You are on page 1of 20

HUBUNGAN KEPRIBADIAN HARDINESS DENGAN

BURNOUT PADA PERAWAT DI UNIT CRITICAL CARE

RUMAH SAKIT ST. ELISABETH MEDAN TAHUN 2020.

Tuti Markasih Hulu

Program Studi Ners STIKes Santa Elisabeth Medan

e-mail: tutimarkasihtutihulu@gmail.com

ABSTRACT

Burnout is a very depressed physical, emotional and mental condition because it

demands a work situation for a long time. This study aims to determine the relationship

between hardiness personality with burnout on nurses in critical care units of St. Hospital.

Elisabeth Medan in 2020. The type of research used in this study is non-experimental with

cross-sectional approach. The population used in this study was Nurses who worked in the

Critical Care Unit of St. Hospital. Elisabeth Medan, amounting to 57 people and all of them

were sampled using total sampling, but researchers could not continue this study because of

co-19 so the researchers stopped doing research and only got 48 respondents. The results of

this study indicate the majority of St. Hospital Nurses Elisabeth Medan 2020 has a mild

burnout with 24 respondents (32.0%), the majority of hardiness personalities is high with 17

respondents (22.7%). From the results of the statistical analysis of the chi-square test

obtained p-value of 0.003 (p <0.05) which shows there is a relationship between hardiness

and burnout personality in Nurses in the Critical Care Unit of St. Hospital. Elisabeth Medan

in 2020. It is expected to pay attention to the dimensions and factors that influence burnout

with such as job demand (demands / workload), demographics (gender, age, etc.).
References 2012-2020

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan suatu institusi dalam memberikan pelayanan kepada orang yang

membutuhkan pertolongan kegawat daruratan, selain itu rumah sakit mempunyai sumber

daya alam manusia khususnya dibidang kesehatan, karena tenaga medis khususnya perawat

sangat berperan penting memberikan pelayanan terhadap pasien, karena Perawatlah orang

terlama menjalin kontak dengan pasien. hal ini perawat harus memiliki kemampuan serta

sifat profesionalisme, tanggung jawab dalam melakukan tindakan keperawatan. kondisi

tersebutlah yang membuat perawat mengalami burnout karena mempunyai tuntutan yang

tinggi dalam bekerja (Maramis & Cong, 2019).

Burnout merupakan suatu sindrom psikologis meningkatkan terjadinya insiden kelelahan

berhubungan dengan pekerjaan, hal ini dapat dikaitkan dengan penurunan kesehatan fisik dan

mental sehingga dapat menyebabkan berkurangnya pencapaian kinerja. Kondisi yang benar-

benar lelah akan muncul gejala yang dirasakan seperti perasaan emosional berupa stres dan

tidak dapat melakukan sesuatupun terkait dengan pekerjaan (Stephen, Sutanto & Nauli,

2019).

World Health Organization (WHO) tahun 2018 menemukan bahwa prevalensi dari

jumlah perawat dan bidan hampir 50% dari tenaga kesehatan, sekitar 43,5 juta petugas

kesehatan di dunia, diperkirakan bahwa 20,7 juta adalah perawat dan bidan, namun 50% dari

Negara Anggota. WHO 2012 menyatakan indonesia masuk ke 6 negara di Asia selatan yang

kekurangan jumlah tenaga kesehatan, baik dokter,perawat,bidan (Mawarti & Yusnilawati,

2018).
Berdasarkan data Rumah Sakit St. Elisabeth Medan yang didapat dari sumber daya

manusia (SDM) menyatakan bahwa jumlah tenaga kesehatan tahun 2018 sebanyak 267

orang terdiri dari perawat berjumlah 220 orang dan bidan berjumlah 47 orang. Tahun 2019

tenaga kesehatan berjumlah 255 orang terdiri dari perawat berjumlah 223 orang dan bidan 32

orang. Sedangkan tenaga kesehatan di unit Critical Care terdiri dari Ruangan ICU berjumlah

25 orang, IGD berjumlah 16 orang dan OK ( ruangan pembedahan) berjumlah 16 orang.

Prevalensi yang dikemukakan oleh Holmes menyatakan bahwa di Brazil ditemukan 40

% perawat yang mengalami kelelahan emosional, 35,4% mengalami depersonalisasi dan 40,9

% mengalami penurunan pencapaian pribadi (Maramis & Cong, 2019). Sebanyak 43 %

perawat yang mengalami burnout relatif tinggi dengan ketidakpuasaan dalam bekerja serta

sering mengalami stres kerja, pusing dan kurang istrahat karena beban kerja terlalu tinggi

serta menyita waktu (Mawarti & Yusnilawati, 2018).

Tuntutan pekerjaan yang tinggi pada pekerja bisa saja menyebabkan ketidaknyamanan

serta merasakan keadaan atau situasi menekan dimana dalam merawat pasien dan

menghadapi berbagai persoalan dalam bekerja. Hal tersebut dapat memicu satu persoalan

yang muncul berkaitan dengan diri perawat yaitu stress. Stres yang berlebihan akan berakibat

buruk terhadap kemampuan dan semangat perawat dalam bekerja, dimana stres yang dialami

dalam jangka waktu lama dengan intensitas cukup tinggi mengakibatkan perawat

mengalami kelelahan dalam bekerja, baik secara fisik seperti pusing, kelelahan pada kaki,

nyeri pada punggung, maupun gangguan pada mental yang akan mengakibatkan burnout

(Tampubolon, L.F, 2018).

Karakteristik seorang perawat dalam bekerja itu seperti pekerjaan rutin, jadwal kerja

yang ketat serta mempunyai tanggung jawab atas keselamatan kesehatan diri sendiri serta

orang lain, dituntut juga untuk bisa bekerja dalam tim,sehingga perawat banyak mengalami

burnout (Abadiyah & Isnaini, 2017). Perawat yang melayani disetiap ruangan memiliki
institusi kegawat daruratan tetap siap siaga dalam waktu 24 jam menangani pasien dengan

pembagian shift , yaitu terbagi menjadi 3 shift yang terdiri dari shift pagi, shift sore dan shfit

malam dengan waktu kurang lebih 8 jam dalam satu shfit (Zulaima, 2017).

Dampak pembagian shift kerja pada perawat akan mengakibatkan kelelahan pada perawat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur serta gangguan waktu tidur yang

tidak teratur sehingga terjadi penurunan konsentrasi saat bekerja. Kelelahan ini juga

mempengaruhi kondisi mental dan kondisi fisik, hal ini dapat mempengaruhi kinerja perawat

dalam bekerja serta berdampak pada mutu asuhan keperawatan serta merugikan perawat itu

sendiri karena citra seorang perawat akan rusak dimata seluruh masyarakat (Fatona, 2015).

Dampak terjadinya burnout dapat mengakibatkan individu akan meninggalkan pekerjaan

mereka, serta tidak hanya penurunan moral namun bisa juga penurunan tanggung jawab pada

individu. Selain itu burnout bisa berkaitan langsung dengan individu yang memiliki dampak

seperti keletihan pada individu, kesulitan tidur, mengalami konflik peran, serta masalah

keluarga. Selain itu ada juga dampak positif yang dialami dalam kondisi burnout yang

semakin meningkat berdampak pada semangat dan produktivitas kerja pada karyawan.

Burnout juga dapat meningkatkan semangat dan produktivitas mereka (Konsareh & Wijono,

2018).

Ciri lain yang dialami oleh seorang perawat yang mengalami burnout yaitu mudah

tersinggung, apatis, kelelahan emosional, depresi, dan mudah bosan dalam melakukan

pekerjaan. (Laili & Listianti, 2018). Perawat yang sering mengalami burnout itu terdapat di

Ruangan Critical Care, karena mempunyai tuntutan kerja yang tinggi dibandingkan dengan

perawat di ruangan rawat inap. Ruangan gawat darurat selalu memonitoring keadaan pasien

serta kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan untuk menangani pasien dengan keadaan

kritis serta tanggap dalam kondisi yang kritis untuk ditangani saat itu juga (Zulaima, 2017).
Kepribadian menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi burnout karena kepribadian

menentukan reaksi yang ditimbulkan oleh stres yang berdampak pada burnout. Ada berbagai

ciri kepribadian yaitu hardiness, dimana hardiness ini merupakan sikap atau keterampilan

yang dimiliki individu untuk mengubah keadaan ancaman itu bisa menjadikan kesempatan

untuk mengembangkan diri dengan cara mencari makna dibalik situasi yang terjadi

disekitarnya sehingga dapat menjaga individu agar tetap berada dalam kondisi normal meski

berada di bawah tekanan, meningkatkan performansi, dan menjaga kesehatan individu

tersebut (Aprilia & Yulianti, 2017).

Kepribadian Hardiness merupakan sesuatu sifat yang memiliki sumber perlawanan saat

mengalami masalah, individu dengan kepribadian hardiness percaya, bahwa semua masalah

yang dihadapi termasuk segala masalah dan beban kerja yang tidak mungkin dihindari

sehingga dapat melakukan hal yang dianggap tepat untuk menyelesaikan masalah. Ada

hubungan negatif antara Kepribadian hardines dengan burnout, yang berarti semakin kuat

kepribadian hardiness yang dimiliki perawat maka semakin tidak mudah mengalami burnout

pada perawat, begitu pula sebaliknya (Zulaima, 2017).

Hardiness ini dianggap bisa menjaga seseorang tetap dalam keadaan sehat walaupun

mengalami kejadian-kejadian hidup yang penuh dengan kejenuhan atau mengalami stres.

Hardiness ini juga keinginan individu untuk mengontrol lingkungannya, hardiness sebagai

tipe kepribadian yang penting sekali dalam perlawanan terhadap stres (Saputri, 2018).

Karakteristik seseorang yang mempunyai Kepribadian hardiness ini bisa membuat

individu lebih menjadi kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi stres dan dapat

mengurangi efek yang negatif tersebut. Fungsi dari hardiness ini juga bisa membantu dalam

beradaptasi serta mampu mengurangi akibat buruk dari stres, serta bisa membantu individu

dalam pengambilan sebuah keputusan yang baik dalam keadaan stres (Adrianto, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti tahun 2020 terhadap 8 orang

perawat, 70% perawat mengatakan kadang-kadang mengalami kejenuhan saat melakukan

pekerjaan disebabkan karena pasien yang terlalu banyak dan perawat yang sedikit. Hal

tersebut yang membuat mereka mengalami kelelahan. Sedangkan 20% mengatakan perawat

yang bekerja pada shift malam lebih lelah dibandingkan pada shift pagi maupun sore karena

waktu yang panjang dan aktivitas yang berlebihan. Kemudian terdapat keluhan lain juga yang

diutarakan oleh perawat dari segi keluhan fisik, keluhan seperti, pusing, kelelahan pada

bagian kaki, nyeri pada bagian leher dan punggung, susah tidur diakibatkan pola tidur yang

tidak teratur. Hasil observasi peneliti perawat mengalami kelelahan diakhir jam kerja dan

bersikap sinisme pada saat menjawab pertanyaan dan terjadi gangguan mood pada perawat

tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul, Hubungan Antara Kepribadian Hardiness Dengan Burnout Pada Perawat di Unit

Critical Care Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2020.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian non-eksperimen dengan

menggunakan desain penelitian korelasi dengan metode pendekatan Cross Section. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Unit Critical Care Rumah Sakit

St. Elisabeth Medan berjumlah 57 orang. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel

dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Polit & Beck, 2012). Seluruh perawat

yang bekerja di unit critical care rumah sakit st. Elisabeth medan, Namun jumlah sampel

yang didapat peneliti sebanyak 48 orang disebakan peneliti tidak bisa melanjutkan

penelitian karena covid – 19 sehingga peneliti berhenti untuk melakukan penelitian di rumah

sakit st. Elisabeth medan dan atas perintah pemerintah untuk PSBB.
HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi

Responden Di Unit Critical Care Rumah Sakit St.Elisabeth Medan

Tahun 2020.

Karakteristik Frekuensi Presentasi

Usia (Tahun)

21-30 Tahun 23 47,9

31-40 Tahun 15 31,3

41-50 Tahun 10 20,8

Total 48 100,0

Jenis Kelamin

Laki –Laki 9 18,8

Perempuan 39 81,3

Total 48 100,0

Status Perkawinan

Menikah 30 62,5

Belum Menikah 18 37,5

Total 48 100,0

Pendidikan Terakhir

D3 Keperawatan 39 81,3

S1 Keperawatan 9 18,8

Total 48 100,0

Lama Kerja

1-5 Tahun 30 62,5

5-10 Tahun 4 8,3

>10 Tahun 14 29,2


Total 48 100,0

Berdasarkan hasil tabel 1. data demografi responden bahwa dari 48 orang berdasarkan

usia mayoritas responden umur 21 – 30 tahun terdapat 23 orang (47,9%), mayoritas

responden berdasarkan jenis kelamin terdapat perempuan 39 orang (81,3 %), responden yang

berstatus menikah mayoritas menikah 30 orang (62,5%), responden yang pendidikan terakhir

mayoritas D3 keperawatan 39 orang (81,3 %), responden yang lama kerja mayoritas 1-5

tahun 30 orang (62,5 %).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Burnout Pada Perawat Di Unit Critical Care

Rumah Sakit St.Elisabeth Medan Tahun 2020

Karakteristik Frekuensi Presentasi

Burnout

a. Ringan 23 47,9

b. Sedang 21 43,8

c. Berat 4 8,3

Total 48 100,0

Berdasarkan tabel 2. didapatkan bahwa mayoritas yang mengalami burnout ringan

pada responden yaitu sebanyak 24 orang (47,9%), yang mengalami burnout sedang sebanyak

21 orang (43,8%) dan yang mengalami burnout berat sebanyak 4 orang (8,3%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kepribadian Hardiness Pada Perawat Di Unit

Critical Care Rumah Sakit St.Elisabeth Medan Tahun 2020

Karakteristik Frekuensi Presentasi

Kepribadian Hardiness

a. Rendah 16 33,3

b. Sedang 15 31,3
c. Tinggi 17 35,4

Total 48 100,0

Berdasarkan tabel 3. di dapatkan bahwa mayoritas kepribadian hardiness responden

yang rendah yaitu sebanyak 16 orang (33,3%), kepribadian hardiness yang sedang sebanyak

15 orang (31,3%) dan kepribadian hardiness yang tinggi sebanyak 17 orang (35,4%).

Tabel 4. Hasil Tabulasi Silang Hubungan Kepribadian Hardiness Dengan

Burnout Pada Perawat Di Unit Critical Care Rumah Sakit St.Elisabeth

Medan Tahun 2020

Kepribadian Nilai

hardiness P

Rendah Sedang Tinggi T

Burnout

Ringan 12 4 7 23 0,003

Sedang 4 11 6 21

Berat 0 0 4 4

Total 16 15 17 48

Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa hasil tabulasi silang antara kepribadian

hardiness dengan burnout pada perawat di unit critical care Rumah Sakit St. Elisabeth

Medan menunjukan bahwa burnout pada kategori ringan dan kepribadian hardiness dengan

kategorik ringan berjumlah 23 orang (47,9%), burnout dengan kategori sedang dan

kepribadian hardiness dengan kategori sedang berjumlah 21 orang (43,8%) dan burnout

dengan kategori berat dan kepribadian hardiness dengan kategori berat berjumlah 4 orang

(8,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik person chi-square di peroleh nilai p=0,003 dimana

dikatakan berhubungan jika (p < 0,005), yang berarti bahwa ada hubungan antara kepribadian

hardiness dengan burnout pada Perawat Di Unit Critical Care Rumah Sakit St.Elisabeth

Medan Tahun 2020.

PEMBAHASAN

Faktor demografi dalam penelitian ini meliuti usia, jenis kelamin, status perkawinan,

pendidikan terakhir dan lama kerja. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel 1.

1. Burnout Pada Perawat Di Unit Critical Care Rumah Sakit St. Elisabeth Medan

Tahun 2020

Burnout merupakan kondisi seseorang yang mengalami stres kerja sehingga berakibat

kepada kelelahan fisik, emosional, perubahan perilaku, dan penurunan pencapaian kerja.

Burnout merupakan suatu sindrom yang ditandai oleh adanya kelelahan emosional dimana

individu merasa tidak fokus dalam pekerjaannya dan depersonalisasi ini terjadinya perubahan

sikap seseorang menjadi lebih negatif, seperti bersikap sinis terhadap diri orang lain

(Talenta, 2018).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada perawat di Rumah Sakit St.

Elisabeth Medan Tahun 2020 mengenai kepribadian hardiness dengan burnout pada perawat

yang dilakukan dengan mengunakan kuesioner yang menunjukan bahwa kategori burnout

ringan pada responden yaitu sebanyak 23 orang (47,9%), yang mengalami burnout sedang

sebanyak 21 orang (43,8%) dan yang mengalami burnout berat sebanyak 4 orang (8,3%).

(Konsareh & Wijono, 2018) menyatakan bahwa burnout terjadi karena adanya faktor

interpersonal seperti sedikitnya dukungan sosial serta adanya faktor intrapersonal seperti usia dan

kepribadian yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat terdapat 4 orang (8,3%)

perawat yang mengalami burnout disertai adanya tanda dan gejala burnout yang di alami

perawat serta hasil kuesioner yang dibagi peneliti seperti mengalami kelelahan dalam hal
bekerja, kebosanan dalam hal bekerja sperti kebosanan dan perasaan sinisme, mudah

tersinggung, adanya keluhan perawat sering mengalami sakit kepala, mual, sakit fisik

lainnya, berkurangnya nafsu makan serta kurangnya istrahat dan gangguan mood yang tidak

beraturan.

Karakteristik responden juga lebih mayoritas yang berusia 21-30 tahun sebanyak 23

orang (47,9%), jenis kelamin mayoritas perempuan sebanyak 39 orang (81,3%), status

menikah mayoritas yang sudah menikah sebanyak 30 orang (62,5%), pendidikan terakhir

mayoritas yang D3 keperawatan sebanyak 39 orang (81,3%), lama kerja mayoritas yang 1-5

tahun sebanyak 30 orang (62,5%). jadi berdasarkan karakteristik diatas penyebab terdapat

responden yang mengalami burnout berat.

Burnout mencakup 3 aspek utama yaitu Kelelahan emosional adalah keadaan yang

secara fisik dan emosional habis oleh stres kerja, yang ditandai dengan energi rendah,

kelelahan, depresi, putus asa, dan tidak berdaya. Depersonalisasi adalah aspek interpersonal

burnout yang memanifestasikan dalam berperasaan, perilaku negatif terhadap orang lain, dan

lepas dari perhatian dan petunjuk. Rendahnya Penghargaan Diri (Reduced Personal

Accomplishment). Dimensi ini pun ditandai dengan kecenderungan memberi evaluasi negatif

terhadap diri sendiri, terutama berkaitan dengan pekerjaan, kurang puas dengan apa yang

telah dicapai dalam pekerjaan, bahkan perasaan kegagalan dalam bekerja. Evaluasi negatif

terhadap pencapaian kerja ini berkembang dari munculnya tindakan depersonalisasi terhadap

penerima pelayanan (Mudalla, 2017).

Penelitian ini didukung oleh penelitian Zulaima (2017) yang menyebutkan bahwa

terdapat 4 orang perawat dengan persentase 6,35% tergolong memiliki tingkat burnout yang

sangat berat, 21 orang perawat dengan persentase 33,33% tergolong memiliki tingkat burnout

yang sedang, dan sebanyak 3 orang perawat dengan persentase 4,76% tergolong memiliki

tingkat burnout yang sangat rendah.


Burnout juga dapat mengakibatkan individu akan meninggalkan pekerjaan

mereka, serta tidak hanya penurunan moral tetapi juga penurunan tanggung jawab pada

individu. Selain itu burnout yang berhubungan langsung dengan individu memiliki dampak

seperti keletihan pada individu, kesulitan tidur, mengalami konflik peran atau ambiguitas

peran, serta masalah keluarga. Orang yang mengalami kelelahan (burnout) akan merasa tidak

puas karena peluang pertumbuhan dan perkembangan pribadinya tidak dapat seperti

terealisasikan di tempat ia bekerja. Selain itu, burnout dapat berdampak negatif yaitu terjadi

penurunan komitmen terhadap organisasi atau instansi dan penurunan produktivitas

(Konsareh, 2018).

Perawat Yordania dipamerkan tingkat tinggi burnout seperti yang ditunjukkan oleh

skor tinggi mereka untuk Kelelahan Emosional dan Depersonalisasi dan skor moderat untuk

Pencapaian Pribadi. Faktor yang berhubungan dengan kondisi kerja, ciri-ciri demografi

perawat, secara signifikan berkorelasi dengan kategori burnout (Rola, 2017).

2. Kepribadian Hardiness Pada Perawat Di unit critical care rumah Sakit St.

Elisabeth Medan Tahun 2020

Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di unit critical care Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan tahun 2020 mengenai kepribadian hardiness yang dilakukan dengan

menggunakan kuesioner yang menunjukkan bahwa responden yang kepribadian hardiness

rendah yaitu sebanyak 16 orang (33,3%), kepribadian hardiness yang sedang sebanyak 15

orang (31,3%) dan kepribadian hardiness yang tinggi sebanyak 17 orang (35,4%).

Berdasarkan penelitian Zulaima (2017) menyatakan bahwa terdapat 6 orang perawat

dengan persentase 9,52% tergolong memiliki tingkat kepribadian hardiness sangat tinggi, 36

orang perawat dengan persentase 57,14% tergolong memiliki tingkat kepribadian hardiness

yang sedang, dan sebanyak 3 orang perawat dengan persentase 4,76% tergolong memiliki

tingkat kepribadian hardiness yang sangat rendah.


Penelitian yang dilakukan (Aprilia, 2017) menyatakan bahwa perawat dengan

hardiness yang tinggi lebih resisten dalam menghadapi masalah daripada individu dengan

hardiness yang rendah. Perawat dengan hardiness yang tinggi memiliki minat dan komitmen

dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan, kemampuan berpikir positif dan aktif dalam

mencari pemecahan masalah, serta sikap keterbukaan dan penerimaan terhadap berbagai

perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sementara pada perawat dengan hardiness

yang rendah lebih rentan mengalami stres, depresi dan masalah kesehatan yang disebabkan

oleh stres, serta mudah putus asa ketika menghadapi suatu masalah.

(Paranatha, 2019) mengatakan juga bahwa Perawat yang memiliki kepribadian

hardiness yang lemah akan sulit membangun komitmen (commitment) dalam melaksanakan

kegiatannya, sehingga seorang perawat tersebut mudah merasakan kebosanan dan kelelahan

fisik serta mental yang akan berdampak pada perasaan frustasi dan merasa tidak mampu

untuk menyelesaikan tugas. Seorang perawat dengan kepribadian hardiness yang lemah pun

kurang mampu dalam mengontrol (Control) suatu keadaan yang mereka dapatkan saat

dilapangan atau bekerja dan tidak mampu melakukan suatu perencanaan saat bertugas,

sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi fisik serta mental yang akan diterima seorang

perawat.

3. Hubungan Kepribadian Hardiness Dengan Burnout Pada Perawat Di Unit

Critical Care Rumah Sakit St. Elisabeth Medan Tahun 2020

Hasil uji statistik person chi-square di peroleh nilai p=0,003 dimana dikatakan

berhubungan jika (p < 0,005), yang berarti bahwa ada hubungan antara kepribadian hardiness

dengan burnout pada perawat di unit critical care Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun

2020.

Hasil analisa data menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kepribadian

hardiness dengan burnout , berhubungan dengan hasil yang didapat oleh peneliti bahwa ada
hubungan dengan burnout dengan indikator kelelahan emosional ((emotional exhaustion)

depersonaliasi, rendahnya penghargaan diri ((Reduced Personal Accomplishment). Pada

indikator ini cenderung responden mengalami kelelahan dalam bekerja, dengan menyatakan

Kelelahan dalam hal bekerja dan kehilangan energi disertai keletihan dan kehilangan nafsu

makan serta adanya gangguan mood apalagi jika pasien terlalu rewel dan keluarga yang

banyak komplen dan beban kerja yang dihadapi sehingga perawat kadang mengalami

burnout. Begitu pula sebaliknya, semakin baik menilai responden tentang dirinya sendiri baik

dari segi komitmen, kontrol dan cara responden dalam menghadapi tantangan saat

mendapatkan sebuah masalah,, sehingga semakin tinggi kepribadian hardiness yang di miliki

responden maka semakin rendahnya terjadi burnout yang dialami setiap responden.

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Aprilia (2017) yang menyatakan

bahwa untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan burnout pada perawat rawat

inap di Rumah Sakit ‘X’ Aceh. Perawat rawat inap di Rumah Sakit ‘X’ Aceh yang berjumlah

114 orang. Pengumpulan data menggunakan skala hardiness sebanyak 20 aitem dan skala

burnout sebanyak 27 aitem. Analisis

data menggunakan teknik korelasi Pearson dengan koefisien korelasi r=-0,560 dan p = 0,00

(p<0,01). Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi negatif signifikan antara hardiness

dengan burnout pada perawat rawat inap di Rumah

Sakit ‘X’ Aceh. Artinya semakin tinggi hardiness, maka semakin rendah burnout dan

sebaliknya semakin rendah hardiness, maka semakin tinggi burnout pada perawat rawat inap

di Rumah Sakit ‘X’ Aceh.

KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dengan total responden sebanyak 48 orang tentang

hubungan kepribadian hardiness dengan burnout pada perawat di unit critical care Rumah

Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2020 dapat disimpulkan bahwa :

1. Burnout pada perawat di unit critical care rumah sakit st. Elisabeth medan mayoritas

dengan kategori ringan sejumlah 24 responden (32,0%)

2. Kepribadian hardiness pada perawat di unit critical care rumah sakit st. Elisabeth medan

mayoritas dengan kategori 17 responden (22,7%).

3. Berdasarkan uji chi-square di dapatkan p value 0,003 (p<0,05) yang artinya ada

hubungan antara keribadian hardiness dengan burnout pada perawat di unit critical care

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2020.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan jumlah sampel 48 responden mengenai hubungan

kepribadian hardiness dengan burnout pada perawat di unit critical care Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2020, maka disarankan:

1. Bagi Tenaga Perawat Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan

Perawat diharapkan dapat berupaya untuk meningkatkan kepribadian hardiness

sehingga bisa memiliki kepribadian tangguh dalam menghadapi segala tantangan

dalam pekerjaan sebagai perawat dan tetap berupaya untuk mempertahankan

tingkat burnout yang rendah dengan selalu berpikiran positif dalam memberikan

pelayanan kesehatan, melatih diri untuk memiliki kecerdasan emosi, dan

meningkatkan keterampilan diri

2. Bagi Pihak Rumah Sakit Elisabeth Medan


Pihak Rumah Sakit diharapkan dapat membantu para perawat untuk

meningkatkan kepribadian hardiness. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk

meminimalisir munculnya burnout sehingga pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

bisa lebih baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperhatikan dimensi atau aspek lain

yang mempengaruhi burnout dan kepribadian hardiness yang berkaitan dengan faktor

yang mungkin dapat memengaruhi burnout seperti job demand (tuntutan/beban kerja),

big five personality, demografis (jenis kelamin, usia, dll) sehingga hasil yang didapat

lebih bervariasi dan beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, S. E. (2019). Peneroka Kepemimpinan Sekolah. Elex Media Komputindo. Hal.


125-133

Adhiatma, W., & Christianto, L. P. (Eds.). (2019). Suara Psikologi: Untuk Insan Indonesia.
Penerbit Unika Atma Jaya Jakarta. Hal. 122-144

Andriani, C., & Helmayunitanayang, N. (2019). Burn Out Pada Agen Asuransi Ditinjau Dari
Dukungan Sosial Keluarga Pada Pt Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Cabang Padang. Unes Journal Of Social And Economics Research, 4(1), 034-041.

Asih, F., & Trisni, L. (2015). Hubungan Antara Kepribadian Hardiness Dengan Burnout
Pada Perawat Gawat Darurat Di Rumah Sakit Pantiwilasa
Citarum. Psikodimensia, 14(1), 11-23.

Abadiyah, R., & Isnaini, N. (2017). Human Relation, Bornout Dan Self Efficacy Dengan
Kinerja Perawat Di Rs Muhammadiyah Siti Khodijah Sepanjang
Sidoarjo. Prosiding Tantangan Bisnis Era Digital, 1(1).
Aprilia, E. D., & Yulianti, D. (2017). Hubungan Antara Hardiness Dengan Burnout Pada
Perawat Rawat Inap Di Rumah Sakit ‘X’aceh. Jurnal Ecopsy, 4(3), 151-156.

Aprilia, L. R. G. (2018). Hubungan Antara Kebersyukuran Dan Religiusitas Dengan


Hardiness Ibu Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus.

Eliyana, E. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Burnout Perawat Pelaksana Di


Ruang Rawat Inap Rsj Provinsi Kalimantan Barattahun 2015. Jurnal Administrasi
Rumah Sakit Indonesia, 2(3).

Fatona, L. (2015). Perbeedaan Tingkat Kelelahan Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada
Perawat Rawat Inap Di RS PKU Aisyiyah Boyolali (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Hatta, R. H. (2015). Hubungan Antara Hardiness Dengan Burnout Pada Anggota Polisi
Pengendali Massa (Dalmas) Polrestabes Bandung (Doctoral Dissertation, Fakultas
Psikologi (Unisba).

Hayati, I., & Fitria, S. (2018). Pengaruh Burnout Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bmt El-
Munawar Medan. Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, 10(1), 50-65.

Indriati, F., & Muti’ah, T. (2015). Hubungan Antara Hardiness Dengan Self-Efficacy Pada
Lansia Masih Bekerja Di Banguntapan Bantul. Jurnal Spirits, 5(2), 37-44.

Kinanthi, G. W., & Jannah, M. (2016). Gambaran Kepribadian Hardiness Atlet Paralympic
Atletik Lari Cepat. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 6(2), 91-101.

Konsareh, S., & Wijono, S. (2018). Hubungan Antara Hardiness Dengan Burnout Pada
Perawat Rs. Roemani Semarang. Jurnal Psikohumanika, 10(1), 79-91.

Kusuma, B. H. (2018). Pengaruh Role Stressor Terhadap Burnout Dan Perbedaan Burnout
Berdasarkan Gender: Studi Empiris Pada Mahasiswa. Jurnal Akuntansi, 10(1).
Laili, K., & Listianti, A. N. (2018). Skripsi Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan
Burnout Pada Perawat Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2018 (Doctoral Dissertation, Sriwijaya University).

Maramis, J. R., & Cong, J. (2019, December). Relationship Of Hardiness Personality With
Nurse Burnout. In Abstract Proceedings International Scholars Conference (Vol. 7,
No. 1, Pp. 434-446).

Mawarti, I., & Yusnilawati, Y. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Burnout
Pada Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap Rsud Raden Mattaher Dan Abdul
Manap Jambi Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi|
Jiituj|, 2(2), 172-188.

Mubarak. (2017). Kuesioner Kepribadian Hardiness Pada Karyawan.

Mudallal, R. H., Othman, W. A. M., & Al Hassan, N. F. (2017). Nurses’ burnout: the
influence of leader empowering behaviors, work conditions, and demographic
traits. INQUIRY: The Journal of Health Care Organization, Provision, and
Financing, 54, 0046958017724944.

Nursalam. (2020). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis Ed 4. Jakarta :


salemba medika.

Pradana, B. A., Kristanto, R. S., & Hidayat, D. S. (2017). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan
Beban Kerja Terhadap Burnout Pada Perawat Rsud Kardinah Kota Tegal. Magisma:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 5(2), 61-69.

Polit, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing Researching Generating And Assesing Evidence
For Nursing Practice (9th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Pranatha, D. Y. (2019). Hubungan Antara Kepribadian Hardiness Dengan Burnout Pada


Perawat Rsud Prambanan (Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana
Yogyakarta).
Sani, I. A. (2017). Pengaruh Perceived Fairness Terhadap Burnout, Turnover Intention, dan
Job Satisfaction Auditor (Studi pada Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia). Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 2(1).

Saputri, H. (2018). Pengaruh Kepercayaan Diri Dan Harapan Orangtua Terhadap


Kepribadian Hardiness.

Setyohariyati, F. D. S., Tarigan, E., & Aima, H. (2019). Implementation Of Coaching On


Nursing Motivation And Workplace For Nurses To Reduce Burnout. Indonesian
Journal Of Health Research, 2(2), 84-93.

Stephen, S., Sutanto, D., & Nauli, J. (2019). Burnout Ditinjau Dari Optimisme Pada Atlet
Bulutangkis Di Kota Medan. Wahana Inovasi: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat Uisu, 8(2), 122-133.

Sahrah, A. (2018). Burnout Perawat Perempuan Ditinjau Dari Iklim Organisasi. Psycho
Idea, 15(2), 88-97.

Santana, I. P., & Istiana, I. (2019). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Hardiness Pada Ibu
Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus Di Slb Negeri Binjai. Jurnal
Diversita, 5(2), 142-148.

Surya, P. A. A. S., & Adiputra, I. N. (2017). Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Burnout
Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Anak Rsup Sanglah. E-Jurnal Medika
Udayana, 6(4).

Suryani, A. Z. A., & Kadir, A. R. Pengaruh Kesejahteraan Spiritual (Spiritual Well Being)
Dan Letak Kendali (Locus Of Control) Terhadap Burnout Kerja Perawat Di Rs
Unhas Makassar.

Tampubolon, L. F. (2018). Burnout Syndrome Pada Perawat Di Ruangan Rawat Inap Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan. Jurnal Keperawatan Priority, 1(1).
Talenta, C., & Wardani, I. Y. (2018). Burnout Dan Perilaku Caring Perawat Onkologi. Jurnal
Keperawatan, 10(3), 201-208.

World Health Organization. (2018). Nursing And Midwifery.

Yulhaida. (2017). Kuesioner Tentang Hubungan Antara Hardiness Personality Dan Burnout
Pada Perawat Rumah Sakit

Zulaima, H. (2017). Hubungan Antara Kepribadian Hardiness Dengan Burnout Pada Perawat
Gawat Darurat Di Rumah Sakit Umum Wilayah Kota
Samarinda. Motivasi, 5(1), 92-103.

You might also like