Professional Documents
Culture Documents
e-mail: tutimarkasihtutihulu@gmail.com
ABSTRACT
demands a work situation for a long time. This study aims to determine the relationship
between hardiness personality with burnout on nurses in critical care units of St. Hospital.
Elisabeth Medan in 2020. The type of research used in this study is non-experimental with
cross-sectional approach. The population used in this study was Nurses who worked in the
Critical Care Unit of St. Hospital. Elisabeth Medan, amounting to 57 people and all of them
were sampled using total sampling, but researchers could not continue this study because of
co-19 so the researchers stopped doing research and only got 48 respondents. The results of
this study indicate the majority of St. Hospital Nurses Elisabeth Medan 2020 has a mild
burnout with 24 respondents (32.0%), the majority of hardiness personalities is high with 17
respondents (22.7%). From the results of the statistical analysis of the chi-square test
obtained p-value of 0.003 (p <0.05) which shows there is a relationship between hardiness
and burnout personality in Nurses in the Critical Care Unit of St. Hospital. Elisabeth Medan
in 2020. It is expected to pay attention to the dimensions and factors that influence burnout
with such as job demand (demands / workload), demographics (gender, age, etc.).
References 2012-2020
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan suatu institusi dalam memberikan pelayanan kepada orang yang
membutuhkan pertolongan kegawat daruratan, selain itu rumah sakit mempunyai sumber
daya alam manusia khususnya dibidang kesehatan, karena tenaga medis khususnya perawat
sangat berperan penting memberikan pelayanan terhadap pasien, karena Perawatlah orang
terlama menjalin kontak dengan pasien. hal ini perawat harus memiliki kemampuan serta
tersebutlah yang membuat perawat mengalami burnout karena mempunyai tuntutan yang
berhubungan dengan pekerjaan, hal ini dapat dikaitkan dengan penurunan kesehatan fisik dan
mental sehingga dapat menyebabkan berkurangnya pencapaian kinerja. Kondisi yang benar-
benar lelah akan muncul gejala yang dirasakan seperti perasaan emosional berupa stres dan
tidak dapat melakukan sesuatupun terkait dengan pekerjaan (Stephen, Sutanto & Nauli,
2019).
World Health Organization (WHO) tahun 2018 menemukan bahwa prevalensi dari
jumlah perawat dan bidan hampir 50% dari tenaga kesehatan, sekitar 43,5 juta petugas
kesehatan di dunia, diperkirakan bahwa 20,7 juta adalah perawat dan bidan, namun 50% dari
Negara Anggota. WHO 2012 menyatakan indonesia masuk ke 6 negara di Asia selatan yang
2018).
Berdasarkan data Rumah Sakit St. Elisabeth Medan yang didapat dari sumber daya
manusia (SDM) menyatakan bahwa jumlah tenaga kesehatan tahun 2018 sebanyak 267
orang terdiri dari perawat berjumlah 220 orang dan bidan berjumlah 47 orang. Tahun 2019
tenaga kesehatan berjumlah 255 orang terdiri dari perawat berjumlah 223 orang dan bidan 32
orang. Sedangkan tenaga kesehatan di unit Critical Care terdiri dari Ruangan ICU berjumlah
% perawat yang mengalami kelelahan emosional, 35,4% mengalami depersonalisasi dan 40,9
perawat yang mengalami burnout relatif tinggi dengan ketidakpuasaan dalam bekerja serta
sering mengalami stres kerja, pusing dan kurang istrahat karena beban kerja terlalu tinggi
Tuntutan pekerjaan yang tinggi pada pekerja bisa saja menyebabkan ketidaknyamanan
serta merasakan keadaan atau situasi menekan dimana dalam merawat pasien dan
menghadapi berbagai persoalan dalam bekerja. Hal tersebut dapat memicu satu persoalan
yang muncul berkaitan dengan diri perawat yaitu stress. Stres yang berlebihan akan berakibat
buruk terhadap kemampuan dan semangat perawat dalam bekerja, dimana stres yang dialami
dalam jangka waktu lama dengan intensitas cukup tinggi mengakibatkan perawat
mengalami kelelahan dalam bekerja, baik secara fisik seperti pusing, kelelahan pada kaki,
nyeri pada punggung, maupun gangguan pada mental yang akan mengakibatkan burnout
Karakteristik seorang perawat dalam bekerja itu seperti pekerjaan rutin, jadwal kerja
yang ketat serta mempunyai tanggung jawab atas keselamatan kesehatan diri sendiri serta
orang lain, dituntut juga untuk bisa bekerja dalam tim,sehingga perawat banyak mengalami
burnout (Abadiyah & Isnaini, 2017). Perawat yang melayani disetiap ruangan memiliki
institusi kegawat daruratan tetap siap siaga dalam waktu 24 jam menangani pasien dengan
pembagian shift , yaitu terbagi menjadi 3 shift yang terdiri dari shift pagi, shift sore dan shfit
malam dengan waktu kurang lebih 8 jam dalam satu shfit (Zulaima, 2017).
Dampak pembagian shift kerja pada perawat akan mengakibatkan kelelahan pada perawat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur serta gangguan waktu tidur yang
tidak teratur sehingga terjadi penurunan konsentrasi saat bekerja. Kelelahan ini juga
mempengaruhi kondisi mental dan kondisi fisik, hal ini dapat mempengaruhi kinerja perawat
dalam bekerja serta berdampak pada mutu asuhan keperawatan serta merugikan perawat itu
sendiri karena citra seorang perawat akan rusak dimata seluruh masyarakat (Fatona, 2015).
mereka, serta tidak hanya penurunan moral namun bisa juga penurunan tanggung jawab pada
individu. Selain itu burnout bisa berkaitan langsung dengan individu yang memiliki dampak
seperti keletihan pada individu, kesulitan tidur, mengalami konflik peran, serta masalah
keluarga. Selain itu ada juga dampak positif yang dialami dalam kondisi burnout yang
semakin meningkat berdampak pada semangat dan produktivitas kerja pada karyawan.
Burnout juga dapat meningkatkan semangat dan produktivitas mereka (Konsareh & Wijono,
2018).
Ciri lain yang dialami oleh seorang perawat yang mengalami burnout yaitu mudah
tersinggung, apatis, kelelahan emosional, depresi, dan mudah bosan dalam melakukan
pekerjaan. (Laili & Listianti, 2018). Perawat yang sering mengalami burnout itu terdapat di
Ruangan Critical Care, karena mempunyai tuntutan kerja yang tinggi dibandingkan dengan
perawat di ruangan rawat inap. Ruangan gawat darurat selalu memonitoring keadaan pasien
serta kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan untuk menangani pasien dengan keadaan
kritis serta tanggap dalam kondisi yang kritis untuk ditangani saat itu juga (Zulaima, 2017).
Kepribadian menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi burnout karena kepribadian
menentukan reaksi yang ditimbulkan oleh stres yang berdampak pada burnout. Ada berbagai
ciri kepribadian yaitu hardiness, dimana hardiness ini merupakan sikap atau keterampilan
yang dimiliki individu untuk mengubah keadaan ancaman itu bisa menjadikan kesempatan
untuk mengembangkan diri dengan cara mencari makna dibalik situasi yang terjadi
disekitarnya sehingga dapat menjaga individu agar tetap berada dalam kondisi normal meski
Kepribadian Hardiness merupakan sesuatu sifat yang memiliki sumber perlawanan saat
mengalami masalah, individu dengan kepribadian hardiness percaya, bahwa semua masalah
yang dihadapi termasuk segala masalah dan beban kerja yang tidak mungkin dihindari
sehingga dapat melakukan hal yang dianggap tepat untuk menyelesaikan masalah. Ada
hubungan negatif antara Kepribadian hardines dengan burnout, yang berarti semakin kuat
kepribadian hardiness yang dimiliki perawat maka semakin tidak mudah mengalami burnout
Hardiness ini dianggap bisa menjaga seseorang tetap dalam keadaan sehat walaupun
mengalami kejadian-kejadian hidup yang penuh dengan kejenuhan atau mengalami stres.
Hardiness ini juga keinginan individu untuk mengontrol lingkungannya, hardiness sebagai
tipe kepribadian yang penting sekali dalam perlawanan terhadap stres (Saputri, 2018).
individu lebih menjadi kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi stres dan dapat
mengurangi efek yang negatif tersebut. Fungsi dari hardiness ini juga bisa membantu dalam
beradaptasi serta mampu mengurangi akibat buruk dari stres, serta bisa membantu individu
dalam pengambilan sebuah keputusan yang baik dalam keadaan stres (Adrianto, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti tahun 2020 terhadap 8 orang
pekerjaan disebabkan karena pasien yang terlalu banyak dan perawat yang sedikit. Hal
tersebut yang membuat mereka mengalami kelelahan. Sedangkan 20% mengatakan perawat
yang bekerja pada shift malam lebih lelah dibandingkan pada shift pagi maupun sore karena
waktu yang panjang dan aktivitas yang berlebihan. Kemudian terdapat keluhan lain juga yang
diutarakan oleh perawat dari segi keluhan fisik, keluhan seperti, pusing, kelelahan pada
bagian kaki, nyeri pada bagian leher dan punggung, susah tidur diakibatkan pola tidur yang
tidak teratur. Hasil observasi peneliti perawat mengalami kelelahan diakhir jam kerja dan
bersikap sinisme pada saat menjawab pertanyaan dan terjadi gangguan mood pada perawat
tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul, Hubungan Antara Kepribadian Hardiness Dengan Burnout Pada Perawat di Unit
METODE PENELITIAN
menggunakan desain penelitian korelasi dengan metode pendekatan Cross Section. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Unit Critical Care Rumah Sakit
St. Elisabeth Medan berjumlah 57 orang. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel
dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Polit & Beck, 2012). Seluruh perawat
yang bekerja di unit critical care rumah sakit st. Elisabeth medan, Namun jumlah sampel
yang didapat peneliti sebanyak 48 orang disebakan peneliti tidak bisa melanjutkan
penelitian karena covid – 19 sehingga peneliti berhenti untuk melakukan penelitian di rumah
sakit st. Elisabeth medan dan atas perintah pemerintah untuk PSBB.
HASIL PENELITIAN
Tahun 2020.
Usia (Tahun)
Total 48 100,0
Jenis Kelamin
Perempuan 39 81,3
Total 48 100,0
Status Perkawinan
Menikah 30 62,5
Total 48 100,0
Pendidikan Terakhir
D3 Keperawatan 39 81,3
S1 Keperawatan 9 18,8
Total 48 100,0
Lama Kerja
Berdasarkan hasil tabel 1. data demografi responden bahwa dari 48 orang berdasarkan
responden berdasarkan jenis kelamin terdapat perempuan 39 orang (81,3 %), responden yang
berstatus menikah mayoritas menikah 30 orang (62,5%), responden yang pendidikan terakhir
mayoritas D3 keperawatan 39 orang (81,3 %), responden yang lama kerja mayoritas 1-5
Burnout
a. Ringan 23 47,9
b. Sedang 21 43,8
c. Berat 4 8,3
Total 48 100,0
pada responden yaitu sebanyak 24 orang (47,9%), yang mengalami burnout sedang sebanyak
21 orang (43,8%) dan yang mengalami burnout berat sebanyak 4 orang (8,3%).
Kepribadian Hardiness
a. Rendah 16 33,3
b. Sedang 15 31,3
c. Tinggi 17 35,4
Total 48 100,0
yang rendah yaitu sebanyak 16 orang (33,3%), kepribadian hardiness yang sedang sebanyak
15 orang (31,3%) dan kepribadian hardiness yang tinggi sebanyak 17 orang (35,4%).
Kepribadian Nilai
hardiness P
Burnout
Ringan 12 4 7 23 0,003
Sedang 4 11 6 21
Berat 0 0 4 4
Total 16 15 17 48
Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa hasil tabulasi silang antara kepribadian
hardiness dengan burnout pada perawat di unit critical care Rumah Sakit St. Elisabeth
Medan menunjukan bahwa burnout pada kategori ringan dan kepribadian hardiness dengan
kategorik ringan berjumlah 23 orang (47,9%), burnout dengan kategori sedang dan
kepribadian hardiness dengan kategori sedang berjumlah 21 orang (43,8%) dan burnout
dengan kategori berat dan kepribadian hardiness dengan kategori berat berjumlah 4 orang
(8,3%).
Berdasarkan hasil uji statistik person chi-square di peroleh nilai p=0,003 dimana
dikatakan berhubungan jika (p < 0,005), yang berarti bahwa ada hubungan antara kepribadian
hardiness dengan burnout pada Perawat Di Unit Critical Care Rumah Sakit St.Elisabeth
PEMBAHASAN
Faktor demografi dalam penelitian ini meliuti usia, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan terakhir dan lama kerja. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel 1.
1. Burnout Pada Perawat Di Unit Critical Care Rumah Sakit St. Elisabeth Medan
Tahun 2020
Burnout merupakan kondisi seseorang yang mengalami stres kerja sehingga berakibat
kepada kelelahan fisik, emosional, perubahan perilaku, dan penurunan pencapaian kerja.
Burnout merupakan suatu sindrom yang ditandai oleh adanya kelelahan emosional dimana
individu merasa tidak fokus dalam pekerjaannya dan depersonalisasi ini terjadinya perubahan
sikap seseorang menjadi lebih negatif, seperti bersikap sinis terhadap diri orang lain
(Talenta, 2018).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada perawat di Rumah Sakit St.
Elisabeth Medan Tahun 2020 mengenai kepribadian hardiness dengan burnout pada perawat
yang dilakukan dengan mengunakan kuesioner yang menunjukan bahwa kategori burnout
ringan pada responden yaitu sebanyak 23 orang (47,9%), yang mengalami burnout sedang
sebanyak 21 orang (43,8%) dan yang mengalami burnout berat sebanyak 4 orang (8,3%).
(Konsareh & Wijono, 2018) menyatakan bahwa burnout terjadi karena adanya faktor
interpersonal seperti sedikitnya dukungan sosial serta adanya faktor intrapersonal seperti usia dan
kepribadian yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat terdapat 4 orang (8,3%)
perawat yang mengalami burnout disertai adanya tanda dan gejala burnout yang di alami
perawat serta hasil kuesioner yang dibagi peneliti seperti mengalami kelelahan dalam hal
bekerja, kebosanan dalam hal bekerja sperti kebosanan dan perasaan sinisme, mudah
tersinggung, adanya keluhan perawat sering mengalami sakit kepala, mual, sakit fisik
lainnya, berkurangnya nafsu makan serta kurangnya istrahat dan gangguan mood yang tidak
beraturan.
Karakteristik responden juga lebih mayoritas yang berusia 21-30 tahun sebanyak 23
orang (47,9%), jenis kelamin mayoritas perempuan sebanyak 39 orang (81,3%), status
menikah mayoritas yang sudah menikah sebanyak 30 orang (62,5%), pendidikan terakhir
mayoritas yang D3 keperawatan sebanyak 39 orang (81,3%), lama kerja mayoritas yang 1-5
tahun sebanyak 30 orang (62,5%). jadi berdasarkan karakteristik diatas penyebab terdapat
Burnout mencakup 3 aspek utama yaitu Kelelahan emosional adalah keadaan yang
secara fisik dan emosional habis oleh stres kerja, yang ditandai dengan energi rendah,
kelelahan, depresi, putus asa, dan tidak berdaya. Depersonalisasi adalah aspek interpersonal
burnout yang memanifestasikan dalam berperasaan, perilaku negatif terhadap orang lain, dan
lepas dari perhatian dan petunjuk. Rendahnya Penghargaan Diri (Reduced Personal
Accomplishment). Dimensi ini pun ditandai dengan kecenderungan memberi evaluasi negatif
terhadap diri sendiri, terutama berkaitan dengan pekerjaan, kurang puas dengan apa yang
telah dicapai dalam pekerjaan, bahkan perasaan kegagalan dalam bekerja. Evaluasi negatif
terhadap pencapaian kerja ini berkembang dari munculnya tindakan depersonalisasi terhadap
Penelitian ini didukung oleh penelitian Zulaima (2017) yang menyebutkan bahwa
terdapat 4 orang perawat dengan persentase 6,35% tergolong memiliki tingkat burnout yang
sangat berat, 21 orang perawat dengan persentase 33,33% tergolong memiliki tingkat burnout
yang sedang, dan sebanyak 3 orang perawat dengan persentase 4,76% tergolong memiliki
mereka, serta tidak hanya penurunan moral tetapi juga penurunan tanggung jawab pada
individu. Selain itu burnout yang berhubungan langsung dengan individu memiliki dampak
seperti keletihan pada individu, kesulitan tidur, mengalami konflik peran atau ambiguitas
peran, serta masalah keluarga. Orang yang mengalami kelelahan (burnout) akan merasa tidak
puas karena peluang pertumbuhan dan perkembangan pribadinya tidak dapat seperti
terealisasikan di tempat ia bekerja. Selain itu, burnout dapat berdampak negatif yaitu terjadi
(Konsareh, 2018).
Perawat Yordania dipamerkan tingkat tinggi burnout seperti yang ditunjukkan oleh
skor tinggi mereka untuk Kelelahan Emosional dan Depersonalisasi dan skor moderat untuk
Pencapaian Pribadi. Faktor yang berhubungan dengan kondisi kerja, ciri-ciri demografi
2. Kepribadian Hardiness Pada Perawat Di unit critical care rumah Sakit St.
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di unit critical care Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan tahun 2020 mengenai kepribadian hardiness yang dilakukan dengan
rendah yaitu sebanyak 16 orang (33,3%), kepribadian hardiness yang sedang sebanyak 15
orang (31,3%) dan kepribadian hardiness yang tinggi sebanyak 17 orang (35,4%).
dengan persentase 9,52% tergolong memiliki tingkat kepribadian hardiness sangat tinggi, 36
orang perawat dengan persentase 57,14% tergolong memiliki tingkat kepribadian hardiness
yang sedang, dan sebanyak 3 orang perawat dengan persentase 4,76% tergolong memiliki
hardiness yang tinggi lebih resisten dalam menghadapi masalah daripada individu dengan
hardiness yang rendah. Perawat dengan hardiness yang tinggi memiliki minat dan komitmen
dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan, kemampuan berpikir positif dan aktif dalam
mencari pemecahan masalah, serta sikap keterbukaan dan penerimaan terhadap berbagai
perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sementara pada perawat dengan hardiness
yang rendah lebih rentan mengalami stres, depresi dan masalah kesehatan yang disebabkan
oleh stres, serta mudah putus asa ketika menghadapi suatu masalah.
hardiness yang lemah akan sulit membangun komitmen (commitment) dalam melaksanakan
kegiatannya, sehingga seorang perawat tersebut mudah merasakan kebosanan dan kelelahan
fisik serta mental yang akan berdampak pada perasaan frustasi dan merasa tidak mampu
untuk menyelesaikan tugas. Seorang perawat dengan kepribadian hardiness yang lemah pun
kurang mampu dalam mengontrol (Control) suatu keadaan yang mereka dapatkan saat
dilapangan atau bekerja dan tidak mampu melakukan suatu perencanaan saat bertugas,
sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi fisik serta mental yang akan diterima seorang
perawat.
Hasil uji statistik person chi-square di peroleh nilai p=0,003 dimana dikatakan
berhubungan jika (p < 0,005), yang berarti bahwa ada hubungan antara kepribadian hardiness
dengan burnout pada perawat di unit critical care Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun
2020.
Hasil analisa data menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kepribadian
hardiness dengan burnout , berhubungan dengan hasil yang didapat oleh peneliti bahwa ada
hubungan dengan burnout dengan indikator kelelahan emosional ((emotional exhaustion)
indikator ini cenderung responden mengalami kelelahan dalam bekerja, dengan menyatakan
Kelelahan dalam hal bekerja dan kehilangan energi disertai keletihan dan kehilangan nafsu
makan serta adanya gangguan mood apalagi jika pasien terlalu rewel dan keluarga yang
banyak komplen dan beban kerja yang dihadapi sehingga perawat kadang mengalami
burnout. Begitu pula sebaliknya, semakin baik menilai responden tentang dirinya sendiri baik
dari segi komitmen, kontrol dan cara responden dalam menghadapi tantangan saat
mendapatkan sebuah masalah,, sehingga semakin tinggi kepribadian hardiness yang di miliki
responden maka semakin rendahnya terjadi burnout yang dialami setiap responden.
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Aprilia (2017) yang menyatakan
bahwa untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan burnout pada perawat rawat
inap di Rumah Sakit ‘X’ Aceh. Perawat rawat inap di Rumah Sakit ‘X’ Aceh yang berjumlah
114 orang. Pengumpulan data menggunakan skala hardiness sebanyak 20 aitem dan skala
data menggunakan teknik korelasi Pearson dengan koefisien korelasi r=-0,560 dan p = 0,00
(p<0,01). Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi negatif signifikan antara hardiness
Sakit ‘X’ Aceh. Artinya semakin tinggi hardiness, maka semakin rendah burnout dan
sebaliknya semakin rendah hardiness, maka semakin tinggi burnout pada perawat rawat inap
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dengan total responden sebanyak 48 orang tentang
hubungan kepribadian hardiness dengan burnout pada perawat di unit critical care Rumah
1. Burnout pada perawat di unit critical care rumah sakit st. Elisabeth medan mayoritas
2. Kepribadian hardiness pada perawat di unit critical care rumah sakit st. Elisabeth medan
3. Berdasarkan uji chi-square di dapatkan p value 0,003 (p<0,05) yang artinya ada
hubungan antara keribadian hardiness dengan burnout pada perawat di unit critical care
SARAN
kepribadian hardiness dengan burnout pada perawat di unit critical care Rumah Sakit Santa
tingkat burnout yang rendah dengan selalu berpikiran positif dalam memberikan
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperhatikan dimensi atau aspek lain
yang mempengaruhi burnout dan kepribadian hardiness yang berkaitan dengan faktor
yang mungkin dapat memengaruhi burnout seperti job demand (tuntutan/beban kerja),
big five personality, demografis (jenis kelamin, usia, dll) sehingga hasil yang didapat
DAFTAR PUSTAKA
Adhiatma, W., & Christianto, L. P. (Eds.). (2019). Suara Psikologi: Untuk Insan Indonesia.
Penerbit Unika Atma Jaya Jakarta. Hal. 122-144
Andriani, C., & Helmayunitanayang, N. (2019). Burn Out Pada Agen Asuransi Ditinjau Dari
Dukungan Sosial Keluarga Pada Pt Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Cabang Padang. Unes Journal Of Social And Economics Research, 4(1), 034-041.
Asih, F., & Trisni, L. (2015). Hubungan Antara Kepribadian Hardiness Dengan Burnout
Pada Perawat Gawat Darurat Di Rumah Sakit Pantiwilasa
Citarum. Psikodimensia, 14(1), 11-23.
Abadiyah, R., & Isnaini, N. (2017). Human Relation, Bornout Dan Self Efficacy Dengan
Kinerja Perawat Di Rs Muhammadiyah Siti Khodijah Sepanjang
Sidoarjo. Prosiding Tantangan Bisnis Era Digital, 1(1).
Aprilia, E. D., & Yulianti, D. (2017). Hubungan Antara Hardiness Dengan Burnout Pada
Perawat Rawat Inap Di Rumah Sakit ‘X’aceh. Jurnal Ecopsy, 4(3), 151-156.
Fatona, L. (2015). Perbeedaan Tingkat Kelelahan Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada
Perawat Rawat Inap Di RS PKU Aisyiyah Boyolali (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Hatta, R. H. (2015). Hubungan Antara Hardiness Dengan Burnout Pada Anggota Polisi
Pengendali Massa (Dalmas) Polrestabes Bandung (Doctoral Dissertation, Fakultas
Psikologi (Unisba).
Hayati, I., & Fitria, S. (2018). Pengaruh Burnout Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bmt El-
Munawar Medan. Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan Islam, 10(1), 50-65.
Indriati, F., & Muti’ah, T. (2015). Hubungan Antara Hardiness Dengan Self-Efficacy Pada
Lansia Masih Bekerja Di Banguntapan Bantul. Jurnal Spirits, 5(2), 37-44.
Kinanthi, G. W., & Jannah, M. (2016). Gambaran Kepribadian Hardiness Atlet Paralympic
Atletik Lari Cepat. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 6(2), 91-101.
Konsareh, S., & Wijono, S. (2018). Hubungan Antara Hardiness Dengan Burnout Pada
Perawat Rs. Roemani Semarang. Jurnal Psikohumanika, 10(1), 79-91.
Kusuma, B. H. (2018). Pengaruh Role Stressor Terhadap Burnout Dan Perbedaan Burnout
Berdasarkan Gender: Studi Empiris Pada Mahasiswa. Jurnal Akuntansi, 10(1).
Laili, K., & Listianti, A. N. (2018). Skripsi Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan
Burnout Pada Perawat Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2018 (Doctoral Dissertation, Sriwijaya University).
Maramis, J. R., & Cong, J. (2019, December). Relationship Of Hardiness Personality With
Nurse Burnout. In Abstract Proceedings International Scholars Conference (Vol. 7,
No. 1, Pp. 434-446).
Mawarti, I., & Yusnilawati, Y. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Burnout
Pada Perawat Di Ruang Instalasi Rawat Inap Rsud Raden Mattaher Dan Abdul
Manap Jambi Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi|
Jiituj|, 2(2), 172-188.
Mudallal, R. H., Othman, W. A. M., & Al Hassan, N. F. (2017). Nurses’ burnout: the
influence of leader empowering behaviors, work conditions, and demographic
traits. INQUIRY: The Journal of Health Care Organization, Provision, and
Financing, 54, 0046958017724944.
Pradana, B. A., Kristanto, R. S., & Hidayat, D. S. (2017). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan
Beban Kerja Terhadap Burnout Pada Perawat Rsud Kardinah Kota Tegal. Magisma:
Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 5(2), 61-69.
Polit, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing Researching Generating And Assesing Evidence
For Nursing Practice (9th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Stephen, S., Sutanto, D., & Nauli, J. (2019). Burnout Ditinjau Dari Optimisme Pada Atlet
Bulutangkis Di Kota Medan. Wahana Inovasi: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat Uisu, 8(2), 122-133.
Sahrah, A. (2018). Burnout Perawat Perempuan Ditinjau Dari Iklim Organisasi. Psycho
Idea, 15(2), 88-97.
Santana, I. P., & Istiana, I. (2019). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Hardiness Pada Ibu
Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus Di Slb Negeri Binjai. Jurnal
Diversita, 5(2), 142-148.
Surya, P. A. A. S., & Adiputra, I. N. (2017). Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Burnout
Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Anak Rsup Sanglah. E-Jurnal Medika
Udayana, 6(4).
Suryani, A. Z. A., & Kadir, A. R. Pengaruh Kesejahteraan Spiritual (Spiritual Well Being)
Dan Letak Kendali (Locus Of Control) Terhadap Burnout Kerja Perawat Di Rs
Unhas Makassar.
Tampubolon, L. F. (2018). Burnout Syndrome Pada Perawat Di Ruangan Rawat Inap Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan. Jurnal Keperawatan Priority, 1(1).
Talenta, C., & Wardani, I. Y. (2018). Burnout Dan Perilaku Caring Perawat Onkologi. Jurnal
Keperawatan, 10(3), 201-208.
Yulhaida. (2017). Kuesioner Tentang Hubungan Antara Hardiness Personality Dan Burnout
Pada Perawat Rumah Sakit
Zulaima, H. (2017). Hubungan Antara Kepribadian Hardiness Dengan Burnout Pada Perawat
Gawat Darurat Di Rumah Sakit Umum Wilayah Kota
Samarinda. Motivasi, 5(1), 92-103.