Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Anemia is one of the most common nutritional problems in the world, especially in developing
countries. Consumption of vegetables and fruits at most of the provinces in Indonesisa showed a
decrease, especially in DIY Province, One of causing the occurrence of nutritional problems is
anemia. From preliminary study data obtained 20% of female students In Junior High School 3
Kalasan had anemia. This research to know the effectiveness of giving spinach to change in
levels of hemoglobin of female students In Junior High School 3 Kalasan. The type of research is
quasi experiment with one group pre test post test design without control group. The sample of
this research was female students. The sampling technique used simple random sampling as
much as 35 students. The instrument used was Stick Hemoglobin Testing. Analysis of data used
paired t-test. The result is there are differences of average hemoglobin level of respondents
before treatment (12,797 gr/dl) and after treatment (13,183 gr/dl). And there is a significant
differences of spinach to hemoglobin level of respondents (ρ value: 0,002). Spinach effectively
affect to increase levels of hemoglobin of adolescent girls.
Keywords: Anemia, hemoglobin, adolescent, spinach.
darah yang disebabkan oleh kurangnya yang terjadi pada wanita sebesar 45%
asupan zat gizi yang diperlukan dalam sedangkan di negara maju sebesar 13%.
kadar hemoglobin dalam darah dari ambang putri membutuhkan lebih banyak pengganti
batas yang disebabkan oleh rendahnya zat besi yang hilang akibat menstruasi.
produksi sel darah merah (eritrosit), Anemia pada remaja putri merupakan suatu
akibat kehilangan banyak darah saat darah kurang dari batas normal yaitu Hb
menstruasi atau karena kecelakaan. Ada normal menurut WHO adalah 12 gr/dl
beberapa jenis anemia tapi yang paling (Arisman, 2010). Yang dimaksud remaja
sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi putri tersebut adalah masa transisi dari usia
Menurut data dari Riset Kesehatan adanya perubahan fisik dan mental.
Dasar, perilaku konsumsi sayur dan buah Perubahan fisik tersebut dapat ditandai
perilaku konsumsi sayur dan buah dari tahun ditandai dengan mulainya menstruasi dan
2007 86,0% dan pada tahun 2013 menurun tumbuhnya buah dada. Sedangkan pada pria
menjadi 84,0% (Riskesdas, 2013). ditandai dengan perubahan suara, otot yang
Permasalahan gizi pada usia remaja semakin membesar serta mimpi basah.
gizi pada usia anak salah satunya yaitu biasanya tidak mau dianggap sebagai anak-
anemia defisiensi besi. Akibat dari anak lagi, tetapi jika dilihat dari berbagai
kekurangan zat besi yaitu anemia dan kesiapannya mereka belum bisa dikatakan
keletihan. Pada usia remaja terutama remaja sebagai dewasa. Melihat hal tersebut
17
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
sangatlah penting dalam memperhatikan jenis sayuran yang lainnya, seperti sawi 2,9
proses perkembangan remaja secara fisik, mg, daun katuk 2,7 mg, kangkung 2,5 mg,
emosional, maupun sosial. Ketiga hal daun singkong 2,0 mg (Marmi, 2016).
tersebut tidak lepas dari pemenuhan nutrisi Tujuan dari penelitian ini adalah
gizi saat usia remaja akan sangat sayur bayam terhadap perubahan kadar
memenuhi kebutuhan zat besi dapat dengan penelitian kuantitatif dengan jenis studi
zat besi. Zat besi dapat ditemukan dalam dengan desain penelitian pre and post test
sayur-sayuran, seperti bayam (Amaranthus design without control group. Penelitian ini
sp). Sayuran hijau seperti bayam merupakan dilaksanakan pada bulan Juli 2017 s/d
sumber zat besi nonheme. Bayam yang Agustus 2017 di SMP N 3 Kalasan Sleman
dimasak mengandung zat besi sebanyak 8,3 Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini
mg/100 gram. Zat besi yang terdapat dalam sebanyak 35 sampel dengan teknik simple
sayuran yang paling tinggi mengandung zat mengetahui karakteristik responden, keluhan
besi yaitu 3,9 mg/100 gram dari pada bahan yang dialami responden, dan hasil
18
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
19
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
20
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
pengukuran status anemia responden, bahwa mengenai perilaku konsumsi makanan yang
responden yang tidak mengalami anemia bergizi untuk anak. Sehingga semakin baik
jumlahnya lebih banyak dibandingkan pendidikan orang tua maka semakin baik
dengan responden yang mengalami anemia. pula pola konsumsi makanan yang diberikan
Berdasarkan hasil analisis distribusi Selain itu hasil penelitian ini juga
orang tua didapatkan bahwa tingkat oleh Gunatmaningsih, D., 2007) menyatakan
pendidikan SD berjumlah 1 (2,9%), tingkat bahwa ada hubungan yang signifikan antara
(60%), dan tingkat pendidikan S1 berjumlah merupakan faktor mendasar yang akan
diketahui bahwa jumlah tingkat pendidikan dalam keluarga. Tingkat ekonomi terkait
orang tua responden paling banyak yaitu langsung dengan daya beli keluarga, baik
tingkat SMA dan yang paling sedikit yaitu daya beli terhadap makanan maupun daya
tingkat SD. Hasil penelitian ini sejalan beli terhadap pelayanan kesehatan yang
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh lebih baik. Semakin tinggi pendapatan
Martini (2015) dengan hasil penelitian yang keluarga maka semakin mampu suatu
menyatakan bahwa pendidikan orang tua keluarga untuk dapat membeli makanan
berhubungan dengan kejadian anemia di yang bergizi untuk keluarga khususnya bagi
MAN 1 Metro. Karena tingkat pendidikan anak. Sehingga gizi anak pun dapat
21
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
orang tua didapatkan bahwa orang tua otomatis pendapatannya juga baik (Basith,
responden yang bekerja sebagai PNS A., Agustina, R., & Diani, R, 2017).
yang bekerja sebagai Pengacara berjumlah 1 salah satu faktor yang mempengaruhi status
(2,9%), orang tua responden yang bekerja gizi remaja yaitu pendapatan keluarga.
orang tua responden yang bekerja sebagai mempengaruhi pendapatan dari keluarga.
Karyawan Swasta berjumlah 12 (34,3%), Hal tersebut juga akan mempengaruhi pola
orang tua responden yang bekerja sebagai perilaku konsumsi makanan keluarga
Buruh berjumlah 8 (22,9%), dan orang tua tersebut. Sehingga semakin baik pekerjaan
responden yang bekerja sebagai Pedagang orang tua maka semakin baik pula pola
berjumlah 2 (5,7%). Dapat diketahui bahwa konsumsi makanan keluarga (Marmi, 2016).
sebagai Karyawan Swasta dan orang tua Berdasarkan hasil analisis disribusi
responden paling sedikit bekerja sebagai frekuensi responden menurut status anemia
Pengacara. Hasil ini sejalan dengan dapat diketahui bahwa sebelum diberikan
penelitian yang telah dilakukan oleh Abdul perlakuan responden dengan status anemia
Basith, dkk (2017) yang menyatakan bahwa sejumlah 6 (17,1%) responden dan
22
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
responden dengan status tidak anemia umur 12 hingga 13 tahun adalah 12,0 gr/dl.
setelah diberikan perlakuan responden dibawah 12,0 gr/dl dinyatakan anemia dan
dengan status anemia sejumlah 5 (14,3%) dapat diketahui dari gejala-gejala yang dapat
responden dan responden dengan status tidak ditimbulkan seperti pucat, cepat pusing,
anemia sejumlah 30 (85,7%) responden. nafsu makan berkurang, tidak ada tenaga,
Responden yang berstatus anemia sesak napas (Maryam, S., 2016). Dari gejala-
lebih sedikit dibandingkan dengan sebelum seseorang yang mengalami anemia maka
diberikan perlakuan. Artinya perlakuan yang seseorang tidak dapat dengan maksimal
penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Dari hasil analisis uji paired t-test
yang dilakukan oleh Rohmatika, D, dkk didapatkan bahwa rerata kadar hemoglobin
bahwa ada perbedaan rata-rata kadar yaitu 12,797 gr/dl sedangkan rerata kadar
sesudah diberikan ekstrak bayam hijau sayur bayam yaitu 13,183 gr/dl. Hasil
(Rohmatika, D., Supriyana., & Ramlan, D., penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
nilai cut of poin kategori anemia kelompok bahwa ada perbedaan kadar hemoglobin
23
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
darah sebelum dengan sesudah diberikan signifikan sebelum dan sesudah diberikan
ekstrak bayam hijau. Kadar hemoglobin perlakuan. Maka dapat disimpulkan bahwa
setelah perlakuan lebih besar dibandingkan sayur bayam efektif berpengaruh terhadap
Supriyana., & Ramlan, D., 2016). penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Bayam memiliki kandungan zat besi dilakukan oleh Rohmatika, dkk (2016) yang
anemia. Kandungan zat besi dalam bayam bahwa ada perbedaan pengaruh pemberian
berguna untuk proses pembentukan kadar ekstrak bayam hijau dan pemberian tablet Fe
hemoglobin dalam darah. Sehingga dengan dalam perubahan kadar hemoglobin ibu
normal dan dapat mencegah terjadinya Sayur bayam mengandung zat besi
anemia (Adriani, M., & Wijatmadi, B., yang diperlukan oleh tubuh untuk proses
Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin hemoglobin bersifat seperti lilin (waxy) dan
Berdasarkan hasil analisis uji rerata bagian luar seperti sabun (soapy) yang
kadar hemoglobin sebelum dan sesudah mengakibatkan larut dalam air tetapi tidak
perlakuan menggunakan uji paired sample t- dapat ditembus oleh air (impermeabel)
test didapatkan hasil yaitu sig < α atau 0,002 (Saryono, 2009). Sehingga zat besi yang
< 0,05, maka menolak H0. Sehingga dapat masuk ke dalam tubuh akan mudah diserap
24
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
25
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019
26