You are on page 1of 12

…..

EKSISTENSI dan KESENJANGAN MASYARAKAT MARITIM


DALAM BIDANG EKONOMI

1 Nur Faisyah,2 Reswita Maharani,3 Andi muhammad Trisakti,4 Ismawati,5 Ahmad Rezky Fauzi

1 Jurusan keteknikan pertanian, fakultas pertanian Universitas Hasanuddin Makassar


E-mail: nurfaisyapangkep@gmail.com

2 Jurusan keteknikan pertanian, fakultas pertanian Universitas Hasanuddin Makassar


E-mail: reswitamaharani30@gmail.com

3 Jurusan keteknikan pertanian, fakultas pertanian Universitas Hasanuddin Makassar

E-mail: Saktycr@gmail.com

4 jurusan keteknikan pertanian, fakultas pertanian Universitas Hasanuddin Makassar

E-mail: ismawati17082002@gmail.com

5 jurusan keteknikan pertanian, fakultas pertanian Universitas Hasanuddin Makassar

E-mail: Ahmadrizkifauzi@gmail.com

ABSTRACT
Fisherman is a term for people who daily work to catch fish or other biota that live on
the bottom of ponds and water surfaces. Fishermen are a profession that is often found
in maritime or island areas, Indonesia which is famous for its sea area which is wider
than its land area so that fishermen are still one of the professions that still exist in
Indonesia but enthusiasts and the younger generation mostly do not have any interest. In
this work, Indonesia is a country with abundant natural wealth both from land and sea,
with abundant natural wealth, of course this is a great opportunity for its managers to
benefit, but if viewed from a financial perspective there are gaps that occur in the lives
of the residents in maritime areas, especially fishermen. Economic inequality continues
because it cannot be separated from the many factors that influence both externally and
internally. These factors make the lives of fishermen from the past until now are still

1
trapped below the poverty line, even though Indonesia's status as a dead country does
not seem to guarantee that fishermen live in prosperity.

Key words : society inequality, maritime, economy.

ABSTRAK

Nelayan adalah istilah bagi orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau
biota lainnya yang hidup di dasar kolam maupun permukaan perairan. Nelayan adalah
profesi yang banyak di temui di wilayah maritim atau daerah pulau, Indonesia yang
terkenal dengan wilayah lautan yang lebih luas dari daratannya sehingga nelayan kini
masih menjadi salah satu profesi yang masih terus ada di indonesia namun peminat
dan para generasi muda kebanyakan sudah tidak menaruh minat dalam pekerjaan
tersebut , Indonesia adalah negara dengan kekayaan alamnya yang melimpah baik dari
daratan maupun lautan, dengan kekayaan alam yang melimpah, tentu ini menjadi
peluang besar bagi para pengelolanya untuk mendapatkan keuntungan, namun jika di
lihat dari sisi finansial terdapat kesenjangan yang terjadi di kehidupan para penduduk di
wilayah maritim khususnya para nelayan. Kesenjangan ekonomi itu terus terjadi karena
tidak terlepas dari banyaknya factor-faktor yang memengaruhi baik secara eksternal
maupun internal. Faktor-faktor tersebut membuat kehidupan para nelayan dari dahulu
hingga sekarang masih banyak yang terkungkung di bawah garis kemiskinan, meski
status indonesia sebagai negara matitim tampaknya tidak menjamin bahwa para nelayan
hidup dengan sejahtera.

Kata kunci: kesenjangan masyarakat, maritime, ekonomi

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan Kepulauan terbesar di dunia


dengan jumlah pulau yang mencapai 17.508 dan panjang garis pantai kurang lebih
81.000 Km. Keadaan ini menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber

2
pendapatan masyarakat Indonesia. Secara umum, wilayah pesisir dapat didefenisikan
sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem udara
yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan. Indonesia sebagai Negara
Kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, Indonesia memiliki ± 17.480 pulau
dengan luas lautnya mencapai 5,8 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang ± 95,181 km2.
Negara kepulauan berarti suatu negara yang seluruhnya terdiri atas satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau lain. Wilayah perairan laut yang dimiliki
Indonesia lebih luas dari pada wilayah daratannya, sehingga peranan wilayah laut
menjadi sangat penting bagi kehidupan bangsa dan negara.

Posisi geografis kepulauan Indonesia sangat strategis karena merupakan pusat


lalu lintas maritim antar benua. Indonesia memiliki kedaulatan terhadap laut wilayahnya
meliputi : perairan pedalaman, perairan nusantara dan laut territorial (sepanjang 12 mil
dari garis dasar). Zona tambahan Indonesia, yang memiliki hak-hak berdaulat dan
kewenangan tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) sejauh 200 mil dari
garis pangkal , Indonesia mempunyai hak-hak berdaulat atas kekayaan alam
(perikanan), kewenangan untuk memelihara lingkungan laut, mengatur dan
mengizinkan penelitian ilmiah kelautan, pemberi izin pembangunan pulau-pulau buatan,
instalasi dan bangunan lainnya.

Kekayaan sumber daya alam yang melimpah merukan ciri tersendiri bagi negara
Indonesia. Oleh sebab itu, budaya maritim yang kuat sudah sepatutnya dimiliki oleh
negara kepulauan. Sejarah maritim Indonesia pada masa lampau, menunjukkan
bagaimana kerajaan Sriwijya dan majapahit merupakan contoh nyata kejayaan
pemerintahan maritim di Nusantara.

Pengertian nelayan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang
atau masyarakat yang mata pencarian utamanya adalah menangkap ikan. Sedangkan
menurut UU No.45 Tahun 2009 –Perikanan, Nelayan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan, Nelayan (Standar Statistik Perikanan)
adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan
ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Para penduduk pribumi khususnya yang tinggal
di daerah pesisir memiliki hak besar dalam pengelolaan sumberdaya alam (lautan) guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun kekayaan alam yang begitu melimpah

3
di lautan seharusnya mampu membuat masyarakat di daerah pesisir hidup jauh lebih
baik tapi realitas eksistensi yang terjadi pada masyarakat Indonesia khusunya para
nelayan masih banyak yang terkungkung dengan kemiskinan dan masih jauh dari kata
hidup sejahtera,bukankah ini menjadi sebuah masalah? di mana banyaknya sumberdaya
alam tapi tidak membuat masyarakat yang mengelolanya menjadi sejahtera.

Masyarakat maritime adalah kelompok nelayan beserta kelompok lain yang


terikat, serta kelompok orang-orang yang meskipun tidak berdomisili di wilayah pantai
atau pesisir, tetapi menggantungkan kehidupannya kepada aktivitas kemaritiman, seperti
misalnya kelompok marinir, kelompok buruh bongkar muat kapal atau perahu di
Pelabuhan, para pelaku ekspedisi muatan kapal laut, para pelaku wisata bahari, para
pelaku jasa industri dan jasa maritim (misal industri perkapalan yang meliputi industri
galangan kapal, penunjang galangan kapal, bangunan lepas pantai), dan sebagainya.

Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi


kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan
kesehatan Kemiskinan sangat mudah dilihat dari berbagai kebutuhan dasar manusia.
Dalam kaitannya dengan masyarakat nelayan, kemiskinan dapat dilihat pada kondisi
perumahan yang kumuh dengan perabotan rumah tangga yang seadanya dan
kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatan yang rentan dan pendidikan
juga rendah menjadi tolak ukur mengapa para nelayan di indonesia pada umumnya
masih jauh dari kata sejahtera. Penelitian yang dilakukan oleh Ambariyanto dan Denny
N.S menyebutkan terdapat empat persoalan yang dihadapi wilayah pesisir di Indonesia
secara umum, yakni :

1) Tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, tercatat pada tahun 2010


kemiskinan di desa-desa pesisir mencapai angka 7 juta jiwa yang terdapat
10.639 desa pesisir.
2) Tingginya kerusakan sumberdaya pesisir.
3) Rendahnya kemandirian organisasi social desa dan lunturnya nilai-nilai budaya
lokal.
4) Rendahnya infrastruktur desa dan Kesehatan lingkungan pemukiman.
Pembangunan memerlukan berbagai sumberdaya sebagai modal dalam
pembangunan.

4
Keempat persoalan pokok ini juga memberikan andil terhadap tingginya
kerentanan terhadap bencana alam dan perubahan iklim yang cukup tinggi pada desa-
desa pesisir. Kondisi di atas semakin krusial dengan lemahnya dukungan peraturan
perundang-undangan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang selama ini dirasa
belum menampung semua aspirasi dan kebanyakan masih bersifat sectoral dan tidak
memihak kepentingan masyarakat pesisir dan kelestarian sumber dayanya.

Adapun jenis- jenis kemiskinan yamg ada di masyarakat yaitu ;

1. Kemiskinan subjektif
Jenis kemiskinan ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran
sendiri dengan beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara
cukup, walaupun orang tersebut tidak terlalu miskun.
Contohnya : pengemis musiman yang muncul di kota-kota besar.
2. Kemiskinan absolut
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana
sesesorang/keluarga memiliki penghasilan di bawah garis kemiskinan.
Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang,
Pendidikan dan Kesehatan.
Contohnya : keluarga yang kurang mampu.
3. Kemiskinan relative
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena
pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan
masyarakat. Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan penghasilan dan
standar kesejahteraan.
Contohnya : banyaknya pengangguran karena lapangan kerja yang
sedikit.
4. Kemiskinan alamiah
Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya lagka
akan sumber daya alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki
produktivitas yang rendah.
Contohnya : masyarakat di benua Afrika yang tanahnya tandus dan
kering.
5. Kemiskinan kultural

5
Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap
masyarakat dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya
seperti masyarakat modern.
Contohnya : suku Badui yang teguh mempertahankan adat istiadat dan
menolak kemajuan jaman.
6. Kemiskinan structural
Kemiskinan ini terjadi karena struktur social tidak mampu
menghubungkan masyarakat dengan sumber daya yang ada.
Contohnya : a. masyarakat Papua yang tidak mampu mendapatkan
manfaat dai freeport.
b. masyarakat pesisir yang tidak mampu memanfaatkan kekayaan laut.

Tujuan penulisan yaitu:


1) Mengetahui bagaimana kesenjangan ekonomi nelayan di daerah pesisir.
2) Mengetahui bagaimana nelayan bisa bertahan hidup dalam keadaan yang
serba terbatas.
3) Menjelaskan masalah apa saja yang dihadapi para nelayan dalam mencari
ikan.

B. METODE
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan membaca dan
mencatat beberapa referensi mengenai permasalahan ekonomi yang terjadi di
kehidupan para nelayan. Data yang didapatkan dari bahan bacaan tersebut telah
kami analisis secara mendalam dan dituangkan ke dalam makalah untuk
membahas kesenjangan ekonomi yang terus berlanjut di kehidupan para nelayan.

C. PEMBAHASAN

Potensi hayati yang terkandung di dalam laut sekitar pemukiman


masyarakat nelayan, seharusnya dengan banyaknya potensi sumber hayati di

6
lautan dapat memberikan kesempatan dan peluang besar untuk para nelayan
mengelola sumber daya alam tersebut. Tangkapan ikan yang banyak di suatu
daerah, lalu dijual di luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
dikonsumsi pula oleh keluarga nelayan.

Kondisi yang telah membuat para nelayan kurang dan bahkan tidak
menyadari bahwa akumulasi tekanan struktural yang terjadi secara internal dan
eksternal telah mengkonstruksi dirinya kedalam sebuah kondisi yang terjebak
dalam kemiskinan. Keadaan ini yang disebut Arifin (dalam Anthony,2010:64)
sebagai “motivasi tak sadar” atau ketidakmampuan nelayan memberikan
ungkapan verbal terhadap Tindakan sekalipun hal itu merupakan keinginan yang
berpotensi mengarahkan tindakannya. Ada banyak faktor- faktor yang
menyebabkan masyarakat atau komunitas nelayan kurang sejahtera antara lain:

1. Ketidakpastian pendapatan

Untuk nelayan panggawa kecil, Nelayan biasanya akan pergi berlayar untuk
menangkap ikan di waktu bulan tidak menampakkan diri atau dalam bahasa bugis di
sebut kalengleng dan bahasa makassar disebut kalangngang ia akan Kembali ke rumah
saat bulan purnama tiba setelah Kembali ke rumah yang mereka lakukan hanya
memperbaiki kapal (pukat) dan pada umumnya para nelayan tidak melakukan
produktivitas lainnnya.

Walaupun kadangkala para nelayan masih ke lautan untuk memancing tapi tentu
hasil yang di dapatkan hanya untuk konsumsi sehari hari, upah dari nelayan tergantung
dari banyaknya hasil tangkapan. Seringkali mereka tidak mendapatkan upah di
sebabkan adanya kendala seperti badai dan ombak besar maka upah bulan lalu juga
harus di gunakan untuk menghidupi keluarga nelayan untuk bulan di mana para nelayan
tidak mendapatkan upah sedangkan pendapatan itu tergolong rendah inilah salah satu
faktor mengapa nelayan di Indonesia masih kurang sejahtera.

2. Keterbatasan Teknologi sebagai pemicu awal kemiskinan

7
Teknologi penangkapan yang modern akan cenderung memiliki kemampuan
jelajah sampai di lepas pantai dan jauh lebih berefek besar pada penangkapan Para
nelayan sebenarnya. Mereka selalu berusaha untuk meningkatkan penghasilannya
melalui teknologi yang mereka tingkatkan. Pada umumnya para nelayan masih
mengalami keterbatasan teknologi penangkapan.

Dengan alat tangkap yang sederhana, wilayah penangkapan pun jadi terbatas,
hanya di sekitar perairan pantai. Selain itu juga, ketergantungan terhadap musim sangat
tinggi sehingga tidak setiap saat nelayan bisa turun melaut, terutama pada musim
ombak, yang bisa berlangsung lebih dari 1 bulan. Belum lagi pada saat terjadi badai laut
yang bisa menghambat penangkapan mereka. Akibatnya, selain hasil tangkapan menjadi
terbatas, dengan kesederhanaan alat tangkap juga yang dimiliki pada musim tertentu
sampai tidak ada hasil tangkapan yang bisa diperoleh oleh para nelayan. Kondisi ini
merugikan nelayan, karena secara riil rata-rata pendapatan per bulan menjadi lebih
kecil.

3. Masalah pemasaran.

Produksi hasil laut yang diperoleh nelayan hanya akan memiliki nilai lebih apabila
tidak hanya digunakan untuk makan, melainkan juga untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena masalah pemasaran merupakan aspek penting
dalam kehidupan nelayan. Permasalahannya adalah akses terhadap pasar sering tidak
dimiliki oleh para nelayan, terutama di pulau-pulau yang kecil. Sementara itu, kondisi
ikan yang mudah busuk, merupakan masalah besar yang dihadapi para nelayan. Dalam
kondisi demikian makan peranan tengkulak (pedagang ikan) menjadi sangat besar
dalam kehidupan nelaya. Di pulau-pulau kecil, keberadaan tengkulak bukan hanya
pembeli haisil laut, melainkan juga menjual berbagai kebutuha para nelayan.

Untuk menangani hal tersebut perlu diadakan sistem resi gudang, yang akan
memberikan banyak manfaat bagi nelayan. Sistem resi gudang merupakan salah satu
solusi untuk mengurangi proses permonopolian yang dilakukan oleh para pengepul.
Adapun manfaat dari resi gudang, yaitu :

a. Keterkendalian dan kestabilan harga komoditi : system ini bermanfaat dalam


menstabilkan harga pasar, melalui fasilitasi penjualan sepanjang tahu.

8
b. Keterjaminan modal produksi : pemegang komoditi mempunyai modal usaha
untuk produksi berkelanjutan karena adanya pembiayaan dari Lembaga
keuangan yang menjadi bagian dari sistem resi gudang.
c. Keleluasan penyaluran kredit bagi perbankan : dunia nasional nasional
memperoleh manfaat dari terbentuknya pasar bagi penyaluran kredit.
d. Keterjaminan produktivitas : jaminan produksi komoditi menjadi lebih pasti
karena adanya jaminan modal bagi produsen.
e. Keterpantauan lalu lintas poduk atau komoditi.
f. Keterjaminan bahan baku industru.
g. Sistem resi gudang telah terbukti mampu meningkatkan efisiensi sektor
agrobisnis dan agroindustri, karena baik produsen maupun sektor komersial
yang terkait, dapat mengubah status sediaan bahan mentah dan setengah jadi
menjadi produk yang dapat diperjualbelikan secara luas.
h. Efisiensi logistic dan distribusi.
i. Kontribusi fiscal.

Menurut Ansar Arifin (2014:93), mengatakan bahwa “Kasus-kasus penjualan yang


dilakukan oleh kelompok pada sebagian hasil produksi kepada nelayan pabilolang di
tengah laut, atau singgah pada salah satu pulau yang dianggap terdekat dari lokasi
penangkapan, umumnya terjadi ketika kelompok mengalami kekurangan bekal untuk
kebutuhan hidup selama perjalanan menuju ke darat, sementara target produksi belum
tercapai.”

Kesenjangan tersebut diakibatkan karena kurangnya toleransi kepada orang yang


memiliki perbedaan dengan kita, contohnya orang yang berekonomi tinggi dan orang
yang berekonomi rendah, pasti orang yang memiliki ekonomi tinggi merasa bahwa dia
harus lebih diharagai dibandingkan dengan orang yang mempunyai ekonomi rendah,
bahkan kadang orang yang berekonomi tinggi mendeskrimimasi orang yang dianggap
memiliki ekonomi yang rendah.

4. Daya saing produk perikanan tangkap yang masih rendah

9
Produk-produk perikanan mengalami kalah saing jika dibandingkan
dengan produk pangab lain, seperti daging sapi dan ayam. Permasalahan yang
terjadi adalah usaha perikanan yang belum efisien maupun kontinuitas produksi
yang tidak stabil, penyebab terjadinya hal ini antara lain adalah kurangnya
sarana dan prasarana maupun pengetahuan untuk meningkatkan atau
memberikan nilai tambah pada produk perikanan.

5. Akses permodalan usaha perikanan para nelayan masih terbatas

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah sulitnya prosedur perbankan bagi
masyarakat nelayan yang Sebagian besar merupakan nelayan skala kecil. Selain itu,
bunga kredit yang relatif tinggi juga menjadi salah satu penghambat berkembangnya
usaha perikanan nelayan di Indonesia.

Dampak dari terbatasnya akses permodalan usaha bagi nelayan perkembangan


terutama nelayan adalah sulitnya perkembangan akses permodalan untuk membuat
mereka lebih berkembang terutama para nelayan kecil yang bekerja secara individu
sehingga menyebabkan sumberdaya ikan yang tidak berimbang terutama di daerah
pesisir.

Contoh nelayan buruh yang tidak memiliki alat sehingga harus bekerja dengan
menyewa alat tangkap atau bekerja dengan seseorang yang memiliki alat dan hasil
penangkapan ikan oleh nelayan buruh akan di bagi dengan pemilik alat, sehingga hal ini
menjadi sangat tidak efektif untuk menghasilkan pendapatan yang meningkat.

D. KESIMPULAN

Negara kita memiliki kekayaan atau potensi laut yang begitu banyak, namun
banyak nelayan masih hidup di garis kemiskinan. Eksistensi realitas masyarakat
kemiskinan Budaya maritim berkaitan atau berhubungan dengan perkembangan
berbagai aspek. Salah satu aspek yang penting adalah perkembangan dalam aspek
ekonomi. Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam masyarakat di daerah pesisir,

10
khususnya di bidang ekonomi tidak terlelesaikan dengan baik dan tidak adanya
kebijakan yang di ambil oleh pemerintah membuat para nelayan selamanya akan terjerat
dalam kehidupan garis kemiskinan.

E. SARAN
Sudah seharusnya peran pemerintah sangat penting dalam sejahteranya
para nelayan di Indonesia, maka dari itu baik dari dinas kelautan dan perikanan
yang harus bekerja sama dengan dinas terkait dan instansi lainnya dalam
mencari solusi dari permasalahan para nelayan dengan adanya edukasi dan
bantuan subsididi seperti alat tangkap dan modal, namun bukan hanya
pemerintah tapi peran dari para nelayan untuk lebih berfikir kritis dan kreatif
serta menciptakan hal hal baru agar mereka dapat hidup sejahtera

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/Sidiranamenggala/kemiskinan-pada-masyarakat-nelayan-di-
indonesia.

Arifin, A. (Mei 2014). pemanfaatan ruang kapasitasstruktur sebagai strategi peningkatan


kesejahteraan nelayan pesisir di kabupaten Takalar,sulawesi selatan. jurnal pendidikan
sains sosial dan kemanusiaan, 18.

12

You might also like