You are on page 1of 17

ANALISIS NILAI-NILAI PANCASILA YANG TERKANDUNG

DI DALAM SENI TUTUR TADUT (STUDI KASUS TADUT


DI KOTA PAGARALAM)

Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal


FKIP, Universitas Sriwijaya
Email: dickyfebriansyah196@gmail.com

Abstract. This study aims to determine the values of Pancasila especially the value of praxis
which is related to know the basic value of Pancasila contained in the art of Tadut said in the
city of Pagaralam. Informant or resource person in this research is one person who is an
artist of Pagaralam city. This research uses descriptive method with qualitative approach.
Data collection techniques used are documentation techniques, interviews and observation.
Validity test data used include test credibility, transferability test, dependability test and
confirmability test. Data analysis techniques used are data reduction, data presentation and
conclusion. Based on the results of data analysis of ten art poetry said Tadut which is found
Tadut Sejemahat / a week, Tadut Inuriyah in Nginak-e, Tadut Kontemporer, Tadut Rukun
Islam, Tadut Rukun Iman, Tadut Tuape in Batak Balek, Tadut Advice, Tadut Bujang
Bekurung, Tadut Semandian Deck and Tadut Do not Endak Ase contained the basic values
and values of Praxis from Pancasila because in the ten Tantut poetry was found 47 grains of
sentence fragments containing Praxis Pancasila value based on sub research indicators are
divided into the first Sila is 29 grains, Sila-2 ie 8 grains, the 3rd Sila is 1 grain, the 4th Sila is
1 grain, and the 5th Sila is 8 grains. After the analysis, the most dominant value is the value
contained in the First Precept with a percentage of 61, 7%, while the 2nd Precinct reached
17.02%, the 3rd Sila reached 2.12%, the 4th Sila reached 2.12%, and the 5th Sila reached
17.02%.

Key words: Pancasila values, Tadut art.

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Nilai-nilai Pancasila khususnya nilai
praksis yang kaitannya untuk mengetahui nilai dasar dari Pancasila yang terkandung dalam
seni tutur Tadut di kota Pagaralam. Informan atau narasumber dalam penelitian ini adalah
satu orang yang merupakan seniman tutur kota Pagaralam. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik dokumentasi, wawancara dan observasi. Uji keabsahan data yang digunakan
meliputi uji credibility, uji transferability, uji dependability dan uji confirmability. Teknik
analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil analisis data terhadap sepuluh syair seni tutur Tadut yang ditemukan yaitu
Tadut Sejemahat/seminggu, Tadut Inuriyah dik Nginak-e, Tadut Kontemporer, Tadut Rukun
Islam, Tadut Rukun Iman, Tadut Tuape di Batak Balek, Tadut Nasihat, Tadut Bujang
Bekurung, Tadut Dek Semandian dan Tadut Jangan Endak Ase terkandung nilai dasar dan
nilai praksis dari Pancasila karena dalam kesepuluh syair Tadut tersebut ditemukan 47 butir
penggalan kalimat yang mengandung nilai praksis Pancasila berdasarkan sub indikator
penelitian yang terbagi dalam Sila ke-1 yaitu 29 butir, Sila ke-2 yaitu 8 butir, Sila ke-3 yaitu
1 butir, Sila ke-4 yaitu 1 butir, dan Sila ke-5 yaitu 8 butir.Setelah di analisis maka nilai yang
paling dominan adalah nilai yang terkandung pada Sila Ke-1 dengan persentasi 61,7%,
sedangkan Sila Ke-2 mencapai 17,02%, Sila Ke-3 mencapai 2,12%, Sila Ke-4 mencapai
2,12%, dan Sila Ke-5 mencapai 17,02%.
Kata-kata kunci: Nilai-nilai Pancasila, seni tutur Tadut.

35
36 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 1, MEI 2018

PENDAHULUAN hajatan, pergaulan bujang gadis, pesta adat,


pendidikan agama, dan pengantar tidur bagi
Indonesia merupakan negara dengan anak-anak. Setiap sastra tutur Sumsel
wilayah kepulauan terbesar di dunia dan mengandung suatu nilai-nilai filosofis
memiliki penduduk terbanyak keempat di penting di dalam kehidupan. Estofany, 2016
dunia. Walaupun seperti itu, tidak membuat (dalamhttp:/fredy-estofany.blogspot.co.id
Indonesia menjadi negara yang terpecah 2016/02/ini-penjelasan-bagi-pemudapagar
belah. Alasannya adalah negara Indonesia alam .html/ di akses pada 05 oktober 2016)
mempunyai Ideologi yang kuat yaitu Seni/sastra tutur yang akan menjadi
Pancasila. Jika dilihat dari sumbernya atau obyek penelitian ini adalah seni tutur Tadut.
kausa materialitasnya menurut Kaelan (dalam Untuk mengetahui apa itu Tadut dilakukanlah
Munir dkk, 2016:59) Pancasila bersumber studi pendahuluan dengan wawancara kepada
dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa seniman tutur Pagaralam pada tanggal 24
Indonesia yang tumbuh dan berkembang di september 2016 di desa tegur wangi lama
Indonesia yang terdapat di dalam adat- yaitu kepada bapak Arman Idris. Dari
istiadat dan dalam agama-agama bangsa wawancara diperoleh informasi yaitu Tadut
Indonesia. Kemudian menurut Notonagaro berasal dari bahasa Arab yaitu ta’dut artinya
(dalam Setijo, 2006:5) asal mula bahan dari berulang yang berkembang seiring dengan
Pancasila Pancasila adalah bangsa Indonesia proses penyebaran Islam di Pagaralam. Lirik
sendiri yang nilai-nilainya terkandung dalam atau syair tadut disesuaikan dengan
adat kebiasaan, kebudayaan, dan dalam sasaran/pendengar. Irama tadut semuanya
agama-agamanya. Dapat disimpulkan sama dengan lirik yang berulang-ulang.
Pancasila serta nilai-nilainya merupakan Tujuan dari pengulangan dalam tadut agar
kristalisasi dari adat-istiadat, kebiasaan, hafal. Seiring dengan pendapat Arman Idris,
sosial, kebudayaan serta agama-agama yang Bayu (dalam Dinas Pendidikan Sumatra
tumbuh dan berkembang di negara Indonesia. Selatan, 2014) menyatakan Tadut adalah seni
Berdasarkan pendapat di atas dapat tutur Besemah yang didalamnya terdapat
dilihat salah satu unsur yang menjadi sumber pengajaran Agama Islam yang mengandung
bahan dari Pancasila adalah kebudayaan. nasehat dan wasiat agar orang selalu ingat
Definisi dari kebudayaan menurut E.B. kepada Allah Swt., dengan tujuan agar tetap
Taylor (dalam Notowidagdo, 2000:25-26) taat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
Kebudayaan adalah suatu yang di dapat oleh larangan-Nya.
manusia sebagai anggota masyarakat yang Setelah mengetahui apa itu tadut
merupakan keseluruhan kompleks yang membuat saya ingin mengetahui nilai-nilai
didalamnya terdapat ilmu pengetahuan, Pancasila apa sajakah yang terkandung
moral, hukum, kepercayaan, adat-istiadat, didalamnya. Alasannya bahwa setiap seni
kesenian dan kemampuan lainnya. Salah satu tutur yang ada di Sumatra selatan
kebudayaan yang diciptakan oleh masyarakat mengandung nilai-nilai filosofis yang
Indonesia yang di dalamnya terkandung nilai- berbeda-beda sesuai kekhasan daerahnya.
nilai Pancasila yaitu kesenian khususnya seni Kemudian karena tadut berisi tentang
tutur/sastra tutur. pengajaran Agama Islam, suatu nasihat dan
Seni tutur/sastra tutur adalah seni wasiat. Hal itu memungkinkan terdapatnya
bercerita yang dituturkan oleh masyarakat nilai-nilai Pancasila di dalam seni tutur
sejak zaman dahulu yang berisi cerita-cerita Tadut. Kemudian di dukung juga dengan
yang bermuatan nilai-nilai kearifan lokal atau alasan bahwa salah satu bahan atau kausa
peristiwa. Sastra ini biasa ditampilkan dalam materialitas dari Pancasila adalah
Analisis Nilai-nilai..... Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal 37

kebudayaan dan seni tutur tadut merupakan kaitannya untuk mengetahui nilai dasar dari
bagian dari kebudayaan tersebut. Pancasila yang terkandung dalam seni tutur
Pancasila berdasarkan klasifikasinya tadut di kota Pagaralam.
terbagi menjadi tiga nilai yakni nilai dasar,
nilai instrumental dan nilai praksis. Dalam METODE PENELITIAN
usaha untuk melaksanakan nilai dasar maka
dilaksanakan melalui nilai instrumental Metode dalam penelitian ini adalah
secara yuridis atau hukum dan untuk metode penelitian kualitatif. Metode
melaksanakan nilai dasar itu di dalam penelitian kualitatif merupakan penelitian
kehidupan yang nyata yaitu melalui nilai yang digunakan dalam meneliti suatu kondisi
praksis Pancasila. Nilai praksis menurut obyek yang natural dan merupakan penelitian
Setiadi, Elly M.(2005: 157-158) adalah nilai yang berdasarkan asas filsafat postpositvisme.
yang berlaku dan diimplementasikan dalam Dalam penelitian ini peneliti merupakan
kehidupan yang sebenarnya dan merupakan instrumen kunci, teknik pengumpulan data
perwujudan dari nilai instrumental dan nilai dengan menggunakan triangulasi (gabungan),
dasar. Nilai inilah pembuktian apakah nilai pengambilan sumber data atau sampel
dasar dan nilai instrumental berlaku dalam dilakukan dengan purposive dan snowball,
kehidupan masyarakat. Dapat disimpulkan analisis datanya bersifat induktif/kualitatif.
nilai praksis adalah perwujudan dari nilai Penelitian ini lebih memfokuskan pada
instrumental dan nilai dasar Pancasila dalam maknanya dibandingkan generalisasi.
kehidupan yang nyata. Sebagai pedoman (Sugiyono, 2015:15)
praktis pengamalan dari kelima sila Pancasila Variabel dalam penelitian ini adalah
di dalam kehidupan masyarakat secara lebih variabel tunggal yakni nilai-nilai praksis
detail dijelaskan berdasarkan ketetetapan Pancasila yang terkandung dalam seni tutur
MPR Nomor: II/MPR/1978. (Munir dkk, tadut di kota Pagaralam. Indikator peneletian
2016:151) ini adalah Ketetetapan MPR Nomor:
Berdasarkan pernyataan tersebut II/MPR/1978 tentang 45 pedoman praktis
diperoleh kesimpulan bahwa ideologi bangsa pengamalan Pancasila yang dikembangkan
Indonesia adalah Pancasila dan kausa kembali oleh peneliti menjadi 56 sub
materialitas dari Pancasila salah satunya indikator. Lokasi pada penelitian ini adalah di
adalah kebudayaan. Seni tutur Tadut adalah Desa Tegur Wangi Lama, Kelurahan Pagar
satu dari sekian banyak kebudayaan Wangi, Kecamatan Dempo Utara, Kota
Indonesia yang berada di kota Pagaralam. Pagaralam. Narasumber dalam penelitian ini
Setelah diklasifikasikan lebih lanjut tentang adalah bapak Arman Idris yang merupakan
nilai-nilai yang terdapat di dalam Pancasila, seniman tutur Pagaralam dan sampel
peneliti akan memfokuskan penelitian ini penelitian ini adalah syair-syair Tadut yang
pada nilai-nilai praksis dengan kaitannya ditemukan oleh peneliti.
untuk mengetahui nilai dasar Pancasila yang Teknik pengumpulan data dalam
terkandung dalam seni tutur Tadut. penelitian ini menggunakan teknik
Dengan demikian rumusan masalah dokumentasi, teknik wawancara, dan teknik
penilitian ini adalah apa sajakah nilai-nilai observasi. Analisis data menggunakan teknik
praksis Pancasila yang terkandung dalam analisis model Miles and Huberman dalam
Seni tutur Tadut (Studi Kasus Tadut di Kota model ini analisis data dilakukan secara
Pagaralam)?. Kemudian tujuan dari langsung dengan kegiatan reduksi data,
penelitian ini adalah untuk mengetahui Nilai- penyajian data dan penarikan kesimpulan. Uji
nilai Pancasila khususnya nilai praksis yang keabsahan data yaitu uji kredibilitas, uji
38 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 1, MEI 2018

transferability, uji dependability dan uji pengertian dan lima buah syair Tadut yaitu
konfirmability. Tadut Nasihat, Tadut Bujang Bekurung,
Tadut Dek semandian, Tadut Tuape Di Batak
HASIL DAN PEMBAHASAN Balek dan Tadut jangan Endak Ase.
Kesepuluh syair Tadut ini secara lebih
Melalui teknik dokumentasi yang lengkap diuraikan di dalam lampiran 3.1.
dilakukan sejak proposal penelitian disetujui Hasil analisis terhadap kesepuluh
diperoleh data dari buku Kompilasi Sastra syair Tadut tersebut maka dapat
Tutur Sumatra Selatan oleh Dinas dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatra kelompok Tadut Pengajaran Agama Islam
Selatan dan buku Sastra Tutur Sumatra dan kelompok Tadut Pedoman hidup yang
Selatan Jilid 2 (Sastra Tutur Besemah) oleh akan di analisis melalui teknik observasi
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Selatan dengan berpedoman pada 45 pedoman
berupa pengertian dan lima buah syair dari pengamalan Pancasila berdasarkan
seni tutur Tadut yaitu Tadut ketetetapan MPR Nomor: II/MPR/1978 yang
Sejemahat/seminggu, Tadut Inuriyah Dik dikembangkan menjadi 56 sub indikator
Nginak-e, Tadut Kontemporer, Tadut Rukun untuk melakukan analisis nilai praksis
Islam dan Tadut Rukun Iman. Kemudian terhadap seni tutur Tadut yang diuraikan
melalui teknik wawancara yang dilakukan melalui tabel berikut. Ke 56 sub Indikator
kepada Narasumber yaitu Bapak Arman Idris tersebut secara lebih lengkap diuraikan dalam
pada tanggal 11-13 September 2017 di desa lampiran 3.2.
Tegur Wangi lama diperoleh data berupa

Tabel 3.1 Analisis data Tadut Pengajaran Agama Islam


No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat
Terkandung
1. Tadut 1. Sub indikator no-2 yaitu “perintah nabi muhammad
Sejemah “adanya pengajaran atau ngajung sembayang lime waktu”,
at/semin pesan di dalam tadut yang “sembayang lime waktu, jangan
ggu kepada masyarakat benagh bebuat jahat” dan “banyak
pagaralam untuk beribadah ughang tangis menangis dide
kepada Tuhan yang Maha nurutkah nabi Muhammad”
Esa (Khususnya beribadah
kepada Allah Swt. di dalam
agama Islam)”
2. Sub indikator no-4 yaitu “perintah nabi muhammad
“Adanya pengajaran atau ngajung sembayang lime waktu”,
pesan di dalam tadut tentang “sembayang lime waktu, jangan
tata cara ibadah sesuai benagh bebuat jahat” dan “banyak
dengan agama dan ughang tangis menangis dide
kepercayaan masing-masing nurutkah nabi Muhammad”
(khususnya Islam)”
3. Sub indikator no-5 yaitu “perintah nabi muhammad
“adanya pengajaran atau ngajung sembayang lime waktu”,
pesan berupa perintah dan “sangkan jangan bebuat jahat,
larangan di dalam tadut dusenye besak bukan main”,
Analisis Nilai-nilai..... Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal 39

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
kepada masyarakat “dusenye besak bukan main
pagaralam yang beragama setelah mati akan disikse”, “kalau
Islam dalam menjalani nanti kite di sikse ancur badan
kehidupan di dunia dan umpame debu”, “kalu lah ancur
akhirat.” umpame debu, memangis badan
tinggal menangis” dan “banyak
ughang tangis menangis dide
nurutkah nabi Muhammad”
4. Sub indikator no-8 yaitu “sangkan jangan bebuat jahat,
“Adanya pengajaran atau dusenye besak bukan main”,
pesan yang terkandung di “dusenye besak bukan main
dalam tadut yang setelah mati akan disikse”, “kalau
mengajarkan kepada nanti kite di sikse ancur badan
masyarakat Pagaralam umpame debu”, “kalu lah ancur
bahwa agama adalah umpame debu, menangis badan
hubungan antara pribadi tinggal menangis” dan “banyak
manusia dengan Tuhan.” ughang tangis menangis dide
nurutkah nabi Muhammad”
5. Sub indikator no-9 yaitu “sangkan jangan bebuat jahat,
“Adanya pengajaran atau dusenye besak bukan main”,
pesan di dalam tadut bahwa “dusenye besak bukan main
manusia mempunyai setelah mati akan disikse”, “kalau
hubungan kepada Tuhan nanti kite di sikse ancur badan
yang Maha Esa (hubungan umpame debu”, “kalu lah ancur
sebagai Mahluk Ciptaan dan umpame debu, menangis badan
Pencipta)”. tinggal menangis” dan “banyak
ughang tangis menangis dide
nurutkah nabi Muhammad”.
6. Sub indikator no-14 yaitu “sembayang lime waktu, jangan
“Adanya pengajaran atau benagh bebuat jahat” dan
pesan bahwa setiap manusia “sangkan jangan bebuat jahat,
harus memperlakukan dusenye besak bukan main”.
manusia yang lainnya sesuai
dengan harkat dan
martabatnya”
7. Sub indikator no-16 yaitu “sembayang lime waktu, jangan
“Adanya pengajaran atau benagh bebuat jahat” dan
pesan di dalam tadut agar “sangkan jangan bebuat jahat,
tidak berbuat jahat kepada dusenye besak bukan main”
orang lain tanpa memandang
apapun baik suku, agama,
ras, kedudukan sosial dan
warna kulit”.
40 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 1, MEI 2018

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
8. Sub indikator no-19 yaitu “sembayang lime waktu, jangan
“Adanya pengajaran atau benagh bebuat jahat” dan
pesan di dalam Tadut kepada “sangkan jangan bebuat jahat,
masyarakat pagaralam agar dusenye besak bukan main”
tidak bersikap semena-mena
terhadap orang lain”.
9. Sub indikator no-20 yaitu “sembayang lime waktu, jangan
“Adanya pengajaran atau benagh bebuat jahat” dan
pesan di dalam Tadut kepada “sangkan jangan bebuat jahat,
masyarakat pagaralam agar dusenye besak bukan main”
menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusian”.
10. Sub indikator no-44 “sembayang lime waktu, jangan
yaitu“Adanya pengajaran benagh bebuat jahat” dan
atau pesan di dalam Tadut “sangkan jangan bebuat jahat,
kepada masyarakat dusenye besak bukan main”
pagaralam agar berbuat adil
kepada setiap manusia”.
2. Tadut 1. Sub indikator no-2 yaitu “Ndak sembayang lime waktu,
Inuriyah “Adanya pengajaran atau Dalam saghi semalam”,
Dik pesan di dalam tadut yang “Sembayang Menggerip Ibu bape
Nginak- kepada masyarakat
Inuriyah, Sembayang Menggerip
e pagaralam untuk beribadah lah udim memberi salam”,
kepada Tuhan yang Maha “Sembayang Subuh ibu bape
Esa (Khususnya beribadah inuriyah, Sembayang subuh lah
kepada Allah Swt. di dalamudim memberi salam” yang
agama Islam)”. artinya dan “Sembayang asar ibu
bape Inuriyah, Sembayang asar
lah udim memberi salam
2. Sub indikator no-4 yaitu “Ndak sembayang lime waktu,
“Adanya pengajaran atau Dalam saghi semalam”.
pesan di dalam tadut tentang
tata cara ibadah sesuai
dengan agama dan
kepercayaan masing-masing
(khususnya Islam)”.
3. Sub indikator no-5 yaitu “Sampay nggah imam mesejit
“Adanya pengajaran atau mekah, Ape ade Inuriyah di sini”,
pesan berupa perintah dan “Sampay nggah imam mesejit
larangan di dalam tadut mekah, Ape ade Inuriyah di sini.”,
kepada masyarakat “Ndak sembayang lime waktu,
pagaralam yang beragama Dalam saghi semalam”,
Islam dalam menjalani “Sembayang Menggerip Ibu bape
Analisis Nilai-nilai..... Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal 41

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
kehidupan di dunia dan Inuriyah, Sembayang Menggerip
akhirat”. lah udim memberi salam”,
“Sembayang Subuh ibu bape
inuriyah, Sembayang subuh lah
udim memberi salam” dan
“Sembayang asar ibu bape
Inuriyah, Sembayang asar lah
udim memberi salam”
4. Sub indikator no-8 yaitu “sama dengan penggalan kalimat
“Adanya pengajaran atau sebelumnya yaitu sub indikator
pesan yang terkandung di no-5” dan ditambah “Dicari ibu
dalam tadut yang bape Inuriyah, Cium kiri cium
mengajarkan kepada kanan, Anakku Inuriyah, Dicari
masyarakat Pagaralam sukagh dapat” dan “Dijawab li
bahwa agama adalah Inuriyah, Mbakmane ndak
hubungan antara pribadi betemu, Jangankan sedekah
manusia dengan Tuhan” cucugh ayik di kuburan lagi dide”
5. Sub Indikator no-9 yaitu “penggalan kalimat yang sama
“Adanya pengajaran atau dengan sub indikator sebelumnya
pesan yang terkandung di yaitu sub indikator no-8”
dalam tadut yang
mengajarkan kepada
masyarakat Pagaralam
bahwa agama adalah
hubungan antara pribadi
manusia dengan Tuhan”
3. Tadut 1. Sub indikator no-5 yaitu “jangan ase badan gi budak, janji
Kontem “Adanya pengajaran atau nga tuhan belu keruwan” dan
porer pesan berupa perintah dan “Nyawe ilang jangan diseding,
larangan di dalam tadut Seumpame ndi talang balik
kepada masyarakat dusun”.
pagaralam yang beragama
Islam dalam menjalani
kehidupan di dunia dan
akhirat”.
2. Sub indikator no-8 yaitu “jangan ase badan gi budak, janji
“Adanya pengajaran atau nga tuhan belum keruwan”
pesan yang terkandung di
dalam tadut yang
mengajarkan kepada
masyarakat Pagaralam
bahwa agama adalah
hubungan antara pribadi
42 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 1, MEI 2018

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
manusia dengan Tuhan”.
3. Sub indikator no-9 yaitu “jangan ase badan gi budak, janji
“Adanya pengajaran atau nga tuhan belum keruwan”
pesan di dalam tadut bahwa
manusia mempunyai
hubungan kepada Tuhan
yang Maha Esa (hubungan
sebagai Mahluk Ciptaan dan
Pencipta)”.
4. Tadut 1. Sub indikator no-1 yaitu “Paretame, syahadat
Rukun “Adanya pengajaran atau mengucapkan dengan sungguh
Islam pesan di dalam tadut yang lailahaillahlah Muhammada rasul
menyatakan bahwa allah”
masyarakat pagaralam
percaya dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha
Esa.”
2. Sub indikator no-2 yaitu “Paretame, syahadat
“Adanya pengajaran atau mengucapkan dengan sungguh
pesan di dalam tadut yang lailahaillahlah Muhammadah
kepada masyarakat rasul allah. Keduwe, menegakkan
pagaralam untuk beribadah sembahyang lime waktu. Ketige,
kepada Tuhan yang Maha puwase bulan remedun. Keempat,
Esa (Khususnya beribadah membayar sekat nggah peterah.
kepada Allah Swt. di dalam Kelime, naik aji ke baitullah”
agama Islam)”.
3. Sub indikator no-4 yaitu “Paretame, syahadat
“Adanya pengajaran atau mengucapkan dengan sungguh
pesan di dalam tadut tentang lailahaillahlah Muhammadah
tata cara ibadah sesuai rasul allah. Keduwe, menegakkan
dengan agama dan sembahyang lime waktu. Ketige,
kepercayaan masing-masing puwase bulan remedun. Keempat,
(khususnya Islam)” membayar sekat nggah peterah.
Kelime, naik aji ke baitullah”
4. Sub indikator no-8 yaitu “Paretame, syahadat
“Adanya pengajaran atau mengucapkan dengan sungguh
pesan yang terkandung di lailahaillahlah Muhammadah
dalam tadut yang rasul allah. Keduwe, menegakkan
mengajarkan kepada sembahyang lime waktu. Ketige,
masyarakat Pagaralam puwase bulan remedun. Keempat,
bahwa agama adalah membayar sekat nggah peterah.
hubungan antara pribadi Kelime, naik aji ke baitullah”
manusia dengan Tuhan)”.
Analisis Nilai-nilai..... Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal 43

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
5. Sub indikator no-9 yaitu “Paretame, syahadat
“Adanya pengajaran atau mengucapkan dengan sungguh
pesan yang terkandung di lailahaillahlah Muhammadah
dalam tadut yang rasul allah. Keduwe, menegakkan
mengajarkan kepada sembahyang lime waktu. Ketige,
masyarakat Pagaralam puwase bulan remedun. Keempat,
bahwa agama adalah membayar sekat nggah peterah.
hubungan antara pribadi Kelime, naik aji ke baitullah”
manusia dengan Tuhan)”.
5. Tadut 1. Sub indikator no-1 yaitu “paretame, peracaye kepada Allah
Rukun “Adanya pengajaran atau ta’ala”
Iman pesan di dalam tadut yang
menyatakan bahwa
masyarakat pagaralam
percaya dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha
Esa.”
2. Sub indikator no-2 yaitu “Paretame, percaye kepada allah
“Adanya pengajaran atau ta’ala. Keduwe, percaye kepade
pesan di dalam tadut yang malaikat. Ketige, percaye kepade
kepada masyarakat rasul allah. Keempat, percaye
pagaralam untuk beribadah kepade kitab allah. Kelime,
kepada Tuhan yang Maha percaye kepade aghi kiamat.
Esa (Khususnya beribadah Keenam,percaye kepade tekedir-
kepada Allah Swt. di dalam nye.”
agama Islam)”
3. Sub indikator no-5 yaitu “Kelime, percaye kepade aghi
“Adanya pengajaran atau kiamat” dan “Keenam,percaye
pesan berupa perintah dan kepade tekedir-nye.”
larangan di dalam tadut
kepada masyarakat
pagaralam yang beragama
Islam dalam menjalani
kehidupan di dunia dan
akhirat.”
4. Sub Indikator no-8 yaitu “Paretame, percaye kepada allah
“Adanya pengajaran atau ta’ala. Keduwe, percaye kepade
pesan yang terkandung di malaikat. Ketige, percaye kepade
dalam tadut yang rasul allah. Keempat, percaye
mengajarkan kepada kepade kitab allah. Kelime,
masyarakat Pagaralam percaye kepade aghi kiamat.
bahwa agama adalah Keenam,percaye kepade tekedir-
hubungan antara pribadi nye.”
44 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 1, MEI 2018

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
manusia dengan Tuhan”.
5. Sub indikator no-9 yaitu “Paretame, percaye kepada allah
“Adanya pengajaran atau ta’ala.”
pesan di dalam tadut bahwa
manusia mempunyai
hubungan kepada Tuhan
yang Maha Esa (hubungan
sebagai Mahluk Ciptaan dan
Pencipta)”.
6. Tadut 1. Sub indikator no-1 yaitu “Tuape dibatak balek, iman..iman
Tuape di “Adanya pengajaran atau aretinye parecaye kepade Allah
Batak pesan di dalam tadut yang ta’allah”
Balek menyatakan bahwa
masyarakat pagaralam
percaya dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha
Esa”.
2. Sub indikator no-3 yaitu “Tuhan yang kuase, Yang patut
“Adanya pujian-pujian dipercaye, Tiade ade duenye,
kepada Tuhan yang Maha Yang harus kite percaye”
Esa (di dalam Agama Islam
yaitu pujian kepada Allah
Swt.)”.
3. Sub indikator no-8 yaitu “Kepade yang kuase, Tetutup ati
“Adanya pengajaran atau sebenarenye, Idup tiade akan
pesan yang terkandung di bercaye”
dalam tadut yang
mengajarkan kepada
masyarakat Pagaralam
bahwa agama adalah
hubungan antara pribadi
manusia dengan Tuhan”
4. Sub indikator no-9 yaitu “Kepade yang kuase, Tetutup ati
“Adanya pengajaran atau sebenarenye, Idup tiade akan
pesan di dalam tadut bahwa bercaye”
manusia mempunyai
hubungan kepada Tuhan
yang Maha Esa (hubungan
sebagai Mahluk Ciptaan dan
Pencipta)”

Tabel 3.2 Analisis data Tadut Pedoman Hidup


Analisis Nilai-nilai..... Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal 45

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
1. Tadut 1. Sub indikator no-5 yaitu “endung sembayang bapange
Nasihat “adanya pengajaran atau dide, umpame kupi dek
pesan berupa perintah dan begule”
larangan di dalam tadut
kepada masyarakat pagaralam
yang beragama islam dalam
menjalani kehidupan di dunia
dan akhirat”.
2. Sub indikator no-40 yaitu “kebile pule guru dek marah,
“adanya pengajaran atau duet bayaran kah dek
pesan di dalam Tadut kepada bejajan”
masyarakat pagaralam bahwa
keputusan yang diambil harus
dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan,
mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan
bersama”.
3. Sub indikator no-46 yaitu “kebile pule guru dek marah,
“adanya pengajaran atau duet bayaran kah dek
pesan di dalam Tadut kepada bejajan” dan “empok endung
masyarakat pagaralam agar lah cengki marah, ame
menjaga keseimbangan antara sekolah andun ciwekan”
hak dan kewajiban”.
4. Sub indikator no-50 yaitu “empok endung lah cengki
“adanya pengajaran atau marah, ame sekolah andun
pesan di dalam Tadut kepada ciwekan”
masyarakat pagaralam tidak
menggunakan hak milik
untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup
mewah”
5. Sub indikator no-55 yaitu “kebile pule bapang dek
“adanya pengajaran atau marah, ame sekulah minggat
pesan di dalam Tadut kepada saje”
masyarakat pagaralam agar
suka melakukan kegiatan
dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan
46 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 1, MEI 2018

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
berkeadilan sosial”
6. Sub indikator no-56 yaitu “kebile pule bapang dek
“adanya pengajaran atau marah, ame sekulah minggat
pesan di dalam Tadut kepada saje”
masyarakat pagaralam agar
belajar dan mengikuti
pendidikan yang ada di
Indonesia demi untuk
mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan
sosial”
2. Tadut 1. Sub indikator no-48 yaitu “Merantau takut lengit,
Bujang “Adanya pengajaran atau Antian badan mati ase”,
Bekurung pesan di dalam Tadut kepada “Rencane kembang di ajang,
masyarakat pagaralam agar Antian badan dek nyantuk
suka pertolongan kepada nyampai” dan “Semang
orang lain agar dapat berdiri ninggalkah nasi pejadi, Sedut
sendiri.” ninggalkah lah mandian, Ade
rencane dek mancung mutus,
Itulah kisah bujang
bekurung”
2. Sub indikator no-52 yaitu “sama dengan penggalan
“Adanya pengajaran atau kalimat sebelumnya sub
pesan di dalam Tadut kepada indikator no-46” dan
masyarakat pagaralam agar “Sembak percun ndak
Suka bekerja keras.” nimbak bulan, Angan tiade
kesampaian”
3. Tadut Dek 1. Sub indikator no-15 yaitu “Direnung di dendam
Semandian “Adanya pengajaran atau dendam, Ading di dendam
pesan di dalam Tadut kepada dindak nuleh”, “Tuape idup
masyarakat pagaralam bahwa lok kami, Ulas dek ngenjok
setiap manusia mempunyai bebande dide” dan “Lemak
hak dan kewajiban yang sama die dengah betolak, Beulas
tanpa memandang apapun ilok bebande pule”
baik suku, agama, ras,
kedudukan sosial dan warna
kulit”.
2. Sub indikator no-16 yaitu “Direnung di dendam
“Adanya pengajaran atau dendam, Ading di dendam
pesan di dalam tadut agar dindak nuleh”, “Tuape idup
tidak berbuat jahat kepada lok kami, Ulas dek ngenjok
orang lain tanpa memandang bebande dide” dan “Lemak
apapun baik suku, agama, ras, die dengah betolak, Beulas
Analisis Nilai-nilai..... Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal 47

No Tadut Sub Indikator Yang Penggalan Kalimat


Terkandung
kedudukan sosial dan warna ilok bebande pule”
kulit”
4. Tadut 1. Sub indikator no-5 yaitu “Nunggu denie dek
Jangan “Adanya pengajaran atau bepinggir”
Endak Ase pesan berupa perintah dan
larangan di dalam tadut
kepada masyarakat pagaralam
yang beragama Islam dalam
menjalani kehidupan di dunia
dan akhirat.”
2. Sub indikator no-15 yaitu “Ase calak ase kiya’i, Denie
“Adanya pengajaran atau ade ndak dighi, Ase alap ase
pesan di dalam Tadut kepada berete, Keting lah ngingkeng
masyarakat pagaralam bahwa tengah laman, Sangkan idup
setiap manusia mempunyai jangan endak ase, Rete bukan
hak dan kewajiban yang sama kebanggaan, Pangkat bukan
tanpa memandang apapun jadi jaminan” dan “ase denie
baik suku, agama, ras, ndekok sughang, Calak pintar
kedudukan sosial dan warna jadi sumbaran”.
kulit.”
3. Sub indikator no-16 yaitu “Sama dengan penggalan
“Adanya pengajaran atau kalimat sebelumnya yaitu sub
pesan di dalam tadut agar indikator ke-15 ”.
tidak berbuat jahat kepada
orang lain tanpa memandang
apapun baik suku, agama, ras,
kedudukan sosial dan warna
kulit.”
4. Sub indikator no-29 yaitu “Ghapat nepuk ayek di
“Adanya pengajaran atau dulang, Segale jeme lah dide
pesan di dalam Tadut kepada nangkup, Becele becelake”
masyarakat pagaralam agar
menjaga dan memelihara
ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.”
5. Sub indikator no-45 yaitu Ghapat nepuk ayek di dulang,
“Adanya pengajaran atau Segale jeme lah dide
pesan di dalam Tadut kepada nangkup, Becele becelake”
masyarakat pagaralam agar
tidak berbuat jahat kepada
sesama manusia.”
48 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 1, MEI 2018

Setelah proses analisis tersebut melalui butir ke-2 “Sanggup dan rela berkorban
56 sub indikator dikembangkan dari untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
Ketetapan MPR No: II/MPR/1978 tentang 45 diperlukan”.
pedoman pengamalan Pancasila, dilakukan Analisis yang dilakukan pada
satu proses analisis untuk mengetahui nilai kelompok Tadut pedoman kehidupan yang
dasar dan nilai praksisnya. terdiri dari Tadut Nasihat, Tadut Bujang
Hasil dari analisis data observasi Bekurung, Tadut Dek Semandian dan Tadut
untuk mengetahui nilai-nilai praksis Jangan Endak Ase dapat diketahui bahwa
Pancasila yang terkandung dalam seni tutur terkandung nilai-nilai praksis Pancasila yaitu
Tadut dengan Indikator berdasarkan pada Sila Kesatu butir ke-2 “Manusia
Ketetapan MPR No: II/MPR/1978 tentang 45 Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
pedoman pengamalan Pancasila terhadap Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
syair-syair seni tutur Tadut yang telah kepercayaan masing-masing menurut dasar
didapatkan. Kemudian analisis yang kemanusian yang adil dan beradab”.
dilakukan pada kelompok pengajaran Agama Kemudian Sila Kedua butir ke-2 “Mengakui
Islam yang terdiri dari Tadut dan memperlakukan manusia sesuai dengan
Sejemahat/seminggu, Tadut Inuriyah dik harkat dan martabatnya sebagai mahluk
Nginak-e, Tadut Kontemporer, Tadut Rukun Tuhan Yang Maha Esa”. Kemudian Sila
Islam, Tadut Rukun Iman dan Tadut Tuape di Ketiga butir ke-5 “Memelihara ketertiban
Batak Balek dapat diketahui bahwa dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
terkandung nilai-nilai praksis Pancasila yaitu perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
pada Sila Kesatu butir ke-1 “Bangsa Kemudian Sila Keempat butir ke-9
indonesia menyatakan kepercayaan dan “Keputusan yang diambil harus dapat
ketakwaaan-nya kepada Tuhan Yang Maha dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Esa”, butir ke-2 “Manusia Indonesia percaya Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
sesuai dengan agama dan kepercayaan kebenaran dan keadilan, mengutamakan
masing-masing menurut dasar kemanusian persatuan dan kesatuan demi kepentingan
yang adil dan beradab” dan butir ke-5 bersama”. Terakhir Sila Kelima butir ke-2
“Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan “Mengembangkan sikap adil terhadap
Yang Maha Esa adalah masalah yang sesama”, butir ke-3 yaitu “Menjaga
menyangkut hubungan pribadi manusia keseimbangan antara hak dan kewajiban”,
dengan tuhan yang maha esa”. Selanjutnya butir ke-5 “Suka memberi pertolongan
Sila Kedua butir ke-1 “Mengakui dan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri”,
memperlakukan manusia sesuai dengan butir ke-7 “Tidak menggunakan hak milik
harkat dan martabatnya sebagai mahluk untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
Tuhan Yang Maha Esa”, butir ke-2 gaya hidup mewah”, butir ke-9 “Suka bekerja
“Mengakui persamaan derajat, persamaan keras” dan butir ke-11 “Suka melakukan
hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, kegiatan dalam rangka mewujudkan
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, kemajuan yang merata dan berkeadilan
agama, kepercayaan, jenis kelamin, sosial”.
kedudukan sosial, warna kulit dan Apabila dilakukan analisis terhadap
sebagainya”, butir ke-5 “Mengembangkan kesepuluh syair Tadut tersebut diperoleh data
sikap tidak semena-mena terhadap orang bahwa dari kesepuluh syair Tadut terkandung
lain” dan butir ke-6 “Menjunjung tinggi nilai- nilai praksis pada Sila Kesatu Butir ke-1
nilai kemanusian”. Kemudian Sila Ketiga yaitu “Bangsa indonesia menyatakan
Analisis Nilai-nilai..... Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal 49

kepercayaan dan ketakwaaan-nya kepada mewujudkan kemajuan yang merata dan


Tuhan Yang Maha Esa”, Butir ke-2 yaitu berkeadilan sosial”
“Manusia Indonesia percaya dan takwa Setelah dilakukan analisis juga
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai diperoleh data nilai-nilai praksis yang
dengan agama dan kepercayaan masing- terkandung dari kesepuluh syair Tadut
masing menurut dasar kemanusian yang adil tersebut berjumlah 47 butir yang terdapat
dan beradab” dan Butir ke-5 yaitu “Agama dalam Sila ke-1 yaitu 29 butir, Sila ke-2 yaitu
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha 8 butir, Sila ke-3 yaitu 1 butir, Sila ke-4 yaitu
Esa adalah masalah yang menyangkut 1 butir, dan Sila ke-5 yaitu 8 butir.
hubungan pribadi manusia dengan tuhan Kemudian Persentasi nilai-nilai Pancasila
yang maha esa”. Kemudian pada Sila Kedua yang terkandung dalam seni tutur Tadut :
Butir ke-1 yaitu “Mengakui dan Sila Ke-1 : 29/47 × 100 % = 61,7 %
memperlakukan manusia sesuai dengan Sila Ke-2 : 8/47× 100 % = 17,02%
harkat dan martabatnya sebagai mahluk Sila Ke-3 : 1/47 × 100 % = 2,12 %
Tuhan Yang Maha Esa”, Butir ke-2 yaitu Sila Ke-4 : 1/47 × 100 % = 2,12 %
“Mengakui persamaan derajat, persamaan Sila Ke-5 : 8/47 × 100 % = 17,02 %
hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, Setelah di analisis maka nilai yang
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, paling dominan adalah nilai yang terkandung
agama, kepercayaan, jenis kelamin, pada Sila Ke-1 dengan persentasi 61,7%,
kedudukan sosial, warna kulit dan sedangkan Sila Ke-2 mencapai 17,02%, Sila
sebagainya”, Butir ke-5 yaitu Ke-3 mencapai 2,12%, Sila Ke-4 mencapai
“Mengembangkan sikap tidak semena-mena 2,12%, dan Sila Ke-5 mencapai 17,02%.
terhadap orang lain” dan Butir ke-6 yaitu
“Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian”. SIMPULAN
Kemudian pada Sila Ketiga Butir ke-5 yaitu
“Memelihara ketertiban dunia yang Berdasarkan hasil penelitian yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa di
dan keadilan sosial”. Kemudian pada Sila dalam seni tutur Tadut yang di analisis yaitu
Keempat Butir ke-9 yaitu “Keputusan yang Tadut Pengajaran Agama Islam yang terdiri
diambil harus dapat dipertanggungjawabkan dari Tadut Sejemahat/seminggu, Tadut
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, Inuriyah dik Nginak-e, Tadut Kontemporer,
menjunjung tinggi harkat dan martabat Tadut Rukun Islam, Tadut Rukun Iman dan
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, Tadut Tuape di Batak Balek. Kemudian
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi Tadut Pedoman Hidup terdiri dari Tadut
kepentingan bersama”. Kemudian terakhir Nasihat, Tadut Bujang Bekurung, Tadut Dek
Sila Kelima Butir ke-2 yaitu Semandian dan Tadut Jangan Endak Ase
“Mengembangkan sikap adil terhadap terkandung nilai-nilai Praksis Pancasila
sesama”, Butir ke-3 yaitu “Menjaga berdasarkan Ketetapan MPR Nomor:
keseimbangan antara hak dan kewajiban”, II//MPR/1978 tentang Ekaprasetia
Butir ke-5 yaitu “Suka memberi pertolongan Pancakarsa dari Pancasila.
kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri”, Setelah dilakukan analisis terhadap
Butir ke-7 yaitu “Tidak menggunakan hak kesepuluh syair Tadut tersebut maka dapat
milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan disimpulkan bahwa di dalam seni tutur Tadut
dan gaya hidup mewah”, Butir ke-9 yaitu terkandung nilai dasar dan nilai praksis
“Suka bekerja keras” dan Butir ke-11 yaitu Pancasila, yaitu Nilai Dasar Ketuhanan yang
“Suka melakukan kegiatan dalam rangka meliputi Nilai Praksis pada Butir ke-1 yaitu
50 JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 1, MEI 2018

“Bangsa indonesia menyatakan kepercayaan ke-3 yaitu “Menjaga keseimbangan antara


dan ketakwaaan-nya kepada Tuhan Yang hak dan kewajiban”. Kemudian Nilai praksis
Maha Esa”. Kemudian Nilai Praksis pada pada Butir ke-5 yaitu “Suka memberi
Butir ke-2 yaitu “Manusia Indonesia percaya pertolongan kepada orang lain agar dapat
dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berdiri sendiri”. Kemudian Nilai praksis pada
sesuai dengan agama dan kepercayaan Butir ke-7 yaitu “Tidak menggunakan hak
masing-masing menurut dasar kemanusian milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan
yang adil dan beradab”. Kemudian Nilai dan gaya hidup mewah”. Kemudian Nilai
Praksis pada Butir ke-5 yaitu “Agama dan praksis pada Butir ke-9 yaitu “Suka bekerja
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa keras”. Kemudian Nilai praksis pada Butir
adalah masalah yang menyangkut hubungan ke-11 yaitu “Suka melakukan kegiatan dalam
pribadi manusia dengan tuhan yang maha rangka mewujudkan kemajuan yang merata
esa” dan berkeadilan sosial”.
Selanjutnya Nilai Dasar Kemanusian Berdasarkan simpulan di atas, maka
yang meliputi Nilai praksis pada Butir ke-1 peneliti menyarankan kepada beberapa hal
yaitu “Mengakui dan memperlakukan kepada: pemerintah agar melestarikan seni
manusia sesuai dengan harkat dan tutur Tadut dengan kaitan untuk melestarikan
martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang nilai-nilai Pancasila yang terkandung
Maha Esa”. Kemudian Nilai praksis pada didalamnya di kota Pagaralam. Bagi pemuda
Butir ke-2 yaitu “Mengakui persamaan kota Pagaralam agar tidak malu untuk
derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi mempelajari seni tutur Tadut dengan kaitan
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan untuk mempelajari nilai-nilai Pancasila yang
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis terkandung didalamnya. Bagi sekolah kota
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan Pagaralam agar mengenalkan dan
sebagainya”. Kemudian Nilai praksis pada mengajarkan seni tutur Tadut di dalam mata
Butir ke-5 yaitu “Mengembangkan sikap pelajaran dengan kaitan mengenalkan dan
tidak semena-mena terhadap orang lain”. mengajarkan nilai-nilai Pancasila yang
Kemudian Nilai praksis pada Butir ke-6 yaitu terkandung didalamnya. Bagi peneliti lain
“Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian”. disarankan agar dapat meneliti upaya atau
Selanjutnya Nilai Dasar Persatuan strategi yang dilakukan pemerintah untuk
yang meliputi Nilai Praksis pada Butir ke-5 mempertahankan eksistensi kebudayaannya
yaitu “Memelihara ketertiban dunia yang khususnya seni tutur dan lebih khusus lagi
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, seni tutur Tadut.
dan keadilan sosial”. Selanjutnya Nilai Dasar
Kerakyatan yang meliputi Nilai Praksis pada DAFTAR PUSTAKA
Butir ke-9 yaitu “Keputusan yang diambil
harus dapat dipertanggungjawabkan secara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sumatra Selatan. (2007). Kompilasi
menjunjung tinggi harkat dan martabat Sastra Tutur Sumatra Selatan.
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, Palembang: Dinas Kebudayaan dan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi Pariwisata Provinsi Sumatra
kepentingan bersama” Selatan.
Selanjutnya Nilai Dasar Keadilan
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Selatan.
yang meliputi Nilai praksis pada Butir ke-2
(2014). Sastra Tutur Sumatra
yaitu “Mengembangkan sikap adil terhadap
Selatan Jilid 2 (Sastra Tutur
sesama”. Kemudian Nilai praksis pada Butir
Analisis Nilai-nilai..... Dicky Febriansyah, Alfiandra, Emil El Faisal 51

Besemah). Palembang: Dinas Setiadi, Elly M. (2005). Pendidikan


Pendidikan Provinsi Sumatra Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
Selatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Estofany, Fredy. (2016). Penjelasan Bagi
Pemuda Pagaralam (http://fredy- Setijo, Pandji. (2006). Pendidikan Pancasila
estofany.blogspot.co.id/2016/02/ini Perspektif Sejarah Perjuangan
-penjelasan-bagi-pemuda- Bangsa. Jakarta: PT Gramedia
pagaralam. html / di akses pada 05 Widiasarana Indonesia.
oktober 2016)
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Munir, dkk. (2016). Pendidikan Pancasila. Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
Malang: Madani Media. 2015.

Notowidagdo, Rohiman. (2000). Ilmu


Budaya Dasar Berdasarkan Al-
quran dan Hadist. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

You might also like