You are on page 1of 12

AKULTURASI PERKAWINAN SUKU SUNDA DAN SUKU JAWA

DI DESA TANJUNG RATU KECAMATAN KATIBUNG


KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Anis Marestiana, Ali Imron, Muhammad Basri
FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Telepon (0721) 704 947 faximile (0721) 704 624
e-mail: anis.marestiana@yahoo.co.id
No. Telp : 082377178559

ABSTRACT

Abstract: Acculturation is the mixture of two or more cultures gradually for a long time but
without losing the characteristics of culture itself. Based on the formulation of the problem in
this study, namely "whatever form the result of acculturation marriage Sundanese and Javanese
in the village of Tanjung Ratu district of South Lampung regency Katibung?" Therefore, this
study aimed to find out anything what form the results of acculturation marriage Sundanese and
Javanese in the village of Tanjung Ratu Sub Katibung South Lampung regency. The method
used in this research is descriptive method. The technique of collecting data through
observation, interviews and documentation, while the data analysis techniques using qualitative
data analysis techniques. Based on the analysis of the data shows the fact that the form of the
result of acculturation of marriage with Javanese and Sundanese are as follows: beginning with
the stage of choosing a mate is a mate anciently chosen by her parents, now children choose
their own soul mate, the application stage the size of an application is planned by both the bride
and groom's parents then determined by both parties and discussed, Panggih ceremony was
performed, with little change, peoples settled after marriage also changed. So it can be
concluded that people living in the village of Tanjung Ratu Village Katibung District South
Lampung Regency, especially Sundanese and Javanese, have occurred acculturation, one
through marriage.

Keywords : Acculturation, Sundanese, Javanese

ABSTRAK

Abstrak: Akuturasi adalah proses percampuran antara dua kebudayaan atau lebih yang secara
lambat laun dalam waktu yang lama tetapi tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan itu
sendiri. Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian, yaitu “apasaja bentuk hasil akulturasi
perkawinan suku Sunda dan suku Jawa di Desa Tanjung Ratu Kecamatan Katibung Kabupaten
Lampung Selatan?” Maka, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apasaja bentuk hasil
akulturasi perkawinan suku Sunda dan suku Jawa di Desa Tanjung Ratu Kecamatan Katibung
Kabupaten Lampung Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi,
sedangkan teknik analisis datanya menggunakan teknik analisis data kualitatif. Berdasarkan
analisis data fakta menujukkan bahwa bentuk hasil akulturasi dari perkawinan suku Sunda
dengan suku Jawa antara lain sebagai berikut : diawali dengan tahap memilih jodoh yaitu pada
zaman dahulu jodoh anaknya dipilihkan oleh orangtua, sekarang anak yang memilih jodohnya
sendiri, tahap lamaran yaitu besarnya lamaran direncanakan oleh kedua calon pengantin barulah
ditentukan oleh orangtua kedua belah pihak dan dimusyawarahkan, upacara panggih masih
dilakukan, hanya sedikit mengalami perubahan, adat menetap setelah menikah juga mengalami
perubahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang tinggal di Desa Tanjung Ratu
Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, khususnya suku Sunda dan suku Jawa, telah
terjadi akulturasi, salah satunya melalui perkawinan.

Kata kunci : akulturasi, suku sunda, suku jawa


PENDAHULUAN kebudayaan mereka. Sebaliknya suku
pendatang juga merasakan adanya
Lampung adalah daerah yang berada diskriminasi yang akhirnya membuat kedua
di pulau Sumatera sebelah tenggara yang suku tersebut merasa tidak nyaman, selain itu
merupakan pintu gerbang yang komunikasi antar kedua suku juga tidak
menghubungkan antara pulau Jawa dan pulau berjalan dengan baik karena perbedaan bahasa
Sumatera. Penduduk yang ada di Lampung daerah yang dipakai oleh kedua suku tersebut.
terdiri dari anekaragam suku yang berasal dari Setelah adanya penyesuaian antar
berbagai daerah di Indonesia. Bangsa kedua suku tersebut yang menimbulkan
Indonesia kaya akan berbagai macam interaksi sosial antara satu dengan yang
kebudayaan dan adat istiadat. Adat istiadat lainnya, maka interaksi sosial yang terjadi
tersebut dianggap baik oleh suatu masyarakat, secara terus menerus membawa perubahan
tetapi bisa juga dianggap buruk oleh dalam kehidupan masyarakat tersebut. Dari
masyarakat lainnya atau sebaliknya. pertemuan antara suku Sunda dan suku Jawa
Perbedaan kebudayaan itu dapat terjadi tersebut, maka terjadilah suatu proses
karena kebutuhan masyarakat yang beraneka terjalinnya hubungan perasaan antara orang
ragam, lingkungan sosial, kebiasaan serta Sunda dan Jawa yang menyebabkan
masalah yang dihadapi berbeda pula. terjadinya akulturasi perkawinan.
Kebudayaan merupakan warisan sosial Akulturasi merupakan proses sosial
yang diterima dari generasi sebelumnya dan yang timbul apabila suatu kelompok manusia
kemudian disebarkan kepada generasi dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
berikutnya. Warisan ini secara nyata dengan unsur-unsur kebudayaan asing
dipertahankan dan dipelihara dengan sebaik- sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
baiknya dalam kelompok-kelompok yang kebudayaan itu lambat laun diterima dan
bersangkutan. Dalam suatu masyarakat, diolah ke dalam kebudayaannya, tanpa
mereka mempunyai kebiasaan yang dilakukan menghilangkan sifat khas kepribadian
secara terus menerus dari generasi kebudayaan asli. Terjadinya suatu proses
sebelumnya sampai generasi yang sekarang akulturasi ini diakibatkan adanya beberapa
yaitu seperti dalam hal perkawinan. faktor yang mendorong yaitu kontak dengan
Beragamnya cara dalam perkawinan yang kebudayaan lain, salah satu proses yang
terdapat di daerah Lampung Selatan, menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi).
khususnya yang tinggal dan menetap di desa Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur
Tanjung Ratu. Desa Tanjung Ratu ini kebudayaan dari individu kepada individu
merupakan salah satu daerah di Kecamatan lain. Dengan proses tersebut manusia mampu
Katibung Kabupaten Lampung Selatan yang untuk menghimpun penemuan-penemuan
terbagi atas duabelas dusun yaitu Dusun baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya
Tanjung Ratu, Dusun Tanjung Jaya, Dusun difusi, suatu penemuan baru yang telah
Umbul Pabrik, Dusun Umbul Bandung, diterima oleh masyarakat dapat diteruskan
Dusun Pematang V, Dusun Sari Mukti, Dusun dan disebar luaskan kepada semua
Terang Agung, Dusun Way Jambu, Dusun masyarakat, hingga seluruh masyarakat dapat
Gunung Mas, Dusun Suka Negara I, Dusun merasakan manfaatnya. Proses difusi dapat
Kupang Curub, Dusun Suka Negara II, menyebabkan lancarnya proses perubahan,
dengan jumlah penduduk sebanyak 7315 jiwa. karena difusi memperkaya dan menambah
Pertemuan antara suku Sunda dan suku Jawa unsur-unsur kebudayaan yang seringkali
di Desa Tanjung Ratu ini membentuk suatu memerlukan perubahan-perubahan dalam
interaksi sosial. Interaksi sosial ini terjadi lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang lama
karena adanya kontak sosial dan komunikasi. dengan yang baru. Proses akulturasi dapat
Pertemuan antara kedua suku tersebut berjalan sangat cepat atau lambat tergantung
awalnya bersifat negatif yang mengarah pada persepsi masyarakat setempat terhadap
suatu pertentangan, karena kedatangan suku budaya asing yang masuk. Apabila masuknya
pendatang dinilai akan mempersempit lahan melalui proses pemaksaan, maka akulturasi
mata pencaharian mereka dan juga menggeser memakan waktu relatif lama. Sebaliknya,
apabila masuknya melalui proses damai, perjodohan sudah mulai meluntur, orangtua
akulturasi tersebut akan berlangsung relatif secara demokratis menyerahkan urusan jodoh
lebih cepat. kepada laki-laki atau perempuan pilihan
Dampak positif yang timbul dari anaknya sendiri, tetapi orangtua juga
proses pertemuan budaya kedua suku itu memberikan rambu-rambu pada anaknya,
ternyata dapat menciptakan suasana hubungan bahwa dia harus bergaul dengan pasangan
sosial yang harmonis, terutama jika ditambah yang seperti apa, pandangan utamanya adalah
dengan adanya rasa saling menghargai dan agama. Acara lamaran bagi masyarakat Sunda
mengakui kelebihan dan kekurangan masing- dan masyarakat Jawa, keduanya memiliki
masing suku sehingga tidak lagi terdapat persamaan yaitu lamaran dilakukan oleh
perbedaan diantara keduanya. Termasuk salah pihak pria kepada pihak wanita dengan
satunya adalah sistem perkawinan yang ditemani oleh keluarga dekat dari pihak pria
menyebabkan terjadinya proses akulturasi dan sipria akan memberikan cincin bersamaan
seperti di Desa Tanjung Ratu. dengan bingkisan lain. Prosesi-prosesi lainnya
Berbicara tentang perkawinan seperti seserahan, pelaksanaan perkawinan,
dimanapun merupakan salah satu peristiwa dan acara panggih masih digunakan.
sosial yang penting yang harus dilalui oleh Dahulu adat menetap bagi masyarakat
setiap orang. Di samping itu perkawinan bagi Sunda yaitu kedua mempelai tinggal menetap
mereka yang terlibat merupakan pengukuhan dikediaman laki-laki, bagi masyarakat Jawa
perpindahan status bujangan dan perawan tidak mempersoalkan tentang tempat menetap
menjadi orang yang berkeluarga dengan setelah menikah. Setelah terjadi akulturasi
segala hak dan kewajibannya. Bahkan banyak adat menetap setelah menikah, baik suku
masyarakat di Indonesia, perkawinan Sunda maupun suku Jawa, keduanya bebas
merupakan salah satu syarat bagi seseorang menentukan tinggal di rumah kediaman laki-
untuk diterima dan diberlakukan sebagai laki ataupun perempuan, tetapi untuk
anggota penuh dari kelompok sosial yang sementara biasanya perempuan akan tinggal
bersangkutan. Tidak jarang orang mengubah di rumah laki-laki barulah kemudian mereka
nama sejak perkawinan sebagai pengukuhan bebas untuk mempunyai rumah sendiri.
status sosial suami-istri baru selama ini. Prinsip garis keturunan sistem kekerabatan
Dengan terjadinya perkawinan, maka suku Sunda dan suku Jawa adalah bilateral,
diharapkan agar perkawinan ini didapat yaitu garis keturunan yang memperhitungkan
keturunan yang akan menjadi penerus silsilah hubungan kekerabatan melalui orangtua laki-
orang tua dan kerabat, menurut garis ayah laki maupun perempuan. Unsur kebudayaan
atau garis ibu (Hilman Hadikusuma, yang masuk dari suku pendatang ke suku
2003:70). penerima di Desa Tanjung Ratu ini dilakukan
Tetapi sebelum seseorang melakukan dengan jalan hidup berdampingan dan saling
perkawinan ada satu proses perkenalan menghargai kelebihan dan kekurangan
terlebih dahulu dengan seseorang yang akan masing-masing suku tersebut.
dinikahi. Dalam sistem perkawinan Berdasarkan latar belakang di atas,
masyarakat Sunda dan masyarakat Jawa di maka penulis bermaksud dan tertarik untuk
Desa Tanjung Ratu masing-masing suku mengadakan penelitian untuk mengetahui
tersebut memiliki prosesi dan tata cara sendiri lebih jauh mengenai akulturasi perkawinan
khususnya dalam memilih jodoh, lamaran dan yang terjadi antara suku Sunda dan suku Jawa
prosesi lainnya. Pada masyarakat Sunda di Desa Tanjung Ratu Kecamatan Katibung
awalnya dalam memilih jodoh, orangtua pria Kabupaten Lampung Selatan.
akan berkunjung kerumah orangtua wanita
untuk mengetahuai apakah wanita yang METODE PENELITIAN
dimaksud sudah mempunyai pacar atau
belum, sebaliknya bagi masyarakat Jawa Metode dalam penelitian ini adalah
mempunyai patokan dalam memilih jodoh metode deskriptif. Adapun pengertian dari
yang ideal yaitu dilihat dari bibit, bebet dan metode deskritif itu sendiri adalah sebagai
bobot. Pada zaman sekarang sistem berikut:“Metode deskriptif adalah suatu
penelitian yang digunakan untuk Informan adalah seseorang yang
memecahkan masalah yang sedang dihadapi memiliki informasi relatif lengkap terhadap
pada masa sekarang, dilakukan dengan budaya yang akan diteliti (Suwardi
langkah-langkah pengumpulan data, membuat Endraswara, 2006:119). Informan dipilih
klasifikasi data dan analisis data atau berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, untuk itu
pengolahan data. Membuat kesimpulan dan perlu dipilih orang yang benar-benar
laporan dengan tujuan utama untuk membuat mengenal obyek yang akan diteliti. Menurut
penggambaran tentang suatu keadaan secara Gorys Keraf (1996:157) informan yang
objektif dalam suatu deskriftif dipilih tidak boleh sembarangan harus
situasi”(Mohammad Ali, 1983:120). Sumardi berdasarkan beberapa kriteria yang
Suryabrata menyatakan metode penelitian berhubungan dengan lapangan penelitian.
deskriptif adalah metode penelitian yang Informan yang dipilih juga harus memiliki
bertujuan membuat pencandraan secara andalan esensial untuk mewakili kelasnya
sistematis, faktual, dan akurat mengenai dalam kelompok masyarakat bahasa tersebut.
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah Seorang informan mencerminkan cara
tertentu (Sumardi Suryabrata, 1983 : 18). bahasanya, di samping kenyataan bahwa ia
Dengan demikian bahwa metode deskriptif memiliki ciri-ciri personal yang dapat
adalah suatu metode untuk memecahkan diterima.
masalah yang dihadapi pada situasi kini dan Dalam penulisan ini teknik
dimaksudkan untuk menggambarkan pengumpulan data yang digunakan yaitu
karakteristik obyek penelitinya dengan teknik observasi, teknik wawancara dan tenik
menempuh langkah-langkah tertentu. dokumentasi. Menurut Suwardi Endraswara
Lokasi penelitian ini dilakukan di (2006:133) Observasi adalah suatu penelitian
Dusun Umbul Bandung karena secara sistematis dengan menggunakan
masyarakatnya mayoritas suku Sunda dan kemampuan indera manusia, pengamatan ini
suku Jawa. Dipilihnya Dusun Umbul dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya
Bandung ini dengan alasan supaya peneliti dengan wawancara mendalam. Teknik
dapat menetapkan kriteria yang diinginkan observasi menurut Nasution adalah teknik
dan dusun yang diambil dianggap dapat pengumpulan data dengan cara melakukan
mewakili karakteristik dari desa yang ada di pengamatan secara langsung terhadap objek
Tanjung Ratu. Variabel penelitian menurut yang diteliti atau daerah lokasi yang menjadi
Sumardi Suryabrata adalah sesuatu yang akan pokok permasalahan dalam penelitian ini
menjadi obyek yang akan diamati atau sehingga data yang diperoleh sesuai dengan
diambil datanya dan menjadi penilaian.( permasalahan(Nasution,1996:107). Menurut
Sumardi Suryabrata, 1983:79). Adapun Koentjaraningrat pengertian wawancara
menurut Suharsimi Arikunto adalah hal-hal adalah suatu cara yang dipergunakan
yang menjadi objek penelitian, yang ditatap seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu,
dalam suatu kegiatan penelitian, yang mencoba mendapatkan keterangan atau
menunjukkan variasi.(Suharsimi Ariskunto, pendirian secara lisan dari seseorang
1997:12) Berdasarkan pendapat di atas, dapat responden dengan cara bercakap-cakap
diketahui bahwa yang dimaksud variabel berhadapan muka dengan orang itu
penelitian adalah segala sesuatu yang (Koentjaraningrat, 1997:162). Teknik
mempunyai bermacam-mcam nilai dan dokumentasi adalah cara mengumpulkan data
menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. melalui peninggalan-peninggalan tertulis,
Di samping itu variabel penelitian sering juga terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
dinyatakan sebagai faktor-faktor yang buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau
berperan dalam peristiwa atau gejala yang hukum-hukum lain yang berhubungan dengan
diteliti. Adapun variabel yang digunakan masalah penyelidikan (Nawawi, 1991:133).
dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, Dokumen adalah kumpulan surat-surat,
yaitu : Akulturasi Perkawinan suku Sunda dan catatan-catatan harian (journal), kenang-
suku Jawa di Desa Tanjung Ratu Kecamatan kenangan (memory), daftar laporan dan
Katibung Kabupaten Lampung Selatan. sebagainya.
Teknik analisis data yang digunakan nama yaitu Desa Tanjung Ratu dalam Bahasa
dalam penelitian ini adalah teknik analisis Lampungnya di Batton.
data kualitatif karena data yang diperoleh Desa Tanjung Ratu terdiri dari dua dusun
tidak berbentuk angka dan tidak diuji dengan yang berhubungan tanpa ada pemisah dengan
rumus statik. Data-data yang telah terkumpul desa ataupun dusun lain dan sepuluh dusun
diolah dan dianalisis sesuai dengan kantong. Desa Tanjung Ratu ini terbagi dalam
permasalahan yang diteliti. Langkah-langkah 12 Dusun yaitu Dusun Tanjung Ratu, Dusun
dalam menganalisis data dalam suatu Tanjung Jaya, Dusun Umbul Pabrik, Dusun
penelitian dapat di uraikan sebagai berikut : Umbul Bandung, Dusun Pematang V, Dusun
Reduksi Data yaitu data yang diperoleh di Sari Mukti, Dusun Terang Agung, Dusun
lapangan dituangkan kedalam bentuk laporan, Way Jambu, Dusun Gunung Mas, Dusun
selanjutnya direduksi, dirangkum, difokuskan Suka Negara I, Dusun Kupang Curub, Dusun
kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan Suka Negara II. Kepemimpinan Desa Tanjung
polanya atau disusun secara sistematis. Data Ratu diawali oleh Bapak Raja Kuantan tahun
yang direduksi memberi gambaran yang tajam 1948 s/d 1958, kemudian dilanjutkan oleh
tentang hasil pengamatan juga mempermudah Bapak Suka Raja tahun 1958 s/d 1978, setelah
peneliti dalam mencari kembali data yang itu Bapak Hi. Abu M Raden tahun 1978 s/d
diperoleh jika diperlukan. Display (Penyajian 1988, diikuti dengan Bapak A. Ramli tahun
Data) yaitu untuk melihat gambaran 1988 s/d 1998, dan terakhir Bapak Lidin A
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari Manan yang masa kepemimpinannya berakhir
penelitian harus diusahakan membuat grafik, pada tahun 2007. Untuk saat ini Desa Tanjung
matrik jaringan dan bagan atau bisa juga Ratu dipimpin oleh Bapak Buari, S.P.
dalam bentuk naratif saja. Kesimpulan dan Desa Tanjung Ratu terletak di
Verifikasi yaitu peneliti berusaha mencari arti Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung
pola, konfigurasi yang mungkin penjelasan Selatan yang wilayahnya terdiri dari
alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan perladangan, perkebunan (di daerah
harus senantiasa diuji selama penelitian perbukitan), sawah dan perpabrikan. Desa
berlangsung dalam hal ini dilakukan dengan Tanjung Ratu mempunyai luas wilayah 1300
cara penambahan data baru (Lexi. J. Moleong, Ha. Jarak yang ditempuh ke ibukota
1991:128). Untuk lebih rincinya dalam kecamatan terdekat 15 Km (dusun terjauh),
penelitian ini, peneliti melakukan tahapan- lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan 30
tahapan sebagai berikut : Mencari data-data jam, jarak Desa Tanjung Ratu ke ibukota
yang relevan dengan penelitian, menyusun kabupaten 20 Km, sedangkan lama jarak
data-data dan menyeleksi data-data yang tempuh ke ibukota kabupaten 60 jam.
diperoleh dari sumber yang didapat di Desa Tanjung Ratu yang terdiri dari
lapangan, setelah semua data diseleksi 12 dusun secara keseluruhan berpenduduk
barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya 7315 orang, jumlah penduduk menurut jenis
dituangkan dalam bentuk penulisan. kelamin di Desa Tanjung Ratu tahun
2010/2011 adalah sebagai berikut : a. Laki-
laki 3.805 jiwa, b. Perempuan 3.510 jiwa,
HASIL DAN PEMBAHASAN dan c. Kepala Keluarga 1.955 KK. Jika dilihat
dari tingkat pendidikan menurut pendidikan
Desa Tanjung Ratu adalah merupakan yang ditamatkan, maka kita akan melihat
Ibukota dari Kecamatan Katibung Kabupaten masih ada masyarakat yang buta huruf.
Lampung Selatan. Pada sejarahnya Desa Tingkatan tamatan masyarakat desa Tanjung
Tanjung Ratu merupakan bentukan dari Ratu lebih banyak tamatan SD, ini bisa
pemimpin pada masa itu yaitu yang berasal disebabkan kurangnya kesadaran penduduk
dari Kalianda yang pada saat itu disebut akan pentingnya pendidikan dan taraf
Pesirah. Nama Pesirah tersebut dikenal ekonomi yang belum stabil, hal ini yang
dengan nama Bapak Kamil dengan gelar menyebabkan banyak anak-anak yang putus
Pangeran Ibu Marga. Pendirian Desa Tanjung sekolah. Ini juga disebabkan oleh mata
Ratu diperkirakan pada tahun 1948 dan diberi pencaharian penduduk yang sebagian besar
sebagai petani. Berdasarkan letak hak dan kesempatan untuk saling bertemu,
geografisnya daerah Tanjung Ratu merupakan apakah di sekolah, ditempat kuliah, ditempat
daerah dataran tinggi yang umumnya kerja maupun ditempat-tempat yang lain. Hal
mempunyai tanah yang subur. Oleh karena itu ini biasanya dijadikan bahan pertimbangan
sebagian besar masyarakatnya hidup dari baik pemuda ataupun pemudi sebagai
bertani, penduduk Tanjung Ratu Kecamatan kesempatan untuk menyeleksi agar
Katibung mayoritas menganut Agama Islam mendapatkan kecocokan dalam hal wajah,
dan sebagian menganut Agama Kristen, maka tingkah laku dan kepribadian. Setelah anak
sarana peribadatannya yaitu adanya banyak menentukan pasangannya dan kedua belah
masjid dan mushola yang berfungsi sebagai pihak orangtua pria dan wanita saling
tempat ibadah dan pengajian, selain masjid menyukai pasangan anaknya, maka orangtua
dan mushola ada juga gereja yang di gunakan pria akan datang ke rumah wanita yang
sebagai tempat peribadatan bagi Agama menjadi pilihan anaknya untuk saling
Kristen. Di Desa Tanjung Ratu terdapat mengenal dan bersilaturahmi.
beberapa suku antara lain yaitu suku Langkah selanjutnya yaitu
Lampung, suku Palembang, suku Sunda, suku ngelamar/lamaran. Maksud dari lamaran
Jawa, suku Padang, dan suku Batak. adalah permohonan dari keluarga calon
Berdasarkan data yang diperoleh oleh pengantin pria kepada calon pengantin wanita
peneliti melalui observasi dan wawancara, untuk dijadikan pasangan hidup. Dahulu
diperoleh data mengenai apasaja bentuk hasil lamaran bagi masyarakat Sunda yaitu setelah
akulturasi perkawinan suku Sunda dan suku perembukan yang dinamakan neundeun
Jawa di Desa Tanjung Ratu Kecamatan omong, artinya menaruh perkataan atau
Katibung Kabupaten Lampung selatan. Pada menyimpan kata, maka kedua belah pihak
tahap persiapan yang dilakukan adalah tahap mulai dengan saling kunjung mengunjungi.
memilih jodoh, Pada masa lalu sebelum Jika kedua belah pihak sudah saling cocok,
memasuki tahap perkawinan, terlebih dahulu maka beberapa minggu atau bulan kemudian,
melalui tahap yang pertama yaitu masa tergantung dari situasi dan kondisi orang tua
memilih jodoh. Di kalangan masyarakat dari pihak pria mengutus seorang utusan yang
Sunda dalam memilih jodoh untuk anaknya, pandai berbicara dan mengetahui seluk beluk
orangtua pria perlu berkunjung kerumah atau tata cara melamar. Lamaran ditemani
orangtua wanita, untuk mengetahui apakah oleh kaum keluarga dan kerabat dengan
wanita yang dimaksud sudah punya pacar membawa bingkisan sirih lengkap yang
atau belum. Bagi masyarakat Jawa biasanya dibungkus rapih disertai dengan sejumlah
memiliki patokan dalam memilih jodoh yang uang. Bagi masyarakat Jawa persiapan
ideal yaitu dilihat dari bibit, bebet dan bobot. lamarannya yaitu beberapa hari sebelum
Setelah terjadi akulturasi cara memilih jodoh lamaran dilaksanakan, sebagai orang tua
yang dipakai oleh suku Sunda dan suku Jawa calon pengantin pria lazimnya mengutus
di Desa Tanjung Ratu ini masih tetap seorang abdi /kepercayaan. Abdi ini datang
dilakukan tetapi sudah lebih modern dan disertai oleh calon pengantin pria dan
mengalami perubahan. Pada zaman sekarang beberapa kerabat dekat calon pengantin pria
orangtua secara demokratis menyerahkan untuk memberitahu kepada calon pengantin
urusan jodoh kepada anak laki-laki atau wanita bahwa pada hari dan jam yang telah
perempuan pilihan anaknya. Sekali-sekali ditentukan akan datang melamar. Pada saat itu
orangtua memberikan rambu-rambu pada di rumah wanita telah hadir beberapa orang
anaknya, bahwa mereka harus bergaul dengan untuk menyambut dari pihak laki-laki yang
pasangan yang seperti apa, pandangan akan menyampaikan lamarannya. Setelah itu
utamanya adalah agama. Orangtua juga masih seorang abdi menyampaikan lamaran secara
mempertimbangkan kriteria pilihan anaknya lisan, sesudah disampaikan maka pihak
yaitu dilihat dari bibit, bebet dan bobotnya, wanita menjawab bahwa rembug
karena setiap orangtua akan bangga jika (pembicaraan) telah diterima dan hal ini akan
anaknya bisa mendapatkan calon yang sesuai. dibicarakan terlebih dahulu dengan keluarga
Di sini pemuda pemudi mempunyai banyak atau dengan gadis yang akan dilamar. Setelah
lamaran diterima, pihak pria memberi dilaksanakan dan dilangsungkan pada sore
peningset kepada pihak wanita. Peningset hari. Dalam upacara ini orang tua calon
adalah tanda pengikat. Peningset yang utama pengantin pria menyerahkan putranya kepada
adalah sepasang cincin pengantin pria dan orang tua calon pengantin wanita sambil
wanita. Barang-barang yang dibawa beserta membawa barang-barang keperluan calon
peningset itu umumnya berupa sejumlah pengantin wanita yaitu antara lain : bahan
uang, buah-buahan, jajanan pasar, kue-kue, pakaian, pakaian yang sudah jadi, perhiasan,
jadah dan jenang. Selain barang-barang uang, pakaian dalam, sendal, sepatu, kain
diatas, pihak laki-laki wajib memberikan dan batik, alat kecantikan dan juga membawa
menambah barang-barang berupa beberapa perlengkapan untuk ngeuyeuk-seureuh yang
lembar kain, beberapa potong bahan baju, terdiri dari beberapa sirih bergagang, sirih
perhiasan dan lain-lain. Pada waktu yang telah disusun, kapur sirih bungkus, buah
pemberian peningset ini, sekaligus dibahas gambir, tembakau lempeng, susur(sugi) dan
tentang hari, tanggal, dan bulan untuk butir pinang yang telah diiris atau dipotong
pelaksanaan perkawinan. Orang Jawa pada kecil. Ngeuyeuk Seureuh biasanya
umumnya sangat percaya adanya hari baik diselenggarakan sehari sebelum akad nikah,
dan hari naas. Masa pemberian peningset dapat juga pada sore hari atau malam hari
sampai pada hari pelaksanaan perkawinan, setelah akad nikah, di rumah orang tua
dinamakan masa bertunangan. Masa ini tidak pengantin wanita.
terlalu panjang, biasanya paling lama enam Bagi masyarakat Jawa yaitu srah-
bulan. Setelah terjadi akulturasi maka acara srahan ini biasanya dilakukan dua atau tiga
lamaran yang berlaku di Desa Tanjung Ratu hari sebelum berlangsungnya upacara
juga mengalami perubahan. perkawinan. Srah-srahan ini biasanya berupa
Lamaran suku Sunda dan suku Jawa uang, beras, ketan, bahan lauk pauk, sayur-
awalnya besar lamaran tergantung dari orang sayuran, dan bahan bakar. Setelah terjadinya
tua kedua belah pihak, tetapi sekarang si proses akulturasi seserahan/srah-srahan bagi
bujang dan si gadis yang memutuskan masyarakat Sunda maupun masyarakat Jawa
lamarannya, baru kemudian orangtua kedua tidak ada perbedaan, upacara seserahan
belah pihak dan dimusyawarahkan. Lamaran berlangsung satu atau dua hari sebelum
ini dilakukan oleh pihak pria kepada pihak pelaksanaan upacara perkawinan
wanita dengan ditemani oleh keluarga dan dilaksanakan dan dilangsungkan pada sore
kerabat dekat dari pihak pria. Dalam lamaran hari. Dalam upacara ini orangtua calon
ini akan disepakati berapa mas kawin dan pengantin pria menyerahkan putranya kepada
uang yang akan diberikan keluarga pria, orangtua calon pengantin wanita, sambil
biasanya disesuaikan dengan kemampuan membawa barang-barang keperluan calon
keluarga pria agar tidak memberatkan pengantin wanita yaitu berupa bahan pakaian,
keluarga pria dan juga mengenai hari, tanggal pakaian yang sudah jadi, perhiasan, uang,
dan bulan dilaksanakan upacara perkawinan. pakaian dalam, sandal, sepatu, kain batik, alat
Dalam lamaran ini sipria akan memberikan kecantikan. Namun semua itu tergantung pada
cincin bersamaan dengan bingkisan lain, kemampuan calon pengantin pria dan juga
sebagai tanda pengikat yang menandakan pada persetujuan kedua belah pihak sewaktu
bahwa mereka akan menuju kejenjang yang berembuk dalam upacara ngelamar. Upacara
lebih serius yaitu perkawinan, maka pihak ngeuyeuk seureuh, siraman dan upacara dodol
wanita tidak boleh lagi menerima lamaran dawet tidak digunakan lagi.
dari pihak lain. Pertunangan pada masa Bagi masyarakat Jawa upacara pesta
sekarang ini masih dilakukan tetapi tidak perkawinan itu biasanya diselanggarakan di
memakan waktu yang lama, sekarang rumah pengantin wanita, kurang lebih tujuh
pertunangan paling lama tiga sampai empat hari sebelum pesta ini berlangsung, di rumah
bulan saja. pengantin wanita telah sibuk mengadakan
Dalam upacara seserahan bagi persiapan-persiapan seperti memasak, baik
masyarakat Sunda biasanya berlangsung satu untuk kepentingan pesta nanti atau yang akan
atau dua hari sebelum upacara perkawinan diberikan (dipunjungake) kepada para
tetangga, sanak saudara, para sesepuh maupun menggambarkan alam kehidupan di dunia
para pejabat setempat. Bagi orang-orang Jawa yang akan ditempuh oleh pengantin berdua.
yang akan menyelenggarakan pesta Membuat dekorasi merupakan suatu
pernikahan selalu memasang tarub. Waktu proses akulturasi yang kegiatannya yaitu
mamasang tarub ini sebaiknya dicarikan malam sebelum hari perkawinan
waktu dan hari baik, misalnya hari Jum’at dilaksanakan, maka kegiatan yang dilakukan
Pon. Kalau pada hari itu dimulai pasang tarub, adalah membuat dekorasi. Kegiatan ini
maka penyelenggaraan pesta perkawinan dilakukan oleh bujang gadis, dimulai pukul
maupun kedua pengantin akan mendapatkan 19.00 sampai 21.00 WIB, tetapi khusus untuk
keadaan yang ayem tentram tidak mendapati bujang kegiatan ini biasa dilakukan sampai
halangan sedikitpun. Sebelum pasang tarub pagi. Kegiatan yang mereka lakukan yaitu
biasanya diadakan selamatan di rumah membuat hiasan dinding, merapihkan
pengantin wanita. Pasang tarub ini masih peralatan makan, membuat kembar mayang
digunakan yaitu setelah prosesi lamaran dari yang terbuat dari janur, serta membuat hiasan
keluarga pria diterima oleh keluarga wanita dari janur yang akan dipasang di ujung gang
dan penentuan hari, tanggal dan bulan telah rumah untuk menandakan bahwa ditempat
ditetapkan, segala macam persiapan dilakukan tersebut sedang ada pesta perkawinan. Setelah
oleh keluarga wanita. Salah satunya adalah segala macam persiapan berjalan dengan
pasang tarub, pasang tarub ini melambangkan lancar, maka menjelang perkawinan
upacara perkawinan sudah dekat dan biasanya serangkaian acarapun diadakan. Setelah
dilakukan tiga hari menjelang perkawinan keluarga mempelai pria tiba di kediaman
dilaksanakan. Pasang tarub melibatkan mempelai wanita serangkaian acara kemudian
kerabat dan tetangga si wanita terutama yang dimulai, yaitu : Upacara Ijab Kabul adalah
pria, sementara itu ibu-ibu biasanya membuat tahap terpenting dari seluruh rangkaian
segala macam masakan dan makanan untuk upacara perkawinan, karena pada pada
hari perkawinan dan untuk diberikan kepada upacara ini mempelai pria dengan mempelai
kerabat serta tetangga yang telah membantu wanita mengucapkan janji seumur hidup.
dan kegiatan ini dinamakan munjung, Setelah semuanya siap, maka acara Ijab Kabul
sementara itu para gadis membuat berbagai pun dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam.
macam kue untuk persiapan maupun untuk Setelah Ijab berjalan dengan lancar, kedua
acara perkawinan, misalkan kue kering, ager, mempelai sungkem kepada orangtua kedua
bolu, dodol, dan lainnya. belah pihak mempelai, serta kerabat yang
Akulturasi yang terjadi pada persiapan menghadiri upacara perkawinan ini. Pakaian
perkawinan antara suku Sunda dan suku Jawa yang digunakan mempelai wanita pada acara
yaitu adanya proses membuat kembar mayang Ijab yaitu kebaya putih dan kain batik,
yang bagi masyarakat Sunda tidak ada proses sedangkan pakaian laki-lakinya menggunakan
membuat kembar mayang. Proses jas dan celana berwarna gelap. Setelah acara
pembuatannya yaitu sehari sebelum Ijab selesai dan kedua mempelai sungkem
berlangsungnya upacara perkawinan, paginya kepada orangtua, pasangan pengantin berganti
orangtua calon pengantin wanita menyuruh pakaian menggunakan dodotan untuk
beberapa orang untuk mencarikan bahan dan menjalankan proses upacara panggih.
membuat mayang. Bahan untuk membuat Upacara panggih temanten di Desa
membuat kembar mayang ini adalah dua buah Tanjung Ratu masih digunakan, tetapi sedikit
kecohan besar terbuat dari kuningan yang mengalami perubahan. Sebelum upacara
bentuknya seperti vas bunga besar, di panggih dimulai, mempelai wanita sudah
dalamnya dimasukkan sekerat batang pisang lebih dulu duduk di pelaminan bersama kedua
yang ditancapi beberapa helai janur yang orang tuanya. Sebelum memasuki upacara
dianyam seperti keris-kerisan. Keris-kerisan panggih, ada beberapa upacara yang
ini dibentuk bulat. Di dalamnya diisi berbagai dilakukan, yaitu menyerahkan kembar
macam binatang yang terbuat dari janur mayang kepada pihak keluarga mempelai
antara lain burung, ayam, belalang dan wanita, dan rangkaian kegiatan dalam prosesi
sebagainya. Ini semua dimaksudkan panjang ini adalah sebagai berikut: pager
bagus yang membawa Kembar Mayang, pengantin wanita oleh pengantin pria.
sebaiknya berjalan lebih dulu secara berurutan Kewajiban suami-istri secara biologis dalam
dan bersamaan dengan pengantin pria dan melanjutkan keturunan. Karena itu disaat
rombongan. Sebelum tiba di tempat Upacara mengijak telur itu pengantin pria mengucap,
Panggih yang ditentukan, pengantin pria ambedah korining kasuwargan, membuka
bersama rombongan di belakangnya berhenti, gerbang surga. Usai pengantin pria menginjak
sementara kedua orang pager bagus pembawa telur itu, pengantin wanita kemudian mencuci
kembar mayang, terus maju melakukan kaki pengantin pria dengan bokor yang berisi
tugasnya. Dengan dipimpin oleh Dalang air kembang setaman dan mengeringkan kaki
Pengantin, dua orang pager bagus pembawa pasangannya dengan handuk, baru kemudian
kembar mayang beserta rombongan pengantin dimasukkan kaki suaminya ke selop. Dengan
pria sampai di tempat pengantin wanita, mengulurkan tangannya, pengantin pria
seorang abdi (kepercayaan) yang diutus oleh membangunkan pengantin wanita yang masih
keluarga pengantin pria mengadakan tukar jongkok. Ini bermakna batin pengantin wanita
sajak dengan seorang abdi dari keluarga sangat dihargai suaminya, sehingga iapun
wanita, maksudnya pihak pengantin pria mengangkat istrinya untuk berdiri sebagai
meminta ijin agar diperbolehkan masuk mitra sejajar. Setelah itu tangan kedua
kekediaman pengantin wanita, setelah itu mempelai dicuci dengan air kendi oleh
penyerahan kembar mayang dari pager bagus Dalang Pengantin. Sepasang pengantin
yang diterima oleh pager ayu. Begitu selesai kemudian saling berdampinganan, pengantin
menyerahkan kembar mayang, dengan wanita di sebelah kiri dan pria sebelah kanan.
digandeng oleh kedua orang tuanya, Ibu pengantin putri mengenakan dan
mempelai wanita turun menuju kearah tempat memegangi sindur dari belakang, sementara
upacara panggih. Sementara dari arah ayahnya berada di depan pengantin berjalan
berlawanan mempelai pria yang digandeng pelan-pelan di depan. Dengan
dua sesepuh juga berjalan menuju ketempat menggulungkan kain sindur di pundak
yang sama. Selanjutnya, ketika kedua mempelai ini sebagai simbol untuk
mempelai ini sampai pada tempat panggih, menyatukan kedua mempelai menjadi satu.
sekitar satu setengah meter, kedua mempelai Kedua kelingking sepasang mempelai itu
itu bersiap-siap melakukan Upacara Balangan saling bergandengan, tahap berikutnya adalah
Sadak. Ada dua buah sadak tersedia, masing- pangkon timbang sebagai lambang bahwa
masing pengantin mendapat satu sadak, yaitu kedua orang tua pengantin wanita tidak
Sadak Gondhang Asih dan Sadak Gondhang membeda-bedakan antara anak sendiri dan
Pitutur. Kedua pengantin saling melempar menantu. ayah wanita duduk di pelaminan
sadak , pengantin wanita mengarahkan ke dengan posisi lutut tegak siku-siku. Pengantin
kaki pengantin pria sebagai perlambang pria dan pengantin wanita kemudian di suruh
tunduk pada sang suami, sementara pengantin duduk di paha kaki kanan dan kaki kiri
pria melempar ke arah jantung pengantin ayahnya, sedangkan ibu pengantin wanita
wanita sebagai lambang kasih sayang. berdiri di samping suaminya, lalu bertanya
Selanjutnya pengantin wanita mengitari ,“Pakne, timbangane abot endi?”, dijawab
pengantin pria sebanyak tiga kali, setelah itu oleh suaminya “Padha abote, Bune,” kata
pengantin wanita jengkeng (duduk setengah sang suami.
jongkok) sambil menyembah pengantin pria Acara selanjutnya adalah penjemputan
sebanyak tiga kali dan dilanjutkan untuk calon mertua oleh orangtua dari pengantin
Upacara Ngidak Tigan, Wiji Dadi yang wanita untuk duduk di pelaminan. Setelah itu
berarti injak telur, bibit jadi. upacara dhahar saklimah yaitu acara suap-
Peristiwa ini memiliki banyak makna. suapan pengantin, pengantin pria dan wanita
Selain sebagai lambang peralihan dari masa saling menyuapi pasangannya sebanyak tiga
lajang kedua pengantin yang akan memasuki kali dan saling memberi minum. Bersuami
dunia kehidupan baru yang berat dan penuh istri hendaknya membangun keakraban lahir
tantangan. Upacara ngidak tigan ini juga batin saling menerima apa adanya. Sebelum
sebagai simbol pemecahan selaput darah melakukan sungkem, pengantin pria melepas
kerisnya lebih dulu, pengantin wanita melepas tidak lagi terdapat perbedaan diantara kedua
selopnya. Sungkem dimulai oleh pengantin suku tersebut. Proses akulturasi yang dimulai
wanita dan disusul oleh pengantin pria dari tahap peniruan antar dua kebudayaan
kepada ayah, ibu, ayah mertua dan ibu yang dilanjutkan dengan adanya pertentangan
mertua. Setelah serangkaian acara adat dan dengan proses interaksi sosial yang
selesai, maka acara dilanjutkan dengan dilakukan secara terus menerus yang
makan-makan hidangan yang telah disediakan menyebabkan adanya penyesuaian antar dua
keluarga wanita, sambil menunggu tamu yang kebudayaan tersebut sehingga kebudayaan
akan hadir untuk memberikan doa restu untuk Sunda dan kebudayaan Jawa bisa berpadu
kedua mempelai. Setelah upacara perkawinan melalui proses akulturasi salah satunya
selesai, acara selanjutnya adalah boyongan, melalui perkawinan. Bentuk hasil akulturasi
boyongan ini dilakukan lima hari setelah yang terjadi pada masyarakat Sunda dan
upacara panggih. masyarakat Jawa di Desa Tanjung Ratu ini
Pada masa lalu dalam adat suku terlihat pada saat memilih jodoh, acara
Sunda, setelah menikah kedua mempelai persiapan perkawinan diantaranya acara
harus tinggal ditempat keluarga laki-laki, lamaran, seserahan, membuat dekorasi, dan
sedangkan dalam adat suku Jawa tidak dalam pelaksanaan upacara panggih temanten
mempersoalkan masalah tempat seseorang yaitu pada saat prosesi injak telur, upacara
setelah menikah. Seseorang bebas untuk suap-suapan, sungkeman, dan adat menetap
menentukan apakah ingin menetap disekitar setelah menikah juga mengalami perubahan.
tempat kediaman kerabat sendiri atau kerabat Dalam hal ahli waris tidak ada
istrinya atau tempat tinggal yang baru yang perubahan antara kedua suku tersebut, baik
terpisah dari kerabat kedua belah pihak, tetapi suku Sunda maupun suku Jawa dalam
setelah terjadi akulturasi dalam hal ini kedua pembagiannya masih mengikuti adat. Dapat
mempelai diberi kebebasan untuk menetukan diperoleh hasil yaitu pertemuan antara suku
pilihan apakah akan tinggal di tempat Sunda dan suku Jawa di Desa Tanjung Ratu
keluarga laki-laki atau tidak. Biasanya setelah telah terjadi akulturasi, salah satunya melalui
menikah kedua mempelai akan tinggal, perkawinan, karena masyarakat di Desa
sementara waktu tinggal di rumah kediaman Tanjung Ratu ini saling berinteraksi, saling
keluarga laki-laki, barulah kemudian mereka mengadakan kontak, saling mendukung dan
bebas untuk menentukan tempat tinggal dan bisa menerima masyarakat pendatang,
mempunyai rumah sendiri tidak diharuskan walaupun berbeda kebudayaan dan telah
tinggal di dekat kerabat laki-laki atau terjadi perubahan-perubahan salah satunya
perempuan. dalam hal perkawinan, tetapi masyarakat
Pertemuan antara suku Sunda dan Sunda tidak sepenuhnya menerima
suku Jawa di Desa Tanjung Ratu pada kebudayaan yang dibawa oleh suku Jawa,
awalnya menimbulkan ketegangan karena suku Sunda bisa saja menolak atau
antara kedua suku tersebut belum saling menyeleksinya terlebih dahulu baru kemudian
memahami dan belum dapat menerima mengambil unsur-unsur yang sesuai, sehingga
kebudayaan yang baru, setelah adanya proses akulturasi berjalan dengan baik dan
penyesuaian antar kedua suku tersebut yang dapat diterima oleh keduanya.
menimbulkan interaksi sosial melalui
komunikasi dan kontak sosial antara satu SIMPULAN
dengan yang lainnya, maka interaksi sosial
yang terjadi secara terus menerus membawa Dari hasil pembahasan yang dilakukan
perubahan dalam kehidupan masyarakat dapat diperoleh kesimpulan tentang Bentuk
tersebut. Dampak positif yang timbul dari Akulturasi dari Perkawinan Suku Sunda
proses pertemuan budaya kedua suku tersebut dengan Suku Jawa di Desa Tanjung Ratu
ternyata dapat menciptakan suasana hubungan Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung
sosial yang harmonis, adanya rasa saling Selatan, antara lain sebagai berikut : Bentuk
menghargai dan mengakui kelebihan dan akulturasi dari perkawinan Suku Sunda
kekurangan masing-masing suku sehingga dengan Suku Jawa dalam tahap memilih
jodoh yaitu pada zaman dahulu jodoh lamaran, seserahan dan dalam pelaksanaan
anaknya dipilihkan oleh orangtua, sekarang upacara panggih temanten.
anak yang memilih jodohnya sendiri. DAFTAR PUSTAKA
Bentuk akulturasi perkawinan dalam
tahap lamaran yaitu besarnya lamaran Bratawijaya, Thomas Wiyasa. 1990. Upacara
direncanakan kedua calon pengantin barulah Perkawinan Adat Sunda. Jakarta :
ditentukan oleh orangtua kedua belah pihak Pustaka Sinar Harapan.
dan dimusyawarahkan. Pertunangan masih
dilakukan, tetapi tidak memakan waktu yang Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori,
lama, sekarang pertunangan paling lama tiga Teknik Penelitian Kebudayaan.
sampai empat bulan Yogyakarta:Pustaka Widya Tama.
Bentuk akulturasi perkawinan dalam
tahap seserahan/srah-srahan tidak banyak Fox, Robin. 1978. Kekeluargaan dan
mengalami perubahan, upacara Perkawinan. Kuala Lumpur : Dewan
seserahan/srah-srahan berlangsung satu atau Bahasa dan Pustaka.
dua hari sebelum pelaksanaan upacara
perkawinan dilaksanakan dan dilangsungkan Hadikusuma, Hilman. 2003. Hukum
pada sore hari. Perkawinan Adat Dengan Adat Istiadat
Pada pelaksanaan upacara dan Upacara Adatnya. Bandung : Citra
perkawinan, upacara panggih masih dilakukan Aditya Bakti.
hanya saja mengalami sedikit perubahan,
misalnya pada prosesi injak telur dan suap- Hariwijaya, M. 2005. Tata Cara
suapan, untuk acara hiburan pada masa Penyelenggaraan Perkawinan Adat
sekarang sudah diganti dengan yang lebih Jawa. Yogyakarta.
modern yaitu organ tunggal.
Adat menetap setelah menikah pun Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan
telah mengalami perubahan, pada masa Historis. Jakarta : Gramedia.
sekarang laki-laki atau perempuan bebas
menentukan tempat tinggal, bisa tinggal Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian
dikediaman laki-laki atau perempuan ataupun Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
tinggal terpisah dari keluarga laki-laki
maupun perempuan (mempunyai tempat __________. 1980. Beberapa Pokok
tinggal sendiri). Antropologi Sosial. Jakarta : Dian
Biaya perkawinan pada masa lalu jika Rakyat.
dibandingkan dengan masa sekarang sudah
mengalami perubahan. Pada masa sekarang __________. 2002. Pengantar Ilmu
biaya yang digunakan disesuaikan dengan Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.
kemampuan ekonomi kedua pengantin. Dapat
disimpulkan bahwa sebagian dari penduduk __________. 2004. Manusia dan
yang tinggal di Desa Tanjung Ratu Kebudayaan di Indonesia. Jakarta :
Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Djambatan.
Selatan. Khususnya suku Sunda dan suku
Jawa, telah terjadi akulturasi, salah satunya Lauer, Robert H. 1993. Perspektif Tentang
melalui perkawinan, karena masyarakat di Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka
Desa Tanjung Ratu ini saling berinteraksi, Cipta.
saling mengadakan kontak, saling mendukung
dan bisa menerima kelebihan dan kekurangan Moleong, Lexi. J. 1991. Metode Penelitian
kebudayaan masing-masing. Kualitatif. Bandung : Remaja
Bentuk hasil akulturasi dari Rosdakarya.
perkawinan suku Sunda dan suku Jawa yaitu
dapat dilihat dari tahap memilih jodoh, Ramulyo, Idris. 1996. Hukum Perkawinan
Islam (Suatu Analisis Dari Undang-Undang Jakarta : Akademika Pressindo.
No 1 Tahun 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam). Jakarta : Bumi Aksara. Suryabrata, Sumardi. 1983. Metodologi Suatu
Pengantar. Jakarta : PT Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 1993. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta : Rajawali. Wiranata, I Gede A. B. 2002. Antropologi
Budaya. Bandung : PT. Citra Aditya
Suyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Bakti.

You might also like