You are on page 1of 8

Volume 6 No.

1 Juni 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Berbantuan Media PheT Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Berpikir Kritis Fisika Peserta Didik SMA
Kurnia Agustina*, Hairunisyah Sahidu, I Wayan Gunada
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Mataram
*Email: kurniaagustina907@gmail.com

Received: 12 Desember 2019; Accepted: 21 Februari 2020; Published: 13 Maret 2020


DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jpft.v6i1.1514

Abstract - This study aimed to determine the effect of PhET media guided inquiry learning model toward
the problem solving and critical thinking skills of high school students. This type of research was quasi-
experimental research design with pretest-posttest control group design. The population was all
students of class X IPA of SMAN 1 Jereweh in the 2018/2019 academic year. The samples were taken
using purposive sampling technique and obtained class X IPA 1 as an experimental class and class X
IPA 2 as a control class. The independent variable of guided inquiry learning model assisted by PhET
media that was imposed on the experimental class, while the ability to solve problems and critical
thinking as the dependent variable. The data were taken using essay tests to measure students' problem
solving and critical thinking skills. The research hypothesis was tested using the Manova test with a
significant level of 5% aided by IBM SPSS 23 and the results of the hypothesis test showed a significant
0.028 so Ha was accepted because sig. <0.05.Based on these results it can be concluded that there was
an effect of the treatment of guided inquiry model assisted by PhET media on the
students'physicsproblem solving and critical thinking skills at senior high school.

Keywords: guided inquiry model; PhET media; problem solving ability; critical thinking
PENDAHULUAN
Abad ke-21 merupakan era digital dituntut untuk memberikan respon yang kuat
yang ditandai dengan pesatnya atas teknologi ini. Karena secara tidak
perkembangan teknologi dan informasi. langsung profesi guru abad ke-21 guru
Perkembangan teknologi dan informasi ini memfokuskan dalam bidang yang luas. Di
mempengaruhi segala aspek kehidupan, tak mana pendidik memfokuskan pada
terkecuali bidang pendidikan. Dunia penggunaan teknologi dalam proses
pendidikan membutuhkan informasi atau pembelajaran.
wawasan pengetahuan yang bertujuan untuk Pada pembelajarn fisika, proses
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas penemuan konsep yang melibatkan
baik di bidang sains, sosial, komputer keterampilan mendasar melalui percobaan
maupun bidang lainnya. ilmiah dapat dilaksanakan dan ditingkatkan
Pembelajaran di abad ke-21 ini melalui kegiatan praktikum. Kegiatan
memiliki perbedaan dengan pembelajaran di praktikum tidak hanya melalui laboratorium
masa yang lalu. Untuk menyesuaikan diri sebenarnya tetapi dapat juga melalui
dengan era globalisasi yang ditandai laboratorium virtual sehingga akan
perkembangan di bidang teknologi tersebut, memudahkan peserta didik dalam
guru hendaklah mendukung pendidikan meningkatkan kemampuan pemecahan
yang berbasis teknologi untuk memperluas masalah dan berpikir kritis. Kegiatan
kekuatan pendidikan dan mengembangkan laboratorium merupakan hal yang penting
potensi guru, peserta didik dan sekolah. dilaksanakan dalam pembelajaran fisika,
Dalam mewujudkan hal tersebut guru karena melalui kegiatan laboratorium aspek

17
Volume 6 No. 1 Juni 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

produk, proses dan sikap peserta didik dapat karakteristik pembelajaran sains yang
lebih dikembangkan. Peserta didik akan menekankan pada proses penemuan
lebih tertarik apabila media yang (inquiry) sebuah konsep sehingga muncul
disampaikan bisa interaktif dengan mereka. sikap ilmiah dan peserta didik dapat
Mendesain suatu pembelajaran yang memecahkan masalah yang dihadapi dengan
berbasis virtual harus disiapkan secara baik. Peserta didik pada umumnya memiliki
matang, yang mengundang keterlibatan rasa ingin tahu ketika menemukan hal-hal
peserta didik secara aktif dan konstruktif baru. Rasa ingin tahu tersebut dapat
dalam proses belajar terhadap media. dimanfaatkan untuk pengetahuan dalam diri
Berdasarkan informasi yang diperoleh peserta didik. Menurut Bulan et al. (2015)
peneliti melalui wawancara dengan guru menyatakan bahwa dalam pembelajaran
fisika SMA Negeri 1 Jereweh didapatkan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
bahwa hasil belajar peserta didik kelas X kemampuan inkuiri peserta didik dan
masih belum optimal. Masih banyak peseta membuat peserta didik memiliki
didik yang belum mencapai Kriteria kemampuan inkuiri.
Ketuntasan Minimum (KKM) yang Pembelajaran inkuiri terbimbing
ditetapkan sekolah yaitu 70. Hal tersebut merupakan pembelajaran yang berbasis
dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan mata konstruktivistik yang dilakukan guru dengan
pelajaran fisika kelas X SMA Negeri 1 membimbing peserta didik, memberi
Jereweh Tahun Pelajaran 2018/2019 di mana pertanyaan, dan membuat rancangan
masing-masing kelas tersebut memperoleh eksperimen agar peserta didik dapat
nilai untuk mata pelajaran Fisika jauh di menyusun konsep sendiri melalui
bawah nilai KKM kelas yaitu 61. pengamatan terhadap percobaan yang
Selanjutnya peneliti melakukan diperoleh melalui langkah-langkah ilmiah
observasi di SMAN 1 Jereweh, yaitu merumuskan masalah, melakukan
menunjukkan proses pembelajaran fisika eksperimen, mengevaluasi hipotesis, dan
masih berpusat pada guru (teacher-center). membuat kesimpulan (Pahriah, 2016).
Penggunaan media pembelajaran yang dapat Dalam proses pembelajaran, guru dituntut
memudahkan guru dan peserta didik masih mampu menciptakan situasi pembelajaran
kurang dimanfaatkan, terlebih pasca gempa yang menyenangkan, mampu mendorong
yang melanda Kecamatan Jereweh, motivasi dan minat belajar peserta didik,
Kabupaten Sumbawa Barat, di mana sehingga dari tuntutan tersebut maka peneliti
penggunaan media pembelajaran pada mata menggabungkan model inkuiri terbimbing
pelajaran fisika mengalami kendala, dan berbantuan media PhET.
beberapa alat laboratorium mengalami Media PhET merupakan simulasi yang
kerusakan. Dalam hal ini proses dapat mendukung pendekatan interaktif dan
pembelajaran peserta didik hanya mencatat, konstruktivis, memberikan umpan balik,
mendengarkan penjelasan dari guru dan dan menyampaikan pesan-pesan atau
mengerjakan soal, mengakibatkan peserta informasi dalam pembelajaran fisika, serta
didik menjadi pasif sehingga mempengaruhi menyediakan tempat kerja kreatif.
rendahnya kemampuan pemecahan masalah Kelebihan dari simulasi PhET yaitu
dan berpikir kritis. menekankan hubungan antara fenomena
Salah satu model pembelajaran yang kehidupan nyata dengan ilmu yang
dapat diterapkan adalah model pembelajaran mendasari (Jauhari, 2016).
inkuiri terbimbing. Sesuai dengan

18
Volume 6 No. 1 Juni 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

Pemanfaatan komputer sebagai sebuah menunjukkan adanya proses untuk melatih


sarana pengembangan pendidikan saat ini kemampuan berpikir kritis peserta didik.
sudah menjadi suatu kebutuhan utama. Berdasarkan uraian di atas, maka
Komputer dalam proses pembelajaran fisika peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dapat digunakan sebagai alat bantu yang berjudul “Pengaruh Model
percobaan, simulasi, dan demonstrasi, Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
sehingga dalam penelitian ini digunakan Berbantuan Media PhET Terhadap
simulasi PhET. Media PhET ini dapat Kemampuan Pemecahan Masalah dan
digunakan untuk memecahkan Berpikir Kritis Fisika Peserta Didik SMA”.
permasalahan fisika dan simulasi Peneliti sangat mengharapkan dengan
eksperimen (Saputra et al, 2017). diterapkannya inkuiri terbimbing
Media PhET juga dapat membantu berbantuan media PhET ini dapat
memahami materi sehingga peserta didik berpengaruh positif terhadap peningkatan
mampu memecahkan permasalahan dalam kemampuan pemecahan masalah dan
pembelajaran fisika karena permasalahan berpikir kritis fisika peserta didik SMA.
fisika tidak dapat diselesaikan tanpa
mengetahui penyebabnya terlebih dahulu. METODE PENELITIAN
Kemampuan pemecahan masalah Penelitian ini termasuk penelitian
merupakan kemampuan menggunakan suatu kuasi eksperimen dengan desain pretest-
metode untuk menyelelesaikan masalah posttest control group design.
dalam pembelajaran fisika (Sambada, 2012).
Menurut, Selcuk et al. (2008) yang Tabel 1. Desain Penelitian dengan
menyatakan bahwa problem solving sangat Pretest-Posttest Control Group Design
berpengaruh terhadap peningkatan prestasi Tes Tes
Kelas Perlakuan
Awal Akhir
fisika dan kemampuan pemecahan masalah.
Eksperimen O1 X1 O2
Selain itu, peserta didik dapat
Kontrol O3 X2 O4
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
(Setyosari, 2015)
untuk menyelesaikan permasalahan yang
Populasi penelitian ini adalah seluruh
ada. Berpikir kritis merupakan salah satu
peserta didik kelas X IPA SMAN 1 Jereweh
kemampuan berpikir tingkat tinggi, dimana
dengan teknik pengambilan sampel
peserta didik bukan mencari jawaban semata
menggunakan purposive sampling, sehingga
tetapi mempertanyakan jawaban, fakta atau
diperoleh X IPA 1 yang berjumlah 25
informasi yang ada. Lebih lanjut, Ennis
peserta didik sebagai kelas eksperimen dan
(2011) menyatakan “critical thinking is
X IPA 2 yang berjumlah 25 peserta didik
reasonable and reflective thinking focused
sebagai kelas kontrol.
on deciding what to believe or do”.
Variabel dalam penelitian ini terdiri
Maksudnya berpikir kritis adalah sebuah
dari variabel bebas yaitu model
proses yang dalam mengungkapkan tujuan
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
yang dilengkapi alasan yang tegas tentang
media PhET, variabel terikat yaitu berupa
suatu kepercayaan dan kegiatan yang
kemampuan pemecahan masalah dan
dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil
berpikir kritis. Instrumen yang digunakan
penelitian dari Handriani et al. (2015)
adalah tes kemampuan pemecahan masalah
menyatakan rangkaian pembelajaran yang
dan berpikir kritis. Teknik pengumpulan
diterapkan di kelas eksperimen
data berupa tes tertulis berbentuk soal essay

19
Volume 6 No. 1 Juni 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

yang terdiri dari 6 item soal kemampuan inkuiri terbimbing berbantuan media PhET
pemecahan masalah dan 4 item soal terhadap kemampuan pemecahan masalah
kemampuan berpikir kritis. Indikator dan berpikir kritis fisika peserta didik SMA.
pemecahan masalah (IPM) yang digunakan Hasil penelitian yang telah dilakukan
yaitu sebagai berikut: IPM-1 memahami berdasarkan tes awal kemampuan
masalah (understanding), IPM-2 pemecahan masalah dan berpikir kritis
merencanakan pemecahan masalah peserta didik pada kelas eksperimen maupun
(planning), IPM-3 melaksanakan rencana kelas kontrol masih rendah. Rendahnya nilai
pemecahan masalah (solving), dan IPM-4 rata-rata tes awal dikarenakan peserta didik
mengecek kembali masalah (checking and belum memperoleh materi tentang getaran
evaluating). Sedangkan indikator harmonis, selain itu pengetahuan yang
kemampuan berpikir kritis (IBK) yang dimiliki peserta didik hanya sebatas pada
digunakan yaitu sebagai berikut: IBK-1 pengetahuan dasar yang mereka peroleh dari
klasifikasi dasar, IBK-2 keputusan dasar, sekolah menengah pertama, referensi lain,
IBK-3 inferensi, dan IBK-4 Penjelasan lebih atau pengalaman yang mereka alami di
lanjut. lingkungan sekitar.
Instrumen tes kemampuan pemecahan Posttest (tes akhir) yang diberikan
masalah dan berpikir kritis sebelum jumlah dan bobot soalnya yang sama dengan
digunakan dalam penelitian harus memenuhi tes awal. Berdasarkan hasil tes akhir
beberapa syarat yaitu uji validitas, kemampuan pemecahan masalah dan
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya berpikir kritis kelas eksperimen memperoleh
pembeda soal. Uji analisis data yang nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 65,64 dan
digunakan yaitu menggunakan uji Manova 66,64 dibandingkan dengan kelas kontrol
dengan taraf signifikansi 5%. yaitu 60,28 dan 60,60. Data hasil
kemampuan pemecahan masalah dan
HASIL DAN PEMBAHASAN berpikir kritis untuk kelas eksperimen dan
Penelitian ini bertujuan untuk kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2
mengetahui pengaruh model pembelajaran berikut.

Tabel 2. Data Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis


Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol
Jumlah Nilai Nilai Rata-
Tes Kelas
Siswa (N) Max. Min. rata
Eksperimen 25 38,00 7,00 18,33
Awal
Kontrol 25 33,00 10,00 18,56
KPM
Eksperimen 25 80,00 47,00 65,64
Akhir
Kontrol 25 77,00 40,00 60,28
Eksperimen 25 63,00 13,00 38,25
Awal
Kontrol 25 53,00 13,00 31,80
KBK
Eksperimen 25 81,00 50,00 66,64
Akhir
Kontrol 25 75,00 44,00 60,60

Tabel 2, menunjukkan bahwa kelas menunjukkan bahwa adanya peningkatan


eksperimen dan kontrol memiliki pada kelas eksperimen daripada kelas
kemampuan yang sama sebelum diberikan kontrol.
perlakuan. Setelah diberikan perlakuan

20
Volume 6 No. 1 Juni 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

Rangkaian model pembelajaran yang tidak akan berkembang apabila tidak dilatih.
diterapkan pada kelas eksperimen dan Berdasarkan hasil tes akhir kemampuan
kontrol menunjukkan terdapat proses untuk pemecahan masalah, didapatkan persentase
melatih kemampuan pemecahan masalah indikator pemecahan masalah seperti pada
karena kemampuan pemecahan masalah gambar berikut.

100% 85% 71%85%


65% 63% 57%61%
49%
50%
0%
IPM-1 IPM-2 IPM-3 IPM-4

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 1. Perbandingan Tes Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah tiap Indikator

Gambar 1 menunjukkan bahwa penulisan satuan di mana kelas eksperimen


terdapat empat indikator kemampuan lebih rendah daripada kelas kontrol. Hal ini
pemecahan masalah yang diukur pada kelas dikarenakan lebih banyak peserta didik di
eksperimen maupun kelas kontrol. Secara kelas eksperimen yang tergesa-gesa dalam
umum hasil tes akhir indikator kemampuan mengerjakan soal sehingga bobot untuk
pemecahan masalah lebih baik dialami pada IPM-2 dan IPM-4 kurang atau bahkan tidak
kelas eksperimen. Namun, ada dua indikator ada.
IPM-2 dan IPM-4 yaitu peserta didik Berdasarkan hasil tes akhir
menentukan persamaan yang digunakan kemampuan berpikir kritis, didapatkan
untuk menyelesaikan permasalahan yang persentase indikator berpikir kritis seperti
diberikan serta ketepatan akhir dan pada gambar berikut.

100% 84%75% 90%85%


60%53%
50% 32%29%

0%
IBK-1 IBK-2 IBK-3 IBK-4

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Gambar 2. Perbandingan Tes Akhir Kemampuan Berpikir Kritis tiap Indikator


Gambar 2 menunjukkan terdapat empat keputusan dasar dan inferensi. Indikator 2
indikator kemampuan berpikir kritis, di dan 3 termasuk kategori kurang kritis dan
mana untuk IBK-1 indikatornya adalah sangat kurang kritis, hal ini disebabkan
klasifikasi dasar, hal ini disebabkan peserta peserta didik kurang mampu memahami dan
didik mampu mengidentifikasi memberikan alasan berdasarkan sesuatu
kemungkinan jawaban berdasarkan yang dapat diamati dan diukur. Sedangkan
percobaan dengan bantuan media PhET pada untuk IBK-4 indikatornya adalah penjelasan
fase melakukan percoban untuk memperoleh lebih lanjut dengan kategori sangat kritis, hal
informasi dalam model pembelajaran inkuiri ini disebabkan mampu mengidentifikasi
terbimbing dan penerapan materi getaran asumsi-asumsi permasalahan berdasarkan
harmonis pada kehidupan sehari-hari. Pada percoabaan yang dilakukan. Dari percobaan
IBK-2 dan IBK-3, indikatornya adalah yang dilakukan tersebut peserta didik dapat

21
Volume 6 No. 1 Juni 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

memperkirakan jawaban dari permasalahan informasi yang ada serta peserta didik juga
tersebut. belajar menghargai pendapat orang lain yang
Gambar 2, hasil posttest (tes akhir) mengacu pada materi atau tujuan
data kemampuan berpikir kritis peserta didik pembelajaran. Hasil penelitian ini sejalan
kedua kelas menunjukkan bahwa kelas dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas Hayati et al. (2017) membuktikan bahwa
kontrol. Hal ini sesuai dengan apa yang hasil belajar fisika kelas inkuiri terbimbing
dikemukakan oleh Rahma (2012), lebih baik dengan menggunakan media
pembelajaran yang menuntut peserta didik PhET dibandingkan model pembelajaran
terlibat secara optimal dalam proses belajar konvensional. Meidawati, (2014) yang
maka dapat meningkatkan kemampuan menyimpulkan bahwa rata-rata peningkatan
berpikir kritis peserta didik. Sutama et al. kemampuan pemecahan masalah peserta
(2014) juga menyatakan bahwa lingkungan didik yang menggunakan inkuiri terbimbing
belajar yang melibatkan peserta didik aktif lebih tinggi daripada peserta didik yang
dalam penyelidikan suatu informasi dan menggunakan pembelajaran konvensional.
mengaplikasikan pengetahuan mereka dapat Selain itu, Nur’Azizah et al. (2016) juga
meningkatkan kemampuan berpikir kritis menyimpulkan bahwa model pembelajaran
peserta didik. inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
Uji hipotesis menggunakan uji kemampuan berpikir kritis peserta didik
Manova berbantuan SPSS 23. Untuk dibandingkan dengan pembelajaran
melanjutkan ke uji manova, maka perlu konvensional. Penerapan pembelajaran
dilakukan uji prasyarat yaitu uji Box’M. Uji inkuiri terbimbing, peserta didik diberi
Box’M harus terpenuhi sehingga uji kesempatan terlebih dahulu menduga hal-hal
Manova dapat dilanjutkan. Hasil uji yang akan terjadi, membuktikan dugaan-
didapatkan nilai Box’s M sebesar 1,772 dugaan yang diajukan melalui kegiatan
dengan signifikansi 0,639. Nilai signifikan percobaan bersama kelompok, saling
yang didapatkan pada saat uji Box’M lebih mengkomunikasikan hasil percobaan yang
besar dari 0,05 maka uji manova dapat diperoleh masing-masing kelompok,
dilanjutkan. Berdasarkan uji manova memecahkan masalah dengan memutuskan
menunjukkan signifikan 0,028 sehingga Ha hasil percobaan yang relevan dengan
diterima karena sig. < 0.05. Hasil ini permasalahan yang diajukan mengakibatkan
menunjukkan bahwa adanya pengaruh kemampuan berpikir kritis peserta didik
model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkat.
berbantuan media PhET terhadap Keberhasilan dalam penelitian ini
kemampuan pemecahan masalah dan dapat dikatakan belum maksimal.
berpikir kritis. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan
Perbedaan kemampuan pemecahan pemecahan masalah dan berpikir kritis
masalah dan berpikir kritis antara peserta belum maksimal dikarenakan beberapa
didik kelas eksperimen dan kelas kontrol faktor. Faktor pertama adalah model
disebabkan oleh diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media PhET terhadap kemampuan
media PhET, pada model pembelajaran pemecahan masalah dan berpikir kritis fisika
inkuiri terbimbing peserta didik dilatih peserta didik SMA Negeri 1 Jereweh
bagaimana mengutarakan pendapat dari merupakan model baru yang diterapkan di
mempertanyakan jawaban, fakta atau sekolah, sehingga peserta didik belum

22
Volume 6 No. 1 Juni 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

terbiasa untuk belajar secara mandiri dan perencanaan dan persiapan yang matang
lebih aktif dalam pembelajaran. Kurangnya agar pembelajaran dapat berjalan sesuai
pengalaman peserta didik dalam tujuan yang hendak dicapai yaitu dengan
menggunakan media PhET sehingga waktu memperhatikan karakteristik materi yang
terbuang untuk menjelaskan cara akan diajarkan. Waktu yang digunakan
menggunakan. Efektifitas kerja kelompok selama pelaksanaan pembelajaran harus
masih rendah, masih ditemukan peserta digunakan secara efisien. Untuk penelitian
didik yang tidak bekerja secara optimal selanjutnya, model inkuiri terbimbing dapat
dalam melakukan virtual lab. Upaya yang diterapkan kembali saat peneliti mengajar
peneliti lakukan untuk mengatasi kendala fisika di sekolah dengan tujuan membantu
tersebut yaitu sedikit mengulang kembali peserta didik dalam memahami pelajaran
materi mengenai materi getaran harmonis fisika dan meningkatkan kemampuan
dan melaksanakan setiap fase inkuiri pemecahan masalah dan berpikir kritis yang
terbimbingdengan waktu yang lebih dimiliki.
dipersingkat.
Terdapat beberapa manfaat yang bisa REFERENSI
diperoleh ketika menerapkan model Bulan, S. N., Maharta, N., & Ertikanto, C.
pembelajaran inkuiri terbimbing ini. (2015). Pengaruh Kemampuan
Menurut Yeritia et al. (2017) menyatakan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika
Berbantuan Virtual
bahwa penerapan pembelajaran inkuiri
Laboratory. Jurnal Pembelajaran
terbimbing, peserta didik yang aktif dan Fisika, 3(3),109-122.
terlibat langsung dalam eksperimen akan
Ennis, R.H. (2011). The Nature of Critical
lebih mendalami konsep dengan membuat
Thinking: An Outline of Critical
hubungan antara bagian-bagian informasi Thinking Disposition and Abilities.
yang saling terpisah untuk menjadi University of Illinois. Online at
gambaran yang terperinci. http://faculty.education.illinois.edu/r
hennis/documents/TheNatureofCriti
PENUTUP calThinking_51711_000.pdf.
Berdasarkan hasil penelitian dan Handriani, L.S., Harjono, A., & Doyan, A.
pembahasan, maka dapat diambil (2015). Pengaruh Model
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model Pembelajaran Inkuiri Terstruktrur
pembelajaran inkuiri terbimbingberbantuan dengan Pendekatan Sainstifik
terhadap Kemampuan Berpikir
media PhET terhadap kemampuan
Kritis dan Hasil Belajar Fisika
pemecahan masalah dan berpikir kritis fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika dan
peserta didik SMA Negeri 1 Jereweh tahun Teknologi, 1(3), 210-220.
pelajaran 2018/2019. Pengaruh yang
Hayati, S.C., Hikmawati, & Wahyudi.
dimaksud yaitu terjadi peningkatan pada (2017). Pengaruh Model
kelas eksperimen baik dari segi kemampuan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
pemecahan masalah maupun berpikir kritis. dengan Menggunakan Media
Model pembelajaran inkuiri Simulasi Terhadap Hasil Belajar
terbimbing dapat dijadikan alternatif pada Fisika Siswa Kelas X MIA SMAN 1
Lingsar Lombok Barat Tahun
pembelajaran fisika oleh guru. Model
Pelajaran 2016/2017. Jurnal
pembelajaran ini akan lebih baik lagi jika Pendidikan Fisika dan Teknologi,
diterapkan dengan bantuan media PhET. 3(1), 48-54.
Namun, dalam penerapannya diperlukan

23
Volume 6 No. 1 Juni 2020 Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (JPFT)

Jauhari, T., Hikmawati. & Wahyudi. (2016). Performance and Strategiy Use.
Pengaruh Model Pembelajaran American Journal Of Physics
Berbasis Masalah Berbantuan Media Education, 2(3), 151-165.
Phet Terhadap Hasil Belajar Fisika Setyosari, P. (2015). Metode Penelitian
Siswa Kelas X SMAN 1 Gunungsari Pendidikan dan Pengembangan.
Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal Jakarta: Prenadamedia.
Pendidikan Fisika dan Teknologi,
2(1), 7-12. Sutama, I.N., Arnyana, I.B.P., & Swasta,
I.B.J. (2014). Pengaruh Model
Meidawati, Y. (2014). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Keterampilan Berpikir Kritis dan
Terhadap Peningkatan Kemampuan Kinerja Ilmiah Pada Pelajaran
Pemecahan Masalah Matematis Biologi Kelas XI IPA SMA Negeri 2
Siswa SMP. Pendidikan dan Amplapura. E-Journal Program
Keguruan, 1(2), 1-10. Pascasarjana Universitas
Nur’ Azizah, H., Jayadinata, A.K., & Pendidikan Ganesha Program Studi
Gusrayani, D. (2016). Pengaruh IPA, 4(1), 1-13.
Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Kemampuan Yeritia, S., Wahyudi., & Rahayu S. (2017).
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pengaruh Model Pembelajaran
Energi Bunyi. Jurnal Pena Ilmiah, Inkuiri Terbimbing Terhadap
1(1), 51-60. Penguasaan Konsep dan
Pahriah. (2016). Teori Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Fisika
Aplikasinya dalam Pembelajaran. Peserta Didik Kelas X SMAN 1
Mataram: CV. Garuda Ilmu. KuripanTahun Ajaran 2017/2018.
Jurnal Pendidikan Fisika dan
Rahma, A.N. (2012). Pengembangan Teknologi, 3(1), 181-187.
Perangkat Pembelajaran Model
Inkuiri Berpendekatan SETS Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
untuk menumbuhkan Keterampilan
Berpikir Kritis dan Empati Siswa
Terhadap Lingkungan. Journal of
Education Research and Evaluation,
1(2), 133-138.
Sambada, D. (2012). Peranan Kreativitas
Siswa terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika dalam
Pembelajaran Kontekstual. Jurnal
Penelitian Fisika dan Aplikasinya,
2(2), 37-47.
Saputra, T.B.R.E., Nur, M., & Purnomo, T.
(2017). Pengembangan
Pembelajaran Inkuiri Berbantuan
PhET untuk Melatihkan
Keterampilan Proses Sains Siswa.
Journal of Science Education and
Pratice, 1(1), 20-31.
Selcuk, G. S., Caliskan, S., & Erol, M.
(2008). The Effect Of Problem
Solving Instruction on Physics
Achiement, Problem Solving

24

You might also like