidak
sederhana, kontaminasi minimal. teraba, capillary refill lebih dari 2 detik,
b. Derajat 2 : luka lebih dari 1cm, gelisah dan cepat marah, penurunan kesadaran.
kerusakan pada jaringan lunak tetapi Stadium Syok Hipovolemik :
tidak luas, kontaminasi sedang. d. Presyok. Plasma yang hilang 10 – 15%
c. Derajat 3 : terjadi kerusakan jaringan / ± 750 ml. pusing, takikardia ringan
lunak yang luas, meliputi struktur kulit sistolik 90 – 100 mmhg.
dan otot, serta kontaminasi derajat e. Ringan. 20 – 25 % / 1000 – 1200 ml.
tinggi, fraktur terbuka terdiri atas : Gelisah, keringat dingin, haus, diuresis
1. Jaringan lunak yang menutupi berkurang, takikardia > 100/menit
fraktur tulang adekuat, meskipun sistolik 80 – 90 mmhg.
terdapat laserasi yang luas atau f. Sedang. 30 – 35 % / 1500 1750 ml.
fraktur sangat parah yang gelisah, pucat, dingin, oliguri,
disebabkan oleh truma berenergi takikardia > 100/menit sistolik 70 – 80
tinggi tanpa melihat ukuran luka. mmhg.
2. Kehilangan jaringan lunak dengan g. Berat. 35 – 50 % / 1750 – 2250 ml.
fraktur tulang yang terpapar atau pucat, sianotik, dingin, takipnea,
kontaminasi massif. anuria, kolaps pembuluh darah,
3. Luka pada pembuluh arteri/saraf takikardia/tidak teraba lagi sistolik 0 –
perifer yang harus diperbaiki tanpa 40 mmhg
melihat kerusakan jaringan lunak. (Agus Purwadianto, 2013).
(Arif Mansjoer, 2007)
3. METODE PENELITIAN
Pertolongan pertama pada pasien a. Lokasi dan Rancangan Penelitian
penderita patah tulang : Jalan nafas , evaluasi Penelitian Achmad Mochtar
ini dilakukan di pada bulan Juni
Instalasi Gawat sampai Juli 2015
Darurat RSUD Dr dengan menggunakan
111

desain deskriptif sebanyak 26 Orang. observasi sudah tanda pada


korelatif. Ruang lengkap, jelas, lembar
lingkup penelitian relevan dan observasi.
ini adalah waktu c. Metode konsisten. Pada variabel
tanggap perawat Pengumpul 2. Coding Dataan waktu
dalam penanganan an Data (Pengkodean tanggap
pasien fraktur Penelitian Data). Pada diberikan
terbuka dengan dimulai dengan tahap ini kode 0 jika
resiko terjadinya penentuan sampel dilakukan waktu
syok hipovolemik yang diambil dari pemberian kode tanggapnya
di IGD RSUD Dr. perawat yang telah atau tidak tepat,
Achmad Mochtar menangani pasien dan diberi
Bukittinggi Tahun faktur terbuka. kode 1 jika
2015. Variabel Persiapan alat untuk waktu
independen dalam menilai apakah ada tanggapnya
penelitian ini atau tidak adanya tepat. Dan
adalah waktu resiko terjadinya pada variabel
tanggap perawat syok hipovolemik, resiko
dalam penanganan meliputi terjadinya
fraktur terbuka, sfigmomanometer, syok
sedangkan thermometer, dan hipovolemik
variabel arlogi. Dan juga diberikan
dependent adalah menggunakan kode 0 jika
resiko syok lembar obsevasi. tidak beresiko
hipovolemik. Adapun kriteria dan kode 1
inklusi penelitian beresiko.
b. Populasi adalah : Perawat 3. Prosessing
dan yang sedang Data
sampel menangani pasien (pemprosesan
Populasi fraktur terbuka yang Data). Pada
dalam penelitian sesuai dengan SOP. tahap ini
ini adalah perawat Pasien fraktur langkah
yang ada terbuka derajat I, memproses
diruangan IGD II dan data agar
RSUD Dr III. Perawat yang dapat
Achmad Muchtar bersedia menjadi dianalisis.
Bukittinggi respondent. Adapun Pemprosesan
sebanyak 26 kriteria ekslusi data
orang. Sampel adalah : Perawat dilakukan
(Responden) dalam keadaan cuti. dengan cara
dalam penelitian memasukan
ini adalah semua d. Pengolahan data dari
perawat yang ada Data lembar
diruangan IGD Data yang observasi
RSUD Dr sudah dikumpulkan, kedalam
Achmad Muchtar kemudian diolah program
Bukittinggi tahun dengan system computer,
2015. computerisasi pengolahan
Pengambilan dengan tahap data
sampel dilakukan sebagai beikut : menggunakan
secara Teknik 1. Editing Data rumus chi
Total Sampling (Pengecekan square test..
penentuan sampel Data). 4. Cleaning
berdasarkan Memeriksa Data
semua populasi kembali lembar (Pembersihan
(Awal Isgiyanto, observasi Data). Pada
2009). besar tentang tahap ini
sampel dalam pengisian data pengecekan
penelitian ini yaitu dan lembar
112

kembali dari masing- Daerah Dr dengan ketinggian


data yang masing variabel. Achmad ± 927 M dari
sudah Dan bivariat Mochtar permukaan laut.
dimasuka yang dilakukan Bukittinggi Terletak diantara
n bahwa untuk adalah rumah 10021 BT –
data yang mengetahui sakit kelas B 10025 BT dan
dimasuka hubungan antara pendidikan yang 00,76 LS – 00,19
n tidak dua variabel terletak di kota LS.
mengalam yang diteliti. Bukittinggi
i Pengujian Sedangkan
kesalahan, hipotesis untuk b. Hasil Analisa
kota Bukittinggi Univariat dan
kemudian mengambil sendiri berbatas
disajikan keputusan Bivariat.
dengan : Sebelah Distribusi
dalam apakah hipotesis Utara, Nagari Gadut
bentuk yang diujikan Ferkuensi
dan Kapau (Kec. Responden
tabel. cukup Tilatang Kamang).
meyakinkan Berdasarkan
Sebelah Selatan Waktu Tanggap
e. Analisa ditolak atau Nagari Banuhampu
Data diterima, Perawat dan
Sungai Puar. resiko terjadinya
Data dengan Sebelah Barat,
diolah dengan menggunakan syok hipovolemik
Nagari Sianok, di IGD RSUD Dr
menggunakan uji statistic Chi Guguk dan Koto
SPSS. Data Square. Untuk Achmad Mochtar
Gadang. Sebelah Bukittinggi Tahun
dianalisa melihat Timur, Nagari IV
dengan kemaknaan 2015.
Angkek Canduang. (Tabel 1)
mencari perhitungan Profil Rumah Sakit
distribusi statistic menunjukan hasil
Umum Daerah Dr penelitian tentang
frekuensi. digunakan Achmad Mochtar
yang batasan waktu tanggap
Bukittinggi adalah dalam penanganan
dilakukan kemaknaan 0,05 dimana luas area
dengan sehingga jika pasien fraktur
40.000 M2 yang terbuka di IGD
menggunakan nilai P Value ≤ terdiri dari 3 gedung
analisa 0,05 maka RSUD Dr
poliklinik, 15 Achmad Mochtar
distribusi secara statistik gedung perawatan,
frekuensi dan disebut Bukittinggi bahwa
1 IGD, 1 OK Waktu tanggap
statistic “Bermakna” control, 1 unit OK
deskriptif dan jika P dalam penanganan
IGD, 1 gedung kasus fraktur
untuk melihat Value kamar jenazah, 1
variabel > 0,05 maka terbuka yang tidak
gedung radiologi tepat waktu
independent hasil hitungan lengkap dengan CT
waktu tanggap tersebut “Tidak tanggapnya
scan Patologi sebanyak 65,4 %.
perawat dalam Bermakna”. Anatomi, beserta
penanganan Pengolahan data Dan yang tepat
laundry, IPS dan sebanyak 34,6%.
fraktur dan analisa Gizi .
terbuka dan statistik
variabel mnggunakan
dependent alat bantu Tabel 1. Waktu Tanggap Perawat di IGD RSUD
resiko komputerisasi. Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
terjadinya Waktu Tanggap Freku
syok
Tepat 9
hipovolemik. HASIL DAN
Tidak Tepat 17
Tujuannya PEMBAHASAN
Jumlah 26
untuk 1. Hasil
mendapatkan a. Gambaran
gambaran Umum
tentang Lokasi Tabel 2) menunjukan hasil penelitian tentang
sebaran Penelitian waktu tanggap dalam penanganan pasien
(distribusi Rumah fraktur terbuka di IGD RSUD Dr Achmad
frekuensi), Sakit Umum Mochtar Bukittinggi bahwa Pasien fraktur
113

terbuka yang mengalami resiko syok


hipovolemik sebanyak 61,5 %, dan yang mengobservasi
tidak beresiko syok hipovolemik sebanyak ulang tentang
38,5%. waktu tanggap
berdasarkan
hasil analisa
Tabel 2. Resiko Terjadinya Syok hubungan waktu
Hipovolemik di IGD RSUD Dr tanggap dengan
Achmad Mochtar Bukittinggi resiko terjadinya
Tahun 2015. syok pada
Resiko terjadinya syok pasien fraktur
hipovolemik yang telah
Tidak Beresiko dilakukan pada
Beresiko penelitian ini.
Jumlah

ini memperlihatkan
Hubungan perlunya upaya
waktu tanggap unutk
perawat dalam
penanganan
pasien fraktur
terbuka dengan
resiko terjadinya
syok hipovolemik
di IGD RSUD Dr
Achmad Mochtar
Bukittinggi.
(Tabel 3)
menunjukan hasil
penelitian tentang
waktu tanggap
dengan resiko
terjadinya syok
hipovolemik
bahwa Terdapat
hubungan yang
signifikan antara
waktu tanggap
perawat dalam
penanganan
pasien fraktur
terbuka dengan
resiko terjadinya
syok hpovolemik
di IGD sebanyak
76,5%.
Masih
terdapat
keterlambatan
dalam penanganan
pada pasien gawat
darurat atau
fraktur terbuka
dengan persentase
tepat 65,4% dan
yang tidak
tepatnya 34,6%,
Tabel 3. Hubungan waktu tanggap perawat dalam penanganan pasien fraktur terbuka dengan resiko
terjadinya syok hipovolemik di IGD RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2015.
Resiko Terjadinya Syok Hipovolemik
Waktu Tidak % Beresiko % Jumla % Fisher’s
Tanggap h Exact Test OR
Tepat 6 66,7 3 33,3 9 34,6
Tidak 4 23,5 13 76,5 17 65,4 0,046 6,500
Tepat
Jumlah 10 38,5 16 61,5 26 100

Resiko terjadinya syok memiliki pelayanan merupakan gabungan dari waktu


hubungan yang erat berdasarkan penelitian tanggap saat pasien tiba didepan pintu rumah
yang telah dilakukan. Hasil penelitian sakit sampai mendapat tanggapan atau respon
didapatkan dari 17 responden yang tidak tepat dari petugas instalasi gawat darurat dengan
waktu tanggapnya, 76,5% diantaranya beresiko waktu pelayanan yaitu waktu yang di perlukan
terjadinya syok hipovolemik sementara 23,5% pasien sampai selesai. Waktu tanggap
lainnya tidak beresiko terjadinya syok pelayanan dapat di hitung dengan hitungan
hipovolemik. Sedangkan dari 9 orang menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal
responden yang tepat waktu tanggapnya 66,7% baik mengenai jumlah tenaga maupun
diantaranya tidak beresiko terjadinya syok komponen-komponen lain yang mendukung
hipovolemik, sementara 33,3% beresiko seperti pelayanan laboratorium, radiologi,
terjadinya syok hipovolemik. Dengan nilai p = farmasi dan administrasi. Dengan ukuran
0,046. Hasil ini juga didukung oleh nilao OR = keberhasilan adalah waktu tanggap selama 5
6,500 artinya responden yang tidak tepat waktu menit dan waktu definitif ≤ 2 jam.
tanggap dalam penanganan pasien fraktur
terbuka mempunyai peluang 6.500 kali Selanjutnya penelitian Girsang (2005)
beresiko terjadinya syok hipovolemik. tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan waktu tanggap petugas kesehatan
2. Pembahasan menyimpulkan bahwa: (a) 67,5% responsden
a. Waktu Tanggap Perawat Dalam menyatakan tugasnya pada bidang
Penanganan Pasien Fraktur Terbuka. kegawatdaruratan bebannya lebih berat
Berdasarkan penelitian yang telah dibandingkan petugas di ruang/unit kerja yang
dilakukan didapatkan sebagian besar (65,4 %) lain.
responden yang tidak tepat waktu tanggap Menurut peneliti Moewardi (2005)
dalam penanganan pasien fraktur terbuka. waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau
tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan
Menurut Dewi Kartikawati (2012) tidak melebihi waktu rata-rata standar yang
waktu tanggap adalah rentang waktu ada. Salah satu indikator keberhasilan
penanganan dimulai sejak pasien pertama kali penanggulangan medik penderita gawat
tiba di UGD. Dengan waktu tanggap sebagai darurat adalah kecepatan memberikan
berikut : sangat mengancam hidup waktunya pertolongan yang memadai kepada penderita
langsung, sedikit mngancam hidup waktunya gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-
10 menit, beresiko mengancam hidup hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan
waktunya 30 menit, darurat waktunya 60 response time sangat tergantung kepada
menit, biasa waktunya 120 menit. kecepatan yang tersedia serta kwalitas
pemberian pertolongan untuk menyelamatkan
Menurut Basoeki (2008) pelayanan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat
pasien gawat darurat adalah pelayanan yang kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan
memerlukan pertolongan segera yaitu cepat, rumah sakit.
tepat dan cermat untuk mencegah kematian
dan kecacatan, atau pelayanan pasien gawat b. Resiko Terjadinya Syok Hipovolemik
darurat memegang peranan yang sangat Berdasarkan penelitian yang telah
penting (Time saving is life saving) bahwa dilakukan didapatkan sebagian besar (61,5 %)
waktu adalah nyawa. Waktu tanggap
pasien yang ditangani responden beresiko tidak cukup cairan dalam pembuluh darah atau
terjadinya Syok Hipovolemik. keluaran jantung tidak cukup tinggi untuk
mempertahankan peredaran darah, sehingga
Hopovolemik syok adalah kedaan pasokan oksigen dan bahan bakar ke organ vital,
terutama organ otak, jantung, dan ginjal yang dapat disimpulkan ada hubungan waktu
tidak cukup sehingga untuk mempertahankan tanggap perawat dalam penanganan pasien
organ ini tubuh akan mengimbangi dengan fraktur terbuka dengan resiko terjadinya syok
menutup nadi pada organ yang kurang vital hipovolemik. Hasil ini juga didukung oleh
seperti kulit dan usus (Paula Kristanty, 2009 : nilao OR = 6,500 artinya responden yang tidak
197). tepat waktu tanggap dalam penanganan pasien
Menurut Greenberg (2008) adapun fraktur terbuka mempunyai peluang 6.500 kali
komplikasi dari syok hipovolemik meliputi beresiko terjadinya syok hipovolemik.
gagal ginjal akut, sindrom gawat nafas akut,
koagulasi intravascular diseminata, gagal Tulang mempunyai vaskularisasi yang
organ multisystem, sepsis, dan kematian. cukup bagus karena itulah dapat terjadi
Menurunnya volume intravaskuler perdarahan jika terjadi perlukaan. Perdarahan
menyebabkan penurunan volume intra dalam jumlah sedikit ataupun banyak dapat
ventrikel kiri pada akhir distol yang akibatnya menyebabkan syok hipovolemik dan bahkan
intravaskuler menyebabkan menurunnya curah kematian. Luka robek pada pembuluh darah
jantung (cardiac output). Keadaan ini juga besar dileher, tangan, dan tangan dapat
menyebabkan terjadinya mekanisme menyebabkan kematian dalam 1-3 menit.
kompensasi dari pembuluh darah dimana Sedangkan perdarahan daro aorta atau vena
terjadinya vasokontriksi oleh katekolamin kava dapat menyebabkan kematian dalam 30
sehingga perfusi makin memburuk detik (Sjamsuhidajat, 2005).
(Rahmansyah, 2012)
Waktu tanggap pelayanan merupakan
Hasil penelitian yang sama dilakukan kecepatan tindakan diawali dari tanggapan atau
oleh Dimas Gatra ditahun 2014 angka respon perawat instalansi gawat darurat
kematian pada pasien fraktur terbuka 42% (triage) sampai selesai penanganan dari
yang mengalami syok hipovolemik dirumah masalah pada pasien. Dengan ukuran
sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap keberhasilan adalah waktu tanggap selama 5
dengan penanganan 6% dan peralatan yang menit dan waktu defenitif <2 jam. (Basoeki
kurang 36%. dkk, 2008). Menurut peneliti Moewardi (2005)
waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau
c. Hubungan waktu tanggap perawat dalam tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan
penanganan pasien fraktur terbuka tidak melebihi waktu rata-rata standar yang
dengan resiko terjadinya syok hipovolemik ada. Salah satu indikator keberhasilan
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil penanggulangan medik penderita gawat
dari 17 responden yang tidak tepat waktu darurat adalah kecepatan memberikan
tanggapnya, 76,5% diantaranya beresiko pertolongan yang memadai kepada penderita
terjadinya syok hipovolemik sementara 23,5% gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-
lainnya tidak beresiko terjadinya syok hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan
hipovolemik. Sedangkan dari 9 orang response time sangat tergantung kepada
responden yang tepat waktu tanggapnya 66,7% kecepatan yang tersedia serta kwalitas
diantaranya tidak beresiko terjadinya syok pemberian pertolongan untuk menyelamatkan
hipovolemik, sementara 33,3% beresiko nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat
terjadinya syok hipovolemik. kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan
rumah sakit.
Hasil uji statistik dengan
menggunakan chi-square test diperoleh nilai Ada beberapa faktor yang
Fisher’s Exact Test = 0,046 (<0,05) maka mempengaruhi waktu tanggap dalam
penanganan pasien fraktur antara lain : tingkat
pendidikan, sejumlah kerangka kerja
konseptual keperawatan digunakan
pengetahuan dasar, praktek keperawatan dan
pendidikan (yoon, 2010 dalam jurnal
syafruddin). kemudian Ketersediaan petugas,
karena jumlah kunjungan, kasus per hari tidak
pernah konstan. Kemudian penempatan staf,
karena penempatan yang tepat dalam posisi diharapkan, dan juga faktor lama bekerja.
jabatan yang tepat akan dapat membantu (Sumijatun, 2009)
instalasi dalam mencapai tujuan yang Menurut asumsi peneliti, pasien dengan fraktur
terbuka harus segera ditangani sebelum batas Kamarudin. Herman. 2012. Fraktur.
waktu yang telah ditetapkan karena tidak http://herman.lookan.com (akses
tepatnya waktu tanggap dalam penanganan tanggal 5 Maret 2015)
pasien fraktur terbuka akan sangat beresiko
terjadinya syok yang diakibatkan banyak Kartika, Dewi. 2012. Buku Ajar Dasar-Dasar
kehilangan volume darah dari dalam tubuh Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta
secara terus menerus. : Selemba Medika
4. KESIMPILAN Krisyanti, Paula. Dkk. 2009. Asuhan
a. Kesimpulan KeperawatanGawat Darurat. Jakarta
Waktu tanggap dalam penanganan : Trans Info Media
kasus fraktur terbuka yang tidak tepat waktu
tanggapnya sebanyak 65,4 %. Dan yang tepat Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada
sebanyak 34,6%. Pasien fraktur terbuka yang Klien Dengan Gangguan system
mengalami resiko syok hipovolemik sebanyak Musculoskeletal. Jakarta : Selemba
61,5 %, dan yang tidak beresiko syok Medika
hipovolemik sebanyak 38,5%. Terdapat
hubungan yang signifikan antara waktu Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat
tanggap perawat dalam penanganan pasien Plus Contoh Askep Dengan
fraktur terbuka dengan resiko terjadinya syok Pendekatan Nanda Nic Noc.
hpovolemik di IGD yaitu p = 0,46. Yogyakarta : Nuha Medika
b. Saran Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta
Saran dari penelitian ini, dengan Kedokteran. Jakarta: Media
adanya waktu tanggap dalam penanganan Aesculapius.
pasien fraktur terbuka yang belum tepat
sehingga beresiko terjadinya syok Namira, Nurul. 2014.
hipovolemik. Disarankan kepada institusi http://repository.unhas.ac.id/bitstream
rumah sakit, agar dapat lebih memperhatikan /handle/123456789/11129/SKRIPSI
waktu tanggap perawat dalam penanganan %20LENGKAP.pdf?sequence=1
pasien terutama pada pasien farktur terbuka (diakses tanggal 6 maret 2015)
sehingga dapat mengurangi terjadinya resiko Notoadmodjo,S. 2005. Metedologi Penelitian.
syok hipovolemik pada pasien tersebut. Jakarta : Rineka Cipta.
5. REFERENSI Nursalam. 2011.Konsep Dan Penerapan
etodologi Penelitian
Arikunto, Suhaisimi. 2010. Prosedur Ilmu Keperawatan
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Pedoman Skripsi, Tensis, Dan
Jakarta : Rineka Cipta Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta : Selemba Medika
Greenberg, M. 2008. Teks Atlas Kedokteran
Kedaruratan. Jakarta : Erlangga Nur Quraini, Anindia. 2014. Triage Fraktur
Terbuka.
Isqiyanti, Awal. 2009. Teknik Pengambilan Http://id/doc/221866043/ski-
Sampel Pada Penelitian Non traumato. (diakses tanggal 5 may).
Eksperimen. Yogyakarta. Mitra
Cendikia PSIK. 2013. Pedoman Tugas Akhir Program
Penulisan Proposal Dan Skripsi.
Bukittinggi

Purwadianto, Agus. 2013. Kedaruratan Medic


Disertai Contoh Kasus Klinis. Edisi
Revisi II.Tanggerang Selatan :
Binapura Aksara
Sabriyati. 2012. Faktor-faktor
Yang Berhubungan
Dengan Ketepatan waktu
tanggap Penanganan Kasus Di IGD
Bedah DanNon-Bedah RSUP
DR.Wahidin.
http://nurisnah_nurse.blogsop.com/20
12/05/faktor-faktor-yang-
berhubungan.html (diakses tanggal 5
maret)

Saputra, Melky. 2009. Hubungan Derajat


Fraktur Terbuka Terhadap
Perubahan Konsep Diri Pada Klien
Fraktur Di Ruang Rawat Inap Bedah
RSUD Dr Achmad Mochtar : Skripsi

Sjamsuhidajat, R. 2005. Buku Ajar Ilmu


Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002.


KeperawatanMedikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC

Soeroso, Santoso. 2003. Manajemen Sumber


Daya Manusia Di Rumah Sakit Suatu
Pendekatan Sistem. Jakarta : EGC

Watkins, Scatt. 2013. Respon Time.


http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
jkp (diakses tanggal 5 maret)

You might also like