You are on page 1of 7

KARAKTERISASI DAN UJI-PENGOLAHAN

(TREATABILITY TEST) AIR LIMBAH TEKSTIL


SECARA BIOLOGI
Milono Poesponegoro
Puslitbang Kimia Terapan - LlPI
JI. Cisitu-Sangkuriang, Bandung 40135

INTI SARI ABSTRACT


Karakterisasi dan uji-pengolahan air limbah tekstil secara Characterization and treatability test of textile wastewater
biologi telak dlteliti. Contoh-conton air limbah tekstil diperoleb using biological process were studied. Samples of the wastewater
dari sebuab industri blue-jeans di Bandung. Hasil analisis kimia were obtainedfrom a local blue-jeans textile industry in Bandung.
menunjukkan bahwa di samping mempunyai nilai pH yang tinggl; Results of chemical analysis indicated that beside the textile
air Iimbah tekstil juga mengandung cemaran kimia dengan kon- wastewater showed a high pH value, it contained chemical
sentrasi yang tinggi. Didapatkan bahwa air limbah tekstil blue- pollutant in high concentrations. It was found that the textile
jeans mempunyai nilai pH yang tinggi (PH 12,6), berwama biru wastewater of blue jeans has a pH value of 12.6, deep blue
pekat (OD = 0,80 - 0,88), dengan konsentrasi yang tinggi untuk coloured with optical density of 0.80 - 0.88; high in solid con-
zat padat terlarut (4526 - 4897 mgfl), zat padat tersuspensi (2205 centrations with the concentration of soluble solids, suspended
- 2412 mg/l), dan kadar abu (2704 - 3074 mg/l); kandungan solids and ash content of respectively 4526 - 4897 mgfl, 2205 -
COD danBOD5 masing-masing adalah 376 -1538 mg]l dan 143 2412 mgll, and 2704 - 3074 mgfl; COD of 376 - 1538 mgll and
- 575 mgfl. Nisbah BOD5/COD sekitar 0,32 - 0,45 dengan nilai BOD5 of 143 - 575 mgfl. The ratio of BODs/COD was about 0.32
rata-rata 0,38. - 0.45 with an average value of 0.38.
Kandungan bahan organik contoh-contok air limbah tekstil The concentration of organic materials varied widely from
sangat bervariasi dengan nilai nisbah BOD5/COD kurang dari
sample to .sample, with a value of the BODs/COD ratio of less
50%. Uji-pengolahan dengan menggunakan teknik labu-kocok than 50%. Tretability test of textile wastewater using shake-flask
menunjukkan bahwa air limbah tekstil tersebut dapat diolali
technique showed that the textile wastewater could be treated
secara biologi apabila di dalam air limbah tekstil tersedia cukup
successfully by aerobic biological process when a proper balance
nutrien dan jasad renik. Pengolahan awal air limbali tekstil
of nutrients and suitable organisms were available. Chemical
dengan flokulasi kimia dapat menurunkan laju penguraian bahan
flocculation pre-trentment was found to lower the rate of
organik di dalam air limbah tekstil. Didapatkan bahwa setelali 3
biological degradation of organic materials contained in the
hari lnkubasi, kecepatan rata-rata penguralan bahan organik
textile wastewater. It was found that after 3 days of incubation,
mencapai 174 mglllhari untuk air limbah tekstil yang tidak
the mean rate of organic degradation reached 174 mglllday for
diendapkan terlebik dahulu dengan tawas, dan hanya 10
the textile wastewater which received no flocculation pre-
mglllhari untuk air limbah tekstil yang diendapkan terlebik
treatment with alum, and only 10 mglllday for that which received
dahulu dengan tawas. Penambahan nutrien (nitrogen dan fosfor)
flocculation pre-treatment with alum. The addition of nutrient
ke dalam air limbali tekstil yang tidak diendapkan dengan tawas
(nitrogen and phosphorous) to the textile wastewater without
telah meningkatkan kecepatan rata-rata penguraian bahan
flocculation pre-treatment increased the mean rate of organic
organik dari 174 mglllhari menjadi 240 mglllhari. Didapatkan
degradation from 174 mglllday to 240 mglllday after 3 days of
pula bahwa penambahan nutrien dan inokulum bakteri ke dalam
incubation. It was also found the nutrient addition and bacterial
air limbab tekstil yang tidak diendapkan dengan tawas
inoculum to the textile wastewater without flocculation pre-
meningkatkan kecepatan rata-rata penguraian bahan organik
treatment increased the mean rate of organic degradation from
dari 174 mglllhari menjadi 247 mglllhari, setelali 3 hari inkubasi.
174 mglllday to 247 mglllday, after 3 days of incubation.
Uji-pengolahan air limbali tekstil secara biologi dengan
menggunakan kolom-aerasi (perforated-plate column) memper- Treatability test of textile wastewater by a contlnouous culture
lihatkan bahwa nilai COD efluen terus menerus turun hingga technique using perforated-plate column showed that the COD of
tercapai keadaan stasioner setelab 50 jam proses kontinu, dan effluent was constantly dropped and achieved a stationary con-
pada kondisi stasioner proses kontinu menghasilkan efluen dition after 50 hours of the continous process, and at the
dengan nilai COD dibawah 100 mgfl. Proses kontinu dengan stationary phase the continuous process produced effluent with
waktu-tinggal hidrolik (8)2,0 hari menghasilkan efluen dengan COD values of less than 100 mgll. Continuous process with a
nilai COD 77 mgfl. Penurunan waktu-tinggal hidrolik ternyata hydraulic retention time (0) of 2.0 day produced effluent with ~
tidak terlalu berpengaruli pada nilai COD efluen yang diperoleh; COD value of 77 mgll. Reducing the hydraulic retention time did
yaitu 72 mg]l untuk 0 = 1,0 hari dan 56 mg]l untuk 0 = 0,5 hari. not much affect the COD value of the effluent, i.e 72 mgfl for 0 =
Hal ini mungkin erat kaltannya dengan tercapainya efisiensi 1.0 day, and 56 mgll for 0 = 0.5 day. This could probably due to
pengolahan yang maksimum, yaitu sekitar 71% untuk waktu- the achievement of the maximum efficiency of treatment, t.e.
tinggal hidrolik 0,5 - 2,0 hari. about 71% for the hydraulic retention time of 0.5 - 2.0 day.

JKTI, VOL. 7, No. 1-2, Desember 1997 33


PENDAHULUAN dengan proses fisiko-kimia maupun dengan proses biologi.
Pengolaban fisiko-kimia dilakukan secara flokulasi dengan
Industri tekstil didefinisikan sebagai industri yang menggunakan tawas, dan pengolaban biologi dilakukan
bergerak dalam bidang pertekstilan sandang, mulai dari secara aerobik dengan teknik labu-kocok dan teknik kolom-
industri pengbasil baban baku serta tekstil bingga industri aerasi.
pengbasil pakaian jadi dan industri pengbasil barang-
barang tekstil lainnya [1]. Data kepustakaan [2] me-
nunjukkan babwa pada tabun 1986/1987 tercatat sebanyak BAHAN DAN METODA
1844 industri tekstil tersebar di Jawa, Sumatra, Sulawesi
Bahan-Bahan Kimia.
dan Bali. Setengab dari jumlab industri tekstil yang ada di
Indonesia berlokasi di Jawa Barat (917 buah, atau 49,7%), Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian
yang sebagian besar berupa industri pertenunan (40,7%), ini adalab dari jenis pro-anal isis, kecuali jika dinyatakan
industri pencelupan/penyempurnaan/pencapan (17,7%), lain.
disusul kemudian oleh industri perajutan (15,7%) dan
industri pakaian jadi (11,5%). DK! Jakarta menempati Medium Asetat.
urutan kedua setelah Jawa Barat, dengan jumlah industri Komposisi medium Asetat-cair (PH 6,5) yang diguna-
402 buah (21,8%), kemudian Jawa Tengab291 buah kan dalam penelitian ini adalab sebagai berikut: Na-Asetat
industri (15,8%). (lOg/l), NH4CI (5g/l), MgS04.7H20 (0,5g/l), KH2P04
Industri tekstil nasional tidak saja telah mampu (1,5g/l), yeast extract (5g/l), FeS02.7H20 (l,Omg/l),
memenuhi kebutuhan tekstil dalam negeri, tetapi produk MnS04.4Hp (0,1 mg/l), ZnS04.7H20 (0,1 mg/l),
industri tekstil bahkan telab menempati peringkat kedua CUS04.7H20 (0,1 mg/l),
sebagai produk andalan ekspor non-migas setelah kayu Medium Asetat-agar dibuat dengan komposisi yang
lapis [2]. Pada tahun 1987 produk industri tekstil mencapai sarna dengan Medium Asetat-cair, banya saja ditambab
Iebih dari US$ 1,0 milyar, dan diproyeksikan untuk meraih dengan Difco-agar sebanyak 15 g/l.
nilai ekspor sebesar US$ 6,0 milyar pada tahun 1996.
Pesatnya perkembangan industri tekstil di Indonesia Organisme.
menimbulkan beban pencemaran kimia yang tinggi ter- Organisme pengolab air limbab yang digunakan dalam
hadap lingkungan, sehingga memerlukan upaya penangan- penelitian ini adalah bakteri PL-Ol koleksi Puslitbang
an sungguh-sungguh baik dari pihak industri maupun dari Kimia Terapan - LIPI, Bandung, isolat dari contoh lumpur
instansi terkait, Air limbab tekstil mempunyai potensi saluran pembuangan air limbah industri tekstil di Bandung.
untuk mencemari lingkungannya. Selain memiliki tingkat Bakteri PL-Ol dibiakkan dan dipelibara pada Medium
pH yang tinggi, air limbab tekstil pada umurnnya me- Asetat-agar pada 30°C selama 10 bari sebelum digunakan
ngandung zat warna dan baban organik dengan konsentrasi atau disimpan dalam lemari pendingin (4°C).
tinggi.
Disamping masib banyak yang belum mempunyai Inokulum bakteri,
instalasi pengolahan air limbab, pengolaban yang dilakukan (a) Inokulum bakteri yang digunakan dalam uji-pengolaban
oleh industri tekstil sering memberikan hasil yang tidak dengan teknik labu-kocok dibuat dalam bentuk sus-
cukup baik, sehingga efluen yang dibuang masih me- pensi, yaitu dengan cara mensuspensikan kultur agar
ngandung cerna ran kimia dalam konsentrasi yang melebihi miring bakteri PL-01 dengan 0,005% larutan Tween-80
ambang batas persyaratan yang berlaku [3]. (lOml/tabung). Inokulasi untuk uji-pengolahan dengan
Pada umumnya perlakuan yang dilakukan oleh industri teknik labu-kocok dilakukan sebanyak 2ml/300ml air
tekstil terhadap air limbahnya hanya sekedar melakukan limbab tekstil.
pengendapan zat-zat padat dengan mendiamkan air limbah (b) Inokulum bakteri yang digunakan dalam uji-pengolahan
untuk sementara waktu di dalam kolam-kolam penampung dengan teknik kolom-aerasi dibuat dalam bentuk
sebelum dibuang ke badan air terdekat. Perlakuan air "lumpur-aktif", yaitu dengan cara sebagai berikut:
limbah tekstil yang demikian itu tidak dapat diharapkan Ke dalam kolom-aerasi yang berisi 6,0 liter Medium
memberikan hasil pengolahan yang efektif karena hanya Asetat-cair dan 500 mg/l bubuk karbon aktif (80 - 125
akan mengendapkan sebagian partikel-partikel tersuspensi mesh) diinokulasikan sebanyak lOml suspensi bakteri
secara gravitasi, tetapi kecil pengarubnya baik terbadap sebagaimana diuraikan pada butir-(a), dan kemudian
penyisihan bahan cemaran yang terlarut maupun koloidal. diaerasi (1 vvm) untuk dibiakkan selama 3 hari pad a suhu
Tujuan penelitian ini adalab untuk mengembangkan kamar. Pada akhir kultivasi, aerasi dihentikan, cairan
sistem pengolahan air limbah industri tekstil blue-jeans medium dibiarkan tak terganggu, dan lumpur-aktif yang
dengan menggunakan proses fisiko-kimia dan biologi. terbentuk dibiarkan tersedimentasi di dasar kolom-aerasi.
Dalam makalah ini disajikan hasil penelitian karakterisasi Setelah didiamkan selama 3 jam, lumpur-aktif dipisahkan
dan uji-pengolahan air limbah tekstil blue-jeans baik dari cairan medium melalui saluran pemisah di bawah

34 JKTI, VOL. 7, No. 1-2, Desember 1997


kolom-aersi, dan disimpan dalam lemari es (4°C). Lumpur- konsentrasi tawas yang ditambahkan antara 0 - 4000 mg/l,
aktif yang dihasilkan dari beberapa kaliulangan kultivasi pada pH optimum. Ke dalam 100 mI air limbab tekstil pada
(lebih dari 3 kali) dikumpulkan, disaring dan dikisatkari pH optimum yang berada di dalam gelas piala 2oo-m1
dengan menggunakan kertas saring Whatman No.40. ditambahkan larutan tawas hingga mencapai tingkat
Dengan cara demikian, diperoleh inokulum bakteri dalam konsentrasi yang diinginkan. SeteIah diaduk rata selama 10
bentuk lumpur-aktif yang berkadar air 80% dengan menit, campuran dipindahkan ke dalam gelas ukur l00-m1,
kandungan bakteri 10 x 108 organisme per-gram berat didiamkan selama 30 menit dan diukur volum endapan
kering. yang terbentuk. Supematan yangdiperoleh ditentukan nilai
Inokulasi untuk uji-pengolahan dengan teknik kolom- COD-nya.
aerasi dilakukan sebanyak 0,5 g lumpur-aktif per-liter air
limbah. Uji-pengolahan dengan teknik Iabu-kocok
Uji-pengolahan biologi dengan teknik labu-kocok di-
Koleksi dan analisis contoh air Iimbah lakukan dengan menggunakan labu Erlenmeyer 3OO-m1
Contoh-contoh air limbah tekstil diambil dari sebuah yang berisi 100 ml air limbah tekstil. Nitrogen dan fosfor
industri blue-jeans yang berlokasi di Bandung. Analisis masing ditambahkan . dalam bentuk urea dan KH2P04
dilakukan dengan cara-cara yang lazim digunakan dan hingga nisbab COD/N/P senilai 100/3/1.
meliputi beberapa parameter, diantaranya: pH, wama, zat Setelah diinokulasi, labu ditutup dengan kapas sebeIum
padat terlarut, zat padat tersuspensi, kadar abu, COD dan dieramkan, agar udara dapat menembus ke dalam labu.
BODs· Pengeraman dilakukan di dalam inkubator-orbital pada
Nilai pH cairan ditentukan dengan alat pH-meter; warna suhu pada 30°C dengan goyangan 200 rpm.
ditentukan secara spektrofotometri (1..= 660 um); zat padat
tersuspensi ditentukan secara gravimetri seteIah dilakukan Udara ma euk

penyaringan dengan kertas sa ring Whatman No.40 dan


penguapan retentat pada 105°C selama semalam; zat padat
terlarut juga ditentukan secara gravimetri dengan jalan
!
penguapan eluat pada 105°C selama semalam, setelab
penyaringan dengan kertas saring Whatman No. 40; kadar
abu juga ditentukan secara gravimetri setelah dilakukan
Lr --P- Efluen

penguapan dan pengabuan cairan air Iimbah pada 600°C. r··· •. ,

Saluran udara
Penentuan COD dan BODs
Konsentrasi bahan cerna ran organik di dalam air lirnbah
tekstil ditentukan dengan jalan rnenentukan banyaknya
oksigen yang dibutuhkan untuk rnenguraikannya baik Silinder perforasi
secara kimia,COD, rnaupun secara biologi, BODs,
berdasarkan metoda menurut British Standard Methods for
Wastewater Analysis [4].
Kolom gelas

Pengendapan dengan tawas


Dalarn penelitian ini larutan 10% (b/v) tawas,
Al2(S04h.18H20, digunakan sebagai bahan pengendap.
Percobaan pengendapan dilakukan sebagai dinyatakan r :: ·-1
dalam alinea berikut ini:
Nilai pH optimum untuk pengendapan ditentukan
dengan jalan rnernvariasi pH pengendapan antara 2,0 -
11,0, pada konsentrasi tawas 1500 mg/l, Ke dalarn 100 ml
air Iimbah tekstil yang berada di dalam gel as pial a 200-mI,
ditambahkan larutan tawas hingga mencapai tingkat kon-
sentrasi 1500 mg/l, Kemudiannilai pH diatur sesuai dengan
keinginan dengan jalan menambahkan Iarutan HCI IN atau
NaOH IN. Setelah diaduk rata selama 10 menit, campuran l.uar a n
cait-an/Iumpur
dipindahkan ke dalam gelas ukur 100-mI,didia1l1kan
se1ama 30 men it, dan kemudian diukur velum endapan
yang terbcntuk. Sedangkan konsentrasi tawas yang op- Gambar 1. Skema kolom-aerasi (perforated-plate column) untuk
timum untuk pengendapan ditentukan dengan memvariasi pengolahan air Iimbah tekstil secara biologi.

JKTI, VOL. 7, No. 1.2, Desember 1997 35


Ujl-pengolaban dengan teknik kolom-aerasi Air lirnbah yang dianalisis ini tidak memenuhi baku
Uji-pengolahan biologi dengan teknik kolom-aerasi mutu air lirnbah yang berlaku. Hasil inisesuai dengan
dilakukan dengan jalan aerasi air limbah tekstil pada kepustakaan [3] yang menyatakan bahwa air limbah dari
kolom-aerasi (perforated-plate coloumn) , yang skemanya industri tekstil di Jawa Barat untuk jenis pencelupan/
disajikan pada Gambar-L Nitrogen dan fosfor masing- penyempurnaan/pencapan mempunyai karakteristik yang
masing ditambahkan dalam bentuk urea dan KH2P04 tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh Pemda
hingga nisbah CODJNIP senilai 100/3/1. Air limbah tekstil setempat [5].
yang telah dibubuhi nutrien diinokulasi dengan inokulum Hasil analisis beberapa eontoh menunjukkan bahwa
lumpur-aktif yang mengandung bakteri PL-Ol sebanyak 0,5 kandungan bahan organik air limbah tekstil sangat ber-
g/I berat kering. Aerasi dilakukan pada tingkat 0,25 vvm. variasi, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai COD 375,9 -
Kolom-aerasi yang digunakan terbuat dari gel as, 1538 mg/l dan nilai BODs 143,3 - 574,5 mg/l pada
berkapasitas 6,0 liter dengan diameter 9,5 em dan tinggi 95 Tabel2.
em, serta dilengkapi dengan silinder-perforasi diameter 6,5 Adanya bahan organik yang eukup tinggi konsen-
em sebanyak 6 buah. trasinya memberikan peluang bagi penerapan pengolahan
Untuk proses batch, volum cairan limbah yang diolah dengan proses oksidasi biologi terhadap air limbah tekstil,
tetap pada nilai tertentu tanpa dilakukan penambahan sebagaimana ditunjukkan oleh nisbah BODs/COD air
cairan baru ke dalam kolom. Sedangkan untuk proses limbah tekstil sekitar 0,32 - 0,45, dengan nilai rata-rata
kontinu, ke dalam kolom yang berisi cairan limbah dengan 0,38. Hal ini juga sesuai dengan kepustkaan [3] yang
volum tetap ditambahkan secara terus menerus cairan menunjukkan bahwa nisbah BODs/COD untuk air limbah
limbah yang baru sebagai intluen, dengan waktu-tinggal tekstil yang berlokasi di Jawa Barat bervariasi sekitar 0,10 -
hidrolik yang diinginkan. Air limbah tekstil dimasukkan 0,70 dengan nilai rata-rata 0,35.
dari bawah ke dalam kolom-aerasi melalui saluran intluen, Sebagai perbandingan, air kotor (sewage) mempunyai
dengan menggunakan pompa peristaltik. Adanya penam- nilai COD= 2,3 BODs [6], dan nisbah BODs/COD sekitar
bahan eairan yang terus menerus dari bawah kolom 0.4 - 0,8 [7]. Hal ini menunjukkan bahwa sewage mem-
menyebabkan terjadinya aliran eairan keluar dari bagian punyai fraksi bahan organik biodegradable yang lebih
atas kolom sebagai etluen, dengan laju alir yang sama tinggi daripada air lirnbah tekstil. Nilai nisbah BODs/COD
dengan laju-alir intluen. merupakan indikasi tingkat biodegradability bahan organik
Efisiensi pengolahan dihitung berdasarkan formula suatu air limbah.
berikut ini:
(S, - Se) Tabel 2. Nilai COD, BODs dan rasio BODs/COD untuk
E(%) = x 100 beberapa contoh air limbah tekstil
Si
Nila~ mgll
dimana: E, adalah efisiensi pengolahan dalam persen; Si, Contoh air limbah
adalah nilai COD intluen dalam mg/l; Se, adalah tekstil COD BODs Nisbah BODs/COD
nilai COD etluen dalam mg/l.
Contoh 1 1538,0 574,5 0,37
Contoh 2 632,0 281,4 0,45
HASIL DAN DISKUSI
Contoh3 770,0 245,5 0,32
Karakteristik Air Limbah Tekstil Contoh4 415,8 143,3 0,35
Air limbah tekstil yang dianalisis dalam penelitian Contoh5 375,9 158,0 0,42
ini mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan dalam
Tabell. Rata-rata 439,1 280,5 0,38

Tabel I, Karakteristik air limbah tekstil


Pengendapan dengan tawas.
Contoh air Iimbah tekstil
Parameter Satuan Pengendapan air Iimbah tekstil seeara sedimentasi biasa
A B Rata-rata
maupun secara kimia merupakan praktek yang umum
pH 12,60 12,60 12,60 dilakukan di dalam pengolahan air limbah industri. Pengen-
Warna (00660) mgll 0,80 0,88 0,84
dapan air limbah seeara kimia (tlokulasi/koagulasi) selain
Zat padat total mgll 6731,00 7309,00 7020,00
Zat padat ter larut mgll 4526,00 4897,50 4711,80 dipengaruhi oleh jenis bahan pengendapnya, juga sangat
Zat padat tesuspensi mgll 2295,00 2411,50 2308,30 dipengaruhi oleh pH dan banyaknya bahan pengendap yang
Kadar abu (600°C) mgll 3074,00 2704,00 2889,30
digunakan. Oleh karena itu nilai optimum untuk pH dan
COD mgll 415,75 375,88 395,82
BODs mgll 143,32 158,04 150,68 konsentrasi bahan pengendap perlu ditentukan untuk mem-
peroleh hasil pengendapan yang efektif dan efisien.

36 JKTI, VOL. 7, No. 1-2, Desember 1997


750 ,------------------, dengan tawas telah meningkatkan kecepatan rata-rata
penguraian bahan organik dari 174 mgJI/hari [grafik N(A)]
600
menjadi 240 mgJI/hari [grafik N(AI)]. Didapatkan pula
~ bahwa penambahan nutrien dan inokulum bakteri ke dalam
.s 450 • MP(A)

o • MP(AI) air limbah tekstil yang tidak diendapkan dengan tawas


o
o • MP(AIN)
meningkatkan kecepatan rata-rata penguraian bahan
]! 300
+ MP(S)
Z organik dari 174 mg/l/hari [grafik N(A)] menjadi 247
150
mg/l/hari [grafik N(AIN)], setelah 3 hari inkubasi. Diduga
contoh air limbah tekstil ini tidak cukup mengandung
o~--~---~--~---~
o 2 6 8 nitrogen, fosfor dan jasad renik sehingga penambahan
Waktu inkubasi (hari)
nitrogen, fosfor dan inokulum bakteri dapat meningkatkan
Gambar 4. Pengaruh nutrien dah~1'nolrulum pada~.liasII pe- laju penguraian bahan organik, dibandingkan dengan hasil
ngolahan air Iimbah tekstil (contoh air Iimbah No.2) yang diperoleh dari pengolahan air limbah asalnya yang
dengan teknik labu kocok. tidak ditambahkan nitrogen, fosfor dan inokulum bakteri.
MP(A): tanpa pengendapan dengan tawas, tanpa tambahan Hasil dari Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan
nutrien dan iookulum; MP(AI): tanpa pengendapan dengan bahwa masing-masing contoh air limbah dapat berbeda satu
tawas, tanpa tambahan nutrien, tetapi dengan tambahan inokulum; dengan lainnya karena beda dalam konsentrasi nitrogen,
MP(AIN): tanpa pengendapan dengan tawas, tetapi dengan fosfor dan kandungan bakteri untuk pengolahannya.
tambahan nutrien dan inokulum; MP(S): air Iimbah diendapkan
Penambahan bakteri yang sesuai dan aktif, terpenuhinya
dengan tawas, tetapi tanpa ditambah dengan nutrien dan
inokulum. kondisi nutrien di dalam air limbah serta kondisi lingkung-
an yang mendukung pertumbuhan bakteri yang optimum,
Berbeda halnya dengan hasil pengolahan contoh air merupakan pra-syarat terlaksananya penguraian bahan
limbah No.3 yang disajikan pada Gambar S. Pengaruh organik secara biologi yang efektif dan efisien di dalam
penambahan nutrien (nitrogen dan fosfor), inokulum pengolahan air limbah [12,13].
bakteri serta perlakuan pengendapan dengan tawas Tidak seperti halnya dengan sewage, air limbah tekstil
memberikan perbedaan yang nyata pada hasil pengolahan tidak selalu mengandung nutrien yang cukup dan jasad
air limbah yang bersangkutan. Sebagaimana tampak pada renik yang memadai untuk menghasilkan penguraian bahan
Gambar S, setelah 3 hari inkubasi kecepatan rata-rata organik secara biologi yang efektif. Dalam keadaan
penguraian bahan organik mencapai 174 mg/l/hari untuk air demikian, perlu dilakukan penambahan nutrien dan jasad
limbah tekstil yang tidak diendapkan terlebih dahulu renik pada air limbah tekstil yang bersangkutan sebelum
dengan tawas [grafik N(A)], dan hanya 10 mg/l/hari untuk dilakukan pengolahan biologi. Nutrien yang perlu
air limbah tekstil yang diendapkan terlebih dahulu dengan ditambahkan pada umumnya adalah nitrogen dan fosfor,
tawas [grafik N(S)]. Penambahan nutrien (nitrogen dan karena kedua unsur tersebut vital dalam metabolisme jasad
fosfor) ke dalam air limbah tekstil yang tidak diendapkan renik dan sering tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di
dalam air limbah. Dalam penelitian ini diterapkan penam-
1000
bahan nitrogen dan fosfor sehingga nisbah COD/N/P
menjadi senilai 100/3/1.
800
Di dalam pengolahan biologi, secara spesifik yang
~ dimaksud dengan nutrien adalah nitrogen dan fosfor,
.s'" • N(A)

0 • N(AI) karena trace elements dan mineral yang dibutuhkan untuk


0 • N(AIN)
0 pertumbuhan mikroorganisme pada umurnnya telah
~ + N(S)
Z terkandung di dalam air limbah [14]. Kepustakaan
200 [7,8,11,14] juga menyebutkan bahwa sebagai ketentuan
umum (rule-of thumb) di dalam pengolahan biologi di-
0
0 2 4 6 8 butuhkan 5 kg nitrogen dan 1 kg fosfor untuk setiap 100 kg
Waktu inkubasi (hari)
BODs. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pengolahan
air limbah secara biologi diperlukan nisbah BODs/N/P
Gambar S. Pengaruh nutrien dan inokulum pada hasil pe- sekitar 100/5/1. Di dalam penelitian ini digunakan nisbah
ngolahan air Iimbah tekstil (contoh air Iimbah No.3)
COD/N/P= 100/3/1 dengan pertimbangan bahwa nilai COD
dengan teknik labu kocok.
pada umumnya lebih tinggi daripada nilai BODs berkenaan
N(A): tanpa pengendapan dengan tawas, tanpa tambahan nutrien dengan adanya fraksi bahan organik yang non-biodegra-
dan inokulum; N(AI): tanpa pengendapan dengan tawas, tanpa dable dalam air limbah.
tambahan nutrien, tetapi dengan tambahan inokulum; N(AIN):
tanpa pengendapan dengan tawas, tetapi dengan tambahan nutrien Sewage mengandung nitrogen dan fosfor masing-
dan inokulum; N(S): air limbah -diendapkan dengan tawas, tetapi masing sekitar 20 - 85 mg/l dan 6 - 20 mg/l; sedangkan
tanpa ditambah dengan nutrien dan inokulum. kandungan BOD5 dan COD masing-masing adalah 100 -

38 JKTI, VOL. 7, No. 1-2, Desember 1997


300 mg/l dan 250 - 1000 mg/l [7] Hal ini menunjukkan pada kondisi stasioner proses kontinu menghasil eOuen
bahwa sewage mempunyai kandungan nitrogen dan fosfor dengan nilai COD dibawah 100 mg/l. Proses kontinu
yang cukup dibandingkan dengan bahan organik yang ada. dengan waktu-tinggal hidrolik 2,0 hari menghasilkan efluen
Sewage juga mempunyai kandungan bakteri yang tinggi, dengan nilai COD 77 mg/l. Penurunan waktu-tinggal
yaitu sekitar 108 organisme per-100ml [15]. Oieh karena hidrolik ternyata tidak terlalu berpengaruh pada nilai COD
itu, pengolahan sewage secara biologi pada umumnya tidak efluen yang diperoleh, yaitu 72 mg/l untuk 8= 1,0 hari, dan
memerlukan penambahan nirogen, fosfor maupun ino- 56 mg/l untuk 8= 0,5 hari. Hal ini mungkin erat kaitannya
kulum bakteri. dengan tercapainya efisiensi pengolahan yang maksimum
Perlakuan-awal flokulasi kimia perlu dipertimbangkan dalam pengolahan air limbah tersebut (Gambar 8).
penerapannya terhadap air limbah tekstil blue-jeans yang Sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 8, efisiensi peng-
akan diolah secara biologi, karena perlakuan flokulasi olahan terus meningkat dan tercapai keadaan stasioner
cenderung menurunkan laju penguraian bahan organik. setelah 50 jam proses kontinu, dengan nilai efisiensi
Apabila diperlukan, flokulasi hendaknya dilakukan setelah pengolahan rata-rata 71 % dalam perioda stasioner untuk
berakhimya proses biologi. Kepustakaan menyatakan waktu-tinzzal hidrolik 0.5 - 2.0 hari .
I bahwa flokulasi dengan tawas dapat mereduksi kandungan
500 -r-----------------,
bahan organik dan inorganik dengan terbentuknya lumpur
yang mengendap. Lebih dari 90% fosfor terlarut dalam
400
sewage dapat hilang terflokulasi dengan tawas [9,11].
Menurut Gasner [13], pengolahan air limbah industri
secara efektif pada umumnya memerlukan penambahan
inokulum mikroorganisme yang sesuai dengan sifat dan
jenis bahan organik di dalam air limbah yang akan
diuraikan.

Uji-pengolahan dengan Teknik Kolorn-aerasl o~--~---~---~--~


o 150 300 450 600
Lama aerasi (Jam)
Uji-pengolahan secara batch menunjukkan bahwa
pengolahan air limbah tekstil menurunkan COD efluen dari
Gambar 7. Perubahan nilai COD efluen pada pengolahan air
770 mg/l menjadi 360 mg/l dalam waktu aerasi 43 jam
Iimbah tekstil secara kontinu, pada kolom-aerasi
(Gambar 6). Pada tahap penelitian ini, setelah 43 jam
dengan waktu-tinggal hidrolik 0::2,0 hari (0 - 238
aerasi pengolahan secara batch air Iimbah tekstil dihentikan jam), 0::1,0 hari (238 - 399 jam) dan 0=0,5 hari (399 -
dan diteruskan dengan proses kontinu dengan waktu tinggal 586 jam).
hidrolik (8) yang berbeda, yaitu 8=2,0 hari (mulai dari 0
Data A: Nilai COD efluen;
jam hingga 238 jam aerasi), 9=1,0 hari (mulai dari 238 jam
a: Permulaan waktu-tinggal hidrolik 1,0 hari;
hingga 399 jam aerasi), dan 9=0,5 hari (mulai dari 399 jam b: Permulaan waktu-tinggal hidrolik 0,5 hari.
hingga 586 jam aerasi).

800 ~------- - --------


100

("V'-\I"~\! t s-:
a b

:f 700
~
c:
80
• • 1 1> T
i 600 - '"
s:
60 'J''- -,
"
=
C>
• I• Nilai COD]
'"
"0
'"a.
c: I• DataA r
8500
" 40
U
• ."
~
Z 400
."
c:
,
-=
III 20

3ooL--~--~--~--~-~ OL---~---~--~ __--~
o 10 20 30 40 50 o 150 300 450 600
Waktu aerasi (Jam) Lama aerasi (Jam)

Gambar 6. Perubahan nilai COD efluen dalam pengolahan air Gambar 8. Perubahan nilai efisiensi pengolahan biologi air
Iimbah tekstil secara batch, pada kolom-aerasi. limbah tekstil secara kontinu, pada kolorn-aerasi
dengan waktu-tinggal hidrolik 0::2,0 hari (0 - 238
Sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 7, uji- jam), 8=1,0 hari (238 - 399 jam) dan 0=0,5 hari (399
pengolahan air limbah tekstil secara biologi dengan - 586 jam).
menggunakan kolom-aerasi memperlibatkan bahwa nilai Data A: Efisiensi pengolahan (%)
COD terus menerus turun hingga tercapai keadaan 8: Permulaan waktu-tinggal hidrolik 1,0 hari;
stasioner setelah 50 jam proses kontinu pada 8=2,0 dan b: Permulaan waktu-tinggal hidrolik 0,5 hari.

JKTI, VOL. 7, No. 1-2, Desember 1997 39


KESIMPUIAN 3. Tim Pelaksana Program Kali Bersih - 1awa Barat.
Pemantauan Kualitas Air Limbah .dalam Rangka
1. Air limbab tekstil blue-jeans mempunyai nilai pH yang Program Kali Bersib (PROKASIH), Tahun 1989 -1990.
tinggi (PH 12,6), berwarna biru pekat (00= 0,80 - Bandung, Pemda Tk. I Propinsi 1awa Barat
0,88), dengan konsentrasi yang tinggi untuk zat padat
zat padat terlarut (4526,0 - 4897,0 mg/l), zat padat 4. Department of The Environment - UK. Analysis of Raw,
tersuspensi (2205 - 2412 mg/l) dan kadar abu (2704 - Potable and Wastewaters. London, Her Majesty's
3074 mg/l); sedangkan kandungan COD dan BODs Stationary Office, 1972.
masing-masing adalab 376 - 1538 mg/l dan 143 - 575 5. SK Gubernur Kepala Daerab Tk. I - 1awa Barat. No.
mg/l. Nisbab BODs/COD sekitar 0,32 - 0,45 dengan '5660.31/SK/694-BKPMD/82, Tentang cara-cara pe-
nilai rata-rata 0,38. ngendalian dan kriteria pencemaran lingkungan akibat
2. Pengendapan air limbab tekstil blue-jeans dengan tawas industri. Lampiran I.
_sangat dipengaruhi oleb pH dan konsentrasi tawas.
6. E. Malikides.' The sewage treatment and disposal
Pengendapan dengan tawas mencapai optimum pada pH
problem in Cyprus in the absence of sewage systems:
8,0 dan konsentrasi tawas sekitar 1500 mg/l, Pada
Limassol case study - Evaluation of compromise
kondisi optimum tersebut sekitar 57% bahan organik
solutions. WaterSci.Technol., 21(1), pp77-86, (1989).
terendapkan dari air limbab tekstil yang mempunyai
nilai COD-awal 770 mg/l. 7. Metcalf and Eddy, Inc. Wastewater Engineering:
3. Air limbab tekstil blue-jeans dapat diolah secara biologi Collection, Treatment and Disposal. New Delhi, Tata
dengan proses aerobik. Pengendapan dengan tawas McGraw-Hill Co, 1978.
sebagai suatu perlakuan sebelum pengolahan biologi 8. T.H.Y. Tebbut. Principles of Water Quality Control.
dapat menurunkan laju penguraian bahan organik air 2nd.Ed., Oxford, Pergamon Press, (1979).
limbah tekstil blue-jeans. Penambahan nitrogen dan
fosfor yang cukup (misalnya COD/N/P = 100/3/1), serta 9. H. Odegaard. Appropriate technology for wastewater
penambahan inokulum bakteri diperlukan untuk mem- treatment in coastal areas. Water Sci. Technol. WI),
peroleb hasil yang efektif dan efisien dalam pengolahan ppl-17, (1979)
air limbab tekstil blue-jeans secara biologi. 10.1. McNicholas. Treatment of industrial eflluents. In:
4. Uji-pengolaban air limbah tekstil secara kontinu dengan Water Pollution Control Technology, London, Her
menggunakan kolom aerasi menunjukkan bahwa nilai Majesty's Stationary Office, Chapter 9, pp92-102,
COD efluen mencapai keadaan stasioner setelah 50 jam 1979.
aerasi, dan pada keadaan stasioner proses kontinu
11. S.P. Mahajan. Pollution Control in Process Industries.
menghasilkan efluen dengan nilai COD 77 mg/l untuk
New Delhi, Tata McGraw-HillPublishing CompoLtd.,
waktu-tinggal hidrolik (0) 2,0 hari, Penurunan waktu-
1985.
tinggal hidrolik tidak terlalu berpengaruh pada nilai
COD efluen yang diperoleh, yaitu: 72 mg/l untuk 0= 1,0 12 P.V.R. Subrahmanyam and N. Shivaram. Trends in
hari, dan 56 mg/l untuk 0= 0,5 hari. biotechnology for pollution control in India. UNEP Ind.
AndEnv., Oct/Nov/Dec., pp13-15, (1978).
5. Efisiensi pengolahan yang maksimum dicapai setelah
50 jam proses kontinu, dengan tingkat rata-rata 71% 13.L.L. Gasner. Microorganisms for waste treatment. In:
untuk waktu-tinggal hidrolik 0,5 - 2,0 hari. Peppler, HJ. and D. Perlman (Eds.). Microbial
Technology. Vol.Z, New York, Academic Press, pp211-
222, (1979).
DAFTAR PUSTAKA
14.M.B. Dureau. The treatment of liquid wastes. Part 2.
1. Tim Studi Kebijaksanaan IPTEK. Studi Kebijaksanaan Food Technol. Austral., 30(2), pp488-492, (1978).
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kasus Industri Kecil.
15.D.G.M. Roberts. The principles of public health
Jakarta, Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia, 1983.
engineering. In: Water Pollution Control Technology,
2. Departemen Perindustrian R.I. Buku Petunjuk Industri London, Her Majesty's Stationary Office, Chapter 3,
TekstilNasional1987. Jakarta, 1989. pp22-36,1979.

40 JKTI, VOL. 7, No. 1-2, Desember 1997

You might also like