Professional Documents
Culture Documents
: 635 – 646
Stendy K. Lakoy (1), Shirley Y.V.I. Goni (2), Deysi Tampongangoy (2)
1) Staf dan Peneliti pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Utara/ASN
2) Staf Pengajar dan Peneliti pada PS Pengelolaan Sumberdaya Pembangunan, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado
*Penulis untuk korespondensi: stendylakoy@gmail.com
Naskah diterima melalui Website Jurnal Ilmiah agrisosioekonomi@unsrat.ac.id : Jumat, 2 Juli 2021
Disetujui diterbitkan : Rabu, 28 Juli 2021
ABSTRACT
This study aims to analyze local wisdom of community empowerment in the management and
development of sustainable fisheries resources in Bitung City. This research is a descriptive observational
research, with a phenomenological qualitative approach. Respondents in this research were 10 people who were
taken by purposive sampling technique with the focus of research using Jim Ife's theory of local wisdom which
consists of local knowledge, local values, local skills and local resources. Data was collected by means of
observation, interviews and documentation. Data analysis uses steps consisting of data reduction, data
presentation and conclusion drawing. The results showed that local wisdom from Bitung City is the charm
festival of the Lembeh Strait and Mangrove planting. For the empowerment of local wisdom, indigenous
peoples are empowered by conducting training and business capital assistance. Management and
empowerment of local communities is carried out by implementing a community-based resource
management approach model, thus in developing community-based resource management, namely by
creating a self-help community problem solving system and stimulating citizen participation in community
affairs in order to achieve the desired goals through the implementation of empowerment, especially in the
fisheries sector. sustainable.
Keywords : local wisdom; empowerment; sustainable fishery
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kearifan lokal pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan dan pembangunan sumberdaya perikanan berkelanjutan di Kota Bitung. Penelitian ini
merupakan penelitian observatif yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan kualitatif fenomenologi.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling dengan
fokus penelitian menggunakan teori Jim Ife tentang kearifan lokal yang terdiri dari pengetahuan lokal, nilai
lokal, keterampilan lokal dan sumberdaya lokal. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan langkah – langkah yang terdiri dari reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal dari Kota Bitung
yaitu fetival pesona Selat Lembeh dan penanaman Mangrove. Untuk pemeberdayaan kearifan lokal tersebut,
masyarakat adat diberdayakan dengan dilakukannya pelatihan serta bantuan modal usaha. Pengelolaan dan
pemberdayaan masyarakat lokal dilakukan dengan dijalankannya model pendekatan pengelolaan sumberdaya
berbasis masyarakat dengan demikian dalam membangun pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat yaitu
dengan menciptakan sistem penyelesaian masalah masyarakat swadaya dan merangsang minat partisipasi warga
dalam urusan masyarakat guna mencapai tujuan yang diinginkan melalui pelaksanaan pemberdayaan terutama
pada sektor perikanan yang berkelanjutan.
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 635
Kearifan Lokal Pemberdayaan Masyarakat .…...........................(Stendy Lakoy, Shirley Goni, Deysi Tampongangoy)
636
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 635 – 646
dan strategi perumusan program sehingga dapat Sebagian besar penduduk Kota Bitung
meningkatkan kemampuan masyarakat berasal dari suku Minahasa dan suku Sangihe
mengaktualisasikan dirinya dalam mengelola selain itu terdapat juga pendatang – pendatang
kawasan pesisir yang berbasis masyarakat. Oleh yang berasal dari suku jawa, Gorontalo,
sebab itu, pemerintah daerah harus berupaya secara Minangkabau dan Suku Aceh. Namun secara
optimal untuk melakukan pemberdayaan keseluruhan. Dengan begitu banyak suku yang ada
masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan di Kota Bitung, secara otomatis kebudayaan lokal
sumber daya perikanan yang berkelanjutan. Hal menjadi lebih banyak terlebih didukung dengan
tersebut dalam rangka menyeimbangkan kondisi keberadaan Kota Bitung sebagai kota otonomi.
laut yang ada. Keberadaan otonomi daerah dan kearifan lokal,
Kota Bitung yang berada di Provinsi pelaku usaha terutama pada sektor perikanan harus
Sulawesi Utara yang memiliki jalur strategik dalam mampu beradaptasi menghadapi kearifan lokal
pemanfaatan sumber daya perikanan di wilayah yang terus berkembang. Hal tersebut juga
perairan. Bitung dikenal sebagai “Kota Bahari”, dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang semakin
aktivitas perekonomian banyak dipengaruhi oleh bertambah.
kegiatan yang berhubungan dengan wilayah laut Akibat jumlah penduduk di wilayah pesisir
dan pesisir. Terdapat pelabuhan Internasional Kota Bitung yang besar serta kurangnya
Bitung menjadikan Kota Bitung berpeluang besar pengawasan dalam pemanfaatan kawasan pesisir
menjadi pintu gerbang Indonesia untuk kawasan menyebabkan keberlanjutan sumber daya terutama
Asia Pasifik (Restra PPS Bitung, 2015). Oleh sebab perikanan semakin terancam yang ditandai dengan
itu, sektor perikanan dan industri pengelolaan hasil penangkapan ikan yang semakin menurun.
perikanan menjadi basis dan menunjang aktivitas Hal ini dibuktikan dengan jumlah pengolahan ikan
pembangunan dalam sub sektor perikanan di di unit – unit pengolahan ikan di Kota Bitung
Provinsi Sulawesi Utara. Sumber daya perikanan terkadang harus mengambil ikan dari daerah lain
yang begitu besar, tentunya Kota Bitung harus seperti ternate (Maluku Utara) atau daerah lainnya
mengelola dengan baik demi mempertahankan untuk diolah. Kemudian jumlah eksport ikan
ataupun meningkatkan kualitas dan kuantitas. Kota terutama ikan tuna yang setiap tahunnya jumlah
Bitung sebagai kota otonomi di Sulawesi Utara, permintaan semakin meningkat terutama dari
menghadirkan peranan besar pemerintah daerah negara Jepang dan Singapura serta negara – negara
untuk mengawasi dan mengarahkan kebijakan – di Eropa. Selanjutnya proses over fishing atau
kebijakan terhadap pengelolaan dan pemanfaatan penangkapan ikan secara berlebih menjadi
sumber daya yang tersedia yang dapat memberikan permasalahan dalam pengelolaan dan
kontribusi bagi pemerintah dalam mengeksplor pembangunan sumberdaya perikanan di Kota
potensi daerah secara optimal demi membiayai Bitung. Hal ini menyebabkan banyak ikan yang
kegiatan pembangunan daerah. dibuang tanpa dikelola yang disebabkan oleh
Kekayaan sumber daya alam terutama ketidaktersediaan unit pengolahan ikan yang
pada sektor perikanan di Kota Bitung menjadi ditangkap dan masyarakat tidak tahu cara
daya tarik bagi berbagai pihak untuk mengelola ikan yang diperoleh serta ketidaktahuan
memanfaatkan dan berbagai instansi meregulasi dalam menyalurkan ikan yang diperoleh
pemanfaatannya. Dalam pengelolaan kemasyarakat luas.
sumberdaya tersebut dapat dilakukan oleh Pemerintah bertanggungjawab menetapkan
pemerintah dan masyarakat, dimana pemerintah pengelolaan dan pembangunan sumber daya alam
menetapkan suatu regulasi dan masyarakat terutama sektor perikanan bagi kepentingan
seluruh masyarakat dengan memperhatikan
menjalani aturan yang ada. Masyarakat yang
kelestarian dan keberlanjutan sumber daya
tinggal diwilayah pesisir menjadi bagian penting
tersebut. Oleh sebab itu untuk menjaga
dalam melanjutkan ekosistem pesisir terutama
keberlanjutan sektor perikanan, perlu dilakukan
dibidang perikanan. Hal tersebut dikarenakan
pemberdayaan terhadap masyarakat agar dapat
komponen terbesar masyarakat yang tinggal
mengelola sektor perikanan bersama – sama dengan
dipesisir merupakan nelayan yang memiliki pemerintah agar keberlanjutan perikanan dapat
ketergantungan yang besar terhadap sumber daya terwujud dengan memperhatikan kearifan lokal yang
perikanan. ada.
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 637
Kearifan Lokal Pemberdayaan Masyarakat .…...........................(Stendy Lakoy, Shirley Goni, Deysi Tampongangoy)
Persepsi masyarakat lokal yang yang tertanam dan diikuti oleh masyarakat yang
menjalankan budaya atau kearifan lokal tentang berada di wilayah tersebut. Oleh sebab itu nilai
pengelolaan dan pengembangan sumberdaya kearifan lokal sangat memiliki peran penting
perikanan didapatkan untuk mengetahui bagi masyarakat dimanapun masyarakat itu
pentingnya kelestarian sumberdaya perikanan berada. Masyarakat di Kota Bitung yang
dalam menopang kehidupan. Oleh sebab itu kebanyakan hidup dipesisir, menggantungkan
kajian mengenai pemberdayaan masyarakat kehidupannya dari sumber daya yang tersedia di
dalam mengelolah dan mengembangkan sekitar termasuk sumber daya dari perikanan.
sumberdaya perikanan mutlak untuk dilakukan Untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka
oleh sebab itu penulis merasa tertarik untuk sampai pada ke generasi selanjutnya, maka
melakukan penelitian tentang pengelolaan dan pemberdayaan perlu untuk dilakukan agar dapat
pembangunan sumber daya perikanan dari sudut menjaga, mengelola dan membangun sumber
pandang kearifan lokal dengan judul daya terutama untuk sektor perikanan
“Pengelolaan Sumberdaya Perikanan berkelanjutan.
Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Dalam menjaga nilai kearifan lokal
Bitung Provinsi Sulawesi Utara.” melalui pemberdayaan masyarakat, masyarakat
perlu untuk memahami dan mengetahui tentang
Rumusan Masalah manusia dalam hubungan antar sesama, alam dan
Bagaimana kearifan lokal pemberdayaan seluruh komunitas dalam bentuk pengetahuan
masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan lokal. Nilai lokal merupakan tradisi dan budaya
sumberdaya perikanan berkelanjutan di Kota pada masyarakat yang dapat mengelola dan
Bitung? diberdayakan untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat. Masyarakat juga harus memiliki
Tujuan Penelitian keterampilan lokal, yaitu keterampilan dalam
Menganalisa kearifan lokal pemberdayaan mengelola sebagai komposisi yang bersentuhan
masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan
langsung dengan sektor perikanan. Kemudian
sumberdaya perikanan berkelanjutan di Kota
ketersediaan sumber daya lokal dimana proses
Bitung.
pembangunan dan pengelolaan sumber daya
Manfaat Penelitian
berbasis masyarakat harus didasarkan ppada
pemanfaatan sumber daya.
1. Manfaat Teoritis
Oleh karena itu, kearifan lokal
Secara akademis, penelitian ini diharapkan
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan,
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolan
terutama dalam bidang manajemen sumber daya dan pembangunan sumber daya perikanan
khususnya. berkelanjutan khususnya di Kota Bitung perlu
2. Manfaat Praktis
untuk memperhatikan kearifan lokal masyarakat
a. Bahan masukan dan pertimbangan bagi di Kota Bitung yaitu apa saja yang menjadi
pemerintah provinsi Sulawesi Utara dan kearifan lokal masyarakat setempat. Melalui
pemerintah Kota Bitung dalam kearifan lokal yang dimiliki, perlu dilakukannya
pengambilan keputusan guna pengelolaan pemberdayaan kearifan lokal menggunakan
dan pembangunan sumberdaya perikanan model pengelolaan dan pemberdayaan terhadap
berkelanjutan. masyarakat lokal untuk membangun pengelolaan
b. Bahan masukan bagi peneliti selanjutnya sumberdaya berbasis masyarakat.
yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pengembangan sumberdaya perikanan
dilihat dari kearifan lokal pemberdayaan METODE PENELITIAN
masyarakat dalam mendukung potensi
sumberdaya perikanan. Penelitian ini merupakan penelitian
Nilai kearifan lokal (local wisdom) dapat observatif yang bersifat deskriptif, dengan
dipahami sebagai gagasan daerah setempat yang pendekatan menggunakan metode kualitatif
bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik fenomena (kualitatif-phenomenologis) yang
638
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 635 – 646
bertujuan untuk memberikan gambaran suatu perikanan dalam hal pengelolaan dan
fenomena atau kenyataan sosial secara jelas yang pembangunan sumber daya perikakan.
sesuai dengan permasalahan yang diteliti yaitu 4. Masyarakat/ Tokoh Masyarakat (Tua
mengidentifikasi potensi perikanan dalam Adat/Pemangku Adat) (2 orang);
penelitian ini tentang pengelolaan sumberdaya merupakan tokoh masyarakat yang
perikanan ikan tuna. Penelitian kualitatif berasal dari instansi non formal yang
berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, dipandang memahami permasalahan
atau kepercayaan orang yang diteliti; ritual kearifan lokal yang berkaitan
kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka dengan pengelolaan dan pembangunan
(Sulistyo-Basuki, 2006) sumber daya perikanan yang tinggal dan
menetap di pesisir laut (Selat Lembeh).
Tempat dan Waktu Penelitian 5. Nelayan (4 orang); mayarakat yang
Penelitian dilaksanakan di Kota Bitung berhubungan langsung dengan
Provinsi Sulawesi Utara. Waktu yang digunakan pengelolaan dan pembangunan
peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan dalam perikanan dimana masyarakat dalam hal
kurun waktu kurang lebih 3 (tiga) bulan, yang ini nelayan yang berinteraksi langsung
dimulai dari proses penyusunan proposal, proses dengan sektor perikanan yang
pembimbingan dan penyajian dalam bentuk mempengaruhi keberlanjutan perikanan
tesis. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh yang ada.
pihak yang berkaitan dengan unit pengolahan
ikan. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada dimensi
Teknik Pengumpulan Data kearifan lokal menurut Jim Ife (2002) yang
Teknik pengambilan sampel, diperoleh terdiri dari:
menggunakan teknik purposive sampling yaitu 1. Pengetahuan Lokal; bentuk kearifan
teknik sampling non random dimana peneliti lokal masyarakat di Kota Bitung yang
menentukan pengambilan sampel dengan menyangkut pengetahuan dan
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan pemahaman masyarakat tentang manusia
tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat dan hubungan antar sesama, alam dan
menjawab permasalahan penelitian. seluruh anggota komunitas ekologis
pemberdayaan masyarakat.
Informan Penelitian 2. Nilai lokal; tradisi dan budaya pada
Peneliti menentukan informan penelitian masyarakat di Kota Bitung yang dapat
dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, terdiri dikelola dan diberdayakan agar dapat
dari: mengatur kehidupan masyarakat sebagai
1. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan suatu aturan dalam suatu lingkungan
Kota Bitung (1 orang); pemerintah Kota dalam hal pengelolaan sumberdaya
Bitung sebagai institusi formal yang perikanan yang lestari dan berkelanjutan.
memiliki kaitan erat dalam pengelolaan 3. Keterampilan lokal; pengelolaan dan
dan pengembangan sumber daya terutama pemberdayaan dengan melibatkan
sumber daya perikanan di Kota Bitung. masyarakat adat/lokal sebagai komposisi
2. Kepala Bagian Pembangunan SetDa Kota yang bersentuhan langsung dengan
Bitung (1 orang); institusi formal sektor perikanan sebagai bentuk kearifan
pemerintah yang memahami tentang lokal.
pengelolaan dan pembangunan di bidang 4. Sumberdaya lokal; proses pembangunan
perikanan. pengelolaan sumberdaya yang berbasis
3. Unit Pengolahan Ikan (2 orang); intansi masyarakat yang didasarkan pada
non formal yang berkaitan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan
berhubungan langsung dengan sektor lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 639
Kearifan Lokal Pemberdayaan Masyarakat .…...........................(Stendy Lakoy, Shirley Goni, Deysi Tampongangoy)
640
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 635 – 646
adat tersebut dimana keberadaan tersebut “Saya sudah berumur 43 Tahun. Saya lahir
tidak hanya diakui oleh komunitas adat itu dan besar di Kota Bitung. Sebelumnya saya
sendiri tetapi masyarakatt lain yang ada menjabat sebagai Camat di Selat Lembeh. Jadi
disekitarnya yang sudah berlangsung dalam untuk sejarah Festival Pesona Selat Lembeh
jangka waktu tertentu.” ini, kurang lebih saya pahami. Sebelum disebut
Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan sebagai Festival Pesona Selat Lembeh,
lingkungan berbasis kearifan lokal berlaku mulai dulunya bernama Festival Selat Lembeh tanpa
dari pengelolaan sumberdaya air, hutan, ikan kata pesona. Namun sebelumnya ini bernama
baik di perairan darat maupun pesisir laut bahkan Festival Nelayan. Dikarenakan kebiasaan dari
masyarakat khususnya para nelayan yang
dalam sistem usaha. Upaya – upaya yang
setelah menangkap ikan, mereka mengucap
dilakukan untuk pengelolaan perikanan berkaitan
syukur bersama – sama dengan para
dengan fungsi – fungsi biologi, sosial, teknologi,
pengusaha ikan atas hasil laut dalam hal ini
ekonomi serta lingkungan sember daya sebagai
komponen yang saling berhubungan untuk ikan yang diberikan oleh Tuhan. Ini dilihat
terjaminnya pengelolaan perikanan berkelanjutan. oleh pemerintah Kota Bitung sebagai suatu
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan budaya (kearifan lokal) yang perlu untuk
memberdayakan masyarakat terutama nelayan dikembangkan, maka terciptalah Festival
dengan mempersiapkan, mengkaji, merencanakan Pesona selat Lembeh ini. Festival ini sudah
program serta pelaksanaan program dan evaluasi dilakukan sejak tahun 2009 dan menjadi
dilakukan untuk keberlanjutan sektor perikanan hajatan ahunan yang diselenggarakan oleh
dengan memperhatikan kearifan lokal yang tterdapat komunitas nelayan dan pengusaha perikanan
di wilayah. Dapat dikatakan bahwa pengelolaan Kota Bitung bekerja sama dengan Pemerintah
perikanan berkelanjutan harus berbasis masyarakat. Kota Bitung.”
Wawancara yang dilakukan dengan salah satu
Responden KG, BK dan UT
pimpinan Unit Pengolahan Ikan di Kota Bitung, Hasil wawancara dengan KG, BK dan UT, para
RT, tentang kearifan lokal dan pengelolaan dan nelayan yang lahir dan menetap di wilayah Selat
pembangunan perikanan berkelanjutan pada Lembeh Kota Bitung, senada dengan Kabag
tanggal 11 Mei 2021 mengatakan bahwa : Pembangunan MP, yang diwawancarai pada tanggal
“Sudah pernah ada upaya yang sudah dicoba 14 Mei 2021, mengatakan bahwa :
di wilayah pesisir di Indonesia dan negara – “Festival Selat Lembeh ini merupakan bentuk
negara di Asia lainnya yang diharapkan rasa syukur kami bersama dengan para bos – bos
mampu mengatasi kerusakan dan (pengusaha ikan) kepada Tuhan yang telah
berkurangnya summber daya yaitu dengan memberikan hasil laut yaitu ikan yang begitu
merubah pola pikir tentag pemanfaatan banyak, melimpah.”
sumberdaya ikan dari akses terbuka menjadi
kepemilikan umum dengan melibatkan Responden RK
masyarakat, pola ini dikenal dalam bentuk Responden RK yang diwawancarai
community-based Coastal Resources ditempat terpisah pada tanggal 14 Mei 2021 yang
Management (CB-CRM) atau pengelolaan mengatakan bahwa :
sumber daya psisir yang berbasis masyarakat “Festival ini baru sekarang di angkat ke dunia
yaitu proses dimana masyarakat melalui luar. Sebelumnya kami para nelayan sudah
proses politik menyepakati atau menyetujui sering melaksanakan dari tahun – tahun jauh
untuk mengelola sumber daya ikan atau (sudah lama) tapi karena terlihat begitu baik
mengalokasikan sebagian sumber daya yang untuk menjadi ikon wisata, maka nelayan dan
ada di masyarakat harus diolah tetapi harus para pengusaha bersama –sama dengan
juga dikembangkan untuk keberlanjutannya.” pemerintah membuat festival yang menjadi
daya tarik yang dapat dikatakan bahwa kami
Responden MP mengundang sebagai suatu bentuk kunjungan
Sekretariat Daerah Kota Bitung, MP yang wisata untuk bersyukur bersama-sama atas
merupakan Pegawai Negeri Sipil di Kota Bitung, berkat laut (ikan) yang diberikan oleh Tuhan
mengatakan bahwa : Yang Maha Esa.”
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 641
Kearifan Lokal Pemberdayaan Masyarakat .…...........................(Stendy Lakoy, Shirley Goni, Deysi Tampongangoy)
642
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 635 – 646
dapat menjaga garis pantai agar tidak terjadi 2. Pemberdayaan Kearifan Lokal
abrasi, menahan sedimen, tiupan angin, dan Proses pengelolaan dan pemberdayaan
menyangga rembesan air laut kedarat. Secara masyarakat lokal tidak lepas dari proses
kimia hutan mangrove mampu mengolah pemandirian masyarakat dalam mengelola dan
limbah agar kemungkinan pencemaran sedikit membangun dalam hal ini sektor perikanan
dan yang paling utama menghasilkan oksigen. berkelanjutan. Dengan memberikan pelatihan
Secara biologi hutan mangrove merupakan khusus mengakomodasikan usulan anggota
habitat biota darat dan laut, sebagai daerah masyarakat jika ada yang meminta pelatihan
asuhan, mencari makan, dan tempat tertentu di luar program pemberdayaan yang
menghasilkan bibit ikan, batangnya dapat
telah disusun. Sebagai contoh, dalam kekriyaan
dijadikan bahan bakar, bahkan dapat dijadikan
pemuda karang taruna, dari pihak partisipan ada
suplemen. Dan sebagai fungsi wahan wisata,
yang mengusulkan untuk diberi pelatihan
hutan mangrove dijadikan sebagai tempat
pembuatan perahu. Hal tersebut membuktikan
penelitian dan tempat wisata.
bahwa masyarakat mampu menganalisis hal-hal
Hutan mangrove dapat menjadi solusi
yang dibutuhkan.
untuk berbagai jenis masalah lingkungan yang
Mengangkat kearifan lokal perlu
sering terjadi di bumi, terlebih semenjak krisis
memanfaatkan kearifan-kearifan lokal dalam
iklim dan berbagai macam pencemaran
upaya pemberdayaan komunitas. Contoh,
lingkungan menjadi semakin marak di bumi
mengajarkan masyarakat membuat dan mengelola
tercinta, termasuk di Indonesia. Kerusakan
tambak ikan bagi masyarakat suku laut di perairan
lingkungan ini bukan hanya berdampak negatif
yang memiliki kearifan lokal berupa larangan
pada manusia, melainkan juga untuk hewan-
mengambil hasil laut secara berlebihan atau
hewan, khususnya hewan yang hidup di habitat air.
membuat penangkaran telur ikan di kawaang
Salah satu manfaat hutan mangrove untuk hewan
mangrobve pasirpanjang di Kota Bitung.
adalah manfaat hutan mangrove untuk ikan laut.
Selanjutnya dengan memberikan bantuan sarana
Manfaat hutan laut untuk ikan laut adalah sebagai
sarana termasuk unsur yang paling penting dalam
tempat perlindungan bagi spesies-spesies ikan
melaksanakan kegiatan pemberdayaan. Walaupun
yang ada di laut. Beberapa jenis hewan laut seperti
tujuan dari program pemberdayaan yaitu agar
ikan, udang, kepiting, kura-kural, dan siput
masyarakat mampu mandiri, namun sebagai proses
memiliki sifat yang membuatnya hanya cocok
awal memperkuat kemampuan masyarakat,
untuk tinggal di air payau. Dengan adanya hutan
diperlukan pemberian bantuan berupa sarana dan
mangrove, tentu saja hal ini dapat menjadi sebuah
prasarana. Contoh, untuk mencapai kesuksesan
habitat bagi spesies-spesies ikan, udang, kepiting,
dari program pengelolaan dan pembangunan
kura-kura, siput, dan ikan laut lainnya.
sumberdaya perikanan berkelanjutan diperlukan
Dengan menjaga kelestarian hutan mangrove,
bantuan berupa alat-alat perikanan serta bantuan
habitat ikan laut akan menjadi lebih terjaga
perizinan menggunakan bangunan dan fasilitas
sehingga ikan laut dan aneka spesies lainnya dapat
berkembang biak secara optimal di hutan mangrove. umum. Dalam praktiknya, sederet strategi-strategi
Apabila hal ini dapat berjalan dengan baik, pada pemberdayaan komunitas tersebut dilaksanakan
akhirnya hutan mangrove secara tidak langsung secara bertahap.
juga dapat memberikan manfaat yang besar bagi 3. Model Pengelolaan dan Pemberdayaan
manusia dari keberhasilan konservasi terhadap Masyarakat Lokal
ikan laut melalui hutan mangrove. Melalui kondisi Kearifan lokal sejatinya yang memiliki enam
hutan mangrove yang baik, aneka jenis ikan laut dimensi yang meliputi pengetahuan lokal, nilai
akan dapat berkembang biak secara optimal lokal, keterampilan lokal, sumber daya alam
sehingga hal ini akan mendatangkan manfaat lokal, mekanisme pengembalian keputusan lokal,
secara ekonomi, terlebih bagi para nelayan dan serta solidaritas kelompok lokal pada dasarnya
penduduk di sekitar mangrove yang bisa menjadi panduan dalam proses pemberdayaan.
memanfaatkannya untuk kebutuhan konsumsi atau Pemberdayaan kearifan lokal intinya menjadi
kebutuhan lainnya seperti perdagangan, dengan prospek kearifan lokal dimasa akan datang (masa
penggunaan yang bertanggungjawab. depan).
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 643
Kearifan Lokal Pemberdayaan Masyarakat .…...........................(Stendy Lakoy, Shirley Goni, Deysi Tampongangoy)
Pemerintah Kota Bitung yang berkaitan menjaga dan mengelola sumberdaya alam dan
langsung dengan pengelolaan sumberdaya alam lingkungan di dalam maupun di luar kawasan
khususnya dalam perikanan dan masyarakat, dan 3) seberapa banyak manfaat (material dan
dimana masyarakat setempat tinggal dan nonmaterial) yang bisa diterima masyarakat dari
kemauan masyarakat untuk tetap menjaga kawasan konservasi sehingga keberadaannya
keseimbangan dengan lingkungan meskipun memiliki nilai yang menguntungkan secara terus
menghadapi berbagai tantangan. Maka dari itu menerus.
penting untuk melibatkan masyarakat lokal Walaupun belum ada contoh yang berhasil
dalam melakukan tindakan di lingkungan namun konseptual CBNRM bisa menjadi rujukan
dimana mereka tinggal guna menghindari dalam membangun model pengelolaan kawasan
konflik-konflik sosial dimana pengelolaan konservasi yang berpihak pada kesejahteraan
sumberdaya dalam hal ini pengelolaan masyarakat tanpa mengabaikan kelestarian
keanekaragaman hayatinya. Beberapa pokok
sumberdaya perikanan yang kurang
persoalan yang menjadi sasaran utama CBNRM,
memperhatikan kondisi sosial budaya
yaitu : 1) membuka akses bagi masyarakat
masyarakat lokal akan dapat menimbulkan
masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup lewat
konflik terutama dalam pengelolaan, alternatif pemanfaatan sumberdaya hayati yang tersedia
pengelolaan lahan, dan pemetaan sumberdaya sehingga mendorong mereka untuk terus
alam serta kepentingan antar kelompok mempertahankan keberadaannya; dan 3)
masyarakat lokal. penguatan posisi masyarakat dan stakeholder lain
Melihat pentingnya peran masyarakat dalam proses-proses pembuatan kebijakan
lokal dalam menjaga keberlanjutan perikanan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan
maka penting untuk mempertahankan dan sumberdaya alam. Untuk menunjang
melindungi tindakan-tindakan masyarakat yang keberhasilannya maka ada beberapa prinsip
merupakan bentuk dari kearifan lokal. CBNRM dalam penerapan CBNRM, yaitu prinsip
(Community based nature resource pemberdayaan masyarakat, prinsip kesetaraan
management) atau Pendekatan Pengelolaan peran, prinsip berorientasi pada lingkungan dan
Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat prinsip penghargaan terhadap pengetahuan
merupakan strategi pengelolaan Sumberdaya lokal/tradisional.
perikanan dimana masyarakat berpartisipasi 4. Membangun Pengelolaan Sumberdaya
secara aktif dan berperan dalam menanggulangi Berbasis Masyarakat
masalah yang mempengaruhi kondisi perikanan Dalam kearifan lokal, terkandung pula
sehingga dalam hal ini CBNRM sangat menaruh kearifan budaya lokal. Kearifan budaya lokal
perhatian pada partisipasi masyarakat lokal sendiri merupakan pengetahuan lokal yang sudah
dalam memanfaatkan dan memelihara sektor sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan,
perikanan di sekitarnya. CBNRM merupakan norma, dan budaya serta diekspresikan dalam
contoh pendekatan dalam sistem pengelolaan tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu
sektor perikanan yang mempertimbangkan yang lama. Jadi, untuk melaksanakan
aspek-aspek keadilan, pemerataan dan pembangunan disuatu daerah, hendaknya
kesejahteraan masyarakat di sekitar pesisir pemerintah mengenal lebih dulu seperti apakah
secara berkelanjutan. pola pikir dan apa saja yang ada pada daerah
Peran masyarakat lokal dalam CBNRM yang menjadi sasaran pembangunan tersebut.
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, Adalah sangat membuang tenaga dan biaya jika
monitoring dan evaluasi. Secara umum peran membuat tempat wisata tanpa memberi
masyarakat sendiri ditentukan oleh 3 hal yaitu : pembinaan kepada masyarakat setempat bahwa
1) sejauh mana pengetahuan lokal dapat dihargai tempat tersebut adalah “ikon” atau sumber
dan dimanfaatkan dalam membentuk sebuah pendapatan yang mampu menyejahterakan rakyat
sistem pengelolaan kawasan konservasi yang didaerah itu. Atau lebih sederhananya
pembangunan akan menjadi sia-sia jika pemerintah
baik; 2) seberapa besar kepedulian warga
komunitas lokal terhadap alamnya sehingga tidak mengenal masyarakat atau potensi yang
mampu mendorong ke arah upaya-upaya untuk tepat untuk pembangunan di daerah tersebut.
644
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 17 Nomor 2 MDK Juli 2021 : 635 – 646
Agrisosioekonomi:
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan), Sosial dan Ekonomi 645
Kearifan Lokal Pemberdayaan Masyarakat .…...........................(Stendy Lakoy, Shirley Goni, Deysi Tampongangoy)
646