You are on page 1of 8

JURNAL PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Volume 5 Nomor 1, Mei 2016

Penelitian Hal

Analisis Parameter Oseanografi Hubungannya Dengan Hasil Tangkapan Ikan Tuna 1-9
Sirip Kuning Di Perairan Maluku Utara (The relationship analysis of oceanography
parameters with the ikan tuna sirip kuning catched in north molucas waters)
Umar Tangke, John W. Ch. Karuwal, Achmar Mallawa, Mukti Zainuddin
Profil Kondisi Oseanografi Daerah Penangkapan (Pasi) Ikan Kakap Merah Sub Famili 10-17
Etelinae di Kepulauan Lease (Oceanography profile condition in fishing ground (pasi) of
the red snapper, sub-family Etelinae at Lease Island)
Delly D. P. Matrutty
Rancang Bangun Perangkat Lunak Dalam Mendesain Jaring Insang Dengan Menggunakan 18-25
Netbeans (Design Software in Designing gill net using netbeans)
Jacobus B.Paillin, Stany R. Siahainenia, Jack Rahanra
Implementasi Pengelolaan Perikanan Karang Dengan Pendekatan Ekosistem Pada Program 26-34
Lumbung Ikan Nasional (Lin) Di Maluku (Implementation of Ecosystem Approach for Reef
Fisheries Management Into The Program Of Lumbung Ikan Nasional (Lin) in Maluku)
B. Grace Hutubessy; Jacobus W. Mosse; Gino V. Limmon
Kajian Perbedaan Warna Jigs Terhadap Hasil Tangkapan Cumi (Loligo Sp) (Studi of JIGS 35-42
color variation against The catch of squid (Loligo sp))
Etwin Tanjaya
Reaksi Ikan Epinephelus Fuscogutattus Terhadap Alat Tangkap Bubu Dengan Intensitas 43-49
Cahaya Berbeda (A different light intensity of Epinephelus fuscogutattus reacted to direct
into fish pots)
SR Siahainenia, JB Paillin, RHS Tawari, A Tupamahu
Karakteristik Nelayan Di Teluk Ambon (Characteristic of Fisherman in Ambon Bay) 50-58
Welem Waileruny

Terbit dua kali setahun


Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 43-49. ISSN.2085-5109

REAKSI IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus Fuscogutattus) TERHADAP ALAT


TANGKAP BUBU DENGAN INTENSITAS CAHAYA BERBEDA
A different light intensity of Epinephelus fscogutattus reacted to direct into fish pots

SR. Siahainenia, JB. Paillin, RHS Tawari, A. Tupamahu


Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Universitas Pattimura Ambon
Korespondensi: SR Siahainenia, stanyrachel_m@yahoo.com
ABSTRACT
One of the gears and methods to catching the fishes of reef is fishpot. Knowledge of fish behavior is
also important in the success of the research. The purpose of the study was to determined the
reaction of tiger grouper into the fishpot. The results showed that the tiger grouper approached with
caution and silence before entering the fishpot for a while, and headed straight into the funnel and
enter the fishpot. Conditions of light intensity affect the length and number of the fish into the fishpot
where conditions are ideal light intensity from 0.5 to 200 lux.

Keyword: fish behavior, light intensity, fishpot, tiger grouper

PENDAHULUAN bahan nilon PE, panjang 60 cm, tinggi 20


Ikan kerapu macan (Epinephelus cm, lebar 30 cm, panjang corong 28 cm,
fuscoguttatus) merupa-kan salah satu diameter corong bagian dalam 8 cm), Bak
jenis ikan karang yang memiliki nilai pengamatan (3,0 m x1,75 m x 0,60 m)
ekonomis yang cukup tinggi di pasar dengan volume air 2,63 m3 yang dibuat
Internasional. Nilai ekonomis ikan ini lingkaran berwarna merah dari poros bak
sangat ditentukan oleh tingkat kesegaran (diameter 5 cm ,jarak tiap lingkaran 5 cm),
ikan dan dalam keadaan hidup harganya pompa untuk sirkulasi air, aerator,
akan semakin tinggi (DKP 2002 dalam refraktometer,termometer, luxmeter, ikan
Riyanto 2008 ). Dari sekian banyak alat E.fuscoguttatus 10 ekor, ikan Caranx
tangkap yang digunakan, pemilihan bubu sexfaciatus 2 ekor, Caesio,sp 3 ekor dan
sebagai alat penangkapan ikan karang Camcorder. Di dalam bak percobaan
dipertimbangkan tepat dari segi mutu hasil diberikan shelter yang terbuat dari semen
tangkapan. dan diletakkan pada sisi kiri dengan jarak
Proses tertangkapnya ikan kerapu 75 cm dari bubu.
macan oleh alat tangkap bubu berkaitan
erat dengan tingkah laku ikan itu sendiri.
Gagalnya penangkapan ikan terjadi akibat
kurangnya pengetahuan tentang tingkah
laku ikan dalam menghadapi suatu alat
tangkap. Reaksi ikan terhadap bubu
merupakan salah satu indikator yang perlu
diketahui sehubungan dengan
penyempurnaan desain dan metode
penangkapan. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui reaksi ikan kerapu macan (E.
fuscoguttatus) terhadap alat tangkap
bubu. Gambar 1. Bak percobaan dan alat
tangkap bubu yang digunakan dalam
METODOLOGI penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Pengamatan Reaksi Ikan Terhadap
bulan Juli sampai Agustus 2012 di Bubu
Laboratorium PSP FPIK Universitas
Panjang total ikan kerapu macan E.
Pattimura. Alat dan bahan yang digunakan fuscoguttatus berkisar antara 13-15 cm.
dalam penelitian ini meliputi: 1 unit alat
Prosedur pengamatan reaksi ikan diawali
tangkap bubu (terbuat dari kerangka besi,
dengan aklimatisasi dilanjutkan dengan

43
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 43-49. ISSN.2085-5109

peletakkan bubu pada poros tangki terhadap bubu dilakukan pada kondisi
kemudian dilakukan pengamatan reaksi intensitas cahaya dalam air 0,5–10 lux,
ikan terhadap bubu selama 1 (satu) jam 100–200 lux, dan 400–450 lux dan
dengan rekaman camcorder.Pengukuran diulang sebanyak 3 kali. Selain itu juga
intensitas cahaya dalam air, suhu dan diukur suhu dan salinitas air dalam tangki
salinitas air di tangki percobaan dilakukan selama pengamatan.
sebelum rekaman dan sesudah Data hasil pengamatan dianalisis
rekaman.Hasil rekaman reaksi ikan untuk mengetahui pola reaksi ikan
ditransef ke laptop, kemudian diamati mendekati, menjauhi dan masuk ke dalam
reaksi ikan terhadap bubu dengan bubu. Analisis reaksi ikan terhadap bubu
program GOM player. dilakukan secara deskriptif, sedangkan
Reaksi ikan yang diamati meliputi pengaruh kondisi intensitas cahaya
pergerakan menuju bagian-bagian bubu terhadap lama waktu pertama kali ikan
sampai masuk di dalam bubu dan masuk kedalam bubu dan jumlah ikan
reaksinya di dalam bubu, kecepatan yang masuk kedalam bubu dilakukan
renang ikan dan dicatat lama waktu dengan analisis ragam berdasarkan
bereaksi.Pengamatan reaksi ikan rancangan acak lengkap.
ikan terhadap bubu pada tiga kondisi
HASIL DAN PEMBAHASAN percobaan adalah 8,6 lux, 188,9 lux dan
443,8 lux, sedangkan sesudah
Intensitas cahaya rata-rata saat
pengamatan adalah 0,7 lux, 154,2 lux dan
sebelum dilakukan pengamatan reaksi
407,0 lux (Tabel 1)

Tabel 1. Kondisi intensitas cahaya, suhu, dan salinitas dalam tanki percobaan.
Intensitas Cahaya (Lux) Suhu Salinitas
0
Pengamatan ( C) (‰)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
0,5-10 lux
1 7,4 0,5 27,0 27,0 29 29
2 8,9 0,8 27,0 27,0 28,3 28,3
3 9,6 0,9 26,5 26,7 27,0 27,0
Rata-rata 8,6 0,7 26,8 26,9 28,1 28,1
100-200 lux
1 199,8 152,5 26,5 26,5 28,5 28,5
2 178,0 155,8 26,0 26,0 27,3 27,3
3 187,2 166,0 26,0 26,0 27,0 27,0
Rata-rata 188,9 154,2 26,3 26,3 27,9 27,9
400-450 lux
1 447,0 400,3 27,3 27 26,5 26,5
2 450,0 413,4 27,5 27,4 26,0 26,0
3 443,8 407,0 27,5 27,4 26,0 26,0
Rata-rata 443,8 407,0 27,5 27,4 26,0 26,0

Respon ikan terhadap bubu pada bubu sedangkan ikan-ikan lainnya


intensitas cahaya 0,5-10 lux berada dari bubu antara 15–40 cm,
Hasil pengamatan respon ikan kemudian berenang menjauhi bubu
terhadap bubu pada kondisi intensitas sampai jarak 70 cm dari bubu. Ikan E.
cahaya dalam air 0,5 -10 lux sebagai fuscoguttatus yang merapat ke dinding
berikut : bubu hanya sekitar 10 detik kemudian
1. Ikan E. fuscoguttatus mulai kembali ke shelter.
memberikan respon terhadap bubu 2. Setelah bubu dioperasikan selama 4 –
pada jarak 45 cm dari sisi kiri bubu 2 10 menit, ikan-ikan berespon terhadap
menit setelah bubu dioperasikan. bubu dengan orientasi yang berbeda-
Pada selang waktu 3 menit, seekor beda. Ada yang melakukan orientasi
ikan E.fuscoguttatus keluar dari shelter dengan jarak dari bubu 40 – 70 cm,
dan langsung merapat ke dinding kemudian berenang menuju bubu dan

44
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 43-49. ISSN.2085-5109

mendekat dan terlihat diam di dan 16. Pada pengamatan selama 17


belakang dan samping bubu pada menit, terlihat seekor ikan
jarak 5–15 cm. Ada yang berenang E. fuscoguttatus menuju corong bubu
melilingi bubu serta berenang di atas dengan kecepatan renang 5 cm/det
bubu dan langsung menjauhi dan berorientasi selama 10 detik
(kecepatan renang rata-rata 7,5 kemudian masuk kedalam bubu.
cm/det). Ikan-ikan yang berenang 5. Pada pengamatan selama 21–60
mengelilingi bubu pada jarak 55 cm menit ikan-ikan melakukan pergerakan
dari bubu, kemudian berenang mendekat, menjauhi bubu, berenang
menjauhi bubu sampai jarak 70 cm mengelilingi bubu dan berenang di
dari bubu. Ikan-ikan yang berorientasi atas bubu. Ikan-ikan yang telah
mendekat bubu dengan jarak 5–15 cm terperangkap di dalam bubu berusaha
dan tidak melakukan pergerakan untuk keluar dari bubu. Pada menit ke
hanya sekitar 5 detik, kemudian 33, seekor ikan E. fuscoguttatus
berenang meninggalkan bubu. Pada keluar melalui corong dan
menit ke 10, seeokor ikan E. meninggalkan bubu dengan kecepatan
fuscoguttatus keluar dari shelter untuk renang 3 cm/det. Kemudian pada
mendekati bubu kemudian menuju menit ke 34, seekor ikan
corong dan masuk ke dalam bubu. E.fuscoguttatus lainnya kembali
3. Setelah 11–12 menit pengamatan, masuk kedalam bubu. Kecepatan
bahwa ikan-ikan yang telah melakukan renang kearah corong bubu sebelum
orientasi ke bubu lebih lama dengan melakukan orientasi selama 1 menit
cara merapat ke badan bubu sampai 10 detik di depan corong adalah 13,3
jarak 30 cm dari bubu. Orientasi ini cm/detik.
dilakukan selama 1 menit 50 detik, Selama pengamatan pertama
kemudian dua ekor ikan lalosi pada kondisi intensitas cahaya 0,5–10 lux,
berenang ke corong bubu dan seekor ikan yang masuk ke bubu sebanyak 5
ikan lalosi masuk kedalam bubu pada ekor, pengamatan kedua 7 ekor dan
menit ke 12 sedangkan seekor lagi penagmatan ketiga 6 ekor. Waktu yang
berenang menjauhi bubu. dibutuhkan untuk ikan pertama kali masuk
4. 13–20 menit kemudian , ikan-ikan ke bubu pada pengamatan pertama
melakukan orientasi yang sama. Ada adalah 12 menit, pengamatan kedua 10
dua ekor ikan E. fuscoguttatus keluar menit dan pengamatan ketiga 10 menit.
dari shelter pada jarak dari bubu 45
cm, kemudian berenang ke arah bubu Respon ikan terhadap bubu pada
dengan kecepatan renang 5 cm/detik. intensitas cahaya 100-200 lux
Kedua ekor ikan E.fuscoguttatus ini Hasil pengamatan respon ikan
merapat ke dinding bubu dan tidak terhadap bubu pada kondisi intensitas
berenang selama 18 detik, setelah itu cahaya dalam air 100-200 lux sebagai
berenang menjauhi bubu dengan berikut :
kecepatan 11,6 cm/detik. Pada 1. Pada saat bubu diletakkan ada ikan
pengamatan menit ke-14, seekor ikan yang berenang mendekati bubu
E. fuscoguttatus kembali menuju bubu dengan jarak 5- 30 cm berorientasi
dengan kecepatan renang 3,3 sekitar 5 detik di dekat bubu langsung
cm/detik kemudian berorientasi di berenang meninggalkan bubu. Selama
corong bubu selama 10 detik dan 2–10 menit terlihat ikan-ikan berenang
masuk kedalam bubu dengan mendekati bubu dari jarak 5-40 cm,
kecepatan renang 6 cm/det. Saat dan seekor ikan Epinephelus
bersamaan seekor ikan fuscoguttatus keluar dari tempat
E.fuscoguttatus lainnya kembali persembunyian (shelter) berenang
menuju bubu dan melakukan orientasi mendekati bubu selama 12 detik dan
selama 10 detik, berenang mengintari kembali berenang meninggalkan
bubu dan diikuti oleh dua ekor ikan E. bubu.
fuscoguttatus lainnya yang telah 2. Pada menit ke 11 sampai menit ke 16,
keluar dari shelter pada menit ke 15 ada sebelas ikan berenang melewati

45
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 43-49. ISSN.2085-5109

bubu, adapun seekor ikan yang lewat 32 detk ikan Caesio keluar dari
berenang di atas bubu selama 3 detik dalam bubu. Di menit ke 21, ikan E.
langsung berenang menjauhi bubu. E. fuscoguttatus telah berenang ke sisi
fuscoguttatus yang berenang keluar kanan badan bubu dan berdiam diri
dari tempat persembunyiannya dan kemudian berenang ke mulut bubu
berdiam diri pada jarak 35 cm. Selama dan tetap berada sampai menit ke 22,
17 detik ikan E.fuscoguttatus tersebut ikan kerapu macan E. fuscoguttatus
kembali ke shelter.di menit ke 12 masih berdiam diri di mulu bubu, akan
sampai 14, ikan-ikan berorientasi dari tetapi ikan kerapu yang telah
jarak 5-60 cm, ikan-ikan berenang terperangkap di dalam bubu pun
mengelilingi bubu adapula yang hanya bershasil menemukan pintu keluar
melewati bubu. Pada menit ke-13 sehingga berenang dan berdiam diri
sampai 15 1 (satu) ekor juga di mulut bubu. Selama 20 detik,
E.fuscoguttatus keluar dari shelter ikan E. fuscoguttatus yang berenang
berenang di sekitar badan bubu keluar dari mulut bubu. Pada menit ke
selama 11 detik, dan berenang 23 lewat 25 detik seekor ikan E.
meninggalkan bubu. Di menit ke 14 fuscoguttatus berenang mendekati
seekor ikan Caesio yang berenang bubu kemudian mengelilingi bubu
mendekati bubu dan terus menuju ke selama 25 detik dan berenang
mulut bubu selama 25 detik, dan di menjauhi bubu. Setelah ikan
detik ke 26 ikan tersebut masuk ke E.fuscoguttatus berenang menjauhi
dalam bubu sementara ikan yang lain bubu, 8 detik kemudian ikan
berdiam diri di di atas badan bubu. E.fuscoguttatus kembali berenang
Pada menit ke 15, ikan-ikan berenang mendekati bubu dan perlahan-lahan
di belakang bubu dengan jarak 15cm, menuju ke corong bubu dan masuk.
selain itu juga ada ikan yang masih Dimenit ke 24, 2 individu
berenang diatas bubu. Ikan yang telah E.fuscoguttatus berenang ke corong
terperangkap di dalam bubu berenang bubu dan berada didalam corong
ke seluruh sisi badan bubu untuk selama 50 detik, kemudian pada detik
mencari pintu keluar, sedangkan ikan- ke 51 seekor ikan E.fuscoguttatus
ikan yang tidak terperangkap berenang keluar menjauhi bubu. Pada
berenang melewati bubu. Setelah 28 menit ke 25, ikan-ikan berenang hanya
detik berlalu, seekor ikan Caesio melewati bubu, dan di corong bubu
kembali berenang langsung menuju masih ada seekor ikan E.fuscoguttatus
mulut bubu selama 2 detik ikan . Pada menit ke 26 seekor ikan
tersebut langsung masuk ke dalam E.fuscoguttatus keluar dari shelter
bubu di samping itu dari jarak 50 cm berenang mendekatai bubu dan
ikan E.fuscoguttatus berenang ke sisi masuk ke corong bubu dan bergabung
kanan bubu, berenang lagi menuju dengan ikan E.fuscoguttatus lainnya
bubu dan di menit ke 16 kemudian yang masih berdiam diri di corong.
masuk ke dalam bubu. Selanjutnya, 31 Pada menit ke 29, salah satu ikan E.
detik kemudian seekor ikan E.masuk fuscoguttatus yang masih berada
ke dalam bubu. dicorong bubu masuk kedalam bubu
3. Dimenit ke 17-30, ikan-ikan berenang dan pada menit ke 30 seekor ikan
dari jarak 5-30 cm, ada yang berenang E.fuscoguttatus yang masih berada di
diatas bubu, ikan-ikan yang telah corong bubu keluar meninggalkan
teperangkap berenang ke sudut-sudut bubu.
bubu untuk mencari pintu keluar. Di Selama pengamatan pertama
menit ke 20 seekor ikan E. pada kondisi intensitas cahaya 100 – 200
fuscoguttatus keluar dari shelters lux, ikan yang masuk ke bubu sebanyak 5
berenang dari jarak 25 cm dari bubu ekor, pengamatan kedua 6 ekor dan
dan berdiam diri. Dimenit ke 20 lewat pengamatan ketiga 5 ekor. Waktu yang
28 detik, seekor ikan lalosi di dalam dibutuhkan untuk ikan pertama kali masuk
bubu terus berenang mencari pintu ke bubu pada pengamatan pertama
untuk keluar, dan pada menit ke 20

46
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 43-49. ISSN.2085-5109

adalah 12 menit, pengamatan kedua 16 High and Beardsley (1970)


menit dan pengamatan ketiga 14 menit. melakukan pengamatan terhadap
beberapa spesies ikan di sekitar bubu,
Respon Ikan terhadap Bubu pada dimana ikan E. fuscoguttatus merupakan
Intensitas Cahaya 400 – 450 Lux ikan yang soliter dan mendekati bubu
Hasil pengamatan respon ikan dengan hati-hati, sedangkan jenis ikan
terhadap bubu pada kondisi intensitas yang berkelompok masuk kedalam bubu
cahaya dalam air 400-450 lux sebagai secara bersama-sama. Thomsen et al
berikut : (2010), ikan tertarik kepada bubu
1. Pada saat bubu diletakkan sampai dipengruhi oleh faktor-faktor seperti
dengan menit pertama belum ada ikan tingkah laku untuk eksplorasi (exploratory
yang berorientasi di dekat bubu. behavior), beradaptasi terhadap bubu
Setelah 21 detik pengamatan, tampak sebagai shelter atau tempat tinggal, social
seekor ikan berenang mendekati behavior, dan tertarik karena ada
bubu. Detik ke 39 seekor ikan lalosi mangsanya yang terlebih dahulu masuk
yang berenang dari arah belakang kedalam bubu. Ada kemungkinan bahwa
bubu langsung mendekati bubu dan E.fuscoguttatus tertarik dengan bubu
berdiam diri disamping badan bubu, karena bubu sebagai shelter atau tempat
selama 10 detik di sisi kiri bubu ikan bersembunyi.
tersebut berenang kembali
mengelilingi bubu. Pengaruh Kondisi Intensitas Cahaya
2. Ikan-ikan masih melakukan orientasi Terhadap Waktu Ikan Pertama Masuk
mendekati, melewati, dan menjauhi ke DalamBubu dan Jumlah Ikan Masuk
bubu. Sampai dengan menit ke 13 ke Dalam Bubu
pada pengamatan pertama, menit ke Analisis ragam (Tabel 2)
19 pada pengamatan kedua dan menit menunjukkan bahwa intensitas cahaya
ke 18 pada pengamatan ketiga, ikan yang dicobakan berpengaruh terhadap
lalosi pertama kali masuk melalui lama waktu ikan pertama masuk ke dalam
corong ke dalam bubu. bubu. Pada Tabel 3 terlihat bahwa waktu
3. Di menit ke 51-60, ikan-ikan yang rata-rata yang dibutuhkan untuk ikan
berenang mendekati bubu dari jarak 5- masuk kedalam bubu pada kondisi
65 cm, akan tetapi ada juga yang intensitas cahaya 0,5-10 lux adalah 11
berenang menjauhi bubu. menit, pada kondisi intesitas cahaya 100-
Pengamatan pada kondisi 200 lux adalah 14 menit dan 400-450 lux
intensitas cahaya 400-450 lux, ikan yang adalah 18 menit.
masuk kedalam bubu pada pengamatan
Tabel 2. Analisis Ragam Pengaruh
pertama sebanyak 3 ekor, pengamatan
Intensitas Cahaya Terhadap Lama
kedua 2 ekor, dan pengamatan ketiga
Waktu Ikan Pertama Masuk ke Dalam
adalah 3 ekor.
Bubu.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ikan E. fuscoguttatus mendekati Sumber Nilai P-
bubu dengan sangat hati-hati. Adapun 3 keragaman JK Db tengah Fhit value
Intensitas
reaksi ikan E. fuscoguttatus dalam cahaya 132.7 2 66.3 10.7 0.010
mendekati bubu antara lain (1) Setelah Galat
mendekati bubu kemudian kembali ke percobaan 37.3 6 6.2
shelter dan mendekati bubu kembali dan Total 170 8
berdiam diri setelah itu perlahan-lahan
menuju kearah corong dan masuk Hasil uji bnt (Tabel 4)
kedalam bubu; (2) Mendekati bubu memperlihatkan bahwa terdapat
kemudian berdiam diri di dekat bubu perbedaan yang nyata antara lama waktu
beberapa saat, dan selanjutnya menuju yang dibutuhkan ikan pertama masuk
corong dan langsung masuk dan (3) kedalam pada kondisi intensitas cahaya
Mendekati bubu kemudian menuju corong 0,5-10 lux dan kondisi intensitas cahaya
dan berdiam diri beberapa saat, 400-450 lux. Diantara kondisi intensitas
selanjutnya masuk ke dalam corong.

47
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 43-49. ISSN.2085-5109

cahaya 0,5-10 dan 100-200 lux serta terdapat perbedaan jumlah ikan yang
kondisi 100-200 dan 400-450 lux tidak masuk kedalam bubu.
terdapat perbedaan waktu untuk ikan
pertama masuk kedalam bubu Tabel 5 .Analisis Ragam Pengaruh
Intensitas Cahaya Terhadap Jumlah Ikan
Tabel 3. Lama waktu ikan pertama
Yang Masuk ke Dalam Bubu.
masuk ke dalam bubu selama percobaan
berdasarkan kondisi intensitas cahaya. Sumber Nilai P-
keragaman JK db tengah Fhit value
Intensitas cahaya (lux) Intensitas
Ulangan 400- cahaya 20.2 2 10.1 18.2 0.002
0.5-10 100-200 Galat
450
percobaan 3.3 6 0.56
Total 23.5 8
1 12 12 14
2 10 16 20 Tabel 6 .Jumlah Ikan Yang Masuk ke
3 10 14 19 Dalam Bubu Selama Percobaan
Rata-rata 11 14 18 Berdasarkan Kondisi Intensitas Cahaya.

Kondisi intensitas cahaya (lux)


Tabel 4. Hasil Uji Perbedaan Rata- Ulangan
0.5-10 100-200 400-450
Rata Waktu yang Dibutuhkan untuk Ikan
1 5 5 3
Pertama Masuk ke Dalam Bubu Diantara
Kondisi Intensitas Cahaya. 2 7 6 2
3 6 5 3
0.5-10 lux 100-200 lux Rata-
6 5 3
rata
0.5-10 lux
100-200 lux 3 Tabel 7. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata
400-450 lux 7
*
3 Jumlah Ikan yang Masuk ke Dalam Bubu
*
Keterangan : bnt 0,05 = 5,6; bnt 0,01 = 8,5; = beda diantara Kondisi Intensitas Cahaya.
nyata pada taraf 0,05
0.5-10 lux 100-200 lux
Analisis ragam (Tabel 5) 0.5-10 lux
menunjukkan bahwa intensitas cahaya 100-200 lux 1
yang dicobakan berpengaruh terhadap ** *
400-450 lux 3 2
jumlah ikan yang masuk kedalam bubu. *
Keterangan : bnt 0,05 = 1,8; bnt 0,01 = 2,8; = beda
Pada Tabel 6 terlihat bahwa jumlah ikan nyata pada taraf 0,05;
**
= beda nyata pada taraf
rata-rata yang masuk kedalam bubu pada 0,01
kondisi intensitas cahaya 0,5-10 lux Hasil penelitian menunjukkan
adalah 6 ekor, pada kondisi intesitas bahwa kondisi intensitas cahaya
cahaya 100-200 lux adalah 5 ekor dan berpengaruh terhadap lamanya ikan
400-450 lux adalah 3 ekor. masuk kedalam bubu dan jumlah ikan
Hasil uji BNT (Tabel 7) masuk kedalam bubu, dimana kondisi
memperlihatkan bahwa terdapat intensitas cahaya 0,5-200 lux merupakan
perbedaan yang sangat nyata antara kondisi yang ideal selama percobaaan.
jumlah ikan yang masuk kedalam bubu Kondisi intensitas cahaya yang demikian
pada kondisi intensitas cahaya 0,5-10 lux merupakan kondisi yang ideal dimana ikan
dan kondisi intensitas cahaya 400-450 lux. E. fuscoguttatus dapat melihat bubu
Diantara kondisi intensitas cahaya100-200 sebagai tempat untuk bersembunyi atau
lux dan 400-450 lux, terdapat perbedaan sebagai shelter.Orientasi ikan
yang nyata jumalah ikan yang masuk E.fuscoguttatus macan terhadap bubu
kedalam bubu. Diantara kondisi intensitas terlihat lamban jika dibandingkan dengan
cahaya 0,5-10 dan 100-200 lux serta jenis ikan lainnya.Selama pengamatan
kondisi 100-200 lux dan 400-450 lux tidak jenis ikan lainnya (Caesio sp) yang selalu
melakukan orientasi lebih dahulu ke bubu

48
Jurnal “Amanisal” PSP FPIK Unpatti-Ambon Vol. 5. No. 1, Mei 2016 Hal 43-49. ISSN.2085-5109

demikian juga yang lebih dulu masuk bagian dalam yang tidak seperti leher
melalui corong kedalam bubu. kuda. Lucckhurst and Ward (1987)
Selama 1 (satu) jam pengamatan mengatakan diantara corong yang bagian
dan setelah ikan masuk kedalam bubu, dalam berbentuk leher kuda dan bentuk
ikan E. fuscoguttatus maupun ikan lurus, bentuk leher kuda lebih efektif untuk
Caesio melakukan pergerakan untuk mengurangi keluarnya ikan dari
mencari jalan keluar. Pergerakan yang bubu.Bubu merupakan alat tangkap pasif
dilakukan dengan cara mengelinding di sehingga dibutuhkan umpan agar ikan
dinding bubu, dan tingkah lakunya yang dijadikan target tangkapan mau
semakin agresif untuk mencari pintu memasuki bubu (Martasuganda 2003).
keluar.Ca Caesio melakukan pergerakan
untuk mencari jalan keluar. Pergerakan KESIMPULAN
yang dilakukan dengan cara mengelinding Dari hasil penelitian dapat
di dinding bubu, dan tingkah lakunya disimpulkan ikan kerapu macan
semakin agresif untuk mencari pintu (Epinephelus fuscoguttatus) mendekati
keluar. Pada percobaan ini, setelah ikan bubu sangat hati-hati. Setelah mendekati
berada di dalam bubu ada juga yang bubu, berdiam diri di dekat bubu beberapa
keluar melalui corong.Hal ini terjadi karena saat, dan selanjutnya menuju corong dan
desain dari corong belum memadai untuk langsung masuk. Kondisi intensitas
ikan tidak dapat keluar.Ikan bisa keluar cahaya berpengaruh terhadap lamanya
dari corong karena bentuk corong yang
ikan masuk ke dalam bubu dan Brandt AV. 1984. Fishing Catching
jumlah ikan masuk ke dalam bubu. Methods of the World. Fishing
Kondisi intensitas cahaya 0,5-200 lux News Books ltd. England. Pp: 66.
merupakan kondisi yang ideal dimana ikan High WL and Ellis IE. 1970. Underwater
E.fuscoguttatus dapat melihat bubu Obsevation of Fish Behavior In
sebagai tempat untuk bersembunyi atau Traps. Helgollander.
sebagai shelter. Disarankan untuk Luckhurst B and JA Ward. 1987.
dilakukan penelitian lanjutan tentang Behavioural Dynamics of Coral
respon ikan tersebut terhadap desain Reef Fishes in Antillen Fish Traps
bubu corong berbentuk leher kuda . at Bermuda. Proc.Gulf.Carib.Fish.
Inst.38:528-546
DAFTAR PUSTAKA Martasuganda, S. 2003. Bubu (Traps).
Baskoro MS dan A Effendy. 2005. Tingkah Fakultas Perikanan dan Ilmu
Laku Ikan (Hubungannya dengan Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Metode Pengoperasian Alat Bogor. 69 hlm.
Tangkap Ikan). Departemen Riyanto. M. 2008. Respon penciuman ikan
Pemanfaatan Sumberdaya Epinephelus fuscoguttatus macan
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, terhadap umpan buatan. Thesis
Bogor. Institut Pertanian Bogor.

49

You might also like