You are on page 1of 14

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No.

2, September 2019

JRPB, Vol. 7, No. 2, September 2019, Hal. 207-220


DOI: 10.29303/jrpb.v7i2.137
ISSN 2301-8119, e-ISSN 2443-1354
Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/

KAJIAN PROSES DAN KARAKTERISTIK KAIN TENUN SERAT ALAMI


TANAMAN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata P.)

The Study of Process and Characteristics of Woven Fabric from Natural Fiber
of Mother-in-law tongue (Sansevieria trifasciata P.) Plant

Lisa Oktavia Br N1,*), Asri Widyasanti1, Ahmad Thoriq1, Asep Yusuf1


1
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,
Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

Email*): Lisaoktavia_napitupulu@yahoo.com

Diterima: Juli 2019


Disetujui: September 2019

ABSTRACT

Sansevieria or known as tongue-in-law plant is an ornamental plant that is quite


popular in Indonesia. This plant is very easily cultivated, easy to grow in areas with less
water and sunlight. This plant contain potential natural fibers used as raw material
requirements for textile industry, specifically in fabric making. The aims of this
research were to analyzed the production process and analyzed the characteristics of
woven fabrics from the leaves of the Sansevieria plant. The method of fibers extraction
used the mechanical decortication process and maked woven fabric used ATBM. The
research method used was descriptive method. Based on the results of the study, it was
known that total fiber yield 1.32%, capacity of decortication machine 1.44 kg/h dan
capacity of ATBM 0.18 cm2/s. The woven fabric of Sansevieria has color characteristics
with a value of L* 69.73; a* 1.86; b* 17.38; H 83.88; tensile strength 46.05 kg (weft)
and 19.96 kg (warp); elongation 22% (weft) and 55.20% (warp); tear strength 19.17 kg
(weft) and 4.60 kg (warp); also the value of air permeability was 116.2 cm3/cm2/s. The
tensile strength value of Sansevieria warp direction for the woven fabric does not meet
the standards of Indonesian National Standard 08-0056-2006 woven fabric quality
requirements for suiting. Therefore, woven fabric produced was suggested for a craft
material.

Keywords: woven fabric, natural fiber, sansevieria

ABSTRAK

Sansevieria atau yang dikenal dengan nama lidah mertua merupakan tanaman hias yang
cukup populer di Indonesia.Tanaman ini sangat mudah untuk dibudidayakan, karena
dapat tumbuh pada daerah yang sedikit air dan cahaya. Tanaman ini mengandung serat
alami yang berpontensi digunakan dalam keperluan bahan baku industri tekstil,
khususnya dalam pembuatan kain. Tujuan dari penelitian ini antara lain menganalisis

207
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

tahapan proses produksi pembuatan kain tenun dan menganalisis karakteristik kain
tenun yang dihasilkan. Pengambilan serat dilakukan dengan menggunakan mesin
dekortikator dan pembuatan kain tenun dilakukan dengan menggunakan Alat Tenun
Bukan Mesin (ATBM). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rendemen total serat kering
sebesar 1,32%, kapasitas kerja mesin dekortikator 1,44 kg/jam dan kapasitas ATBM
sebesar 0,18 cm2/s. Selain itu diketahui bahwa kain tenun lidah mertua memiliki
karakteristik dengan nilai L* 69,73; a* 1,86; b* 17,38; H 83,88; kekuatan tarik kain
arah pakan 46,05 kg dan arah lusi 19,96 kg; mulur arah pakan 22% dan arah lusi
55,20%; kekuatan sobek arah pakan 19,17 kg dan arah lusi 4,60 kg; serta daya tembus
udara 116,2 cm3/cm2/s. Nilai kekuatan tarik kain tenun lidah mertua arah lusi yang
dihasilkan belum memenuhi standar SNI 08-0056-2006 persyaratan mutu kain tenun
untuk setelan. Oleh karena itu, sebaiknya kain tenun yang dihasilkan diperuntukkan
sebagai bahan kerajinan.

Kata kunci: kain tenun, karakteristik, lidah mertua

PENDAHULUAN dan lignin yang cukup tinggi (Suryanto,


dkk., 2014). Oleh karena itu tanaman
Latar Belakang lidah mertua dapat dijadikan sebagai
Tanaman lidah mertua merupakan bahan alternatif serat alam dalam
tanaman hias yang cukup populer di kegiatan industri. Agar dapat dijadikan
Indonesia. Tanaman ini merupakan sebagai bahan baku, tanaman lidah
tanaman hias yang menunjukkan mertua harus melalui proses pengambilan
keanekaragaman warna dan bentuk pada serat. Pengambilan serat dapat dilakukan
daunnya. Selain itu tanaman lidah mertua melalui dua cara yaitu manual dan
termasuk kedalam famili Agavaceae dengan bantuan peralatan mesin
(Lingga, 2005). Tanaman lidah mertua dekortikator (Hidayat, 2008). Proses
merupakan tanaman yang sangat mudah pengambilan serat yang digunakan dalam
untuk dibudidayakan, karena dapat penelitian ini yaitu dengan menggunakan
tumbuh pada daerah yang sedikit air dan mesin dekortikator.
cahaya serta tanpa perlu banyak Serat lidah mertua sudah mulai
perawatan yang diberikan (Santoso, dikembangkan dalam bidang industri
2006). otomotif, salah satunya dijadikan sebagai
Pemanfaatan lidah mertua yang bahan penguat dalam pembuatan material
sering dijumpai hanyalah sebagai komposit polyester (Mardiyati, dkk.,
tanaman hias, namun pada kenyataanya 2016). Kegunaan lain dari serat lidah
tanaman ini memiliki manfaat lain yang mertua yaitu sebagai bahan baku
masih belum banyak diketahui. Tanaman pembuatan pulp (kertas) (Ornamenti,
lidah mertua mempunyai kemampuan 2017), pembuatan tali yang memiliki nilai
menyerap gas polutan (gas udara yang tegangan tarik yang lebih tinggi
berbahaya) (Rosha, dkk., 2013). Selain dibandingkan dengan serat ampas tebu
itu pada daun tanaman ini mengandung dan batang pisang barangan (Imani dkk,
serat alami yang memiliki karakteristik 2005).
yang sama dengan serat daun nanas. Penelitian terkait pembuatan kain
Karekteristik tersebut ialah tidak mudah tenun dari serat lidah mertua belum
rapuh, mengkilat, dan panjang (Imani, banyak dilakukan. Penelitian yang
dkk, 2015). Daun tanaman lidah mertua dilakukan Situmorang (2017) hanya
mengandung komponen kimia selulosa menjadikan serat lidah mertua menjadi

208
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

benang pakan. Begitu juga dengan Tahapan Penelitian


penelitian yang dilakukan Murti (2009) Tahapan yang dilakukan pada
yang hanya melakukan pengujian kain penelitian ini antara lain:
tenun serat lidah mertua yang 1. Persiapan Bahan Baku
dikombinasikan dengan serat kapas Melakukan pemanenan atau
namun tidak melakukan pengukuran pemangkasan daun tanaman lidah mertua
karakteristik serat lidah mertua yang dengan kriteria pemanenan yaitu tinggi
dihasilkan. daun mencapai 40-75 cm dengan
menggunakan pisau. Daun tanaman lidah
Tujuan Penelitian mertua kemudian disortasi dan
Penelitian ini bertujuan: 1) dibersihkan dari kotoran yang terbawa.
menganalisis tahapan proses produksi Selanjutnya daun lidah mertua dilakukan
serat kering berupa nilai rendemen dan pengukuran panjang dan ketebalan daun,
kapasitas kerja mesin, 2) menganalisis selain itu dilakukan penimbangan awal
karakteristik fisik dan mekanik serat lidah untuk dapat menghitung nilai rendemen
mertua, 3) menganalisis karakteristik fisik setiap proses.
dan mekanik kain tenun lidah mertua 2. Pembuatan Serat
yang dihasilkan. Daun tanaman lidah mertua
dilakukan pengambilan serat dengan
METODE PENELITIAN menggunakan mesin dekortikator. Daun
dimasukan ke dalam mesin dekortikator
Waktu dan Tempat sambil memegang ujung daun dengan
Penelitian ini dilakukan pada bulan menggunakan tangan. Proses ini
November 2018 sampai Mei 2019. Proses dilakukan secara berulang hingga
pembuatan serat hingga kain tenun dan menghasilkan serat. Selanjutnya serat
pengujian karakteristik fisik dan mekanik yang dihasilkan dilakukan penimbangan
serat dan kain tenun yang dihasilkan untuk menghitung nilai rendemen. Serat
dilakukan di beberapa lokasi yang yang dihasilkan kemudian dicuci dengan
berbeda. Pengambilan serat dilakukan di menggunakan air bersih dan dilakukan
Industri Kecil Pembuatan Serat Nanas di pengerokan dengan menggunakan kape
Kabupaten Subang, Jawa Barat. untuk membersihkan sisa-sisa limbah
Pengujian kadar air dan warna dilakukan atau zat-zat pengikat serat yang masih
di Laboratorium Pascapanen dan menempel. Serat basah yang sudah bersih
Teknologi Proses, Fakultas Teknologi kemudian dilakukan pengeringan dengan
Industri Pertanian, Universitas menggunakan sinar matahari secara
Padjadjaran, Jawa Barat. Pengujian langsung selama kurang lebih 3-5 hari,
karakteristik fisik dan mekanik dilakukan bergantung pada cuaca. Serat yang telah
di Laboratorium Fisika, Sekolah Tinggi kering kemudian ditimbang untuk
Teknologi Tekstil Bandung, Jawa Barat melakukan perhitungan rendemen dan
dan Pembuatan kain tenun dilakukan di dilakukan pengujian parameter fsik dan
Industri Kecil kain tenun ikat di mekanik serat, meliputi panjang,
Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, diameter, kecerahan, derajat kekuningan,
Jawa Barat kehalusan, uji tarik, mulur, moisture
regain dan kadar air serat.
Bahan 3. Pembuatan Kain
Bahan yang digunakan dalam Adapun prosedur pembuatan kain
penelitian ini yaitu daun tanaman lidah tenun terdiri dari persiapan pertenunan
mertua (Sansevieria trifasciata P.) dan air dan proses pertenunan. Persiapan
yang digunakan dalam pencucian serat. pertenunan secara garis besar terdiri dari

209
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

persiapan ATBM yang akan digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN


dan persiapan bahan baku (benang lusi
dan benang pakan). Adapun proses Karakteristik Bahan Baku
persiapan yang cukup panjang yaitu Daun – daun yang sudah
mempersiapkan benang lusi. Proses dibersihkan dan dikelompokan
persiapan yang dilakukan untuk benang selanjutnya dilakukan pengukuran
lusi terdiri dari proses pengelosan dan dimensi daun. Data dimensi daun
penghanian. Proses pertenunan terdiri disajikan pada Tabel 1.
dari pembukaan mulut lusi, penyisipan
benang pakan diantara benang lusi Tabel 1. Karakteristik bahan baku
dengan menggunakan tangan, pengetekan Aspek Besaran (cm) ± SD
atau merapakatkan benang pakan dengan
menggunakan sisir tenun, terakhir Panjang daun 77,18 ± 7,56
melakukan pergantian tuas atau Ujung 5,76 ± 0,75
penutupan mulut lusi (shed closing). Lebar daun Tengah 6,33 ± 0,87
Pangkal 4,38 ± 1,08
Ujung 3,68 ± 0,50
Pengujian Parameter Tebal daun Tengah 3,39 ± 0,52
Beberapa parameter yang diukur Pangkal 2,99 ± 0,48
dimulai dari persiapan bahan hingga kain
tenun yang dihasilkan antara lain: Berdasarkan Tabel 1 dapat
1. Pengukuran karakteristik bahan baku diketahui bahwa daun tanaman lidah
(panjang, lebar dan tebal daun) mertua memiliki ketebalan rata-rata
2. Rendemen pembuatan serat kering sebesar 0,34 cm, panjang rata-rata sebesar
3. Kapasitas mesin dekortikator 77,18 cm dan lebar rata-rata sebesar 5,49
4. Kadar air metode (AOAC, 2005) cm. Ukuran panjang daun dari tanaman
5. Pengujian sifat fisik serat lidah mertua yang digunakan telah
a. Panjang serat SNI 08-0590-1989 memenuhi persyaratan pengambilan serat
b. Kecerahan (Nurmawati, 2011) dengan menggunakan mesin dekortikator.
c. Kehalusan serat SNI 08-1111-1989 Ukuran panjang daun yang dapat di
d. Moisture regain (Kandungan proses dengan menggunakan mesin
kelembaban) SNI 8100:2015 dekortikator, yaitu minimal 50 cm. Hal
6. Pengujian sifat mekanik serat ini bertujuan agar dalam pengambilan
a. Kekuatan tarik dan mulur serat serat daun-daun tidak tertelan atau
perbundel SNI 08-1112-1989 terbawa ke dalam mesin, sehingga
b. Kekuatan tarik dan mulur serat diperlukan kriteria panjang daun yang
perhelai 08-0618-1989 sesuai. Kondisi daun tanaman lidah
7. Pengujian kapasitas ATBM mertua yang digunakan dalam keadaan
8. Pengujian karakteristik mekanik kain segar dan tidak kering. Daun diproses 1
tenun hari setelah panen.
a. Pengujian kekuatan tarik dan mulur
SNI 08-0276-1989 Kapasitas Kerja Mesin Dekortikator
b. Kekuatan sobek kain (Hitariat dkk, Pengambilan serat dilakukan secara
2005) mekanis dengan menggunakan mesin
c. Pengujian daya tembus udara SNI dekortikator dan prosesnya disebut
08-0988-1989 dengan dekortikasi. Kapasitas kerja mesin
merupakan kemampuan kerja suatu alat
atau mesin dalam (kg) persatuan waktu.
Berdasarkan hasil pengujian kapasitas
kerja mesin sebesar 30,72 kg/jam.

210
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

Kapasitas kerja mesin dekortikator ampas. Ampas tersebut merupakan


dipengaruhi oleh beberapa faktor daging daun atau kulit daun dan juga
diantaranya adalah keterampilan operator, terdapat serat-serat potong yang terbawa
jenis bahan yang digunakan dan kondisi saat proses dekortikasi. Ampas yang
mesin dekortikator. dihasilkan dari daun lidah mertua sebesar
4,84 kg. Daun – daun yang melalui proses
Rendemen Serat pengambilan serat merupakan daun segar
1. Rendemen Parsial dengan kadar air 93,99%.
Rendemen parsial didapatkan dari Serat basah kemudian melewati
rangkaian proses pembuatan serat kering tahap pencucian. Proses pencucian
yang terdiri atas beberapa tahap yaitu dilakukan untuk mengurangi zat pengikat
pengambilan serat, pencucian serat, dan serat (Hidayat, 2008). Rendemen
pengeringan serat. Pengambilan serat pencucian serat tidak bernilai 100%
dilakukan secara mekanis dengan dikarenakan pada proses pencucian dan
menggunakan mesin dekortikator dan pembersihan ini serat dicuci dan
prosesnya disebut dengan dekortikasi. dilakukan pengerokan atau pembersihan
Proses dekortikasi memiliki kelebihan gum yang masih menempel pada serat
yaitu proses pengambilan serat yang dengan menggunakan kape. Selain itu
cepat dan mudah, selain itu tidak dilakukan pemotongan pada ujung serat.
menggunakan bahan kimia yang dapat Pemotongan dilakukan pada ujung serat
merusak lingkungan. Proses pengambilan yang kusut. Pada proses pencucian, nilai
serat dilakukan terhadap daun-daun yang rendemen sebesar 69,89%.
masih segar dan basah (wet condition), Serat yang sudah bersih selanjutnya
hal ini dilakukan untuk memudahkan melewati tahap pengeringan. Pengeringan
pemisahan zat-zat yang ada disekitar serat serat dilakukan di bawah sinar matahari.
dan menghindari kerusakan pada serat. Pengeringan serat memakan waktu antara
Daun yang sudah mulai mengering akan 3-5 hari tergantung pada cuaca saat
menyebabkan daun serta serat akan pengeringan. Rendemen pengeringan
mudah terputus dan rapuh saat proses tidak bernilai 100% dikarenakan terjadi
dekortikasi berlangsung. Hasil penguapan kandungan air di dalam serat.
perhitungan rata-rata rendemen dapat Nilai rendemen parsial yang
dilihat pada Tabel 2. dihasilkan dipengaruhi oleh nilai kadar
air. Pengukuran kadar air dilakukan
Tabel 2. Rendemen parsial terhadap bahan baku, serat basah dan
Proses Rendemen (%) ± SD serat kering. Hasil pengukuran kadar air
bahan baku dan serat dapat dilihat pada
Pengambilan serat 4,74±1,06
Tabel 3.
Pencucian serat 69,89±1,48
Pengeringan serat 40,61±1,25
Tabel 3. Kadar air bahan dan serat
Sampel Kadar air (%) bb ± SD
Rendemen pengambilan serat Bahan baku 93,99 ± 0,20
bernilai 4,74%. Rendemen yang Serat basah 62,04 ± 0,66
dihasilkan cukup besar jika dibandingkan Serat kering 10,79 ± 0,34
dengan tanaman rami yang hanya
berkisar antara 2,5-3% namun masih Rendemen pengeringan serat basah
lebih rendah jika dibandingkan dengan lidah mertua sebesar 40,61%. Semakin
kapas 30%-40% dan kapuk 20% tinggi kadar air serat basah maka akan
(Sukardan, 2016). Pada proses semakin sedikit massa serat kering. Hal
pengambilan serat dengan menggunakan ini diduga karena ada lebih banyak massa
mesin dekortikator akan menghasilkan yang menguap karena berbentuk air

211
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

dibandingan dengan massa padatan. tarik dan mulur perbundel dan perhelai
Kadar air serat kering daun lidah mertua serat, serta nilai tenacity. Hasil dari
sebesar 10,79%. Kadar air serat kering pengukuran karakteristik fisik dan
sangat penting untuk diketahui, karena mekanik serat dapat dilihat pada Tabel 4.
akan berpengaruh pada proses
selanjutnya dan juga umur simpan dari Tabel 4. Karakteristik serat
serat tersebut. Serat kering yang Karaktristik serat Besaran rata-rata ± SD
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1. Panjang serat (cm) 68,40 ± 3,66
L* 67,62 ± 0,34
b* 20,42 ± 0,41
Warna
a* 0,89 ± 0,05
H 87,52 ± 0,16 (Yellow Red)
Kehalusan 6,3 ± 0,2
Diameter (μm) 103,6 ± 0,00
Moisture Regain(%) 11,93 ± 1,52
Kekuatan tarik
24891,6 ± 5770,6
perbundel (g)
Mulur perbundel (%) 20 ± 1,8
Tenacity (g/tex) 33,17 ± 4,07
Kekuatan tarik
364,25 ± 143,10
perhelai (g)
Gambar 1. Serat Kering Lidah Mulur perhelai (%) 7,50 ± 2,60
Mertua
1. Panjang Serat
2. Rendemen total Panjang merupakan salah satu
Rendemen total pada penelitian ini karakteristik atau sifat penting dari serat.
merupakan rendemen produk akhir Setiap serat memiliki struktur bentuk dan
berupa serat kering. Hal ini dikarenakan ukuran yang berbeda-beda bergantung
rendemen dalam pembuatan kain tenun pada sifat seratnya. Sifat serat dalam
dilakukan dengan mengkombinasikan 2 industri tekstil sangat berperan penting,
benang yaitu benang katun dan serat lidah karena sifat serat menentukan bahan
mertua, sehingga perhitungan rendemen tekstil yang diproduksi. Selain itu dengan
pembuatan kain tenun tidak dapat mengetahui sifat serat, dapat menentukan
dihitung. Berdasarkan hasil perhitungan proses pengolahan yang tepat.
didapatkan rendemen total sebesar Berdasarkan Tabel 4 dapat
1,32%. Secara keseluruhan rendemen diketahui panjang serat lidah mertua
total hingga mencapai serat kering ini sebesar 68,40 cm. Panjang serat yang
merupakan rendemen yang cukup rendah. dihasilkan bergantung pada panjang daun
atau bahan baku yang digunakan. Serat
Karakteristik Fisik dan Mekanik Serat lidah mertua memiliki ukuran yang lebih
Karakteristik fisik dan mekanik panjang dibandingkan dengan serat alam
serat merupakan karakteristik yang sangat yang lain seperti serat rami 10,24 cm
penting untuk diketahui. Karekteristik (Novarini, dkk., 2015), serta serat yang
fisik dan mekanik serat akan sudah komersial yaitu serat kapas 2,85
mempengaruhi kain yang akan cm dan serat kapuk 1,60 cm (Sukardan,
dihasilkan. Pengukuran karakteristik fisik dkk., 2016). Nilai panjang serat lidah
serat meliputi panjang serat, diameter mertua termasuk kedalam serat staple
serat, warna, kehalusan serat dan panjang.
moisture regain. Pengukuran
karakteristik mekanik meliputi kekuatan

212
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

kekuningan serat lidah mertua lebih besar


2. Warna dibandingkan dengan derajat kekuningan
Warna merupakan hal yang cukup serat kapuk sebesar 12,7 dan serat kapas
penting untuk diketahui. Berdasarkan sebesar 9,1 (Sukardan, dkk., 2016). Hal
Tabel 4 dapat diketahui bahwa serat lidah ini dikarenakan serat kapas dan kapuk
mertua memiliki nilai kecerahan (L*) merupakan serat yang berasal dari biji,
sebesar 67,62. Hal ini menunjukkan sedangkan serat lidah mertua merupakan
bahwa serat lidah mertua secara visual serat daun yang memiliki gum yang
tampak lebih putih dan cerah. Serat lidah masih menempel. Dari kedua parameter
mertua memiliki nilai yang lebih tinggi kecerahan dan derajat kuning,
dibandingkan serat kapuk yang hanya menunjukkan bahwa serat lidah mertua
memiliki nilai kecerahan (L*) sebesar secara visual tampak lebih putih, cerah
57,2, namun lebih rendah bila dan berkilau.
dibandingkan dengan serat kapas sebesar Nilai a* serat lidah mertua
72 (Sukardan, dkk., 2016). Hal ini menunjukkan nilai yang sangat kecil
dipengaruhi oleh kandungan lignin dari sebesar 0,89. Hal ini menunjukkan bahwa
serat tersebut. Adanya lignin dapat serat lidah mertua tidak memiliki pigmen
menyebabkan warna serat menjadi warna merah yang banyak dan cenderung
kecoklatan. Kandungan lignin pada serat berwarna kuning.
lidah mertua sebesar 3% (Suryanto, dkk., Parameter terakhir dalam
2014), selain itu warna dari serat dapat pengukuran warna yaitu derajat hue (H).
dipengaruhi oleh pigmen alam yang Nilai hue disesuaikan dengan daerah
terkandung didalam serat. Serat lidah kisaran warna kromatisitas sehingga
mertua yang dihasilkan pada penelitian warna dari serat dapat ditentukan. Derajat
ini memiliki nilai kecerahan (L*) yang hue serat daun lidah mertua berwarna
lebih kecil dibandingkan dengan serat yellow red.
lidah mertua dalam penelitian
Situmorang, dkk., (2017), yang direndam 3. Kehalusan Serat
dalam larutan NaOH 5% sebesar 75,29. Kehalusan merupakan salah satu
Untuk menentukan batas respon sifat fisik yang penting dan perlu untuk di
kecerahan apabila serat akan amati. Kehalusan serat merupakan ukuran
dipergunakan untuk kebutuhan tekstil, relatif diameter yang dinyatakan dalam
dapat dibandingkan dengan SNI 08-0280- berat persatuan panjang (BSN, 1989a).
2004 Kain mori primissima. Kain mori Nilai tex yang kecil menunjukkan
merupakan kain tenun kapas dengan semakin halus serat. Semakin kecil nilai
anyaman polos dan tetal rapat, sudah kehalusan serat, maka serat tersebut akan
diputihkan dan tanpa atau diberi semakin ringan. Dalam pembuatan
penyempurnaan kanji, digunakan untuk benang, serat yang halus akan cenderung
bahan batik. Kain mori membutuhkan menghasilkan banyak nep (kusut).
serat dengan syarat kecerahan minimal Semakin kecil nilai kehalusan maka akan
80. Nilai kecerahan dari serat lidah berpotensi sering terjadi putus benang
mertua tidak mencapai 80, oleh karena itu pada saat proses pembuatan roving di
sebaiknya dilakukan peningkatan mesin roving/simplex maupun saat
kecerahan serat. Salah satunya dengan pembuatan benang di mesin ring spinning
bleaching, namun proses ini memerlukan atau open end.
penggunaan bahan kimia. Berdasarkan nilai rata-rata
Berdasarkan Tabel 4 dapat kehalusan pada Tabel 4 diketahui bahwa
diketahui bahwa derajat kekuningan (b*) rata-rata kehalusan lidah mertua sebesar
serat lidah mertua sebesar 20,42. Derajat 6,3 tex. Serat lidah mertua memiliki nilai

213
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

kehalusan yang cukup besar jika dibandingkan serat yang lain. Serat yang
dibandingkan dengan kehalusan serat menyerap air lebih banyak dapat
alam lain yaitu serat rami sebesar 6 denier dikatakan serat tersebut bersifat
atau setara dengan 0,67 tex (Novarini, higroskopis (Soeprijono, dkk., 1973).
dkk., 2015). Nilai kehalusan serat rami Besarnya nilai moisture regain sangat
yang kecil, kemungkinan disebabkan oleh penting dalam industri tekstil dikarenakan
proses pengambilan serat yang berbeda berhubungan dengan kenyamanan
atau melalui proses lain. Menurut (comfort) saat digunakan.
penelitian Kanimozhi (2011) kehalusan Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
serat lidah mertua yang sebesar 9,8 tex. bahwa nilai rata-rata moisture regain
Selain itu menurut penelitian Situmorang, (MR) lidah mertua sebesar 11,93%. Serat
dkk., (2017) kehalusan serat lidah mertua ini memiliki nilai moisture regain (MR)
yang melalui proses perendaman dengan yang lebih besar, jika dibandingkan
air tanpa tambahan larutan NaOH bernilai dengan kapuk 8% dan kapas 8,5%
7,6 tex, perlakuan perendaman dengan (Sukardan, dkk., 2017). Namun, nilai
larutan NaOH 5% bernilai 5,2 tex serta moisture regain serat lidah mertua lebih
perlakuan perendaman dengan larutan kecil jika dibandingkan dengan serat rami
NaOH 10% bernilai 3,8 tex. Penggunaan yaitu sebesar 12% (Novarini, dkk., 2015).
larutan NaOH menyebabkan serat Serat lidah mertua memiliki nilai
bertambah halus, namun penggunaan moisture regain yang cukup besar. Hal ini
bahan kimia akan berdampak buruk pada menunjukkan bahwa serat lidah mertua
lingkungan. memiliki kemampuan menyerap air yang
lebih cepat dibandingkan serat alam
4. Diameter Serat lainya seperti kapas dan kapuk, namun
Kehalusan pada serat tekstil dapat apabila nilai MR dari suatu serat terlalu
menunjukkan besar kecilnya diameter tinggi kemungkinan dapat menyebabkan
serat. yang merupakan konversi hasil dari umur simpan yang lebih pendek, karena
nilai kehalusan (tex) menjadi nilai Ne dan nilai kadar air serat akan bertambah.
kemudian di konversi menjadi diameter.
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui 6. Kekuatan Tarik dan Mulur
bahwa diameter rata-rata serat lidah Perbundel
mertua sebesar 103,6 μm. Semakin kecil Kekuatan tarik dan mulur
diameter serat maka semakin halus serat. merupakan salah satu sifat serat yang
Hal ini dikarenakan kehalusan merupakan sangat penting untuk diketahui. Kekuatan
perbandingan panjang terhadap berat tarik perbundel merupakan kekuatan
serat. Menurut penelitian Kanimozhi putus atau kemampuan perbundel serat
(2011) diameter serat lidah mertua yang untuk menahan beban putus. Selain itu
melalui proses water retting dalam kekuatan tarik dapat dikonversi menjadi
pengambilan seratnya sebesar 120 μm. tegangan spesifik atau tenacity yang
merupakan kekuatan tarik yang
5. Moisture Regain dinyatakan dalam gaya per kehalusan
Moisture regain merupakan indeks serat. Mulur serat merupakan kemampuan
karakteristik kemampuan sorpsi uap air di serat bertambah panjang ketika ada beban
udara (kelembaban), yang juga tarik yang dialami serat tersebut sebelum
merefleksikan karakteristik struktur serat. putus. Oleh karena itu, istilah mulur
Nilai moisture regain dinyatakan dalam seringkali dinyatakan dalam mulur saat
%. Hampir semua serat menyerap air putus dengan satuan %, yang
sampai batas tertentu. Beberapa macam menunjukkan pertambahan panjang
serat menyerap uap air lebih banyak

214
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

sebelum putus dibandingkan panjang akan dihasilkan. Semakin besar kekuatan


awal. serat maka akan semakin kuat benang dan
Berdasarkan Tabel 4 dapat kain yang dihasilkan. Mulur serat
diketahui bahwa nilai rata-rata kekuatan perhelai merupakan pertambahan panjang
tarik perbundel serat lidah mertua sebesar serat selama pengujian dinyatakan dalam
24891,6 gram. Serat lidah mertua persen.
menunjukan nilai kekuatan tarik yang Berdasarkan Tabel 4 diketahui
tinggi, hal ini dikarenakan kandungan bahwa nilai rata-rata kakuatan tarik
selulosa pada serat yang tinggi. perhelai serat lidah mertua sebesar 364,25
Kandungan selulosa pada serat g. Serat lidah mertua memiliki kekuatan
mempengaruhi karakteristik serat. tarik perhelai yang lebih besar
Semakin tinggi kadar selulosa maka dibandingkan dengan serat rami 35,1 g
semakin baik mutu serat tersebut (Imani, (Novarini, dkk., 2015). Nilai kekuatan
dkk., 2015). Serat tanaman lidah mertua tarik perhelai serat lidah mertua dalam
ini memiliki kadar selulosa yang tinggi penelitian ini lebih besar jika
hingga mencapai 79% (Ornamenti, 2017). dibandingkan dengan nilai kekuatan tarik
Serat lidah mertua memiliki nilai perhelai serat lidah mertua dalam
tenacity sebesar 33,17 g/tex. Tenacity penelitian Situmorang, dkk., (2017),
adalah parameter tekstil yang masih sebesar 112 g dengan perlakuan
berhubungan dengan kekuatan suatu perendaman NaOH dan 144 g dengan
material tekstil. Semakin kecil ukuran perlakuan perendaman air tanpa larutan
serat namun kekuatannya tinggi, maka NaOH. Hal ini menunjukan, proses
serat tersebut dikatakan memliki tenacity pengambilan serat dengan proses manual
yang tinggi. perendaman atau watter retting dan
Sifat mulur serat tekstil sangat tambahan larutan kimia NaOH dapat
berguna, mengingat banyak sekali beban menurunkan nilai kekuatan tarik serat.
tarik yang dialami serat pada proses- Berdasarkan Tabel 4 diketahui
proses pemintalan, pertenunan sampai bahwa nilai rata-rata mulur perhelai serat
proses penyempurnaan. Berdasarkan lidah mertua sebesar 7,50%. Nilai rata-
Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai rata- rata mulur serat lidah mertua termasuk
rata mulur perbundel serat lidah mertua tinggi dibandingkan dengan nilai mulur
sebesar 20%. Semakin besar nilai mulur kapas sebesar 8% dan kapuk sebesar
suatu serat yang akan dijadikan sebagai 3,8% (Sukardan, 2016) serta lebih besar
kain maka semakin bagus serat tersebut. dibandingkan dengan nilai mulur serat
Hal ini dikarenakan jika serat tekstil rami sebesar 4,14% (Novarini, dkk.,
mempunyai mulur kecil, maka ketika ada 2015). Hal ini menunjukkan bahwa serat
beban tarik yang kecil pun serat akan daun lidah mertua memiliki sifat elastis
mudah putus sehingga kurang baik yang tinggi sehingga apabila melalui
digunakan sebagai serat tekstil proses atau tahap selanjutnya tidak akan
peruntukan bahan baku pakaian (Noerati, mudah putus. Jika peruntukan serat
dkk., 2013). sebagai benang maka semakin kecil
tingkat mulur serat maka akan berakibat
7. Kekuatan Tarik dan Mulur Perhelai pada rendahnya mulur benang yang akan
Kekuatan tarik perhelai serat dihasilkannya. Menurut Saroso dan
merupakan kekuatatan yang besarnya Darmono (2002), serat yang memiliki
sama dengan beban yang dapat ditahan nilai mulur yang tinggi, apabila melalui
oleh serat tersebut sampai putus. Nilai tahap pemintalan maka akan
kekuatan tarik sangat perlu diketahui menghasilkan benang yang halus.
karena akan mempengaruhi produk yang

215
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

Proses Pembuatan Kain Tenun


Kain tenun yang dihasilkan dari
penelitian ini merupakan kain tenun yang
terdiri dari kombinasi 2 benang 50% -
50%. Benang yang digunakan pada arah
lusi merupakan benang kapas atau katun
dengan nomor benang Ne1 20/2 dan
benang yang digunakan pada arah pakan
merupakan serat alam lidah mertua yang
diperoleh dari proses dekortikasi. Benang Gambar 2. Kain Tenun Lidah Mertua
katun merupakan benang yang terbuat 1. Kapasitas ATBM
dari serat kapas. Benang katun yang Kapasitas ATBM sangat
digunakan pada penelitian ini merupakan dipengaruhi oleh keterampilan operator
benang katun grey. Benang katun grey dan juga jenis benang yang digunakan
merupakan benang kapas yang tidak dalam pembuatan kain tenun. Kapasitas
mengalami proses pemutihan dan ATBM dalam pembuatan kain tenun
pewarnaan, sehingga warnanya masih lidah mertua sebesar 0,18 cm2/s.
alami. Hal ini dikarenakan benang yang Kapasitas kerja ATBM ini bergantung
diperuntukan pada arah lusi harus pada tebal dari pilinan serat yang akan
memiliki panjang minimal 15 meter. digunakan, semakin besar ukuran pilinan
Serat lidah mertua yang dihasilkan akan atau puntiran serat maka proses pertenuan
sulit jika dijadikan benang lusi akan semakin cepat dengan menghasilkan
dikarenakan serat lidah mertua kain yang lebih panjang. Faktor lain yang
merupakan jenis benang staple, yaitu mempengaruhi kapasitas kerja ATBM
benang yang memiliki ukuran pendek, adalah panjang dan pendeknya serat yang
sehingga akan membutuhkan waktu yang digunakan. Jika serat tersebut panjang
sangat lama dalam pembuatannya. Tidak maka akan lebih memudahkan proses
hanya itu, untuk membuat benang lusi penenunan.
dibutuhkan benang yang sangat banyak.
Kain tenun yang dihasilkan Karakteristik Kain Tenun
merupakan kain tenun dengan tipe Karakteristik kain tenun perlu untuk
anyaman dasar atau polos. Kain tenun diketahui, hal ini bertujuan untuk dapat
lidah mertua sebesar 208 cm x 35 cm. menentukan peruntukan kain.
Untuk mencapai panjang dan lebar Karakteristik kain tenun yang diuji dalam
tersebut, kain tenun lidah mertua penelitian ini terdiri dari warna kain,
menggunakan kombinasi serat lidah kekuatan tarik dan mulur, kekuatan sobek
mertua sebanyak 171 gram dan benang serta daya tembus udara. Data
katun grey sebanyak 55,1 gram. Kain karakteristik kain tenun lidah mertua
tenun yang dihasilkan dapat dilihat pada dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 2.
Tabel 5. Karakteristik kain tenun
Parameter Rata-rata ± SD
L* 69,73 ± 0,12
b* 17,38 ± 0,09
Warna a* 1,86 ± 0,09
83,88 ± 0,26
H
(Yellow red)

216
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

Kekuatan tarik Arah pakan 46,05 ± 11,97 nilai rata-rata kekuatan tarik kain lidah
kain (kg) Arah lusi 19,96 ± 2,49 mertua pada arah pakan sebesar 46,05 kg
Arah pakan 22,00 ± 20,85 dan arah lusi sebesar 19,96 kg. Nilai
Mulur (%)
Arah lusi 55,20 ± 1,74 kekuatan tarik kain tenun lidah mertua
Kekuatan Sobek Arah pakan 19,17 ± 1,04 pada arah pakan telah memenuhi SNI 08-
(kg) Arah lusi 4,60 ± 0,45 0056-2006 persyaratan mutu kain tenun
untuk setelan dengan minimal 186 N atau
Daya tembus udara (cm3/cm2/s) 116,2
19 kg, namun untuk kekuatan tarik arah
lusi pada kain lidah mertua tidak
1. Warna Kain Tenun mencapai nilai persyaratan mutu kain
Pengujian warna kain tenun yang tenun untuk setelan yaitu nilai kekuatan
dihasilkan terdiri dari nilai L*, a*, b* dan tarik arah lusi minimal 226,5 N atau 23
H. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa kg. Oleh karena itu, sebaiknya kain tenun
nilai kecerahan (L*) kain tenun lidah yang dihasilkan tidak diperuntukan untuk
mertua sebesar 69,73. Nilai kecerahan setelan atau kain sandang, namun dapat
kain tenun lidah mertua mengalami digunakan sebagai bahan untuk kerajinan.
peningkatan dari nilai kecerahan seratnya. Berdasarkan Tabel 5 dapat
Hal ini dikarenakan kain tenun yang diketahui nilai mulur kain lidah mertua
dihasilkan merupakan kombinasi dengan pada arah pakan sebesar 22% dan arah
benang kapas yang memiliki nilai lusi sebesar 55,2%. Nilai mulur kain lidah
kecerahan yang lebih tinggi. mertua dalam penelitian ini lebih besar
Nilai a* dari kain lidah mertua jika dibandingkan dengan nilai mulur
yaitu bernilai positif dan menunjukkan pada kain lidah mertua dalam penelitian
nilai yang cukup kecil. Hal ini Murti (2009) sebesar 28,37% untuk arah
dikarenakan tidak adanya pigmen warna pakan dan 13,25% untuk arah lusi.
merah di dalam kain maupun serat yang
digunakan. 3. Kekuatan Sobek Kain Tenun
Nilai b* yang dihasilkan dari kain Kekuatan sobek kain merupakan
lidah mertua sebesar 17,38. Hal ini daya tahan kain terhadap sobekan. Nilai
menunjukkan bahwa kain yang dihasilkan kekuatan sobek kain memiliki satuan kg.
memiliki warna kuning. Nilai b* pada Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa
kain tenun mengalami penurunan nilai kekuatan sobek kain lidah mertua
dibandingkan dengan nilai b* pada serat, arah pakan sebesar 19 kg dan arah lusi
hal ini dikarenakan penambahan benang sebesar 4,60 kg. Kekuatan sobek pada
katun atau kapas yang memiliki nilai kain lidah mertua dalam penelitian ini
b*sangat kecil dan memiliki visual yang lebih besar jika dibandingkan dengan
tampak lebih putih. nilai kekuatan sobek kain lidah mertua
Parameter terakhir dalam pengujian dalam penelitian Murti (2009) yaitu
warna adalah derajat hue (H). Nilai H sebesar 7,359 kg, sedangkan arah lusi
disesuaikan dengan daerah kisaran warna sebesar 4,20 kg. Kain lidah mertua ini
kromatisitas sehingga warna dari serat telah memenuhi atau mencapai nilai
dapat ditentukan. Nilai H dari kain tenun persyaratan SNI 08-0056-2006 mutu kain
lidah mertua memiliki warna yellow red. tenun untuk setelan dengan nilai minimal
14,7 N atau 1,5 kg arah lusi dan pakan.
2. Kekuatan Tarik dan Mulur Kain Sehingga saat dilakukan proses lebih
Tenun lanjut, kain tidak mudah sobek.
Kekuatan tarik kain merupakan
daya tahan kain terhadap tarikan.
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa

217
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

4. Daya Tembus Udara Kain Tenun


Pengujian daya tembus udara kain UCAPAN TERIMAKASIH
dilakukan untuk mengetahui volume
udara yang dapat melalui kain pada suatu Ucapan terimakasih disampaikan
satuan luas dengan tekanan tertentu. Pada kepada Ibu Asri Widyasanti, S.TP.,
pegujian ini menunjukkan semakin kecil M.Eng dan Bapak Ahmad Thoriq, S.TP.,
nilai yang diperoleh maka akan semakin M.Si yang telah membantu membiayai
baik kain yang dihasilkan. penelitian ini melalui skema penelitian
Berdasarkan data Tabel 5 diketahui mandiri.
bahwa kain dari serat lidah mertua
memiliki daya tembus udara sebesar DAFTAR PUSTAKA
116,2 cm3/cm2/s. Serat lidah mertua
memiliki fisik yang lebih kecil dan halus AOAC (Association of Official Analytical
sehingga proses pengetekan pada ATBM Chemists). (2005). Official Methods
menghasilkan anyaman yang lebih rapat. of Analysis. Association of Official
Analytical Chemists. Benjamin
KESIMPULAN DAN SARAN Franklin Station. Wahington.
BSN (Badan Standardisasi Nasional).
Kesimpulan (1989a). SNI 08-1111-1989 Cara
Berdasarkan hasil penelitian yang uji kehalusan serat batang. BSN.
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Jakarta.
rendemen total serat kering lidah mertua BSN (Badan Standardisasi Nasional).
sebesar 1,32%. Kapasitas pengambilan (1989b). SNI 08-1112-1989 Cara
serat dengan menggunakan mesin uji kekuatan tarik dan mulur serat
dekortikator untuk daun lidah mertua batang per bundel. BSN. Jakarta.
sebesar 30,77 kg/jam sedangkan kapasitas BSN (Badan Standardisasi Nasional).
pertenunan dengan menggunakan mesin (1989c). SNI 08-0590-1989 Cara
ATBM sebesar 0,18 cm2/s. uji panjang serat buatan bentuk
Serat lidah mertua yang dihasilkan staple (cara perhelai). BSN. Jakarta.
menunjukan nilai kadar air serat kering BSN (Badan Standardisasi Nasional).
sebesar 10,79%; panjang serat 68,40 cm; (1989d). SNI 08-0618-1989 Cara
diameter serat 103,6 μm; kecerahan (*L) uji kekuatan tarik dan mulur serat
67,62; derajat kuning (*b) 20,42; nilai buatan bentuk stapel. BSN. Jakarta.
(*a) 0,89; nilai Hue (H) 87,52; kehalusan BSN (Badan Standardisasi Nasional).
6,3 tex; moisture regain 11,93 %; (1989e). SNI 08-0276-1989 Cara
kekuatan tarik perbundel 24891,6 g; uji kekuatan tarik dan mulur kain
mulur perbundel 20%; tenacity 33,17 tenun. BSN. Jakarta.
g/tex; kekuatan tarik perhelai 364,25 g; BSN (Badan Standardisasi Nasional).
serta mulur 7,5%. (1989f). SNI 08-0988-1989 Cara uji
Karakteristik kain tenun yang daya tembus udara pada kain. BSN.
dihasilkan memiliki nilai L* sebesar Jakarta.
69,73; a* 1,86; b* 17,38; H sebesar BSN (Badan Standardisasi Nasional).
83,88; kekuatan tarik arah pakan sebesar (2006). SNI 08-0056-2006
54,46 kg dan lusi sebesar 18,63 kg; mulur Persyaratan mutu kain tenun untuk
kain arah pakan 14,53% dan arah lusi setelan. BSN. Jakarta.
44,02; kekuatan sobek arah pakan sebesar BSN (Badan Standardisasi Nasional).
21,67 kg dan arah lusi 2,98 kg; serta nilai (2015). SNI 8100:2015 Cara uji
daya tembus udara sebesar 186,40 kadar lembab (moisture content
cm3/cm2/s.

218
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

atau moisture regain). BSN. Nivea S. Gaud) sebagai bahan baku


Jakarta. industri tekstil dan produk tekstil
Hidayat, P. (2008). Teknologi dan tekstil teknik. Arena Tekstil.
pemanfaatan serat daun nanas Vol. 30 (2): 113-122.
sebagai alternatif bahan baku Ornamenti, Z.I. (2017). Pembuatan pulp
tekstil. Teknoin. Vol. 13 (2), 31-35. dari serat lidah mertua
Hitariat, N., Susyami, M., Widayat, & (Sansevieria) dengan menggunakan
Totong. (2005). Bahan ajar praktek proses soda. Skripsi. Universitas
evaluasi tekstil III (evaluasi kain). Muhammadiyah Surakarta.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Surakarta.
Bandung. Rosha, P.T., Fitriyana, M.N., Ulfa, S.F &
Imani, D., Lukman, A., & Saipul, D. Dharminto. (2013). Pemanaatan
(2015). Tali serat berbahan dasar sansevieria tanaman hias penyerap
serat alami tanaman lidah mertua polutan sebagai upaya mengurangi
(Sansevieria trifasciata laurentii). pencemaran udara di kota
Jurnal Rekayasa Pangan dan Semarang. Jurnal Ilmiah
Pertanian. Vol. 4 (4): 579 -585. Mahasiswa. Vol. 3 (1): 1-6.
Kanimozhi, M. (2011). Investigating the Santoso, H.B. (2006). Kiat Mengatasi
physical characteristic of Permasalahan Tanaman. PT.
sansevieria trifasciata fibre. Agromedia Pustaka. Jakarta.
International Journal of Scientific Saroso, B., & Darmono. (2002).
and Research Publication 1. Vol. 1: Pascapanen, ginning dan klasifikasi
1 - 4. mutu kapas. Monograf Balittas.
Lingga, L. (2005). Sansevieria. PT. Vol. 1 (7): 203-210
Gramedia Pustaka. Jakarta. Situmorang, N., Saipul, B.D. & Sulastri,
Mardiyati, S., Raden, R., & Ikhsan, P. P. (2017). Uji karakteristik fisik
(2016). Sifat mekanik komposit serat alami tanaman lidah mertua
polipropilena berpenguat serat (Sansevieria trifasciata P.) pada
Sansevieria unidirectional. Jurnal pembuatan benang pakan. Jurnal
Mesin. Vol. 25 (2): 73 – 82. Rekaya Pangan dan Pertanian.
Murti, S.R. (2009). Kajian kualitas Vol. 5 (3): 609 – 625.
kekuatan sobek dan mengkeret kain Soeprijono, P., Poerwanti, Widayat, &
dari kombinasi serat lidah mertua Jumaeri. (1973). Serat-serat tekstil.
(Sansevieria) dan serat kapas. Institut Teknologi Tekstil.
Skripsi. Universitas Negeri Bandung.
Semarang. Semarang. Sukardan, M.D., Dikdik, Puri, Cahyadi &
Nurmawati, R. (2011). Pengembangan Eva. (2016). Karakteristik serat dari
Metode Pengukuran Warna tanaman biduri (Calotropis
Menggunakan Kamera CCD gigantea) dan identifikasi
(Charge Coupled Device) dan kemungkinan pemanfaatannya
Image Processing. Institut sebagai serat tekstil. Arena Tekstil.
Pertanian Bogor. Bogor. Vol. 31 (2): 51-62.
Noerati, Gunawan, Ichwan, M., & Atin. Suryanto, H., Marsyahyo, E., Irawan,
(2013). Bahan Ajar Pendidikan dan Y.S. & Soenoko, R. (2014).
Latihan Profesi Guru (PLPG) Morphology, Structure, and
Teknologi Tekstil. Sekolah Tinggi Mechanical Properties of Natural
Teknologi Tekstil. Yogyakarta. Cellulose Fiber from Mendong
Novarini, E., & Sukardan, M.D. (2015). Grass (Fimbristylis globulosa).
Potensi serat rami (Boehmeria

219
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 2, September 2019

Jurnal of Natural Fibers. Vol. 11


(4): 333-351.

220

You might also like