You are on page 1of 52

SEJARAH PERKEMBANGAN

KOTA dan GERAKAN


PERENCANAAN
(Planning Movement)
GERAKAN PERENCANAAN
KOTA MODERN [ABAD 20]

I. AWAL PERENCANAAN KOTA MODERN


- Perencanaan Pusat Kota
- Pembangunan Ibu kota
- Pengembangan Kota baru
1791 – L’Enfant’s
Merencanakan Kota Washington
Sebagai ibukota Negara AS

• The plan was intended as:


• The model for American City Planning
• A symbol of governmental power
L’Enfant’s Plan for Washington
1853-1870 – Baron Haussmann and the
Modernization of Paris

Purposes
• Economic: Promote industrialization by enabling goods
and services to be transported efficiently
• Aesthetic: Impose a measure of unifying order and
opening up space to allow light to penetrate Paris
• Military: Eliminate the threats of proletariats rising
• Sanitary: Improve the state of health
Baron Haussmann and the Modernization of Paris

Rue St-Denis’ renovation


Paris Today!
Champs Elysees
1859 – Illedons Cerda and his Plan
for the Extension of Barcelona

Purposes
• Freedom of the individual
• Air, sun and natural light in all dwellings
• Equalitarian desire for quality services in all city districts
• Mobility and ease of communication
Illedons Cerda and his Plan for the Extension of
Barcelona
Illedons Cerda and his Plan for the Extension of
Barcelona
CIRI-CIRI AWAL PERENCANAAN KOTA
MODERN
- Program Kota Sehat
- Jaringan Jalan berbentuk radial dan grid
- Pengembangan sistim transportasi
II. GERAKAN KOTA TAMAN dan KOTA INDAH
(Garden City and City Beautiful Movement)

- Perbaikan Hunian para pekerja


- Perbaikan sistim ruang terbuka dan
sanitasi kota
- Estetika Kota
1898 – Ebenezer Howard and his
Garden City Concept
Ebenezer Howard and his Garden City

1851 – Crystal Palace


1909 – Daniel Burnham’s Plan of
Chicago
1822-1903 – Frederick Law Olmsted Sr.
“A park was never an ornamental addition to a city but an integral part of its
fabric and a force for future growth on several levels: economic, social and
cultural.”
Frederick Law Olmsted, Sr.
1858-1861 – Central Park, NY
1868-1869 – Riverside, IL
1870-1957 – Frederick Law Olmsted Jr.
• Pendiri gerakan Arsitektur Lansekap

1910 - Forest Hills Gardens, NY

Many features of his suburban plans have had


enduring influence:
Concept of neighborhood-centered
development
Differentiation of streets by function
Importance of common open recreation space
Need for continuing maintenance and
aesthetic oversight
III. GERAKAN KOTA VERTIKAL

- Pengembangan Gedung Pencakar Langit


- Efisiensi Lahan Kota
1887-1965 – Le Corbusier

• “We must decongest the centers of our cities by increasing


their density.”
• “We must improve circulation and increase the amount of
open space.”

That paradox could be resolved by:


• Building high on a small part of land
Le Corbusier and the“Radiant City”
Le Corbusier and the
“Unite d’Habitation”
IV. GERAKAN PEREMAJAAN KOTA

- Perbaikan Lingkungan Kota


- Revitalisasi Pusat Kota
1950s-1970s – Urban Renewal
Ed Logue

Robert Moses
Jane Jacobs

Herbert Gans
One More Urban Renewal Force in Boston!
IM Pei
Christian Science Center
One More Urban Renewal Force in Boston!
Hancock Tower Harbor Towers
IV. GERAKAN KOTA YANG HARMONIS
DENGAN ALAM

- Mulai dikenal Perencanaan Lingkungan


(ecological planning)
- Analisa berbasis Multi-disipliner
- Dikenal Kajian Amdal
- Awal Pengembangan Kota Berbasis GIS
1920-2001 – Ian McHarg

• 1969 – “Design with Nature” published


• Pioneered the use of environmental impact
statements
McHarg built the foundation for GIS

Land Ownership/Conservation Lands

Agricultural Soils

Land Cover

Topography

Surface Water

Transportation Network
Orthoimagery
Geodetic Control
V. GERAKAN NEW URBANISM

- Perencanaan Kota bersifat Lebih


Kompleks
- Peningkatan Kesejahteraan Penduduk kota
1980s-Today – New Urbanism

Principles of New Urbanism


• Walkability
• Connectivity
• Mixed-Use and Diversity
• Mixed Housing
• Quality Architecture and Urban Design
• Traditional Neighborhood Structure
• Increased Density
• Smart Transportation
• Sustainability
• Quality of Life
1984 – Seaside, FL

http://www.dpz.com/projects.htm
2003 – New Urbanism comes to
Rochester, NH
The Village at Clark Brook
Case Study : DUBAI
Green City, Smart City, Sustainable City

8+2 Atribut Kota Cerdas Berkelanjutan


Kota Hijau (green city) secara konseptual oleh Wildsmith
(2009), disebut juga sebagai kota yang berkelanjutan
(sustainable city) atau kota berbasis ekologi (eco-city).

Yaitu kota yang dalam melaksanakan pembangunan didesain


dengan mempertimbangkan lingkungan sehingga fungsi
dan manfaatnya dapat berkelanjutan.

Sama halnya dengan Wildsmith (2009), Mori dan


Christodoulou (2011) mengartikan kota hijau
sebagai kota berkelanjutan, dimana dalam
melakukan pembangunannya berasaskan
keadilan antara generasi saat ini dengan generasi
mendatang. Green city terdiri dari 8 elemen
GREEN PLANNING AND DESIGN (PERENCANAAN DAN
RANCANGAN HIJAU)
Perencanaan dan rancangan hijau adalah perencanaan tata
ruang yang berprinsip pada konsep pembangunan kota
berkelanjutan. Green city menuntut perencanaan tata guna
lahan dan tata bangunan yang ramah lingkungan serta
penciptaan tata ruang yang atraktif dan estetik.

GREEN OPEN SPACE (RUANG TERBUKA HIJAU)


Ruang terbuka hijau adalah salah satu elemen terpenting kota
hijau. Ruang terbuka hijau berguna dalam mengurangi polusi,
menambah estetika kota, serta menciptakan iklim mikro yang
nyaman. Hal ini dapat diciptakan dengan perluasan lahan taman,
koridor hijau dan lainlain.
GREEN WASTE (PENGELOLAAN SAMPAH HIJAU)
Green waste adalah pengelolaan sampah hijau yang berprinsip
pada reduce (pengurangan), reuse (penggunaan ulang) dan
recycle (daur ulang). Selain itu, pengelolaan sampah hijau juga
harus didukung oleh teknologi pengolahan dan pembuangan
sampah yang ramah lingkungan.

GREEN TRANSPORTATION (TRANSPORTASI HIJAU)


Green transportation adalah transportasi umum hijau yang fokus
pada pembangunan transportasi massal yang berkualitas. Green
transportation bertujuan untuk meningkatkan penggunaan
transportasi massal, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi,
penciptaan infrastruktur jalan yang mendukung perkembangan
transportasi massal, mengurangi emisi kendaraan, serta
menciptakan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan
pengguna sepeda.
GREEN WATER (MANAJEMEN AIR YANG HIJAU)
Konsep green water bertujuan untuk penggunaan air yang hemat serta
penciptaan air yang berkualitas. Dengan teknologi yang maju, konsep
ini bisa diperluas hingga penggunaan hemat blue water (air baku/ air
segar), penyediaan air siap minum, penggunaan ulang dan pengolahan
grey water (air yang telah digunakan), serta penjagaan kualitas green
water (air yang tersimpan di dalam tanah).

GREEN ENERGY (ENERGI HIJAU)


Green energi adalah strategi kota hijau yang fokus pada
pengurangan penggunaan energi melalui penghematan
penggunaan serta peningkatan penggunaan energi terbaharukan,
seperti listrik tenaga surya, listrik tenaga angin, listrik dari emisi
methana TPA dan lain-lain.
GREEN BUILDING (BANGUNAN HIJAU)
Green building adalah struktur dan rancangan bangunan yang ramah lingkungan
dan pembangunannya bersifat efisien, baik dalam rancangan, konstruksi,
perawatan, renovasi bahkan dalam perubuhan. Green building harus bersifat
ekonomis, tepat guna, tahan lama, serta nyaman. Green building dirancang untuk
mengurangi dampah negatif bangunan terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan dengan penggunaan energi, air, dan lain-lain yang efisien, menjaga
kesehatan penghuni serta mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan
lingkungan

GREEN COMMUNITY (KOMUNITAS HIJAU)


Green community adalah strategi pelibatan berbagai stakeholder dari
kalangan pemerintah, kalangan bisnis dan kalangan masyarakat dalam
pembangunan kota hijau. Green community bertujuan untuk menciptakan
partisipasi nyata stakeholder dalam pembangunan kota hijau dan membangun
masyarakat yang memiliki karakter dan kebiasaan yang ramah lingkungan,
termasuk dalam kebiasaan membuang sampah dan partisipasi aktif
masyarakat dalam program-program kota hijau pemerintah.
GREEN ECONOMY (EKONOMI HIJAU)
Ekonomi hijau cerdas (EHC) adalah upaya membangun sistem
ekonomi yang lebih ramah lingkungan dengan cara-cara cerdas
sebagai bagian dari perwujudan kota cerdas berkelanjutan.
Penerapan EHC harus diambil pebisnis agar ada keseimbangan
yang memungkinkan pembangunan tetapi tetap menjaga
kelestarian lingkungan.

Pembiayaan hijau (green budgeting) merupakan paradigma


penganggaran yang memprioritaskan unsur kelestarian
lingkungan dalam penyusunan, implementasi, pengawasan
sampai evaluasi dalam belanja pemerintah dan juga pendapatan
yang mendukungnya.
P e n a t a a n K a wa s a n P u r u s :
Me n u j u K o t a C e r d a s B e r k e t a h a n a n
di Padang
Salah satu kawasan terpilih dalam Program Kota Cerdas Berkelanjutan ini
adalah Kawasan Purus yang berada di Kecamatan Padang Barat. Dengan luas
153 hektar dan 3 (tiga) kelurahan, kawasan sepanjang Pantai Purus ini
termasuk strategis karena dekat dari pusat kota dan dikelilingi oleh sentra
perdagangan, jasa, permukiman, dan pariwisata.

Selain mudah dijangkau, Kawasan Purus ini juga


termasuk dalam kawasan rawan bencana
dengan tingginya kepadatan penduduk di
kawasan tersebut, kerawanan bencana berupa
abrasi dan gelombang pasang, banjir, kebakaran,
gempa dan tsunami. Dan tak lupa juga, ternyata,
Kawasan Purus ini juga merupakan kawasan
padat dan kumuh dengan kategori kumuh tinggi.
SMART DEVELOPMENT PLANNING
Kondisi eksisting Kawasan Purus terkait atribut smart development planning
adalah berupa penyediaan ruang terbuka hijau, pengembangan Rusunawa,
penataan Danau Cimpago, pembangunan jalur pejalan kaki, penataan PKL
menjadi Lapau Panjang Cimpago dan pengembangan jalur jalan pantai barat
menuju Bandara International Minangkabau.

Dengan jumlah penduduk saat ini 16.607 jiwa, dan luas kawasan 153 hektar,
maka kepadatan penduduk saat ini adalah 108 jiwa per hektar dalam bentuk
perumahan horizontal. Jika dikembangkan konsep hunian vertikal dengan
kepadatan penduduk tinggi yakni 500 jiwa/hektar, maka luas lahan yang
dibutuhkan untuk perumahan hanya sekitar 33 hektar atau 21% luas kawasan.
Sehingga dapat dikembangkan RTH 30% atau seluas 45 hektar.
SMART GREEN OPEN SPACE
Ruang terbuka hijau berguna dalam mengurangi polusi, menambah estetika
kota, serta menciptakan iklim mikro yang nyaman. Hal ini dapat diciptakan
dengan perluasan lahan taman, koridor hijau dan lain-lain. Ketersediaan RTH
eksisting pada Kawasan Purus seluas 2.850 m2 berupa Taman Muaro Lasak,
dengan luas 1.240 m2, Taman IORA dengan luas 400 m2, medianjalan dengan
luas 980 m2 dan taman alami disekitar jembatan Danau Cimpago dengan luas
230 m2.
Dengan kebutuhan pengembangan RTH kawasan dengan proporsi 30% atau
sekitar 45 hektar (450.000 m2), maka pengembangan RTH dlakukan melalui
pengurangan luas permukiman (menjadi perumahan vertical) dan penataan
kawasan sepanjang pantai sebagai RTH.
.
SMART GREEN TRANSPORTATION
Green transportation adalah transportasi umum hijau yang fokus pada
pembangunan transportasi massal yang berkualitas. Green transportation
bertujuan untuk meningkatkan penggunaan transportasi massal, mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi, penciptaan infrastruktur jalan
yang mendukung perkembangan transportasi massal, mengurangi emisi
kendaraan, serta menciptakan ruang jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan
pengguna sepeda.

Sebagian Kawasan Purus terutama bagian timur disepanjang Jalan S. Parman


dan Juanda dilalui oleh rute angkutan kota trayek Pasar Raya – Tabing dan
Lubuk Buaya, namun kawasan Danau Cimpago dan sekitarnya belum dilayani
oleh angkutan umum.

Sistim transportasi publik di Kota Padang terdiri dari dua jenis moda, yakni
moda mikro berupa angkot dan moda menengah berupa bus Trans
Padang. Angkot telah melayani seluruh rute di Kota Padang, baik rute utama,
rute cabang maupun rute ranting. Sementara Bus Trans Padang baru melayani
satu koridor yakni Koridor Pasar Raya – Lubuk Buaya – Batas Kota bagian
utara.
Workshop Kota Cerdas Berkelanjutan di Jakarta
(Dok: Bid. Pengembangan Inf. Kota Besar & Kota
Baru))
TUGAS

Buatlah Ciri-2 Perkembangan Kota sejak


Zaman Prasejarah hingga Kota Post Modern
(abad 21) beserta contoh.

Tugas dikumpul terakhir tanggal 12 April


2020.

You might also like