You are on page 1of 10

Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DM


DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM MAYJEND
H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 2018

Putri Dafriani, Ratna Indah Sari Dewi, Sriwahyuni, Dasmarni


Email : putridafrianiabd@gmail.com

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

ABSTRACT : Data of Mayjend H.A Thalib Kerinci Hospital in 2018 was founded the number of cases
diabetes mellitus from 2015 amounted to 460 cases, in 2016 of 438 cases, in 2017 of 701 cases and in
January - March 2014 as many as 274 cases. The purposed of This research is finding the relationship of
diet and physical activity to the incident diabetes mellitus in Polyclinic disease in Mayjend H.A Thalib
Kerinci Hospital in 2018. The method of this research was used descriptive analytic with cross sectional
study design which was implemented on June 21 th to July 2nd, 2018. The population was all of patients
who visited as much 1187 people with accidental sampling technique amounted to 92 sample. Data
collection was using a questionnaire. Data was processed in computerized with univariate analysis was
using descriptive statistics and bivariate analysis using chi-square test with a significance level of α =
0.05. The results founded (54,3%) had incident of DM. By (51,1%) of patients had poor diet. By (46,7%)
of patients did low physical activity. There was a relationship of eating patterns (p value = 0,013) and
physical activity (p value = 0,003) to the incident diabetes mellitus. The conclusions of this research are
incident diabetes mellitus can be influenced by diet and physical activity, then expected to medic official
in hospital to provide a consultation or education in the hospital to provide or education about related to
factors cause especially to patients diabetes mellitus,effectively and evaluating of diet DM for patients
DM, nutritionists and educator teams so the patients are motivated to carry out good diet
recommendations.

Keywords : Diabetes Mellitus, Diet, Physical Activity

ABSTRAK : Data Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2018, ditemukan
jumlah kasus diabetes mellitus dari tahun 2015 sebesar 460 kasus, tahun 2016 sebesar 438 kasus, tahun
2017 sebesar 701 kasus dan bulan Januari- Maret 2018 sebanyak 274 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit
Dalam Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2018. Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional study yang dilaksanakan pada tanggal
21 Juni sampai dengan 2 Juli 2018. Populasi semua pasien yang berkunjung sebanyak 1187 orang dengan
teknik pengambilan sampel accidental sampling yang berjumlah 92 orang. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Data diolah secara komputerisasi dengan analisis univariat menggunakan
statistik deskriptif dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Hasil penelitian didapatkan (54,3%) mengalami kejadian DM. Sebesar (51,1%) pasien memiliki pola
makan yang tidak baik. Sebesar (46,7%) pasien melakukan aktivitas fisik yang ringan. Ada hubungan
pola makan (p value = 0,013) dan aktivitas fisik (p value = 0,003) dengan kejadian diabetes mellitus.
Berpedoman dari hasil penelitian dapat disimpulkan kejadian diabetes mellitus dapat dipengaruhi oleh
pola makan dan aktivitas fisik, maka diharapkan kepada tenaga kesehatan di rumah sakit agar
memberikan penyuluhan berupa konsultasi atau edukasi yang lebih efektif terkait faktor-faktor penyebab
khususnya kepada pasien DM, dan adanya evaluasi mengenai diet DM bagi pasien DM, ahli gizi dan tim
edukator agar pasien termotivasi untuk menjalankan anjuran diet yang baik.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Pola Makan, Aktivitas Fisik

1
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang

PENDAHULUAN (7,9%). Ketujuh yakni Afrika, 22 juta orang


dengan Diabetes Mellitus (5,1%) (IDF, 2014).
Diabetes Mellitus adalah suatu jenis penyakit Badan kesehatan dunia (WHO)
yang disebabkan menurunnya hormon insulin yang memperkirakan pada tahun 2030 penderita diabetes
diproduksi oleh kelenjar pangkreas. Penurunan melitus di Indonesia sebanyak 21,3 juta jiwa.
hormon itu mengakibatkan seluruh gula (glukosa) Kondisi ini membuat Indonesia menduduki
yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara peringkat ke-4 setelah Amerika Serikat, China dan
sempurna, sehingga kadar glukosa di dalam tubuh India. Terdapat 345 juta jiwa di dunia menderita
meningkat. Gula yang meliputi polisakarida, DM, pada tahun 2012 diperkirakan 1,5 juta jiwa
merupakan sumber tenaga yang menunjang meninggal dunia disebabkan oleh DM dan kurang
keseluruhan aktivitas manusia. Seluruh gula ini lebih 80% dari kematian tersebut terjadi pada
akan diproses menjadi tenaga oleh hormon insulin negara yang berpenghasilan menengah ke bawah
tersebut, karenanya penderita DM biasanya akan atau negara yang berkembang (WHO, 2016).
mengalami lesu dan kurang tenaga. Gejala lain Pola makan yang salah bisa mengakibatkan
akibat adanya kadar-kadar glukosa yang terlalu penyakit DM. Pola makan adalah suatu cara atau
tinggi akan terjadi ateroma sebagai penyebab awal usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
penyakit jantung koroner (Priyoto, 2015). dengan maksud tertentu seperti mempertahankan
Menurut badan organisasi dunia World kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
Health Organization (WHO) 2014, bahwa kesembuhan penyakit (Kemenkes, 2009). Pola
Diabetes Mellitus (DM) diperkirakan menjadi makan dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan
penyebab utama ke-7 kematian di dunia pada tahun menetap dalam hubungan dengan konsumsi
2030. Jumlah kematian akibat Diabetes Mellitus makananan yaitu berdasarkan bahan makanan :
diprediksi meningkat lebih dari 50% dalam 10 makanan pokok, sumber protein, sayur, buah dan
tahun ke depan. Diabetes Mellitus merupakan salah berdasarkan frekuensi harian, mingguan, pernah
satu masalah kesehatan yang banyak terjadi pada dan tidak pernah sekali. Pemilihan makanan dan
masyarakat. Data dari studi global menunjukan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera
bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus pada pribadi, kebiasaan budaya dan sosial ekonomi
tahun 2014 telah mencapai 387 juta orang dan (Almatsier, 2007).
jumlah penderita diabetes mellitus ini diperkirakan Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat
akan meningkat menjadi 592 juta pada tahun 2035. mencegah kegawatan dari penyakit DM. Aktivitas
Prevalensi Global DM di masyarakat (20-79 fisik merupakan serangkaian aktivitas yang
tahun) pada tahun 2014 sebanyak 387 juta orang di terskruktur dan berirama dengan intensitas tertentu
dunia menderita Diabetes Mellitus dengan dengan dalam jangka waktu tertentu sebagai sarana
prevalensi 8,3%. Pembagian wilayah di dunia atau media untuk meningkatkan derajat kesehatan
dengan penyakit Diabetes Mellitus yakni, yang melalui upaya promotif, reventif, kuratif dan
pertama Amerika Utara dan Karibia, merupakan rehabilitatif (Afriwardi, 2011). Aktivitas fisik dapat
wilayah dengan prevalensi Diabetes Mellitus tinggi membakar sejumlah kalori tertentu, dengan
yaitu 39 juta orang dengan Diabetes Mellitus demikian kelebihan kalori tubuh dapat diperkecil.
(11,4%). Kedua, Timur Tengah dan Afrika Utara Aktivitas fisik juga berpengaruh terhadap tingkat
dengan 37 juta orang dengan Diabetes Mellitus penggunaan glukosa oleh sel tubuh akan menjadi
(9,7%), ketiga wilayah Pasifik Barat sebanyak 138 lebih baik yang dapat mengurangi risiko DM dan
orang, wilayah ini tinggi dengan penderita kegawatan akibat DM (Waspadji, 2007).
Diabetes Mellitus meskipun dengan prevalensi Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum
8,3% tetapi mendekati prevalensi dunia. Keempat, Mayjend H.A Thalib Kabupaten Kerinci bahwa
Asia Tenggara dengan 75 juta orang dengan penyakit Diabetes Mellitus selama 3 tahun terakhir
Diabetes Mellitus (8,3%). Kelima, Amerika ini terjadi peningkatan jumlah pasien yang dirujuk
Tengah dan Amerika Selatan dengan 25 juta orang untuk mendapatkan pengobatan di poliklinik
dengan Diabetes Mellitus (8,1%). Keenam, Eropa penyakit dalam, yaitu pada tahun 2015 sebanyak
dengan 52 juta orang dengan Diabetes Mellitus 460 kasus DM dari 1245 pasien yang berkunjung
ke poliklinik penyakit dalam, lalu mengalami
2
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang
penurunan di tahun 2016 yaitu sebesar 438 kasus SD 10 10,9
DM dari 1998 pasien yang berkunjung di SMP 29 31,5
Poliklinik Penyakit Dalam, kemudian pada tahun SMA 45 48,9
2017 terjadi peningkatan jumlah kasus yang D3 8 8,7
menderita penyakit Diabetes Mellitus yaitu sebesar Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa dari 92
701 kasus dari 2.456 pasien yang berkunjung di responden didapatkan lebih dari separuh (63,0%)
Poliklinik Penyakit Dalam dan pada bulan Januari berumur 41-50 tahun, lebih dari separuh (56,5%),
sampai Maret 2018 saja terdapat 274 kasus yang kurang dari separuh (34,8%) bekerja sebagai
menderita DM dari total pasien poliklinik penyakit pedagang dan kurang dari separuh (48,9%)
dalam yang berjumlah 1187 orang (Data Medical berpendidikan SMA di Poliklinik Penyakit Dalam
Record RSU Mayjend H.A Thalib Kabupaten Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib
Kerinci, 2015 – 2018). Kabupaten Kerinci Tahun 2018.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat
METODE PENELITIAN distribusi frekuensi dari variabel dependen dan
Jenis penelitian yang digunakan adalah variabel independen.
deskriptif analitik dengan desain penelitian yang Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Responden
digunakan adalah cross sectional study. Penelitian Berdasarkan Kejadian Penyakit Diabetes
ini telah dilaksanakan di poliklinik penyakit dalam Mellitus
Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib
Kabupaten Kerinci pada tanggal 21 Juni sampai No. Kejadian DM f %
dengan 2 Juli 2018. Populasi pada penelitian ini 1. DM 50 54,3
adalah semua pasien yang berkunjung ke Poliklinik 2. Tidak DM 42 45,7
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Mayjend H.A
Jumlah 92 100
Thalib Kabupaten Kerinci sebanyak 1187 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
Berdasarkan tabel. 2 didapatkan bahwa
penilitian ini adalah menggunakan teknik
lebih dari separuh (54,3%) mengalami kejadian
accidental sampling yaitu cara pengambilan
DM di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
sampel atau responden yang kebetulan ada pada
Umum Mayjend H.A Thalib Kabupaten
waktu penelitian. Besarnya sampel dalam
Kerinci Tahun 2018.
penelitian ini sebanyak 92 orang.
Tabel. 3 Distribusi Frekuensi Responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Pola Makan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Karakteristik
No. Pola Makan f %
1. Tidak Baik 47 51,1
Karakteristik f %
2. Baik 45 48,9
Umur :
Jumlah 92 100
31-40 tahun 7 7,6
41-50 tahun 58 63,0
Berdasarkan tabel. 3 didapatkan lebih dari
51-60 tahun 27 29,4
separuh (51,1%) responden memiliki pola
Jenis Kelamin :
makan yang tidak baik di Poliklinik Penyakit
Laki-Laki 52 56,5
Dalam Rumah Sakit Umum Mayjend H.A
Perempuan 40 43,5
Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2018.
Pekerjaan :
IRT 23 25,0
Pedagang 32 34,8
Petani 16 17,4
Wiraswasta 13 14,1
PNS 8 8,7
Tabel. 4 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Aktivitas Fisik
Pendidikan :
3
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang
Tabel. 6 Distribusi Hubungan Aktivitas
No. Aktivitas Fisik f % Fisik Responden dengan Kejadian
1. Ringan 43 46,7 Diabetes Mellitus
2. Berat 49 53,3
Jumlah 92 100 Aktivitas
Kejadian DM
To P
No. DM Tidak DM % OR
Fisik tal value
f % f %
Berdasarkan tabel. 4 didapatkan bahwa 1. Ringan 31 72,1 12 27,9 43 100
0,003 4
kurang dari separuh (46,7%) responden 2. Berat 19 38,8 30 61,2 49 100
melakukan aktivitas fisik yang ringan di Jumlah 50 54,3 42 45,7 92 100
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
Mayjend H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun Berdasarkan tabel. 6 didapatkan bahwa
2018. proporsi responden mengalami kejadian DM
2. Analisis Bivariat lebih banyak ditemukan pada responden yang
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui melakukan aktivitas fisik ringan yaitu 31
hubungan antara variabel independent dengan (72,1%) dibandingkan dengan responden yang
variabel dependent. melakukan aktivitas fisik berat yaitu 19
a. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian (38,8%).
Diabetes Mellitus Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji
Tabel. 5 Distribusi Hubungan Pola Chi-Square menunjukkan ρ value = 0,003 (ρ <
Makan Responden dengan Kejadian 0,05), ini berarti Ha diterima, artinya ada
Diabetes Mellitus hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam
Kejadian DM Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib
To P
No. Pola Makan DM Tidak DM
tal
%
value
OR Kabupaten Kerinci tahun 2018. Perhitungan
f % f %
Odds Ratio (OR) = 4 artinya pasien yang
1. Tidak Baik 32 68,1 15 31,9 47 100
2. Baik 18 40,0 27 60,0 45 100
0,013 3,2 melakukan aktifitas fisik ringan memiliki
Jumlah 50 54,3 42 45,7 92 100 resiko 4 kali untuk mengalami diabetes
mellitus, dibandingkan dengan pasien yang
Berdasarkan tabel. 5 didapatkan bahwa melakukan aktifitas fisik berat.
proporsi responden mengalami kejadian DM
lebih banyak ditemukan pada responden yang 1. Kejadian DM
memiliki pola makan tidak baik yaitu 32 Penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
(68,1%) dibandingkan dengan pola makan bahwa lebih dari separuh (54,3%) mengalami
responden yang baik yaitu 18 (40,0%). kejadian DM di Poliklinik Penyakit Dalam
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi- Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib
Square menunjukkan ρ value = 0,013 (ρ < Kabupaten Kerinci Tahun 2018.
0,05), ini berarti Ha diterima, artinya ada Hasil penelitian ini hampir sama dengan
hubungan pola makan dengan kejadian penelitian yang dilakukan oleh Sumangkut
diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam (2013) tentang hubungan pola makan dengan
Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib kejadian penyakit Diabetes Mellitus di Poli
Kabupaten Kerinci tahun 2018. Perhitungan Interna RSUP. DR. R.D. Kandou Manado, 50%
Odds Ratio (OR) = 3,2 artinya pasien yang responden mengalami kejadian DM. Penelitian
memiliki pola makan tidak baik memiliki lain yang dilakukan oleh Wandansari (2013)
resiko 3,2 kali untuk mengalami diabetes tentang hubungan pola makan dan aktivitas
mellitus, dibandingkan dengan pasien yang fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 di
memiliki pola makan yang baik. RSUD DR. Moewardi Surakarta, ditemukan
50% responden mengalami kejadian DM tipe 2.
Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit
kencing manis merupakan suatu penyakit yang
b. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian ditandai dengan glukosa darah (gula darah)
Diabetes Mellitus melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah
sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan
4
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang
kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan Penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). bahwa lebih dari separuh (51,1%) responden
Dampak dramatis dari diabetes mellitus memiliki pola makan yang tidak baik di
terhadap kesehatan seseorang sangatlah Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum
kompleks (Suriani, 2012). Biasanya penderita Mayjend H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun
DM rentan terkena komplikasi penyakit lain. 2018.
Komplikasi muncul bila kendali kadar gula Hasil penelitian ini hampir sama dengan
darahnya kurang baik. Jika tidak dikelola penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2017)
dengan baik, kadar gula darah akan tinggi dan tentang hubungan pola makan dengan kadar
menimbulkan berbagai komplikasi jangka gula darah pada penderita diabetes mellitus di
panjang dan fatal (Susilo & Wulandari, 2011). Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya,
Komplikasi jangka panjang termasuk penyakit ditemukan 87,5% responden memiliki pola
kardiovaskuler (risiko ganda), kegagalan kronis makan yang tidak baik.
ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan Pola makan adalah suatu cara atau usaha
retina yang menyebabkan kebutaan, kerusakan dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
saraf yang menyebabkan impotensi dan dengan maksud tertentu seperti
gangren dengan risiko amputasi (Hasdianah, mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
2012). mencegah dan membantu kesembuhan
Menurut peneliti, lebih dari separuh penyakit (Kemenkes RI, 2010). Pola makan
responden mengalami kejadian DM, hal ini dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan
disebabkan oleh kurangnya responden dalam menetap dalam hubungan dengan konsumsi
mengatur pola makan dan melakukan aktivitas makanan yaitu berdasarkan frekuensi harian,
serta kurangnya dalam menjaga berat badan. mingguan, pernah atau tidak pernah sama
Selain itu, dilihat dari faktor umur responden sekali (Almatsier, 2007).
yang mengalami kejadian DM ditemukan Akhir-akhir ini muncul penyakit akibat
55,3% responden yang berumur lebih dari 40 salah pola makan seperti kelebihan makan atau
tahun, sehingga semakin bertambahnya umur makan makanan yang kurang seimbang.
maka resiko untuk terkena Diabetes Mellitus Bahkan, kematian akibat penyakit yang timbul
akan meningkat, hal ini terlihat dari hasil karena pola makan yang salah/tidak sehat
penelitian, dimana responden yang mengalami belakangan ini cenderung meningkat. Penyakit
DM lebih banyak ditemui pada responden yang akibat pola makan yang kurang sehat tersebut
berumur lebih dari 40 tahun. Selain faktor diantaranya diabetes mellitus,
umur, jenis kelamin responden juga hiperkolesterolemia, penyakit kanker, penyakit
mempengaruhi terhadap penyakit diabetes arteri koroner, sirrhosis, osteoporosis, dan
mellitus yaitu 71,2% responden lebih banyak beberapa penyakit kardiovaskuler. Untuk
ditemukan yang berjenis kelamin laki-laki. Hal menghindari penyakit-penyakit akibat pola
ini sesuai dengan teori bahwa laki-laki lebih makan yang kurang sehat, diperlukan suatu
berisiko untuk terkena diabetes mellitus dari pedoman bagi individu, keluarga, atau
perempuan. Selain itu, responden yang masyarakat tentang pola makan yang sehat
menderita DM juga dapat dipengaruhi oleh (Santoso, 2014).
masih kurangnya pemahaman responden Menurut peneliti, lebih dari separuh
terhadap faktor resiko dari DM, dimana hal ini responden memiliki pola makan yang tidak
dipengaruhi oleh pendidikan responden yang baik. Hal ini terlihat dari hasil analisis
masih rendah. Responden yang tidak menderita kuesioner (lihat lampiran 18), dimana 100%
Diabetes Mellitus disebabkan oleh adanya responden mengkonsumsi susu dalam sehari
upaya pencegahan yang dilakukan responden sebanyak 2 kali atau lebih dari sehari. Sebesar
terhadap penyakit Diabetes Mellitus seperti 76,1% responden mengatakan tidak ada
mengurangi makan-makanan berlemak agar mengkonsumsi makanan selingan seperti
tidak obesitas dan rajin melakukan aktivitas buah-buahan. Sebesar 79,3% responden
fisik. mengatakan sering mengkonsumsi makanan
2. Pola Makan bersantan, berkuah lemak/kaldu dan makanan
yang digoreng. Sebesar 62% responden
5
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang
mengatakan sering mengkonsumsi makanan memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki
dengan cara digoreng lebih dari 1 kali sehari sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar
atau lebih dari 3 kali dalam seminggu. Tidak lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL-
baiknya pola makan responden juga dapat kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol
disebabkan karena beberapa sebab, total serta trigliserida (Sudoyo, 2016).
kemungkinan besar sebagian responden masih Menurut peneliti, ringannya aktivitas fisik
tidak patuh pada prinsip pola makan yang yang dilakukan oleh responden karena
diberikan, atau pengetahuan tentang prinsip sedikitnya waktu yang dilakukan oleh
pola makan masih sangat rendah sehingga responden untuk melakukan setiap aktivitas.
jumlah makanan yang dikonsumsi tidak sesuai Selain itu aktivitas yang ringan yang dilakukan
dengan status gizi responden, bisa kelebihan oleh responden lebih banyak bersantai setelah
atau kekurangan, jadwal makan yang tidak berolahraga, seperti nonton dan berbaring.
tepat karena kesibukan dengan aktivitas Sementaraitu, responden yang memiliki
sehari-hari atau hal lain yang dapat aktivitas berat artinya lebih banyak melakukan
berpengaruh pada kadar glukosa darah, dan aktifitas di rumah maupun diluar rumah. Hal ini
masih banyak mengkonsumsi jenis makanan menunjukkan bahwa selain rutin olahraga,
pantangan, terutama makanan yang tinggi aktifitas sehari-hari juga perlu diperhatikan
karbohidrat. untuk menghindari gaya hidup kurang gerak
yang akan mempengaruhi kadar glukosa darah
dan akan menyebabkan terjadi penyakit DM.
3. Aktivitas Fisik A. Analisis Bivariat
Penelitian yang telah dilakukan, didapatkan 1. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
bahwa lebih dari separuh (46,7%) responden Diabetes Mellitus
melakukan aktivitas fisik yang ringan di Penelitian yang telah dilakukan,
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum didapatkan bahwa proporsi responden
Mayjend H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun mengalami kejadian DM lebih banyak
2018. ditemukan pada responden yang memiliki
Hasil penelitian ini hampir sama dengan pola makan tidak baik yaitu 32 (68,1%)
penelitian yang dilakukan oleh Gunawan dibandingkan dengan pola makan
(2014), tentang faktor risiko yang responden yang baik yaitu 18 (40,0%).
memengaruhi kasus Diabetes Mellitus (DM) Berdasarkan hasil uji statistik
komplikasi gangren di Rumah Sakit Umum Cut dengan uji Chi-Square menunjukkan ρ
Meutia Kabupaten Aceh Utara, ditemukan value = 0,013 (ρ< 0,05), ini berarti Ha
54,8% responden tidak teratur melakukan diterima, artinya ada hubungan pola makan
aktivitas fisik. dengan kejadian diabetes mellitus di
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
yang membutuhkan energi untuk Umum Mayjend H.A Thalib Kabupaten
mengerjakannya. Sedangkan olahraga Kerinci tahun 2018. Perhitungan Odds
merupakan aktivitas fisik yang terencana dan Ratio (OR) = 3,2 artinya pasien yang
terstruktur serta melibatkan gerakan tubuh memiliki pola makan tidak baik memiliki
berulang-ulang dan bertujuan untuk resiko 3,2 kali untuk mengalami diabetes
meningkatkan kebugaran jasmani. Aktivitas mellitus, dibandingkan dengan pasien yang
fisik adalah setiap gerakan tubuh yang memiliki pola makan yang baik.
meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi Hasil penelitian sejalan dengan
atau pembakaran kalori (Kemenkes, 2010). penelitian yang dilakukan oleh Sumangkut
Olahraga mengaktifasi ikatan insulin dan (2013) tentang hubungan pola makan
reseptor insulin di membran plasma sehingga dengan kejadian penyakit Diabetes Mellitus
dapat menurunkan kadar glukosa darah. di Poli Interna RSUP. DR. R.D. Kandou
Latihan fisik yang rutin memelihara berat Manado, ditemukan adanya hubungan
badan normal dengan indeks massa tubuh antara pola makan dengan kejadian DM (p
(IMT) ≤25. Manfaat latihan fisik adalah value = 0,000). Hasil penelitian ini juga
menurunkan kadar glukosa oleh otot dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
6
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang
oleh Sudaryanto (2012) tentang hubungan kebiasaan makan setiap harinya.
pola makan, genetik dan kebiasaan olahraga Banyaknya tempat-tempat makanan siap
terhadap kejadian diabetes melitus Tipe II saji yang terus menjamur mengakibatkan
di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, keinginan responden untuk mengkonsumsi
Banjarsari, ditemukan adanya hubungan makanan tersebut lebih tinggi dan dirasa
pola makan dengan kejadian diabetes lebih efisien ketika istirahat pada waktu jam
mellitus (p value = 0,000). kerja. Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi
Pola makan yang salah bisa makanan/minuman manis berpotensi
mengakibatkan penyakit DM. Pola makan meningkatkan kadar gula di dalam darah.
adalah suatu cara atau usaha dalam Hal itu karena makanan/minuman manis
pengaturan jumlah dan jenis makanan pada umumnya mengandung gula. Hasil
dengan maksud tertentu seperti analisis juga didapatkan 31,9% responden
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, yang memiliki pola makan tidak baik tetapi
mencegah atau membantu kesembuhan tidak mengalami penyakti DM. Hal ini
penyakit (Kemenkes, 2009). Pola makan karena tidak baiknya pola makan responden
dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan apabila diiringan oleh aktivitas fisik yang
menetap dalam hubungan dengan konsumsi teratur akan mengurangi kadar gula darah
makanan yaitu berdasarkan bahan makanan responden. Hasil analisis juga ditemukan
: makanan pokok, sumber protein, sayur, 40% responden yang memilik pola makan
buah dan berdasarkan frekuensi harian, baik tetapi masih mengalami penyakit DM.
mingguan, pernah dan tidak pernah sekali. Hal ini disebabkan oleh faktor lain seperti
Pemilihan makanan dan waktu makan adanya faktor keturunan untuk mengalami
manusia dipengaruhi oleh usia, selera penyakit DM dan kurangnya dalam
pribadi, kebiasaan budaya dan sosial melakukan aktivitas fisik. Hasil analisis
ekonomi (Almatsier, 2007). penelitian ditemukan 60% responden yang
Diabetes mellitus (DM) dikenal oleh memiliki pola makan baik tetapi tidak
masyarakat sebagai penyakit kencing manis mengalami penyakti DM. Hal ini karena
atau penyakit menahun yang ditandai baiknya pola makan responden seperti
dengan adanya peningkatan kadar gula jadwal makan yang teratur, frekuensi
darah sebagai akibat dari adanya gangguan makan yang sesuai dengan takaran dan
sistem metabolisme di dalam tubuh. Hal ini jenis makanan yang dimakan sesuai dengan
dapat disebabkan oleh gagalnya organ kebutuhan dan mengandung cukup asupan
pankreas untuk memproduksi hormon zat gizi.
insulin sesuai kebutuhan. Penderita DM 2. Hubungan Aktivitas Fisik dengan
tetap diperbolehkan makan seperti orang Kejadian Diabetes Mellitus
normal tetapi harus mampu Penelitian yang telah dilakukan,
mengendalikannya baik dalam hal jadwal didapatkan bahwa proporsi responden
makan, jumlah, dan jenis makanan yang mengalami kejadian DM lebih banyak
dikonsumsi (Suiraoka, 2012). ditemukan pada responden yang melakukan
Menurut peneliti, terdapatnya aktivitas fisik ringan yaitu 31 (72,1%)
hubungan pola makan dengan kejadian DM dibandingkan dengan responden yang
terlihat dari hasil penelitian yaitu 68,1% melakukan aktivitas fisik berat yaitu 19
responden yang memiliki pola makan tidak (38,8%).
baik banyak mengalami penyakti DM dan Berdasarkan hasil uji statistik
hal ini karena pola makan merupakan suatu dengan uji Chi-Square menunjukkan ρ
cara atau usaha yang dilakukan oleh value = 0,003 (ρ< 0,05), ini berarti Ha
responden dalam pengaturan jumlah dan diterima, artinya ada hubungan aktivitas
jenis makanan seperti mempertahankan fisikdengan kejadian diabetes mellitus di
kesehatan, status nutrisi, mencegah atau Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
membantu kesembuhan penyakit DM. Pola Umum Mayjend H.A Thalib Kabupaten
makan sehari-hari merupakan pola makan Kerinci tahun 2018. Perhitungan Odds
responden yang berhubungan dengan Ratio (OR) = 4 artinya pasien yang
7
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang
melakukan aktifitas fisik ringan memiliki melakukan aktivitas fisik secara teratur
resiko 4 kali lipat untuk mengalami cenderung mengalami kenaikan kadar gula
diabetes mellitus, dibandingkan dengan darah, dimana aktivitas fisik yang tidak
pasien yang melakukan aktifitas fisik berat. dilakukan akan menyebabkan glukosa
Hasil penelitian ini sejalan dengan dalam darah meningkat yang terlihat dari
penelitian yang dilakukan oleh Wandansari hasil penelitian yaitu 72,1%. Hasil
(2013) tentang hubungan pola makan dan penelitian juga didapatkan 27,9%
aktivitas fisik dengan kejadian diabetes responden yang melakukan aktivitas fisik
mellitus tipe 2 di RSUD DR. Moewardi ringan tetapi tidak mengalami penyakit
Surakarta, ditemukan adanya hubungan DM. Hal ini karena disebabkan oleh faktor
fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe lain seperti gaya hidup yang sehat dan tidak
2 (p value = 0,030). Hasil penelitian ini adanya riwayat DM dalam keluarga. Selain
juga sejalan dengan penelitian yang itu, juga disebabkan oleh faktor pekerjaan
dilakukan oleh Sukmaningsih (2016) responden, dimana responden yang bekerja
tentang faktor risiko kejadian diabetes secara tak langsung telah melakukan
mellitus Tipe II di Wilayah Kerja aktivitas fisik yaitu sebesar 17,4%
Puskesmas Purwodiningratan Surakarta, responden bekerja sebagai petani dan
ditemukan adanya hubungan aktivitas fisik sebesar 34,8% responden bekerja sebagai
dengan kejadian diabetes mellitus (p value pedagang. Hasil penelitian juga didapatkan
= 0,000). 38,8% responden yang melakukan aktivitas
Aktivitas fisik yang cukup dan fisik berat tetapi mengalami penyakit DM.
teratur dapat mencegah kegawatan dari Hal ini karena disebabkan oleh faktor umur
penyakit DM. Aktivitas fisik merupakan dan adanya riwayat DM dalam keluarga.
serangkaian aktivitas yang terskruktur dan Sebesar 61,2% responden melakukan
berirama dengan intensitas tertentu dengan aktivitas berat dan tidak mengalami
dalam jangka waktu tertentu sebagai sarana penyakit DM. Hal ini karena aktivitas fisik
atau media untuk meningkatkan derajat yang dilakukan oleh responden secara
kesehatan melalui upaya promotif, reventif, teratur dapat menurunkan kadar gula darah.
kuratif dan rehabilitatif (Afriwardi, 2011).
Aktivitas fisik dapat membakar sejumlah
kalori tertentu, dengan demikian kelebihan Kesimpulan
kalori tubuh dapat diperkecil. Aktivitas 1. Lebih dari separuh (54,3%) mengalami
fisik juga berpengaruh terhadap tingkat kejadian DM di Poliklinik Penyakit Dalam
penggunaan glukosa oleh sel tubuh akan Rumah Sakit Umum Mayjend H.A Thalib
menjadi lebih baik yang dapat mengurangi Kabupaten Kerinci Tahun 2018.
risiko DM dan kegawatan akibat DM 2. Lebih dari separuh (51,1%) pasien memiliki
(Waspadji, 2007). pola makan yang tidak baik di Poliklinik
Kurangnya aktivitas fisik dilakukan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Mayjend
oleh penderita DM akan berdampak H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2018.
terhadap pengurangan kadar adiponektin 3. Lebih dari separuh (46,7%) pasien melakukan
dan menurunkan sirkulasi adiponektin dan aktivitas fisik yang ringan.
ekspresi reseptor mRNA di otot yang dapat 4. Terdapat hubungan pola makan dengan
memediasi peningkatan resistensi insulin kejadian diabetes mellitus di Poliklinik
dan sindrom metabolik dalam latihan fisik. Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Mayjend
Kurangnya aktivitas fisik merupakan H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2018 (p
peringkat keempat faktor risiko kematian value = 0,013).
global dan diperkirakan sekitar 27% akan 5. Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan
menjadi penyebab utama diabetes melitus kejadian diabetes mellitus di Poliklinik
(Amos, 2014). Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Mayjend
Menurut peneliti, terdapatnya H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2018(p
hubungan aktivitas fisik dengan kejadian value = 0,003).
DM karena responden yang tidak DAFTAR PUSTAKA
8
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang
Afriwardi. 2011. Ilmu kedokteran Olahraga. Kemenkes RI. 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran
Jakarta : EGC Faktor Risiko Diabetes Mellitus. Jakarta :
Almatsier, A. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Kemenkes RI.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kurniadi, H and Nurahhmi, U. 2015. Stop
Amos, C.E. 2014. Hubungan Aktivitas Fisik Diabetes, Hipertensi, Kolesterol `Tinggi,
dengan Kadar Adiponektin Penderita Jantung Koroner. Yogyakarta : Istana
Diabetes Melitus Tipe 2 di Kota Manado. Media.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran.
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Jakarta : Media Aesculapius.
Ratulangi Misnadiarly. 2006. Ulcer,Gangren, Infeksi
Arisman. 2013. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Diabetes Mellitus. Jakarta : Pustaka Obor.
Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran Muchlis, S. 2016. Hubungan pola makan dan
EGC. aktivitas fisik dengan kejadian diabetes
Beck, M.E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Hubungan melllitus di poliklinik penyakit dalam
nya dengan penyakit-penyakit untuk RSUD dr. Rasidin padang. Stikes syedza
perawat dan dokter. Yogyakarta : YEM. Saintika Padang.
Bilous, R, and Donelly, R. 2014. Buku Pegangan Nabil, 2009.Mengenal Diabetes. Jakarta :
Diabetes. Jakarta : Bumi Medika. Gramedia Pustaka Utama.
Brunner and Suddart. 2002. Text book of Medical Nurarif, A.H. dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi
Surgical Nursing. Jakarta : EGC. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Diagnosa Medis & NANDA NIC-
Menular. Jakarta : Rineka cipta. NOC.Jogjakarta: MediAction.
Damayanti, S. 2015. Diabetes Melitus dan Nursalam. 2003.Konsep dan Penerapan
Penatalaksanaan Keperawatan. Metodologi Penelitian Ilmu
Yogyakarta : Nuha Medika. Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Food and Agriculture Organization (FAO). 2011. Nursyamsiyah, N. 2017. Berdamai dengan
Human Energy Requiremenis. Rome : Diabetes. Jakarta : Bumi Medika.
Food and Agriculture Organization Notoatmodjo, S. 2005.Metodologi penelitian
(FAO). kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Fox and kilvert. 2010. Bersahabat dengan . 2012. Metodologi penelitian
Diabetes. Jakarta : Penebar Plus. kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Gibney, J.M. 2008. Gizi Kesehatan Mastarakat. Padila. 2012. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. Yogyakarta : Nuha Medika.
Gunawan. 2014. Faktor Risiko yang PERKENI, 2011. Konsensus Pencegahan dan
Mempengaruhi Kasus Diabetes Mellitus Pengendalian Diabetes Melitus Tipe 2 di
(DM) komplikasi gangren di Rumah Sakit Indonesia. Diakses pada 25 Desember
Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh 2013
Utara. Tesis. Program Studi S2 Ilmu dari :www.academia.edu/4053787/Revisi.
Kesehatan Masyarakat Fakultas Priyoto. 2015. Perubahan dalam Perilaku
Kesehatan Masyarakat Universitas Kesehatan Konsep dan Aplikasi.
Sumatera Utara Medan Yogyakarta : Graha Ilmu.
Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar. 2007.
Pada Orang Dewasa dan Anak-Anak Jakarta: Badan Penelitian dan
dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Pengembangan Kesehatan, Departemen
Medika Kesehatan, Republik Indonesia.
Hidayat, A,A. 2007. Metode Penelitian RSU Mayjend H.A Thalib Kab. Kerinci. 2018.
Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Laporan Tahunan RSU Mayjend H.A
Jakarta : Salemba Medica. Thalib Kab. Kerinci tahun 2015-2018
Hugeng, M and Santos, Y. 2017. Merdeka .RSU Mayjend H.A Thalib Kab.
Diabetes. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer. Kerinci
International Diabetes Federation (IDF). 2014. Santoso, R. 2014. Hubungan Pola Makan Dengan
IDF Diabetes Atlas Sixth Edition. aktivitas Olahraga pada Pasien Diabetes
9
Jurnal Keperawatan Prodi S1 Keperawatan STIKes Syedza Saintika Padang
Mellitus Tipe 2 di Wilayah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kerjapuskesmas Berbah Sleman. Jurnal Muhammadiyah Surakarta
Kesehatan Masyarakat Vol. 07/No. 1/2014 Waspadji, S. 2007. Penatalaksanaan DM Terpadu.
192-198. Program Studi Ilmu Kesehatan Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Masyarakat STIKES WH Indonesia.
Soegondo. 2011. Penatalaksanaan Diabetes World Health Organization. 2016. World Health
Mellitus Terpadu dan Tata Laksana. Statistics 2016: World Health
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Organization. Geneva.
Sudaryanto, A. 2012. Hubungan Pola Makan, . 2014.
Genetik dan Kebiasaan Olahraga Noncommunicable Diseases Country
Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe Profiles 2014: World Health
II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Organization. Geneva.
Banjarsari. Jurnal Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Sudoyo. 2016.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta: Interna Publishing.
Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Degeneratif
“Mengenal, Mencegah dan Mengurangi
Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif”.
Yogyakarta: Nuha Medika
Suriani, N. 2012. Gangguan Metabolisme
Karbohidrat pada Diabetes Melitus.
Artikel Biokimia. Program Pasca Sarcana
Ilmu Biomedik Program Double Degree
Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas BrawijayA Malang
Susanti. 2017. Hubungan Pola Makan dengan
Kadar Gula Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Puskesmas Tembok
Dukuh Surabaya. Jurnal Kesehatan
Vokasional Vol. 3 No 1 – Mei 2018.
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Susilo, Y & Wulandari, A., 2011. Cara Jitu
Mengatasi Kencing Manis. Yogyakarta :
Andi Offset
Sutanto. 2010. CEKAL (Cegah dan Tangkal
Penyakit Modern). Yogyakarta. Andi
Yogyakarta.
Sumangkut, S. 2013. Hubungan pola makan
dengan kejadian diabetes melllitus di poli
interna RSUP. Prof.dr. Kandau Manado.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi.
Tandra, H. 2013. Life Healthy With Diabetes.
Yogyakarta : Rapha.
Wandansari, K. 2013. Hubungan Pola Makan dan
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes
Mellitus Tipe 2 di RSUD DR. Moewardi
Surakarta. Artikel Publikasi Ilmiah.

10

You might also like