You are on page 1of 10

POLA KONSUMSI DAN STATUS ANEMIA MAHASISWI JURUSAN

TARI DI INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) DENPASAR


Ni Luh Asri Asih1, Ni Made Dewantari2, I Wayan Ambartana3
1
Alumni Program Diploma III Gizi Poltekkes Denpasar
2.3
Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar

Abstract. Anemia is a condition of hemoglobin (Hb) levels inside the blood is lower than
normal. The proportion of anemia age 15-24 years as many as 18,4 % based on riskesdas
2013. A lot of factors affect status anemia one of them is consumption patterns. The purpose
of this research is to find consumption patterns and status anemia in Art Institute Indonesia
Denpasar. The type of research is observational with cross sectional design. Sample as 32
samples. Food consumption data was collected by using the method recall two times 24-
hours without sequence by converting (households size) into a measure of weight (gram).
Different a kind of food obtained by counting different a kind of food, frequency of meals
sample obtained by counting the amount of time to eat and the number of consumption the
nutrients obtained by use of application nutrisurvey 2007, by inserting a kind of of food
consumed in a unit of weight (gram). The results are averaged then categorized conforms to
the standards. The status of anemia data collected by examination of blood levels of
hemoglobin uses a tool hemocue. Students who are not anemic was 78,12% and anemic was
21,88%. As many as 34,38 % different a kind of food category enough, 62,5 % moderate
and 3,12 % bad. As many as 71,88 % frequency of meals in accordance. As many as 37,5 %
rate of protein above needs, 28,13 % normal, and 34,37 % deficit. As many as 37,5 % rate
of consumption iron above adequate nutrition, 28,13 % normal, and 34,3 % deficit. As many
as 50 % rate of consumption vitamin C above adequate nutrition, 21,87 % normal, and
28,13 % deficit.
Keywords: Anemia Status, Consumption Pattern, Intake of Nutrient

Masa remaja adalah masa peralihan dimana dengan keadaan yang sebenarnya yaitu
perubahan secara fisik dan psikologis dari mereka merasa gemuk akan tetapi keadaan
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini sebenarnya kurus, merasa normal tetapi kurus
rentan akan persepsi seperti persepsi body dan bahkan ada yang merasa gemuk padahal
image (Merryana Adriani, 2012). Hasil sudah memiliki status gizi normal (A.A
penelitian Kusumajaya, dkk sebanyak 23,8% Kusumajaya dkk, 2008). Apabila, masalah
memiliki persepsi negatif atau menganggap body image ini berlangsung dalam jangka
diri mereka lebih gemuk (body image). waktu yang lama terjadi pada penari maka hal
Terdapat sebanyak 41,1% sampel merasa ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan
memiliki berat badan yang lebih dibandingkan penari yaitu cepat merasa lelah, pusing dan
kurang bertenaga dalam beraktivitas, terhadap menstruasi, kehamilan, melahirkan sampai
penampilan atau performance dari penari juga dengan menyusui (Merryana Adriani, 2012).
akan menjadi kurang menarik dan lesu. Dengan demikian, pengaruh persepsi tentang
Seperti penelitian yang dilakukan pada body image dikalangan remaja ditambah
mahasiswa/i UIN Alauddin Makasar kepadatan aktivitas sebagai mahasiswa serta
menyebutkan bahwa begadang merupakan jadwal pentas menari yang padat
faktor resiko yang sangat besar menyebabkan menyebabkan tidak terpenuhinya kecukupan
anemia dimana ketika begadang asupan zat gizi yang diperlukan oleh tubuhnya
oksigen ke otak menjadi sedikit sehingga sehingga akan berdampak pula terhadap
proses penyebaran cairan darah dan oksigen masalah anemia. Berdasarkan uraian di atas
menjadi tersendat, sehingga otak yang maka peneliti tertarik untuk meneliti pola
memerlukan oksigen untuk melakukan proses konsumsi dan status anemia mahasiwi Jurusan
metabolisme sel akan tidak terpenuhi sehingga Tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
menyebabkan anemia (Almatsier, 2001). Metode
Masalah yang akan sering timbul pada remaja Jenis penelitian yang digunakan adalah
yaitu anemia merupakan penyakit kurang observasional dengan rancangan crossectional.
darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin Populasi penelitian ini adalah seluruh
dan sel darah merah lebih rendah mahasiswa Jurusan Tari di ISI Denpasar yang
dibandingkan normalnya. Gejala anemia berjumlah 72 orang. Besar sampel yaitu
biasanya sering mengalami pusing, cepat sebanyak 32 sampel. Penelitian ini
merasa lelah, tidak bertenaga atau bergairah dilaksanakan di Institut Seni Indonesia (ISI)
dalam beraktivitas (Merryana Adriani, 2012). Denpasar. Waktu yang digunakan penelitian
Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2013 di adalah bulan Juni pada hari Senin, 13 Juni
Provinsi Bali, proporsi anemia umur 15 – 24 2016 dan Rabu, 15 Juni 2016. Data yang
tahun sebanyak 18,4 %. Kekurangan zat besi dikumpulkan adalah data identitas sampel
(Fe) akan berdampak pada penyakit anemia (nama, tanggal lahir/umur, agama, alamat,
yang dimana anemia ini banyak menimpa semester dan kadar Hb) dan kuisoner
wanita usia subur dan masih produktif karena (aktivitas menari, pola konsumsi dan pola
dipicu oleh proses reproduksi mulai dari menstruasi). Data konsumsi makanan
dikumpulkan menggunakan metode recall 2 besar sampel berasal dari semester IV yaitu
kali 24 jam tanpa berurutan dengan 25 sampel (78,12%) dan sisanya berasal dari
mengkonversikan URT (ukuran rumah semester VI.
tangga) kedalam ukuran berat (gram). Beda Status Anemia
jenis bahan makanan diperoleh dengan Status anemia didapatkan berdasarkan
menghitung beda jenis bahan makanan, pemeriksaan kadar hemoglobin darah dimana
frekuensi makan diperoleh dengan diolah dengan membandingkan hasil
menghitung jumlah waktu makan dan jumlah pengukuran dengan standar alat yaitu kadar
konsumsi zat gizi diperoleh dengan hemoglobin normal berkisar 12 – 15 gr/dl.
menggunakan aplikasi Nutrisurvey 2007, Data kadar hemoglobin darah dapat dilihat
dengan memasukkan jenis bahan makanan pada Gambar 1.
yang dikonsumsi dalam satuan berat (gram). 21.88% Anemia
Hasil dirata-ratakan kemudian dikategorikan 78.12% Tidak Anemia

sesuai standar. Data status anemia


Gambar 1
dikumpulkan dengan pemeriksaan kadar Sebaran Status Anemia Sampel
hemoglobin darah menggunakan alat
Berdasarkan Gambar 1, sebagian besar sampel
hemocue. Data sekunder yaitu data mengenai
tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 25
gambaran umum atau profil ISI Denpasar.
sampel (78,12%).
Data identitas sampel, pola konsumsi dan
Pola Konsumsi
kadar Hb dianalisis secara deskriptif
Pola konsumsi adalah susunan jenis dan
menggunakan tabel distribusi frekuensi dan
jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang
tabel silang (kontingensi).
atau kelompok orang pada waktu tertent atau
Hasil dan Pembahasan
gambaran mengenai jumlah, jenis dan
Karakteristik Sampel
frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
seseorang sehari-hari. Data pola konsumsi
diperoleh 32 sampel yang memenuhi kriteria
dapat dilihat pada Tabel 1.
penelitian dengan umur 19 dan 20 tahun.
Sebagian besar sampel berumur 20 tahun
(65,62%) dan sisanya 19 tahun. Sebagian
Tabel 1 kategori diatas kebutuhan yaitu 12 sampel
Sebaran Pola Konsumsi Sampel
Pola Sampel
(37,5%) dan dalam kategori normal yaitu 9
Kategori
Konsumsi n % sampel (28,13%). Paling banyak sampel
Beda Jenis 11 34,38
Cukup
BM memiliki tingkat konsumsi zat besi (Fe) diatas
Sedang 20 62,5
Buruk 1 3,12 AKG yaitu 12 sampel (37,5%) dan tingkat
Frekuensi 23 71,88
Sesuai konsumsi zat besi (Fe) dalam kategori normal
Makan
Tidak Sesuai 9 28,12
yaitu 9 sampel (28,13%). Separuh sampel
Tingkat 12 37,5
Konsumsi Diatas Kebutuhan memiliki tingkat konsumsi vitamin C dalam
Protein
Normal 9 28,13 kategori diatas AKG yaitu 16 sampel (50%)
Defisit Tingkat Ringan 5 15,62
Defisit Tingkat Sedang 2 6,25 dan tidak ada sampel memiliki tingkat
Defisit Tingkat Berat 4 12,5
Tingkat 12 37,5 konsumsi vitamin C dalam kategori defisit
Diatas AKG
Konsumsi Fe tingkat sedang.
Normal 9 28,13
Defisit Tingkat Ringan 2 6,25 Pembahasan
Defisit Tingkat Sedang 2 6,25
Defisit Tingkat Berat 7 21,9 Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan
Tingkat 16 50
Konsumsi Diatas AKG kadar hemoglobin darah lebih rendah dari
Vit.C
Normal 7 21,87 normalnya. Batas normal kadar hemoglobin
Defisit Tingkat Ringan 2 6,26
darah untuk wanita yaitu 12 gr/dl (WHO
Defisit Tingkat Berat 7 21,87
dalam Arisman 2004). Berdasarkan penelitian
Berdasarkan Tabel 1, sebagian besar sampel terhadap mahasiswi Jurusan Tari di ISI
memiliki beda jenis bahan makanan dalam Denpasar, sebagian besar sampel tidak
kategori sedang yaitu sebanyak 20 sampel mengalami anemia yaitu sebanyak 25 sampel
(62,5%) dan tidak ada sampel yang memiliki (78,12%) akan tetapi sebanyak 7 sampel
beda jenis bahan dalam kategori baik. (21,88%) mengalami anemia. Berdasarkan
Sebagian besar sampel memiliki frekuensi hasil Riskesdas tahun 2013 untuk di Provinsi
makan yang sesuai yaitu 3 sampai 6 kali Bali, prevalensi anemia untuk umur 15 – 24
makan sehari yaitu sebanyak 23 sampel (71,88 tahun sebesar 18,4%. Jika dibandingkan
%) dan yang tidak sesuai yaitu sebanyak 9 dengan data Riskesdas tahun 2013 prevalensi
sampel (28,12%). Paling banyak sampel yang anemia di Jurusan Tari ISI Denpasar
memiliki tingkat konsumsi protein dalam cenderung lebih tinggi. Terdapat banyak
faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
penyakit anemia seperti kehilangan darah remaja putri yang asupan protein nya kurang
kronis, pola haid dan pola konsumsi. Dilihat dari AKG memiliki resiko lebih 5,3 kali
dari frekuensi makan, sebaran status anemia terkena anemia dibandingkan dengan remaja
berdasarkan frekuensi makan dimana sampel putri yang asupan proteinnya cukup dan
yang mengalami anemia lebih banyak normal (Safyanti, 2002 dalam Pratiwi 2016).
memiliki frekuensi makan tidak sesuai dengan Seperti teori yang diungkapkan oleh Gibson
standar yaitu sebanyak 4 sampel (57,2%). Hal tahun 2005 mengungkapkan bahwa terdapat
ini menunjukkan adanya kecenderungan beberapa zat penghambat seperti tanin, oksalat
antara frekuensi makan dan status anemia. dan fitat. Beberapa zat ini dapat menggangu
Berdasarkan beberapa penelitian, remaja putri proses penyerapan dari protein sehingga tidak
dengan frekuensi makan < 3 kali sehari mampu untuk melakukan sintesa dengan zat
mempunyai peluang 1,729 kali beresiko untuk besi (heme) yang kemudian akan berdampak
menderita anemia dibandingkan dengan pada kekurangan darah yaitu anemia
remaja putri dengan frekuensi makan 3 kali (Almatsier, 2002). Selain protein, zat besi (Fe)
sehari (Raptauli, 2012). Ada beberapa alasan merupakan faktor penting dalam pembentukan
yang menyebabkan seseorang malas untuk hemoglobin darah. Ditinjau dari sebaran status
makan antara lain karena merasa dalam anemia berdasarkan tingkat konsumsi zat besi
keadaan terburu-buru, menghemat waktu, (Fe), sebanyak 7 sampel (21,9%) yang
menjaga berat badan dan tidak tersedianya mengalami anemia memiliki tingkat konsumsi
makanan yang akan dimakan dirumah (Brown zat besi (Fe) dalam kategori defisit tingkat
et al. 2005). Selain beda jenis bahan makanan berat. Berdasarkan penelitian Pratiwi (2016)
dan frekuensi makan, tingkat konsumsi zat pada siswi MTs, dari hasil uji statistic
gizi khususnya zat pembentuk hemoglobin menunjukkan bahwa ada hubungan yang
darah yang kurang. Jika dilihat dari sebaran bermakna antara asupan zat besi (Fe) dengan
status anemia berdasarkan tingkat konsumsi kejadian anemia. Hal ini menunjukkan bahwa
protein, sebanyak 4 sampel (12,5%) yang remaja putri dengan asupan zat besi (Fe)
mengalami anemia memiliki tingkat konsumsi rendah memiliki resiko 5,906 kali lebih besar
protein dalam kategori defisit tingkat berat. untuk mengalami kejadian anemia. Menurut
Depkes tahun 2003 remaja putri umumnya dan sayuran (Merryana,2012). Berdasarkan
mengonsumsi makanan nabati lebih tinggi penelitian yang dilakukan pada 32 sampel
dibandingkan makanan hewani sehingga mahasiswi Jurusan Tari di ISI Denpasar
kebutuhan Fe tidak terpenuhi dengan baik, didapatkan rata-rata beda jenis bahan makanan
kemudian sering melakukan diet yang dikonsumsi per hari yaitu 7 jenis bahan
(pengurangan makan) karena ingin tetap makanan, dengan beda jenis bahan makanan
langsing dan mempertahankan berat badan yang paling sedikit yaitu 5 jenis bahan
ideal, pengetahuan gizi yang kurang mengenai makanan diantaranya nasi, ayam, babi,
jenis-jenis bahan makanan yang mengandung alpukat, dan teh. Beda jenis bahan makanan
tinggi zat besi (Fe). Terdapat zat gizi yang yang paling banyak yaitu 9 jenis bahan
membantu meningkatkan penyerapan zat besi makanan diantaranya nasi, roti, telur ayam,
(Fe) didalam tubuh yaitu vitamin C. Jika ayam, daging sapi, kangkung, mie, pepaya dan
dilihat dari sebaran status anemia berdasarkan melon. Terdapat 11 sampel (34,38%) memiliki
tingkat konsumsi vitamin C, sebanyak 7 beda jenis bahan makanan dalam kategori
sampel (21,9%) yang mengalami anemia cukup (8 – 11 jenis), sebanyak 20 sampel
memiliki tingkat konsumsi vitamin C dalam (62,5%) yang memiliki beda jenis bahan
kategori defisit tingkat berat. Pengaruh asupan makanan dalam kategori sedang (5 – 7 jenis),
vitamin C terhadap kejadian anemia dan sebanyak 1 sampel (3,12%) memiliki beda
dibuktikan dalam penelitian Kirana (2011) jenis bahan makanan dalam kategori buruk (≤
diketahui bahwa ada keterkaitan antara asupan 4 jenis). Berdasarkan Daftar Komposisi Bahan
vitamin C dengan kejadian anemia dimana Makanan, rata-rata jenis bahan makanan yang
korelasinya bersifat positif yang menunjukkan dikonsumsi oleh sampel memiliki kandungan
semakin tinggi asupan vitamin C maka kadar zat besi yang rendah seperti bayam memiliki
hemoglobin darah akan semakin tinggi pula kandungan zat besi sebesar 3,9 mg, kangkung
yang berarti kejadian anemia semakin rendah. sebesar 2,5 mg dan sawi sebesar 2,9 mg
Hal ini dikarenakan remaja memiliki dibandingkan dengan kandungan zat besi yang
ketidakteraturan dalam makan, remaja lebih terdapat pada tempe yaitu sebesar 10,0 mg,
suka mengonsumsi makanan ringan dengan kacang hijau sebesar 6,7 mg, kacang merah
nol kalori dibandingkan mengonsumsi buah sebesar 5,0 mg, udang sebesar 8,0 mg, hati
sapi sebesar 6,6 mg (Almatsier, 2002). Selain transportasi zat besi didalam tubuh, kurangnya
beda jenis bahan makanan, frekuensi makan asupan protein akan mengakibatkan
merupakan bagian dari pola konsumsi. transportasi zat besi menjadi terlambat sehigga
Sebagian besar sampel memiliki frekuensi akan terjadi defisiensi zat besi. Zat besi
makan yang sesuai dengan standar yaitu merupakan unsur yang utama dalam
sebanyak 23 sampel (71,88%) dengan pembentukan hemoglobin darah. Dimana
frekuensi makan 3 kali sampai 6 kali sehari hemoglobin darah merupakan parameter untuk
dan sebanyak 9 sampel (28,12%) yang menentukan status anemia pada skala luas.
frekuensi makan tidak sesuai standar dengan Berdasarkan penelitian terhadap 32 sampel,
frekuensi makan 2 kali dan lebih dari 6 kali tingkat konsumsi zat besi (Fe) dalam kategori
sehari. Masalah gizi yang sering timbul pada defisit tingkat berat yaitu sebanyak 7 sampel
remaja yaitu tidak teratur makan, biasanya (21,9%), kategori defisit tingkat sedang yaitu
remaja melewatkan waktu makan pagi dan sebanyak 2 sampel (6,25%) dan kategori
makan siang yang biasanya pada masa remaja defisit tingkat ringan yaitu sebanyak 2 sampel
melakukan diet untuk menjaga bentuk tubuh (2,65%). Sesuai dengan teori Gibson 2005
agar tetap ideal (Merryana, 2012). Protein terdapat zat penghambat dalam proses
merupakan zat gizi yang secara langsung penyerapan zat besi (Fe) seperti tanin, oksalat,
mempengaruhi kadar hemoglobin darah dan fitat yang biasanya terdapat pada teh dan
dikarenakan hemoglobin darah dibentuk dari kopi. Selain faktor penghambat, terdapat juga
konjugasi suatu protein yaitu globulin dan zat bahan makanan yang membantu penyerapan
besi yaitu heme. Berdasarkan penelitian, zat besi (Fe) didalam tubuh yaitu vitamin C.
semua sampel memiliki tingkat konsumsi Berdasarkan penelitian terhadap 32 sampel,
protein dalam kategori defisit yaitu defisit tingkat konsumsi vitamin C dalam kategori
tingkat berat sebanyak 4 sampel (12,5%), defisit tingkat berat yaitu sebanyak 7 sampel
defisit tingkat sedang sebanyak 2 sampel (21,87%), dalam kategori defisit tingkat
(6,3%) dan defisit tingkat ringan sebanyak 1 ringan sebanyak 2 sampel (6,26%). Sebagian
sampel (3,1%). Menurut (Bridges 2008 dalam besar remaja sekarang sering mengonsumsi
Yasmin 2012) menyatakan bahwa protein juga makanan dan camilan di luar rumah seperti
mempunyai peranan penting dalam makanan cepat saji. Perubahan pola makan
remaja sekarang menyebabkan kurangnya Saran yang dapat disampaikan adalah untuk
mengonsumsi makanan yang sehat. Pada Institusi dimana prevalensi anemia di Jurusan
survey lain 75 % remaja makan di restoran Tari ISI Denpasar lebih tinggi dibandingkan
cepat saji, hal ini menunjukkan frekuensi dengan data Riskesdas tahun 2013 untuk
konsumsi makanan cepat saji berbanding Provinsi Bali dimana tingkat konsumsi zat
terbalik dengan sajian harian sesuai pedoman besi dan vitamin C sebagian masih tergolong
gizi seimbang yaitu sayuran, buah dan produk kategori defisit yang merupakan faktor
susu sehingga terjadilah defisiensi zat gizi penyebab anemia. Hal ini perlu mendapatkan
yaitu vitamin C yang dimana sumber vitamin perhatian karena hemoglobin memiliki
C tinggi pada buah dan sayuran (Judith dan peranan penting dalam tubuh yaitu untuk
Sari, 2015). mengangkut oksigen dari paru-paru menuju
Kesimpulan dan Saran seluruh tubuh termasuk menuju ke otak,
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sehingga perlu dilakukan peningkatan
kesimpulan yaitu sebanyak 21,88% mahasiswi pengetahuan gizi melalui penyuluhan atau
Jurusan Tari ISI Denpasar mengalami anemia. edukasi gizi. Edukasi gizi ini dapat
Beda jenis bahan makanan yang dikonsumsi dilaksanakan pada akhir semester atau
mahasiswi Jurusan Tari ISI Denpasar dengan disisipkan pada beberapa mata kuliah. Selain
kategori cukup 34,38%, sedang 62,5% dan itu, memperbanyak informasi mengenai gizi,
buruk 3,12%. Frekuensi makan mahasiswi dengan memajang informasi pada papan
Jurusan Tari ISI Denpasar dengan kategori pengumuman atau majalah dinding. Perlu
tidak sesuai 28,12%.Tingkat konsumsi protein dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
mahasiswi Jurusan Tari ISI Denpasar dengan variabel dan rancangan yang berbeda yaitu
kategori diatas kebutuhan 37,5%, normal tentang hubungan aktivitas fisik penari dengan
28,13% dan defisit 34,37%. Tingkat konsumsi status anemia sehingga hasil dapat
zat besi (Fe) dengan kategori diatas AKG dipublikasikan.
37,5%, normal 28,13% dan defisit 34,3%. Daftar Pustaka
Adriani, Merryana. dkk. 2012. Pengantar Gizi
Tingkat konsumsi vitamin C dengan kategori
Masyarakat. Jakarta : Kencana
diatas AKG 50%, normal 21,87% dan defisit ______. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus
Kehidupan. Jakarta : Kencana.
28,13%.
Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Intan, Ade. 2014. Proposal Penelitian
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. “Gambaran Aktivitas Fisik (Belajar),
______. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pola Konsumsi dan Status Gizi pada
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Remaja Putri di SMA Negeri 2
______ dkk. 2003. Penuntun Diet Dasar. Bangli”. Denpasar : Poltekkes
Jakarta : Tim Dietesien Intalasi Gizi Kemenkes Denpasar
Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo Kementerian Kesehatan RI. 2013. Angka
dan Aosiasi Dietesien Indonesia Kecukupan Gizi 2013 Kecukupan Zat
(AsDI) Gizi Remaja
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan : ______. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Buku Ajar Ilmu Gizi , Ed. 2. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kesehatan
Ariyani, Yuni. 2011. Aktivitas Fisik, Tingkat Kirana, Dian. 2011. Hubungan Asupan Zat
Konsumsi Energi dan Protein serta Gizi dan Pola Menstruasi dengan
Status Gizi Remaja di Panti Asuhan Kejadian Anemia pada Remaja Putri
Dharma Jati II Denpasar Timur. di SMA N 2 Semarang. Skripsi,
Denpasar : Poltekkes Kemenkes Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Denpasar Kedokteran Universitas Diponegoro:
Brown, Judith E. el al. 2005. Nutrition Semarang. (online) available :
Trhough The Life Cycle (2 nd ed). https://core.ac.uk/download/files/379/
Wadsworth : USA 11731609.pdf. Diakses pada : 1 Juli
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman 2016
Umum Gizi Seimbang. Jakarta : Kusumajaya, A.A. Ngurah. dkk. 2008. Jurnal
Depkes RI “Persepsi Remaja Terhadap Body
Dewi, Kumala. 2013. Skripsi Meningkatkan Image (Citra Tubuh) Kaitannya
Kelenturan Tubuh Anak Melalui Seni Dengan Pola Konsumsi Makan dan
Tari Tradisional di TK Izza Islam Status Gizi”. Denpasar : Poltekkes
Lebong. Bengkulu : Universitas Kemenkes Denpasar
Bengkulu (online) available : Nursari, Dilla. 2010. Gambaran Kejadian
http://repository.unib.ac.id/4183/1/I,II, Anemia Pada Remaja Putri SMP
III-1-13-mel-FI.pdf. Diakes pada : 23 Negeri 18 Kota Bogor Tahun 2009.
November 2015 Skripsi, Program Studi Kesehatan
Gibson, 2005. Principles of Nutritional Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Assessment. New York : Oxford Ilmu Kesehatan Universitas Islam
University Press Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Griadhi, Adiartha. dkk. 2014. Proceeding (online) available :
Joint International Conference. http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digi
Denpasar : Udayana University Press. tal/DILLA%20NURSARI.pdf.
(online) available : Diakses pada : 1 Juli 2016
http://repositori.unud.ac.id/upload/rep Okviani, Wati. 2011. Hubungan Pola Makan
ositori/25e9053b6cbad677838d8f6e7 dengan Gastritis pada Mahasiswa S.1
5cc5a8e.pdf. Diakses pada : 23 Keperawatan Program A FIKES UPN
November 2015 “VETERAN” JAKARTA. JAKARTA :
Universitas Pembangunan Nasional Roedjito, D. 1989. Kajian Peneliti Gizi.
“Veteran (online). Available : Jakarta : PT. Mediyatama Sarana
http://library.upnvj.ac.id/pdf/3kepera Perkasa
watanpdf/207312041/bab2.pdf. Rosita Dewi, Shely. 2013. Hubungan Antara
Diakses pada : 23 November 2015 Pengetahuan Gizi Sikap Terhadap
Pratiwi, Eka. 2016. Faktor-Faktor yang Gizi Dan Pola Konsumsi Siswa Kelas
Mempengaruhi Anemia pada Siswi XII Program Keahlian Jasa Boga DI
MTs Ciwanda Cilegon Banten Tahun SMK Negeri 6 Yogyakarta. Skripsi.
2015. Skripsi, Program Kesehatan Yogyakarta : Fakultas Teknik
Masyarakat Fakultas Kesehatan dan Universitas Negeri Yogyakarta.
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah. (online) available :
(online) available : http://eprints.uny.ac.id/19392/1/6.pdf.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bi Diakses pada : 23 November 2015
tstream/123456789/29680/1/EKA%2 Safyanti. 2002. Faktor-Faktor yang
0PRATIWI-FKIK.pdf. Diakses pada : Berhubungan dengan Anemia Pada
1 Juli 2016 Remaja Putri SMUN 3 Padang
Profil Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Provinsi Sum-Bar Tahun 2001
(online) available : http://www.isi- (Analisis Data Sekunder). Depok :
dps.ac.id/. Diakses pada : 1 Juli 2016 Thesis FKMUI (online) available :
R.Siregar, Enike. 2009. Gambaran http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bi
Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi tstream/123456789/29680/1/EKA%2
Pangan dan Status Gizi pada Supir 0PRATIWI-FKIK.pdf. Diakses pada :
Angkot Rahayu Medan Ceria Trayek 1 Juli 2016
104 di Kota Medan Tahun 2008. Supariasa, 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta
Sumatra Utara : FKM USU. (online) : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
available : Yasmin, Tenri. 2012. Hubungan Pola Asupan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 Gizi dan Faktor Lain yang
23456789/14623/1/09E01234.pdf. Berhubungan dengan Kejadian
Diakses pada : 23 November 2015 Anemia pada Remaja Putri SMA
Raptauli, Nashty . 2012. Faktor-Faktor yang Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun
Berhubungan dengan Status Anemia 2012. Skripsi, Fakultas Kesehatan
pada Remaja Putri di Wilayah Depok Masyarakat Universitas Indonesia :
Tahun 2011 (Analisis Data Sekunder Depok (online) avalaible :
Survey Anemia Remaja Putri Dinas http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2031
Kesehatan Kota Depok Tahun 2011). 8026-S-Tenri%20Yamin.pdf. Diakes
Jakarta : FKM UI Program Pasca pada : 1 Juli 2016
Sarjana Kesehatan Masyarakat.
(online) available :
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/202
93028SNahsty%20Raptauli%20Siaha
an.pdf. Diakses pada : 1 Juli 2016

You might also like