You are on page 1of 6

TERAPI TAWA MENURUKAN DEPRESI LANSIA

Ni Putu Esi Pradnyadiansari, Yustina Kristianingsih, Theresia Etik Lusiana


STIKES Katolik St. Vincentius A Paulo Surabaya
e-mail: esipds87@gmail.com

Abstract: Aging process can cause changing of physical, changing of cognitive,


changing of psychosocial and can be cause of stress in the elderly. One of the non
pharmacological therapy for reducing depression was laughter therapy. The
phenomenon founded at Panti Werdha Bakti Luhur, some elderly lonely feeling,
boring, withdrawn, insomnia, and unhappy in the nursing home. The aimed of this
study to analyze the effect of laughter therapy on the level of elderly depression. The
design of this study was pre-experimental one-group-pre-post test design. The
population in this study was elderly at the Panti Werdha Bhakti Luhur and selected
by using simple random sampling technique to found 40 respondents. The
independent variable was laughter therapy and the dependent variable was
depression. The data was collected by a Geriatric Depression Scale questionnaire.
The results before laughter therapy more than 50% (55%) of respondents was with
moderate-severe depression. After laughing therapy, 68% of the respondents had
mild depression. 12,5% of respondent was ties. Wilcoxon test results by a significant
level α = 0.05 and p value = 0.000, p value < α then there is influence of giving
laughter therapy to the level of depression in the elderly. Laughter therapy can
reduce the depression of the elderly. Therefore, researchers suggest to the nursing
home and elderly at Panti Werdha Bhakti Luhur in dealing with elderly depression
one of them with laughter therapy.

Keywords : laughter therapy, depression, ederly

Abstrak: Proses menua menyebabkan perubahan fisik, kognitif, psikososial dan


akan menjadi stresor pada lansia. Salah satu penanganan nonfamakologi untuk
menurunkan depresi adalah terapi tawa. Fenomena yang terjadi di Panti Werdha
Bakti Luhur, beberapa lansia mengungkapkan perasaan kesepian dan bosan, lebih
suka menyendiri, insomnia, tidak bahagia tinggal di panti. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa pengaruh terapi tawa terhadap tingkat depresi lansia. Desain
penelitian ini adalah pra eksperimental one-group-pre-post test design. Populasi
dalam penelitian adalah lansia di panti wedha Bhakti Luhur dan dipilih dengan
menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 40 responden. Variabel
independen adalah terapi tawa dan variabel dependen adalah depresi. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian kuesioner Geriatric Depression Scale. Hasil
penelitian sebelum diberikan terapi tawa lebih dari 50% (55%) responden
mengalami depresi sedang-berat. Sesudah diberikan terapi tawa sebagian besar 68%
responden mengalami depresi ringan. 12,5% responden tidak mengalami perubahan
tingkat depresi. Hasil uji Wilcoxon dengan tingkat signifikan α = 0,05 dan harga p =
0,000, nilai p < α maka ada pengaruh terapi tawa terhadap tingkat depresi lansia.
Terapi tawa dapat menurunkan depresi lansia. Oleh karena itu peneliti memberikan
saran kepada panti dan lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur dalam menangani
depresi lansia salah satunya dengan terapi tawa.

Kata Kunci: terapi tawa, depresi, lansia

79
80 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 5, nomor 2, Januari 2018, hlm. 79-84

PENDAHULUAN perubahan kehidupan seperti masa pensiun


yang terpaksa, kematian pasangan,
Pertambahan usia akan menimbulkan kemunduran kemampuan atau kekuatan
perubahan-perubahan fisik dan struktur dan fisik dan kemunduran kesehatan serta
kemunduran fungsi. Kemunduran fungsi penyakit fisik, kedudukan sosial, keuangan,
organ tubuh khususnya pada lansia penghasilan (Azizah, 2011, hal: 66). Gejala
menyebabkan lansia rawan terhadap depresi ditandai dengan kesedihan, harga
berbagai masalah kesehatan (Azizah, 2011, diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan
hal: 65). Masalah lansia yang sering yaitu perasaan kosong (Hawari, 2013). Dampak
kurangnya kemampuan dalam beradaptasi yang timbul pada lansia yang depresi
terhadap perubahan psikologis sehingga terlihat dari perilaku mereka yang sering
lansia akan mengalami gangguan mengalami gangguan tidur, lelah, lemas,
psikologis salah satunya yaitu depresi kurang bersemangat, merasa tidak berguna
(Kozier, Erb, & Berman, 2010). Depresi (Keliat, 2011).
merupakan terganggunya fungsi manusia Terapi nonfarmakologis yang dapat
yang berkaitan dengan alam perasaan yang dilakukan untuk menurunkan tingkat
sedih, suatu penderitaan, dan perasaan depresi salah satunya adalah terapi tawa.
duka yang berkepanjangan (Azizah, 2011, Manfaat dari terapi tawa adalah untuk
hal: 66). Fenomena yang terjadi di panti membina hubungan, meredakan
werdha Bakti Luhur Sidoarjo, beberapa ketegangan dan kecemasan, melepaskan
lansia mengungkapkan perasaan kesepian rasa marah, dan mengatasi perasaan yang
dan bosan, lebih suka menyendiri, susah menyakitkan (Kozier, 2010, hal: 319).
tidur, tidak bahagia tinggal di panti. Terapi tawa dapat menurunkan depresi
Di Indonesia prevalensi depresi pada (Hae Jin Ko & Chang Ho Youn, 2011).
lanjut usia yakni sekitar 11,6% atau 17,4 Menurut Kataria (2004) terapi tawa
juta jiwa yang mengalami gangguan mental berguna untuk memperkuat sistem
emosional atau gangguan kesehatan jiwa kekebalan, penghilang rasa sakit yang
seperti depresi (Depkes, 2012). Menurut alami karena tawa meningkatkan hormon
Stanley & Beare (2007) dalam buku endorphine dalam tubuh, yang merupakan
Azizah (2011) bahwa depresi menyerang penghilang rasa sakit alami.
10-15% lanjut usia 65 tahun keatas yang Tujuan penelitian ini adalah
tinggal di keluarga dan angka depresi menganalisa pengaruh terapi tawa terhadap
meningkat secara drastis pada lanjut usia tingkat depresi lansia di Panti Werdha
yang tinggal di institusi dengan sekitar 50- Bhakti Luhur Sidoarjo.
70%. Berdasarkan survey pendahuluan
peneliti di Panti Werdha Bhakti Luhur METODE
Tropodo Sidoarjo dengan membagikan
kuesioner Geriatric Depression Scale Desain penelitian menggunakan
kepada 10 orang lansia, didapatkan hasil 5 desain penelitian pra eksperimental one-
orang lansia mengalami depresi group-pre-post test design. Populasi adalah
sedang/berat dengan keluhan tidak lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur
semangat dalam melakukan aktifitas dengan teknik sampling yang digunakan
seperti senam pagi, mudah lelah, sering simple random sampling dan jumlah
terbangun pada malam hari dan sulit untuk sampel sebanyak 40 responden yang
tidur kembali. Sedangkan 3 orang memenuhi kriteria inklusi bersedia menjadi
mengalami depresi ringan, dan 2 orang responden, tidak menggunakan
lansia tidak mengalami depresi. antidepresan, tidak mempunyai gangguan
Depresi pada lansia disebabkan oleh pendengaran, tidak memiliki riwayat
stress dalam menghadapi perubahan- penyakit TBC, hernia, wasir, sesak nafas,
Pradnyadiansari, Terapi Tawa Menurunkan Depresi Lansia 81

dapat diajak komunikasi verbal. instrumen HASIL DAN PEMBAHASAN


yang digunakan adalah Geriatric
Depression Scale (GDS). Variabel Hasil Penelitian
independen dalam penelitian adalah terapi
tawa dan variabel dependen adalah depresi. Hasil penelitian menunjukkan
Terapi tawa dilakukan 8 kali selama perbedaan tingkat depresi sebelum dan
4 minggu dan dilakukan 2 kali dalam sesudah diberikan Terapi Tawa antara lain
seminggu dan setiap sesi pertemuan sebelum diberikan Terapi Tawa 45%
berlangsung selama 20-30 menit. responden depresi ringan, responden
Pengukuran tingkat depresi dilakukan mengalami depresi sedang-berat 55% dan
sebelum dilakukan terapi tawa dan setelah setelah diberikan Terapi Tawa menjadi
dilakukan terapi tawa yaitu pada pertemuan 32% tidak ada depresi, 68% depresi ringan.
ke 8. Kuesioner sebelum terapi tawa Hasil penelitian setelah dilakukan uji
diberikan kode A serta nomor pada statistik menggunakan Wicoxon test
responden dan kuesioner setelah terapi dengan tingkat signifikansi α = 0,05
tawa diberikan kode B dan nomor didapatkan harga p = 0,000 oleh karena p <
responden sesuai dengan pre terapi tawa. α, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
Hasil pengisian lembar kuesioner sebelum artinya ada pengaruh terapi tawa terhadap
dan sesudah diberikan terapi tawa tingkat depresi lansia di Panti Werdha
dikumpulkan dan dipergunakan sebagai Bhakti Luhur.
data dalam penelitian. Analisa data dengan
menggunakan uji statistik Wilcoxon test
dengan signifikansi α=0,05.

Tabel 1 Karakteristik Responden


No Variabel Frekuensi Prosentase Mean ± SD
1 Karakteristik usia
60-69 tahun 21 53 69 ± 4,788
70-79 tahun 18 45
80-89 tahun 1 3
2 Karakteristik keinginan tinggal di
panti
Keinginan pribadi 15 37
Keinginan keluarga 16 63
3 Karakteristk bersosialisasi
Mudah bersosialisasi 20 50
Sulit bersosialisasi 20 50
4 Karakteristik lama tinggal di panti
< 1 tahun 13 33
> 1 tahun 27 67
5 Karakteristik kunjungan keluarga
Pernah 19 48
Tidak pernah 21 52
6 Karakteristik frekuensi kunjungan
keluarga
1x 16 87
2x 3 13
82 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 5, nomor 2, Januari 2018, hlm. 79-84

Pembahasan yang akan dicapai dalam kehidupan


dipanti. Lanjut usia yang berada pada suatu
Berdasarkan hasil penelitian sebelum tempat dan situasi yang baru tanpa
dilakukan terapi tawa menunjukkan bahwa kemauan dari dirinya sendiri akan
18 responden mengalami depresi ringan menimbulkan depresi dimana lanjut usia
dan 22 responden mengalami depresi harus menyesuaikan diri dengan orang-
sedang-berat. Jika ditinjau dari aspek orang yang belum dikenal, aturan serta
faktor psikososial lama tinggal di panti nilai-nilai yang berbeda, dan keterasingan
menunjukkan bahwa tinggal di panti >1 merupakan stressor bagi lansia. Sesuai
tahun dari 27 responden terdapat 15 dengan teori dimana lansia yang tinggal
responden mengalami depresi ringan dan dipanti werdha Bhakti Luhur Tropodo
12 responden mengalami depresi sedang- Sidoarjo bukan atas kemauan sendiri
berat. Faktor psikososial lama tinggal di tinggal di panti melainkan karena keluarga
panti mempengaruhi tingkat depresi pada menyebabkan lansia akan berpikiran
lansia. Kemampuan adaptasi dan lamanya bahwa panti werdha merupakan tempat
tinggal di panti mempengaruhi terjadinya pengasingan bagi dirinya yang tidak lagi
depresi. Sulit bagi lansia meninggalkan diinginkan oleh keluarga serta lansia sering
tempat tinggal lamanya. Lansia yang harus menganggap dirinya tidak dicintai dan
meninggalkan rumah tinggal lamanya dihargai oleh keluarganya karena harus
merupakan pengalaman yang traumatik menghabiskan waktu di panti yang dapat
bagi lansia sehingga sering mengakibatkan menyebabkan terjadinya depresi pada
lansia merasa kesepian dan depresi lansia.
(Azizah, 2011, hal: 73). Sesuai dengan Namun ada 16 responden yang
teori dimana lansia yang tinggal di panti alasan tinggal dipanti karena keinginan
lebih lama akan mengalami depresi, hal ini sendiri mengalami depresi, diantaranya 13
bisa terjadi ketika lansia merasa jenuh responden mengalami depresi ringan dan 3
dengan keadaan sendiri serta sekelilingnya responden depresi sedang-berat, hal ini
yang sama setiap harinya atau tidak ada disebabkan karena tidak ada kunjungan
kegiatan yang berbeda dari hari ke hari, keluarga, dimana seharusnya lansia
sehinggga lansia akan merasa bosan dan dikunjungi keluarga untuk mendapat
memiliki perasaan hampa. dukungan sosial, melalui keluarga berbagai
Jika dilihat ditinjau dari aspek masalah-masalah kesehatan bisa muncul
keinginan untuk tinggal di panti, responden sekaligus dapat diatasi. Saat kunjungan
yang tinggal dipanti karena keinginan keluarga pada lansia berkurang lansia akan
keluarga dari 25 responden mengalami merasa dilupakan oleh keluarga dan juga
depresi ringan sebanyak 5 responden dan lansia akan merasa kasih sayang keluarga
depresi sedang-berat 20 responden, angka untuknya sudah berkurang. Lansia merasa
ini lebih tinggi dibandingkan dengan hanya sebagai beban dari anak serta sanak
responden yang tinggal di panti karena keluarganya
keinginan pribadi, ini menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang
faktor psikologis tinggal di panti atas diperoleh dari 40 responden yang telah
keinginan keluarga mempengaruhi tingkat mengikuti terapi tawa mengalami
depresi. Menurut Azizah (2011, hal:73) penurunan hasil baik dari tingkat depresi
terjadinya depresi pada lanjut usia yang sedang berat ke depresi ringan dan tidak
tinggal dalam panti werdha dipengaruhi ada depresi. Perubahan yang signifikan
oleh faktor psikologis. Faktor psikologis terjadi dimana 13 reponden tidak ada
ini dihubungkan dengan motivasi masuk depresi ringan dan 27 responden
panti wedha sangat penting bagi lanjut usia mengalami depresi ringan. Menurut
untuk menentukan tujuan hidup dan apa Kataria (2004), terapi tertawa untuk
Pradnyadiansari, Terapi Tawa Menurunkan Depresi Lansia 83

mengurangi dan menyingkirkan efek-efek dilakukan. Setelah diberikan terapi tawa,


stres seperti depresi. Tertawa menawarkan lansia terlihat jauh ceria dan bersemangat.
beberapa manfaat kesehatan psikologis, Lansia juga dengan semangat meneriakkan
yakni meningkatkan kepercayaan diri dan slogan “Aku adalah orang paling bahagia
memberikan kekuatan mental untuk di dunia.”
menghadapi konflik dan tantangan dalam Menurut Hae Jin Ko dan Chang Ho
hidup. Hal ini juga membantu untuk keluar Youn (2011) terapi tawa dapat menurunkan
dari kecemasan dan depresi, tertawa depresi pada usia lanjut. Mengikuti terapi
meningkatkan kemampuan untuk tertawa menstimulus lansia untuk dapat
berhubungan dengan orang lain. mengembangkan kemampuan
(Psikoterapis, 2015). berkomunikasi dan social support dan
Terapi tawa bermanfaat untuk menambah keakraban dalam hubungan
meningkatkan rasa percaya diri dan dapat sesama lansia (Azizah, 2011). Terapi tawa
lebih mudah untuk bersosialisasi atau (laughter therapy) mengakibatkan detak
berinteraksi baik dengan sesama lansia jantung menjadi lebih cepat, tekanan darah
maupun petugas panti. Hal ini terjadi meningkat dan kadar oksigen dalam darah
karena responden tersebut merasakan akan bertambah akibat nafas bertambah
perubahan dan merasa senang setelah cepat, menurunkan sekresi ACTH dan
melakukan terapi tawa. Pada awal kadar kortisol dalam darah, sekresi ACTH
diberikan terai tawa lansia kurang aktif yang menurun akan merangsang
dalam mengikuti terapi serta terlihat peningkatan produksi serotonin dan
canggung dengan peneliti namun pada endorfin yang dikeluarkan oleh
petemuan berikutnya lansia sudah ada hipotalamus.
peningkatan dalam mengikuti kegiatan dan Endorphine adalah neuropeptide
lansia sudah mulai akrab dengan peneliti, yang dihasilkan tubuh pada saat rileks.
dilihat dari lansia mau tertawa bersama- Endorphine dihasilkan oleh otak dan
sama dengan peneliti. Di dalam kelompok susunan saraf tulang belakang, hormon ini
lansia dapat terjadi kontak mata sehingga dapat berfungsi sebagai penenang alami
cara ini untuk menambah efektivitas dan yang melahirkan rasa nyaman, serotonin
menghasilkan tawa secara alamiah. Kontak menimbulkan efek vasodilatasi pembuluh
mata berfungsi sebagai stimulus karena darah yang akhirnya akan meningkatkan
tertawa juga merupakan suatu bentuk peredaran O2 keseluruh tubuh (Mathew,
interaksi sosial dan dapat menular bagi 2016). Pelebaran pembuluh darah akan
lansia yang lain. mengirim lebih banyak darah yang
Lansia juga terlihat bercanda dengan mangandung O2 hingga ke ujung-ujung dan
teman disampingnya. Lansia juga semua otot diseluruh tubuh terutama ke
mengungkapkan menjadi lebih terhibur otak, memberikan dampak pada pengaruh
juga karena lucu melihat peserta lain pada temperatur di otak yaitu dapat
saat tertawa. Selain itu, teknik-teknik mendinginkan otak sehingga merangsang
dalam terapi tawa dapat diterapkan pada otak mengeluarkan hormon endorphine dan
lansia dan mudah untuk dilakukan, serotonin yaitu sejenis morfin alami dan
sehingga lansia terlihat antusias untuk juga melatonin yang membawa keadaan
mengikuti terapi tawa. Meskipun beberapa emosi dan perasaan keseluruh bagian
lansia ada yang mengeluh capek, namun tubuh.
setelah beristirahat sebentar, lansia Serotonin normalnya menimbulkan
bersemangat untuk mengikuti terapi tawa dorongan bagi system limbik untuk
lagi. Lansia menyatakan merasa senang meningkatkan perasaan seseorang terhadap
dan rileks dan proses terapi diakui menarik, rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia,
tidak begitu melelahkan dan mudah untuk rasa puas dan rileks (Ruspawan, 2012).
84 Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 5, nomor 2, Januari 2018, hlm. 79-84

Terapi tawa yang dilakukan selama 8 kali SIMPULAN DAN SARAN


pertemuan atau selama 4 minggu dan
setiap pertemuan berlangsung selama 30 Berdasarkan hasil penelitian bahwa
menit bisa merangsang lansia untuk rileks, Ada pengaruh terapi tawa terhadap tingkat
dimana saat lansia rileks oksigen akan depresi pada lansia, terapi tawa dapat
lebih banyak masuk ke tubuh lalu akan menurunkan tingkat depresi. Pengurus
merangsang produksi serotonin sehingga Panti diharapkan membuat program untuk
dapat menyebabkan perasaan yang tenang, mengatasi depresi pada lansia salah
nyaman, bahagia dan hal ini dapat satunya dengan terapi tawa, selain itu
menurunkan tingkat depresi. pengurus panti atau petugas lansia dapat
memberikan terapi tawa sebelum
melaksanakan kegiatan.

DAFTAR RUJUKAN

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Fakultas Kedokteran Universitas


Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Riset Hae Jin Ko & Chang Ho Youn. (2011).
Kesehatan Dasar. Jakarta: Effects Of Laughter Therapy On
Balitbangkes Depkes RI. Depression, Cognition And Sleep
Kataria, M. (2004). Laugh For No Reason Among The Community-Dwelling
(Terapi Tawa). Jakarta: PT Elderlyggi. Geriatrics Gerontology,
Gramedia Pustaka Utama. 1-8.
Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Psikoterapis. (2015). Manfaat Tertawa
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Secara Psikologis:
.Jakarta: EGC. http://www.psikologipsikoterapi.co
Kozier, B., Erb, G., & Berman, A. (2010). m/artikel-psikologi/manfaat-
Buku Ajar Fundamental tertawa-secara-psikologis.html.
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Diakses tanggal 8 Desember 2016.
Praktik (Alih Bahasa: Karyuni, P.). Ruspawan, D. M., & Wulandari, M. D.
Jakarta: EGC. (Buku asli (2012). Pengaruh Pemberian Terapi
diterbitkan tahun 2004). Tertawa terhadap Tingkat
Hawari, D. (2013). Manajemen Stres Kecemasan Pada Lanjut Usia di
Cemas dan Depresi. Jakarta: PSTW Wana Seraya Denpasar.
Jurnal Skala Husada, 9(1).

You might also like