You are on page 1of 10

The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA


MANAJER KOPERASI DI KABUPATEN JEPARA

Eko Nur Fu’ad*)


*)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNISNU Jepara
email: ekonfuad@gmail.com

Abstract
Managers as key actors in the management of cooperative organizations, has a very important role
in moving the organization operationally. Performance cooperative managers of major concern
associated with the success of the cooperative. Some factors as indicators of the performance of
managers such as competence and motivation of managers needs to be taken in order to achieve
high performance manager. Study on the performance of the cooperative manager aims to examine
and obtain empirical evidence about the influence of the manager's ability and motivation to
satisfaction and performance of managers of cooperatives in the district of Jepara. The study
population was all cooperative managers in Jepara regency which operate based on the legal basis
until 2014. Sampling using purposive sampling method with the results of 270 managers of
cooperatives as a sample. The technique of collecting data using questionnaires and
documentation. The data analysis was performed by using a structural equation model Partial
Least Square (PLS). The results showed that the competence and motivation to work does not
directly influence the performance of managers of cooperatives in the district of Jepara, but both
variables will affect the performance after the variable job satisfaction. That is the competence and
high motivation will not necessarily be able to improve performance if the manager is not getting
satisfaction in work.

Keywords: competence, motivation, satisfaction and performance

PENDAHULUAN miskin dengan meningkatnya pendapatan riil


mereka. Dengan demikian diharapkan
Pembangunan ekonomi Indonesia saat ini kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok
masih menempatkan ekonomi kerakyatan masyarakat bawah (miskin) dan atas (kaya)
menjadi prioritas utama. Hal tersebut cukup dapat segera terkikis, yang mana kesenjangan
beralasan, karena lebih dari sebelas persen ini dianggap sebagai salah satu sumber masalah
jumlah penduduk Indonesia merupakan sosial di Indonesia akhir-akhir ini.
masyarakat golongan miskin. Pemerintah masih Permasalahan tersebut menjadikan
tetap menjadikan pembangunan ekonomi pembangunan ekonomi nasional yang
masyarakat menengah ke bawah sebagai mengarah pada kelompok masyarakat
prioritas utama, tentunya tanpa menengah ke bawah sebagai suatu keniscayaan.
mengesampingkan kepentingan masyarakat Pembangunan ekonomi nasional harus mampu
ekonomi atas, sehingga kelompok ini tidak menyentuh lembaga (organisasi) ekonomi
menjadi korban dari pembangunan ekonomi tingkat menengah ke bawah, dimana salah
yang ditujukan pada kelompok masyarakat satunya adalah koperasi yang pada umumnya
menengah ke bawah. menjadi wadah kegiatan ekonomi masyarakat
Permasalahan lain yang perlu menjadi kelompok menengah ke bawah.
perhatian dalam pembangunan ekonomi Sebagai organisasi atau badan usaha yang
nasional adalah distribusi pendapatan kepada bergerak dalam bidang ekonomi, koperasi
masyarakat bawah (miskin). Hasil merupakan salah satu wadah kegiatan rakyat
pembangunan ekonomi nasional tersebut harus yang tepat untuk membangun ekonomi
benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat khususnya kelompok menengah ke bawah. Hal

217
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

tersebut cukup beralasan, karena koperasi bisa memiliki hubungan positif dan berpengaruh
didirikan dengan modal yang relatif kecil sesuai secara signifikan terhadap keberhasilan
dengan kondisi ekonomi masyarakat menengah organisasi koperasi. Berkaitan dengan kinerja
ke bawah (miskin). Warga masyarakat miskin manajer, para pakar juga berpendapat bahwa
pun dapat “ambil bagian” dalam koperasi sesuai kinerja manajer dipengaruhi oleh faktor
dengan kemampuan ekonominya. Beberapa intrinsik manajer itu sendiri, seperti
tokoh ekonomi-koperasi mengatakan bahwa kemampuannya dalam mengelola usaha
koperasi merupakan wadah kegiatan ekonomi organisasi serta motivasi mereka menjadi
yang paling cocok bagi masyarakat golongan manajer koperasi. Telah banyak penelitian
menengah ke bawah. Pembinaan usaha kecil membuktikan bahwa faktor kompetensi dan
menengah (UKM) dan koperasi harus tetap motivasi kerja berpengaruh secara signifikan
dilaksanakan untuk membangun ekonomi terhadap pembentukan kinerja.
kerakyatan, karena keduanya merupakan wadah Selain berpengaruh terhadap kinerja
kegiatan ekonomi yang sangat strategis bagi manajer koperasi, dimungkinkan pula bahwa
pembangunan ekonomi kerakyatan. Salain itu kompetensi dan motivasi kerja berpengaruh
koperasi juga bisa dijadikan solusi masalah terhadap kepuasan kerja manajer. Analog
sosial, karena dengan berkoperasi kesejahteraan
dengan keberhasilan belajar yang dipengaruhi
masyarakat diharapkan bisa meningkat
oleh kemampuan dan motivasi dari subjek
sehingga sedikit demi sedikit akan mengurangi
belajar, maka secara rasional, kompetensi dan
kesenjangan sosial-ekonomi yang menjadi
motivasi manajer dalam mengelola organisasi
sumber masalah pembangunan.
Ironisnya harapan bahwa koperasi sebagai koperasi tentu akan berpengaruh terhadap
solusi untuk mengatasi masalah sosial tidak keberhasilan pengelolaan organisasi koperasi
dibarengi dengan kinerja koperasi yang tersebut. Beberapa penelitian juga menunjukkan
memadai. Koperasi dipandang belum mampu bahwa kemampuan/ kompetensi dan motivasi
menjalankan perannya sesuai dengan harapan kerja manajer dalam mengelola koperasi
pemerintah. Banyak masalah dan tantangan berpengaruh terhadap kinerja manajer itu
yang dihadapi koperasi dalam rangka sendiri. Berdasarkan kenyataan dan pendapat
membangun serta mengembangkan organisasi para pakar itulah, maka penelitian ini
dan usaha koperasi agar sesuai dengan harapan. membatasi pada permasalahan intrinsik manajer
Mengingat banyaknya faktor permasalahan (faktor kompetensi dan motivasi kerja manajer)
yang dihadapi koperasi khususnya di dalam kaitannya dengan kinerja manajer
Kabupaten Jepara, dalam penelitian ini koperasi yang ada di Kabupaten Jepara.
masalah-masalah tersebut dibatasi pada masalah Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
yang berkaitan dengan SDM, khususnya untuk:
masalah kinerja manajer koperasi. Dipilihnya 1. Membuktikan dan menganalisis pengaruh
masalah kinerja manajer koperasi ini, karena kompetensi terhadap kepuasan kerja
menurut teori dan pendapat para pakar, manajer manajer koperasi di Kabupaten Jepara.
koperasi merupakan pemegang kunci 2. Membuktikan dan menganalisis pengaruh
keberhasilan (key to success) koperasi. kompetensi terhadap kinerja manajer
Manajer sebagai pengelola koperasi sangat koperasi di Kabupaten Jepara.
berperan dalam pencapaian keberhasilan 3. Membuktikan dan menganalisis pengaruh
koperasi dalam menjalankan usahanya. Manajer motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
mempunyai tanggung jawab dan kewajiban manajer koperasi di Kabupaten Jepara.
untuk mengembangkan koperasi sebagai 4. Membuktikan dan menganalisis pengaruh
lembaga ekonomi/ bisnis yang efisien, serta motivasi kerja terhadap kinerja manajer
menunjang kegiatan usaha para anggota secara koperasi di Kabupaten Jepara.
efisien dengan peningkatan mutu layanan. 5. Membuktikan dan menganalisis pengaruh
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja terhadap kinerja manajer
kinerja pengurus dan manajer koperasi koperasi di Kabupaten Jepara.

218
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

KAJIAN LITERATUR dalam ukuran kinerja secara umum, kemudian


diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku
Koperasi
secara mendasar, meliputi: kuantitas kerja,
Secara harfiah kata “koperasi” berasal dari
kualitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan,
kata “Cooperantem” (latin), atau
“Cooperation” (Inggris), atau Co-operatie pendapat atau pernyataan yang disampaikan,
(Belanda), sedangkan dalam bahasa Indonesia perencanaan kerja (Ivancevich, 2001). Menurut
diartikan sebagai bekerja bersama atau bekerja Robbin (2001) kinerja terdiri dari: kuantitas
sama. kerja, kualitas kerja dan kontribusi terhadap
Pengertian atau definisi koperasi sesuai organisasi. Oleh karena itu indikator kinerja
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012, meliputi: kuantitas kerja, kualitas kerja dan
“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan kontribusi terhadap organisasi.
oleh orang perseorangan atau badan hukum Meningkatkan prestasi kerja karyawan
Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para baik secara individu atau kelompok dengan
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan memberikan kesempatan untuk memenuhi
usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan kebutuhan aktualisasi diri dalam pencapaian
bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya tujuan organisasi. Peningkatan prestasi
sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”. karyawan akan mendorong kinerja sumber daya
Pembahasan tentang manajemen koperasi manusia secara keseluruhan yang direfleksikan
tidak bisa lepas dari tatanan organisasi yang dengan kenaikan produktivitas.
mendasarkan pada pembagian wewenang dan Kompetensi
tanggung jawab. Kekuasaan tertinggi pada Kompetensi dapat diartikan sebagai
koperasi terletak pada rapat anggota. Rapat tindakan atau perilaku yang dapat diukur
anggota mendelegasikan wewenang untuk melalui kombinasi pengetahuan, keahlian dan
mengelola koperasi kepada pengurus. Pengurus kemampuan untuk melakukan sesuatu (Siagian:
koperasi dalam menjalankan tugasnya dapat 2008). Kompetensi ditunjukkan pada konteks
mengangkat karyawan atau manajer yang tugas dan dipengaruhi oleh budaya Organisasi
diserahi tanggung jawab mengelola kegiatan dan lingkungan kerja, dengan kata lain
usaha koperasi. kompetensi terdiri dari kombinasi pengetahuan,
Manajemen koperasi adalah pengelolaan keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan
organisasi yang meliputi kewenangan RAT, untuk menyelesaikan tugas dan fungsi di tempat
kewenangan pengurus dan pengawas, serta kerja.
kewenangan manajer dan karyawan, agar tujuan Kompetensi ada yang terlihat dan ada yang
koperasi dapat dicapai dengan lancar, atau tersembunyi (Mathis dan Jackson, 2001).
dengan kata lain manajemen koperasi adalah Pengetahuan lebih terlihat, dapat dikenali oleh
cara bagaimana mengatur koperasi agar dapat perusahaan untuk mencocokkan orang dengan
mencapai tujuan secara profesional berdasarkan pekerjaan. Keterampilan walaupun sebagian
efisiensi agar dapat meningkatkan kesejahteraan dapat terlihat sebagian lagi kurang
anggotanya. teridentifikasi, akan tetapi kompetensi
Kinerja tersembunyi berupa kecakapan yang mungkin
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang lebih berharga dapat meningkatkan kinerja.
dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kompetensi SDM yang diperlukan untuk
Kinerja karyawan adalah faktor yang menghadapi tantangan baru dan jenis-jenis
mempengaruhi seberapa banyak mereka organisasi di tempat kerja, dapat diperoleh
memberi kontribusi kepada organisasi. dengan pemahaman ciri-ciri yang kita cari dari
Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun orang-orang yang bekerja dalam organisasi
kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya tersebut. Konsep dasar standar kompetensi
meningkatkan kinerja organisasi (Robert L. ditinjau dari estimologi, standar kompetensi
Mathis & John H. Jackson, 2002: 78). terbuka atas dua kosakata yaitu standar dan
Kinerja diukur dengan instrumen yang kompetensi. Standar diartikan sebagai ukuran
dikembangkan dalam studi yang tergabung atau patokan yang disepakati, sedangkan

219
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

kompetensi diartikan sebagai kemampuan Setiap individu mempunyai tingkat


melaksanakan tugas-tugas di tempat kerja yang kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
mencakup menerapkan keterampilan (skills) sistem nilai yang berlaku dalam dirinya. Makin
yang didukung dengan pengetahuan (cognitive) tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan
dan kemampuan (ability) sesuai dengan kondisi sesuai dengan kebutuhan individu, maka makin
yang dipersyaratkan. Dengan demikian standar tinggi kepuasanya terhadap kegiatan tersebut.
kompetensi dapat diasumsikan sebagai rumusan Dengan kata lain kepuasan merupakan evaluasi
tentang kemampuan dan keahlian apa yang yang menggambarkan seseorang atas perasaan
harus dimiliki oleh tenaga kerja (SDM) dalam sikapnya senang atau tidak senang, puas atau
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tidak puas dalam bekerja.
persyaratan yang ditetapkan/ disepakati. Menurut Fraser (1983) kepuasan kerja
Motivasi muncul apabila karyawan merasa telah
Motivasi merupakan masalah kompleks mendapatkan imbalan yang cukup memadai,
dalam organisasi, karena kebutuhan dan kepuasan kerja tergantung pada hasil intrinsik,
keinginan setiap anggota organisasi berbeda ekstrinsik dan persepsi karyawan terhadap
satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena pekerjaanya, sehingga kepuasan kerja adalah
setiap anggota suatu organisasi adalah unik tingkat dimana seorang karyawan merasa
secara biologis maupun psikologis dan positif atau negatif tentang berbagai segi dari
berkembang atas dasar proses belajar yang pekerjaan, tempat kerja dan hubungan dengan
berbeda pula (Suprihanto, 2003). teman kerja (Gibson, 2001). Hasil penelitian
Untuk mempermudah pemahaman mengenai hubungan antara kepuasan kerja dan
kinerja yang telah banyak dilakukan selama ini,
motivasi kerja, berikut dikemukakan pengertian
hasilnya tidak konsisten. Misalnya riset yang
motif, motivasi dan motivasi kerja. Abraham
dilakukan oleh Katz et.al. (1951) dalam Fuad
Sperling (dalam Mangkunegara, 2002)
Mas’ud (2002) dari survey Research Center,
mengemukakan bahwa motif didefinisikan
Michigan University dalam perusahaan asuransi
sebagai suatu kecenderungan untuk
membantah pandangan bahwa ada hubungan
beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri
positif antara kepuasan kerja dan kinerja.
(drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Berdasarkan hasil riset Brayfield and Crockett
Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan (1955) dalam Fuad Mas’ud (2002), menyatakan
motif. William J. Stanton (dalam bahwa hanya sedikit bukti adanya hubungan
Mangkunegara, 2002) mendefinisikan bahwa langsung antara kepuasan kerja dan kinerja.
motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang Sedangkan hasil riset yang dikaji ulang oleh
berorientasi kepada tujuan individu dalam Vroom (1964) dalam Fuad Mas’ud (2002),
mencapai rasa puas. Motivasi didefinisikan oleh menunjukkan adanya hubungan yang positif
Fillmore H. Stanford (dalam Mangkunegara, antara kepuasan kerja dengan kinerja, tetapi
2002) bahwa motivasi sebagai suatu kondisi hubungannya tidak begitu kuat.
yang menggerakkan manusia ke arah suatu
tujuan tertentu. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah sebagai
Kepuasan Kerja berikut:
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai H1: Kompetensi berpengaruh terhadap
perasaan senang tidak senang (favorable or kepuasan kerja.
unfavorable) seseorang berkenaan dengan H2: Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja.
pekerjaanya (Davis dan Newstrom, 1989). H3: Motivasi kerja berpengaruh terhadap
Robbins (2001) mendefinisikan kepuasan kerja kepuasan kerja.
sebagai sikap seseorang secara umum terhadap H4: Motivasi kerja berpengaruh terhadap
pekerjaanya. Rivai (2005) menyatakan bahwa kinerja.
kepuasan kerja pada dasarnya bersifat H5: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap
individual. kinerja.

220
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

Kerangka Konseptual Penelitian promosi, kepuasan dengan rekan sekerja,


kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri.
d. Kinerja, merupakan hasil yang dicapai oleh
Kompetensi
(X1) anggota organisasi dalam pekerjaannya menurut
kriteria yang berlaku untuk suatu pekerjaan
2 (As'ad, 1991). Indikator kinerja dalam
1
K penelitian ini adalah: kuantitas kerja, kualitas
kepuasan 5 kinerja kerja, efisiensi, profesional.
3
4
Jenis dan Sumber Data
Motivasi Kerja
(X2) Penelitian ini menggunakan data primer
berupa kuesioner terhadap manajer koperasi
Gambar 1. Kerangka Penelitian yang ada di Kabupaten Jepara untuk menjawab
rumusan masalah penelitian. Selain data primer
METODE PENELITIAN juga digunakan data sekunder yang diperoleh
dari Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan
Penelitian ini merupakan penelitian Pasar Kabupaten Jepara guna penentuan daerah
diskriptif yang bertujuan untuk sampel, ukuran sampel dan alamat kerja
menggambarkan keadaan populasi atau fakta responden (manajer koperasi).
empiris. Keadaan populasi atau fakta empiris
yang akan didiskripsikan dalam penelitian ini Populasi dan Sampel
adalah tentang pengaruh kompetensi, motivasi Populasi yang dipilih adalah manajer
dan kepuasan kerja terhadap kinerja manajer koperasi sebagai unit analisis yang meliputi
koperasi di Jepara. seluruh koperasi yang ada di Kabupaten Jepara
Variabel dan Indikator Penelitian yang tersebar di 16 (enam belas) kecamatan
Variabel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 723 koperasi.
ini meliputi: Kompetensi, Motivasi Kerja, Tabel 1. Jumlah Koperasi di Kabupaten
Kepuasan Kerja dan Kinerja. Jepara
Definisi operasional masing-masing
variabel sebagai berikut: Jumlah
No Kecamatan Persentase
a. Kompetensi, adalah pengetahuan dan Koperasi
pengalaman yang dimiliki pegawai untuk 1 Kedung 40 5,53
melaksanakan pekerjaan yang dapat 2 Pecangaan 50 6,92
memberikan nilai bagi organisasi (Anil Menon, 3 Kalinyamatan 36 4,98
2000). Indikator kompetensi dalam penelitian 4 Welahan 29 4,01
ini adalah: ketrampilan, pengetahuan, 5 Mayong 38 5,26
kemampuan menerima informasi, kemampuan 6 Nalumsari 21 2,90
menyampaikan inisiatif, kemampuan menerima 7 Batealit 29 4,01
sanksi. 8 Tahunan 49 6,78
b. Motivasi kerja, adalah kondisi yang 9 Jepara 135 18,67
berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku yang berhubungan dengan
10 Mlonggo 36 4,98
lingkungan kerja (Ernest L. Mc Cormick dalam 11 Pakis Aji 23 3,18
Mangkunegara, 2002). Indikator motivasi kerja 12 Bangsri 57 7,88
dalam penelitian ini adalah: meningkatkan 13 Kembang 50 6,92
kinerja masa lalu, menikmati tantangan sulit, 14 Keling 77 10,65
menikmati tanggung jawab, membangun 15 Donorojo 49 6,78
hubungan yang erat, menikmati bekerja sama 16 Karimunjawa 4 0,55
dengan orang lain. Total 723 100,00
c. Kepuasan kerja, merupakan sikap (attitude), Sumber: Data sekunder
yang berkaitan dengan perasaan karyawan Teknik pengambilan sampel yang
terhadap pekerjaanya (Gibson, 2001). Indikator
digunakan dalam penelitian ini adalah
Kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah:
kepuasan dengan gaji, kepuasan dengan purposive sampling. Purposive sampling adalah

221
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan Selanjutnya dilakukan seleksi dengan


tertentu (Sugiyono, 1999). menggunakan pertimbangan kedua yaitu
Pertimbangan yang dipergunakan dalam manajer yang masa kerjanya kurang dari 1
penentuan besarnya sampel adalah: Pertama, (satu) tahun tidak bisa digunakan sebagai
manajer yang dijadikan sebagai responden sampel penelitian. Hasil akhir setelah dilakukan
adalah orang yang melaksanakan fungsi penyortiran diperoleh responden yang
manajerial di koperasi yang sudah beroperasi memenuhi kriteria sebanyak 270 responden.
minimal 5 (lima) tahun.
Metode Analisis Data
Kedua, manajer yang dijadikan responden
Analisis data dalam penelitian ini
adalah manajer dengan masa kerja lebih dari 1
dilakukan dengan menggunakan model
tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama
persamaan structural Partial Least Square
kerja adalah dianggap sebagai masa transisi.
(PLS). Adapun tujuan PLS adalah membantu
Penentuan ukuran sampel dalam penelitian
peneliti untuk mendapatkan nilai variabel latent
ini menggunakan rumus sebagai berikut: (Rao,
untuk tujuan prediksi (Ghozali, 2006).
1996)
N
n= HASIL PENELITIAN DAN
1 + N ( moe ) 2 PEMBAHASAN
Dimana:
n : sampel Profil Responden
N : populasi Responden sebesar 270 orang manajer
moe : margin of error (moe ditentukan 5%). koperasi di Kabupaten Jepara dapat
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah dideskripsikan sebagaimana tabel berikut:
sampel yang digunakan minimal 258 manajer
Tabel 2. Karakteristik Responden
koperasi.
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah koperasi yang ada di Kabupaten
Jepara sebanyak 723 unit tersebar di 16 Jenis Kelamin Jumlah Persentase
kecamatan di Kabupaten Jepara. Selanjutnya Laki-laki 248 91,9
dengan pertimbangan letak geografis Perempuan 22 8,1
disesuaikan dengan anggaran biaya penelitian, Jumlah 270 100
terdapat 4 koperasi yang berada di Kecamatan Sumber: Data sekunder
Karimunjawa dieliminasi sehingga tersisa 719
koperasi. Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa
Tahap selanjutnya dilakukan penyebaran dari 270 responden, terdapat 248 orang
kuesioner kepada 719 orang manajer koperasi. responden atau sebesar 91,9% berjenis kelamin
Kemudian dari 719 kuesioner, sebanyak 659 laki-laki, sedangkan 22 orang atau sebesar 8,1%
kuesioner diterima peneliti. Selanjutnya dari berjenis kelamin perempuan. Keadaan ini
659 kuesioner tersebut dilakukan pengambilan menunjukkan bahwa sebagian besar responden
sampel dengan menggunakan metode purposive berjenis laki-laki. Hal ini cukup beralasan
sampling dimana penentuan sampel dilakukan karena dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, manajer koperasi dibutuhkan kemampuan dan
1999). mobilitas serta tanggung jawab seorang laki-
Berdasarkan pertimbangan pertama, laki yang lebih jika dibandingkan dengan
dilakukan eliminasi terhadap 659 responden, perempuan.
yaitu koperasi yang beroperasi berdasarkan
tanggal badan hukumnya kurang dari 5 (lima)
tahun terdapat 124 koperasi. Hasilnya diperoleh
data bahwa koperasi yang sudah beroperasi
minimal lima tahun sejumlah 535 koperasi.

222
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

Tabel 3. Karakteristik Responden ditunjukkan bahwa dari 270 responden yang


Berdasarkan Pendidikan tertinggi adalah yang sudah bekerja sebagai
manajer koperasi selama antara 6 – 10 tahun
Pendidikan Jumlah Persentase
sebanyak 90 responden atau 33% dari total
SLTA 96 36
responden. Sedangkan yang terendah adalah
Diploma (D3) 35 13
bekerja lebih dari 16 tahun, yaitu sebesar 53
Sarjana (Sl) 139 51
responden atau 20%. Kondisi ini menunjukkan
Jumlah 270 100 pengalaman kerja yang dimiliki oleh para
Sumber: Data sekunder koperasi di Kabupaten Jepara adalah cukup
Berdasarkan tabel bahwa 51% responden baik, sehingga dapat menilai sistem dan
atau sebanyak 139 manajer berlatar belakang manajemen koperasi tempat kerjanya.
pendidikan S1 dan merupakan responden
terbesar, kemudian disusul responden Pengujian Hipotesis
berpendidikan SLTA sebanyak 36% atau Tahap pengujian hipotesis ini adalah untuk
sebanyak 96 orang dan terendah adalah berlatar menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
belakang pendidikan Diploma yaitu sebanyak Pengujian hipotesis ini didasarkan atas
13% atau sebanyak 35 orang. Keadaan pengolahan data penelitian menggunakan alat
demikian dipandang cukup menunjang validitas bantu SmartPLS dengan cara membandingkan
jawaban responden. t-statistik dengan t-tabel. Apabila t-statistik
Tabel.4. Karakteristik Responden lebih besar dari t-tabel (Sig 0,05) maka
Berdasarkan Usia hipotesis penelitian yang diajukan diterima dan
sebaliknya.
Persentas
Usia (Tahun) Jumlah
e
25 – 34 37 14
35 – 44 187 69
≥ 45 46 17
Jumlah 270 100
Sumber: Data sekunder
Berdasarkan tabel dapat ditunjukkan
bahwa dari 44 responden yang terbanyak adalah
responden yang berusia antara 35 – 44 tahun
atau sebesar 69% dan terendah adalah berusia
antara 45-54 tahun yaitu sebesar 20%. Hal ini
cukup beralasan karena pada usia 40 tahun
manusia mencapai tahap kematangan cara Gambar 2. Hasil Pengolahan Data
berpikir, dimana hal tersebut sangat diperlukan
untuk menunjang posisi manajer koperasi. Pengaruh Kompetensi Terhadap
Tabel 5. Karakteristik Responden Kepuasan Kerja (Hipotesis 1)
Berdasarkan Lama Bekerja Hipotesis 1 pada penelitian ini adalah
“Kompetensi berpengaruh terhadap kepuasan
Lama Bekerja Persentas kerja”. Berdasarkan tabel Coefficien Parameter
Jumlah
(Tahun) e diketahui bahwa nilai t-statistik 3,194 lebih
2–5 72 27 besar dari t-tabel 1,725 (Sig 0,05), dapat
6 – 10 90 33 diterjemahkan bahwa hipotesis 1 penelitian ini
11 – 15 85 31 diterima, artinya kompetensi berpengaruh
≥ 16 23 9 positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja.
Jumlah Total 270 100 Semakin tinggi kompetensi manajer yang
Sumber: Data sekunder direfleksikan oleh indikator: keterampilan,
Berdasarkan data pada tabel dapat pengetahuan, kemampuan menerima informasi,

223
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

kemampuan menyampaikan inisiatif serta yang dilakukan oleh Rienly Gijoh (2013) yang
kemampuan menerima sanksi, maka akan dapat menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh
memunculkan kepuasan kerja manajer dalam signifikan terhadap kepuasan kerja.
bentuk: kepuasan dengan gaji, sistem promosi,
rekan sekerja, serta kepuasan terhadap Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap
pekerjaan itu sendiri. Kinerja (Hipotesis 4)
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hipotesis 4 dalam penelitian ini adalah
yang dilakukan oleh Rienly Gijoh (2013) yang “Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja”.
menunjukkan pengaruh signifikan kompetensi Berdasarkan tabel Coefficien Parameter
terhadap kepuasan kerja. diketahui bahwa nilai t-statistik 0,958 lebih
kecil dari t-tabel 1,725 (Sig 0,05). Dapat
Pengaruh Kompetensi Terhadap diartikan bahwa penelitian ini membuktikan
Kinerja (Hipotesis 2) bahwa motivasi kerja berpengaruh positif
Hipotesis 2 penelitian ini adalah tetapi tidak signifikan terhadap kinerja
“Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja”. manajer, artinya meskipun manajer memiliki
Berdasarkan tabel Coefficien Parameter motivasi kerja yang tinggi belum tentu
diketahui bahwa nilai t-statistik 0,212 lebih kinerjanya akan meningkat.
kecil dari t-tabel 1,725 (Sig 0,05). Hasil Penelitian ini menunjukkan hasil yang
penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno (2008)
terhadap kinerja manajer, artinya meskipun
yang menyatakan bahwa motivasi kerja
manajer memiliki kompetensi yang tinggi tidak
secara langsung dapat meningkatkan kinerja. berpengaruh positif tetapi tidak
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil signifikan terhadap kinerja perusahaan.
yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ardiana, dkk. (2010) yang menyatakan Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
bahwa kompetensi SDM memiliki hubungan Kinerja (Hipotesis 5)
yang signifikan terhadap kinerja. Hipotesis 5 pada penelitian ini adalah
“Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja”.
Pengaruh Motivasi Terhadap Berdasarkan tabel Coefficien Parameter
Kepuasan Kerja (Hipotesis 3) diketahui bahwa nilai t-statistik 2,069 lebih
Hipotesis 3 penelitian ini adalah “Motivasi besar dari t-tabel 1,725 (Sig 0,05). Dapat ditarik
berpengaruh terhadap kepuasan kerja”. kesimpulan bahwa hipotesis 5 dalam penelitian
Berdasarkan tabel Coefficien Parameter ini diterima, artinya kepuasan kerja
diketahui bahwa nilai t-statistik 4,979 lebih berpengaruh positif dan signifikan terhadap
besar dari t-tabel 1,725 (Sig 0,05). Jadi dapat kinerja. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja
diartikan bahwa hipotesis 3 dalam penelitian ini manajer yang dipengaruhi oleh gaji, sistem
diterima, artinya motivasi berpengaruh positif promosi, rekan sekerja, serta kepuasan terhadap
dan signifikan terhadap kepuasan kerja. pekerjaan itu sendiri akan dapat meningkatkan
Semakin tinggi motivasi kerja yang kinerja manajer dalam bentuk: kuantitas kerja,
direfleksikan dengan indikator: meningkatkan kualitas kerja, efisiensi dan profesionalitas.
kinerja masa lalu, menikmati tantangan sulit,
Hasil penelitian ini sejalan dengan
menikmati tanggung jawab, membangun
penelitian yang dilakukan Fuad Mas’ud (2002),
hubungan yang erat serta menikmati bekerja
yang menunjukkan adanya hubungan positif
sama dengan orang lain, maka akan dapat
antara kepuasan kerja dengan kinerja, tetapi
memunculkan kepuasan kerja manajer dalam
bentuk: kepuasan dengan gaji, sistem promosi, hubungannya tidak begitu kuat. Hasil penelitian
rekan sekerja, serta kepuasan terhadap ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
pekerjaan itu sendiri. Ida Ayu Brahmasari dan Agus Suprayetno
Hasil penelitian ini mendukung penelitian (2008) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja
karyawan berpengaruh positif dan signifikan

224
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan tabel R-square, konstruk


Uji Intervening kepuasan kerja sebesar 0,620 artinya bahwa
Untuk membuktikan apakah kepuasan kepuasan kerja dipengaruhi oleh konstruk
kerja merupakan variabel intervening bagi kompetensi dan motivasi kerja sebesar 62%,
pengaruh variabel kompetensi terhadap kinerja sedangkan 38% dipengaruhi oleh faktor lain
serta pengaruh variabel motivasi terhadap yang tidak diteliti.
kinerja, maka perlu dilakukan uji intervening, Selanjutnya nilai R-square konstruk kinerja
yaitu uji perbandingan nilai kontribusi yang sebesar 0,282 artinya bahwa kinerja
diperoleh dari hubungan langsung antar dipengaruhi oleh konstruk kompetensi, motivasi
variabel dengan hubungan tidak langsung. kerja dan kepuasan kerja sebesar 28%,
Apabila nilai kontribusi yang diberikan sedangkan 72% dipengaruhi oleh faktor lain
hubungan langsung lebih besar dibandingkan yang tidak diteliti.
dengan hubungan tidak langsung, maka
kepuasan kerja bukan sebagai variabel
intervening. Sebaliknya jika nilai kontribusi KESIMPULAN
hubungan tidak langsung lebih besar daripada
hubungan langsungnya, maka kepuasan kerja Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat
merupakan variabel intervening. ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pengaruh Kompetensi dan Motivasi 1. Kompetensi berpengaruh positif dan
Kerja Terhadap Kinerja dengan Intervening signifikan terhadap kepuasan kerja, artinya
Kepuasan Kerja semakin tinggi kompetensi maka akan
Berdasarkan hasil olah data diketahui dapat menimbulkan kepuasan kerja.
bahwa nilai pengaruh langsung antara variabel 2. Kompetensi berpengaruh positif tetapi tidak
kompetensi terhadap kinerja adalah sebesar - signifikan terhadap kinerja, artinya semakin
0,040 sedangkan nilai pengaruh tidak langsung tinggi kompetensi tidak serta merta dapat
antara variabel kompetensi dengan kinerja meningkatkan kinerja.
melalui kepuasan kerja diperoleh nilai sebesar 3. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan
0,145 yang merupakan hasil perkalian (0,356 x terhadap kepuasan kerja, artinya semakin
0,408). Artinya bahwa kepuasan kerja
tinggi motivasi kerja akan dapat
merupakan variabel intervening bagi hubungan
antara kompetensi dengan kinerja. memunculkan kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil olah data diketahui 4. Motivasi berpengaruh positif tetapi tidak
bahwa nilai pengaruh langsung antara variabel signifikan terhadap kinerja, artinya semakin
motivasi terhadap kinerja adalah sebesar 0,184 besar motivasi kerja belum tentu dapat
sedangkan nilai pengaruh tidak langsung antara meningkatkan kinerja.
variabel motivasi dengan kinerja melalui 5. Kepuasan kerja berpengaruh positif dan
kepuasan kerja diperoleh nilai sebesar 0,208 signifikan terhadap kinerja, artinya apabila
yang merupakan hasil perkalian (0,511 x kepuasan kerja semakin meningkat, maka
0,408). Hal tersebut berarti bahwa kepuasan akan dapat meningkatkan kinerja.
kerja juga merupakan variabel intervening bagi 6. Kompetensi dan motivasi kerja tidak
hubungan antara motivasi dengan kinerja. berpengaruh langsung terhadap kinerja
Fakta tersebut dapat diintepretasikan akan tetapi kedua variabel tersebut akan
bahwa untuk meningkatkan kinerja tidak dapat dapat meningkatkan kinerja setelah melalui
dilakukan dengan cara meningkatkan intervensi variabel kepuasan kerja. Hal ini
kompetensi maupun motivasi kerja sebelum berarti bahwa kompetensi dan motivasi
tercapainya kepuasan kerja terlebih dahulu.
Koefisien Determinan kerja tidak dapat meningkatkan kinerja
secara langsung sebelum kepuasan kerja
Tabel 6. R-Square terpenuhi.
R-Square
Kompet
Motivasi
Kepuasan 0,620
Kinerja 0,282
Sumber: Hasil olah data

225
The 3rd University Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

REFERENSI Siagian, S P. 2008. Manajemen Sumber Daya


Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

A. Buku Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis.


Alfabeta. Bandung.
As’ad, M. 1998. Seri Ilmu Sumber Daya
Manusia: Psikologi Industri. Cetakan Suprihanto, J., dkk. 2003. Perilaku
Kedua. Liberty. Yogyakarta. Organisasional. STIE YKPN. Yogyakarta.
Davis, K. 1981. Human Behavior at Work:
B. Artikel Jurnal
Organizational Behavior. Tata McGraw
Hill Publishing Company, Ltd. New Delhi. Ardiana I.D.K.R., Brahmayanti I.A., Subaedi.
2010. Kompetensi SDM UKM dan
Fraser, T.M. 1983. Human Stress Work and Job Pengaruhnya Terhadap Kinerja UKM di
Satisfaction: A critical Approach. Surabaya. Jurnal Manajemen dan
International Labor Organization. Geneva. Kewirausahaan. 12 (1): 42-55.
Mas’ud, F. 2004. Survey Diagnosis Ayu, I.B., Suprayetno A.. 2008. Pengaruh
Organisasional (Konsep dan Aplikasi). Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan
Semarang. Kerja Karyawan serta Dampaknya pada
Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT.
Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modeling
Pei Hai International Wiratama
Metode Alternative dengan Partial Least
Indonesia). Jurnal Manajemen dan
Square (PLS). Badan Penerbit Universitas Kewirausahaan. 10 (2): 124-135.
Diponegoro. Semarang.
Gijoh R. 2013. Motivasi, Kompetensi dan
Gibson, James L, John M. Ivancevich dan Budaya Kerja Pengaruhnya Terhadap
James H. Donnely Jr. 2001. Organisasi Kepuasan Kerja Karyawan Outsourcing
dan Manajemen: Perilaku, Struktur, pada Hotel Sintesa Peninsula Manado.
Proses. Edisi 4. Terjemahan. Erlangga. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Jakarta. Akuntansi. 1 (4): 1963-1973.
Mangkunegara, Prabu A. 2002. Manajemen Menon A., Sundar G. B., Phani Tej Adidam &
Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Steven W. Edison. 1999. Antecendents and
Remaja Rosdakarya. Bandung. Consequences of Marketing Strategi
Making: A Model and a Test, Journal of
Rao, Purba. 1996. Measuring Consumer Marketing. 63: 18-40.
Perceptions Through Factor Analysis. The
Asian Manager. February – March. P. 28-
32.
Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku
Organisasi: Kontroversi, Aplikasi. Edisi
Bahasa Indonesia. Jilid I. Prenhallindo.
Jakarta.
Rivai, V. 2005. Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Perusahaan. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Robert L. Mathis & John H. Jackson. 2001.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Salemba Empat. Jakarta.

226

You might also like