You are on page 1of 15

Tinjauan Pustaka

PENGARUH HIPERGLEMI TERHADAP PERAN SITOSKELETON (CYTOSKELETON)


SEBAGAI JALUR TRANSDUKSI SIGNAL (SIGNAL TRANSDUCTION)

Achmad Rudijanto, Handono Kalim

Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya Malang

SUMMARY

EFFECT OF HYPERGLYCEMIA TO THE ROLE OF CYTOSKELETON AS


A SIGNAL TRANSDUCTION PATHWAY

Intracellular signal transduction occurs through cascades of reactions involving dozens of proteins that transmit signals
from the cell surface, through a crowded cellular environment filled with organelles and a filamentous cytoskeleton, to specific
target. For most characterized signal transduction pathway, the initial signaling event and the end point are well known. In order to
fully understand intracellular signal transduction, it is essential to know the intermediate signaling molecules and to understand
how information flows from one to the next. The cytoskeleton , an interconnected assembly of actin (microfilament), intermediate
filament and microtubule networks that extend throughout the entire cell, is involved in intracellular signal transduction.
Individual proteins of the cytoskeleton might participate directly in signal transduction by linking two or more signaling protein
and might also provide a macromolecular scaffold, which spatially organizes components of a signal transduction cascade.
Diabetes mellitus is an increasingly common disease. Absolute or relative deficiencies of insulin are common in this disease.
Insulin has been suggested to play a key regulatory role in the functional organization of actin filaments. The microtubules are also
the targets of insulin. A chronic insulin deficiency may could lead to impairment in the organization of the cytoskeleton. This
could entail a compromised or slower action of some activated enzymes in cells, affect to intracellular signal transduction.

Key words: hyperglycemia, cytoskeleton, signal transduction

PENDAHULUAN Sitoskeleton diketahui mempunyai peran pada


pengaturan mekanika sel. Disamping hal tersebut
Tulang pada tubuh manusia ataupun dipercaya bahwa jaringan ini mempunyai peran
binatang merupakan suatu sistim yang sudah yang jauh lebih besar, yakni ikut mengatur
sangat dikenal. Sifat padat dan keras dari tulang berbagai organela maupun molekul yang tersebar
mampu melindungi dan menyokong keberadaan didalam sel. Sitoskeleton membentuk suatu
jaringan lunak tubuh. Jaringan ini memegang jaringan terpadu, menghubungkan secara dianmis
peran yang sangat penting untuk mengatur hampir semua struktur sel, serta memiliki
pergerakan tubuh. Eukariotik sel juga memiliki permukaan yang sangat luas yang memungkinkan
suatu sistim tulang yang disebut sebagai berbagai protein dan komponen sitoplasma dapat
sitoskeleton yang mempunyai peran yang sangat terikat pada permukaannya1.
mirip dengan tulang pada tubuh manusia.

Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal Transduction) 243
Achmad Rudijanto, Handono Kalim
Setiap sel melakukan komunikasi dengan Pengaruh struktur sitoskeleton terhadap
lingkungan sekelilingnya. Pada tingkat seluler transduksi signal dapat diidentifikasi melalui cara
suatu komunikasi antar sel akan berguna bagi penrusakan dari salah satu filament dengan
kelangsungan kehidupan sel itu sendiri. menggunakan berbagai bahan. Sitokalasin
Terminologi transduksi signal (signal (cytochalasin) mampu merusak filament aktin
transduction) yang sering pula disebut sebagai yang merupakan unsur utama mikrofilamen,
signal sel (cell signaling) merupakan suatu proses kolkisin (colchicine) akan merusak mikrotubulus,
komunikasi yang meliputi konsep tentang sedangkan akrilamid (acrylamide) mampu
tanggapan sel terhadap rangsangan dari merusak filament antara. Penggunaan metode
sekelilingnya yang disusul dengan timbulnya biokimia maupun manipulasi genetik dapat pula
reaksi didalam sel. Transduksi signal dalam sel dipergunakan untuk mempelajari proses ikatan
mungkin akan melibatkan proses fisik seperti antara berbagai elemen yang terlibat pada
proses difusi, perubahan kimiawi seperti peristiwa transduksi signal, termasuk reseptor dan protein
posforilasi dari berbagai signal antara sitoplasma dengan protein sitoskeleton spesifik1.
(intermediate signaling), atau keduanya. Pada Ditinjau dari struktur fisik maupun kimia, sangat
sebagaian besar peristiwa hantaran signal, awal mungkin sitoskeleton mempunyai pengaruh
dan akhir dari peristiwa hantaran pada umumnya penting pada hantaran signal sehingga informasi
telah diketahui secara baik. Namun proses dapat terkirim dari satu titik di sel membrane
diantara awal dan akhir peristiwa hantaran, sehingga mencapai tempat yang jauh didalam
merupakan proses antara yang masih banyak sitoplasma atau dalam inti sel5,6.
belum diketahui secara menyeluruh. Untuk dapat Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan
memahami dengan baik proses antara awal dan metabolik yang ditandai dengan adanya gangguan
akhir suatu transduksi signal diperlukan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
pemahaman tentang molekul yang berperan pada Hiperglikemi yang terdapat pada DM tidak hanya
proses antara tersebut serta proses hantaran signal mampu menimbulkan kerusakan sitoskeleton7,
dari satu tempat ketempat yang lainnya2. namun juga akan mempengaruhi aktifitas berbagai
Transportasi berbagai macam protein dalam macam protein sel antara lain protein kinase-C8.
sel yang melibatkan sitoskeleton merupakan salah Sangat mungkin bahwa keadaan tersebut akan
satu bagian dari transduksi signal. Sitoskeleton berpengaruh pada fungsi sitoskeleton sebagai jalur
yang terdapat dalam sel terdiri dari tiga macam transduksi signal.
filamen, tersusun saling berkaitan satu dengan Pada tinjauan pustaka berikut akan dibahas
lainnya. Jalinan jaringan ini memungkinkan tentang peran sitoskeleton pada transduksi signal,
adanya jalur hubungan antara dinding sel, inti pengaruh hiperglikemi pada struktur dan fungsi
ataupun berbagai organela yang ada didalam sel. sitoskeleton dengan berbagai akibatnya, serta
Beberapa penelitian menunjukkan adanya peran perubahan transduksi signal khsususnya yang
masing-masing jenis filament sitoskeleton pada terkait dengan protein kinase-C.
berbagai hantaran mekanik yang dipergunakan
sebagai jalur pergerakan organela maupun protein JARINGAN SITOSKELETON
dalam sel. Jalur ini memungkinkan pergerakan
organela, protein ataupun molekul lemak bergerak STRUKTUR SITOSKELETON
menuju tempat yang dituju1,3. Hal ini Sitoskeleton tersusun dari tiga macam
memungkinkan pula sitoskeleton terlibat pada filamen yang terstruktur dengan baik, disebut
transduksi signal didalam sel4. mikrotubulus (microtubules), mikrofilamen
(microfilament) yang disebut juga sebagai filamen

244 J Peny Dalam, Volume 7 Nomor 3 September 2006


aktin (actin filament = F-actin), dan filamen suatu tempat dalam sel menuju titik tujuan.
antara (intermediate fillament= IF)9. Ketiga Protein motor mampu merubah enersi kimiawi
macam filamen menyusun suatu jaringan menjadi enersi mekanik sehingga proses
kerjasama yang sangat rumit. Modulasi jaringan pergerakan organela atau protein dapat
sitoskeleton akan merubah fungsi mekanika sel berlangsung. Fesikel, mitokondria, lisosom,
yang mempunyai peran penting pada sitokinesis kromosom dan beberapa filamen sitoskeleton
(cytokinesis), ataupun pergerakan sel9,10, yang pergerakannya dalam sel memanfaatkan
mengemukakan adanya empat fungsi sitoskeleton, peran protein motor tersebut9. Protein motor
seperti: penyangga struktur sel, transportasi dalam memanfaatkan sitoskeleton sebagai jalur
sel, kontraktilitas dan pergerakan sel, serta pergerakannya. Dalam satu sel terdapat beberapa
pembelahan sel. puluh protein motor yang berbeda. Setiap protein
Terdapat berbagai macam protein yang motor mempunyai peran spesifik untuk satu fungsi
berasosiasi dengan masing-masing filamen. pada suatu daerah kerja tertentu. Terdapat tiga
Microtubule-associated protein (MAPs) grup famili protein motor, yakni miosin, kinesin
merupakan protein jembatan penghubung dan dinein. Kinesin dan dinein bergerak sepanjang
mikrotubulus dengan sekitarnya, baik antar mikrotubulus, sedangkan miosin merupakan
filamen mikrotubulus maupun dengan filamen motor penggerak disepanjang filamen aktin.
yang lain9. Berbagai protein lain seperti, sindapin Sejauh ini filamen antara tak memiliki protein
(syndapin), F-actin binding protein Abpi dan motor9.
kortaktin (cortactin) merupakan protein pengikat Diperlukan adanya enersi untuk
antara filamen aktin (mikrofilamen) dengan menjalankan fungsi protein motor. Terdapat dua
membran tarfficking11. IF juga memiliki berbagai proses yang berkelanjutan untuk membantu
protein yang berasosiasi dengannya. Protein- protein motor mampu menjalankan fungsinya.
protein tersebut antara lain: plektin (plectin), Kedua siklus tersebut adalah siklus kimiawi dan
fimbrin, filamin, kinesin, transglutaminase dan mekanik. Tahap proses kimiawi dimulai dengan
beberapa protein lainnya12. Melihat posisi dari terjadinya ikatan ATP pada protein motor yang
masing-masing protein yang berasosiasi dengan disusul dengan hidrolisis ATP, melepaskan ADP
berbagai filamen, tampaknya bahwa fungsi protein dan Pi dari motor serta terikatnya kembali satu
tersebut bukan hanya sebagai penghubung molekul ATP baru keprotein motor. Hidrolisis
melainkan juga membantu stabilitas dari jaringan ATP akan menyediakan enersi yang diperlukan
sitoskeleton. untuk pergerakan protein motor tersebut9.
Jaringan sitoskeleton terdiri dari tiga
macam filamen yang berbeda yang menempati KOMUNIKASI SEL
posisi yang berbeda pula didalam sel namun
masih berhubungan satu dengan yang lainnya. TRANSDUKSI SIGNAL
Jaringan tersebut menjadi suatu susunan yang unik Transduksi signal merupakan suatu
dan memungkinkan terbentuknya struktur elastik peristiwa yang sangat komplek. Signal (rangsang)
tiga dimensi. Struktur elastik demikian tampaknya dapat berupa suatu protein yang dihasilkan oleh
akan sangat menunjang peran sitoskeleton sebagai sel lain yang kemudian berikatan dengan reseptor
penerus signal mekanik yang diterima oleh sel13. spesifik pada dinding sel, atau suatu substrat lain
non protein. Demikian juga adanya kontak
PROTEIN MOTOR langsung antar sel dapat pula menimbulkan signal.
Protein motor berperan sebagai penggerak Transduksi signal meliputi berbagai aktifitas
berbagai organela maupun protein dalam sel dari seperti9:

Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal Transduction) 245
Achmad Rudijanto, Handono Kalim
Pengenalan berbagai signal dari luar terhadap binding protein (G-protein)-coupled receptors,
reseptor spesifik yang terdapat pada receptor tyrosine kinase, cytokine receptor-link
permukaan sel membrane. kinase atupun serine kinase14. Signal yang terjadi
Penghantaran signal melalui sel membrane bukan hanya oleh adanya ikatan ligand dengan
kedalam sitoplasma. respetor spesifik saja, melainkan juga akibat
Penghantaran signal kepada molekul efektor adanya paparan langsung dengan tekanan mekanik
spesifik pada bagian sel membran atau efektor maupun perubahan kimiawi disekitar sel dengan
spesifik dalam sitoplasma. Hantaran signal ini melibatkan integrin.
kemudian akan menimbulkan respon spesifik Disamping reseptor, terdapat pula berbagai
terhadap signal tersebut. Respon spesifik yang kanal ion yang ikut berperan pada transduksi
timbul tergantung pada jenis signal yang signal. Aktifitas kanal ion (khususnya ion-Ca)
diterima. Respon dapat berupa peningkatan ataupun reseptor kalsium seperti calcium sensing
atau penurunan aktifitas ensim-ensim receptor (CaSR) yang termasuk dalam kelompok
metabolik, rekonfigurasi sitoskeleton, C-family of G-protein coupled receptor dapat
perubahan permeabilitas sel membran, aktifasi mempengaruhi keseimbangan kalsium dengan
sintesa DNA, perubahan ekspresi genetic merubah konsentrasi ion sitosolik15. Ion-Ca dalam
atupun program apoptosis. sitoplasma akan bekerja sebagai second
Perputusnya rangkaian signal. Terjadi apabila massenger dan dapat memicu timbulnya tranduksi
rangsangan dari luar mulai berkurang atau signal yang berkelanjutan.
terputus. Terputusnya signal juga terjadi .
apabila terdapat kerusakan atau tidak aktifnya RESEPTOR PADA MEMBRAN SEL (CELL-
sebagian atau seluruh molekul penghantar SURFACE RECEPTORS)
signal. Informasi yang terjadi akan melewati
jalur rangsang (signal transduction pathway) G-protein (GTP-binding protein)-coupled
yang terdiri dari berbagai protein berbeda atau receptors.
molekul tertentu seperti berbagai ion dan G-proteincoupled receptors merupakan
kanalnya, berbagai faktor transkripsi, ataupun suatu reseptor pada sel membrane yang
berbagai tipe sububit regulator. Setiap protein mempunyai tujuh helix transmembran. Penyaluran
yang terlibat pada jalur ini mampu signal yang timbul setelah G-protein coupled
menghambat atau mengaktifasi protein yang receptors berikatan dengan ligand, baru mungkin
berada dibawah pengaruhnya (down stream). terjadi bila G-protein ikut berperan aktif untuk
Protein utama yang terlibat dalam jalur mempengaruhi efektor yang berada dibawah
rangsang pada umumnya adalah kinase dan pengaruhnya.
pospatase, yang beberapa diantaranya G-protein merupakan suatu protein integral
merupakan protein yang terdapat/larut dalam yang terdapat pada membran sitoplasma. Bekerja
sitoplasma. Kedua protein ini mampu seakan sebagai penyambung atau pemutus arus
melepaskan atau menerima grup pospat dari sehinga suatu proses transduksi menjadi aktif atau
protein lain sehingga proses penghantaran atau terhenti. Berperan sebagai penyambung dan
penghentian signal dapat berlagsung. pemutus arus dari lebih dari 1000 reseptor
Ikatan ligand dengan reseptor spesifik keberbagai efektor dalam sel, termasuk sejumlah
akan memicu pelepasan sacond massenger yang ensim dan kanal ion16,17. G-protein terdiri dari
akan menimbulkan reaksi berantai dan membawa subunit-alfa, beta dan gama.
perubahan didalam sel. Reseptor spesifik, yang Aktifasi G-protein terjadi apabila ligand
terdapat pada membran sel dapat berupa: GTP- berikatan dengan reseptor spesifik, selanjutnya

246 J Peny Dalam, Volume 7 Nomor 3 September 2006


aktifasi G-protein akan menimbulkan aktifasi domain diluar membrane sel yang mampu
protein efektor pada jalur berikutnya. G-protein berikatan dengan ligand serta domain didalam
terdapat dalam keadaan inaktif apabila subunit- membrane sel yang merupakan suatu katalitik-
alfa berikatan dengan GDP (guanine dipospat). kinase. Jenis kedua, merupakan non-RTK yang
Apabila G-protein bereaksi dengan GDI (guanine tak memiliki protein transmembran serta terdapat
nucleotide dissociation inhibitor), pelepasan dan dalam sitoplasma, inti dan bagian dalam dari
perubahan GDP menjadi GTP (guanine tripospat) membran sel19. Pada G-proteincoupled receptors
akan dihambat dan G-protein tetap dalam keadaan terdapat tujuh helix transmembran, sedangkan
inaktif. Sedangkan apabila berinteraksi dengan reseptor tirosin kinase hanya mempunyai satu
GEF (guanine nucleotide exchange factor), protein segmen transmembran meskipun reseptor tipe ini
tersebut akan merubah GDP menjadi GTP yang dapat berupa monomer, dimmer ataupun tetramer.
akan memicu timbulnya aktifasi G-protein. Pada Data human genome menunjukkan adanya
umunya aktifasi akan terjadi apabila telah terjadi 90 gen yang menyandi tirosin kinase (TK) dan 43
ikatan antara protein dengan respetor spesifik. gen yang menjandi protein menyerupai tirosin
Subunit-beta dan gama dari G-protein akan kinase. Lebih dari lima puluh macam RTK yang
berikatan dengan reseptor spesifik, sedangkan telah teridentifikasi. Protein yang disandi oleh gen
subunit-alpha akan berikatan dengan GTP yang TK berperan pada proses pembelahan,
akan mengaktifkan G-protein dan menimbulkan diferensiasi, fungsi, pergerakan dan ketahan hidup
reaksi downstream selanjutnya. GTP akan dari sel19.
dihidrolisis oleh GTP-ase, yang aktifitasnya Reseptor insulin merupakan RTK
dipengaruhi oleh GAP (GTP-ase activating tetramerik yang terdiri dari 2 subunit alfa dan 2
protein). Tingkat pengaruh oleh GAP terhadap subunit beta. Subunit alfa terdapat dibagian luar
aktifitas GTP-ase ini akan mempengaruhi lamanya membran sel yang mampu berikatan dengan
aktiftas G-protein9. Siklus aktif-inaktif G-protein hormon insulin, sedangkan subunit beta
dipengaruhi oleh keberadaan protein lain yakni merupakan bagian transmembran yang
GDI yang menghambat pelepasan GDP dari meneruskan signal kedalam sel. Disamping
ikatannya dengan G-protein, GEF yang terikat reseptor insulin yang merupakan RTK tetramerik,
dengan G-protein inaktif dan memicu pelepasan terdapat pula RTK yang merupakan suatu
GDP dari G-protein dan GAP yang memicu monomer, misalnya RTK untuk epidermal growth
terjadinya hidrolisis dari GTP menjadi GDP. factor (EGF), plateled-derived grorth factor
Apabila GTP telah dihidrolisis secara sempurna (PDGF), serta fibroblast growth factor (FGF)9.
menjadi GDP, maka G-protein akan kembali RTK meneruskan transduksi signal insulin dan
menjadi inaktif18. berbagai faktor pertumbuhan seperti Insulin
growth factor-1 (IGF-1), epidermal growth factor
(EDGF), nerve growth factor (NGF), PDGF dan
Reseptor tirosin-kinase (RTK) FGF14.
Reseptor yang terdapat pada membrane Pada saat tidak berikatan dengan ligand,
sel, terkadang bukan hanya suatu protein yang RTK dalam keadaan inaktif sebagai monomer dan
bekerja sebagai reseptor saja, namun juga tidak terposporilasi. Pada sejumlah RTK bagian
merupakan suatu ensim yang mampu menambah junxtamembrane dalam sitoplasma lebih lanjut
group pospat kepada residu tirosin spesifik dari menghambat aktifitas protein itu sendiri melalui
protein itu sendiri. Terdapat dua macam tirosin ikatannya dengan domain kinase20. Aktifasi RTK
kinase (TK) yakni: pertama, RTK yang baru terjadi apabila bagian luar reseptor berikatan
merupakan protein transmembran yang memiliki dengan ligand dan menghasilkan oligomerisasi,

Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal Transduction) 247
Achmad Rudijanto, Handono Kalim
gangguan pada interaksi otoinhibisi fibronektin yang merupakan matriks protein yang
junxtamembrane dan posporilasi dari tirosin besar. Fibronektin mempunyai fungsi sebagai
regulator pada jalur aktifitas kinase21. Aktifasi chemotractant dan fungsi mitogenik untuk
reseptor insulin akan mendorong terjadinya proses fibroblast. Untuk menjalankan fungsi tersebut
posporilasi dengan terjadinya tranfer group pospat perlu adanya ikatan fibronektin dengan reseptor
kepada residu tirosin spesifik dari subunit beta dan integrin pada sel mononuklear maupun fibroblast
23
residu tirosin lain yang disebut sebagai insulin .
receptor substrate (IRS). Posporilasi oleh RTK Integrin bukan hanya mampu berikatan
tidak terjadi pada setiap tirosin, posporilasi hanya dengan substratnya namun juga merupakan jalur
akan terjadi pada tirosin yang akan berikatan hantaran yang memungkinkan perubahan diluar
dengan protein lain yang memiliki domain SH2. sel berpengaruh terhadap aktifitas didalam sel.
IRS yang telah mengalami posporilasi akan Integrin mempunyai peran yang dinamis pada
bekerja sebagai docking unit, mengikat dan masa pertumbuhan dengan memfasilitasi proses
mengaktifkan berbagai protein dengan domain adesi sel dan melakukan kontrol pertumbuhan24.
SH2 yang akan menimbulkan rangkaian Interaksi antara integrin dibagian luar sel
transduksi signal selanjutnya. Protein tirosin dengan ligand seperti fibronektin akan memicu
pospatase akan melakukan deposporilisasi timbulnya berbagai signal, termasuk signal untuk
reseptor insulin maupun substrat dibawahnya yang pelepasan ion-kalsium kedalam sitosol, sintesa
telah mengalami posporilasi sehingga transduksi second messenger pospoinositid, serta posporilasi
signal terhenti22. Protein dengan domain SH2 tirosin dari berbagai protein dalam sel. Adanya
dapat pula disebut sebagai efektor dari RTK interaksi antara integrin dengan bebagai material
seperti layaknya adenil siklase sebagai efektor dari ekstra sel, akan menimbulkan aktifasi sitosolik
G-proteincoupled receptors. kinase, termasuk Src. Protein yang mengalami
posporilasi oleh Src disebut focal adhesion kinase
Reseptor kinase serin (FAK). Setelah terjadi posporilasi FAK oleh Scr
Reseptor kinase serin berperan pada akan disusul dengan pembentukan pospotirosin
aktivitas kerja dari aktivin, TGF-beta, mulerian- residu yang mampu berikatan dengan gugus SH2
inhibiting substance (MIS), dan bone morphegenic dari protein adaptor Grb2. Ikatan antara FAK
protein (BMP). Sebagai efektor dari reseptor dengan Grb2 mengaktifasi Ras, meneruskan signal
kinase serin adalah kinase serin sendiri. Keluarga kedalam inti sel melalui jalur MAP-kinase dan
dari reseptor ini meneruskan signal melalui suatu mendorong timbulnya proses transkripsi oleh gene
protein yang disebut sebagai smads. Protein ini yang berperan pada pertumbuhan dan proliferasi
dapat berperan ganda, baik berperan sebagai sel9.
penerus signal (transducer) maupun sebagai faktor Disamping berperan pada transduksi
transkripsi14. signal, integrin ikut berperan pula dalam proses
migrasi sel pada substrat spesifik melalui
Integrin kemampuannya dalam melakukan ikatan maupun
Hubungan antara sel dengan substrat pelepasan diri dengan matriks ekstra sel (extra
dimediasi dengan adanya integrin yang cellular matrix = ECM) secara bergantian25. Pada
merupakan suatu protein transmembran yang pengamatan model migrasi diketahui bahwa
mempunyai tempat ikatan dengan berbagai proses ini terdiri dari beberapa langkah, termasuk
material ekstra sel seperti fibronektin, kolagen ekstensi sel kedaerah baru, melakukan ikatan atau
ataupun proteoglikan. Pada proses inflamsi, perlekatan dengan ECM, menyusun kekuatan baru
makrofag maupun fibroblast akan mensintesa

248 J Peny Dalam, Volume 7 Nomor 3 September 2006


untuk melepaskan diri dari ECM dan melanjutkan molekul adenyl cyclase. Aktifitasi adenyl cyclase
siklus gerak yang baru. juga terjadi oleh adanya protein Ca-ion
kalmodulin kinase26. Oleh karena memberikan
EFEKTOR pengaruh terhadap timbulnya reaksi berkelanjutan
Setiap reseptor pada membrane sel dalam sel, maka adenyl cyclase disebut pula
memiliki protein efektor dan jalur signal tertentu. sebagai efektor. Setiap adenyl cyclase dapat
Efektor berperan dalam amplifikasi (peningkatan) memproduksi cAMP dalam jumlah yang besar
suatu signal yang timbul akibat adanya ikatan dalam waktu yang pendek. Dengan demikian
suatu ligan dengan reseptor spesifik pada adanya produksi secara masal dari second
membran sel. Berbagai reseptor, efektor dan jalur messenger akan mampu meperbesar pengaruh
signal dapat dilihat pada tabel-1 berikut. transduksi signal dari pesan aslinya.
Tabel-1. Reseptor membran, efektor dan Sekali cAMP terbentuk, molekul tersebut
jalur signal14. akan berdifusi kedalam sitoplasma, berikatan
Reseptor Efektor Jalur signal dengan allosteric site subunit regulator dari
G-protein coupled receptors
Beta adrenergic Gs-alpha, adenyl Stimulation of cAMP production,
cAMP-dependent specific protein kinase yang
LH, FSH, TSH cyclase PKA disebut sebagai PKA. Pada keadaan normal
Glucagon Ca-ion channels Calmodulin subunit regulator akan mencegah aktifitas dari
PTH, PTHrP Ca-ion dependent kinase
ACTH, MSH, GHRH, CRH
ensim. Adanya ikatan cAMP terhadap subunit
Alpha- adrenergic Gi-alpha Inhibition of cAMP production tersebut akan menyebabkan disosiasi subunit
Somatostatin Activation of K & Ca-ion regulator dan terlepasnya subunit katalitik dari
TRH, GnRH Gq, G11 channels
Phospholipase C, DAG, IP3,
PKA. Bentuk aktif akan berpengaruh terhadap
PKC, voltage dependent Ca ion substrat target PKA dan memicu timbulnya
channels
posporilasi ensim target yang merupakan
Receptor tyrosine kinase
Insulin, IGF-1 Tyrosine kinases, MAP kinases, PI3-kinase, RSK
peristiwa penambahan satu group pospat pada
EGF, NGF IRS-1 to IRS-4 Raf, MAP kinases, RSK residu serin spesifik pada ensim tersebut dan
Tyrosine kinases, ras
memicu aktifitas ensim yang bersangkutan27.
Cytokine receptor-linked kinase
GH, PRL JAK, tyrosine STAT, MAP kinase, PI3 kinase,
Meskipun pengaruh cAMP yang segera timbul
kinases IRS-1, IRS-2 terjadi dalam sitoplasma, ternyata inti sel ikut
Serine Kinase
terlibat pula pada aktifitas ini. Fraksi molekul
Activin, TGF-beta, MIS Serine kinase Smads
PKA yang aktif dapat bertranslokasi kedalam inti
dan mampu melakukan posporilasi protein inti
SECOND MESSENGER.
kunci yang disebut sebagai CREB (cAMP
Cyclic-AMP (cAMP)
response element-binding protein). Posporilasi
Apabila terjadi ikatan antara hormon
CREB sebagai dimer akan berikatan dengan suatu
dengan reseptor spesifik selanjutnya akan diikuti
tempat di DNA yang disebut sebagai CRE (cAMP
dengan timbulnya perubahan didalam sel. Cylic-
response element) yang terdapat pada regio
AMP (cAMP) yang bekerja sebagai second
regulator suatu gene yang berperan memberikan
messenger merupakan satu substansi yang
tanggapan terhadap peningkatan cAMP.
dilepaskan oleh membran sitoplasma setelah
Untuk menjaga suatu keseimbangan siklus
terjadinya ikatan hormon dengan reseptor
aktifitas, setelah suatu reaksi berlangsung maka
spesifiknya. Peningkatan cAMP dalam sel sangat
diperlukan adanya reaksi balik. Ensim pospatase
mungkin terkait dengan adanya peningkatan ion-
dalam sel mampu melepaskan group pospat dari
kalsium maupun peningkatan aktivitas adenyl
suatu ensim yang telah mengalami posporilasi
cyclase. Ikatan sebuah molekul hormon pada
oleh protein kinase sehingga ensim menjadi
reseptornya dapat memicu aktifitas sejumlah

Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal Transduction) 249
Achmad Rudijanto, Handono Kalim
inaktif. Demikian pula dengan adanya ensim kalsium dalam sitoplasma tetap dalam konsentrasi
cAMP pospodiesterase yang mampu merusak yang fisiologis.
cAMP akan membantu mengakhiri reaksi berantai
tersebut 9. Lipid derived second massenger
Membran sel merupakan suatu lipid
Ion-kalsium bilayer. Pospolipid dari membran sel dapat
Ion-kalsium mampu bekerja sebagai dipecah menjadi second massenger oleh aktifitas
second massenger. Reseptor hormon yang ensim pospolipase, yang merupakan suatu ensim
mengaktifasi siklus pospatidilinositol (PI), hidrolitik. Terdapat berbagai macam second
meneruskan transduksi signal melalui dua second massenger yang berasal dari pospolipid membrane
massenger yakni DAG dan ion-Ca28. Ion ini sel, diantaranya adalah yang berasal dari PI. PI
memegang peran penting pada sejumlah aktifitas segera mengalami posporilasi dan berubah
sel seperti pembelahan sel, sekresi berbagai menjadi pospoinotisid. Cincin inositol dari
protein, endositosis, kegiatan metabolisme dalam pospoinotisid mempunyai enam atom karbon
sel serta pergerakan sel. Ion-kalsium mempunyai terletak padapermukaan polar bagian dalam dari
struktur yang sangat berbeda dengan suatu membran sel. Sejumlah ensim pospoinositik-
nukleotide ataupun pospatase inositol yang kinase yang terdapat pada sel yang bersangkutan
disintesa maupun didegradasi secara ensimatik. akan melakukan posporilasi atom karbon tersebut.
Konsentrasi ion ini didalam sitosol diatur oleh Ensim pospoinositik kinase antara lain PI3-kinase,
suatu mekanisme yang komplek, melibatkan PI4-kinase dan PI5-kinase, yang mampu
transporter ion-kalsium ataupun kanal ion yang memindahkan pospat dari ATP secara berturut-
terdapat dalam membran sel atau membran turut pada posisi ke 3,4, dan 5 dari cincin inositol9.
organele dalam sitoplasma29,30,31. Sebagai contoh apabila group pospat tunggal
Tergantung dari jenis sel, maka ion- dipindahkan pada posisi keempat cincin inositol
kalsium dapat meningkatkan atau menghambat dari PI oleh ensim PI4-kinase, akan membentuk
aktifitas berbagai ensim, sistim transport, PI4-pospatase (PIP) yang selanjutnya akan
permeabilitas membran sel, struktur dan fungsi mengalami posporilasi kembali oleh PI5-kinase
sitoskeleton. Dalam melakukan respon spesifik ini menjadi bentuk PI4,5-pospatase (PIP2) yang juga
ion kalsium pada umumnya akan berikatan dengan dapat mengalami posporilasi oleh IP3-kinase
sejumlah calcium-binding protein diantaranya menjadi bentuk PI3,4,5-pospatase (PIP3).
adalah kalmodulin (calmodulin). Pada saat terjadi Posporilasi cincin inositol dari
peningkatan konsentrasi ion kalsium dalam pospoinositid akan berikatan dengan molekul
sitoplasma, kemudian akan disusul dengan ikatan tambahan dari protein target yang disebut sebagai
dengan kalmodulin. Ikatan tersebut akan merubah domain-PH. Ikatan antara suatu protein dengan
konfirmasi dari protein sehingga terjadi massenger PIP2 atau PIP3 akan membawa protein
peningkatan afinitas dengan berbagai efektor. tersebut kepermukaan dalam membran sel yang
Tergantung dari macam sel, maka kalsium- selanjutkan akan berinteraksi dengan protein lain
kalmodulin komplek akan berikatan dan yang berikatan dengan membran sel.
mengaktifasi protein kinase ataupun cyclic Apabila terjadi ikatan suatu ligan dengan
nucleotide phosphodiesterase, mempengaruhi reseptornya akan mengaktifkan G-protein yang
kanal ion atau bahkan sistim transport ion kalsium mendorong peningkatan aktifitas efektor
sendiri. Pengaruh kalsium-kalmodulin komplek phosphatidylinositol-specific phospholipase c-beta
terhadap kanal ion dan sistim transport ion (PI-PLC-beta). PI-PLC-beta melakukan reaksi
berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion katalisis yang akan memecah PIP-2 menjadi dua

250 J Peny Dalam, Volume 7 Nomor 3 September 2006


molekul Inositol 1,4,5-triposppat (IP3) dan target. Ikatan nuclear receptor dengan ligand akan
diacylgliserol (DAG)32. diikuti dengan peningkatan atau penurunan
transkripsi protein14.
Diacylglycerol (DAG).
Merupakan molekul lemak yang tetap FUNGSI SITOSKELETON PADA
berada pada membran plasma setelah dibentuk TRANSDUKSI SIGNAL
oleh PI-PLC-beta. DAG akan mengaktifasi
efektornya yakni suatu protein kinase-C yang Tempat Aktivitas Ensimatik
selanjutnya akan mengadakan posporilasi residu Berbagai protein ensim terikat pada
serin dan treonin dari berbagai protein targetnya. jaringan sitoskeleton. Protein-protein tersebut
Keadaan ini selanjutnya akan kembali antara lain: ensim glikolitik, beberapa protein
mengaktifasi masing-masing protein target kinase serta pospolipase maupun lipid kinase1.
tersebut33. Ensim glikolitik sejak lama telah diketahui
merupakan protein yang berikatan dengan
Inositol 1,4,5,-tripospat (IP3) sitoskeleton34. Meskipun ensim ini pada umumnya
IP3 merupakan suatu pospat gula, suatu tidak berperan penting pada transduksi signal,
molekul yang sangat kecil, larut dalam air terikatnya ensim ini pada sitoskeleton dapat
sehingga mempunyai kemampuan yang tinggi dijadikan sebagai model bagaimana suatu
untuk berdifusi secara cepat. Molekul IP3 transduksi signal dapat dianalisa.
dibentuk dimembran sel dan segera berdifusi Berbagai isoensim protein kinase C (PKC)
kedalam sitoplasma dan akan berikatan dengan berikatan dengan filamen aktin. Ikatan ini
reseptor-IP3 yang terletak pada dinding retikulum memberikan arti penting dalam proses translokasi
endoplasmik. Reseptor-IP3 merupakan suatu PKC- ke-inti sel. Sedangkan pada beberapa
kanal kalsium-tetramerik. Ikatan IP3 dengan isoensim yang terdapat pada sitoplasma atau
reseptornya akan diikuti dengan terbukanya kanal membran plasma, terikatnya ensim tersebut pada
ion tersebut dan diikuti dengan masuknya ion filamen aktin akan mendorong peningkatan
kalsium kedalam sitoplasma32. aktifitas ensimatiknya35. PKC- II yang pada
umumnya berikatan dengan vimentin akan
RESEPTOR PADA INTI SEL teraktifasi setelah berikatan dengan filamen
Telah teridentifikasi sekitar 100 anggota aktin36. PKC- akan menuju filamen aktin setelah
yang termasuk dalam keluarga reseptor inti teraktifasi oleh interleukin-2 (IL-2). Pada keadaan
(nuclear receptors). Sebagian masih ini ikatan anatar PKC dengan filamen aktin
dikelompokan kedalam orphan receptor tampaknya diperlukan dalam upaya menjaga
mengingat bahwa ligand dari reseptor ini masih kestabilan jaringan filamen aktin itu sendiri.
belum teridentifikasi. Sebagian lain reseptor ini Demikian pula PKC- yang berperan pada
diklasifikasi berdasar atas ligand yang berikatan pengaturan fungsi sinap, akan berikatan dengan
dengannya. filamen aktin setelah teraktifasi.
Sebagian besar reseptor inti berikatan Pada sel trombosit, rangsangan trombin
dengan DNA dalam bentuk dimer. Sebagai akan menimbulkan terjadinya hubungan antara
akibatnya setiap monomer akan mengenali hanya phospholipase-A2, phosphatidylinositol (PI)3
satu DNA, yang merupakan ”satu” sisi dari kinase, diacylglycerol (DAG) kinase dan
reseptor tersebut. Tempat ikatan (domain) dengan phospholipase C (PLC) dengan sitoskeleton
DNA terdiri dari dua jari Zn, berhubungan selama masa terjadinya polimerisasi filamen
dengan DNA spesifik yang dikenal dari gene aktin37,38. Aktifitas yang tinggi dari PI3 dan PI4

Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal Transduction) 251
Achmad Rudijanto, Handono Kalim
kinase terlihat ketika ensim ini berikatan dengan dapat meneruskan signal tersebut diperlukan
fraksi sitoskeleton37. Disamping sebagai tempat struktur tiga dimensi yang elastik yang
aktifitas ensim, ternyata bahwa beberapa protein menghubungkan antara tempat pertama dimana
sitoskeleton, mampu mengganggu aktifitas lipid signal mekanik diterima dengan titik tempat
kinase maupun lipase yang berikatan dengan dimana perubahan biokimiawi terjadi41. Salah satu
jaringan sitoskeleton khususnya filamen aktin39. peran sitoskeleton adalah sebagai struktur elastik
Dari berbagai data tersebut terlihat bahwa yang menghubungkan antara tempat terjadinya
sitoskeleton ikut berperan baik pada aktifasi signal pada membran sel dengan suatu tempat
maupun deaktifasi dari berbagai protein ensim pada organela dalam sitoplasma atau dalam inti
sel41.
Jalur Signal Hubungan yang erat antara bentuk sel dan
Untuk mengetahui peran sitoskelelton pada ekspresi genetik secara umum terjadi melalui jalur
transduksi signal pada umumnya digunakan sitoskeleton. Mengingat bahwa secara fisik
berbagai bahan spesifik yang mampu sitoskeleton merupakan struktur seluler yang
mempengaruhi masing-masing filamen dari secara langsung menghubungkan permukaan
sitoskeleton secara spesifik pula. Sitokalasin akan dengan inti sel. Dengan adanya kemampuan
merusak filamen aktin, kolkisin merusak sitoskeleton bekerja sebagai sensing mekanik dari
mikrotubulus sedangkan akrilamid akan merusak sejumlah perlekatan, maka ada adanya kontak
filamen antara1. Dengan merusak salah satu fisik yang mampu menghambat pertumbuhan sel
filamaen dengan bahan spesifik tersebut, maka diduga difasilitasi oleh jaringan sitoskeleton.
dapat diamati fungsi dari filamen yang Jaringan filamen aktin diduga memegang peran
bersangkutan berdasar adanya gangguan aktifitas yang penting pada peristiwa tersebut mengingat
transduksi signal yang menjadi tanggung jawab terjadinya ekspresi berlebihan dari protein yang
filamen tersebut. berikatan dengan aktin, akan menjadikan
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap perlekatan yang terjadi menjadi sangat stabil. Hal
protein signal, ternyata terdapat interaksi yang ini terbukti pada kejadian kerusakan inti akibat
sangat erat antara jaringan sitoskeleton dengan adanya pemberian tekanan mekanik pada
jaringan protein signal40. Terdapat dua penjelasan membran plasma13. Berbagai perubahan ekspresi
yang menerangkan bagaimana sesungguhnya protein yang berikatan dengan aktin sering terlihat
peran sitoskeleton sebagai jalur transduksi signal. sebagai gambaran adanya transformasi oleh
Pertama, masing-masing protein jaringan sejumlah onkogen42.
sitoskeleton berperan langsung pada tranduksi
signal melalui ikatan dengan protein signal. PENGARUH HIPERGLIKEMIA PADA
Kedua, sitoskeleton menyediakan berbagai jalur FUNGSI SITOSKELETON
(tangga, scaffold) yang terpisah untuk kaskade
transduksi signal2. Salah satu petanda khas dari DM adalah
Pada berbagai tipe sel, signal mekanik adanya hiperglikemi serta adanya defisiensi
merupakan signal utama. Rangsang mekanik insulin relatif maupun absolut. Keadaan ini
berupa gesekan, perlekatan atau tekanan pada mampu mempengaruhi berbagai struktur maupun
permukaan sel selanjutnya dirubah menjadi rekasi fungsi jaringan, termasuk struktur dan berbagai
biokimia dan segera menimbulkan reaksi sel. protein dalam sel. Setidaknya terdapat enam jalur
Jaringan sitoskeleton tidak hanya mampu biokimia yang terkait dengan pebentukan spesies
mendeteksi namun juga meneruskan signal yang oksigen radikal (ROS) pada hiperglikemia.
diterimanya kedalam sel. Namun demikian untuk Peningkatan ROS snediri terbukti ikut

252 J Peny Dalam, Volume 7 Nomor 3 September 2006


bertanggung jawab terhadap kerusakan struktur adesi, migrasi, pagositosis, sitokinesis dari sel.
maupun fungsi sel. Hiperglikemi akan Peran lain dari Cdc42 adalah pengaruhnya
meningkatkan metabolisme sorbitol yang terhadap perubahan morfologi seperti
langsung meningkatkan produksi ROS. Melalui pembentukan baru lamelipodia maupun
jalur peningkatan sintesa glukose-6P akan filopodia8,47,48. Hiperglikemia meningkatkan
dilanjutkan dengan peningkatan produksi fruktose sintesa sorbinil yang dilanjutkan dengan
1,6 bisP yang akan mendorong peningkatan meningkatnya diasilgliserol (DAG). Melalui
sintesa glukosamine, dehidrooksiaseton dan perannya pada PKC- II, DAG akan meningkatkan
gliseraldehide. Peningkatan dehidrooksiaseton aktifitas pospatidilinositol-3 kinase (PI3K) yang
akan diikuti dengan peningkatan gliserol-3P, selanjutnya melalui jalur Akt mengaktifasi jalur
diasilgliserol (DAG) dan aktifasi protein PKC Raf dan MEK1/2 mendorong pembentukan
yang seterusnya meningkatkan produksi ROS. filopodia. Selain melalui jalur Akt, PI3K juga
Peningkatan sintesa gliseraldehide-3P diikuti mengaktifasi FAK mendorong peningkatan dan
dengan meningkatnya produksi enediol, 1:3 bis-P melalui aktifasi protein kinase N (PKN),
gliserat dan metiglioksal. Pebentukan enediol akan mendorong pembentukan lamelipodia.
diikuti pembentukan -ketoaldehid, sedangkan Peningkatan aktifitas DAG melalui jalur Ras, Raf,
peningkatan 1:3 bis-P gliserat akan diiukti dengan MEK1/2, ERK1/2 selanjutnya mendorong
peningkatan pembentukan piruvat, sedangkan pembentukan filopodia8. Lamelipodia maupun
meningkatnya metiglioksal akan diikuti filopodia ikut berperan pada proses pergerakan
peningkatan proses glikasi. Baik -ketoaldehid, sel49. Sel yang bergerak mengalami polarisasi,
piruvat dan proses glikasi akan meningkatkan salah satu bagian menjadi melebar membentuk
pembentukan ROS43. lamelipodia, terjadi pula pembentukan filopodia.
Proses glikosilasi yang terjadi pada Pada proses ini sitoskeleton aktin akan terorganisir
berbagai molekul akan menghasilkan advances sepanjang sumbu sel memfasilitasi pergerakan,
glycation end products (AGEs). Hal ini sedangkan filopodia berperan sebagai sensor
merupakan salah satu penjelasan yang dapat pengarah gerak49.
menerangkan pengaruh hiperglikemi pada Pengaruh hiperglikemi terhadap filamen
jaringan maupun sel44. AGEs ditandai dengan aktin dapat pula terjadi melalui peningkatan
timbulnya cross lingking serta chromogenicity aktifitas protein kinase C-alpha (PKC- ). Hasil
yang luas45. Salah satu target istimewa proses penelitian ini menunjukkan peran PKC- pada
glikosilasi ditingkat sel adalah sitoskeleton remodeling filamen aktin50. Pada cell-line tubulus
filamen aktin kortikal. Glikosilasi dari protein proksimal yang diberikan inhibitor PKC ternyata
sitoskeletal berakibat timbulnya ketidakstabilan menunjukkan adanya penurunan yang sangat
plasmalemna dan menimbulkan gangguan berarti dari pembentukan klaster filamen aktin.
kemampuan transduksi mekanik46. Hiperglikemi tidak hanya berpengaruh
Penelitian pada kultur sel didapatkan terhadap filamen aktin. Dengan menggunakan
bahwa glukosa yang tinggi mempengaruhi label imunofluoresen (immunofluorescent
regulasi jaringan filamen aktin kortikal melalui labeling) terlihat bahwa paparan hiperglikemi
modulasi siklus Cdc-42 endogen44. Dengan pada sel akan menurunkan densitas tubulin- ,
adanya glikosilasi Cdc-42 akan terjadi yang merupakan komponen terbesar dari
depolimerisasi sementara dari aktin kortikal. Cdc- mikrotubulus7.
42, Rho dan Rac termasuk dalam superfamili Ras Pengaruh hiperglikemi pada filamen aktin
yang terlibat pada regulasi jaringan filamen aktin maupun mikrotubulus ternyata terkait pula dengan
dan memegang peran penting pada peristiwa adanya defisiensi insulin. Insulin juga memegang

Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal Transduction) 253
Achmad Rudijanto, Handono Kalim
peran kunci pada fungsi organisasi jaringan antara filamen sitoskeleton dengan protein signal,
mikrofilamen aktin51, disamping juga berpengaruh yang menunjukkan bahwa sitoskeleton memegang
terhadap mikrotubulus52. Insulin mempunyai peran yang penting pada proses transduksi signal.
berpengaruh pada regulasi tonus dari two Ca2+ Hiperglikemi ternyata mempengaruhi
independent K+ currents pada miosit ventrikel struktur berbagai filamen sitoskeleton. Disamping
tikus diabetes. Pada penelitian invitro, adanya hal tersebut, hiperglikemia juga berpengarah
defisiensi insulin akan menurunkan tonus terhadap ekspresi dan aktifitas berbagai protein
hubungan keduanya yang dapat diperbaiki dengan yang pada umumnya berikatan dengan
penambahan insulin pada kultur jaringan tersebut. sitoskeleton. Diduga bahwa hiperglikemia akan
Perbaikan yang terjadi ternyata dapat dihambat berpengaruh terhadap transduksi signal.
dengan pemberian sitosalasin, suatu bahan yang Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menghambat pembentukan filamen aktin, maupun mengetahui apakah pengaruh negatif hiperglikemi
pemberian kolkisin yang menghambat pada struktur sitoskeleton, dapat dikompensasi
pembentukan mikrotubulus53. Hal ini oleh adanya peningkatan ekspresi dan aktifitas
membuktikan bahwa insulin mampu mendorong berbagai protein, khususnya PKC yang
terbentuknya jaringan filamen aktin maupun mendorong terjadi remodeling dari sitoskeleton
mikrotubulus baru. tersebut.
Pengaruh hiperglikemia pada protein
signal pada umunya akan meningkatan ekspresi DAFTAR RUJUKAN
maupun aktifitas protein tersebut. Peningkatan
ekspresi dan aktifitas PKC- terbukti berpengaruh 1. Janmey PA. The cytoskeleton and cell
pada remodeling sitoskeleton, khususnya filamen signaling: component localization and
aktin50. Hal ini mungkin akan memberikan mechanical coupling. Physiol Rev. 1998;
berpengaruh yang baik terhadap fungsi 78:763-81.
sitoskeleton.
2. Forgacs G, Yook SH, Janmey PA, Jeong H,
Mengingat bahwa hiperglikemi juga
Burd CG. Role of cytoskeleton in signaling
memberi kemungkinan perbaikan sitoskelton
networks. J Cell Sci. 2004; 117:2769-75.
melalui proses remodeling sitoskeleton, apakah
keadaan hiperglikemia dan defisiensi insulin pada 3. Isenberg G, Niggli V. Interaction of
DM yang mempengaruhi struktur sitoskeleton cytoskeletal protein with membrane lipids. Int
akan mengganggu peran sitoskeleton dalam Rev Cytol. 1998; 178:73-125.
memfasilitasi transduksi signal?. 4. Shafrir Y, Ben-Avraham D, Forgacs G
Trafficking and signaling through the
KESIMPULAN cytoskeleton: a specific mechanism. J Cell Sci.
2000.; 113:2747-57.
Sitoskeleton merupakan suatu jaringan
yang komplek, terdiri dari tiga struktur 5. Forgacs G. Biological specifity and
mikrofilamen (aktin filament), filamen antara measurable physical properties of cell surface
(intermediate filament) dan mikrotubulus. receptors and their possible role in signal
Luasnya permukaan filamen sitoskeleton dan transduction through the cytoskeleton.
sifatnya yang bermuatan negatif memungkinkan Biochem Cell Bio. 1995; 73:317-26.
terjadinya perlekatan berbagai macam protein 6. Forgacs G. On the possible role of cytoskeletal
yang berkeja sebagai ensim. Sejumlah penelitian filamentous networks in intracellular
menunjukkan adanya kaitan yang sangat erat

254 J Peny Dalam, Volume 7 Nomor 3 September 2006


signaling: an approach based on percolation. J 17. Hamm HE. The many faces of G protein
Cell Sci. 1995; 108:2131-43. signaling. J Biol Chem. 1998; 273:669-72.
7. Shimoni Y, Rattner B. Type 1 diabetes leads 18. Farfel Z, Bourne HP, Iiri T. The expanding
to cytoskeleton change that are reflected in spectrum of G protein disease. NEJM. 1999;
insulin action on rat cardiac K+ currents. Am J 340:1012-20.
Physiol Endocrinol Metab. 2001; 281:E575-
19. Krause DS Van Etten RA. Tyrosine kinases as
85.
targets for cancer therapy. NEJM. 2005;
8. Campbell M, Trimble ER. Modification of 353:172-87.
PI3K- and MAPK-depenedent chemotaxis in
20. Griffith J, Black J, Faerman C, et al. The
aortic vascular smooth muscle cells by Protein
structural basis for autoinhibition of FLT3 by
Kinase C- II. Circ Res. 2005; 96:197-206.
the juxtamembrane domain. Mol Cell. 2004;
9. Karp G. Cell and molecular biology. 3rd 13:169-78.
edition. John Wiley & Son. New York. 2002;
21. Schlessinger J. Cell signaling by receptor
pp: 333-96.
tyrosine kinases. Cell. 2000; 13:211-25.
10. Stossel TP. The machinery of cell crawling.
22. Saltiel AR. Putting the brakes on Insulin
Sci Am. 1994; 271:55-63.
signaling. NEJM. 2003; 349:2560-62.
11. Kessels MM, Qualmann B. The sundapin
23. Gilliland BC. Principles of endocrinology. In:
protein family: linking membrane trafficking
Harrison Prnciples of Internal Medicine. 16th
with cytoskeleton. J Cell Sci. 2004; 117:3077-
Ed. Editors: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
86.
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. 2005;
12. Gao YS, Sztul E. A novel interaction of the pp:1979-90.
golgi complex with vimentin intermediate
24. Yasphal NK, Li J, Wheeler MB, Wang R.
filament cytoskeleton. J Cell Biol. 2001;
Expression of 1 integrin receptors during rat
152:877-93. pancreas development – sites and dynamics.
13. Guilak F. Compression induce changes in the Endocrinology. 2004 (abstract); 146:1798-
shape and volume of the chondrocyte nucleus. 1807.
J Biomech. 1995; 28:1529-41. 25. Nishizaka T, Shi Q, Sheetz MP. Position
14. Jameson JL. Principles of endocrinology. In: dependent linkages of fibronectin-integrin-
Harrison Prnciples of Internal Medicine. 16th cytoskeleton. PNAS. 2000; 97:692-97.
Ed. Editors: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, 26. Malaisse WJ. Malaisse-Lagae F. The role of
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. 2005; cyclic AMP in insulin release. Experienta.
pp:2067-75. 1984; 40:1968-75.
15. Pi M, Faber P, Ekema G, Jackson PD, Ting A, 27. Jones PM, Persaud SJ. 1998. Prtoein kinases,
Wang N, Fontilla-Poole M, et al. Identification protein phosphorylation, and the regulation of
of a novel extracellular cation sensing G- insulin secretion from pancreatic -cells.
protein coupled receptor. JBC, (papers in
Endocr Rev; 19:429-61.
press) . 2005.
28. Gill GN. Principles of endocrinology. In:
16. Sprang SR. G protein mechanism: insights
Cecil Text-book of Medicine. 22nd Ed. Editor:
from structural analysis. Annu Rev Biochem. Goldman L, Ausiello D. Saunders-
1997; 66:639-78.
International Edition. . 2004; pp: 1348-56.

Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal Transduction) 255
Achmad Rudijanto, Handono Kalim
29. Pang Y, Hunton DL, Bounelis P, Marchase 38. Banno Y, Nakasihima S, Ohzawa M, Nozawa
RB. Hyperglycemia inhibits capacitative Y. Differential translocation of phosphlipase-
calcium entry and hypertrophy in neonatal C isoenzymes to integrin-mediated
cardiomyocytes. Diabetes. 2002; 51:3461-67. cytoskeletal complexes in thrombin-stimulated
30. Sharma K, Deelman L, Madesh M, et al. human platelets. J Biol Chem. 1996;
Involvement of transforming growth factor- 271:14989-94.
in regulation of calcium transients in diabetic 39. Goldschmidt CP, Machesky LM, Baldassare
vascular smooth muscle cells. Am J Physiol JJ. The actin binding protein profiling binds to
Renal Physiol. 2003; 285:F1258-70. PIP2 and inhibits its hydrolysis by
31. Samii S, Khan MH, Mc Lean DA, King N, phospholipase C. Science. 1990; 247:1575-78.
Herr MD, Sinoway LI. Muscle interstitial 40. Uetz P, Giot L, Cagney G, Mansfield TA,
calcium during head-up tilt in humans. Judson RS, et al. A comprehensive analysis of
Circulation. 2004; 109:215-19. protein-protein interactions in Saccharomyces
32. Henquin JC. Cell biology of insulin secretion. cerevisiae. Nature. 2000; 403:623-27.
In: Joslin’s Diabetes Mellitus. 14ed. Editors: 41. Maniotis AJ, Chen SC, Ingber DE.
Kahn CR, Weir GC, King GL, acobson AM, Demonstration of mechanical connections
Moses AC, Smith RJ. Lippincott William & between integrins cytoskeletal filaments, and
Wlkins, Philadelphia. 2005; pp: 83-107. nucleoplasm that stabilize nuclear structure.
33. Zawalich WS, Zawalich KC. Regulation of Proc Natl Acad Sci. USA. 1997; 94:849-54.
insulin secretion via ATP sensitive K+- 42. Janmey P, Chaponier C. Medical aspects of
channel independent mechanism: role of the actin cytoskeleton. Curr Opin Cell Biol.
phospholipse C. Am J Physiol Endocrinol 1995; 7:111-17.
Metab. 1997; 272:E671-77.
43. Robertson RP. Chronic oxidative stress as a
34. Arnold H, D-Pette. Binding of aldolase and central mechanism for glucose toxicity in
triosephosphate dehydrogenase to F-actin and pancreatic islet beta cells in diabetes. J Biol
modification of catalytic properties of Chem. 2004; 279:42351-54.
aldolase. Eur J Biochem. 1970; 15:360-66.
44. Ghitescu L, Gugliuci A, Dumas F. Actin and
35. Zalewski PD, Forbes IJ, Giannakis C, Betts annexins I and II are among the main
WH. 1991. Regulation of protein kinase C by endothelial plasmalemna-associated proteis
Zn2+-dependent interaction with acti. Biochem forming early glucose adducts in experimental
Int; 24:1103-10. diabetes. Diabetes. 2001; 50:1666-74.
36. Blobe GC, Stribling DS, Fabbro D, Stabel S, 45. Monnier V, Sell D, Ramanakoppa H, Nigara J,
Hannun YA. Protein kinase beta-II specifically Miyata S, Grandhee, Odetti P, Ibrahim SA.
bainds to and is activated by F-actin. J Biol Maillard reaction mediated molecular damage
Chem. 271. 1996;15823-30. to extracellular matrix and other tissue
37. Grondin P, Plantavid M, Sultan C, Breton M, proteins in diabetes, aging and uremia.
Mauco G, Chap H. Interaction of pp60c-scr, Diabetes. 1992; 41 (Suppl.2):36-41.
phospholipase-C, inositol lipid, and 46. Nevins AK, Thurmond DC. Glucose regulates
diacylglycerol kinases with the cytoskeletons the cortical actin network through modulation
of thrombin stimulated platelets. J Biol Chem. of Cdc42 cycling to stimulate insulin
1991; 266:15705-09.

256 J Peny Dalam, Volume 7 Nomor 3 September 2006


secretion. Am J Physiol Cell Physiol. 2003; is involved in constitutive albumin uptake by
285:C698-710. proxymal tubule cells. Am J Physiol Renal
Physiol. 2005 (abctract); 288:F1227-35.
47. Hall A. Rho GTPases and the actin
cytoskeleton. Science. 1998; 279:509-14. 51. Khayat ZA, Tong P, Yaworsky K, Bloch RJ,
Klip A. Insulin induced actin filament
48. Gasman S, Chasserot-Golaz S, Popoff MR,
remodeling colocalizes actin with
Bader MF. Involvement of Rho GTPases in
phosphatidylinositol 3-kinase and GLUT4 in
calcium regulated exocytosis from adrenal
L6 myotubules. J Cell Sci. 2000; 113:279-90.
chromaffin cells. J Cell Sci. 1999; 112:4763-
71. 52. Caron JM. Alteration of microtubule
physiology in hepatocytes by insulin. J Cel
49. Yamboliev IA, Gerthoffer WT. Modulatory
Physiol. 1989; 138:603-10.
role of ERK MAPK-caldesmon pathway in
PDGF stimulated migration of culture 53. Shimoni Y, Firek L, Severson D, Giles W.
pulmonary artery SMCs. Am J Physiol Cell Insulin stimulation of rat ventricular K+
Physiol. 2001; 280:C1680-88. currents depends on integrity of the
cytoskeleton. J Physiol (Lond). 1999;
50. Hryciw DH, Pollock CA, Poronnik P.. PKC-
514:735-4
mediated remodeling of the actin cytoskeleton

Pengaruh Hiperglemi Terhadap Peran Sitoskeleton (Cytoskeleton) Sebagai Jalur Transduksi Signal (Signal Transduction) 257
Achmad Rudijanto, Handono Kalim

You might also like