You are on page 1of 7

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN ORANG TUA

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SANTRI DIPONDOK PESANTREN


DARUSSALAM DESA NGESONG SENGON
JOMBANG

Heri Triwibowo, Khoirunnisyak

ABSTRACT
Student life / of student at traditional muslim school while studying at muslim boarding school is full
of difficulty. Starting from academic difficulty, financial difficulty, sociocultural difficulty, surroudings
difficulty etc, the difficulties will be more felt for students or students at traditionsl muslim school who
are far from family or come from om threats to know the realitiship of searation unkiety level with
parents to motivations to learn students on traditional muslim school Darussalam, ngesong sengon
village, Jombang. The research design that is used is correlational analysis of population in this
research is of all students on traditional muslim scool in class 1 junior high school and 1 high school
in Sengon Village Jombang, Jombang Regency with sample resources 80 people, the technique using
total sampling Independent variable in this research is anxiety and dependent variable Is the
motivation, Data Analysis, Editing, coding, scoring Tabulating and cross tabulation. Based on the
results of research can be concluded than half of respondents have moderate anxiety as many us 51
people (63.8%). Half of respondent's motivation is moderate as many us 40 people (50%). The
students on traditional muslim scool who have severe anxiety most 7 people (100%) have a weak
motivation. This means that the more severe anxiety, the weaker the motivation to learn in students on
traditional muslim scool There is anxiety relationship Farewell to Parents about Motivation Learning
Students In Darussalam boarding school Ngesong Sengon Village Jombang. The new students on
traditional muslim enter the boarding school should be active in following the activities at the
boarding school, developing hobby and follow extracurricular in boarding school .

Keywords: Anxiety, Parent, Learning Motivation

PENDAHULUAN
Pondok pesantren merupakan asrama secara keseluruhan adalah 3.642.738 orang
tempat tinggal para santri. Menurut Wahid, santri terdiri dari 1.895.580 orang (52,0%)
pondok pesantren mirip dengan akademi santri laki-laki 1.747.158 orang orang (48,0%)
militer atau biara (monestory convent). Dalam santri perempuan (pendis.kemenag.2013).
arti bahwa mereka yang berada disana Pada siswa SMP mempunyai tingkat
mengalami suatu kondisi totalitas.(Afif dan kecemasan yang lebih tinggi dengan prevalensi
Gus Tohir, 2015). Kehidupan siswa/santri 68,3 % dibandingkan siswa SMA dengan
selama belajar di pondok pesantren itu prevalensi 31,7% (Harpell & Andrews 2012).
penuh dengan kesulitan. Mulai dari kesulitan Hasil dari studi pendahuluan pada tanggal 26
akademik, kesulitan finansial, kesulitan April 2017 di pondok pesantren Darussalam
sosiokultural, kesulitan lingkungan dan jombang. Berdasarkan hasil wawancara dan
sebagainya, Kesulitan- kesulitan tersebut dibagikan kuisoner DASS pada 10 santri.
akan lebih terasa bagi siswa/santri yang Ditemukan 5 santri dengan kriteria cemas
jauh dari keluarga atau berasal jauh dari ringan. 4 santri dengan kriteria cemas sedang,
luar kota. Hal ini akan memicu terjadi adanya 1 santri dengan kriteria cemas berat. Dari segi
kecemasan. Kecemasan adalah keteganggan motivasi belajar, mereka mengatakan masih
yang dihasilkan dari ancaman terhadap merasa khawatir akan perpisahan dengan
keamanan, baik yang nyata mauapu imajinasi orang tua dengan keadaan lingkungan yang
biasa (Hall dan Lindzey 2001, Trianto 2012). berbeda dan karena kekhawatiran tersebut
Santri yang baru masuk dipondok pesantren mereka kurang konsentrasi dalam belajar.
sendiri akan lebih sering terjadi kecemasan Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh
tahun pertama pendidikannya di pesantren Rahmatika (2014) menunjukan bahwa 43,8 %
karena lingkungan barunya. Kecemasan santri tingkat SMP Pondok Pesantren
merupakan faktor yang berpengaruh pada Asshiddiqiyah Kebun Jeruk Jakarta mengalami
motivasi, karena individu yang mengalami kecemasan tinggi akibat perpisahan dengan
kecemasan akan mengalami hambatan dalam orang tua nya.
menyelesaikan tugas-tugas atau mencapai Kondisi yang menyebabkan remaja
tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap mengalami kecemasan adalah ketika memasuki
tertentu, kecemasan dapat meningkatkan pesantren/sekolah yang baru, beban tugas
motivasi dan kinerja, akan tetapi apabila sekolah yang padat, dan adanya perasaan malu
kecemasan tersebut melampaui batas atau terhadap lingkungan sosialnya. Kecemasan
kemampuan individu untuk mengelolanya yang dialami oleh remaja siswa SMP
maka kecemasan melemahkan motivasi dan biasanya berkaitan dengan pembelajaran yang
menurunkan kinerja (Rahmatika, 2014). diberikan disekolah. Selain siswa SMP yang
Data Riskesdas 2013 menyatakan bahwa bersekolah di sekolah konvensional,
prevalensi nasional gangguan kecemasan kecemasan juga bisa dialami oleh siswa
dialami oleh remaja di Indonesia yang berusia SMP yang bersekolah di pondok pesantren.
kurang lebih 15 tahun sekitar 37 ribu penduduk Selain kecemasan timbul karena tugas
dengan prevalensi gangguan kecemasan pada sekolah, kecemasa juga timbul akibat
remaja di Jawa Tengah tercatat sebanyak 4,7 % perpisahan dengan orang tuanya, mereka
(Depkes, 2013). Data departemen agama belum mampu beradaptasi dan memiliki
tahun 2010/2011 berhasil mendata 27,218 motivasi belajar yang kurang
pondok pesantren yang terbesar diseluruh (Aminullah,2013).
Indonesia. Populasi pondok pesantrean Banyak hal yang dapat dilakukan untuk
terbesar berada pada provinsi jawa barat, jawa menghindari kecemasan terhadap motivasi
timur, jawa tengah dan banten yang berjumlah belajar dipondok pesantren salah satunya
78,9% dari jumlah seluruh pondok pesantren adalah peer monitoring, mengenal, bicara dan
di Indonesia. Jumlah santri pondok pesantren mendampingi santri dalam masalah kesulitan
pelajaran yang diperolehnya agar motivasi Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan
belajarnya tidak menurun. Membangkitkan Umur
self-competition dengan jalan menimbulkan
perasaan puas terhadap hasil-hasil dan prestasi No Umur Jumlah Persentase
(%)
yang telah mereka capai betapapun kecil atau
sedikitnya hasil yang dicapai. (purwanto 1. 13 Tahun 25 31.2
ngalim 2013). 2. 14 Tahun 8 10.0
Berdasarkan latar belakang diatas maka 3. 16 Tahun 43 53.8
penulis tertarik untuk melakukan penelitian 4. 17 Tahun 4 5.0
tentang “hubungan antara kecemasan Total 80 100.0
perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi
Berdasarkan tabel 1 dapat
belajar santri dipondok Darussalam desa
menunjukkan bahwa setengah responden
Ngesong Sengon Jombang”. berusia 13 tahun sebanyak 25 orang (31.2%).

METODE Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan


Desain penelitian yang digunakan adalah Pendidikan
analitik correlational dengan pendekatan cross
sectional yaitu jenis penelitian yang No Pendidikan Jumlah Persentase
(%)
menekankan waktu pengukuran atau observasi
data variable independen dan dependen hanya 1. SMA 33 41.2
satu kali pada satu saat. Pada penelitian ini 2. SMP 47 58.8
populasi nya yaitu semua santri yang duduk di Total 80 100.0
kelas 1 SMP dan 1 SMA di Desa Sengon
Kecamatan jombang Kabupaten Jombang Berdasarkan tabel 2 dapat
sebanyak 80 santri. Teknik sampling dalam menunjukkan bahwa sebagian besar responden
penelitian ini menggunakan total sampling. berpendidikan SMP sebanyak 47 orang
Dikatakan Total sampling adalah teknik (58,8%).
pengambilan sampel dengan memasukkan
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan
seluruh anggota populasi untuk menjadi
Kecemasan Perpisahan Dengan Orang
sampel penelitian. Sampel pada penelitian ini Tua
adalah seluruh santri yang duduk di kelas 1
SMP dan 1 SMA di Desa Sengon Kecamatan No Kecemasan Jumlah Persentase
jombang Kabupaten Jombang sebanyak 80 perpisahan (%)
santri. Variabel independen dalam penelitian dengan
ini adalah kecemasan dan variabel dependen orang tua
1. Ringan 22 27.5
adalah adalah motivasi belajar. Metode
2. Sedang 51 63.8
pengumpulan data menggunakan kuisioner 3. Berat 7 8.7
kecemasan DASS dan kuisioner motivasi Total 80 100.0
belajar yang pernah dibuat penelitian oleh
Rahmatika 2014 yang berjudul hubungan Berdasarkan tabel 3 dapat
tingkat kecemasan terhadap motivasi belajar. menunjukkan bahwa lebih dari setengah
Kuesioner diberikan langsung kepada responden memiliki kecemasan sedang
sebanyak 51 orang (63,8%)
responden. Lokasi penelitian dilaksanakan di
Pondok Pesantren Darussalam kabupaten
Jombang 2017. Analisa data pada penelitian ini
menggunakan crosstabulation.

HASIL
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan bawah alam sadar bila terjadi peningkatan
Motivasi Belajar akan adanya bahaya dari dalam (Ibrahim
2007). Kecemasan adalah bentuk perasaan
No Motivasi Jumlah Persentase khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain
(%) yang kurang menyenangkan. Perpisahan
1. Kuat 29 36.2 dengan orang tua untuk memasuki lingkungan
2. Sedang 40 50.0 baru memang memerlukan waktu untuk
3. Lemah 11 13.8 beradaptasi rasa takut, khawatir tentunya
Total 80 100.0 dimiliki semua santri yang baru masuk di
lingkungan pesantren, santri yang biasa
Berdasarkan tabel 4 dapat mendapat perhatian lebih dirumah dari orang
menunjukkan bahwa setengah motivasi tua, di lingkungan pesantren harus hidup
responden adalah sedang sebanyak 40 orang mandiri. Banyak faktor yang mempengaruhi
(50%). kecemasan diantranya umur, pendidikan.
Kecemasan santri di pesantren
Tabel 5. Tabulasi Silang Kecemasan dipengaruhi oleh umur. Dimana Berdasarkan
Perpisahan dengan Orang Tua Terhadap tabel 1 dapat menunjukkan bahwa setengah
Motivasi Belajar Santri Dipondok responden berusia 13 tahun sebanyak 25 orang
Pesantren Darussalam Desa Ngesong (31.2%). Usia adalah umur yang terhitung
Sengon Jombang mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
Motivasi kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
Kece Kuat Sedan Lema Total matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi
masa g h kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa
n akan lebih dipercaya dari pada orang yang
belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya.
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
Ring 1 8 3 1 0 0, 2 100 kematangan jiwanya. kecemasan yang
an 9 6, 3, 0 2 didukung oleh lingkungan berdasarkan
4 6 kematangan atau usia seseorang. Umur
Seda 1 1 3 7 4 7, 4 100 merupakan ukuran tingkat kedewasaan
ng 0 9, 7 2, 8 seseorang (Purwanto, 2010). Umur akan
6 5 mempengaruhi tingkat kematangan seseorang.
Berat 0 0 0 0 7
1 7 100 Umur responden dalam kategori remaja awal
0 merupakan umur perkembangan di mana pada
0 usia tersebut remaja belum mampu cepat
Tota 2 3 4 5 1 1 8 100 beradaptasi dengan lingkungan. Di samping itu
l 9 6, 0 0, 1 3, 0 Semakin bertambahnya umur seseorang maka
2 0 8 orang tersebut semakin matang dalam berpikir
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa secara rasional tentang dan lebih dapat
terdapat 7 responden yang mempunyai beradaptasi dengan lingkungan.
kecemasan berat sebagian besar 7 orang Faktor lain yang mempengaruhi
(100%). kecemasan adalah faktor pendidikan Dimana
sebagian besar responden berpendidikan SMP
PEMBAHASAN sebanyak 47 orang (58,8%).Teori yang
Kecemasan dengan orang tua dikemukakan oleh Notoatmodjo (2012),
Berdasarkan tabel 3 dapat menunjukkan menyatakan bahwa Pendidikan berarti
bahwa lebih dari setengah responden memiliki bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kecemasan sedang sebanyak 51 orang (63,8%). terhadap perkembangan orang lain menuju
Kecemasan merupakan perasaan yang menetap kearah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi
berupa kekuatan atau kecemasan (was-was, tingkat pendidikan seseorang maka maka
khawatir dan cemas) yang merupakan respon makin mudah dalam menerima informasi,
terhadap ancaman yang akan datang. sehingga semakin banyak pula pengetahuan
Dianggap berbahaya atau hal tersebut dapat yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang
merupakan perasaan yang ditekan kedalam kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru akibat dari pengalaman dan kematangan
dikenal. Pendidkan klien dapat meningkatkan jiwanya (Notoatmodjo, 2011). Umur para
keteraturan, sepanjang bahwa pendidikan santri yang masih mudah menyebabkan para
tersebut merupakan pendidikan yang aktif. santri tidak dapat berfikir secara matang, para
Pendidikan yang dasar membuat santri sulit santri tidak dapat mengatur waktu, Umur
dalam menerima informasi yang berhubungan merupakan ukuran tingkat kedewasaan
adaptasi seperti peraturan dipesantren adaptasi seseorang. Orang yang mempunyai umur
di samping itu dengan lingkungan pesantren produktif akan mempunyai daya pikir yang
yang baru proses penyesuain diri harus lebih rasional dan memiliki pengetahuan yang
dilakukan secara perlahan dan memerlukan baik sehingga orang memiliki motivasi yang
proses sehingga responden sering mengalami baik.
kecemasan dengan hal-hal baru yang dialami. Hubungan kecemasan Perpisahan dengan
Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Santri
Motivasi belajar santri Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
Berdasarkan tabel 4 dapat menunjukkan terdapat 7 responden yang mempunyai
bahwa setengah motivasi responden adalah kecemasan berat sebagian besar 7 orang
sedang sebanyak 40 orang (50%). Motivasi (100%) memiliki motivasi lemah. Artinya
adalah perubahan energi dalam diri seseorang semakin berat kecemasan maka semakin lemah
yang ditandai dengan munculnya feeling dan motivasi belajar pada santri.
di dahului dengan tanggapan terhadap Berdasarkan tabulasi silang dapat ditarik
adanya ujian. Motivasi juga dapat dikatakan kesimpulan yaitu bahwa semakin berat cemas
serangkaian usaha untuk menyediakan perpisahan dengan Orang Tua maka semakin
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang lemah motivasi belajar santri. Pondok
mau dan ingin melakukan sesuatu (Sardiman, pesantren merupakan asrama tempat tinggal
2007). motivasi ialah untuk menggerakkan para santri. Menurut Wahid, pondok pesantren
atau memacu para siswanyaagar timbul mirip dengan akademi militer atau biara
keinginan dan kemauanya untuk meningkatkan (monestory convent). Dalam arti bahwa
prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan mereka yang berada disana mengalami suatu
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan kondisi totalitas.(Afif dan Gus Tohir, 2015).
ditetapkan dalam kurikulum sekolah Kehidupan siswa/santri selama belajar di
(Purwanto, 2013). Pada awal masuk pesantren pondok pesantren itu penuh dengan kesulitan.
siswa banyak diisi oleh kegiatan keagamaan di Mulai dari kesulitan akademik, kesulitan
samping itu proses penyesuain diri dengan finansial, kesulitan sosiokultural, kesulitan
lingkungan yang sebagian besar mandiri lingkungan dan sebagainya, Kesulitan-
menyebabkan para santri baru tidak memiliki kesulitan tersebut akan lebih terasa bagi
waktu banyak untuk belajar, dan lingkungan siswa/santri yang jauh dari keluarga atau
social seperti banyaknya santri yang memiliki berasal jauh dari luar kota. Hal ini akan
sifat-sifat dan tingkah laku yang kurang memicu terjadi adanya kecemasan. Kecemasan
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa adalah keteganggan yang dihasilkan dari
rendah diri, dan dikucilkan dari kelompok dan ancaman terhadap keamanan, baik yang nyata
pada akirnya akan berpengaruh pada kegiatan mauapu imajinasi biasa.
belajarnya. Faktor yang mempengaruhi Menurut Davis (2013) kehadiran para
motivasi belajar yaitu umur, kondisi santri dilingkungan yang baru akan
lingkungan. mempengaruhi motivasi belajar siswa, Selain
Berdasarkan tabel 1 dapat itu motivasi mengikuti pelajaran di sekolah
menunjukkan bahwa setengah responden juga dipengaruhi oleh kondisi cemas para
berusia 13 tahun sebanyak 25 orang (31.2%). santri pada lingkungan pesantren yang baru
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat kondisi tekanan fisik dan psikis akibat adanya
dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. tuntutan kemandirian dalam lingkungan baru
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan menyebabkan rasa cemas pada setiap kegiatan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam yang dilakukan di pesantren. Perubahan yang
berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan terjadi ini harus secara relatif bersifat menetap
masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat
dipercaya dari pada orang yang belum cukup ini nampak, tetapi juga pada perilaku yang
tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai mungkin terjadi di masa datang, perubahan-
perubahan tersebut terjadi karena adanya Dipondok Pesantren Darussalam Desa
pengalaman, kurangnya motivasi belajar anak Ngesong Sengon Jombang
di karenakan faktor orang tua, lingkungan yang
terkadang tidak mendukung anak dalam proses SARAN
belajar Keberhasilan belajar secara teratur akan Hendaknya Responden dapat
merupakan umpan balik bagi seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
kemudian akan membiasakan belajar lebih pesantren, dapat berinteraksi dengan baik dam
terarah dan teratur. Kesulitan belajar bukanlah memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga
suatu diagnosis tunggal semata-mata, dapat berprestasi. Dengan cara selalu aktif
melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan mengikuti kegiatan dipondok pesantren,
dengan berbagai macam gejala, penyebab, mengembangkan hobi dan mengikuti
pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak ekstrakulikuler yang ada dipondok pesantren.
semua problem belajar merupakan suatu Bagi pengasuh Pondok pesantren
kesulitan belajar. Ada anak yang menunjukkan hendaknya mengadakan bimbingan konseling,
perkembangan suatu keahlian tertentu lebih mengenal, bicara dan mendampingi santri
lambat daripada anak lain seusianya dan dalam masalah kesulitan pelajaran yang
sebaliknya, tetapi masih dalam batas diperolehnya agar motivasi belajarnya tidak
kewajaran. menurun.
Ada sebagian responden yang memiliki Bagi orang tua Saat berkunjung
kecemasan sedang tetap memiliki motivasi hendaknya orang tua selalu memotivasi,
kuat untuk tetap belajar, hal tesebut di membimbing, mengarahkan yang terbaik untuk
karenakan orang tua telah memberikan anaknya, agar motivasinya meningkat.
informasi tentang tatacara kehidupan di
pesantren, orang tua senantiasa menerapkan
pola hidup mandiri pada anak. serta anak DAFTAR PUSTAKA
mampu untuk beradaptasi dengan cepat Afif Abdullah Dan Antoro Masaji. 2015.
mengikuti tata cara di pesantren. Disamping itu Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan.
para guru di pesantren senantiasa Yogyakarta: Pustaka Ilmu Sunni
mendampingi santri berkomunikasi untuk Salafiyah-KTB
melakukan aktivitas sehari-hari serta belajar Aminullah, M. Afif. 2013. Kecemasan
dengan cara membengkitkan self competition Antara Siswa SMP Dan Santri
dengan jalan menimbulkan perasaan puas Pondokpesantren.Vol.1.Http://Ejournal.
terhadap sekecil apapun usaha yang dilakukan Umm.Ac.Id/Index.Php/Jipt/Article/View
santri. Dan ada sebagian responden yang /1578.Diakses Pada Tanggal 02 Oktober
memiliki kecemasan sedang tetap memiliki 2013. Pukul 20.43
motivasi lemah untuk belajar, hal tersebut Djali. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
dikarnakan orang tua mendukung /mendorong Pt Bumi Aksara
meningkatnya performa pada diri individu Djamarah Sayiful Bahri.2011.
tersebut. Akan tetapi dorongan kebutuhan Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
belajar dan harapan akan cita - cita kurang Efendi Nursalam Feryy. 2008. Pendidikan
dan membuat motivasi belajarnya melemah. Dalam Keperawatan Jakarta: Bumi Aksara
Hamzah. 2008. Teori Motivasi Dan
SIMPULAN Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Hidayat. 2010. Metodologi Penelitian
Lebih dari setengah responden memiliki Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.
kecemasan sedang sebanyak 51 orang (63,8%). Jakarta: Salemba Medika
Setengah motivasi responden adalah sedang Ibrahim Ayub Sani, 2007, Panik Neurosis
sebanyak 40 orang (50%). Santri yang Gangguan Cemas. Jakarta: Dua AS-AS
memiliki kecemasan berat sebagian besar 7 LPPM Stikes Bina Sehat Ppni Mojokerto
orang (100%) memiliki motivasi lemah. 2016. Buku Panduan Penyusunan Skripsi
Artinya semakin berat kecemasan maka Lukluk A, Z Dan Bandiyah Siti. 2011
semakin lemah motivasi belajar pada santri. .Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Ada hubungan kecemasan Perpisahan dengan Medika
Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Santri Notoatmojo,S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Oltmans T, F Dan Emery R, E. 2013. Psikologi
Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purwanto M, N , 2013, Psikologi
Pendidikan . Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya
Rahmatika. 2014. Hubungan Tingkat
Kecemasan Perpisahan Orang Tua
Terhadap Motivasi Belajar Santri
Pondok Pesantren Asshidqya
KebunJerukjakarta.Http://Repositor
y.Uinjkt.Ac.Id/Dspace/Handle/123
456789 /24087 Diakses Pada
Tanggal 5 Maret 2014
Safaria Trianto. 2012. Manajemen Emosi.
Jakarta: Bumi Aksara
Sardiman.2007 Intraksi Dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan
Riset Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta
Struat Gail W. 2016. Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta:EGC
Sulistyaningsih. (2012). Metodologi Penelitian
Kebidanan Kuatitatif-Kualitatif. Edisi I.
Yogyakarta. Penerbit Geraha Ilmu
Suryono. 2010. Kumpulan Instrument
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika

You might also like