You are on page 1of 12

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 8, Nomor 1, Januari 2020


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA USIA 1 – 3 TAHUN DI WILAYAH PESISIR
KABUPATEN BREBES

Wulandari Ikhtiarti*), M. Zen Rahfiludin**), S. A Nugraheni*))


*Mahasiswa Peminatan Gizi FKM UNDIP
**)Dosen Bagian Gizi FKM UNDIP
e-mail: ulanikhti@gmail.com

ABSTRACT

Stunting nutritional health problems that indicate the condition of growth failure in
children under five. Coastal areas of the environment that need to be considered
both the management of health life, environmental sanitation. The prevalence of
stunting in Brebes Regency is 32.7% which is still higher than the national figure.
This study aims to analyze the risk factors for stunting in the coastal areas of
Brebes Regency. This type of research is observational with a case control
design. Samples were taken as many as 30 in each case and control group. Data
were analyzed to determine the risk factors for stunting in coastal areas using p =
value, OR and CI. The results showed that environmental sanitation was lacking
(p 0.001; OR 8.00: 95% CI 2,475 - 25,860), suffering from infectious diseases (p
0.001; OR 17.875; 95% CI 4.738 - 67.434), caregiver knowledge was lacking (p
0.032; OR 0.304 95% CI 0,100 - 0,922), lack of energy intake (p 0,008; OR
4,297; 95% CI 1,413 - 13,068), low economic status (p 0,136; OR 2,500; 95% CI
0,735 - 8,502), lack of energy intake (p 0.095; OR 3.273; 95% CI 0.774 - 13.832).
Poor environmental sanitation, suffering from infectious diseases, lack of
caregiver knowledge and lack of energy intake are risk factors for stunting while
low economic status and lack of protein are not risk factors for stunting.

Keywords : stunting, determinant factors, children, coast, brebes district

PENDAHULUAN

Stunting merupakan masalah kelamin balita 1. Kejadian stunting


kesehatan gizi yang menunjukkan merupakan dampak dari asupan gizi
kondisi gagal tumbuh pada balita yang kurang, baik dari segi kualitas
akibat kekurangan gizi kronis. maupun kuantitas, tingginya
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi kesakitan atau merupakan
dalam kandungan dan pada masa kombinasi dari keduanya.2
awal setelah bayi lahir akan tetapi, Masalah stunting adalah salah
kondisi stunting baru nampak satu permasalah gizi yang dihadapi
setelah bayi berusia 2 tahun. dunia, khususnya negara miskin dan
Stunting diukur sebagai status gizi berkembang karena berhubungan
dengan memperhatikan tinggi atau dengan risiko terjadinya kesakitan
panjang badan, umur, dan jenis dan kematian.3 Stunting terjadi

260
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

karena pola pemberian makanan terjadi karena gizi buruk, kualitas


dan tidak menerapkan hidup bersih makanan yang buruk dan tidak
dan sehat. Asupan gizi yang tidak menerapkan hidup bersih dan sehat.
memadai, penyakit infeksi Asupan gizi yang kurang baik dapat
merupakan faktor sangat berperan mengganggu proses pertumbuhan
terhadap masalah stunting.4 Stunting seorang anak yang berdampak pada
sangat erat dengan pola pemberian kejadian stunting.8,9 Sanitasi yang
makan, anak yang berusia 2 tahun buruk akan meningkatkan penyakit
karena belum bisa mengekspresikan infeksi (diare dan ISPA) dapat
keinginan maka dari itu orangtua mengakibatkan berat badan turun
harus memberikan asupan makanan dan dapat berpengaruh terhadap
yang memiliki gizi baik.5 status gizi anak.10
Kondisi ini menyebabkan anak Kabupaten Brebes yang
memiliki tinggi badan cenderung terletak di utara barat Provinsi Jawa
pendek pada usianya. Selain tubuh Tengah memiliki panjang pantai ±53
pendek, stunting juga menimbulkan km, yang sebagian besar wilayah
dampak lain, baik dampak jangka pantainya digunakan untuk usaha
pendek maupun jangka panjang.6 pertambakan. Kabupaten Brebes
Dampak jangka pendek yaitu memiliki lokasi yang cukup strategis
perkembangan menjadi terhambat, untuk pengembangan wilayah
penurunan fungsi kognitif, pesisir. Perilaku kesehatan sangat
penurunan fungsi kekebalan tubuh, berhubungan dengan kegiatan
dan gangguan sistem pembakaran. seseorang dalam meningkatkan
Jangka panjang yaitu pada masa kesehatan, termasuk dalam tindakan
dewasa, timbul risiko penyakit mencegah penyakit, kebersihan
degeneratif, seperti diabetes perorangan dan sanitasi.
mellitus, jantung koroner, hipertensi, Masyarakat nelayan kebanyakkan
dan obesitas.7 mempertahankan hidupnya
Indonesia masalah kesehatan bergantung pada laut. Kesehatan
gizi stunting (pendek) pada tahun warga terhadap penyediaan air
2018 sebesar 19,3%. Di provinsi bersih dan sarana sanitasi dalam
Jawa Tengah pada tahun 2016 memenuhi syarat untuk menunjang
menduduki peringkat ke sembilan kesehatan masyarakat yan
dari 34 provinsi di Indonesia. Jumlah bermukim di kawasan pesisir.11
balita stunting di Kabupaten Brebes Berdasarkan uraian diatas,
masuk dalam 10 besar di Indonesia peneliti tertarik untuk melakukan
dan tertinggi di Jawa Tengah. penelitian tentang “ Faktor
Kabupaten Brebes sebesar 32,7% Determinan Yang Berhubungan
dari balita di Brebes mengalami Dengan Kejadian Stunting Pada
keterlambatan dalam tumbuh Usia 1 – 3 tahun di Wilayah Pesisir
kembang. Ada 10 desa dan Kabupaten Brebes “.
kelurahan di Kabupaten Brebes
yang memiliki jumlah balita stunting METODE PENELITIAN
tertinggi.
Beberapa faktor yang Penelitian ini merupakan
menyebabkan terjadinya stunting penelitian analitik observasional
yaitu kemiskinan, kesehatan, dengan desain studi case control.
sanitasi lingkungan, BBLR, tidak ASI Populasi penelitian adalah balita
eksklusif, kekurangan asupan energi status gizi normal dan balita status
dan protein.7 kejadian stunting dapat stunting. Total sampel berjumlah 60

261
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

balita yang terdiri dari 30 kasus dan Kelompok


30 kontrol. Teknik pengambilan Variabel Kasus Kontrol
sampel penelitian ini menggunakan n % n %
purposive sampling. Variabel yang BBLR 4 13,3 3 10
diteliti meliputi sanitasi lingkungan, BBLN 26 86,7 27 90
penyakit infeksi, tingkat Umur
pengetahuan, tingkat asupan energi, 1 tahun 9 30 10 33,3
status ekonomi, tingkat asupan 2 tahun 14 46,7 14 46,7
protein dan status gizi. Variabel 3 tahun 7 23,3 6 20
bebas diperoleh dari hasil Pendidikan Orang tua
wawancara. Hasil penelitian yang Pendidikan Ayah
sudah didapatkan akan dilakukan SD 28 93,3 10 33,3
analisis data secara univariat dan SMP 8 6,7 9 30
bivariat dengan menggunakan uji SMA 0 0 11 36,7
Chi-Square. Pendidikan Ibu
SD 29 96,7 14 46,7
HASIL DAN PEMBAHASAN SMP 0 0 10 33,3
SMA 1 3,3 6 20
1. Analisis univariat Pekerjaan Orang Tua
Tabel 1. distribusi karakteristik Pekerjaan Ayah
kelompok kasus dan kelompok Tidak
kontrol 0 0 1 3,3
Bekerja
Bekerja 30 100 29 96,7
Kelompok Pekerjaan Ibu
Variabel Kasus Kontrol Tidak
28 93,3 28 93,3
n % n % Bekerja
Jenis Kelamin Bekerja 2 6,7 2 6,7
Laki-Laki 16 53,3 12 40
Perempua
14 46,7 18 60
n
Berat Badan Lahir
hasil menunjukkan bahwa jenis dibandingkan kelompok kontrol
kelamin laki – laki pada kasus lebih sebesar 46,7%. Pekerjaan ibu
banyak yaitu sebesar 53,3% menunjukkan kesamaan pada
sedangkan pada kelompok kontrol kelompok kasus maupun kontrol.
yaitu sebesar 40%. Berat badan lahir Sampel pendidikan ayah
memiliki nilai yang sama. Umur menunjukkan lebih banyak pada SD
balita lebih banyak ditemukkan pada yaitu pada kelompok kasus 93,3%
umur 2 tahun yaitu pada kelompok dibandingkan kelompok kontrol
kasus dan kontrol sebesar 46,7%. 33,3%. Pekerjaan ayah
Pendidikan ibu ditemukan lebih menunjukkan kesamaan antara
banyak pada SD yaitu pada kelompok kasus dan kontrol.
kelompok kasus sebesar 96,7%
Tabel 2. Distribusi karakteristik
Subjek Menurut Kelompok Kasus
dan Kontrol

262
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kelompok Kelompok
Variabel Kasus Kontrol Variabel Kasus Kontrol
n % n % n % n %
Penyakit infeksi Baik 6 20 20 66,7
Menderita 26 86,7 8 26,7 Tingkat pengetahuan
Tidak Kurang 26 86,7 6 20
4 13,3 22 73,3
menderita
Baik 4 13,3 24 80
Status ekonomi
Asupan protein
Rendah <
541.617 10 33,3 5 16,7 Kurang 8 26,7 3 10
perbulan Baik 22 73,3 27 90
Tinggi >
541.617 20 66,7 25 83,3 Asupan energi
perbulan Kurang 23 76,7 13 43,3
Sanitasi lingkungan Baik 7 23,3 17 56,7
Kurang 24 80 10 33,3
hasil menunjukkan jumlah terbanyak pengetahuan kurang lebih banyak
yaitu menderita penyakit infeksi pada kelompok kasus 86,7%
pada kelompok kasus 86,7% dibandingkan kelompok kontrol 20%.
dibandingkan kelompok kontrol Asupan protein yang kurang lebih
26,7%, status ekonomi rendah lebih banyak pada kelompok kasus 26,7%
banyak pada kelompok kasus 33,3% dibandingkan dengan kelompok
dibandingkan kelompok kontrol kontrol 10%. Asupan energi yang
16,7%. Sanitasi lingkungan pada kurang lebih banyak pada kelompok
kategori kurang lebih banyak pada kasus 76,7% dibandingkan pada
kelompok kasus 80% sedangkan kelompok kontrol 43,3%.
pada kelompok kontrol 33,3%.

Tabel 3. Gambaran sanitasi lingkunga dan higiene responden yang


menjawab benar

Kelompok
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Sanitasi lingkungan
Tempat pembuangan sampah 28 93,3 27 90
Kebersihan pekarangan rumah 6 20 24 80
Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan 28 93,3 24 80
Kebiasaan mencuci tangan setelah BAB 29 96,7 29 96,7
Kebiasaan mencuci tangan sebelum menyuapi anak
29 96,7 27 90
balita
Kebiasaan mencuci peralatan anak balita 28 93,3 28 93,3
Kebiasaan membersihkan tangan anak balita 28 93,3 28 93,3
Sumber air untuk masak 26 86,7 15 50
Kualitas air yang digunakan 24 80 25 83,3
Alokasi pembagian keperluan sumber air 21 70 20 66,7
Keberadaan jamban 25 83,3 28 93,3
Jenis jamban 25 83,3 28 93,3
Ketersediaan septic tank 26 86,7 28 93,3

263
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kelompok
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Kebersihan jamban 27 90 24 80
Keadaan jamban 23 76,7 27 90
Diketahui terdapat 15 pertanyaan rumah pada kelompok kasus 20%
terkait sanitasi lingkungan dan dan pertanyaan yang persentasenya
higiene. hasil menunjukkan bahwa tinggi adalah kebiasaan mencuci
pertanyaan yang persentasenya tangan setelah BAB pada kelompok
masih rendah adalah pertanyaan kontrol 96,7%
mengenai kebersihan perkarangan

Tabel 4. Gambaran pengetahuan responden yang menjawab benar


Kelompok
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Pengetahuan
Pengertian makanan sehat dan bergizi 27 90 28 93,3
Sumber bahan makanan protein 24 80 17 56,7
Manfaat memberikan lauk, seperti tahu, ikan dan
8 26,7 25 83,3
daging
Jenis makanan yang mengandung karbohidrat 23 76,7 21 70
Cara memberikan makanan pada anak balita 22 73,3 24 80
Penyesuaian pemberian makan anak balita 24 80 24 80
Sumber zat gizi energi 27 90 14 46,7
Kebutuhan kalori anak balita 22 73,3 20 66,7
Bahan makanan tidak mengandung karbohidrat 12 40 26 86,7
Makanan 4 sehat 5 sempurna 25 83,3 12 40
Hasil menunjukkan pertanyaan yang pertanyaan yang benar dengan
rendah persentasenya adalah jawaban persentasenya tinggi
manfaat memberikan ikan seperti, adalah pengertian makanan sehat
tahu, ikan dan daging pada dan bergizi pada kelompok kontrol
kelompok kasus sebesar 26,7% dan sebesar 93,3%.

Tabel 4. Gambaran sikap responden yang menjawab benar


Kelompok
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Sikap
Jenis sumber makanan untuk anak balita 28 93,3 29 96,7
Penyusunan menu makanan untuk anak balita 12 40 15 50
Kebutuhan makan anak sesuai umur &
27 90 28 93,3
perkembangan
Keanekaragaman makanan anak balita 27 90 25 83,3
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum
28 93,3 29 96,7
menyuapi anak balita
Kebiasaan memperhatikan asupan makanan 19 63,3 28 93,3

264
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kelompok
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Kebiasaan pemberian pola makan 23 76,7 28 93,3
Aktif dalam kehadiran kegiatan POSYANDU 28 93,3 29 96,7
Jenis sumber makanan 26 86,7 29 96,7
Kepedulian memperhatikan berat badan anak balita
22 73,3 27 90
tiap bulan
Hasil pertanyaan sikap yang masih rendah persentasenya adalah penyusunan
menu makanan untuk anak balita pada kelompok kasus 40% dan pertanyaan
yang menjawab benar dengan persentase tinggi adalah jenis sumber makanan
untuk anak balita, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi,
aktif dalam kehadiran posyandu dan jenis sumber makanan dengan persentase
sama yaitu 96,7%.

2. Analisis bivariat
Tabel 5. Hasil analisis sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting

Stunting
Sanitasi Stunting Normal OR
lingkungan p-value (95% CI)
f % f %
Kurang 24 80 10 33,3
Baik 6 20 20 66,7 0,001 8.000(2.475 – 25.860)
Total 30 100 30 100
Hasil menunjukkan sanitasi ada hubungan yang bermakna
lingkungan kurang lebih banyak antara sanitasi lingkungan dengan
ditemukan pada kelompok stunting kejadian stunting pada balita.
yaitu sebesar 80% dibandingkan Sanitasi lingkungan yang kurang
pada kelompok normal yaitu sebesar memiliki risiko 8 kali mengalami
33,3%. Berarti ada kecenderungan stunting daripada sanitasi
bahwa stunting banyak pada sanitasi lingkungan yang baik. Tabel 6
lingkungan yang kurang. Hasil uji hasil analisis penyakit infeksi
Chi-square didapatkan p=0,001 dengan kejadian stunting.
(p<0,05), OR = 8,000 yang berarti
Stunting
Penyakit infeksi Stunting Normal OR
p-value (95% CI)
f % f %
Menderita 26 86,7 8 26,7
Tidak menderita 4 13,3 22 73,3 0,001 17,875 (4,738 – 67,434)
Total 30 100 30 100

265
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil menunjukkan bahwa balita berarti ada hubungan yang


yang menderita penyakit infeksi lebih bermakna antara penyakit infeksi
banyak ditemukan pada kelompok dengan kejadian stunting pada
balita stunting yaitu sebesar 86,7% balita. Balita yang menderita
dibandingkan balita yang tidak penyakit infeksi memiliki risiko 17
menderita penyakit infeksi pada kali mengalami stunting daripada
kelompok normal yaitu sebesar balita yang tidak menderita penyakit
26,7%. Berari ada kecenderungan infeksi.
bahwa stunting banyak pada balita
yang menderita penyakit infeksi. Tabel 6. Hasil analisis
Hasil uji Chi-square didapatkan pengetahuan dengan kejadian
p=0,001 (p<0,05), OR = 17,875 yang stunting

Stunting
Pengetahuan Stunting Normal OR
pengasuh balita p-value (95% CI)
F % f %
Kurang 27 90 6 20
Baik 3 10 24 80 0,001 36,000 (8,105 – 159,894)
Total 30 100 30 100
Hasil menunjukkan bahwa tingkat p=0,001 (p<0,05), OR = 36,000 yang
pengetahuan pengasuh balita berarti ada hubungan yang
kategori kurang lebih banyak bermakna antara pengetahuan
ditemukan pada kelompok balita pengasuh dengan kejadian stunting
stunting yaitu sebesar 90% pada balita. Pengetahuan yang
dibandingkan pengetahuan kurang memiliki risiko 36 kali
pengasuh yang baik pada kelompok mengalami stunting daripada
normal yaitu sebesar 20%. Berarti pengetahuan yang baik.
ada kecenderungan bahwa stunting
banyak pada balita yang Tabel 7. Analisis asupan energi
pengetahuan pengasuhnya kurang. dengan kejadian stunting
Hasil uji Chi-square didapatkan
Stunting
Tingkat asupan Stunting Normal OR
energi p-value (95% CI)
f % f %
Kurang 23 76,7 13 43,3
Baik 7 23,3 17 56,7 0,008 4,297 (1,413 – 13,068)
Total 30 100 30 100
Hasil menunjukkan bahwa asupan p=0,008 (p<0,05), OR = 4,297 yang
energi balita yang kurang lebih berarti ada hubungan yang
banyak ditemukan pada kelompok bermakna antara asupan energi
balita stunting yaitu sebesar 76,7% dengan kejadian stunting pada
dibandingkan asupan energi yang balita. Asupan energi yang kurang
baik pada kelompok normal yaitu memiliki risiko 4 kali mengalami
sebesar 43,3%. Berarti ada stunting daripada asupan energi
kecenderungan bahwa stunting yang baik.
banyak pada ditemukkan pada balita
yang asupan energinya kurang.
Hasil uji Chi-square didapatkan

266
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 8. Hasil analisis status stunting


ekonomi dengan kejadian
Stunting
Status ekonomi Stunting Normal OR
p-value (95% CI)
f % f %
Rendah 10 33,3 5 16,7
Tinggi 20 66,7 25 83,3 0,136 2,500 (0,735 – 8,502
Total 30 100 30 100
Hasil menunjukkan bahwa status p=0,136 (p<0,05), OR = 2,500 yang
ekonomi yang rendah lebih banyak berarti tidak menunjukkan adanya
ditemukan pada kelompok balita hubungan status ekonomi dengan
stunting yaitu sebesar 33,3% kejadian stunting.
sedangkan status ekonomi yang Status ekonomi bukan merupakan
tinggi terdapat pada kelompok faktor risiko terjadinya stunting pada
normal sebesar 83,3 %. Berarti ada balita.
kecenderungan kejadian stunting
lebih banyak terjadi pada status Tabel 9. Hasil analisis asupan
ekonomi yang rendah, meskipun protein dengan kejadian stunting
demikian uji statistik didapatkan
Stunting
Asupan protein Stunting Normal OR
p-value (95% CI)
f % f %
Kurang 8 26,7 3 10
Baik 22 73,3 27 90 0,095 3,273 (0,774 – 13,832)
Total 30 100 30 100
Hasil menunjukkan bahwa tingkat sanitasi lingkungan dengan kejadian
asupan protein kategori kurang lebih stunting. Hasil bahwa ibu yang
banyak ditemukan pada kelompok memperhatikan kondisi sanitasi
balita stunting yaitu sebesar 26,7% lingkungan rumah dan lingkungan
sedangkan asupan protein yang baik akan berdampak positif kepada
terdapat kelompok normal yaitu status gizi, dimana pada hasil
sebesar 90%.Berarti ada penelitian yang termasuk kategori
kecenderungan terjadinya stunting baik kondisi sanitasi lingkungan
lebih banyak asupan protein kurang, 66,7% tinggi badan anak normal.
meskipun demikian uji Chi-square Sedangkan kondisi sanitasi
didapatkan p=0,095 (p<0,05), OR = lingkungan yang kurang baik
3,273 yang berarti tidak didominasi oleh balita stunting. Hal
menunjukkan adanya hubungan ini menandakan perlunya seorang
asupan protein dengan kejadian ibu untuk memperhatikan kondisi
stunting. lingkungan anak sehingga anak bisa
mengeksplorasi diri dengan aman
PEMBAHASAN karena lingkungan yang nyaman.
a. Hubungan sanitasi lingkungan Seperti membuang sampah pada
dengan kejadian stunting pada tempatnya atau dibakar,
anak membersihkan tempat
Berdasarkan hasil Uji Chi penampungan air dan menyediakan
Square didapatkan nilai p=0,001 jamban di dalam rumah dan lain
artinya terdapat hubungan antara sebagainya.12

267
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil penelitian lain juga sehingga mengurangi kapasitasnya


sama halnya penelitian Aditianti untuk melawan penyakit dan
(2010) yang meneliti faktor sebagainya. Penyakit infeksi
determinan stunting di Indonesia berkaitan dengan tingginya kejadian
dengan hasil penelitian bahwa penyakit menular terutama diare,
sanitasi lingkungan adalah faktor cacingan dan ISPA. Faktor ini
yang berpengaruh signifikan banyak terkait mutu pelayanan
terhadap kejadian stunting pada kesehatan dasar khusunya
anak usia 24 - 59 bulan di Indonesia. imunisasi, kualitas lingkungan hidup
keadaan sanitasi lingkungan yang dan perilaku hidup sehat. Kualitas
kurang baik memungkinkan lingkungan hidup terutama adalah
terjadinya berbagai jenis penyakit ketersediaan air bersih, sarana
antara lain diare, kecacingan, dan sanitasi dan perilaku hidup sehat
infeksi saluran pencernaan. Apabila seperti kebiasaan cuci tangan pakai
anak menderita infeksi saluran sabun, buang air besar dijamban,
pencernaan, penyerapan zat-zat gizi dan sebagainya.15
akan terganggu yang menyebabkan
terjadinya kekurangan zat gizi. 13 c. Hubungan tingkat
pengetahuan dengan kejadian
b. Hubungan penyakit infeksi stunting pada anak
dengan kejadian stunting pada Berdasarkan hasil uji chi
anak square didapatkan nilai p=0,001
Berdasarkan hasil uji chi dengan OR=36,000. Hasil ini
square didapatkan nilai p = 0,001 menunjukkan bahwa terdapat
dengan OR=17,875 Hasil ini hubungan tingkat pengetahuan
menunjukkan bahwa terdapat dengan kejadian stunting. Pada
hubungan penyakit infeksi dengan penelitian ini sebagian besar ibu
kejadian stunting. Hasil penelitian yang menjadi responden memiliki
menunjukkan hasil distribusi balita pendidikan di tingkat dasar.
kelompok stunting menderita 86,7% Pengetahuan sangat erat dengan
dibandingkan kelompok normal pendidikan, dimana dapat
26,7%. Penelitian yang sejalan diasumsikan bahwa seseorang yang
dilakukan oleh Picauly (2013) berpendidikan tinggi akan luas
menunjukkan bahwa anak yang pengetahuannya. Hasil ini sejalan
memiliki riwayat penyakit infeksi dengan penelitian Farida 2018
memiliki peluang mengalami stunting bahwa ada hubungan yang
lebih besar dibandingkan anak yang bermakna pengetahuan orang tua
tidak memiliki riwayat penyakit dengan kejadian stunting pada balita
infeksi seperti diare dan ISPA. dengan p=0,017. Ibu yang memiliki
Sehingga berpeluang mengalami pengetahuan buruk memiliki peluang
stunting dibandingkan dengan anak besar untuk anaknya mengalami
yang tidak memiliki riwayat. stunting dibandingkan ibu yang
Penyakit infeksi dapat memiliki pengetahuan baik.
mengganggu pertumbuhan anak Ibu dengan tingkat
balita. Anak dengan penyakit infeksi pengetahuan yang lebih baik
dapat mengganggu proses kemungkinan besar akan
pertumbuhannya.14 Penyakit infeksi menerapkan pengetahuannya dalam
yang sering diderita yaitu diare dan mengasuh.Penyebab terjadinya
ISPA. Anak kurang gizi daya tahan gangguan gizi pada balita salah
tubunya rendah, jatuh sakit, satunya yaitu kurangnya

268
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pengetahuan gizi dan kemampuan karena faktor balita itu sendiri yang
ibu dalam menerapkan informasi gzi sudah terbiasa dengan menu makan
dalam praktik kesehariannya. 16 yang sama sehingga tidak mau
Pengetahuan tentang gizi menerima makanan lain.19
dipengaruhi oleh beberapa faktor
antaranya umur dimana semakin tua KESIMPULAN
umur seseorang maka proses 1. Terdapat hubungan antara
perkembangan mentalnya menjadi sanitasi lingkungan dengan
baik, intelegensi atau kemampuan kejadian stunting pada balita
untuk belajar dan berpikir abstrak usia 1 – 3 tahun dengan
guna, menyesuaikan diri dalam p=0,001 dan sanitasi
situasi baru17 lingkungan merupakan faktor
risiko OR=8,000.
d. Hubungan tingkat asupan 2. Terdapat hubungan penyakit
energi dengan kejadian infeksi dengan kejadian
stunting pada anak stunting pada anak balita
Berdasarkan hasil uji chi usia 1 – 3 tahun dengan
squre didapatkan p=0,008 hasil ini p=0,001 dan penyakit infeksi
menunjukkan bahwa terdapat merupakakn faktor risiko
hubungan tingkat asupan energi OR=17,875.
dengan stunting. Pada masa kanak- 3. Terdapat hubungan
kanan kesulitan memberikan anak pengetahuan pengasuh
menjadi susah dikarenakan anak dengan kejadian stunting
mudah bergaul dengan pada balita usia 1 – 3 tahun
lingkungannya sehingga anak p=0,001 dan pengetahuan
mengalami beberapa perubahan pengasuh merupakan faktor
perilaku. Pada masa ini berat badan risiko OR=36,000.
cenderung mengalami penurunan , 4. Terdapat hubungan asupan
akibat dari aktivitas banyak dan energi dengan kejadian
penolakan pada makanan. stunting pada balita usia 1 –
Kekurangan energi terjadi bila 3 tahun p=0,008 dan asupan
konsumsi energi melalui makanan energi merupakan faktor
kurang dari energi yang dikeluarkan, risiko OR=4,297.
sehingga tubuh akan akan
mengalami keseimbangan energi.18
Akibatnya berat badan kurang dari DAFTAR PUSTAKA
berat badan seharusnya. Bila terjadi
pada anak akan menghambat 1. Meilyasari F, Isnawati M.
pertumbuhan dan Faktor Risiko Kejadian
perkembangnya.Gejala yang Stunting pada Balita Usia 12
ditimbulakan pada anak adalah Bulan di Desa Purwokerto,
gelisah, lemah, kurang Kecamatan Patebon,
bersemangat, dan penurunan daya Kabupaten Kendal.
tahan terhadap penyakit infeksi. Ini 2014;3(2):16–25.
terjadi bisa karena faktor 2. Rahayu A, Khairiyati L.
ketersediaan makanan oleh ibu yang Risiko Pendidikan Ibu
memiliki pengetahuan rendah, faktor Terhadap Kejadian Stunting
pendapatan keluarga yang rendah Pada Anak 6-23 Bulan.
sehingga sulit untuk memenuhi Penelit Gizi dan Makanan
makanan yang bervariasi, atau 2014;37(2 Dec):129–36.

269
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

3. Kaaya AN, Atukwase A. Dan Pemanfaatan Kapasitas


Modelling the impact of Asimilasi Wilayah Pesisir
stunting on child survival in a Yang Optimal Dan
rural Ugandan setting. Berkelanjutan. J Kelaut.
2018;1–10. 2009;2(1)
4. Rahmayana, Ibrahim IA, 11. Oleo H. Jurnal Ilmiah
Damayanti DS. Hubungan Mahasiswa Kesehatan
Asupan Zat Gzi Dan Penyakit Masyarakat Masalah
Infeksi Dengan Kejadian Kesehatan Berbasis
Stunting Anak Usia 24-59 Lingkungan diwilayah Pesisir
Bulan Di Posyandu Asoka Ii Desa Wawatu Kecamatan
Kelurahan Barombong Moramo utara Kabupaten
Kecamatan Tamalate Kota Konewa Selatan tahun 2017.
Makassar. 2014;XVIII(2):70– 2018;2(1):1–9.
7. 12. Kasnodiharjo, Elsi E.
5. Hermina H, Prihartini S. Deskripsi Sanitasi
Gambaran Keragaman Lingkungan, Perilaku Ibu,
Makanan Dan dan Kesehatan Anak.
Sumbangannya Terhadap 2013;7(9):415–20.
Konsumsi Energi Protein 13. Hidayat TS, Fuada N.
Pada Anak Balita Pendek Hubungan Sanitasi
(Stunting). 2011;39(2):62–73. Lingkungan, Morbiditas Dan
6. Oktarina Z, Sudiarti T. Faktor Status Gizi Balita Di
Risiko Stunting Pada Balita Indonesia. J Penelit Gizi dan
(24-59 Bulan) Di Sumatera. J Makanan. 2011;34(2):104–
Gizi dan Pangan. 13.
2014;8(3):177. 14. Wulandari, Rahayu F,
7. Shinta A.P KM. Pola Makan, Darmawansyah. Hubungan
Status Sosial Ekonomi Sanitasi Lingkungan dan
Keluarga Dan Prestasi Riwayat Penyakit Infeksi
Belajar Pada Anak Stunting Dengan Kejadian Stunting di
Usia 9-12 Tahun Di Kemijen Wilayah Kerja Puskesmas
Semarang Timur. Kerkap Kabupaten Bengkulu
2014;3(1):163–71. Utara. 2017;14(2):2628–37.
8. Ni’mah K, Nadhiroh siti 15. Wahyuningsih S, Raodhah S,
rahayu. Faktor yang Basri S. Infeksi Saluran
berhubungan dengan Pernafasan Akut (ISPA) pada
kejadian. Media Gizi Indones. Balita di Wilayah Pesisir
2010;1:13–9. Desa Kore Kecamatan
9. Mitra M. Permasalahan Anak Sanggar Kabupaten Bima.
stunting dan Intervensi untuk Higiene. 2017;3(2):97–105.
Mencegah Terjadinya 16. Sartika RAD. Pengaruh
Stunting. J Kesehat pendidikan gizi terhadap
Komunitas. 2015;2(6):254– pengetahuan dan perilaku
61. konsumsi serat pada siswa. J
10. Effendy M. Pengelolaan Ilmu Pendidik. 2011;Jilid
Wilayah Pesisir Secara 17(Nomor 4, Februari):322–
Terpadu: Solusi 30.
Pemanfaatan Ruang, 17. Hestuningtyas T. Pengaruh
Pemanfaatan Sumberdaya konseling gizi terhadap

270
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pengetahuan, sikap, praktik Kejadian Gizi Kurang Anak


ibu dalam pemberian makan Usia 2-5 Tahun. J UNIMUS.
anak, dan asupan zat gizi 2013;2(April):25–30.
anak stunting usia 1-2 tahun 19. Suliastiningsih A, Madi
di kecamatan semarang DAMY. Kurangnya asupan
timur. 2014;3(1):9. makan sebagai penyebab
18. Hapsari SK, Sunarto. kejadian balita Pendek. J
Hubungan Tingkat Asupan Dunia Kesehat.
Energi dan Protein Dengan 2013;5(1):71–5.

271

You might also like