Professional Documents
Culture Documents
De Jure: Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat
De Jure: Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat
De Jure
e-ISSN 2579-8561
DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2018.V18.163-182
ABSTRACT
Indonesia is a country gifted with abundant marine resources. This potential should indeed be utilized
for the improvement and acceleration of national economic development. Optimal and proportional
utilization of marine resources will eventually help the communities living in the coastal areas to
escape from the trap of proverty. Coastal area development has been regulated in the Law No. 1 of
2014 regarding Amendment to the Law 27 of 2007 regarding Coastal Area and Minute Islands
Development, the Regulation of the Minister of Maritime and Fishery No. 40/PERMEN-KP/2014
regarding Roles and Empowerment of Communities in Coastal Area and Minute Islands Development.
These regulations have provided directives to the coastal communities in developing and managing the
coastal areas by observing the local traditions and widoms. According to this research, the
appropriate community-based coastal area development in bringing prosperities to coastal
communities has not been well formulated. This research is designed as an empirical legal research
aimed to analyze the community-based coastal area development models. The result of the research
concludes that the ideal model of the community-based coastal area development must be formulated
from appropriate synergy and interaction among the government, the communities and values of local
wisdoms. The empowerment of coastal communities in developing the coastal area management model
is also an important issue aimed to encourage their independency. The employment of this model will
bring benefits as the active participation of the coastal communities may increase incomes, preserve
the coastal area, and provide more spaces to the coastal communities in developing and managing the
marine resources by observing the potentials, characteristics and socio-culture of the people. Active
roles of the coastal communities also bring hopes to the eradication of poverty issues that eventually
will end up to the materialization of coastal communities justice and prosperity.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 163
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya laut. Potensi ini tentu dapat
dimanfaatkan bagi peningkatan dan percepatan pembangunan ekonomi nasional. Pemanfaatan sumber
daya laut secara optimal dan proporsional juga niscaya dapat membantu masyarakat pesisir untuk lepas
dari jeratan taraf hidup kemiskinan. Pengelolaan pesisir telah diatur dalam UU 1 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas UU 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 40/PERMEN-KP/2014 tentang Peran serta dan
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pengaturan ini
memberi arah bagi masyarakat pesisir dalam mengembangkan dan mengelola wilayah pesisir sesuai
dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Sepanjang penelusuran peneliti, model pengelolaan
wilayah pesisir berbasis masyarakat yang tepat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat pesisir
belum terformulasikan dengan baik. Penelitian ini didesain sebagai penelitian hukum empiris yang
bertujuan untuk menganalisis model pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat. Hasil
pembahasan menjelaskan bahwa model yang ideal pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat
dilakukan dengan adanya sinergi dan interaksi yang tepat antara pemerintah, masyarakat dan nilai
kearifan lokal. Pemberdayaan masyarakat pesisir dalam membangun model pengelolaan wilayah
pesisir juga sangat penting dilakukan dengan maksud untuk mendorong kemandirian mereka.
Penggunaan model ini memiliki keunggulan karena peran serta aktif masyarakat pesisir dapat
meningkatkan pendapatan, menjaga kelestarian lingkungan pesisir, dan memberi keleluasaan bagi
masyarakat pesisir dalam mengembangkan dan mengelola sumber daya kelautan sesuai dengan
potensi, karakteristik dan sosial budaya masyarakatnya. Peran serta aktif masyarakat pesisir juga
memberi harapan bagi pengentasan masalah kemiskinan yang berujung pada terwujudnya keadilan dan
kesejahteraan masyarakat pesisir.
164 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 165
Bekenaan dengan keberadaan perlindungan dan pemenuhan atas
masyarakat yang ada di wilayah pesisir dan kesejahteraan masyarakat khususnya
sebagai masyarakat yang menggantungkan pemberantasan kemiskinan. Namun secara
kehidupannya pada ekosistem laut yang realita, kehidupan masyarakat pesisir masih
berdasarkan pada hukum adatnya, maka perlu hidup dalam kemiskinan.
dilakukan pengelolaan lingkungan di wilayah Bertitik tolak dari uraian di atas, maka
laut dan pantai dilakukan secara terpadu. penulis memandang perlu untuk melakukan
Pengelolaan lingkungan secara terpadu penelitian lebih lanjut tentang “Model
berdampak pada pengelolaan efektif untuk pengelolaan wilayah pesisir berbasis
penyeimbang pemanfaatan ekonomi dan masyarakat: community based development”.
pelestarian lingkungan. Berdasarkan Berdasarkan uraian di atas berujung pada
penyeimbang pemanfaatan tersebut rumusan masalah yaitu bagaimana model
memungkinkan timbulnya bentuk-bentuk pengelolaan wilayah pesisir yang berbasis
pengelolaan lain yang lebih aplikatif masyarakat?.
(applicable) dan adaptif (acceptable). Salah
Tujuan Penelitian hukum ini adalah:
satu bentuk pengelolaan yang lebih aplikatif
Untuk mengetahui model pengelolaan wilayah
dan adaptif dalam pengelolaan adalah
pesisir yang berbasiskan pengembangan dan
pengelolaan wilayah pesisir yang berbasis
pemberdayaan komunitas masyarakat pesisir.
masyarakat (community based management).
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah
Sebagaimana di ketahui bahwa setiap
secara teoritis dan praktis. Manfaat secara
masyarakat memiliki adat-istiadat, nilai dan
teoritis adalah untuk mendapatkan
kebiasaan yang berbeda di setiap tempat.
pengetahuan dan kepastian hukum terkait
Perbedaaan ini tentu saja berdampak pada
dengan model pengelolaan wilayah pesisir
perbedaan tata cara dalam pengelolaan
yang berbasiskan komunitas masyarakat.
lingkungan di masing masing tempat. Selain
Secara praktis, bahwa penelitian ini bermanfaat
itu dalam pengelolaan lingkungan juga tidak
sebagai rujukan bagi para ahli, praktisi hukum,
terlepas dari kondisi fisik, masyarakat dan
perancang peraturan hukum dan masyarakat
budaya masyarakat itu sendiri. Dengan
terkait dengan model ideal dalam pengelolaan
demikian perlu dicarikan model untuk
wilayah pesisir yang berbasiskan
efektifitas pengelolaan lingkungan terutama di
pengembangan dan pemberdayaan komunitas
wilayah pesisir.
masyarakat.
Pengelolaan lingkungan di wilayah
pesisir memang tidak bisa dilepaskan dari
kondisi riil mayarakat pesisir itu sendiri. METODE PENELITIAN
Sehingga strategi yang diperlukan dalam Metode penelitian yang digunakan
pengelolaan lingkungan di wilayah pesisir dalam penelitian ini adalah metode penelitian
adalah pengelolaan berbasis masyarakat. Empiris. Metode penelitian empiris
Pengelolaan wilayah pesisir yang berbasis merupakan metode penelitian hukum yang
masyarakat tentunya di masing masing wilayah berfungsi untuk melihat bekerjanya hukum di
memiliki perbedaan. Hal ini sangat kental lingkungan masyarakat. Soetandyo
dipengaruhi oleh potensi, karakteristik dan Wignjosoebroto menyebut penelitian empiris
nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat. sebagai penelitian nondoktrinal
Dengan demikian pengelolaan wiayah pesisir (Wignjosoebroto, 2002: 147). Bambang
yang dilakukan berbasis masyarakat tentunya Sunggono juga menyebut aspek penelitian
berujung pada tercapainya kesejahteraan hukum empiris juga disebut sebagai
masyarakat pesisir, terutama mengurangi nondoctrinal research atau sociolegal research
angka kemiskinan pada masyarakat pesisir. Di (Sunggono, 2003: 43). Mengenai sociolegal
sisi lain, peran pemerintah dalam hal ini adalah research sebagaimana ditegaskan Sulistyowati
bahwa pemerintah wajib memberikan Irianto meruapakan kajian terhadap hukum
166 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 167
tindakan pemerintah yang sah adalah apabila didelegasikan ke Pemerintah Daerah Provinsi
sesuai dengan kewenangan. Lebih lanjut juga dan Kabupaten/Kota. Di dalam perlindungan
dikatakan bahwa kewenangan hanya dapat dan pengelolaan wilayah pesisir, peran
diperoleh dengan dua cara yaitu atribusi dan Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota sangat
delegasi (Hadjon, et.al, 2011: 130). besar, sehingga diperlukan produk hukum
Pemahaman yang sama juga dijelaskan oleh daerah yang mengatur perlindungan dan
F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek (Sadjijono, pengelolaan wilayah pesisir. Dasar
2011: 65) . Selanjutnya Indroharto menegaskan pementukan produk hukum daerah ini adalah
bahwa wewenang diperoleh secara atribusi, untuk mendukung semangat otonomi daerah
delegasi dan mandat (Indroharto, 1993:90). dengan memanfaatkan potensi yang ada di
Berdasarkan pemahaman di atas dapat daerah masing-masing. Namun demikian
dipahami bahwa sumber wewenang bagi dalam pembentukan produk hukum daerah
pemerintah dalam menyelenggarakan suatu tidak terlepas dari dasar-dasar yang diatur
pemerintahan sangatlah penting, karena dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
penggunaan wewenang berkaitan dengan tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
pertanggungjawaban hukum (Ridwan, 2006: Undangan, yang pada prinsipnya menunjukan:
108). Oleh karena itu dalam konteks kajian ini 1. Keharusan adanya kewenangan dari
pemahaman konsep kewenangan sangatlah pembuat Peraturan Perundang-undangan;
penting dalam mengkaji kewenangan 2. Keharusan adanyan kesesuaian bentuk atau
pemerintah dalam pengaturan perlindungan jenis peraturan perundang-undangan dengan
dan pengelolaan wilayah pesisir berbasis materi yang diatur;
masyarakat.
3. Keharusan mengikuti tatacara pembentukan
Merujuk pendapat Nicolai dan Philipus tertentu;
M Hadjon dan Indroharto yang menegaskan
4. Keharusan tidak bertentangan dengan
bahwa sumber kewenangan di dapat dari 3
peraturan perundang-undangan yang lebih
(tiga ) bentuk yaitu atribusi, delegasi dan
tinggi.
mandat. Lebih lanjut Hadjon juga menyatakan
bahwa kewenangan itu merupakan konsep inti Prinsip-prinsip ini dalam proses
dalam HTN dan HAN yang pada dasarnya pembentukan produk hukum sangat penting
Pemerintah dalam mengambil suatu tindakan diperhatikan, mengingat sebuah produk hukum
maka harus berdasarkan atas hukum yang daerah haruslah mengandung semangat
berlaku. Hal ini dapat dipahami bahwa suatu regulasi yang sesuai dengan tatacara
tindakan pemerintah dikatakan sah, apabila pembentukan peraturan perundang-undangan
tindakan itu berdasarkan atas hukum. Dengan dan regulasi yang dapat ditaati oleh masyarakat
demikian konsep kewenangan sangat kental serta memberi kebahagiaan dan kesejahteraan
dengan aspek legalitas. Secara singkat pada masyarakat. Dengan demikian sangat
dipahami bahwa hukum memberikan suatu tepat dalam perlindungan dan pengelolaan
kewennangan baik untuk bertindak maupun wilayah pesisir mendorong dan mendukung
tidak bertindak. Apabila Pemerintah otonomi daerah melalui pembentukan produk
melakukan tindakan yang berakibat pada hukum daerah yang responsif dan sesuai
timbul atau lenyapnya akibat hukum. Dengan dengan potensi daerah (Suharjono, 2014: 22).
demikian dapat dikatakan bahwa kewenangan Konsep perlindungan juga merupakan
pemerintah untuk bertindak akan hal penting dalam pembahasan perlindungan
menimbulkan akibat hukum maupun tidak dan pengelolaan wilayah pesisir. Pemahaman
menimbulkan akibat hukum. konsep perlindungan hukum tidak dapat
Berkaitan dengan kewenangan dilepaskan dari pemahaman konsep negara
sebagaimana dijelaskan di atas, sangat penting hukum. Di dalam konsep negara hukum,
dalam konteks perlindungan dan pengelolaan perlindungan hukum merupakan salah satu
wilayah pesisir, kewenangan juga unsur dalam membetuk suatu negara hukum.
168 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 169
Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia berada dalam lingkup kemiskinan dan
Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran kesulitan perekonomian. Dengan demikian
Negara Republik Indonesia Nomor 5490, aturan-aturan yang terbitan terbaru lebih
dalam Pasal 1 angka 32 dengan tegas banyak mulai melindungi masyarakat pesisir
menyatakan bahwa masyarakat adalah dan diberikan otoritas oleh peraturan hukum
Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri untuk mengelola wilayah pesisirnya sesuai
atau Masyarakat Hukum Adat, Masyarakat dengan kearifan lokalnya.
Lokal, dan Masyarakat Tradisional yang Kewenangan pemerintah daerah dalam
bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau membentuk hukum adalah pada Undang-
kecil. Dalam konteks ini UU 1 tahun 2014 Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
secara legal mengatur masyarakat untuk ikut Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
berpartisipasi dalam perlindungan dan Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
pengelolaan wilayah pesisir. Hal ini Tambahan Lembaran Negara Republik
menandakan bahwa masyarakat diberi otoritas Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
untuk ikut menentukan kebijakan dan diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
penyelenggaraan yang berkaitan dengan Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang
perlindungan dan pengelolaan wilayah pesisir. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Konteks dasar kewenangan dalam Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
membentuk kebijakan hukum terutama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
peraturan hukum juga terdapat dalam Undang- Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Negara Republik Indonesia Nomor 5679),
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang dengan tegas menyatakan bahwa antara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun pemerintah pusat, provinsi dan
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara kabupatem/Kota mempunyai kewenangan yang
Republik Indonesia Nomor 5234, yang berbeda untuk mengurus daerahnya
mengatur teknis pembentukan kebijakan berdasarkan pada otonomi daerah.
hukum. Dalam membentuk kebijakan hukum Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 11 UU
ada 3 (tiga) unsur yang harus terpenuhi yaitu 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
unsur filosofis, sosiologis dan yuridis. Dalam yang menegaskan bahwa klasifikasi urusan
menelaah kewenangan pemerintah daerah pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
untuk mengatur perlindungan dan pengelolaan 1. Urusan pemerintahan absolute (urusan
wilayah pesisir yang berbasisi masyarakat pemerintah pusat)
perlu mempertimbangkan aspek filosofisnya
2. Urusan pemerintahan konkuren,(urusan
yaitu tujuan dan arah pengaturan dari suatu
pemerintah provinsi, kabupaten/kota), dan
peraturan yang dibentuk (perlindungan dan
pengelolaan wilayah pesisir yang berbasis 3. Urusan pemerintahan umum (Urusan
masyarakat). Selanjutnya aspek sosiologis Pemerintahan yang menjadi kewenangan
yaitu dilihat dari aspek kebutuhan dari Presiden sebagai kepala pemerintahan).
masyarakat pesisir yang memang Selanjutnya berkaitan dengan
membutuhkan pengaturan terkait partisipasi kewenangan pemerintah dalam pengaturan
masyarakat pesisir dalam pengelolaan wilayah perlindungan dan pengelolaan wilayah pesisir
pesisir sebagaimana tttelah diatur dalam yang berbasis masyarakat masuk dalam
peratutan yang lebih tinggi (UU 1 tahun 2014 pembagian urusan konkuren yang merupakan
dan permendagri 40 tahun 2014). Aturan ini kewenangan pemerintah Provinsi dan
dengan tegas menyatakan bahwa ketika pemerintah kabupaten/kota. Perlindungan dan
melakukan perlindungan hukum dan Pengelolaan wilayah pesisir termasuk dalam
pengelolaan wilayah pesisir, masyarakat wajib pembagian urusan di bidang kelautan dan
ikut berpatisipasi. Hal ini juga didasarkan perikanan yang pengaturannya terdapat dalam
bahwa selama ini masyarakat pesisir selalu Pasal 12 Ayat (3) huruf a. Berdasarkan pada
UU 23 tahun 2014 menjadi jelas kewenangan
170 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 171
perundang-undangan untuk mengelola wilayah Selama ini dasar hukum dalam melakukan
pesisir sesuai dengan kearifan lokal dan hukum pengelolaan wilayah pesisir hanya didasarkan
adatnya. Untuk pengelolaan wilayah pesisir pada Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16
yang tepat dan berhasilguna, maka pemerintah Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang
sesuai dengan kewenangannya berkewajiban Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029. Di
melakukan pemberdayaan masyarakat terutama dalam Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun
masyarakat pesisir berdasarkan potensi dan 2009, pengaturan pengelolaan wilayah pesisir
karakteristik, serta analisis kebutuhan yang berbasis masyarakat belum diatur.
masyarakat dengan mempertimbangkan Mengenai pengelolaan wialayah pesisir juga
kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan tidak diatur secara jelas dalam Peraturan
lingkungan. Pemberdayaan masyarakat Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2015
dilakukan sebagai upaya untuk dorongan, atau Tentang Arahan Peraturan Zonasi Sistem
memberikan bantuan kepada masyarakat Provinsi.
pesisir agar mampu menentukan pilihan yang Selanjutnya mencermati Peraturan
terbaik dalam memanfaatkan sumber daya Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor
pesisir. Selain pemberdayaan yang diberikan 12 Tahun 2017 Tentang Rencana Zonasi
oleh pemerintah, pembinaan juga merupakan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
unsur penting dalam pengelolaan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017-
pesisir. Dalam pembinaan ini pemerintah 2037, dengan tegas menentukan bahwa di
berdasarkan kewenangannya memberikan dalam penyelenggaraan zonasi wilayah pesisir
bimbingan, pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan pulau-pulau kecil dilakukan oleh
dan sosialisasi terkait dengan pengelolaan Pemerintah Daerah dengan melibatkan
wilayah pesisir yang baik dan berhasil guna. masyarakat pesisir. Namun demikian perlu
Tujuan dilakukan pemberdayaan dan dicermati terkait dengan keterlibatan
pembinaan ini adalah agar masyarakat pesisir masyarakat pesisir dalam penyelenggaraan
memiliki kemampuan dan kemandirian dalam wilayah pesisir. Terhadap hal ini dapat
pengelolaan wilayah pesisir, untuk dianalisis bahwa tata cara peran serta
meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan keterlibatan masyarakat pesisir dalam
dalam pemanfaatan wilayah pesisir dengan penyelenggaraan wilayah pesisir yang tidak
memperkuat nilai-nilai kearifan lokal untuk jelas.
proses pembangunan bangsa khususnya
Berdasarkan uraian di atas, dapat
pembangunan wilayah pesisir yang
dipahami bahwa pengaturan mengenai peran
berkelanjutan.
masyarakat pesisir dalam penyelenggaraan
Berdasarkan pemahaman kewenangan wilayah pesisir diatur mulai dari UUD NRI
berdasarkan analisis peraturan perundang- Tahun 1945, tataran UU, Permen KP dan
undangan yang telah di uraikan di atas, maka Perda, namun masih ada ketidakjelasan terkait
pemerintah daerah Provinsi dan tatacara peran serta masyarakat pesisir dalam
Kabupaten/Kota mempunyai dasar penyelenggaraan wilayah pesisir. Dengan
kewenangan untuk membentuk pengaturan demikian sebagai dasar untuk kepastian hukum
hukum terkait dengan perlindungan dan bagi peran serta masyarakat pesisir dalam
pengelolaan wilayah pesisir berbasis penyelenggaraan wilayah pesisir, di tingkat
masyarakat. Bentuk produk hukum yang tepat Provinsi sangat dibutuhkan Perda yang
dalam pengaturan perlindungan dan mengatur secara jelas tatacara keterlibatan
pengelolaan wilayah pesisir berbasiskan masyarakat pesisir dalam konteks
masyarakat adalah peraturan Daerah (Perda). penyelenggaraan wilayah pesisir. Sehingga ada
Kondisi riil pada pemerintah Provinsi kepastian hukum bagi masyarakat pesisir untuk
Bali, bahwa Provinsi Bali belum mempunyai melakukan perlindungan dan pengelolaan
Peraturan Daerah berkaitan dengan wilayah pesisir.
perlindungan dan pengelolaan wilayah pesisir.
172 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 173
dapat diwujudkan melalui pendekatan terpadu memberdayakan masyarakat pesisir
dan holistik. Pengelolaan wilayah pesisir (pembangunan berbasis masyarakat).
terpadu dinyatakan sebagai proses Pembangunan berbasis masyarakat secara
pemanfaatan sumber daya pesisir serta ruang sederhana dapat diartikan sebagai
yang memperhatikan aspek konservasi dan pembangunan yang mengacu pada kebutuhan
keberlanjutannya. Adapun konteks masyarakat, direncanakan dan dilaksanakan
keterpaduan meliputi dimensi sektor, ekologis, oleh masyarakat dengan sebesar-besarnya
pemerintahan, antar bangsa dan negara, memanfaatkan sumber daya alam yang ada
masyarakat pesisir dan disiplin ilmu. dan dapat diakses oleh masyarakat setempat.
Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir Oleh karena itu pembangunan berbasis
(masyarakat pesisir) menjadi bagian yang masyarakat seharusnya pembangunan yang
terpenting dalam ekosistem pesisir. Masyarakat berangkat dari kebutuhan masyarakat dan
pesisir merupakan komponen yang memiliki bukannya dirumuskan oleh orang luar atau elit
peran penting dalam membangun wilayah masyarakat yang merasa tahu dan pandai untuk
pesisir yang berkelanjutan. merumuskan pembangunan yang cocok bagi
Secara yuridis konsep masyarakat diatur masyarakatnya.
dalam Pasal 1 angka 32 UU 1 Tahun 2014 Menurut Aprillia Theresia menyatakan
yang menegaskan masyarakat adalah bahwa pembangunan berbasis masyarakat
masyarakat yang terdiri dari masyarakat berarti pembangunan harus berbasis sumber
hukum adat, masyarakat lokal dan masyarakat daya lokal, berbasis pada modal sosial,
tradisional yang bermukim di wilayah pesisir berbasis pada budaya lokal, berbasis pada
dan pulau-pulau kecil. Adapun perbedaan kearifan lokal yang dimiliki dan diyakini oleh
konsep antara masyarakat hukum adat lebih masyarakat setempat (Theresia, 2014: 28).
menekankan pada sekelompok orang secara Selanjutnya Aprillia Theresia juga mengatakan
turun-temurun bermukim di wilayah tertentu bahwa pembangunan berbasis masyarakat
karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, seringkali dikonotasikan dengan pembangunan
hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, dari bawah yang lebih baik dari pembangunan
sumber daya alam, memiliki pranata dan dari atas (Theresia, 2014: 29).
tatanan hukum adat. Konsep masyarakat lokal Memahami pengelolaan sumber daya
menekankan pada sekelompok masyarakat alam berbasis masyarakat adalah sama dengan
yang menjalankan tata kehidupan sehari-hari memahami partisipasi masyarakat dalam
sesuai dengan kebiasaan yang sudah diterima pengelolaan wilayah pesisir. Partisipasi
sebagai nilai-nilai yang berlaku umum, namun masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber
tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya pesisir dapat dikatakan sebagai suatu
daya pesisir. Konsep masyarakat tradisional proses pemberian wewenang, tanggung jawab
adalah masyarakat perikanan tradisional yang dan kesempatan kepada masyarakat untuk
masih diakui hak tradisional-nya dalam mengelola sumber dayanya sendiri berdasarkan
melakukan kegiatan penangkapan ikan atau kebutuhan dan keinginan serta tujuan
kegiatan lain yang sah yang berada dalam aspirasinya.
perairan kepulauan sesuai dengan kaidah
Keberhasilan pengelolaan wilayah
hukum laut internasional. Dengan demikian
pesisir yang berbasis masyarakat dipengaruhi
masyarakat pesisir dapat dipahami masyarakat
oleh dua (2) macam yaitu :
hukum adat, masyarakat lokal dan masyarakat
tradisional. 1. Konsensus yang jelas dan pasti dari tiga
aktor atau pelaku utama yaitu pemerintah,
Masyarakat pesisir merupakan unsur
masyarakat dan peneliti (sosial, ekonomi,
yang penting di dalam pembangunan wilayah
sumber daya).
pesisir. Unsur penting dalam pembangunan
wilayah pesisir yang berkelanjutan adalah 2. Pemahaman peran dan tanggungjawab yang
membangun wilayah pesisir beserta mendalam dari masing-masing aktor atau
pelaku utama terutama dalam
174 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 175
masyarakat pesisir. Penerapan segitiga Kedongan dengan memberdayakan masyarakat
pluralisme dalam pembangunan dan adatnya yang juga merupakan masyarakat
pengelolaan wilayah pesisir adalah dengan pesisir untuk dapat terlibat langsung dalam
melibatkan masyarakat pesisir, pemerintah dan pengelolaan wisata kuliner. Pengelolaan pesisir
regulasinya, serta nilai-nilai kearifan lokal pantai Kedongan sebagai objek wisata kuliner
masyarakat pesisir. Ketiga unsur utama ini yang berbasis masyarakat tetap dijiwai oleh
merupakan salah satu unsur dalam filosofis Tri Hita Karana sebagai nilai kearifan
pengembangan model pengelolaan wilayah lokal sehingga hubungan masyarakat dengan
pesisir. wisatawan, hubungan masyarakat dengan
Berdasarkan wawancara dengan Manu lingkungan dan hubungan masyarakat dengan
Mudita yang merupakan ketua himpunan Tuhannya dapat berjalan harmonis.
Nelayan seluruh Indonesia di Bali (HNSI Bali) Selanjutnya daerah pesisir pantai
menegaskan bahwa untuk membangun wilayah Pendawa di desa Kutuh Kabupaten Badung
pesisir dan tercapainya kesejahteraan Bali mulai menggeliat. Masyarakat pesisir
masyarakat pesisir, harus ada sinergi antara mulai menggali dan mengembangkan potensi
pemerintah, masyarakat pesisir dan kearifan pantai yang ada. Salah satu objek yang
lokal masyarakat (Wawancara dengan Manu dikembangkan ada ekowisata yaitu
Mudita ketua HNSI Bali, 2017). Banyak hal pengembangan dan budidaya jenis karang laut.
yang dapat dilakukan oleh masyarakat pesisir Pengembangan karang laut ini di lakukan
dalam rangka pengelolaan daerah pesisir. dengan pemberdayaan masyarakat adat Desa
Dalam melakukan pengembangan dan Adat Kutuh. Pengembangan dan pengelolaan
pengelolaan wilayah pesisir, masyarakat harus wilayah pesisir dilakukan dengan
tahu potensi yang dapat dikembangkan di memberdayakan masyarakat adat Desa Adat
wilayah pesisir mereka dan dalam melakukan Kutuh serta di dukung oleh desa Dinas dan
pengembangan wilayah pesisir juga tidak luput Kabupaten Badung. Keadaan yang berbeda
dari dukungan pemerintah daerah. terlihat di pesisir pantai Watu Klotok di
Berdasarkan penelitian di pesisir pantai Kabupaten Klungkung Bali. Potensi Pesisir
Kedongan Jimbaran Bali. Desa Kedongan Watu Klotok adalah objek wisata surfing,
merupakan desa pesisir yang sebagaian besar namun pengelolaan wilayah pesisir Watu
masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan. Klotok belum dilakukan secara optimal. Peran
Pesisir pantai Kedongan yang mulanya tidak masyarakat pesisir masih minim dan peran
terjamah, namun setelah tahun 1995 pesisir pemerintah daerah juga masih minim, padahal
pantai Kedongan mulai terjamah peluang untuk menjadi tujuan wisata surfing
perkembangan pariwisata. Pesisir pantai yang tinggi.
landai dan berpasir putih serta kehidupan sosial Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
budaya yang kental menjadikan pesisir pantai menunjukkan bahwa belum merata
Kedongan dikembangkan dan dikelola menjadi pengelolaan wilayah pesisir di Bali. Banyak
salah satu tujuan pariwisata khususnya wisata wilayah pesisir yang memiliki potensi untuk
kuliner seafood. Selanjutnya pada tahun 2007 dikembangkan tidak dikelola dengan baik,
melalui kesatuan masyarakat hukum adat di sehingga di beberapa wilayah pesisir di Bali
Bali yaitu Desa Adat Kedongan dan didukung masyarakatnya masih hidup dalam kemiskinan.
oleh Pemerintah Kabupaten Badung mulai Berkaitan dengan pengembangan dan
menata dan mengelola pesisir pantai seluas pengelolaan wilayah pesisir dan untuk menuju
1.258 meter sebagai tujuan wisata kuliner. pengelolaan yang optimal maka pengelolaan
Berkembangnya wisata kuliner di pesisir pantai berbasis masyarakat perlu di bangun. Potensi-
Kedongan tidak terlepas dari dukungan Desa potensi wilayah pesisir secara detail perlu
Adat Kedongan dan Pemerintah Daerah diidentifikasi oleh masyarakatnya, sehingga
Kabupaten Badung. Penataan dan pengelolaan dapat dikembangkan dan dikelola secara
pesisir pantai Kedongan dibawah Desa Adat optimal. Di dalam membangun dan
176 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 177
3. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat pada nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal
pesisir yang berlandaskan nilai-nilai yang dapat dikembangkan adalah Nilai-nilai
kearifan lokal. yang terdapat dalam adat kebiasaan pada
4. Pembangunan wilayah pesisir terpusat pada masyarakat pesisir yang telah di dapat secara
masyarakat pesisir dan tidak lagi berbasis turun temurun dipandang sangat efektif dalam
negara atau pemerintah. memberi perlindungan dan pengelolaan
wilayah pesisir. Wujud konkritnya adalah
5. Akses sumber daya pesisir terbuka luas
awig-awig. Awig-awig ini digunakan sebagai
untuk masyarakat pesisir, tidak eksklusif di
pedoman dalam melakukan perlindungan dan
tangan pemerintah.
pengelolaan masyarakat pesisir. Selain itu
6. Prioritas pengembangan dan pengelolaan peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan
wilayah pesisir sesuai dengan kebutuhan dalam rangka pemberdayaan masyarakat
masyarakat pesisir. pesisir sesuai dengan potensi, karakter,
7. Manfaat sumber daya pesisir langsung kebutuhan masyarakat dan sosial budaya
dapat dinikmati oleh masyarakat pesisir. masyarakat untuk menuju kemandirian dalam
Berdasarkan keunggulan di atas, pengelolaan wilayah pesisir.
memperkuat dalam pengembangan model
pengelolaan wilayah pesisir berbasis
KESIMPULAN
masyarakat. Sebagaimana hasil penelitian di
Model pengelolaan wilayah pesisir
wilayah pesisir Kedongan Desa Adat
berbasis masyarakat (community based
Kedongan dan Pesisir pantai Pendawa Desa
development) merupakan model yang ideal dan
Adat Kutuh Kabupaten Badung, memberi
tepat untuk diterapkan dalam rangka
dampak positif pada masyarakatnya, bahkan
mewujudkan kemandirian masyarakat pesisir.
menjadi contoh nasional terkait dengan
Model yang ditawarkan dalam makalah ini
kemandirian desa adat dalam mengelola
adalah peran serta aktif masyarakat pesisir baik
wilayah pesisir. Dengan adanya partisipasi
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
aktif masyarakat pesisir yang juga merupakan
pengawasan pengelolaan wilayah pesisir.
masyarakat desa adat dalam pengelolaan
Dalam tahap perencanaan dipahami bahwa
wilayah pesisirnya berdampak pada pesisir
masyarakat pesisir menggali potensi-potensi
pantai Kedongan dan Pesisir Pantai Pandawa
wilayah pesisir yang dapat dikembangkan
menjadi objek wisata mancanegara.
selanjutnya membuat perencanaan pelaksanaan
Keberhasilan sinergi pemerintah daerah pengelolaan wilayah pesisir. Pada tahap
Kabupaten Badung dan masyarakat pesisir perencanaan, masyarakat pesisir dituntut untuk
yang di bawah naungan desa adatnya dalam kreatif dan inovatif dalam membaca peluang
mengelola wilayah pesisir dengan potensi-potensi yang dapat dikembangkan.
menonjolkan potensi sumber daya alamnya Pada tahap pelaksanaan, bahwa yang terlibat
masing-masing memberi dampak pada aktif dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah
meningkatnya kesejahteraan masyarakat pesisir pesisir adalah masyarakat pesisir. Mayarakat
bahkan tidak ada lagi masyarakat miskin di pesisir konsisten dengan perencanaan yang
wilayah pesisir pantai Kedongan dan pesisir telah disepakati, melakukan kegiatan
Pantai Pandawa. Keberhasilan sinergi antara pengelolaan wilayah pesisir yang berdasarkan
pemerintah daerah dengan masyarakat pesisir pada nilai kearifan lokal serta melakukan
di Kabupaten Badung harus menjadi contoh pencegahan terhadap kegiatan yang berpotensi
dalam pengembangan dan pengelolaan mengakibatkan kerusakan wilayah pesisir.
wilayah-wilayah pesisir lainnya di Bali. Selanjutnya tahap pengawasan, bahwa apabila
Pada prinsipnya dalam melakukan terjadi indikasi pencemaran dan kerusakan
pengembangan dan pengelolaan wilayah wilayah pesisir maka masyarakat pesisir segera
pesisir secara optimal dibutuhkan peran serta melaporkan pada pihak yang terkait.
aktif masyarakat pesisir yang berlandaskan Disamping itu peran pemerintah sangat penting
178 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
SARAN
Perlu membentuk peraturan daerah untuk
menjamin kepastian hukum bagi masyarakat
pesisir untuk dapat terlibat dalam melakukan
pengelolaan wilayah pesisir. Dalam melakukan
pengelolaan wiayah pesisir hendaknya
berdasarkan pada nilai kearifan lokal
masyarakat setempat. Pembentukan peraturan
daerah mengenai peran serta aktif masyarakat
dalam pengelolaan wilayah pesisir merupakan
bentuk penguatan dan pemberdayaan
masyarakat pesisir untuk menuju kemandirian
dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Selanjutnya bagi daerah-daerah pesisir yang
belum berkembang perlu menerapkan strategi
yaitu sinergi dan interaksi yang tepat antara
pemerintah daerah, masyarakat pesisir dan
nilai kearifan lokal dalam melakukan
pengelolaan wilayah pesisir, sehingga
terbangun kemandirian masyarakat pesisir
dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 179
DAFTAR KEPUSTAKAAN Irianto, Sulistyowati, Memperkenalkan Studi
Sosiolegal dan Implikasi Metodologisnya,
Buku
makalah dalam Metode Penelitian Hukum
Anggriani, Jum, “ Hukum Adminsitrasi Konstelasi dan Refleksi, Editor
Negara”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012. Sulistyowati Irianto &Shidarta, Yayasan
Atmaja, Marhaendra Wija Gede, “Politik Obor Indonesia, Jakarta, 2009.
Pluralisme Hukum dalam Pengakuan -------------, “Praktik Penelitian Hukum
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Perspektif Sosiolegal” dalam Sulistyowati
dengan Peraturan Daerah”, Disertasi Irianto dan Shidarta, Editor, Metode
Doktor, Program Doktor Ilmu Hukum Penelitian Hukum Konstelasi dan
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Refleksi, Yayasan Obor Indonesia,
Malang, 2012. Jakarta, 2009.
Mardikanto, Totok, and Poerwoko
Atmosudirjo, Prajudi, Hukum Administrasi Soebiato, Pemberdayaan masyarakat
Negara, Cetakan Kesepuluh, Ghalia dalam perspektif kebijakan publik.
Indonesia, Jakarta., 1994. Alfabeta, 2012.
Cohen, Morris L. dan Kent C. Olson, Legal Menski, Werner, "Perbandingan Hukum dalam
Research In A Nutshell, Seventh Edition, Konteks Global Sistem Eropa, Asia, dan
ST. Paul, Minn, West Group, 2000. Afrika." 2014.
Dahuri, Rokhmin, Pengembangan Rencana Hadjon,Philipus M., Perlindungan Hukum
Pengelolaan Pemanfaatan Berganda Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu
Ekosistem Mangrove di Sumatera. Dalam Surabaya, 1987.
Panduan Pelatihan Pelestarian dan ………, et.al, Pengantar Hukum Administrasi
Pengembangan Ekosistem Mangrove Indonesia, Introduction to the Indonesian
Secara Terpadu dan Berkelanjutan, Pusat Administrative law, Gadjah Mada
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas University Press, Yogyakarta, 2011.
Brawijaya, Malang 1997.
Puspitawati, Dhiana, "Desentralisasi
……..., Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan
Untuk Kesejahteraan Rakyat, Kumpulan dalam Kerangka Prinsip Negara
Pemikiran. Lembaga Informasi dan Studi Kepulauan." Arena Hukum 7.2, 2014.
Pembangunan Indonesia. Jakarta, 2000.
Rahardjo, Satjipto, "Permasalahan Hukum di
Fabianto, M. D., and Pieter Th Berhitu, Indonesia, Alumni, Bandung, 1983.
"Konsep Pengelolaan Wilayah Pesisir
SecaraTerpadu dan Berkelanjutan yang Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT.
Berbasis Masyarakat." Jurnal Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
TEKNOLOGI, Volume11 Nomor2(2014): Satria Arif, Pengantar Sosiologi Masyarakat
2054-2058. Pesisir, Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
Harahap, R. Hamdani, Pengelolaan Wilayah Jakarta, 2015.
Pesisir Berbasis Masyarakat yang Sadjijono, H, Bab- Bab Pokok Hukum
Berkelanjutan,dalam workshop Administrasi, Cetakan II, Edisi II,
Membangun Sinergitas Ekonomi, Laksbang Pressindo, Yogyakarta, 2011.
Lingkungan, Hukum, Budaya dan Setiawan, Yudhi. Instrumen hukum campuran
Keamanan untuk Menegakkan Negara (gemeenschapelijkrecht) dalam
Maritim yang Bermartabat, Biro Rektor konsolidasi tanah. RajaGrafindo Persada,
USU, Medan, 2015. 2009.
Indroharto, Usaha memahami Undang-Undang Soekanto, Soerjono. Pengantar penelitian
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, hukum. Penerbit Universitas Indonesia
Pustaka Harapan, Jakarta, 2003. (UI-Press), 2006.
180 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 163 - 182 181
Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil;
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan
Nomor 40/PERMEN-KP/2014 Tentang
Peran Serta Dan Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16
Tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun
2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Bali Tahun 2009 Nomor 16).
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8
Tahun 2015 Tentang Arahan Peraturan
Zonasi Sistem Provinsi (Lembaran
Daerah Provinsi Bali Tahun 2015
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Bali Nomor 6).
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Barat Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2017-2037
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2017 Nomor ).
182 Model Pengelolaan Wilayah Pesisir… (Anak Agung Istri Ari Atu Dewi)