You are on page 1of 19

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

N DENGAN DM
TIPE II DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RSUD LABUANG
BAJI MAKASSAR

APPLICATION OF NURSING ASSISTANCE IN PATIENTS Ny. N WITH DM TYPE


II IN MEETING NUTRITION NEEDS IN RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Nurlina
Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar
Email: nurlinajamal@gmail.com

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a collection of symptoms that arise in a person caused by increased
blood sugar levels (glucose) due to lack of insulin both absolute and relative. Recorded 220
countries worldwide, the number of diabetics is expected to rise from 415 million people in
2015 to 642 million in 2040. The occurrence of increased DM patients due to dietary
changes, namely from traditional foods are healthy, high fiber, low fat, low calories, with
increased consumption of calorie-containing foods such as simple carbohydrates, fat, red
meat and low in fiber. The data indicate an increase in animal food supply and saturated
fatty acid intake, especially in Asian countries.
This study aims to determine the results of the application of nursing care to Ny. N with
Type II Diabetes Mellitus in the fulfillment of nutritional needs in the Chamber of Pa'mai II
of RSUD Labuang Baji Makassar.
The research method used is interview and observation method.
The results showed that the client appeared weak, decreased appetite, weight loss, nausea
and vomiting, often feeling thirsty, tingling on both legs. After giving nursing care to Ny. N
for the fulfillment of nutritional needs with 1700 calories / day in accordance with the diet
program has not been fulfilled.

Keywords: Diabetes Mellitus, Nutritional Needs

ABSTRAK

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif. Tercatat 220 negara diseluruh dunia, jumlah penderita
diabetes diperkirakan akan naik dari 415 juta orang di tahun 2015 menjadi 642 juta pada
tahun 2040. Terjadinya peningkatan penderita DM dikarenakan adanya perubahan pola
makan, yaitu dari makanan tradisional yang sehat, tinggi serat, rendah lemak, rendah
kalori, dengan meningkatnya konsumsi makanan mengandung kalori seperti karbohidrat
sederhana, lemak, daging merah dan rendah serat. Data menunjukkan adanya peningkatan
dalam persediaan makanan hewani dan asupan asam lemak jenuh terutama di Negara-
negara Asia.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hasil penerapan asuhan keperawatan pada Ny.
N dengan Diabetes Melitus Tipe II dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di Ruang Baji
Pa’mai II RSUD Labuang Baji Makassar.

63
Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa klien nampak lemah, nafsu makan menurun, penurunan
berat badan, mual dan muntah, sering merasa haus, kesemutan pada kedua kakinya. Setelah
pemberian asuhan keperawatan pada Ny. N untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan
1700 kalori/hari sesuai dengan program diet belum terpenuhi.
Kata kunci: Diabetes Melitus, kebutuhan nutrisi

PENDAHULUAN wilayah di dunia. Pada tahun 2014,


Diabetes Melitus (DM) berjumlah 422 juta orang dewasa (atau
merupakan sekelompok kelainan 8,5
heterogen yang ditandai oleh kenaikan % penduduk dunia) terserang Diabetes,
kadar glukosa dalam darah atau dibandingkan pada tahun 2012 jumlah
hipergelikemia. Diabetes Melitus adalah penderita sebanyak 1.5 juta orang.
suatu kumpulan gejala yang timbul pada Prevalensi DM tertinggi terdapat di
seseorang yang disebabkan oleh karena wilayah Mediterania Timur (14%) dan
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) terendah di Eropa dan wilayah Pasifik
darah akibat kekurangan insulin baik Barat (8% - 9%). Secara umum negara
absolut maupun relatif (Hasdianah & dengan penghasilan rendah menunjukkan
Suprapto, 2014) angka prevalensi DM terendah dan negara
Kasus Diabetes Melitus yang dengan penghasilan menengah atas
paling banyak dijumpai adalah Diabetes menunjukkan prevalensi DM tertinggi di
Melitus Tipe 2, yang ditandai dengan dunia. Prevalensi DM di negara dengan
adanya gangguan sekresi insulin. pendapat menengah atas terbanyak di
Penyebab terjadinya DM Tipe 2 ini Negara Cooks Island (29,1%), disusul
dipengaruhi oleh gaya hidup, genetik, dan Negara Niue (27,6%). Prevalensi DM
stress psikososial. DM Tipe 2 merupakan pada negara penghasilan menengah
tipe diabetes yang paling umum bawah terbanyak pada Negara Samoa
ditemukan pada pasien dibadingkan (25,2%), disusul Negara Micronesia
dengan DM Tipe 1 (Bustam, 2014) (22,5%). Prevalensi DM pada negara
Menurut World Health dengan pendapatan tinggi/atas terbanyak
Organization [WHO] (2014) Jumlah pada Negara Qatar (23%), disusul Negara
orang yang hidup dengan Diabetes dan Kuwait (20,1%) dan prevalensi DM pada
prevalensinya meningkat di semua negara dengan pendapatan rendah
terbanyak pada Negara Taj Ikistan

64
(12,1%) disusul Negara Gambia dan Tenggara Timur 3,3%, dan DKI Jakarta
Chad yaitu masing-masing 9,9%. 3,0%.
Atlas Diabetes edisi ke-7 tahun Terjadinya peningkatan penderita
2015 dari International Diabetes DM dikarenakan adanya perubahan pola
Federation [IDF] menyebutkan bahwa makan, yaitu dari makanan tradisional
dari catatan 220 negara diseluruh dunia, yang sehat, tinggi serat, rendah lemak,
jumlah penderita diabetes diperkirakan rendah kalori. Dengan meningkatnya
akan naik dari 415 juta orang di tahun konsumsi makanan mengandung kalori
2015 menjadi 642 juta pada tahun 2040. seperti karbohidrat sederhana, lemak,
Hampir setengah tersebut berada di Asia, daging merah dan rendah serat. Data
terutama India, China, Pakistan, dan menunjukkan adanya peningkatan dalam
Indonesia. Angka penderita diabetes yang persediaan makanan hewani dan asupan
didapatkan di Asia Tenggara adalah asam lemak jenuh terutama di Negara-
Singapura 12,8%, Thailand 8%, Malaysia negara Asia (Azrimaidaliza, 2011)
16,6%, dan Indonesia 6,2%. Kalau pada Penelitian yang dilakukan oleh
tahun 2015 Indonesia berada di nomor Azrimaidaliza (2011), menyatakan bahwa
tujuh sebagai Negara dengan jumlah penyakit Diabetes Melitus disebabkan
pasien diabetes terbanyak di dunia, pada oleh banyak faktor. Pengaturan pola
tahun 2040 diperkirakan Indonesia akan makan, terutama konsumsi lemak,
naik ke nomor enam terbanyak. Pada saat karbohidrat dan serat cukup akan
ini dilaporkan bahwa kota-kota besar membantu dalam mengontrol glukosa
seperti Jakarta dan Surabaya, sudah darah. Asupan zat gizi mikro, salah
hampir 10% penduduknya mengidap satunya vitamin C terdapat dalam
penyakit Diabetes Melitus (Tandra, 2017) makanan sumber alami, yang berperan
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan sebagai antioksidan akan menurunkan
Daerah 2013 [Riskesda, 2013] bahwa resistensi dan melalui perbaikan fungsi
penderita DM yang angka kejadian endothelial dan menurunkan stress
diabetesnya melebihi angka kejadian oksidatif sehingga mencegah
nasional (2,1 %), tertinggi ada pada perkembangan kejadian diabetes tipe 2.
provinsi Sulawesi Tengah 3,7 %, Selain menerapkan pola makan sehat juga
Sulawesi Utara 3.6%, Sulawesi Selatan
3.4%, Nusa
dianjurkan bagi masyarakat untuk studi kasus dengan menggunakan
melakukan olahraga secara teratur. pendekatan proses keperawatan dan
Dalam penelitian ini diharapkan dijabarkan dalam pelaksanaan asuhan
dapat bermanfaat untuk membantu keperawatan.
penderita DM dalam pemenuhan Lokasi dan Waktu Penelitian
kebutuhan nutrisi dengan ukuran 1. Tempat Studi Kasus
penyajian makanan secara tepat dan Tempat pelaksanaan studi kasus di
mandiri dengan pengaturan karbohidrat Ruang Baji Pa’mai II RSUD Labuang
yang optimum sesuai dengan kadar Baji Makassar.
insulin yang digunakan dan kebutuhan 2. Waktu Pelaksanaan Studi Kasus
energi penderita DM sehingga sangat Studi kasus dilaksanakan pada tanggal
membantu dalam pengendalian glukosa 18-23 Juli 2017.
darah dari waktu ke waktu. Pengaturan Subjek Studi Kasus
pola makan pada penderita DM Subyek studi kasus yang akan
melalalui Penerapan Asuhan dikaji adalah pasien dengan Diabetes
Keperawatan pada Pasien sangat Melitus Tipe 2 yang mengalami
dibutuhkan agar jumlah penderitanya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
dapat menurun dari tahun ke tahun. Cara Pengumpulan Data
Mengetahui hasil penerapan asuhan Metode pengumpulan data adalah
keperawatan pada Ny. N dengan Diabetes cara yang digunakan peneliti dalam
Melitus Tipe 2 dalam pemenuhan mengumpulkan data penelitian. Agar data
kebutuhan nutrisi di Ruang Baji Pa’mai II dapat terkumpul dengan baik dan terarah,
RSUD Labuang Baji Makassar dilakukan pengumpulan data dengan
metode wawancara dan observasi.

HASIL
METODE
Setelah dilakukan pengkajian pada
Desain penelitian
Ny. N maka didapatkan data: Ny. N
Penelitian ini menggunakan
mengeluh badannya terasa lemas, luka
rancangan studi kasus deskriptif. Data
pada bagian leher seperti bisul yang tidak
hasil penelitian disajikan dalam bentuk
sembuh-sembuh, pembengkakan daerah Berdasarkan hasil pengkajian yang
wajah sejak 2 minggu yang lalu. Sejak didapatkan dari Ny. N maka diagnosa
saat itu klien tidak pernah beraktivitas keperawatan yang muncul adalah
lagi seperti biasanya, nafsu makannya perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
mulai menurun, klien mengalami tubuh berhubungan dengan
kesulitan mengunyah dan menelan akibat ketidakcukupan insulin dan penurunan
luka pada mulut dan bengkak pada leher, asupan oral, sehingga dilakukan
sehari sebelum dibawa ke RS klien penerapan asuhan keperawatan pada Ny.
mengalami mual dan muntah sebanyak 2 N untuk dapat memebantu meningkatkan
kali dengan volume nasi bercampur air derajat kesehatannya.
berwarna kekuning-kuningan. Ny. N Setelah dilakukan tindakan
sering merasakan haus dan kesemutan keperawatan pada Ny. N, maka
pada kedua kakinya, serta klien merasa dilanjutkan dengan evaluasi, dengan hasil
badannya semakin kurus. Sekitar 6 bulan evaluasi akhir dengan masalah perubahan
yang lalu BB: 56 kg, 1 bulan yang lalu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
BB: berhubungan dengan ketidakcukupan
50 kg sekarang BB turun menjadi 47 kg. insulin dan penurunan asupan oral
Dari pemeriksaan pada Ny. N teratasi, dengan kriteria: Klien
didapatkan keadaan umum lemah, tingkat mengatakan nafsu makan sudah baik,
kesadaran Composmentis dengan TD : tidak ada mual dan muntah, tidak sulit
170/80 mmHg, Nadi: 80 x/i, Suhu: 37,20 menelan, makan sesuai program diet yang
C, Pernafasan: 22 x/i, TB: 160 cm, dianjurkan, klien nampak tidak lemas
dengan IMT: 18, 3 kg/m². hasil lagi. TD: 150/80 mmHg, N: 80 x/i, S:
pemeriksaan penunjang pada tanggal 37,2o C, P: 22 x/i. IMT: 18,75 kg/m²,
18/07/2017 dengan hasil GDS: 296 BB 48 Kg (BB ideal
mg/dl, GDP: 260 mg/dl, SGPT: 16 U/L, 48-50 kg). Dengan kadar glukosa darah
Kreatinin: 0,52 mg/dl, Hemoglobin: 10,6 sewaktu 197 mg/dl. Maka intervensi
g/dl, Pengobatan yang diberikan adalah dapat dipertahankan dan dilanjutkan
terapi insulin Novarapid 6 unit sesuai dengan kondisi pasien.
dengan 3 kali/hari diberikan 2 jam
sebelum makan. Ranitidin dengan dosis PEMBAHASAN
50 mg setiap 6 jam.
Setelah dilakukan pengkajian pada bertahap dan diserta dengan kulit
Ny. N maka didapatkan keluhan sebagai kering, kemerahan, napas
berikut: beraroma buah-buahan ,
a. Klien mengatakan badannya polidipsia, poliuria, nokturia,
terasa lemas disebabkan karena hipotensi, denyut lemah dan cepat,
kurang asupan makan yang masuk mulut kering, nyeri abdomen,
dalam tubuh yang dihasilkan muntah, dan perubahan tingkat
sebagai energi sehingga kesadaran.
mengalami kelemahan dan c. Klien mengatakan penurunan
keletihan. Hal ini sejalan dengan berat badan disebabkan karena
pendapat Putri & Wijaya (2013) nafsu makan menurun dan
bahwa rasa lemah disebabkan kurangnya asupan energi dalam
glukosa dalam darah tidak dapat tubuh yang digunakan sebagai
masuk ke dalam sel, sehingga sel tenaga sehingga sumber tenaga
kekurangan bahan bakar untuk diambil dari sel lemak dan otot.
menghasilkan tenaga. Pendapat dari Putri & Wijaya
b. Klien mengatakan belum (2013), bahwa penurunan berat
mengetahui secara pasti badan yang berlangsung relatif
penurunan nafsu makan yang singkat harus menimbulkan
dialami, jadi klien menganggap kecurigaan, hal ini disebabkan
penurunan nafsu makan karena karena sel kekurangan bahan
kesulitan dalam menelan. Menurut bakar untuk menghasilkan tenaga,
Juwono, Scheiber, & Widijanto untuk kelangsungan hidup, sumber
(2011), anoreksia atau penurunan tenaga terpaksa diambil dari
nafsu makan walaupun terdapat cadangan lain yaitu sel lemak dan
kebutuhan fisiologis akan otot. Akibatnya penderita
makanan, adalah gejala kehilangan jaringan lemak dan
gastroentritis yang umum dan otot sehingga menjadi kurus.
merupakan gangguan endokrin Sedangkan menurut Tandra
serta merupakan ciri dari (2017), bahwa berat badan turun
gangguan psikologis tertentu. sebagai kompensasi dari dehidrasi
Anoreksi biasanya muncul secara
dan banyak minum. Pada mulanya dengan pendapat Tandra (2017),
berat badan makin meningkat, bahwa penyebab luka yang sukar
tetapi lama kelamaan otot tidak sembuh pada penderita DM adalah
mendapat cukup gula untuk infeksi yang hebat, kuman atau
tumbuh dan mendapatkan banyak jamur yang mudah tumbuh pada
energi. Maka jaringan otot dan kondisi gula darah yang tinggi.
lemak harus dipecah untuk Kerusakan pembuluh darah, aliran
memenuhi kebutuhan energi. darah yang tidak lancar pada
Berat badan menjadi turun, kapiler (pembuluh darah kecil)
meskipun banyak makan. Keadaan yang menghambat penyembuhan
ini makin diperburuk oleh adanya luka. Kerusakan saraf dan luka
komplikasi yang timbul. yang tidak terasa menyebabkan
Saat dilakukan pengkajian penderita diabetes tidak menaruh
berat badan klien 47 kg dan perhatian padanya dan
setelah dilakukan perawatan membiarkannya makin
selama tiga hari berat badan naik memburuk. Sedangkan menurut
1 kg menjadi Putri & Wijaya (2013), bahwa
48 kg, kenaikan berat badan ini kelainan kulit berupa gatal,
bukan secara fisiologis karena biasanya terjadi di daerah
disebabkan oleh edema pada kemaluan dan daerah lipatan kulit
kedua ekstremitas bawahnya. seperti ketiak dan di bawah
Secara fisiologis berat badan naik payudara. Sering pula dikeluhkan
0.5-1 kg dalam satu minggu jika timbulnya bisul dan luka yang
patuh terhadap program diet yang lama sembuh. Luka ini dapat
diberikan agar mencapai berat timbul karena akibat hal yang
badan ideal. sepele seperti luka lecet karena
d. Klien mengatakan munculnya sepatu atau tertusuk peniti.
luka pada bagian leher seperti e. Klien mengatakan sering
bisul yang tidak sembuh-sembuh merasakan kesemutan pada kedua
disebabkan karena pengaruh kadar kakinya hal ini disebabkan karena
gula yang tinggi sehingga kurangnya aktivitas yang
mengalami infeksi. Hal ini sejalan
dilakukan sehingga peredaran segar. Akibatnya, gula darah
darah tubuh tidak lancar dan makin naik dan hal ini dapat
mungkin karena pengaruh kadar menimbulkan komplikasi akut
gula darah yang tinggi. Sedangkan yang membahayakan.
menurut Tandra (2017), bahwa g. Klien mengatakan kesulitan
kerusakan saraf yang disebabkan menelan dan mengunyah
oleh gula yang tinggi merusak disebabkan Karena luka pada leher
dinding pembuluh darah dan akan sehingga sulit untuk
mengganggu nutrisi pada saraf, menggerakkan rahangnya.
karena yang rusak adalah saraf h. Klien mengalami mual dan
sensoris, keluhan yang paling muntah satu hari sebelum di bawa
sering muncul adalah rasa ke RS karena kurang asupan
kesemutan atau tidak terasa, makanan yang masuk ke dalam
terutama pada bagian tangan dan tubuh mengakibatkan asam
kaki. Selanjutnya bisa timbul lambung mengalami peningkatan,
nyeri pada anggota tubuh, betis, saat dilakukan pengkajian, tidak
kaki, dan lengan, bahkan kadang ada lagi mual dan muntah karena
terasa seperti terbakar. sudah diberikan ranitidin untuk
f. Klien mengatakan pengaruh dari mencegah terjadinya peningkatan
sering kehausan karena banyak asam lambung.
cairan yang keluar melalui i. Dari pemeriksaan penunjang hasil
kencing dan tenggorakannya GDS: 296 mg/dl dan hari kedua
terasa kering sehingga klien turun menjadi 195 mg/dl, karena
banyak minum untuk telah diberikan program diet
menghilangkan rasa haus tersebut. sesuai dengan kebutuhan sebanyak
Menurut Tandra (2017) untuk 1700 kalori/hari dan pemberian
mengatasi dehidrasi dan rasa haus terapi insulin sehingga kadar gula
yang timbul maka diperluka darah dapat turun. Menurut
banyak minum. Kesalahan yang penelitian Idris, Indriasari, & Jafar
sering dijumpai pada penderita (2015) Hasil dari penelitian
adalah untuk mengatasi rasa haus, bahwa ada hubungan pola
mencari softdrink yang manis dan makan seperti
asupan energi, karbohidrat, lemak, abdomen, nyeri abdomen, menghindari
protein dan indeks glikemik makanan, berat badan 20% atau lebih
dengan kadar gula darah pasien dibawah berat badan ideal, kerapuhan
DM tipe 2 d i wilayah kapiler, diare, kehilangan rambut
kerja puskesmas Kota Makassar berlebihan, bising usus hiperaktif, kurang
Tahun makanan, kurang informasi, kurang minat
2014. pada makanan, penurunan berat badan
Setelah dilakukan pengkajian pada dengan asupan makanan adekuat,
hari ketiga kadar glukosa sewaktu Ny. N kesalahan konsepsi, ketidakmampuan
naik dari 195 mg/dl menjadi 210 mg/dl, memakan makanan, tonus otot menurun,
hal disebabkan karena saat selesai makan, mengeluh gangguan sensasi rasa,
klien sering mengkonsumsi bauh-bauhan mengeluh asupan makanan kurang dari
seperti pisang, semangka, dan buah pear. RDA, cepat kenyang setelah makan,
Menurut penelitian Astuti & Maulani sariawan pada rongga mulut, kelemahan
(2017), bahwa pangan indeks glikemik otot mengunyah, dan kelemahan otot
tinggi mempunyai hubungan yang menelan.
signifikan terhadap kadar glukosa darah Menurut Tarwoto (2012). Ada
pasien DM tipe II, dimana pasien DM tipe 15 rencana tindakan yang dapat
II yang mengkonsumsi pangan indeks dilakukan untuk diagnosa perubahan
glikemik tinggi memiliki kadar glukosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
darah yang tinggi. berhubungan dengan ketidakcukupan
Berdasarkan pengkajian yang insulin dan penurunan asupan oral
dilakukan pada Ny. N maka diagnosa adalah sebagai berikut:
keperawatan yang ditemukan adalah a. Kaji status nutrisi pasien, rencana
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan ini dilakukan untuk menentukan
tubuh berhubungan dengan kebutuhan nutrisi pasien. Menurut
ketidakcukupan insulin dan penurunan Damayanti (2015) penatalaksaan
asupan oral. nutrisi di mulai dari menilai
Menurut Nurarif & Kusuma kondisi pasien, salah satunya
(2015), adapun batasan karakteristik dari menilai status gizi, penilaian status
diagnosa ketidakseimbangan nutrisi gizi dengan menghitung IMT
kurang dari kebutuhan tubuh, adalah
kram
untuk melihat apakah penderita dan merencanakan terapi nutrisi.
DM mengalami kegemukan dan Menurut Tandra (2017),
obesitas. perubahan berat badan yang cepat
b. Observasi Tanda-tanda Vital, bisa merupakan indikasi
Mengetahui keadaan umum klien perubahan dalam kontrol gula
karena tekanan darah dapat darah. Kenaikan berat bisa
berpengaruh pada peningkatan menandakan gula darah yang
kadar gula pada pasien. Menurut mulai turun, mungkin juga
Damayanti (2015), bahwa lantaran asupan kalori dalam
seseorang yang beresiko makanan anda yang berlebihan
menderita DM adalah yang serta kurang berolahraga.
mempunyai tekanan darah tinggi Sedangkan berat badan yang turun
(hipertensi) yaitu tekanan darah ≥ bisa disebabkan oleh gula darah
140/90 mmHg pada umumnya yang tinggi, komplikasi pada paru-
penderita DM juga menderita paru, liver, atau organ tubuh
hipertensi. Hipertensi yang tidak lainnya, disamping kemungkinan
dikelola dengan baik akan penyakit lain seperti hipertiroid,
mempercepat kerusakan pada depresi, atau gangguan
ginjal dan kelainan pencernaan.
kardiovaskuler. Sebaliknya d. Anjurkan makan sedikit tapi
apabila tekanan tidak dapat sering, hal ini dilakukan agar
dikontrol maka akan memproteksi dapat membantu mengendalikan
terhadap komplikasi mikro dan energi dan pemenuhan nutrisi.
makrovaskuler yang disertai Menurut penelitian Pratidina
pengelolaan hiperglikemia yang (2013), bahwa Subjek motivasi
terkontrol. makan pasien dengan kategori
c. Timbang berat badan pasien dan baik sebesar
lakukan secara berkala 3 hari 53,3% dan sisa makan banyak
sekali atau sesuai indikasi, terdapat pada jenis makanan
intervensi ini dilakukan untuk pokok dan sayur sebesar 60%,
menentukan Basal Massa Indeks serta lauk nabati sebesar 53,3%.
Maka tidak ada hubungan antara
motivasi makan pasien dengan terjadi setiap saat serta dapat
sisa makanan, tetapi ada menentukan perencanaan
hubungan antara lama perawatan kebutuhan kalori. Menurut
dengan sisa makanan. Damayanti (2015) pemantauan
e. Ukur Body Massa Indeks pasien, kadar glukosa dalam darah
intervensi ini dilakukan untuk memungkinkan untuk mendeteksi
mengetahui kebutuhan nutrisi dan mencegah hiperglikemia atau
tubuh klien karena ditentukan juga hipoglikemia, pada akhirnya akan
oleh BMI. Dari hasil penelitian mengurangi komplikasi diabetik
Priasmara (2015), menunjukaan jangka panjang. Pemeriksaan ini
distribusi frekuensi kadar gula dianjurkan bagi pasien dengan
darah pada lansia di Gelora Tri penyakit DM yang tidak stabil,
Lomba Juang rata-rata 139,92 kecenderungan untuk mengalami
mg/dl dan rata-rata IMT 25,24 ketosis berat, hiperglikemia dan
hipoglikemia tanpa gejala ringan.
kg/m2. Hasil penelitian
Kaitannya dengan pemberian
menunjukkan IMT berhubungan
insulin, dosis insulin yang
dengan variabel kadar gula darah
diperlukan pasien ditentukan oleh
sewaktu dengan nilai koefisien
kadar glukosa darah yang akurat.
korelasi (r) sebesar 0,614 dan nilai
h. Kaji pengetahuan pasien dan
signifikansi (α) sebesar 0,034
keluarga tentang diet diabetik. Hal
maka terdapat hubungan.
ini perlu dilakukan untuk
f. Identifikasi faktor-faktor yang
mengetahui sejauh mana
mempengaruhi status nutrisi
pengetahuan keluarga dan klien
pasien, dilakukan untuk
tentag penyakit DM, karena pasien
mengetahui penyebab kurang
DM rentang terjadi komplikasi
nutrisi dan merencakan
sehingga pasien dan keluarga
pemenuhan nutrisi.
harus memahami komplikasi akut
g. Monitori gula darah pasien secara
dan kronik. Menurut penelitian
periodik sesuai indikasi, intervensi
Rahmawaty, Witasari, & Zulaekah
ini dapat dilakukan karena
(2009), bahwa tidak ada hubungan
perubahan kadar gula darah dapat
tingkat pengetahuan tentang pada DM Tipe 2. Aktivitas fisik
pengelolaan DM dengan dapat berdampak terhadap aksi
pengendalian kadar glukosa darah insulin pada orang berisiko.
puasa penderita DM Tipe II, j. Konsultasikan ahli diet untuk
Tetapi ada hubungan antara mengidentifikasi dan
tingkat pengetahuan tentang merencanakan kebutuhan nutrisi
pengelolaan DM dengan pasien, ini perlu dilakukan karena
pengendalian kadar glukosa darah ahli gizi lebih kompeten dalam
2 jam post prandial penderita DM penentuan dan merencanakan
Tipe 2. kebutuhan nutrisi pasien. Menurut
i. Kaji pola makan dan aktivitas penelitian Budi, Purba, & Widya
pasien, intervensi perlu dilakukan (2015) perubahan kualitas diet
karena faktor yang dapat kelompok kontrol berbeda
mempengaruhi kadar glukosa signifikan dengan perubahan
darah pada klien adalah pola kualitas diet pada kelompok
makan dan aktivitas. Aktivitas perlakuan. Konseling gizi individu
latihan yang rutin membantu dan kelompok memperbaiki
menurunkan komplikasi penyakit kualitas diet pada pasien diabetes
jantung dan menurunkan kadar mellitus. Konsumsi sayur, buah,
gula darah. Dari hasil penelitian susu, daging, dan kacang-
Idris, Indriasari, & Jafar (2015) kacangan mengalami peningkatan
Hasil penelitian bahwa ada yang signifikan pada kelompok
hubungan pola makan asupan perlakuan. Hal ini disebabkan
energi, karbohidrat, lemak, adanya pemberian edukasi diet
protein, dan indeks gikemik seimbang diabetes melitus pada
dengan kadar gula darah pasien sesi konseling yang dijalani oleh
DM tipe 2 d i wilayah kerja subjek.
puskesmas Kota Makassar Tahun k. Libatkan pasien dan keluarga
2014. Menurut Damayanti (2015) dalam merencanakan kebutuhan
aktivitas fisik yang kurang nutrisi, intervensi ini perlu
menyebabkan resistensi insulin dilakukan karena klien dapat
menentukan sesuai dengan sumber makan dan olahraganya melebihi
daya yang dimiliki dan takarannya. Keluhan dan gejala
memberikan keyakinan rencana hipoglikemia dapat bervariasi,
program nutrisi dapat tergantung sejauh mana gula darah
dilaksanakan. turun, keluhan akibat otak tidak
l. Laksanakan program terapi seperti mendapat cukup kalori sehingga
pemberian obat antidiabetik atau mengganggu fungsi intelektual
insulin, intervensi ini dapat antara lain sakit kepala, kurang
dilakukan setiap hari guna konsentrasi, mata kabur, capek,
menstabilkan kadar glukosa dalam bingung, kejang, atau koma.
darah dan pengobatan merupakan Berikan pendidikan kesehatan
bagian yang tidak terpisahkan dari tentang diet DM, obat-obatan dan
peningkatan status nutrisi pasien. resiko tidak menaati apa yang
Menurut Hasdiana dan Suprapto sudah diprogramkan dan program
(2014) tujuan utama terapi aktivitas, hal ini dilakukan untuk
diabetes melitus adalah mencoba menambah pengetahuan penderita
menormalkan aktivitas insulin dan DM ataupun kepada keluarga
kadar glukosa darah dalam upaya sehingga dapat mengontrol kadar
untuk mengurangi komplikasi gula darah dengan baik dan
vaskuler serta neuropati. pencegahan terjadinya komplikasi.
m. Monitoring adanya tanda-tanda n. Berikan dukungan positif jika
hipoglikemia, intervensi ini perlu pasien mampu melaksanakan
dilakukan karena setelah program nutrisi dengan benar,
pemberian obat antidiabetik atau perencanaan ini dilakukan agar
insulin bisa menimbulkan klien termotivasi dan percaya diri
hipoglikemia. Pendapat Tandra untuk tetap melaksanakan
(2017) bahwa penyebab program diet. Menurut penelitian
hipoglikemia adalah penderita Sulistyarini & Susanti (2013),
diabetes yang diobati dengan berdasarkan hasil analisis dari
suntikan insulin ataupun minum penelitian dan yang telah
obat tablet antidiabetis, tetapi dilakukan diketahui bahwa
tidak
dukungan keluarga dapat menentukan efektifitas tindakan
meningkatkan kepatuhan diet pada keperawatan. Dengan demikian diagnosa
pasien Diabetes Melitus di RS. keperawatan perubahan nutrisi kurang
Baptis Kediri. dari kebutuhan tubuh berhubungan
Evaluasi dilakukan berdasarkan dengan ketidakcukupan insulin dan
teori yang ditentukan dari tujuan dan penurunan asupan oral, mulai teratasi.
kriteria hasil yang ingin dicapai sesuai
dengan rencana keperawatan. Pada kasus KESIMPULAN
Ny. N dengan Diabetes Melitus setelah 1. Data yang didapatkan dari hasil
dilakukan evaluasi maka diperoleh data: pengkajian dari Ny. N dengan keluhan
nafsu makan klien mulai membaik, tidak badan terasa lemas, nafsu makan
ada mual dan muntah, BB: 48 kg, IMT: menurun, mengalami penurunan berat
18,75 kg/m², dengan kadar glukosa darah badan, luka pada bagian leher seperti
197 mg/dl. Sedangkan tujuan dan kriteria bisul yang tidak sembuh-sembuh,,
hasil yang ingin dicapai berdasarkan teori kesulitan menelan dan mengunyah,
adalah kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, mual, muntah, merasakan kesemutan
dengan kriteria hasil klien pada kedua kakinya sering merasakan
mengungkapkan tidak ada mual dan haus dan sering BAK, konjungtiva
muntah, nafsu makan baik, berat badan pucat berat badan 47 kg, IMT: 18,3
pasien dalam rentang ideal (berat badan kg/m2. Hasil pemerikasaan penunjang
yang harus dicapai 49-50 kg), intake GDS: 296 mg/dl, GDP : 260 mg/dl,
makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, SGPT : 16 U/L, Kreatinin : 0,52
Indeks Massa Tubuh (IMT) 19-22 kg/m², mg/dl, Hemoglobin: 10,6 g/dl. Pada
tidak ada tanda-tanda malnutrisi, kadar umumnya data yang ditemukan timbul
glukosa tubuh dalam rentang toleransi. sebagai akibat kekurangan insulin.
Menurut Handayaningsih (2009) evaluasi 2. Diagnosa. keperawatan yang
sebagian yang direncanakan, dan ditemukan pada Ny. N adalah
perbandingan yang sistematik pada status perubahan nutrisi kurang dari
kesehatan klien. Dengan mengukur kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perkembangan klien dalam mencapai ketidakcukupan insulin dan penurunan
suatu tujuan, maka perawat bisa asupan oral. Dari data yang
didapatkan
hanya satu diagnosa keperawatan ditingkatkan pendekatan kepada klien
yang dapat dirumuskan karena maupun keluarga dalam mengkaji
peneliti berfokus pada gangguan masalah-masalah untuk memudahkan
nutrisi pada klien dalam penerapan asuhan keperawatan.
3. Rencana tindakan pada Ny. N dengan 2. Dalam perumusan diagnosa
Diabetes Melitus, intervensi yang keperawatan harus sesuai dengan
dibuat berdasarkan diagnosa data- data yang ditemukan saat
keperawatan yang muncul. Sebanyak pengkajian agar masalah pada klien
15 intervensi yang dapat disusun dapat teratasi sesuai dengan yang
berdasarkan masalah yang ada, yang diharapkan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan 3. Untuk menyusun perencanaan,
nutrisi pada klien. perawat perlu memperhatikan hal-hal
4. Dalam pelaksanaan tindakan dalam penyusunan dan penentuan
keperawatan pada Ny. N dilakukan prioritas dan tujuan sesuai dengan
sesuai dengan rencana keperawatan masalah klien.
yang telah dibuat dalam melakukan 4. Pelaksaan tindakan keperawatan
perawatan. dilaksanakan berdasarkan intervensi
5. Evaluasi terhadap proses yang yang telah disusun yang sesuai dengan
dilakukan untuk mengetahui kebutuhan klien
perkembangan kondisi klien, pada 5. Diharapkan kepada perawat dalam
kasus Ny. N setelah dilakukan melakukan evaluasi keperawatan
tindakan keperawatan selama 6 hari meninjau kembali tujuan dan kriteria
maka masalah perubahan nutrisi hasil dari intervensi yang telah dibuat
kurang dari kebutuhan tubuh setelah melakukan implementasi
berhubungan dengan ketidakcupan sebagai acuan untuk menilai
produksi insulin dan penurunan perkembagan dari kondisi klien.
asupan oral mulai teratasi. UCAPAN TERIMA KASIH
SARAN Penulis mengucapkan terima kasih
1. Saat melakukan pengkajian kepada semua pihak yang telah
disarankan kepada perawat perlu membantu dalam pelaksanaan peneliotian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A., & Maulani. (2017). Pangan Indeks Glikemik Tinggi dan Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Doi:http//doi.org/10.222 16/jen. V
2i2.1956. diakses dari http:// ejournal.kopertis10.or. id/index. Php
/endurance / article / download / 1956 / 725.

Azrimaidaliza. (2011). Asupan Gizi dan Penyakit Diabetes Melitus. Kesehatan


Masyarakat. 37. Vol. 6, No. 1. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=284144&val=7056&t
itle=ASUPAN%20ZAT%20GIZI%20DAN%20PENYAKIT%20DIABET
ES%20MELLITUS

Budi, L., Purba, M. B., & Widya, S. (2015). Konseling Gizi Mempengruhi
Kualitas Kualitas Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr.
Sardjito Yogyakarta, 38, Vol. 3. No. 1 Januari 2015.
Diakses dari
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/download/304/276

Bustam, K. A. (2014). Tipe II Diabetes Melitus With Obesity Grade I In Elderly


Woman. Medula. 46. Volume 2, Nomor 4, Juni 2014. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3720/1/fkm-hiswani4.pdf

Damayanti, S. (2015). Diabetes Melitus & Penatalaksanaan Keperawatan .


Yogyakarta: Nuha Medika.

Handayaningsih, I. (2009). Dokumentasi Keperawatan "DAR". Jogjakarta: Mitra


Cendikia Press.

Hasdianah, & Suprapto, S. I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Idris, A. M., Indriasari, R., & Jafar, N. (2015). Hubungan Pola Makan Dengan
Kadar Gula Darah Pasien Rawat Jalan DM Tipe 2 Di Wiliyah Kerja
Puskesmas Kota Makassar. Diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/25495818.pdf
Juwono, A. L., Scheiber, Y., & Widijanto, G. (2011). Nursing: Menafsirkan
Tanda- Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta Barat: Indeks.

Kusuma, H., & Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.

Pratidina, D. (2013). Motivasi Makan Pasien, Lama Perawatan dan Sisa Makan
Pasien Diabetes Militus Tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Surakarta, 8.
Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/27914/16/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.

Priasmara, Y. D. (2015). Hubungan IMT dengan Kadar Gula Darah pada Lansia
di Kota Semarang Tahun 2014. Diakses dari
http://lib.unnes.ac.id/21263/1/6211410023-S.pdf.

Putri, Y. M., & Wijaya, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah .


Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahmawaty, S., Witasari, U., & Zulaekah, S. (2009). Hubungan Tingkat


pengetahuan asupan karbohidrat dan serat dengan pengendalian kadar
glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal Penelitian
Sains dan Teknologi. Vol. 10, No. 2, 2009. 137. Diakses dari
http://www.academia.edu/2553755/HUBUNGAN_TINGKAT_PENGETA
HUAN_ASUPAN_KARBOHIDRAT_DAN_SERAT_DENGAN_PENGE
NDALIAN_KADAR_GLUKOSA_DARAH_PADA_PENDERITA_.

Sulistyarini, T., & Susanti, M. L. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan


Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus Di Ruang Rawat Inap RS. Baptis
Kediri. Jurnal STIKES. Volume 6, No. 1, Juli 2013. Diakses dari
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18840/1857

Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes .
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.
81

You might also like