Professional Documents
Culture Documents
COX-2 inhibitor adalah kategori khusus dari NSAID. Obat ini hanya
menargetkan COX-2 dan tidak menyebabkan gangguan lambung dan pendarahan.
Namun efeksampingnya adalah resiko serangan jantung dan stroke yang lebih
tinggi dibandingkan NSAID tradisional.
3. Apa aja weight reducing programs dan muscle exercise
Weight reducing programs :
Cut back on sugar and starch
Eat protein, fat and vegetable
Lift weight 3 times perweek
Eat soluble fibre
Drink coffee or tea
Eat your food slowly
Weight yourself everyday
4. Fase2 OA
In stage 1, proteolytic breakdown of the cartilage matrix occurs.
Chondrocyte metabolism is affected, leading to an increased production of
enzymes, which includes metalloproteinases (eg, collagenase, stromelysin)
that destroy the cartilage matrix. Chondrocytes also produce protease
inhibitors, including tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMP) 1 and 2,
but in amounts insufficient to counteract the proteolytic effect.
Stage 2 involves the fibrillation and erosion of the cartilage surface,
with a subsequent release of proteoglycan and collagen fragments into the
synovial fluid.
In stage 3, the breakdown products of cartilage induce a chronic
inflammatory response in the synovium. Synovial macrophage production
of metalloproteinases, as well as cytokines such as interleukin (IL) 1, tumor
necrosis factor (TNF)-alpha, occurs. These can diffuse back into the cartilage
and directly destroy tissue or stimulate chondrocytes to produce more
metalloproteinases. Other proinflammatory molecules (eg, nitric oxide
[NO], an inorganic free radical) may also be a factor in stage 3.
5. Kenapa bisa terjadi stiffness
Adanya kekakuan pada pagi hari (morning stiffness) disebabkan
imobilisasi pasien saat tidur,sehingga otot tendo mengalami pemendekan.
Sehingga memerlukan waktu untuk mengembalikamotot dan tendo seperti
normal. Pada pasien arthritis rheumatoid waktu yang diperlukan lebih
lama, yaitu sekitar 1-2 jam. Adanya nyeri dan pain of motion (kesakitan
dalam bergerak) disebabkan oleh erosi tulang dantulang rawan, deformitas
dan disarsitektur sendi yang merupakan manifestasi dari
pathogenesisarthritis rheumatoid
6. Apakah penderita OA boleh running dan static bike riding
Berikut penjelasannya:
Strengthening
Aerobik/endurance
Fleksibilitas/range of motion
Range of motion artinya kemampuan sendi untuk bergerak secara normal sesuai
dengan fungsinya. Penderita osteoartritis biasanya memiliki keterbatasan dalam
menggerakan sendi karena rasa nyeri dan kaku. Contoh latihan ini adalah
stretching atau latihan peregangan otot yang sebaiknya dilakukan setiap hari.
Penderita osteoartritis yang mengalami nyeri sendi hebat dan kegemukan/obesitas
disarankan untuk melakukan ketiga latihan tersebut di dalam air.
Lari/ jogging
Lompat tali
Aerobik intensitas tinggi atau high-impact
The exercise bike has long been used for physical therapy because of the low-
impact, safe, and effective cardiovascular exercise it provides. The low-impact
movement involved in operating an exercise bike does not put much stress on
joints and does not involve sporadic motions that some other fitness equipment
may require.
Varus knee is common among newborns. Their knee joints are still
developing and many of their bones haven’t yet moved into their permanent
position. However, some young children develop varus knee as a result of
rickets, a disease associated with low levels of vitamin D that causes soft
bones.
bone infections
bone tumors
injuries
Paget’s disease of the bone
brittle bone disease
achondroplasia
Blount’s disease
Genu valgum is almost always a benign variation in a child’s growth.
Although it occurs by chance, it seems to run in families.
Obesity can make genu valgum more severe, according to the Journal
of Pediatric Orthopedics. The journal reported that in a recent study, 71
percent of children with genu valgum were found to be obese.
interaksi antar urutan gait cycle dalam berjalan (Vaughan, 1999), yaitu :
1. Registrasi dan aktivasi perintah berjalan oleh system syaraf pusat (central
nervous system)
2. Perpindahan sinyal berjalan system syaraf tubuh (peripheral nervous system)
3. Kontraksi otot-otot yang dapat menghasilkan denyut tubuh (tension)
4. Pembangkitan gaya dan momen dalam synovial joints
5. Pengaturan gaya dan momen gabungan oleh rigid link segment berdasarkan
antropometri tubuh
6. Perpindahan (gerakan) dari segmen-segmen untuk mengenalinya sebagai
fungsi dari berjalan
7. Pembangktan ground reaction forces (GRF)
Gait Hemiplegia
Pasien berdiri dengan kelemahan unilateral pada sisi yang terkena, lengan tertekuk,
adduksi dan diputar secara internal. Kaki pada sisi yang sama dalam ekstensi
dengan plantar kaki dan jari kaki dalam keadaan fleksi. Ketika berjalan, pasien
akan mengunci lengannya ke satu sisi dan menyeret kaki yang terkena dengan
bentuk setengah lingkaran (circumduction). Hal ini dikarenakan adanya kelemahan
otot-otot distal (drop foot) dan hypertonia otot-otot ekstensor di tungkai bawah.
Hal ini paling sering terlihat pada pasien stroke. Pada hemiparesis ringan, kelainan
yang tampak mungkin hanya kehilangan ayunan lengan normal dan sedikit
circumduction.
Gait Diplegia
Pasien dengan gait ini memiliki keterlibatan pada kedua sisi dimana kelenturan
ekstremitas bawah lebih buruk daripada ekstremitas atas. Pasien berjalan dengan
basis langkah yang sempit, menyeret kedua kaki dan akan menggesek jari-jari
kakinya saat melangkah. Gait ini terlihat pada lesi periventrikel bilateral, seperti
yang terlihat pada cerebral palsy. Juga dikarakteristikan dengan gangguan otot-otot
adduktor panggul yang dapat menyebabkan kaki untuk menyeberang melewati
garis tengah yang sering disebut juga sebagai gait menggunting (scissors gait).
Gait Neuropatik
Terlihat pada pasien dengan drop foot (kelemahan dorsofleksi kaki), penyebab gait
ini adalah karena upaya untuk mengangkat kaki lebih tinggi selama berjalan
sehingga kaki tidak menyeret di lantai. Jika terjadi secara unilateral, penyebabnya
termasuk kelumpuhan saraf peroneal dan radiculopati L5. Jika terjadi secara
bilateral, penyebabnya termasuk sclerosis amyotrophic lateral, penyakit Charcot-
Marie-Tooth dan neuropati perifer lainnya termasuk yang berhubungan dengan
diabetes yang tidak terkontrol.
Otot panggul bertanggung jawab untuk menjaga tingkat panggul saat berjalan. Jika
pasien memiliki kelemahan pada satu sisi, hal ini akan menyebabkan penurunan
panggul pada sisi kontralateral panggul saat berjalan (Trendelenburg sign). Dengan
kelemahan bilateral, pasien akan mengalami panggul yang jatuh di kedua sisi
selama berjalan. Gait ini terlihat pada pasien dengan miopati, seperti distrofi otot.
Gait Parkinsonian
Dalam gait ini, pasien akan mengalami kekakuan dan bradikinesia. Ia akan
membungkuk dengan kepala dan leher ke depan, dengan fleksi pada lutut. Seluruh
ekstremitas atas juga dalam keadaan fleksi, tetapi jari-jari biasanya dalam keadaaan
ekstensi. Pasien berjalan agak lambat dengan langkah-langkah kecil dikenal
dengan sebutan marche a petit pas (berjalan dengan langkah-langkah kecil). Pasien
juga mungkin mengalami kesulitan untuk memulai langkah. Pasien menunjukan
kecenderungan tanpa sadar untuk melangkah lebih cepat, yang dikenal sebagai
festination. Gait ini terlihat pada penyakit Parkinson atau kondisi lain yang
menyebabkan parkinsonisme, seperti efek samping dari obat-obatan.
Gait Choreiform
Gait Ini terlihat dengan gangguan ganglia basal tertentu termasuk Sydenham
chorea, Penyakit Huntington dan bentuk lain dari chorea, athetosis atau dystonia.
Pasien akan menampilkan gerakan yang tak terkendali pada semua ekstremitas,
tidak teratur dan kaku. Berjalan akan lebih menonjolkan gangguan gerakan dasar
itu.
Gait ini paling sering terlihat pada penyakit serebelar, gait ini digambarkan sebagai
gait yang kikuk, gerakan tiba-tiba dengan basis langkah yang lebar. Saat berdiri
diam, tubuh pasien akan mengayun bolak-balik dan dari sisi ke sisi, yang dikenal
sebagai titubation. Pasien tidak akan dapat melangkah dari tumit sampai ujung
kaki dalam garis lurus. Gait pada intoksikasi alkohol akut akan menyerupai gait
penyakit cerebellar.
Gait Sensorik
Gait sensorik terjadi ketika ada kehilangan masukan propioreseptif ini. Dalam
upaya untuk mengetahui kapan kaki mencecah tanah dan lokasi pijakan, pasien
akan membanting kaki dengan keras ke tanah untuk merasakannya. Kunci gait ini
akan mengalami eksaserbasi ketika pasien tidak dapat melihat kaki mereka
(misalnya dalam keadaan gelap). Gait ini juga kadang-kadang disebut sebagai gaya
berjalan menghentak karena pasien dapat mengangkat kaki mereka sangat tinggi
untuk menghentak tanah dengan keras. Gait ini dapat dilihat pada gangguan kolom
dorsal (defisiensi B12 atau tabes dorsalis) atau penyakit yang mempengaruhi saraf
perifer (diabetes yang tidak terkontrol). Dalam bentuk yang parah, gait ini dapat
menyebabkan ataksia yang menyerupai gaya berjalan ataksia cerebellar.