You are on page 1of 11

JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

JURNAL PANGAN DAN GIZI 9 (1): 16-26, April 2019


ISSN 2086-6429 (Online)
Tersedia online di http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPDG

Efektivitas Sayur Bayam Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin


Remaja Putri Di SMP 3 Kalasan, Sleman, Yogyakarta

Effectiveness Of Spinach To Levels Of Hemoglobin Of Adolescent In Junior


High School 3 Kalasan, Sleman, Yogyakarta

Reza Iqbal Suhada1, Ayu Fitriani2, Fery Lusviana Widiany3


1,2
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta
3
Program Studi S1 Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta
Korespondensi,email: rezasuhada4@gmail.com

ABSTRACT
Anemia is one of the most common nutritional problems in the world, especially in developing
countries. Consumption of vegetables and fruits at most of the provinces in Indonesisa showed a
decrease, especially in DIY Province, One of causing the occurrence of nutritional problems is
anemia. From preliminary study data obtained 20% of female students In Junior High School 3
Kalasan had anemia. This research to know the effectiveness of giving spinach to change in
levels of hemoglobin of female students In Junior High School 3 Kalasan. The type of research is
quasi experiment with one group pre test post test design without control group. The sample of
this research was female students. The sampling technique used simple random sampling as
much as 35 students. The instrument used was Stick Hemoglobin Testing. Analysis of data used
paired t-test. The result is there are differences of average hemoglobin level of respondents
before treatment (12,797 gr/dl) and after treatment (13,183 gr/dl). And there is a significant
differences of spinach to hemoglobin level of respondents (ρ value: 0,002). Spinach effectively
affect to increase levels of hemoglobin of adolescent girls.
Keywords: Anemia, hemoglobin, adolescent, spinach.

PENDAHULUAN 2008). Anemia secara umum terjadi di

Anemia adalah suatu kondisi seluruh dunia, terutama terjadi di negara

kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam berkembang. Di negara berkembang anemia

darah yang disebabkan oleh kurangnya yang terjadi pada wanita sebesar 45%

asupan zat gizi yang diperlukan dalam sedangkan di negara maju sebesar 13%.

proses pembentukan hemoglobin (Depkes, Anemia dapat diketahui dari rendahnya


16
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

kadar hemoglobin dalam darah dari ambang putri membutuhkan lebih banyak pengganti

batas yang disebabkan oleh rendahnya zat besi yang hilang akibat menstruasi.

produksi sel darah merah (eritrosit), Anemia pada remaja putri merupakan suatu

meningkatnya kerusakan eritrosit serta keadaan dimana kadar hemoglobin dalam

akibat kehilangan banyak darah saat darah kurang dari batas normal yaitu Hb

menstruasi atau karena kecelakaan. Ada normal menurut WHO adalah 12 gr/dl

beberapa jenis anemia tapi yang paling (Arisman, 2010). Yang dimaksud remaja

sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi putri tersebut adalah masa transisi dari usia

(Fatmah, 2008). anak ke usia dewasa yang ditandai dengan

Menurut data dari Riset Kesehatan adanya perubahan fisik dan mental.

Dasar, perilaku konsumsi sayur dan buah Perubahan fisik tersebut dapat ditandai

masyarakat Indonesia dari tahun 2007-2013 dengan berfungsinya organ-organ reproduksi

sebagian besar wilayah menunjukkan seperti terjadinya menstruasi (Depkes 2008).

penurunan. Sedangkan di provinsi DIY, Pada seorang wanita masa remaja

perilaku konsumsi sayur dan buah dari tahun ditandai dengan mulainya menstruasi dan

2007 86,0% dan pada tahun 2013 menurun tumbuhnya buah dada. Sedangkan pada pria

menjadi 84,0% (Riskesdas, 2013). ditandai dengan perubahan suara, otot yang

Permasalahan gizi pada usia remaja semakin membesar serta mimpi basah.

merupakan kelanjutan dari permasalahan Dengan berbagai keadaan tersebut remaja

gizi pada usia anak salah satunya yaitu biasanya tidak mau dianggap sebagai anak-

anemia defisiensi besi. Akibat dari anak lagi, tetapi jika dilihat dari berbagai

kekurangan zat besi yaitu anemia dan kesiapannya mereka belum bisa dikatakan

keletihan. Pada usia remaja terutama remaja sebagai dewasa. Melihat hal tersebut

17
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

sangatlah penting dalam memperhatikan jenis sayuran yang lainnya, seperti sawi 2,9

proses perkembangan remaja secara fisik, mg, daun katuk 2,7 mg, kangkung 2,5 mg,

emosional, maupun sosial. Ketiga hal daun singkong 2,0 mg (Marmi, 2016).

tersebut tidak lepas dari pemenuhan nutrisi Tujuan dari penelitian ini adalah

yang dibutuhkannya. Pemenuhan kebutuhan Untuk mengetahui efektivitas pemberian

gizi saat usia remaja akan sangat sayur bayam terhadap perubahan kadar

mempengaruhi kondisi kesehatan dan hemoglobin remaja putri di SMP N 3

kesejahteraanya di masa dewasa sampai Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

lansia (Maryam,S. 2016). METODE PENELITIAN

Salah satu alternatif dalam Jenis penelitian ini merupakan

memenuhi kebutuhan zat besi dapat dengan penelitian kuantitatif dengan jenis studi

mengkonsumsi sayuran yang mengandung eksperimen semu (quasi experiment studies)

zat besi. Zat besi dapat ditemukan dalam dengan desain penelitian pre and post test

sayur-sayuran, seperti bayam (Amaranthus design without control group. Penelitian ini

sp). Sayuran hijau seperti bayam merupakan dilaksanakan pada bulan Juli 2017 s/d

sumber zat besi nonheme. Bayam yang Agustus 2017 di SMP N 3 Kalasan Sleman

dimasak mengandung zat besi sebanyak 8,3 Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini

mg/100 gram. Zat besi yang terdapat dalam sebanyak 35 sampel dengan teknik simple

bayam tersebut berguna untuk pembentukan random sampling.

hemoglobin dalam darah (Fatimah, S, 2009). Instrumen penelitian yang digunakan

Bayam merupakan bahan makan adalah Kuesioner digunakan untuk

sayuran yang paling tinggi mengandung zat mengetahui karakteristik responden, keluhan

besi yaitu 3,9 mg/100 gram dari pada bahan yang dialami responden, dan hasil

18
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

pemeriksaan kadar hemoglobin sebelum dan Perlakuan


Anemia 6 17.1
sesudah perlakuan. Stick Hemoglobin Tidak Anemia 29 82.9
Sesudah
Testing untuk mengukur kadar hemoglobin Perlakuan
Anemia 5 14.3
Tidak Anemia 30 85.7
responden. Lembar recall digunakan untuk
Jumlah 35 100.0
Sumber: Data Primer, 2017
mengetahui pola konsumsi responden

selama penelitian berlangsung. Lembar


Pada tabel 1 menunjukkan bahwa
observasi digunakan peneliti untuk
dari 35 responden, frekuensi jumlah
mengetahui apakah selama penelitian
responden yang paling banyak berumur 13
responden menghabiskan sayur bayam atau
tdan 14 tahun masing-masing berjumlah 16
tidak. Uji statistic yang digunakan adalah
(45,7%). Frekuensi responden berdasarkan
Paired t-Test.
pendidikan orang tua responden paling
HASIL PENELITIAN banyak berpendidikan tamat SMA yaitu
Tabel 1 Karakteristik Responden
sebanyak 21 (60,0%).
Karakteristik Jumlah (n) Persen (%)
Umur (Tahun)
12 1 2.9
Distribusi frekuensi berdasarkan
13 16 45.7
14 16 45.7 pekerjaan orang tua responden paling
15 2 5.7
Pendidikan banyak bekerja sebagai karyawan swasta
Orang Tua
SD 1 2.9 yaitu sejumlah 12 (34,3%). Frekuensi
SMP 4 11.4
SMA 21 60.0 responden berdasarkan status anemia,
S1 9 25.7
Pekerjaan
sebelum diberikan perlakuan responden
Orang Tua
PNS 3 8.6
Pengacara 1 2.9 dengan status anemia sebanyak 6 (17,1%)
Wiraswasta 9 25.7
Karyawan 12 34.3 responden dan sesudah diberikan perlakuan
Swasta 8 22.9
Buruh 2 5.7 responden dengan status anemia sejumlah 5
Pedagang
Status Anemia (14,3%) responden.
Sebelum

19
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

Tabel 2 Hasil uji paired t-test tahun berjumlah 16 (45,7%) siswa,


Paired Stats... Sig (2-
tailed) responden yang berumur 14 tahun berjumlah
Mean N Std.
Deviation 16 (45,7%) siswa, dan responden yang
Hb
12,797 35 0,8877
Pair Pre berumur 15 tahun berjumlah 2 (5,7%) siswa.
0,002
1 Hb
13,183 35 1,0618
Post
Sumber: Data Primer, 2017 Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui

bahwa jumlah responden paling banyak


Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
dengan umur 13 dan 14 tahun yaitu
bahwa terdapat perbedaan rerata kadar
berjumlah masing-masing 16 siswa dan
hemoglobin responden sebelum perlakuan
jumlah responden yang paling sedikit umur
yaitu 12,797 gr/dl dan sesudah perlakuan
12 tahun yaitu berjumlah 1 siswa. Hasil
yaitu 13,183 gr/dl. Dari hasil uji yang telah
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan, dapat diketahui nilai sig < α atau
telah dilakukan oleh Pratiwi, E (2016) yang
0,002 < 0,05. Maka dapat disimpulkan
dalam hasil penelitiannya menyatakan
menolak H0. Berarti ada perbedaan yang
bahwa responden yang memiliki
signifikan sebelum dan sesudah diberikan
pengetahuan baik (51,2%) lebih banyak
intervensi yaitu pemberian sayur bayam
daripada responden yang memiliki
terhadap perubahan kadar hemoglobin
pengetahuan kurang (48,8%) (Pratiwi,
responden.
E.,2016).
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini jumlah
Umur
responden yang berumur 13 dan 14 tahun
Berdasarkan hasil analisis distribusi
lebih banyak. Bahwa umur reponden
frekuensi responden didapatkan bahwa
tersebut dapat mempengaruhi tingkat
responden yang berumur 12 tahun berjumlah
pengetahuannya mengenai anemia. Hal
1 (2,9%) siswa, responden yang berumur 13

20
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

tersebut dapat diketahui dari hasil dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

pengukuran status anemia responden, bahwa mengenai perilaku konsumsi makanan yang

responden yang tidak mengalami anemia bergizi untuk anak. Sehingga semakin baik

jumlahnya lebih banyak dibandingkan pendidikan orang tua maka semakin baik

dengan responden yang mengalami anemia. pula pola konsumsi makanan yang diberikan

Pendidikan Orang Tua untuk anaknya (Martini, 2015).

Berdasarkan hasil analisis distribusi Selain itu hasil penelitian ini juga

frekuensi responden menurut pendidikan sejalan dengan penelitian yang dilakukan

orang tua didapatkan bahwa tingkat oleh Gunatmaningsih, D., 2007) menyatakan

pendidikan SD berjumlah 1 (2,9%), tingkat bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pendidikan SMP berjumlah 4 (11,4%), tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian

tingkat pendidikan SMA berjumlah 21 anemia. Tingkat ekonomi keluarga

(60%), dan tingkat pendidikan S1 berjumlah merupakan faktor mendasar yang akan

9 (25,7%). Dengan melihat hasil tersebut mempengaruhi segala aspek kehidupan

diketahui bahwa jumlah tingkat pendidikan dalam keluarga. Tingkat ekonomi terkait

orang tua responden paling banyak yaitu langsung dengan daya beli keluarga, baik

tingkat SMA dan yang paling sedikit yaitu daya beli terhadap makanan maupun daya

tingkat SD. Hasil penelitian ini sejalan beli terhadap pelayanan kesehatan yang

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh lebih baik. Semakin tinggi pendapatan

Martini (2015) dengan hasil penelitian yang keluarga maka semakin mampu suatu

menyatakan bahwa pendidikan orang tua keluarga untuk dapat membeli makanan

berhubungan dengan kejadian anemia di yang bergizi untuk keluarga khususnya bagi

MAN 1 Metro. Karena tingkat pendidikan anak. Sehingga gizi anak pun dapat

21
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

tercukupi sesuai dengan kebutuhannya terdapat hubungan antara tingkat pendapatan

(Gunatmaningsih, D., 2007). orang tua dengan kejadian anemia. Hasil

Pekerjaan Orang Tua penelitian menunjukkan bahwa orang tua

Berdasarkan hasil analisis distribusi responden lebih banyak yang sudah

frekuensi responden menurut pekerjaan memiliki pekerjaan yang baik sehingga

orang tua didapatkan bahwa orang tua otomatis pendapatannya juga baik (Basith,

responden yang bekerja sebagai PNS A., Agustina, R., & Diani, R, 2017).

berjumlah 3 (8,6%), orang tua responden Marmi (2016) menyebutkan bahwa

yang bekerja sebagai Pengacara berjumlah 1 salah satu faktor yang mempengaruhi status

(2,9%), orang tua responden yang bekerja gizi remaja yaitu pendapatan keluarga.

sebagai Wiraswasta berjumlah 9 (25,7%), Pekerjaan orang tua secara langsung

orang tua responden yang bekerja sebagai mempengaruhi pendapatan dari keluarga.

Karyawan Swasta berjumlah 12 (34,3%), Hal tersebut juga akan mempengaruhi pola

orang tua responden yang bekerja sebagai perilaku konsumsi makanan keluarga

Buruh berjumlah 8 (22,9%), dan orang tua tersebut. Sehingga semakin baik pekerjaan

responden yang bekerja sebagai Pedagang orang tua maka semakin baik pula pola

berjumlah 2 (5,7%). Dapat diketahui bahwa konsumsi makanan keluarga (Marmi, 2016).

orang tua responden paling banyak bekerja Status Anemia

sebagai Karyawan Swasta dan orang tua Berdasarkan hasil analisis disribusi

responden paling sedikit bekerja sebagai frekuensi responden menurut status anemia

Pengacara. Hasil ini sejalan dengan dapat diketahui bahwa sebelum diberikan

penelitian yang telah dilakukan oleh Abdul perlakuan responden dengan status anemia

Basith, dkk (2017) yang menyatakan bahwa sejumlah 6 (17,1%) responden dan

22
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

responden dengan status tidak anemia umur 12 hingga 13 tahun adalah 12,0 gr/dl.

sejumlah 29 (82,9%) responden. Sedangkan Seseorang yang kadar hemoglobinnya

setelah diberikan perlakuan responden dibawah 12,0 gr/dl dinyatakan anemia dan

dengan status anemia sejumlah 5 (14,3%) dapat diketahui dari gejala-gejala yang dapat

responden dan responden dengan status tidak ditimbulkan seperti pucat, cepat pusing,

anemia sejumlah 30 (85,7%) responden. nafsu makan berkurang, tidak ada tenaga,

Responden yang berstatus anemia sesak napas (Maryam, S., 2016). Dari gejala-

sesudah diberikan perlakuan jumlahnya gejala yang dapat ditimbulkan terhadap

lebih sedikit dibandingkan dengan sebelum seseorang yang mengalami anemia maka

diberikan perlakuan. Artinya perlakuan yang seseorang tidak dapat dengan maksimal

diberikan kepada responden berupa sayur melakukan berbagai aktivitas belajar,

bayam dapat mempengaruhi status anemia bekerja dan kegiatan sehari-hari.

responden menjadi lebih baik. Hasil Perubahan Kadar Hemoglobin

penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Dari hasil analisis uji paired t-test

yang dilakukan oleh Rohmatika, D, dkk didapatkan bahwa rerata kadar hemoglobin

(2016) dalam penelitiannya menyatakan sebelum perlakuan pemberian sayur bayam

bahwa ada perbedaan rata-rata kadar yaitu 12,797 gr/dl sedangkan rerata kadar

hemoglobin darah responden sebelum dan hemoglobin setelah perlakuan pemberian

sesudah diberikan ekstrak bayam hijau sayur bayam yaitu 13,183 gr/dl. Hasil

(Rohmatika, D., Supriyana., & Ramlan, D., penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

2016). dilakukan oleh Rohmatika, dkk (2016) yang

Fatimah (2013) menyebutkan bahwa dalam hasil penelitiannya menyatakan

nilai cut of poin kategori anemia kelompok bahwa ada perbedaan kadar hemoglobin

23
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

darah sebelum dengan sesudah diberikan signifikan sebelum dan sesudah diberikan

ekstrak bayam hijau. Kadar hemoglobin perlakuan. Maka dapat disimpulkan bahwa

setelah perlakuan lebih besar dibandingkan sayur bayam efektif berpengaruh terhadap

dengan sebelum perlakuan (Rohmatika, D., perubahan kadar hemoglobin. Hasil

Supriyana., & Ramlan, D., 2016). penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

Bayam memiliki kandungan zat besi dilakukan oleh Rohmatika, dkk (2016) yang

yang tinggi untuk mencegah terjadinya dalam hasil penelitiannya menyatakan

anemia. Kandungan zat besi dalam bayam bahwa ada perbedaan pengaruh pemberian

berguna untuk proses pembentukan kadar ekstrak bayam hijau dan pemberian tablet Fe

hemoglobin dalam darah. Sehingga dengan dalam perubahan kadar hemoglobin ibu

mengkonsumsi bayam seseorang akan hamil (Rohmatika, D., Supriyana., &

memiliki kadar hemoglobin dalam batas Ramlan, D., 2016).

normal dan dapat mencegah terjadinya Sayur bayam mengandung zat besi

anemia (Adriani, M., & Wijatmadi, B., yang diperlukan oleh tubuh untuk proses

2014). pembentukan hemoglobin (Adriani, M., &

Efektivitas Pemberian Sayur Bayam Wijatmadi, B, 2014). Pada bagian dalam

Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin hemoglobin bersifat seperti lilin (waxy) dan

Berdasarkan hasil analisis uji rerata bagian luar seperti sabun (soapy) yang

kadar hemoglobin sebelum dan sesudah mengakibatkan larut dalam air tetapi tidak

perlakuan menggunakan uji paired sample t- dapat ditembus oleh air (impermeabel)

test didapatkan hasil yaitu sig < α atau 0,002 (Saryono, 2009). Sehingga zat besi yang

< 0,05, maka menolak H0. Sehingga dapat masuk ke dalam tubuh akan mudah diserap

diketahui bahwa ada perbedaan yang

24
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

dan dapat membantu dalam proses DAFTAR PUSTAKA


Adriani, M., dan Wijatmadi, B. (2014).
meningkatkan kadar hemoglobin seseorang.
Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Hlm
48-52.
KESIMPULAN Arisman, (2010), dalam Mariana, W., &
Khafidoh, N. (2013). Hubungan
1. Dalam penelitian ini sebagian besar
Status Gizi Dengan Kejadian Anemia
responden dengan umur 13 dan 14 tahun, Pada Remaja Putri Di Smk Swadaya
Wilayah Kerja Puskesmas
orang tua responden berpendidikan SMA
Karangdoro Kota Semarang Tahun
berjumlah 21 (60%), dengan pekerjaan 2013. Jurnal Kebidanan, 36. Hlm 36
Basith, A., Agustina, R., & Diani, R. (2017).
orang tua responden sebagai Karyawan
Internet. Faktor-Faktor Yang
Swasta berjumlah 12 (34,3%) serta Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal
jumlah responden yang berstatus anemia
Universitas Lambung Mangkurat,
sebelum perlakuan sebanyak 6 (17,1%) volume 5, no 1. http://3634-7264-1-
SM.pdf. Diakses pada 12 Oktober
responden dan sesudah perlakuan
2017.
sebanyak 5 (14,3%) responden. Depkes RI. (2008). Internet. Pedoman
Penanggulangan Anemia Gizi Untuk
2. Rata-rata kadar hemoglobin sebelum
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur
perlakuan yaitu 12,797 gr/dl dengan (WUS).
www.perpustakaan.depkes.go.id,
standard deviasi 0,8877. Serta kadar
diakses tanggal 18 Maret 2017. Hlm
hemoglobin maksimum 14,6 gr/dl dan 1.
Fatmah, 2008, dalam Kristianti, S. (2014).
kadar hemoglobin minimum 11 gr/dl.
Hubungan Anemia Dengan Siklus
3. Rata-rata kadar hemoglobin sesudah Menstruasi Pada Remaja Putri di
SMA Negeri 1 Imogiri, Bantul,
perlakuan yaitu 13,183 gr/dl dengan
Yogyakarta, Tahun 2013. Jurnal
standard deviasi 1,0618. Serta kadar Studi Pemuda , 34. Hlm 34.
Fatimah, S, 2009 dalam Rohmatika, D.,
hemoglobin maksimum 15,9 gr/dl dan
Supriyana., & Ramlan, D. (2016).
kadar hemoglobin minimum 10,8 gr/dl. Perbandingan Pengaruh Pemberian
Ekstrak Bayam Hijau Dengan
4. Pemberian sayur bayam efektif
Preparat Fe Terhadap Perubahan
berpengaruh terhadap perubahan kadar Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Pasien
Puskesmas. Jurnal KesMaDaSka ,
hemoglobin remaja putri di SMP N 3
62. Hlm 62.
Kalasan dengan p-value 0,002.

25
JURNAL PANGAN DAN GIZI 9(1): 16-26, April 2019

Gunatmaningsih, D. (2007). Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Di SMA
N 1 Brebes. Skripsi. Universitas
Semarang.
lib.unnes.ac.id/1102/1/2676.pdf.
Diakses pada tanggal 22 November
2017.
Marmi. (2016). Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hlm 166-351.
Martini. (2015). Internet. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Di MAN
1 Metro. Jurnal Kesehatan Metro Sai
Wawai, volume VIII, no 1.
http://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JKM/article/view/
162. Diakses pada 11 Oktober 2017.
Maryam, S. (2016). Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika. hlm 204-219.
Pratiwi, E. (2016). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Anemia Pada Siswi
MTS Ciwandan. Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah.
uinjkt.ac.id/EKAPRATIWI-
FKIK.pdf. Diakses pada tanggal 22
November 2017.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Kemenkes RI. Hlm 142-143.
Rohmatika, D., Supriyana., & Ramlan, D.
(2016). Perbandingan Pengaruh
Pemberian Ekstrak Bayam Hijau
Dengan Preparat Fe Terhadap
Perubahan Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil Pasien Puskesmas. Jurnal
KesMaDaSka, 66-67.
Saryono. (2009). Biokimia Respirasi.
Yogyakarta: Nuha Medika. Hlm 65-
70.

26

You might also like