You are on page 1of 13

PENGARUH MODEL FLIPPED CLASSROOM TERHADAP SELF-CONFIDENCE

DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 8 PONTIANAK

Astri Pratiwi, Rachmat Sahputra, Lukman Hadi


Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak
Email: astripratiwi230@gmail.com

Abstract
Self-confidence and learning achievement of XI MIPA students at SMAN 8 Pontianak
were still unsatisfactory. This research was conducted to determine whether there was a
significant difference between self-confidence of students taught using flipped
classroom and conventional learning model, and whether there was a significant
difference between learning achievement of students taught using flipped classroom and
conventional learning model, and to determine effect size of flipped classroom learning
model toward student self-confidence and learning achievement on solubility and
solubility product. This research used quasi experimental with Nonequivalent Control
Group Design. The research sample consisted of XI MIPA 1 class as the control group
and XI MIPA 4 class as the experimental group selected by purposive sampling
technique. Learning achievement test, self-confidence questionnaire, observation sheet
and interview guidelines were used to collect data. Based on final questionnaire and
posttest data analysis using the Mann-Whitney U-test (α = 5%), Asymp.Sig (2-tailed)
were 0.000 and 0.017 respectively. This indicated that there were a significant
difference between self-confidence and learning achievement of students taught using
flipped classroom and conventional learning model. Flipped classroom learning model
gave 29.96% effect toward self-confidence and 27.04% toward student learning
achievement.

Keywords: Flipped classroom Learning Model, Self-Confidence, Learning Achievement,


Solubility and Solubility Product

PENDAHULUAN kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan


Suatu sistem yang dirancang sedemikian lingkungannya. Self-confidence merupakan
rupa untuk memengaruhi dan mendukung salah satu aspek kepribadian yang berupa
terjadinya proses belajar siswa disebut keyakinan atau kemampuan individu sehingga
pembelajaran. Dalam pembelajaran di sekolah, tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat
ditentukan suatu tujuan pembelajaran. Menurut bertindak sesuai dengan kehendak, gembira,
Yamin (2009), tujuan pembelajaran mencakup optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab
tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan (Lauster, 2002). Keyakinan akan kemampuan
psikomotor. Secara umum aspek kognitif diri tersebut membuat individu merasa dirinya
mencakup hasil belajar intelektual, aspek afektif mampu untuk melakukan suatu tindakan
berkenaan dengan sikap, dan aspek psikomotor sehingga dapat mencapai tujuan yang
berkenaan dengan keterampilan dan diharapkan.
kemampuan bertindak. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
Siswa sebagai peserta didik dalam proses mata pelajaran kimia di SMA Negeri 8
pendidikan adalah individu. Setiap individu Pontianak pada tanggal 10 Januari 2017,
siswa memiliki lingkungan dan latar belakang diperoleh informasi bahwa siswa kurang
yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut memiliki semangat untuk belajar, siswa sering
memengaruhi kepribadian dan pembentukan terlihat mengantuk dan pasif saat proses
pembelajaran. Hal-hal tersebut ternyata diejek oleh siswa lainnya jika bertanya tentang
disebabkan oleh fakta lain berdasarkan hasil pertanyaan yang tidak penting/terlalu mudah.
wawancara, dimana dalam pembelajaran guru Hal tersebut menunjukkan kurangnya
biasanya hanya menggunakan metode ceramah kepercayaan diri yang masih dimiliki oleh
dan diskusi, dengan menggunakan media papan siswa terhadap hal-hal yang dilakukan dalam
tulis dan spidol. Guru mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran, sehingga hanya terdapat
sesekali ia pernah mengajar menggunakan beberapa siswa yang aktif menjawab
power point dan video pembelajaran. Dari pertanyaan dan aktif bertanya. Interaksi antara
pengamatannya, siswa terlihat lebih tertarik dan siswa dengan guru maupun interaksi antar
semangat untuk belajar, serta beberapa siswa siswa saat proses pembelajaran juga masih
lebih aktif bertanya. Akan tetapi, karena sudah kurang.
terbiasa menggunakan metode ceramah yang Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
lebih mudah dilakukan dan tidak memerlukan mata pelajaran kimia kelas XI di SMA Negeri 8
persiapan khusus, sehingga guru lebih sering Pontianak pada tanggal 12 Januari 2017
menggunakan metode tersebut. Berdasarkan diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa
wawancara tambahan pada tanggal 28 April pada mata pelajaran kimia masih tergolong
2017, guru mengatakan bahwa ia sering rendah. Data hasil ulangan harian siswa kelas
memberikan PR kepada siswa. Akan tetapi, XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak tahun
sekitar 70% siswa dalam satu kelas ajaran 2015/2016 dalam materi kelarutan dan
mengerjakan PR tersebut dengan jawaan yang hasil kali kelarutan menunjukkan bahwa
hampir sama setelah dikoreksi. persentase siswa yang tuntas dalam materi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan kelarutan dan hasil kali kelarutan hanya 4,9%,
belajar mengajar kimia di kelas XI MIPA 1 dan yang berarti 95,1% siswa tidak tuntas.
XI MIPA 4 SMA Negeri 8 Pontianak pada Rendahnya persentase ketuntasan siswa tersebut
tanggal 10 Januari 2017 dan 11 Januari 2017 disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa
diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran terhadap materi kelarutan dan hasil kali
kimia di kelas masih menggunakan metode kelarutan.
ceramah. Meskipun guru telah berusaha Perkembangan teknologi yang belum bisa
mengaktifkan siswa, akan tetapi guru masih dimanfaatkan dengan baik oleh siswa juga
berperan aktif sebagai pemberi informasi dan menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil
peserta didik sebagai penerima informasi. belajar siswa. Berdasarkan observasi, sekitar
Selain itu, diperoleh informasi bahwa sebagian 98,6 % siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 8
besar siswa tidak membaca terlebih dahulu Pontianak memiliki fasilitas teknologi berupa
materi yang akan dipelajari pada pertemuan di smartphone. Akan tetapi, karena siswa lebih
kelas. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah sering menghabiskan waktu mereka dengan
terbiasa diberikan pembelajaran dengan metode smartphone atau laptopnya untuk bermain
ceramah, sehingga siswa hanya menunggu dan game dan bermain social media daripada
mendengarkan pengetahuan yang disampaikan menggunakannya untuk mengakses materi
oleh guru di kelas. pelajaran, menyebabkan hasil belajar siswa
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa menjadi rendah. Selain itu, guru juga belum
sebagian besar siswa masih terlihat bingung, memanfaatkan fasilitas teknologi yang telah
tetapi juga terlihat malu sehingga malas untuk berkembang dan tersedia saat ini untuk
bertanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan membantu proses pembelajaran. Padahal
masing-masing satu siswa dari kelas XI MIPA perkembangan teknologi seharusnya dapat
1 dan XI MIPA 4, diperoleh informasi bahwa dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk
siswa bingung tentang apa yang ingin mendukung proses pembelajaran.
ditanyakan, karena mereka belum mengerti Berdasarkan fakta-fakta di atas, dapat
materi yang dijelaskan oleh guru. Selain itu, disimpulkan bahwa diperlukan model
karena masih banyak materi yang belum pembelajaran yang tepat sebagai solusi dalam
dimengerti, siswa menjadi malu dan takut memecahkan permasalahan pembelajaran kimia
di SMA Negeri 8 Pontianak. Model penelitian Enfield (2013) menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dapat memotivasi guru dan model flipped classroom dapat meningkatkan
siswa untuk memanfaatkan teknologi informasi hasil belajar siswa, dan meningkatkan
dan komunikasi secara benar untuk proses kemampuan belajar mandiri. Hasil penelitian
pembelajaran, melatih kemandirian belajar Schultz et al. (2014) diperoleh bahwa model
siswa, serta dapat digunakan untuk pembelajaran flipped classroom dapat
meningkatkan kepercayaan diri, aktivitas dan meningkatkan aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa adalah model pembelajaran meningkatkan interaksi antara siswa dengan
flipped classroom. guru pada pelajaran kimia. Hasil penelitian
Flipped classroom merupakan suatu cara Hanif (2016) diperoleh penggunaan model
yang dapat diberikan oleh pendidik dengan pembelajaran flipped classroom berbantuan
meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam edmodo lebih efektif daripada pembelajaran
praktik mengajar sambil memaksimalkan konvensional dalam meningkatkan hasil belajar
interaksi satu sama lain (Johnson, 2013). Model siswa kelas X SMK Negeri 1 Banyudono.
pembelajaran flipped classroom adalah model Berdasarkan teori dan fakta yang telah
dimana dalam proses belajarnya siswa dijelaskan di atas, peneliti tertarik melakukan
mempelajari materi pelajaran dari video penelitian tentang pengaruh model
pembelajaran di rumah sebelum kelas dimulai pembelajaran flipped classroom terhadap self-
dan kegiatan belajar mengajar di kelas berupa confidence dan hasil belajar dalam materi
pengerjaan tugas, dan diskusi tentang materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada siswa
atau masalah yang belum dipahami siswa. kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak.
Dengan mengerjakan tugas di sekolah
diharapkan ketika siswa mengalami kesulitan METODE PENELITIAN
dapat langsung dikonsultasikan dengan Bentuk penelitian yang digunakan dalam
temannya atau dengan guru sehingga penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
permasalahannya dapat langsung dipecahkan. Jenis penelitian eksperimen ini menggunakan
Berdasarkan hasil penelitian Deslauriers et Quasi Experimental Design atau eksperimen
al. (2011) diperoleh model pembelajaran semu. Bentuk rancangan quasi exsperimental
flipped classroom dapat meningkatkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
keaktifan siswa 45% sampai 85% dan hasil Nonequivalent Control Group Design dengan
belajar siswa dengan persentase 75%. Hasil pola sebagai berikut:

Tabel 1. Pola Nonequivalent Control Group Design


Kelas Pretest Perlakuan Posttest
E O1 X O2
K O3 - O4
(Sugiyono, 2015)
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MIPA 1 sebagai kelas kontrol. Alat pengumpul
kelas XI program IPA SMA Negeri 8 Pontianak data pada penelitian ini, yaitu tes hasil belajar
tahun ajaran 2016/2017, yaitu kelas XI MIPA 1, (soal pretest dan posttest), lembar angket,
XI MIPA 2, XI MIPA 3, dan XI MIPA 4 yang lembar observasi, dan pedoman wawancara.
belum diajarkan materi kelarutan dan hasil kali Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri
kelarutan. Sampel yang digunakan dalam dari tiga tahap sebagai berikut:
penelitian ini ada dua kelas, yang terdiri atas
satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Tahap Persiapan
Teknik pengambilan sampel yang digunakan Langkah-langkah yang dilakukan pada
pada penelitian ini adalah purposive sampling. tahap persiapan antara lain: (1) melakukan pra-
Oleh sebab itu, iswa kelas XI MIPA 4 dipilih riset di SMA Negeri 8 Pontianak; (2)
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI mengidentifikasi masalah; (3) merumuskan
masalah dari hasil pra-riset; (4) menawarkan classroom untuk kelas eksperimen pada materi
solusi dari permasalahan; (5) membuat kelarutan dan hasil kali kelarutan; (3)
perangkat pembelajaran berupa Rencana memberikan soal posttest dan lembar angket
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar kepercayaan diri akhir pada kelas kontrol dan
Kerja Siswa (LKS); dan video pembelajaran kelas eksperimen; (4) melakukan wawancara
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan; (6) siswa setelah instrumen penelitian selesai
membuat instrumen penelitian berupa lembar dinilai.
angket kepercayaan diri siswa, tes hasil belajar,
meliputi soal pretest dan posttest; (7) Tahap Akhir
melakukan validasi perangkat pembelajaran dan Langkah-langkah yang dilakukan pada
instrumen penelitian; (8) melakukan revisi tahap akhir antara lain: (1) melakukan
perangkat pembelajaran dan instrumen pengolahan dan analisis data hasil penelitian
penelitian berdasarkan hasil validasi; (9) pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
melakukan uji coba instrumen penelitian berupa menggunakan uji statistik yang sesuai; (2)
tes hasil belajar (pretest dan posttest) pada menarik kesimpulan berdasarkan analisis data;
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Pontianak; (3) menyusun laporan penelitian.
(10) menghitung validitas instrumen dan
menghitung reliabilitas instrumen yang telah HASIL PENELITIAN DAN
diuji cobakan. PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Tahap Pelaksanaan Persentase self-confidence siswa kelas
Langkah-langkah yang dilakukan pada kontrol sebelum perlakuan lebih tinggi
tahap pelaksanaan antara lain: (1) memberikan dibandingkan kelas eksperimen. Sedangkan,
soal pretest dan lembar angket kepercayaan diri setelah perlakuan persentase self-confidence
awal pada siswa kelas kontrol dan siswa kelas siswa kelas eksperimen lebih tinggi
eksperimen; (2) memberikan perlakuan dengan dibandingkan kelas kontrol. Secara
menggunakan model pembelajaran keseluruhan, Persentase self-confidence siswa
konvensional untuk kelas kontrol dan sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat
menggunakan model pembelajaran flipped pada Gambar 1.

85 81.56
% Self-Confidence

80
74.05
75
68.43 68.08 Kelas Kontrol
70
65 Kelas Eksperimen
60
Sebelum Setelah
Perlakuan
Gambar 1. Persentase Self-Confidence Siswa Sebelum dan Setelah Perlakuan pada Kelas
Kontrol maupun Kelas Eksperimen

Rata-rata nilai pretest dan posttest siswa pretest dan posttest kelas kontrol maupun kelas
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 2.
siswa kelas kontrol, dengan KKM = 76. Hasil
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Pretest dan Posttest Siswa Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Pretest Posttest
Kelas Nilai % Nilai %
SD SD
rata-rata Ketuntasan rata-rata Ketuntasan
Kontrol 3,52 3,64 0 41,21 16,42 0
Eksperimen 5,00 4,60 0 53,35 23,04 26,47

1. Perbedaan Self-Confidence antara Siswa menguji hipotesis self-confidence, skor yang


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol diolah adalah skor angket akhir.
Perbedaan self-confidence antara siswa Berdasarkan hasil uji normalitas angket
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat akhir, diperoleh nilai signifikansi pada kelas
dilakukan menggunakan uji statistik yang kontrol dan kelas eksperimen masing-
sesuai terhadap data hasil angket masing sebesar 0,378 dan 0,006. Data
kepercayaan diri. Data hasil angket dikatakan berdistribusi normal jika Sig ≥
kepercayaan diri siswa diolah menggunakan 0,05, sehingga data hasil angket akhir kelas
SPSS for Windows versi 17.0. Hasil angket kontrol berdistribusi normal. Sedangkan,
kepercayaan diri sebelum dilakukan uji data hasil angket akhir kelas eksperimen
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji tidak berdistribusi normal. Karena data hasil
prasyarat, yaitu uji normalitas dengan angket akhir salah satu kelas tidak
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Berdasarkan berdistribusi normal, maka data hasil angket
hasil uji normalitas angket awal, diperoleh akhir secara keseluruhan dianggap tidak
nilai signifikansi pada kelas kontrol dan berdistribusi normal. Selanjutnya, untuk
kelas eksperimen masing-masing sebesar menguji hipotesis kepercayaan diri siswa
0,507 dan 0,215. Data dikatakan digunakan uji statistik nonparametrik
berdistribusi normal jika Sig ≥ 0,05, menggunakan uji U-Mann Whitney dengan
sehingga data hasil angket awal pada kedua taraf nyata  = 5%. Berdasarkan hasil uji
kelas tersebut berdistribusi normal. Setelah hipotesis data hasil angket akhir, diperoleh
uji normalitas dan diperoleh data nilai Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0,000.
berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan Karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05,
uji homogenitas menggunakan uji Levene. maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga
Berdasarkan uji homogenitas data hasil dapat disimpulkan bahwa terdapat
angket awal dengan uji Levene diperoleh perbedaan self-confidence antara siswa yang
nilai signifikansi sebesar 0,001 (Sig < 0,05), diajar menggunakan model pembelajaran
yang berarti data tersebut tidak homogen. flipped classroom dengan siswa yang diajar
Selanjutnya, untuk menguji hipotesis self- menggunakan model pembelajaran
confidence awal digunakan uji statistik, konvensional dalam materi kelarutan dan
yaitu uji t sampel independent dengan taraf hasil kali kelarutan pada siswa kelas XI
nyata  = 5%. Karena varian sampel tidak MIPA SMA Negeri 8 Pontianak.
homogen maka digunakan uji t Equals
Variances Not Assumed, diperoleh nilai 2. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa
Sig.(2-tailed) sebesar 0,856. Karena nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sig.(2-tailed) ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Perbedaan hasil belajar antara siswa
Ha ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
tidak terdapat perbedaan self-confidence dilakukan menggunakan uji statistik yang
antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas sesuai terhadap data hasil belajar. Data hasil
eksperimen sebelum perlakuan. Karena self- belajar siswa yang diperoleh dari nilai
confidence siswa sebelum perlakuan pada pretest dan nilai posttest diolah
kedua kelas tersebut sama, maka untuk menggunakan SPSS for Windows versi 17.0.
Hasil belajar sebelum dilakukan uji
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji 3. Pengaruh Penggunaan Model
prasyarat, yaitu uji normalitas dengan Pembelajaran Flipped Classroom
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Berdasarkan terhadap Self-Confidence Siswa
hasil uji normalitas pretest, diperoleh nilai Besarnya pengaruh penggunaan model
signifikansi pada kelas kontrol dan kelas pembelajaran flipped classroom terhadap
eksperimen masing-masing sebesar 0,000 self-confidence siswa pada materi kelarutan
dan 0,002. Kelas kontrol dan kelas dan hasil kali kelarutan ditentukan secara
eksperimen memiliki nilai Sig < 0,05, yang kuantitatif menggunakan rumus effect size,
berarti data pretest pada kedua kelas tersebut dan diperoleh harga effect size sebesar 0,82,
tidak berdistribusi normal. Selanjutnya, sehingga termasuk kategori tinggi. Jika
untuk menguji hipotesis kemampuan awal harga effect size dikonversikan di bawah
siswa digunakan uji statistik nonparametrik kurva lengkung normal standar dari 0 s/d Z
menggunakan uji U-Mann Whitney dengan yang kemudian dikalikan 100%
taraf nyata  = 5%. Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa penggunaan model
hipotesis data pretest, diperoleh nilai pembelajaran flipped classroom memberikan
Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0,233. Karena pengaruh sebesar 29,39% terhadap self-
nilai Asymp.Sig (2-tailed) ≥ 0,05, maka Ho confidence siswa kelas XI MIPA SMA
diterima dan Ha ditolak. Hal tersebut Negeri 8 Pontianak pada materi kelarutan
menunjukkan bahwa tidak terdapat dan hasil kali kelarutan.
perbedaan kemampuan awal antara siswa
kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen. 4. Pengaruh Penggunaan Model
Karena kemampuan awal siswa pada kedua Pembelajaran Flipped Classroom
kelas tersebut sama, maka untuk menguji terhadap Hasil Belajar Siswa
hipotesis hasil belajar, nilai yang diolah Besarnya pengaruh penggunaan model
adalah nilai posttest. pembelajaran flipped classroom terhadap
Berdasarkan hasil uji normalitas hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan
posttest, diperoleh nilai signifikansi pada hasil kali kelarutan ditentukan secara
kelas kontrol dan kelas eksperimen masing- kuantitatif menggunakan rumus effect size,
masing sebesar 0,673 dan 0,026. Data dan diperoleh harga effect size sebesar 0,74,
dikatakan berdistribusi normal jika Sig ≥ sehingga termasuk kategori tinggi. Jika
0,05, sehingga data posttest pada kelas harga effect size dikonversikan di bawah
kontrol berdistribusi normal. Sedangkan, kurva lengkung normal standar dari 0 s/d Z,
data posttest kelas eksperimen tidak yang kemudian dikalikan 100%
berdistribusi normal. Selanjutnya, untuk menunjukkan bahwa penggunaan model
menguji hipotesis hasil belajar siswa pembelajaran flipped classroom memberikan
digunakan uji statistik nonparametrik pengaruh sebesar 27,04% terhadap hasil
menggunakan uji U-Mann Whitney dengan belajar siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 8
taraf nyata  = 5%. Berdasarkan hasil uji Pontianak pada materi kelarutan dan hasil
hipotesis data posttest, diperoleh nilai kali kelarutan.
Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0,017. Karena
nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05, maka Ha Pembahasan
diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut Penelitian ini dilakukan terhadap siswa
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak tahun
hasil belajar antara siswa yang diajar ajaran 2016/2017 dengan melibatkan dua kelas,
menggunakan model pembelajaran flipped yaitu kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol
classroom dengan siswa yang diajar dan kelas XI MIPA 4 sebagai kelas eksperimen.
menggunakan model pembelajaran Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali
konvensional dalam materi kelarutan dan pertemuan. Pada kelas kontrol maupun kelas
hasil kali kelarutan pada siswa kelas XI eksperimen diajarkan materi yang sama, yaitu
MIPA SMA Negeri 8 Pontianak. kelarutan dan hasil kali kelarutan. Namun,
perlakuan yang diberikan pada kelas kontol kemampuan yang dimiliki dalam pembelajaran
adalah pembelajaran kimia dengan kimia.
menggunakan model konvensional, sedangkan Adapun meningkatnya keyakinan
perlakuan yang diberikan pada kelas kemampuan diri siswa kelas eksperimen dalam
eksperimen adalah pembelajaran kimia dengan pembelajaran kimia yang lebih tinggi
mengunakan model flipped classroom. dibandingkan kelas kontrol, berdasarkan hasil
Penelitian ini bertujuan untuk wawancara disebabkan oleh pemberian materi
mengetahui perbedaan self-confidence dan dalam bentuk video pembelajaran yang
hasil belajar antara siswa yang diajar mengharuskan siswa untuk mempelajarinya
menggunakan model pembelajaran flipped secara mandiri terlebih dahulu di rumah. Hal
classroom dengan siswa yang diajar tersebut membantu siswa untuk mengetahui
konsep terlebih dahulu, sehingga siswa bisa
menggunakan model pembelajaran
mengetahui kemampuannya dalam memahami
konvensional, serta menentukan besarnya materi dan apabila ada materi yang masih
pengaruh penggunaan model pembelajaran belum dipahami, siswa dapat bertanya kepada
flipped classroom terhadap self-confidence guru atau teman.
dan hasil belajar siswa kelas XI MIPA Optimisme siswa kelas kontrol maupun
SMA Negeri 8 Pontianak pada materi kelas eksperimen dalam pembelajaran kimia
kelarutan dan hasil kali kelarutan. mengalami peningkatan setelah perlakuan.
Pada penelitian ini, self-confidence siswa Meningkatnya optimisme siswa kelas kontrol
dibagi menjadi empat aspek, yaitu keyakinan dalam pembelajaran kimia, berdasarkan hasil
kemampuan diri, optimis, kemandirian, dan wawancara dikarenakan setelah siswa diberikan
interaksi sosial. Berdasarkan hasil angket, materi, siswa menjadi mengerti tentang materi
keyakinan kemampuan diri siswa kelas kontrol tersebut, walaupun hanya sedikit. Oleh sebab
maupun kelas eksperimen dalam pembelajaran itu, siswa menjadi lebih optimis dibandingkan
kimia mengalami peningkatan setelah sebelumnya.
perlakuan. Peningkatan pada kelas kontrol Adapun meningkatnya optimisme siswa
terbukti dari hasil observasi pembelajaran, kelas eksperimen dalam pembelajaran kimia
dimana hampir sebagian besar siswa yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol,
memerhatikan penjelasan guru sambil mencatat, berdasarkan hasil wawancara disebabkan oleh
tetapi ada beberapa siswa yang tidak model pembelajaran flipped classroom yang
memerhatikan. Berdasarkan hasil wawancara lebih menarik dan memudahkan siswa dalam
diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa belajar kimia. Dengan video pembelajaran yang
sudah terbiasa dengan pembelajaran mengharuskan siswa untuk mempelajarinya di
konvensional. Siswa merasa lebih mudah rumah, lebih memudahkan siswa dalam
mengerti materi yang dijelaskan langsung oleh memahami konsep materi, karena siswa dapat
guru, sehingga siswa menjadi lebih yakin akan lebih fokus dan konsentrasi belajar, serta siswa
kemampuan mereka dalam pembelajaran kimia. dapat menghentikan dan memutar ulang video
Akan tetapi, beberapa siswa terkadang juga tersebut. Sesuai dengan pendapat Berret (2012)
merasa bosan jika pembelajaran kimia di kelas bahwa salah satu kelebihan model pembelajaran
hanya menggunakan model konvensional flipped classroom adalah siswa dapat
(metode ceramah) dan siswa menginginkan mempelajari materi pelajaran dalam kondisi dan
variasi dalam pembelajaran kimia, misalnya suasana yang nyaman dengan kemampuannya
saat pembelajaran diselingi candaan, games menerima materi. Apabila masih ada materi
atau menggunakan media seperti video yang belum dipahami, siswa dapat bertanya
pembelajaran. Rasa bosan cenderung membuat kepada guru/teman yang pandai saat tatap muka
siswa tidak fokus dan kurang memerhatikan di kelas. Sehingga, saat siswa sudah lebih
penjelasan guru, sehingga siswa tidak dapat paham materi, siswa menjadi lebih optimis
memahami konsep materi secara maksimal dan dalam pembelajaran kimia.
siswa menjadi tidak terlalu yakin akan
Kemandirian siswa kelas kontrol maupun Adapun meningkatnya interaksi sosial
kelas eksperimen dalam pembelajaran kimia siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran
mengalami peningkatan setelah perlakuan. kimia yang lebih tinggi dibandingkan kelas
Meningkatnya kemandirian siswa kelas kontrol kontrol, disebabkan oleh sesi tanya jawab dan
dalam pembelajaran kimia disebabkan oleh kegiatan diskusi dari model flipped classroom.
pemberian materi. Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil wawancara, karena siswa
wawancara, setelah guru menjelaskan materi belajar dengan menonton video pembelajaran
kelarutan dan hasil kali kelarutan, siswa secara mandiri di rumah, sehingga saat tatap
menjadi mengerti konsep materi walaupun muka di kelas, pembelajaran yang dilakukan
sedikit. Oleh karena itu, siswa dapat fokus pada tanya jawab dan diskusi mengenai
mengerjakan tugas yang diberikan tanpa materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran
bantuan guru atau temannya yang lain, dengan cara tersebut terbukti meningkatkan
dibandingkan saat mereka belum diajarkan interaksi antara siswa dengan guru, maupun
materi. Peningkatan kemandirian siswa kelas antara siswa dengan siswa lainnya sesuai
kontrol dalam pembelajaran kimia tidaklah dengan pendapat Bergmann dan Sams (2012).
besar, karena kebanyakan siswa masih Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa
bergantung pada guru atau temannya. senang saat belajar dengan berdiskusi, karena
Adapun meningkatnya kemandirian siswa mereka bisa bertukar pendapat dan saling
kelas eksperimen dalam pembelajaran kimia membantu jika masih ada materi yang kurang
yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, dimengerti. Sehingga, siswa dapat lebih
berdasarkan hasil wawancara disebabkan oleh berinteraksi dengan guru dan teman-teman
pembelajaran flipped classroom yang lainnya. Akan tetapi, ada juga beberapa siswa
mengharuskan siswa untuk mempelajari materi yang tidak menyukai pembelajaran diskusi,
dengan menonton video pembelajaran secara karena terkadang dalam satu kelompok tidak
mandiri terlebih dahulu di rumah, dan sesi semuanya ikut berdiskusi.
tanya jawab di kelas dimana siswa dapat Secara keseluruhan, self-confidence siswa
bertanya kepada guru/teman yang pandai. kelas kontrol maupun kelas eksperimen dalam
Sehingga, pemahaman siswa menjadi semakin pembelajaran kimia mengalami peningkatan
bertambah dan semakin percaya diri dalam setelah perlakuan (Gambar 1). Peningkatan self-
mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri confidence pada kelas kontrol terbukti dari hasil
tanpa bergantung pada orang lain. Meskipun observasi dan hasil wawancara yang dilakukan
masih terdapat sebagian kecil siswa yang masih terhadap siswa K11, K,17, K19, K20, K30, K31
berharap bantuan dari temannya saat dan K33, dimana sebagian besar siswa
mengerjakan tugas kimia. memerhatikan penjelasan materi yang
Interaksi sosial siswa kelas kontrol disampaikan oleh guru. Karena sebagian besar
maupun kelas eksperimen dalam pembelajaran siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran
kimia mengalami peningkatan setelah konvensional, siswa merasa lebih mudah
perlakuan. Meningkatnya interaksi sosial siswa mengerti materi yang dijelaskan langsung oleh
kelas kontrol dalam pembelajaran kimia guru, sehingga siswa menjadi lebih percaya diri
disebabkan oleh kegiatan diskusi. Berdasarkan dalam pembelajaran kimia dibandingkan
hasil wawancara, siswa merasa senang saat sebelumnya. Tetapi, terkadang beberapa siswa
belajar dengan berdiskusi, karena mereka bisa juga tidak memerhatikan saat guru menjelaskan
bertukar pendapat dan saling membantu jika karena mereka merasa bosan jika pembelajaran
masih ada materi yang kurang dimengerti. kimia di kelas hanya menggunakan model
Sehingga, siswa dapat lebih berinteraksi satu konvensional (metode ceramah) dan mereka
sama lain. Akan tetapi, ada juga beberapa siswa menginginkan variasi dalam pembelajaran
yang tidak menyukai kegiatan diskusi, karena kimia. Sebagaimana pendapat Purwoto (2003)
terkadang dalam satu kelompok tidak semuanya bahwa beberapa kelemahan dari metode
aktif berdiskusi. ceramah, diantaranya adalah proses
pembelajaran berjalan membosankan dan
peserta didik menjadi pasif, karena tidak Akan tetapi, ada juga beberapa siswa yang tidak
berkesempatan untuk menemukan sendiri terlalu merasakan perubahan terhadap self-
konsep yang diajarkan. Oleh karena itu confidence yang dimiliki setelah pembelajaran.
persentase self-confidence siswa kelas kontrol Hal tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa
setelah pembelajaran lebih rendah dibandingkan dengan model pembelajaran flipped classroom.
siswa kelas eksperimen. Sesuai pendapat Berdasarkan hasil uji hipotesis
Sahputra dan Hadi (2017) bahwa hal kepercayaan diri diperoleh nilai Asymp.Sig (2-
tersebut disebabkan oleh proses tailed) < 0,05, berarti Ha diterima dan Ho
pembelajaran konvensional yang lebih ditolak, sehingga menunjukkan bahwa terdapat
menekankan pada penyampaian perbedaan self-confidence yang signifikan
antara siswa yang diajar menggunakan model
pengetahuan dari guru kepada siswa dan
pembelajaran flipped classroom dengan siswa
kegiatan siswa selama proses pembelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran
sebagian besar hanya mendengarkan semua konvensional dalam materi kelarutan dan hasil
informasi yang disampaikan guru, sehingga kali kelarutan pada siswa kelas XI MIPA SMA
menyebabkan kurangnya partisipasi siswa Negeri 8 Pontianak.
dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
Adapun meningkatnya self-confidence effect size didapat harga effect size sebesar 0,82,
siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran sehingga termasuk kategori tinggi. Jika harga
kimia yang lebih tinggi dibandingkan kelas effect size dikonversikan di bawah kurva
kontrol terbukti dari hasil observasi dan hasil lengkung normal standar dari 0 s/d Z, maka
wawancara yang dilakukan terhadap siswa E2, diperoleh luas daerah sebesar 0,2939, yang
E-11, E14, E18, E22, E24 dan E25, dimana kemudian dikalikan 100%. Jadi, dapat
sebagian besar siswa lebih semangat belajar disimpulkan bahwa penggunaan model
ketika diberikan pembelajaran menggunakan pembelajaran flipped classroom memberikan
model flipped classroom. Dengan model pengaruh sebesar 29,39 % terhadap self-
pembelajaran flipped classroom siswa belajar confidence siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 8
dengan menonton video pembelajaran di rumah, Pontianak pada materi kelarutan dan hasil kali
disertai panduan belajar yang harus dikerjakan kelarutan.
siswa untuk memastikan apakah siswa sudah Sejalan dengan meningkatnya self-
menonton dan mempelajari video pembelajaran confidence siswa kelas kontrol maupun kelas
tersebut. Cara tersebut membuat siswa lebih eksperimen, dimana self-confidence siswa kelas
tertarik untuk belajar dan lebih memudahkan eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa
siswa karena siswa dapat belajar dalam kondisi kelas kontrol. Hasil belajar siswa juga
dan suasana yang nyaman dengan mengalami peningkatan setelah diberikan
kemampuannya menerima materi. Selain itu, pembelajaran, dimana hasil belajar siswa kelas
model flipped classroom digunakan oleh guru eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan
untuk mengurangi jumlah instruksi langsung siswa kelas kontrol. Hal tesebut dikarenakan
dalam pembelajaran, sehingga waktu yang siswa kelas eksperimen diberikan pembelajaran
digunakan di kelas lebih efisien dan lebih menggunakan model flipped classroom dimana
terfokus pada pengerjaan tugas dan diskusi siswa mempelajari materi dengan menonton
mengenai materi yang belum dipahami, video pembelajaran di rumah sebelum tatap
sebagaimana pendapat Bergmann dan Sams muka di kelas, sehingga siswa mengetahui
(2012). Setelah pembelajaran tersebut, siswa konsep terlebih dahulu dan saat petemuan di
lebih paham materi dibandingkan sebelumnya, kelas lebih difokuskan untuk membahas materi
sehingga siswa menjadi lebih percaya diri secara singkat dan tanya jawab/diskusi
dalam pembelajaran kimia. Oleh karena itu, mengenai materi yang masih belum dipahami
persentase self-confidence siswa kelas siswa. Dengan cara tersebut membuat siswa
eksperimen setelah pembelajaran lebih tinggi lebih paham materi, sehingga siswa menjadi
dibandingkan siswa kelas kontrol (Gambar 1). lebih percaya diri. Siswa dengan self-confidence
tinggi mempunyai keyakinan positif terhadap Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen
kemampuan dirinya dalam melakukan (53,35) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran (41,21). Hal tersebut disebabkan oleh
siswa dengan kepercayaan diri tinggi akan pemberian perlakuan yang berbeda pada siswa
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kelas kontrol dan kelas eksperimen, dimana
dengan seoptimal mungkin dan lebih aktif kelas kontrol diberikan pembelajaran
dibandingkan dengan siswa dengan self- menggunakan model konvensional dan kelas
confidence rendah. Hal ini dapat disimpulkan eksperimen diberikan pembelajaran
bahwa tingkat self-confidence siswa menggunakan model flipped classroom.
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, sesuai Berdasarkan hasil wawancara terhadap
dengan hasil penelitian Anggreini (2016) dan siswa K11 dan K31 yang mewakili skor angket
Rifki (2008), yang berarti semakin kuat atau akhir dan nilai posttest tinggi, diperoleh
tinggi rasa percaya diri siswa maka akan informasi bahwa siswa sudah cukup paham
semakin tinggi hasil belajarnya. Namun, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, tetapi
berdasarkan hasil angket dan nilai posttest, masih ada yang mereka belum terlalu paham.
kepercayaan diri tidak selalu berhubungan Siswa juga mengatakan bahwa ingatan
dengan hasil belajar. Hasil tersebut sejalan pemahamannya terhadap materi tidak bertahan
dengan hasil penelitian Simanjuntak (2006) lama jika pembelajaran menggunakan metode
yang mengatakan bahwa bahwa prestasi belajar ceramah. Sebagaimana pendapat Purwoto
tidak berhubungan dengan keyakinan diri. (2003) bahwa salah satu kekurangan model
Nilai posttest siswa kelas kontrol maupun pembelajaran konvensional diantaranya adalah
siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan siswa cenderung cepat lupa tentang materi yang
dari nilai pretest (Tabel 2). Siswa diberikan soal telah diajarkan. Siswa K11 mengatakan bahwa
posttest setelah siswa diberikan pembelajaran kepercayaan dirinya meningkat setelah belajar,
mengenai materi kelarutan dan hasil kali sedangkan siswa K31 mengatakan bahwa
kelarutan. Akan tetapi, meskipun nilai posttest kepercayaan dirinya tidak terlalu berubah.
siswa kelas kontrol mengalami peningkatan dari Meskipun terdapat perbedaan pendapat,
nilai pretest, tidak ada siswa yang mencapai keduanya memiliki persamaan bahwa
ketuntasan nilai posttest pada kelas tersebut. kepercayaan diri mereka tidak dipengaruhi oleh
Terlihat dari persentase ketuntasan siswa kelas model konvensional.
kontrol sebesar 0% pada nilai posttest yang Berdasarkan hasil wawancara terhadap
tidak mengalami peningkatan dari persentase siswa K20 dan K33 yang mewakili skor angket
ketuntasan pretest (0%). Sedangkan, siswa akhir dan nilai posttest sedang, diperoleh
kelas eksperimen mengalami peningkatan informasi bahwa siswa hanya paham sebagian
persentase ketuntasan, yaitu dari 0% pada dari materi yang diajarkan, dan siswa juga
pretest menjadi 26,47% pada posttest. mengatakan bahwa siswa sering bingung dan
Berdasarkan hasil observasi, lupa rumus saat mengerjakan soal. Keduanya
ketidaktuntasan siswa kelas kontrol pada hasil juga mengatakan bahwa kepercayaan diri
posttest dikarenakan saat proses pembelajaran mereka meningkat setelah belajar dengan model
berlagsung, siswa terlihat kurang bersemangat konvensional.
mengikuti pelajaran dan terdapat beberapa Berdasarkan hasil wawancara terhadap
siswa yang tidak memerhatikan penjelasan siswa K17 dan K19 yang mewakili skor angket
guru. Saat diberi kesempatan bertanya, hanya 3 akhir dan nilai posttest rendah, diperoleh
siswa yang bertanya, selebihnya hanya diam informasi bahwa siswa masih kurang paham
dan sibuk mencatat penjelasan di papan tulis. materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal
Hal ini menyebabkan guru mengalami kesulitan tersebut dikarenakan siswa beberapa kali
untuk mengetahui sejauh mana tingkat mereka tidak memerhatikan penjelasan guru.
pemahaman siswa terhadap materi kelarutan Menurut siswa, materi yang diajarkan sedikit
dan hasil kali kelarutan selama proses kebanyakan, sehingga siswa sudah tidak
pembelajaran. mampu mengingat dan berpikir lagi.
Sebagaimana pendapat Purwoto (2003) bahwa meskipun ada beberapa yang masih belum
kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat dimengerti dan masih bingung dalam
berakibat peserta didik tidak mampu menguasai menggunakan rumus. Siswa mengatakan bahwa
bahan yang diajarkan. Keduanya juga sebelumnya siswa agak susah memahami
mengatakan bahwa kepercayaan diri mereka materi kimia, tetapi dengan adanya video
meningkat sedikit setelah dijelaskan materi. pembelajaran yang dipelajari di rumah, siswa
Berdasarkan hasil wawancara terhadap menjadi lebih cepat paham karena bisa memutar
siswa K30 yang mewakili skor angket akhir ulang video. Keduanya juga mengatakan bahwa
tinggi tetapi nilai posttest rendah, diperoleh kepercayaan diri mereka meningkat setelah
informasi bahwa siswa paham sebagian dari belajar dengan model flipped classroom.
materi yang diajarkan, tetapi saat mengerjakan Berdasarkan hasil wawancara terhadap
soal siswa menjadi bingung dan lupa rumus. siswa E2 dan E25 yang mewakili skor angket
Siswa mengatakan bahwa kepercayaan dirinya akhir dan nilai posttest rendah, diperoleh
sedikit meningkat setelah belajar dengan model informasi bahwa siswa hanya sedikit paham
konvensional. materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Siswa
Berbeda dengan siswa kelas kontrol, siswa mengatakan bahwa mereka kesulitan dalam
kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai mengerjakan soal. Meskipun antara soal dan
posttest yang lebih baik, serta terdapat 9 siswa contoh soal hanya berbeda pada senyawa dan
yang mencapai nilai ketuntasan (KKM = 76). angkanya saja, siswa tetap kesulitan dan
Berdasarkan hasil observasi, saat proses bingung untuk mengerjakannya. Kedua siswa
pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih tersebut mendapat nilai posttest di bawah KKM
bersemangat mengikuti pelajaran, meskipun (76). Siswa E2 mengatakan bahwa kepercayaan
saat sesi tanya jawab hanya 5 orang siswa yang dirinya sedikit meningkat karena video,
bertanya. Hal tersebut dikarenakan siswa masih sedangkan siswa E25 mengatakan bahwa
belum terbiasa dengan model pembelajaran kepercayaan dirinya sedikit meningkat karena
flipped classroom. Akan tetapi, saat diskusi sudah diberikan pembelajaran.
berlangsung, siswa terlihat lebih aktif bertanya Berdasarkan hasil wawancara terhadap
kepada guru. Sebagaimana pendapat Berret siswa E11 yang mewakili skor angket akhir
(2012) bahwa salah satu kelebihan dari model tinggi tetapi nilai posttest rendah, diperoleh
pembelajaran flipped classroom, yaitu terjalin informasi bahwa siswa masih kurang paham
komunikasi yang aktif antara guru dan siswa, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Siswa
karena pembelajaran di kelas lebih banyak E11 mendapat nilai posttest di bawah KKM
dilakukan dengan berdiskusi (tanya jawab) di (76) dan siswa tersebut mengatakan bahwa
antara mereka. kepercayaan dirinya meningkat setelah belajar
Berdasarkan hasil wawancara terhadap dengan model flipped classroom.
siswa E14 dan E18 yang mewakili skor angket Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh
akhir dan nilai posttest tinggi, diperoleh nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05, berarti Ha
informasi bahwa siswa sudah paham materi diterima dan Ho ditolak, sehingga menunjukkan
kelarutan dan hasil kali kelarutan, meskipun bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang
masih ada sedikit bingung saat mengerjakan signifikan antara siswa yang diajar
soal. Kedua siswa tersebut mendapatkan nilai menggunakan model pembelajaran flipped
posttest di atas KKM (76) dan keduanya classroom dengan siswa yang diajar
mengatakan bahwa kepercayaan dirinya menggunakan model pembelajaran
meningkat setelah belajar dengan model flipped konvensional dalam materi kelarutan dan hasil
classroom. kali kelarutan pada siswa kelas XI MIPA SMA
Berdasarkan hasil wawancara terhadap Negeri 8 Pontianak.
siswa E22 dan E24 yang mewakili skor angket Berdasarkan nilai posttest dan hasil
akhir dan nilai posttest sedang, diperoleh wawancara siswa, dapat disimpulkan bahwa
informasi bahwa siswa sudah cukup paham keberhasilan siswa dalam memahami materi
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, disebabkan oleh proses pembelajaran dengan
model flipped classroom. Sedangkan kesulitan disimpulkan bahwa: (1) terdapat perbedaan self-
siswa dalam memahami materi disebabkan oleh confidence antara siswa yang diajar
faktor lain. Hal tersebut dibuktikan dari hasil menggunakan model pembelajaran flipped
perhitungan dengan effect size yang diperoleh classroom dengan siswa yang diajar
harga effect size sebesar 0,74, sehingga menggunakan model pembelajaran
termasuk kategori tinggi. Jika harga effect size konvensional dalam materi kelarutan dan hasil
dikonversikan di bawah kurva lengkung normal kali kelarutan pada siswa kelas XI MIPA SMA
standar dari 0 s/d Z, maka diperoleh luas daerah Negeri 8 Pontianak; (2) terdapat perbedaan
sebesar 0,2704, yang kemudian dikalikan hasil belajar antara siswa yang diajar
100%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menggunakan model pembelajaran flipped
penggunaan model pembelajaran flipped classroom dengan siswa yang diajar
classroom memberikan pengaruh sebesar menggunakan model pembelajaran
27,04% terhadap hasil belajar siswa kelas XI konvensional dalam materi kelarutan dan hasil
MIPA SMA Negeri 8 Pontianak pada materi kali kelarutan pada siswa kelas XI MIPA SMA
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Negeri 8 Pontianak; (3) pembelajaran dengan
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di menggunakan model pembelajaran flipped
atas, penelitian ini berhasil mengungkapkan classroom memberikan pengaruh sebesar 29,39
perbedaan self-confidence dan hasil belajar % terhadap self-confidence siswa kelas XI
antara siswa kelas kelas kontrol dan siswa kelas MIPA SMA Negeri 8 Pontianak pada materi
eksperimen. Penelitian ini juga membuktikan kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan harga
bahwa model pembelajaran flipped classroom effect size sebesar 0,82 yang tergolong tinggi;
berperan untuk meningkatkan self-confidence (4) pembelajaran dengan menggunakan model
dan hasil belajar siswa kelas XI MIPA SMA pembelajaran flipped classroom memberikan
Negeri 8 Pontianak pada materi kelarutan dan pengaruh sebesar 27,04 % terhadap hasil belajar
hasil kali kelarutan. Model pembelajaran siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 8 Pontianak
flipped classroom mempunyai keunggulan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
tertentu dibandingkan dengan metode ceramah, dengan harga effect size sebesar 0,74 yang
yaitu meningkatkan interaksi antara guru tergolong tinggi.
dengan siswa dan antara siswa dengan siswa,
waktu pembelajaran di kelas lebih efektif dan Saran
efisien, serta meningkatkan kemampuan belajar Berdasarkan kesimpulan dan hasil dari
mandiri. Dengan model ini siswa lebih tertarik penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran
perhatiannya pada pelajaran. yang peneliti dapat sampaikan antara lain: (1)
Berdasarkan hasil penelitian ini, model guru hendaknya memerhatikan model
pembelajaran flipped classroom belum bisa pembelajaran yang tepat untuk diterapkan
berpengaruh lebih dari 50% terhadap self- dalam proses pembelajaran; (2) guru hendaknya
confidence dan hasil belajar siswa, sehingga selalu memberikan motivasi agar siswa terbiasa
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut atau dengan model pembelajaran flipped classroom;
pengembangan, misalnya mengkolaborasikan (3) guru hendaknya memberikan arahan kepada
model pembelajaran flipped classroom dengan siswa sebelum menonton video pembelajaran
media pembelajaran. Sehingga, penelitian mengenai cara mencatat/meringkas yang
selanjutnya diharapkan dapat menemukan hasil efektif, misalnya dengan menggunakan metode
yang lebih baik dengan perubahan dan mencatat Cornell; (4) guru sebaiknya
penyempurnaan dalam landasan teori, alat ukur, menambah alat monitoring yang bisa
dan lebih memperluas ruang lingkup penelitian. memastikan siswa menonton video
pembelajaran, seperti misalnya setelah siswa
SIMPULAN DAN SARAN membuat catatan materi dari video
Simpulan pembelajaran, siswa langsung mengirimkannya
Berdasarkan hasil analisis data dari melalui e-mail kepada guru; (5) model
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat pembelajaran flipped classroom dapat menjadi
salah satu alternatif model pembelajaran yang Banyudono). Skripsi Universitas
dapat guru gunakan dalam pembelajaran kimia Negeri Sebelas Maret Surakarta.
untuk menarik perhatian siswa, meningkatkan Johnson, Graham Brent. 2013. Student
kemandirian belajar, keaktifan, self-confidence, Perceptions Of The Flipped
dan hasil belajar siswa; (6) sekolah hendaknya Classroom. Columbia: The University
meningkatkan fasilitas belajar di sekolah, Of British Columbia.
sehingga dapat mendukung penggunaan Lauster, Peter. 2002. Tes Kepribadian.
berbagai model pembelajaran khususnya model Jakarta: Gaya Media Pratama.
pembelajaran flipped classroom. Purwoto. 2003. Strategi Pembelajaran
Matematika. Surakarta: Sebelas Maret
DAFTAR RUJUKAN University Press.
Anggreini, Dewi. 2016. Eksperimentasi Rifki, Mustofa. 2008. Pengaruh Rasa Percaya
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Diri terhadap Prestasi Belajar Siswa
Group Investigation (GI) Berbasis di SMA Islam Al-Ma’arif Singosari
Assessment for Learning (AfL) Malang. Skripsi Universitas Islam
Melalui Penilaian Sejawat pada Negeri Malang.
Materi Persamaan Garis Lurus Sahputra, Rachmat dan Lukman Hadi.
ditinjau dari Kepercayaan Diri Siswa 2017. Pengaruh Predict-Observe-
terhadap Prestasi Belajar Siswa Explain terhadap Minat dan Hasil
Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Belajar Siswa pada Materi
Surakarta Tahun Pelajaran Kelarutan dan Hasil Kali
2015/2016. Tesis Universitas Sebelas
Kelarutan. Jurnal Pendidikan dan
Maret Surakarta.
Bergmann, J. & Aaron Sams. 2012. Flip Your Pembelajaran. Vol 6, No. 5 (2017).
Classroom: Reach Every Student in Schultz, D., Stacy Duffield, Seth C. Rasmussen,
Every Class Every Day. Washington, & Justin Wageman. 2014. Effects of
DC: International Society for the Flipped Classroom Model on
Technology in Education. Student Performance for Advanced
Berrett, Dan. 2012. How 'Flipping' the Placement High School Chemistry
Classroom Can Improve the Students. Journal of Chemical
Traditional Lecture. Education (2014), 91 (9), pp 1334–
(http://chronicle.com/article/How- 1339.
Flipping-the-Classroom/130857/, Simanjuntak, E. 2006. Predicting Academic
diakses 11 Januari 2017). Adjustment and Results of STUNED
Deslaurier, L., Ellen Schelew & Carl Wieman. (Studeren in Nederland) Students by
2011. Improved Learning in a Large Self Concept and Self Efficacy. Anima
Enrollment Physics Class. Science Indonesian Psychological Journal, 21,
332: 862-864. 2, 145-160.
Enfield, Jacob. 2013. Looking at the Impact Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
of the Flipped Classroom Model of Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Instruction on Undergraduate Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Multimedia Students at CSUN. Alfabeta.
TechTrends, Volume 57, No. 6 pp. Sutrisno, Leo. 2011. Effect Size. (Online).
14–27. (http://www/scribd.com/doc/28025523/
Hanif, Husni Nadya. 2016. Perbandingan Effect-Size, diakses 11 Januari 2017).
antara Model Pembelajaran Flipped Uyanto, Stanislaus. S. 2009. Pedoman Analisis
Classroom Berbantuan Edmodo Data dengan SPSS. Jakarta: Graha
dengan Pembelajaran Konvensional Ilmu.
terhadap Hasil Belajar Sistem Yamin, Martinis. 2009. Strategi Pembelajaran
Operasi (Eksperimen Kelas X SMK 1 Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung
Persada.

You might also like