You are on page 1of 9

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID YANG DI RAWAT INAP DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. RM. DJOELHAM


KOTA BINJAI TAHUN 2016
Ikbal Andrian Malau1, Rahayu Lubis2, Sri Novita Lubis2
1Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU
2Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan
Telp. (061) 8213221 Fax. (061) 8213221
Email: 1ikbalgan@gmail.com

ABSTRACT

Typhoid fever is a systemic infection caused by Bacteria Salmonella typhi,


transmitted through the consumption of contaminated food/water. In 2015, Sumatera Utara
Province is in the 28 order out of 34 provinces with the success percentage of the Total
Environmental Based Sanitation Program/STBM 8.49%. In Dr. RM. Djoelham Hospital,
typhoid fever is 1 of 10 largest diseases of inpatient with the total of patients 108 people in
2016. This study aims to determine the characteristics of patients with typhoid fever
hospitalized at Dr. RM. Djoelham Hospital of Binjai City in 2016.
This research is descriptive with case series design, Population of this research is
all data of inpatient typhoid fever which are 108 in total. The research sample use the whole
population. Statistical analysis use Chi-Square test, Mann-Whitney test, Kruskal-Wallis test,
and Exact Fisher test.
The higest proportion of people with typhoid fever based on sociodemography is in
12-25 years old group (38.9%), female (56.5%), Java (70.4%), Islam (81,4%), students
(55.5%), unmarried (74.1%), in Binjai City (99.1%), being treat directly/no referral (32.4%),
fever (16.7%), average length of stay 2.88 days (3 days), recurrent typhoid (6 persons), JKN
(86.1%), clinical recovery (54.6%). The Chi-Square test, show no significant difference
between the condition when being out of hospital based on clinical symptoms (p=0,822). The
Mann-Whitney test, show significant difference between the average length of stay based on
the cost source (p=0.011). Kruskal-Wallis test, show no significant difference between the
length of stay based on the condition when being out of the hospital (p=0.176). The Exact
Fisher test, show no significant proportion difference between the cost source based on the
condition whe being out of hospital (p=0.329).
Recommended to doctors, nurses, midwives, and other health workers to encourage
patients with typhoid fever to complete treatment so that there will be no recurrent tifoid or
Carrier.

Keywords : Patients with Typhoid Fever, Characteristic, Dr. RM. Djoelham Hospital

LATAR BELAKANG beracun di alam yang disebabkan oleh


Penyakit yang dapat ditularkan bakteri, virus, parasit atau zat kimia yang
melalui perantara makanan (Foodborne masuk ke dalam tubuh melalui makanan
Illnesses) adalah penyakit menular atau atau air yang terkontaminasi. Salmonella,

1
2

Campylobacter, dan Enterohaemorrhagic Berdasarkan Data Riset Kesehatan


Escherichia coli adalah beberapa jenis Dasar RI (Riskesdas RI) tahun 2007,
patogen bawaan makanan yang paling prevalensi tifoid klinis banyak ditemukan
umum yang memengaruhi kesehatan pada kelompok umur sekolah (5-14 tahun)
jutaan orang setiap tahun. Gejala yang yaitu 1,9%, dan angka terendah terjadi
sering dialami adalah demam, sakit kepala, pada bayi <1 tahun (0,8%), dan relatif
mual, muntah, sakit perut dan diare. lebih tinggi di wilayah perdesaan
Contoh makanan yang terlibat dalam dibandingkan perkotaan. Prevalensi tifoid
penyakit salmonellosis adalah telur, ditemukan cenderung lebih tinggi pada
unggas dan produk lain dari hewan. kelompok dengan pendidikan rendah dan
Kejadian foodborne Illnesses berkaitan tingkat pengeluaran RT per kapita rendah
dengan kesehatan dan kesejahteraan (Riskesdas, 2007).
masyarakat dan ekonomi. Penyakit Menurut Data Profil Pengendalian
foodborne Illnesses sering diremehkan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
karena itu jarang dilaporkan sehingga tahun 2011 dalam data sistem
kesulitan untuk mencari penyebab kewaspadaan dini dan respons, yang
kontaminasi makanan dan penyakit yang dihimpun dari data pemantauan wilayah
disebabkan atau kematian (WHO, 2015). setempat (W2) mingguan yang berasal dari
Tahun 2014 kasus kematian terkait pustu dan puskesmas, ada 6 provinsi yang
tifoid di seluruh dunia memiliki angka sudah melaporkan data lengkap dengan
Case Fatality Rate (CFR) 1,06% dan akan angka kejadian demam tifoid yaitu,
terus meningkat setiap tahunnya (WHO, Provinsi Bali dengan jumlah kasus 1.754,
2015). Provinsi Kalimantan Barat dengan jumlah
Berdasarkan Data Centers for kasus 20.133, Provinsi Kalimantan selatan
Disease Control and Prevention(CDC) dengan jumlah kasus 12.525, Provinsi
tahun 2011, infeksi Salmonella enterica Lampung dengan jumlah kasus 30.540,
serotipe typhi (agen penyebab demam Provinsi Sulawesi selatan dengan jumlah
tifoid) memiliki angka Case Fatality Rate kasus 20.230, dan Provinsi Sulawesi Utara
(CFR) sebesar 1% yaitu dengan jumlah dengan jumlah kasus 344 (Dirjen PP&PL
kematian 222.000 jiwa dari total jumlah RI, 2011).
kasus 21 juta kasus, dan akan meningkat Kementerian Kesehatan Republik
setiap tahunnya di seluruh dunia. Di Indonesia membuat suatu program
Amerika Serikat, demam tifoid saat ini kesehatan yaitu Sanitasi Total Berbasis
merupakan penyakit langka, dengan Masyarakat (STBM) yang bertujuan untuk
sekitar 400 kasus dikonfirmasi dengan memperkuat upaya perilaku hidup bersih
pemeriksaan laboratorium yang dilaporkan dan sehat, mencegah penyebaran penyakit
per tahun. Penurunan drastis dalam insiden berbasis lingkungan, meningkatkan
dan kematian dari demam tifoid yang kemampuan masyarakat, serta
terjadi di Amerika Serikat setelah meningkatkan akses air minum dan
implementasi pengolahan sumber air dan sanitasi dasar. STBM berpedoman dalam
pengolahan sampah yang baik pada abad lima pilar yaitu : stop buang air besar
ke-20. sembarangan, cuci tangan pakai sabun,
pengelolaan air minum dan makanan
rumah tangga, pengamanan sampah rumah
3

tangga, dan pengamanan limbah cair kejadian demam tifoid diatas maka perlu
rumah tangga. Keberhasilan program ini dilakukan penelitian tentang karakteristik
berkaitan erat atau sejalan dengan penderita demam tifoid yang dirawat inap
penurunan dan peningkatan kasus penyakit di RSUD Dr. RM. Djoelham Kota Binjai.
menular yang berkaitan dengan perilaku
masyarakat dan lingkungan yang buruk METODE PENELITIAN
termasuk demam tifoid, shigellosis, diare, Penelitian ini bersifat deskriptif
dll. Berdasarkan data Profil Kesehatan RI dengan menggunakan desain penelitian
2015, di Indonesia persentase case series yang dilakukan di Rumah Sakit
desa/kelurahan yang sudah menerapkan Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Kota
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Binjai. Penelitian ini dilaksanakan sejak
(STBM) hanya mencapai 32,91%. Belum Bulan Januari 2017 sampai Juli 2017.
semua provinsi mencapai target Populasi dalam penelitian ini adalah
menjadikan setiap desa/kelurahan seluruh data penderita demam tifoid yang
melaksanakan sanitasi total berbasis dirawat inap di RSUD Dr. RM. Djoelham
masyarakat. Provinsi DI Yogyakarta tahun 2016 yang tercatat dalam kartu
merupakan provinsi pada urutan pertama status dengan jumlah penderita sebanyak
yang telah menerapkan STBM dengan 108 Penderita. Besar sampel yang
persentase 93,84%, pada urutan kedua dibutuhkan adalah sama dengan jumlah
yaitu Provinsi NTB dengan persentase populasi (total populasi). Metode
90,94%, dan pada urutan ketiga yaitu pengumpulan data yang dilakukan adalah
Provinsi Kep. Bangka Belitung dengan dengan menggunakan data sekunder, yaitu
persentase 74,54%. Sedangkan Provinsi pencatatan variabel-variabel yang
Sumatera Utara berada pada urutan 28 diperlukan dan tercantum dalam data
dengan persentase 8,49% (Kemenkes RI, rekam medis penderita demam tifoid di
2015). RSUD Dr. RM. Djoelham Kota Binjai
Hasil penelitian yang dilakukan tahun 2016. Data sekunder penderita
Tjipto dkk tahun 2009 tentang kajian demam tifoid yang diperoleh dari bagian
faktor pengaruh terhadap penyakit demam rekam medis RSUD Dr. RM.. Djoelham
tifoid pada balita di Indonesia, terdapat Kota Binjai diolah menggunakan
kejadian demam tifoid pada kelompok komputer dan software SPSS. Analisis
umur 0-1 tahun dengan proporsi 1,16%, Univariat secara deskriptif dan analisis
pada kelompok umur 2-12 tahun dengan bivariat menggunakan Uji Chi-Square, Uji
proporsi 9,43%, pada kelompok umur 13- Exact Fisher, Uji Mann-Whitney dan Uji
36 tahun dengan proporsi 43,11%, dan Kruskal-Wallis.
pada kelompok umur 37-59 tahun dengan
proporsi 46,30%. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data tahun 2016 yang didapat dari .Hasil penelitian tentang
bagian Rekam Medis RSUD Dr. RM. karakteristik penderita demam tifoid rawat
Djoelham menunjukkan bahwa demam inap di RSUD Dr. RM. Djoelham Kota
tifoid termasuk ke dalam 10 penyakit Binjai Tahun 2016, diperoleh distribusi
terbesar yang ada di rumah sakit tersebut berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis
dengan jumlah penderita rawat inap 108 kelamin, suku, agama, pekerjaan, status
orang. Berdasarkan uraian data-data
4

pernikahan, dan tempat tinggal) dapat Asal Rujukan


dilihat pada tabel 1 berikut ini. Puskesmas 31 28,7%
Dokter 18 16,7%
Tabel 1 Distribusi Proporsi Penderita Bidan 15 13,9%
Demam Tifoid Rawat Inap Klinik/Balai Pengobatan 9 8,3%
Berdasarkan Sosiodemografi Berobat Langsung/Tanpa 35 32,4%
(umur, jenis kelamin, suku, Rujukan
agama, pekerjaan, status Gejala Klinis
pernikahan, dan tempat Demam 108 100%
tinggal), Asal Rujukan, Gejala Diare 98 90,7%
Klinis, Riwayat Penyakit Tifoid, Mual 50 46,3%
Sumber Biaya, Keadaan Badan Lemas 45 41,7%
Sewaktu Pulang di RSUD Dr. Lidah Tifoid 42 39,9%
RM. Djoelham Kota Binjai Anoreksia 34 31,5%
Muntah 28 25,9%
Tahun 2016.
Sakit Kepala 26 24,1%
Jumlah Konstipasi 10 9,3%
Sosiodemografi
f %
Riwayat Penyakit Tifoid
Jumlah 108 100% Tifoid Berulang 6 5,6%
Umur Bukan Tifoid Berulang 102 94,4%
<5 tahun 9 8,3% Sumber Biaya
5-11 tahun 32 29,6% Umum 13 12,0%
12-25 tahun 42 38,9% JKN 93 86,1%
26-45 tahun 14 13,0% Askes 2 1,9%
46-65 tahun 8 7,4%
Keadaan Sewaktu Pulang
>65 tahun 3 2,8%
Sembuh Klinis 59 54,6%
Jenis Kelamin PBJ 32 29,7%
Laki-laki 47 43,5% PAPS 17 15,7%
Perempuan 61 56,5%
Tabel 1 dapat dilihat bahwa
Suku :
Jawa 76 70,4% proporsi umur penderita demam tifoid
Batak 25 23,1% tertinggi adalah pada kelompok 12-25
Melayu 7 6,5% tahun 38,9% (42 orang) yang terdiri dari
Agama :
15,7% (17 orang) laki-laki dan 23,2% (25
Islam 88 81,4%
Kristen 18 16,6% orang) perempuan, dikuti dengan proporsi
Katolik 2 2% terbesar kedua yaitu kelompok 5-11 tahun
Pekerjaan: 29,6% (32 orang) yeng terdiri dari 13,9%
Pegawai Negeri Sipil 2 1,9% (15 orang) laki-laki dan 15,7% (17 orang)
Pegawai Swasta/Karyawan 11 10,2%
Pelajar/Mahasiswa perempuan, proporsi terendah adalah pada
Wiraswasta/Petani 60 55,5% kelompok >65 tahun 2,8% (3 orang), yang
Ibu Rumah Tangga 6 5,5% terdiri dari 0,9% (1 orang) laki-laki dan
Dan Lain-lain (belum 14 13,0%
1,9% (2 orang) perempuan. Proporsi jenis
sekolah, tidak/belum 15 13,9%
bekerja, pensiunan) kelamin penderita demam tifoid tertinggi
Status Pernikahan : adalah perempuan 56,6% (61 orang),
Menikah 28 25,9% proporsi jenis kelamin terendah adalah
Belum Menikah 80 74,1% laki-laki 43,5% (47 orang). Proporsi suku
Tempat tinggal :
Kota Binjai 107 99,1% penderita demam tifoid tertinggi adalah
Luar Kota Binjai 1 0,9% Jawa 70,4% (76 orang), diikuti dengan
Batak 23,1% (25 orang), proporsi suku
terendah adalah Melayu 6,5% (7 orang).
5

Proporsi agama penderita demam tifoid kelainan pokok yaitu demam


tertinggi adalah Islam 81,4% (88 orang), berkepanjangan, gangguan sistem
proporsi terendah adalah Katolik 2% (2 pencernaan, dan juga gangguan kesadaran
orang). Proporsi pekerjaan penderita (Widoyono, 2011).
demam tifoid tertinggi adalah Proporsi penderita demam tifoid
Pelajar/Mahasiswa 55,5% (60 orang), yang sebelumnya menderita demam tifoid
proporsi terendah adalah PNS 1,9% (2 pada tahun 2016, tifoid berulang 5,6% (6
orang). Proporsi status pernikahan orang) dan penderita yang bukan tifoid
penderita demam tifoid tertinggi adalah berulang 94,4% (102 orang). Adanya
Belum Menikah 74,1% (80 orang), penderita demam tifoid sebanyak 6 orang
terendah adalah Menikah 25,9% (28 yang mengalami tifoid berulang berkaitan
orang). Proporsi Tempat Tinggal penderita dengan pengobatan penderita demam
demam tifoid tertinggi adalah Kota Binjai tifoid yang tidak tuntas.
99,1% (107 orang) dan yang terendah Jika penderita tidak diobati dengan
adalah diluar Kota Binjai 0,9% (1 orang). tuntas dan dilakukan pemeriksaan kultur
Proporsi penderita demam tifoid tinja atau bakteriologis pada minggu
berdasarkan asal rujukan tertinggi adalah keempat setelah organisme terdeteksi di
Langsung/Tanpa Rujukan 32,4%, dan dalam tubuh penderita, maka penderita
yang terendah adalah Klinik 8,3%. Hal ini dapat dinyatakan sebagai carrier
menunjukkan sebagian besar pasien (Widoyono, 2011).
penderita demam tifoid datang berobat ke Proporsi penderita demam tifoid
rumah sakit langsung atau tanpa melalui berdasarkan sumber biaya tertinggi pada
rujukan. Dari data dapat dilihat persentase JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
asal rujukan dari puskesmas sebanyak (86,1%) dan yang terendah adalah Askes
28,7% menunjukkan bahwa, puskesmas (1,9%). Hasil penelitian ini menunjukkan
merupakan fasilitas yang lebih banyak bahwa sebagian besar pasien penderita
dikunjungi pasien penderita demam tifoid, demam tifoid telah bergabung dalam
dan memberikan rujukan ke rumah sakit, program Jaminan Kesehatan Nasional
untuk pasien penderita demam tifoid yang Indonesia.
membutuhkan pelayanan yang lebih Proporsi penderita demam tifoid
memadai dan tersedia di rumah sakit. berdasarkan keadaan sewaktu pulang
Proporsi penderita demam tifoid tertinggi adalah Sembuh Klinis 54,6%,
berdasarkan gejala klinis tertinggi adalah dimana setengah pasien penderita demam
demam (100%), dan yang terendah adalah tifoid (59 orang) pulang dari rumah sakit
konstipasi 9,3%. Dapat dilihat bahwa setelah dianjuran dokter atau petugas
semua penderita demam tifoid mengalami kesehatan yang menangani. Proporsi
gejala demam, dan hampir seluruh penderita demam tiofid yang pulang
penderita demam tifoid mengalami gejala dengan PBJ (Pulang Berobat Jalan)
diare 90,7% sebesar 29,7%, hal ini menunjukkan, 32
Demam lebih dari 7 hari orang penderita demam tifoid pulang dan
merupakan gejala yang paling menonjol harus melakukan pengobatan di rumah
dari demam tifoid. Demam biasanya sampai sembuh dan harus kembali untuk
diikuti dengan gejala yang tidak khas pemeriksaan ke rumah sakit. Proporsi
lainnya. Demam tifoid mengakibatkan 3 keadaan sewaktu pulang terendah adalah
6

PAPS (Pulang Atas Permintaan Sendiri) Dari analisa statistik dengan


15,7%, dimana penderita demam tifoid menggunakan uji Chi-Square nilai
pulang tanpa anjuran dari dokter dan p=0,822 (p>0,05). Hasil penelitian ini
belum dinyatakan sembuh. Pengobatan secara statistik menunjukkan bahwa tidak
yang tidak tuntas kemungkinan dapat ada perbedaan proporsi yang bermakna
menyebabkan tifoid berulang. antara keadaan sewaktu pulang penderita
Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid berdasarkan gejala klinis.
demam tifoid adalah 2,88 hari (3 hari) dan Tabel 3 Perbedaan Lama Rawatan
standar deviasi (SD) 1,288 . Lama rawatan Rata-rata Berdasarkan
minimum adalah 1 hari dan lama rawatan Sumber Biaya Penderita
Demam Tifoid Rawat Inap di
maksimum adalah 6 hari. Penderita dengan
RSUD Dr. RM. Djoelham
lama rawatan terendah adalah 1 hari yang Kota Binjai Tahun 2016.
terdiri dari 11 orang (10,2 %). Sedangkan Lama Rawatan
Sumber
penderita yang dengan rawatan tertinggi Rata-Rata (Hari)
Biaya
adalah 6 hari yang terdiri dari 4 orang (3,7 f  SD
%). Biaya Sendiri 13 2,08 0,277
Bukan Biaya 95 2,99 1,333
Tabel 2 Perbedaan Proporsi Keadaan
Sendiri
Sewaktu Pulang Berdasarkan
Gejala Klinis Penderita Demam Tabel 3 dapat dilihat bahwa
Tifoid Rawat Inap di RSUD Dr. penderita demam tifoid rawat inap
RM. Djoelham Kota Binjai penderita demam tifoid rawat inap dengan
Tahun 2016. biaya sendiri lama rawatan rata-rata 2,08
Gejala Klinis
Keadaan hari (2 hari) sedangkan bukan biaya
Gejala Gejala Total
Sewaktu sendiri lama rawatan rata-rata adalah 2,99
Awal Lanjutan
Pulang
f % f % f % (3 hari).
Sembuh 35 59,3% 24 40,7% 59 100%
Dari analisa statistik dengan
Klinis
PBJ 21 65,6% 11 34,4% 32 100% menggunakan uji Mann-Whitney nilai
PAPS 10 58,8% 7 41,2% 17 100% p=0,011 (p<0,05). Hasil penelitian ini
Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara statistik menunjukkan bahwa ada
proporsi sembuh klinis tertinggi dengan perbedaan secara signifikan antara lama
gejala pertama kali masuk rumah sakit rawatan rata-rata penderita demam tifoid
adalah gejala awal 59,3% (35 orang) hal
ini menunjukkan bahwa semakin cepat berdasarkan sumber biaya. Hal ini
penderita demam tifoid dibawa ke rumah kemungkinan berkaitan dengan jumlah
sakit maka kemungkinan pulang dengan biaya yang dikeluarkan dengan biaya
sembuh klinis karena dapat dilakukan sendiri lebih besar dibandingkan dengan
penanganan yang cepat dan tepat, bukan biaya sendiri, sehingga pasien
sedangkan pasien sembuh klinis dengan penderita demam tifoid dengan biaya
gejala lanjutan 41,2%, hal ini
sendiri lebih cepat masa lama rawatannya
menunjukkan penderita demam tifoid yang
datang berobat ke rumah sakit dalam dibandingkan dengan bukan biaya sendiri.
kondisi yang lebih parah. Proporsi PBJ Penelitian ini sejalan dengan
tertinggi dengan gejala pertama kali masuk penelitian yang dilakukan Simanjuntak
rumah sakit adalah gejala awal 65,6% (21 (2012) di RSU Dr. F.L. Tobing Kota
orang), sedangkan proporsi PAPS tertinggi Sibolga, berdasarkan uji statistik t-test
dengan gejala pertama kali masuk rumah diperoleh nilai p=0,044, yang berarti ada
sakit adalah gejala awal 58,8% (10 orang).
7

perbedaan bermakna antara lama rawatan Demam Tifoid Rawat Inap di


rata-rata dengan sumber biaya. RSUD Dr. RM. Djoelham
Tabel 4 Perbedaan Lama Rawatan Kota Binjai Tahun 2016.
Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya
Keadaan Sewaktu Pulang Keadaan Total
Penderita Demam Tifoid Sewaktu Bukan Biaya Biaya
Pulang Sendiri Sendiri
Rawat Inap di RSUD Dr. RM.
f % f % f %
Djoelham Kota Binjai Tahun
Sembuh 53 89,83% 6 10,17% 59 100%
2016.
Klinis
Keadaan Lama Rawatan
PBJ 29 90,63% 3 9,37% 32 100%
Sewaktu Rata-Rata (Hari)
Pulang f  SD PAPS 13 76,47% 4 23,53% 17 100%
Sembuh 59 3,05 1,332 Tabel 5 dapat dilihat bahwa
Klinis 32 2,78 1,099 proporsi penderita demam tifoid dengan
PBJ keadaan sewaktu pulang sembuh klinis
PAPS 17 2,45 1,419
yang tertinggi adalah bukan biaya sendiri
Tabel 4 dapat dilihat bahwa yaitu 89,83%, keadaan sewaktu pulang
penderita demam tifoid rawat inap yang
PBJ (Pulang Berobat Jalan) yang tertinggi
sembuh klinis lama rawatan rata-rata
adalah 3,05 hari (3 hari), penderita adalah bukan biaya sendiri yaitu 90,63%,
demam tifoid rawat inap yang PBJ lama sedangkan keadaan sewaktu pulang PAPS
rawatan rata-rata adalah 2,78 hari (3 hari), (Pulang Atas Permintaan Sendiri) yang
sedangkan penderita demam tifoid rawat tertinggi adalah bukan biaya sendiri yaitu
inap dengan PAPS lama rawatan rata-rata 76,47%.
2,45 hari. Lama rawatan rata-rata berkaitan Analisa statistik dengan uji Chi-
dengan lama rawatan pasien, jika semakin
lama maka kemungkinan pulang dengan Square tidak dapat dilakukan karena
kondisi sembuh klinis atau PBJ, sedangkan terdapat 2 sel (33,3%) expected count yang
lama rawatan pasien yang cepat besarnya kurang dari 5, sehingga
kemungkinan pulang dengan kondisi menggunakan uji Exact Fisher diperoleh
PAPS. nilai p=0,329 (p>0,05). Hal ini berarti
Hasil analisis statistik dengan secara statistik tidak ada perbedaan
menggunakan uji Kruskal-Wallis diperoleh proporsi yang bermakna antara sumber
nilai p=0,176 (p>0,05), hal ini secara biaya berdasarkan keadaan sewaktu
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan pulang.
secara signifikan antara lama-rawatan rata- Hal ini sejalan dengan penelitian
rata penderita demam tifoid berdasarkan yang dilakukan Harahap (2011) di RSUD
keadaan sewaktu pulang. Deli Serdang, Lubuk Pakam, Analisa
statistik dengan uji t-independent didapat
nilai p>0,05 yang berarti tidak ada
perbedaan proporsi yang bermakna antara
sumber biaya berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.

KESIMPULAN DAN SARAN


Tabel 5 Perbedaan Proporsi Sumber 1. Kesimpulan
Biaya Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang Penderita
8

a. Proporsi penderita demam tifoid k. Tidak ada perbedaan proporsi yang


berdasarkan sosiodemografi diperoleh, bermakna antara sumber biaya
proporsi berdasarkan umur tertinggi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
pada kelompok umur 12-25 38,9%, 2. Saran
Perempuan 56,5%, Suku Jawa 70,4%, a. Kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Agama Islam 81,4%, Dr. RM. Djoelham Kota Binjai
Pelajar/Mahasiswa 55,5%, Belum terkhusus dokter, bidan, perawat, atau
menikah 74,1% dalam Kota Binjai tenaga kesehatan lainnya agar
99,1%. menganjurkan pasien penderita demam
b. Proporsi penderita demam tifoid tifoid untuk melakukan pengobatan
berdasarkan asal rujukan tertinggi sampai tuntas sehingga tidak terjadi
adalah Langsung/Tanpa Rujukan penyakit tifoid berulang atau Carrier.
32,4%. b. Kepada para dokter maupun tenaga
c. Proporsi penderita demam tifoid medis di RSUD Dr. RM. Djoelham
berdasarkan gejala klinis tertinggi agar memberikan informasi kepada
adalah demam 100%. pasien dan keluarga serta pasien yang
d. Proporsi penderita demam tifoid telah sembuh tentang pentingnya
berdasarkan riwayat penyakit tifoid menjaga personal hygiene untuk
tertinggi adalah Tifoid Tidak Berulang mencegah penularan demam tifoid
94,4% (102 orang), dan terdapat 5,6% kepada orang lain.
(6 orang) penderita demam tifoid
merupakan Tifoid Berulang yang DAFTAR PUSTAKA
sebelumnya pernah menderita demam CDC. 2011. National Enteric Disease
Surveillance: Typhoid and
tifoid selama tahun 2016. Paratyphoid Fever Surveillance
e. Proporsi penderita demam tifoid Overview .
berdasarkan sumber biaya tertinggi https://www.cdc.gov/ncezid/dfwed/
adalah JKN 86,1%. pdfs/typhi_surveillance_overview_
f. Proporsi penderita demam tifoid 508c.pdf. Diakses pada 17 Maret
berdasarkan keadaan sewaktu pulang 2017.
Dirjen PP & PL RI., 2011. Profil
tertinggi pada Sembuh Klinis 54,6%.
Pengendalian Penyakit dan
g. Lama rawatan rata rata penderita
Penyehatan Lingkungan Tahun
demam tifoid adalah 2,88 hari (3 hari).
2011.
h. Tidak ada perbedaan proporsi yang
https://www.slideshare.net/slidesho
bermakna antara keadaan sewaktu
w/embed_code/16049505. Diakses
pulang penderita demam tifoid
pada 22 Maret 2017.
berdasarkan gejala klinis.
Harahap, Nurhayati., 2011. Karakteristik
i. Ada perbedaan secara signifikan antara
Penderita Demam Tifoid Rawat
lama rawatan rata-rata penderita demam Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk
tifoid berdasarkan sumber biaya. Pakam Tahun 2009. Fakultas
j. Tidak ada perbedaan secara signifikan Kesehatan Masyarakat Universitas
antara lama rawatan rata-rata penderita Sumatera Utara.
demam tifoid berdasarkan keadaan http://repository.usu.ac.id/bitstream
sewaktu pulang. /handle/123456789/28625/cover.pd
f;jsessionid=74014F8C407A6A904
9

30882AAEDBAE37E?sequence=7.
Diakses pada 12 Juni 2017.
Kemenkes RI, 2015. Profil Kesehatan
Indonesia 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/
download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-Indonesia-2015.pdf.
Diakses pada 23 Maret 2017.
Riskesdas. 2007. Laporan Nasional 2007.
https://www.k4health.org/sites/defa
ult/files/laporanNasional%20Riske
sdas%202007.pdf. Diakses pada 17
Maret 2017.
Simanjuntak, Alista. 2012. Karaktersitik
Pnderita Tifus Abdominalis
Dengan Pemeriksaan Test Widal
Rawat Inap Di RSU Dr. F.L.
Tobing Sibolga Januari 2010 – Juli
2012.
http://repository.usu.ac.id/bitstream
/handle/123456789/38885/cover.pd
f?sequence=6. Diakses pada 14 Juli
2017.
Tjipto, W.B., Kristiana, Lusi., Ristrini.,
2009. Kajian Faktor Pengaruh
Terhadap Penyakit Demam Tifoid
Pada Balita Di Indonesia. Buletin
Penelitian sistem Kesehatan.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/
index.php/hsr/article/download/271
2/1522. Diakses pada 22 Maret
2017.
WHO, 2015. Typhoid.Typhoid.
www.WHO.int. Diakses pada 28
Februari 2017.
WHO, 2015. Food safety.
http://www.who.int/mediacentre/facts
heets/fs399/en/. Diakses pada 22
Maret 2017.
Widoyono, 2011. Penyakit Tropis,
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan, dan Pemberantasannya
Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga.

You might also like