You are on page 1of 14

RANCANG BANGUN SIMULATOR TROUBLE SHOOTING SISTEM

KELISTRIKAN AC MOBIL

NASKAH PUBLIKASI

Laporan Akhir
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya

Disusun oleh:
Achmad Muhlisun Zakaria
1310504014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2017
ii
RANCANG BANGUN SIMULATOR TROUBLE SHOOTING SISTEM
KELISTRIKAN AC MOBIL
Achmad Muhlisun Zakaria¹_Wandi Arnandi²_A.Noor Setyo H.D³
Program Studi DIII Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Tidar
JL. Kapten S. Parman 39 Potrobangsan Magelang Utara. Jateng 56116
email:¹AchmadMZakaria06@gmail.com
²Wandiarnandi@gmail.com
³noorsetyo@yahoo.com
ABSTRACT
This final project report aims to examine the design of the simulator
trouble shooting of the car AC power system. To achieve that goal, a simulator
trouble shooting electrical system of Car Air Conditioner in props.
Air conditioning system (Air Conditioner) is a number of equipment that is
made to condition the air in the room to have the temperature, and the desired
humidity. Air Conditioner (AC) on the car to adjust the temperature in the cabin
in accordance with the wishes of users so that users feel comfortable in the car.
Electrical component Air Conditioner (AC) is 12V battery, fuse (fuse), blower
switch, resistor, relay, magnetic coupling, extra fan, and thermostat.
Conclusion from the measurement result of current of AC power system on
props, on (TS) trouble shooting 1 there is no current flowing due to not connected
relay 87 with blower motor. While on (TS) trouble shooting 2 and (TS) trouble
shooting 3 shows a higher number than the existing standard, so it can be
concluded that the current on (TS) trouble shooting 2 and (TS) trouble shooting 3
can flow well means that the compressor and extra fan can work well. The highest
value of the highest resistance at the low 0.9 ohm and the lowest resistance at the
0.2 ohm high position, 1.8 ohm extra-fan motor, and 3.4 ohm stator coil. From the
design practice of props electrical system air conditioner system, it can be
suggested when conducting electrical system air conditioner system is done
according to security standard and correct procedure in order to reduce error
and risk of damage to props.

ABSTRAK

Laporan tugas akhir ini bertujuan untuk mengkaji rancang bangun


simulator trouble shooting sistem kelistrikan AC mobil. Untuk mencapai tujuan
tersebut, dibuat sebuah simulator trouble shooting sistem kelistrikan Air
Conditioner mobil di alat peraga.
Sistem pengkondisian udara (Air Conditioner) adalah sejumlah peralatan
yang di buat untuk mengkondisikan udara di dalam ruangan agar memiliki suhu,
dan kelembaban yang diinginkan. Air Conditioner (AC) pada mobil berfungsi
untuk mengatur temperature dalam kabin sesuai dengan keinginan pengguna
sehingga pengguna merasa nyaman di dalam mobil. Komponen kelistrikan Air
Conditioner (AC) yaitu baterai 12V, sekring (fuse), saklar blower, resistor, relay,
kopling magnet, extra fan, dan thermostat.
Kesimpulan dari hasil pengukuran arus sistem kelistrikan AC pada alat
peraga, pada (TS) trouble shooting 1 tidak terdapat arus yang mengalir yang
disebabkan karena tidak terhubungnya relay 87 dengan motor blower. Sedangkan
pada (TS) trouble shooting 2 dan (TS) trouble shooting 3 menunjukan angka yang
lebih tinggi dibandingkan standar yang sudah ada, sehingga dapat disimpulkan
bahwa arus pada (TS) trouble shooting 2 dan (TS) trouble shooting 3 dapat
mengalir dengan baik yang berarti bahwa kompresor dan extra fan dapat bekerja
dengan baik. Nilai besar tahanan tertinggi pada posisi low 0,9 ohm dan tahanan
terendah pada posisi high 0,2 ohm, motor extra fan 1,8 ohm, dan kumparan stator
3,4 ohm. Dari praktik rancang bangun alat peraga sistem kelistrikan air
conditioner, dapat disarankan pada saat melakukan praktik sistem kelistrikan air
conditioner dilakukan sesuai standar keamanan serta prosedur yang benar agar
dapat mengurangi kesalahan serta resiko kerusakan pada alat peraga.

PENDAHULUAN
Sistem pengkondisian udara (Air Conditioner) adalah sejumlah peralatan
yang di buat untuk mengkondisikan udara di dalam ruangan agar memiliki suhu,
dan kelembaban yang diinginkan.
Dalam sistem Air Conditioner (AC) pada mobil terdapat sistem
kelistrikan, sistem kelistrikan merupakan sistem yang sangat penting dalam kerja
sistem Air Conditioner mobil. Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan arus listrik
ke komponen-komponen yang membutuhkan agar sistem AC dapat beroperasi
dengan baik. Di negara tropis, AC lebih banyak berfungsi sebagai sistem
pendingin yang membuat udara menjadi lebih dingin.
Untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar secara teori dan
praktek tentang sistem kelistrikan AC (Air Conditioner) yang lebih maksimal,
maka diperlukan fasilitas untuk mendukung hal tersebut. Untuk panduan teori
dapat menggunakan buku atau media tertulis sebagai panduannya, sedangkan
pada panduan praktek lebih menggunakan peralatan dan trainer untuk
memudahkan proses belajar mengajar. Dengan adannya pembuatan trainer
simulator trouble shooting sistem kelistrikan AC diharapkan dapat digunakan
sebagai bantuan media belajar mengajar secara langsung¸ agar mahasiswa mampu
memahami tentang mekanisme simulator trouble shooting sistem kelistrikan AC.
Kajian Pustaka
Rifki (2005) memperbaiki tentang system kelistrikan Air Conditioner (AC)
pada mobil Toyota Avanza. Gangguan yang ditemui pada mobil Toyota Avanza
yaitu AC tiba-tiba mati diakibatkan motor cooling fan mati atau tidak berputar
sehingga panas kondensor ac tidak dapat di buang menyebabkan tekanan di
kondensor naik atau suhu berlebihan memicu high pressure switch bekerja untuk
memutus arus listrik ke magnetic clutch atau sensor temperatur kompressor
bekerja dan memutus arus listrik ke magnetic clutch. Perbaikan dilakukan dengan
mengganti extra fan dengan yang baru.
Joko (2014) melakukan pemasangan double blower dan double kondensor
pada Suzuki Futura. Hasil pemasangan double blower dan double kondensor
untuk kondensor belakang dijadikan sebagai kondensor primer dan yang depan
dijadikan sekunder, jadi beban panas kondensor di lempar dulu ke kondensor
belakang yang kemudian didinginkan lagi di kondensor depan supaya di dalam
kabin mobil dingin merata.

METODOLOGI

Mulai Proses Persiapan

Perancangan

Pembuatan alat
peraga

Pemasangan sistem
kelistrikan AC

Pengujian Selesai

Analisis Data Laporan


PROSES PERSIAPAN
Langkah awal persiapan yaitu mengkaji sumber referensi yang akurat,
untuk memperoleh informasi mengenai materi yang berkaitan dengan sistem
kelistrikan air conditioner. Mengkaji referensi dari berbagai macam sumber
pustaka yang relevan, baik media sosial, media cetak, online ataupun dari
seseorang yang mengetahui tentang kelistrikan air conditioner sehingga data yang
didapat akurat. Melakukan pemahaman mengenai komponen, dan sistem
kelistrikan pada air conditioner. Selanjutnya, setelah memperoleh referensi,
dilakukan langkah pembuatan skema kerangka alat peraga dan grafik diagram
kelistrikan yang akan diinstalasi pada alat peraga secara tepat dan akurat sesuai
dengan data yang diperoleh dari berbagai sumber referensi.

PERANCANGAN
Dalam proses peembuatan alat peraga sistem kelistrikan air conditioner,
terdapat trouble shooting pada rancangan di kelistrikan air conditioner. Berikut
merupakan trouble shooting yang dibuat pada alat peraga sistem kelistrikan air
conditioner.
1. Trouble Shooting 1
Trouble Shooting 1 pada wearing diatas adalah trouble shoot yang di buat
untuk memutus hubungan arus pada relay 87 dengan B saklar blower. Sehingga
trouble yang terjadi yaitu ketika switch AC on, tetapi blower tidak bekerja.
Karena tidak ada arus yang masuk pada saklar blower yang menyebabkan blower
tidak bekerja.
2. Trouble Shooting 2
Trouble Shooting 2 pada wearing diatas adalah trouble shoot yang di buat
untuk memutus hubungan pada relay 87 ke saklar extra fan. Sehingga trouble
yang terjadi yaitu kipas kondensor tidak bekerja yang menyebabkan AC tidak
dingin. Karena tidak ada arus yang masuk ke motor kipas, maka kipas tidak
berputar dan menyebabkan AC tidak maksimal atau kurang dingin.
3. Trouble Shooting 3
Trouble Shooting 3 pada wearing diatas adalah trouble shoot yang di buat
untuk memutus hubungan pada relay 87 ke saklar kompresor. Sehingga trouble
yang terjadi yaitu AC bekerja tetapi tidak dingin. Karena di magnetic clutch tidak
di beri arus sehingga menyebabkan kompresor tidak mau bekerja yang
menjadikan AC tidak dingin.

PEMBUATAN ALAT

1. Pengukuran besi
2. Pemotongan besi
3. Pengelasan besi
4. Merapikan sambungan pengelasan
5. Pengamplasan stand
6. Pengecatan stand
7. Pemasangan white board
8. Pemasangan komponen kelistrikan ac
9. Pemasangan relay
10. Pemasangan fuse
11. Pemasangan saklar trouble shooting

HASIL

Hasil pengukuran masing-masing komponen pada sistem kelistrikan air


conditioner double blower.
Hasil pengukuran tahanan komponen sistem kelistrikan air conditioner
No Nama komponen Tahanan (Ohm)

1 Resistor posisi low 0,9

2 Resistor posisi medium 0,5

3 Resistor posisi high 0,2

4 Motor blower 0,9

5 Motor extra fan 1,8

6 Kumparan stator 3,4

7 Relay 89

Hasil pengukuran tegangan pada kondisi normal dan trouble shoot


Tegangan terukur
(V)
No Nama komponen
Normal TS 1 TS 2 TS 3
1 Baterai 12,5 12,5 12,5 12,5
2 Motor extra fan 11,6 0,0 0,0 10,9
3 Kumparan stator 11,8 0,0 10,6 0,0
4 Motor blower (low) 11,7 0,0 7,8 7,8
5 Motor blower (medium) 11,7 0,0 8,6 8,6
6 Motor blower (high) 11,7 0,0 10,1 10,1
Hasil pengukuran arus pada kondisi normal dan pada saat trouble shoot
Arus terukur
(A)
No Nama komponen
Normal TS 1 TS 2 TS 3
1 Motor blower (low) 5,1 0,0 5,2 5,5

2 Motor blower (medium) 5,5 0,0 5,7 5,8

3 Motor blower (high) 6,3 0,0 7,2 6,4

4 Motor extra fan 6,1 0,0 0,0 6,2

5 Kumparan stator 1,2 0,0 2,5 0,0

Hasil pengukuran menurut hukum ohm kondisi normal


No Komponen Tahanan Arus Tegangan Tegangan
(Ohm) terukur
(A) (V)
(V)

1 Resistor low 0,9 5,1 4,59 11,7

2 Resistor medium 0,5 5,5 2,75 11,7

3 Resistor high 0,2 6,3 1,26 11,7

4 Motor extra fan 1,8 6,1 10,9 11,6

5 Kumparan stator 3,4 1,2 4,08 11,8

Hasil pengukuran menurut hukum ohm pada TS 1

Tahanan Arus Tegangan Tegangan


No Komponen (Ohm) terukur
(A) (V) (V)

1 Resistor low 0,9 0,0 0,0 0,0

2 Resistor medium 0,5 0,0 0,0 0,0

3 Resistor high 0,2 0,0 0,0 0,0

4 Motor extra fan 1,8 0,0 0,0 0,0

5 Kumparan stator 3,4 0,0 0,0 0,0


Hasil pengukuran menurut hukum ohm pada TS 2

Arus Tegangan Tegangan


Tahanan
No Komponen terukur
(Ohm) (V) (V)
(V)

1 Resistor low 0,9 5,2 4,6 7,8

2 Resistor medium 0,5 5,7 2,8 8,6

3 Resistor high 0,2 7,2 1.4 10,1

4 Motor extra fan 1,8 0,0 0,0 0,0

5 Kumparan stator 3,4 2,5 8.5 10,6

Hasil pengukuran menurut hukum ohm TS 3

Arus Tegangan Tegangan


Tahanan
No Komponen terukur
(Ohm) (A) (V)
(V)

1 Resistor low 0,9 5,5 4,9 7,8

2 Resistor medium 0,5 5,8 2,9 8,6

3 Resistor high 0,2 6,4 1,3 10,1

4 Motor extra fan 1,8 6,2 11,1 10,9

5 Kumparan stator 3,4 0,0 0,0 0,0

Pembahasan pengukuran tahanan


Hasil pengukuran tahanan menunjukkan bahwa nilai tahanan tertinggi pada
posisi low 0,9 ohm dan terendah pada posisi high 0,2 ohm. Hasil pengukuran ini
menunjukkan bahwa kondisi resistor blower masih dalam batas standar. Nilai
standart tahanan resistor blower mobil Toyota posisi low 1,6-2,0 ohm dan posisi
medium 0,5-0,7 ohm.

Pembahasan pengukuran tegangan sistem kelistrikan air conditioner kondisi


normal dan pada trouble shoot
Hasil pengukuran tegangan pada kondisi normal menunjukkan bahwa nilai
tegangan dari semua komponen motor extra fan, kumparan stator dan motor
blower (low, medium dan high) bahwa nilai tegangan lebih kecil dari tegangan
baterai. Ini disebabkan penurunan tegangan akibat melewati rangkaian sistem
kelistrikan.
Hasil pengukuran tegangan pada saat trouble shoot 1 menunjukkan bahwa
nilai tegangan dari semua komponen motor extra fan, kumparan stator dan motor
blower (low, medium, high) adalah 0,0 v dan nilai tegangan baterai normal. Ini
disebabkan karena tidak adanya tegangan yang melewati rangkaian sistem
kelistrikan air conditioner.
Hasil pengukuran tegangan pada saat trouble shoot 2 menunjukkan bahwa
nilai tegangan dari semua komponen motor blower (low, medium, high) kumparan
stator adalah lebih kecil dari hasil pada pengukuran normal dan pada saat
dilakukan trouble shoot 2 hasil tegangan dari motor extra fan 0,0 V. Ini
disebabkan penurunan tegangan akibat melewati rangkaian sistem kelistrikan air
conditioner.
Hasil pengukuran tegangan pada saat trouble shoot 3 menunjukkan bahwa
nilai tegangan dari semua komponen extra fan, motor blower (low, medium, high)
adalah lebih kecil dari hasil pada pengukuran normal dan pada saat dilakukan
trouble shoot 3 hasil tegangan dari kumparan stator 0,0 V. Ini disebabkan
penurunan tegangan akibat melewati rangkaian sistem kelistrikan air conditioner.

Pembahasan pengukuran arus pada sistem kelistrikan air conditioner kondisi


normal dan pada trouble shoot.
Hasil pengukuran arus pada kondisi normal menunjukkan bahwa nilai arus
pada semua komponen motor extra fan, kumpulan stator dan motor blower (low,
medium, dan high) bahwa niai arus standart.
Hasil pengukuran arus dari trouble shoot 1 menunjukkan bahwa nilai arus
dari semua komponen motor extra fan, kumparan stator dan motor blower (low,
medium, high) adalah 0,0 A. Ini yang disebabkan karena terjadi pemutusan pada
komponen kelistrikan dan tidak adanya arus yang melewati sitem kelistrikan air
conditioner.
Hasil pengukuran arus pada saat trouble shoot 2 menunjukkan bahwa nilai
arus dari semua komponen motor blower (low, medium, high) adalah lebih kecil
dari hasil pada pengukuran normal dan pada saat dilakukan trouble shoot 2 hasil
arus dari extra fan 0,0 A. Ini disebabkan penurunan arus akibat melewati
rangkaian sistem kelistrikan air conditioner.
Hasil pengukuran arus pada saat trouble shoot 3 menunjukkan bahwa nilai
arus dari semua komponen motor extra fan, motor blower (low, medium, high)
adalah lebih kecil dari hasil pada pengukuran normal dan pada saat dilakukan
trouble shoot 3 hasil arus dari kumparan stator 0,0 A. Ini disebabkan penurunan
arus akibat melewati rangkaian sistem kelistrikan air conditioner.

Pembahasan hasil pengukuran menurut hukum ohm


Hasil pengukuran pada kondisi normal arus menunjukkan bahwa nilai arus
terendah pada posisi low 5,1 A dan tertinggi pada posisi high 6,3 A. Hasil
pengukuran tegangan pada kondisi normal adalah standart 11,7 V. Hal ini sesuai
dengan hukum ohm, yang dinyatakan dengan persamaan dengan V adalah
tegangan, I adalah arus dan R adalah tahanan. Berdasarkan persamaan tersebut
untuk nilai tegangan yang sama semakin kecil hambatanya maka arus yang
mengalir akan semakin besar dan terlihat tegangan terukur lebih besar dari pada
tegangannya.
Hasil pengukuran menurut hukum ohm pada saat trouble shoot 1 bahwa
nilai tegangan adalah 0,0 V. Karena terjadi pemutusan aliran pada sistem
kelistrikan air conditioner. Nilai tegangan pada saat trouble shoot 2 menunjukkan
nilai terendah low 7,8 V dan high 10,1 V. Nilai tegangan terukur pada saat trouble
shoot 3 menunjukkan bahwa nilai tegangan terendah low 7,8 V dan high 10,1 V.
Hasil pengukuran menurut hukum ohm pada saat trouble shoot 1 bahwa
nilai arus adalah 0,0 A. Karena terjadi pemutusan aliran pada sistem kelistrikan
air conditioner. Nilai arus pada saat trouble shoot 2 menunjukkan nilai terendah
low 5,2 A dan high 7,2 A. Nilai tegangan terukur pada saat trouble shoot 3
menunjukkan bahwa nilai arus terendah low 5,5 A dan high 6,4 A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari perancangan dan pengujian alat peraga pada trouble
shooting sistem kelistrikan air conditioner maka kesimpulan yang didapat yaitu
kinerja trouble shooting sistem kelistrikan air conditioner sudah optimal.

Hasil dari pengukuran tegangan sistem kelistikan AC pada alat peraga


dapat disimpulkan bahwa tahanan dari ketiga trouble shooting masih di batas
normal. Dan alat peraga sistem simulator trouble shooting pada air conditioner
bekerja dengan baik. Hal ini di tunjukkan penurunan nilai tegangan pada saat
dilakukan proses pengujian, hal ini disebabkan karena tidak adanya sistem
pengisian seperti yang ada pada mobil sehingga tegangan baterai akan terus
berkurang pada saat AC dihidupkan.
Pada trouble shooting (TS) 1 tidak terdapat arus yang mengalir, hal ini
disebabkan karena tidak terhubungnya relay 87 dengan motor blower. Sedangkan
pada trouble shooting (TS) 2 dan trouble shooting (TS) 3 menunjukan angka yang
lebih tinggi dibandingkan standar yang sudah ada, sehingga dapat disimpulkan
bahwa arus pada trouble shooting (TS) 2 dan trouble shooting (TS) 3 dapat
mengalir dengan baik yang berarti bahwa kompresor dan extra fan dapat bekerja
dengan baik.
Nilai besar tahanan tertinggi pada posisi low 0,9 ohm dan tahanan terendah
pada posisi high 0,2 ohm, motor extra fan 1,8 ohm, dan kumparan stator 3,4 ohm.

SARAN
Dari praktik rancang bangun alat peraga sistem kelistrikan air conditioner,
dapat disarankan pada saat melakukan praktik sistem kelistrikan air conditioner
dilakukan sesuai standar keamanan serta prosedur yang benar agar dapat
mengurangi kesalahan serta resiko kerusakan pada alat peraga.
DAFTAR PUSTAKA
Toyota Astra Motor Training Center, Training Manual, New Step 1

Buku Pedoman Dasar Pengetehuan A/C Mobil (HFC 134a), PT. Nippondenso
Indonesia, Inc.

Arfan M, 2012,Kelistrikan-Ac-Mobil.html.http://anugerahjayaac.com/
Diunduh tanggal 13 juni 2017

Kurniawan I, 2014, Fungsi-Komponen-Utama-Ac.http://otomotrip.com/


Diunduh tanggal 8 juni 2017

Kurniawan I, 2014, Cara-Kerja-Ac Mobil.http://serviceacmobil.com/2014/09.


Diunduh tanggal 14 juni 2017

You might also like