You are on page 1of 12

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI PADA IBU

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN


WONOKUSUMO
THE CORRELATION BETWEEN PREDISPOSING FACTORS OF
MOTHER AND DIARRHEA INCIDENCE AMONG CHILDREN
UNDER FIVE YEARS OLD IN KELURAHAN WONOKUSUMO

Nindya Kirana

Universitas Airlangga Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas


Kesehatan Masyarakat Jl.Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Mbak.nindy@gmail.com

Abstarct : Diarrheal disease is one of health problems in Indonesian. Diarrhea is


one of leading causes of under-five mortality. In Wonokusumo, incidence of diarrhea
in 2016 is 352 cases. This study aims to know the relationship between predisposing
factors, such as knowledge, attitude and behavior of mothers and the incidence of
diarrhea in under-five children. The population is mothers whose babies and
toddlers in Rw 02 Kelurahan Wonokusumo. This study has 68 samples determined by
simple random sampling. Instruments in this study is a questionnaire, using Chi
square test analysis. The result of this research shows that attitude variable has p
value = 0.019 <α (0.05), so Ho is rejected. It means there is a significant
relationship between mother’s attitude and the incidence of diarrhea. Meanwhile,
the behavior variable results p value = 0.003 <α (0.05) so that H0 is rejected.
Hence, there is a relationship between mother’s behavior and the incidence of
diarrhea. Based on those results, health workers need to improve the understanding
of mothers, as well as their attitude, and behavior through health education.
Moreover, community outreach is also necessary to empower the community for
doing clean and healthy life behavior.

Keywords: Diarrhea,predispotion factors,children under five years old

Abstrak : Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di indonesia. Salah satu
penyebab kematian tertinggi pada balita adalah diare. Terdapat 352 kasus diare di
Wonokusumo pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan
antara faktor predisposisi (pengetahuan,sikap dan tindakan) ibu dalam kehidupan sehari-hari
yang diterapkannya dengan kejadian diare pada balita. Populasi pada penelitian adalah ibu
yang memiliki balita di RW 02 Kelurahan Wonokusumo. Teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling dengan besar sampel 68 responden. Instrumen
berupa kuesioner, dengan menggunakan analisis uji Chi square. Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel sikap memiliki p value = 0.019 < α (0.05) sehingga Ho ditolak artinya ada
hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di rw 02. Dan
variabel tindakan, p value = 0.003 < α (0.05) sehingga H0 ditolak artinya ada hubungan
antara tindakan ibu terhadap kejadian diare pada bayi dan balita di Rw 02. Berdasarkan
penelitian tersebut maka disarankan kepada petugas kesehatan diwilayah Wonokusumo
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu balita dengan pendidikan atau
promosi kesehatan serta melakukan pendekatan dan memberdayakan masyarakat untuk
hidup bersih dan sehat.

Kata Kunci: Diare, faktor predisposisi, balita

PENDAHULUAN menyebabkan kematian. Pada tahun 2015


terjadi 18 kali KLB diare yang terjadi di
Menurut data WHO pada tahun 11 provinsi, 18 kabupaten/kota dengan
2013, diare merupakan penyakit kedua jumlah kasus 1.213 dan kasus kematian
yang menyebabkan kematian pada anak- 30 orang (CFR 2.47%). Diharapkan angka
anak balita (bawah lima tahun), dan diare kematian (CFR) pada saat KLB adalah
sudah membunuh 760.000 anak setiap ≤1%. Berdasarkan data dari profil
tahunnya. Sebagian besar penderita diare kesehatan 2015 terlihat bahwa CFR saat
yang meninggal dikarenakan terjadinya terjadinya KLB diare pada tahun 2015
dehidrasi atau kehilangan cairan dalam masih cukup tinggi yaitu ≥1% angka ini
jumlah yang besar. Di dunia, terdapat 1,7 meningkat menjadi 2,47% yang
miliar kasus diare yang terjadi setiap sebelumnya pada tahun 2011 CFR saat
tahunnya. Menurut dari hasil Riset KLB diare adalah 0,40%.
Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) Berdasarkan data dari profil
pada tahun 2013 kasus diare pada balita di kesehatan Indonesia 2015, Jawa timur
Indonesia yaitu 6,7%. Ada lima provinsi mempunyai 49.405 kasus perkiraan diare
dengan kasus diare tertinggi yaitu Aceh dan sekitar 58,7% kasus yang ditangani.
(10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta Menurut kelompok umur, prevelensi
(8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%) dan kejadian diare tertinggi terdeteksi pada
Banten (8,0%). Karakteristik penderita anak balita yaitu 16,7%. Kasus diare yang
diare pada balita tertinggi adalah pada ditangani kota Surabaya pada tahun 2015
kelompok umur 12-23 bulan (7,6%). sebanyak 65.447 kasus dari 60.960
Penyakit diare menjadi penyebab 1,8 juta (107,36%) perkiraan kasus diare yang
orang meninggal setiap tahunnya dan 90% ada. Cakupan pelayanan diare pada balita
adalah anak usia dibawah lima tahun di wilayah kerja puskesmas wonokusumo
(WHO,2004). Penyakit diare lebih sering tahun 2016 sebanyak 352 kasus.
menyerang anak balita dikarenakan masih Berdasarkan hasil kuesioner awal
lemahnya daya tahan tubuh mereka diketahui kejadian diare di RW 02 sebesar
sehingga balita akan lebih rentan terhadap 65,67%
bakteri penyebab diare. Banyak faktor yang menyebabkan
Penyakit diare masih menjadi suatu kejadian diare pada balita. Salah satunya
permasalahan kesehatan di negara adalah kurangnya sikap dan pengetahuan
berkembang seperti indonesia. Penyakit terkait diare. Faktor penyebab diare pada
diare adalah penyakit yang ditandai balita adalah karena faktor lingkungan,
dengan perubahan bentuk dan konsistensi faktor tingkat pengetahuan ibu, sosial
tinja melembek sampai cair dan ekonomi, dan faktor makanan serta
bertambahnya frekuensi BAB lebih dari minuman yang dikonsumsi (Rusepno,
biasanya , umumnya tiga atau lebih dalam 2008). Menurut Depkes RI tahun 2007,
sehari (Depkes RI,2012). Sebenarnya ada beberapa perilaku yang
diare dapat digolongkan sebagai penyakit mengakibatkan peningkatan terjadinya
yang ringan , akan tetapi jika terjadi diare pada balita yaitu antara lain ibu yang
mendadak perawatan yang diberikan tidak tidak memberikan ASI Eksklusif pada
tepat maka akan berdampak fatal .Di bayi sampai usia 6 bulan karena balita
indonesia penyakit diare merupakan yang tidak diberikan asi eksklusif
penyakit endemis yang berpotensi KLB memiliki resiko lebih besar untuk terkena
yang bisa menyebabkan kematian. diare dari pada yang diberi asi eksklusi,
Penyakit ini biasanya menyerang bayi dan penggunaan botol susu menyebabkan
balita, jika tidak diatasi lebih lanjut akan pencemaran kuman lebih mudah karena
menyebabkan dehidrasi yang bisa perawatan serta membersihkan botol susu
lebih susah, jika menggunakan botol yang perilaku baru akan terbentuk dimulai dari
tidak bersih dan tidak steril akan pengaruh kognitifnya sehingga
menyebabkan pencemaran kuman atau menimbulkan pengetahuan baru yang
bakteri penyebab diare. Penyimpanan kemudian akan menimbulkan suatu
makanan yang tidak benar seperti respon yaitu perubahan sikap dan
menyimpannya pada suhu kamar dengan akhirnya akan menimbulkan suatu
waktu yang berjam-jam akan tindakan. Pengetahuan yang dimiliki ibu
menyebabkan kemungkinan makanan akan mempengaruhi sikap ibu terhadap
tercemar bakteri penyebab diare. Tidak upaya pencegahan suatu penyakit.
mencuci tangan sebelum dan sesudah Pembentukan suatu tindakan atau
BAB/BAK atau saat akan memegang perubahan perilaku dimulai dari
makanan juga menjadi penyebab kejadian pengetahuan dan informasi yang dimiliki,
diare, tidak membuang tinja di saluran semakin banyak informasi yang didapat
septic tank akan menyebabakn berbagai akan menjadi dasar dalam perubahan
macam penyakit salah satunya adalah sikap pada seseorang. Oleh karena itu,
diare. dilakukannya penyuluhan tentang diare
Rendahnya pengetahuan ibu tentang agar pengetahuan ibu meningkat dan
tata laksana penyakit diare, pencegahan karena peningkatan pengetahuan itu akan
diare dan pengobatan diare akan merubah sikap ibu dalam kehidupan
mempengaruhi kejadian kesakitan dan sehari-hari. Sehingga penyakit diare dapat
kematian akibat diare. Pemberian oralit diminimalisir dengan baik. Sesorang
sangat dibutuhkan sebagai pengelolahan dapat sehat ataupun sakit akibat dari
diare pada balita, karena oralit digunakan perilaku atau kebiasaan yang dilakukan
sebagai rehidrasi saat balita yang terkena pada kehidupannya sehari-hari.
diare kehilangan cairan. Jika ibu yang Kebiasan perilaku yang tidak sehat
memiliki balita tidak mengetahui cara akan menjadi penyebab suatu penyakit,
pembuatan oralit akan mengakibatkan sedangkan kebiasaan perilaku yang sehat
penyakit diare tidak ditangani dengan akan membuat sehat (Soemirat,2004).
cepat. Pengobatan diare dengan oralit Oleh karena itu, perilaku sehat dalam
terbukti efektif menurunkan sampai 40% kehidupan sehari-hari harus diterapkan.
tingginya angka kematian balita akibat Menjaga kebersihan pada kehidupan
penyakit diare. Pengobatan diare dengan sehari-hari merupakan salah satu contoh
pemakaian oralit pada penduduk di perilaku sehat. Karena jika kita tidak
Indonesia sebesar 33,3% menjaga kebersihan, bisa mengakibatkan
(RISKESDAS,2013). suatu penyakit. Salah satu kebersihan
Menurut RISKESDAS 2013, terdapat yang harus diperhatikan adalah kebersihan
lima provinsi tertinggi pemakaian oralit lingkungan, keadaaan lingkungan yang
yaitu Papua (59,3%), Papua Barat sehat dan bersih akan mempengaruhi
(52,4%), Nusa Tenggara Barat (52,3), status kesehatan. Kebersihan lingkungan
Nusa Tenggara Timur (51,5) dan Jambi mempunyai ruang lingkup yaitu
(51,4%). Dapat dilihat bahwa hanya mencakup kebersihan perumahan,
setengah persen dari jumlah penduduk pembuangan kotoran manusia atau tinja,
yang memakai oralit sebagai pengobatan penyediaan air bersih serta pembuangan
diare. Hal ini bisa saja disebabkan karena air limbah, pembuangan sampah, dan
kurangnya pengetahuan masyarakat kandang untuk hewan ternak
tentang pengobtan diare dengan oralit (Anwar,2009).
serta cara pembuatan oralit. Selain itu Lingkungan dengan sanitasi buruk
penerapan hidup bersih dan sehat akan menjadi faktor timbulnya penyakit
merupakan salah satu cara untuk yang mengganggu kesehatan, jika
menurunkan angka kejadian diare. kesehatan terganggu maka kesejahteraan
Sikap individu yang diperoleh lewat pun berkurang. Faktor lingkungan yang
suatu pengalaman akan menimbulkan tidak sehat dapat menjadi tempat
pengaruh langsung terhadap perilaku berkembang biak kuman penyebab diare
seseorang berikutnya (Azwar,2005). sehingga pengetahuan dan sikap ibu akan
Menurut Notoatmodjo tahun 2012, mempengaruhi kondisi sanitasi
lingkungannya. Serta perilaku sehari-hari Tempat penelitian dilakukan di
yang dilakukan oleh para ibu pun akan balai Rw 02 Kelurahan Wonokusumo.
mempengaruhi keadaan lingkungan . Dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 10
Peneliti ingin meneliti tentang Februari 2017 pukul 08.00-12.00 Wib.
hubungan antara faktor predisposisi Instrumen penelitian menggunakan
(pengetahuan,sikap dan tindakan) ibu lembar kuesioner. Sebelumnya dilakukan
dengan kejadian diare pada balita. Tujuan pengujian instrumen, uji coba dilakukan
dari penelitian ini adalah untuk kepada ibu-ibu yang bukan menjadi
mengetahui adakah hubungan antara sampel dari penelitian yaitu ibu-ibu yang
faktor predisposisi (pengetahuan,sikap tidak berasal dari Rw 02.
dan tindakan) ibu dalam kehidupan Analisis data menggunakan uji Chi
sehari-hari yang diterapkannya dengan square tujuannya untuk mengetahui
kejadian diare pada balitanya. hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat.
METODE
HASIL dan PEMBAHASAN
Variabel pada penelitian ini terdiri
dari variabel terikat (dependent variabel) Setelah dilakukan pengumpulan
yaitu kejadian diare dan variabel bebasnya data melalui hasil kuesioner, kemudian
(independent variabel) yaitu faktor data diolah, diinterprestasikan, dan
predisposisi ibu (pengetahuan, sikap dan dianalisis sesuai dengan variabel yang
tindakan). diteliti. Didapatkan hasil dari kuesioner
Populasi penelitian ini adalah tentang karakteristik responden
seluruh ibu-ibu yang memiliki balita di berdasarkan usia, pendidikan, dan
Rw 02 sejumlah 210 orang dengan pekerjaan.
menggunakan teknik Simple random Berdasarkan hasil dari rumus
sampling. Simple random sampling Lemeshow diketahui minimal sample
merupakan salah satu jenis dari adalah 68 responden, pada saat
probabilitas, probabilitas sampling penyuluhan terdapat 38 responden yang
memberikan peluang yang sama kepada datang. Responden pada acara penyuluhan
populasi untuk menjadi anggota sampel. terkait diare yaitu ibu-ibu yang memiliki
Teknik sampling probabilitas bisa bayi dan balita. Data dibawah ini
dilakukan generalisasi sehingga bisa menggambarkan karakteristik responden.
dilakukan perhitungan dengan
menggunakan analisis statistik. Simple Tabel 1. Distribusi Frekuensi
random sampling adalah pengambilan Berdasarkan usia
sampel dengan persyaratan bahwa Responden
karakteristik populasi homogen atau Usia Frekuensi (%)
memiliki ciri yang sama terutama variabel 17-25 23 33,8
dependennya dan populasi kedudukannya 26-35 37 54,4
tidak tersebar (Aris Santjaka,2011). 36-45 7 10,3
Sampel adalah bagian dari populasi 46-55 1 1,5
yang bisa mewakili populasi. Sampel pada Total 68 100
penelitian ini adalah 68 responden. Sumber: data primer 2017
Sumber data yang digunakan dalam
penelitin ini adalah data primer (data yang Pembagian usia berdasarkan
didapakan peneliti secara langsung) dan pengkategorian usia menurut WHO tahun
data sekunder (data yang didapatkan 2009. Kategori remaja akhir yaitu dari
peneliti secara tidak langsung). Data usia 17 tahun – 25 tahun, kategori dewasa
primer didapatkan dari hasil penyebaran awal yaitu usia 26 tahun – 35 tahun,
instrumen dan wawancara sedangkan data kategori dewasa akhir yaitu 36 tahun – 45
sekunder didapatkan berdasarkan buku, tahun, dan kategori lansia awal 46 tahun –
jurnal ilmiah, artikel pada skripsi dan 55 tahun. Berdasarkan data diatas
sebagainya. diketahui responden terbanyak adalah
yang berusia 26 tahun sampai 35 tahun
(54,4%) sedangkan ada 1,5% yang Total 68 100
memiliki usia dengan kategori lansia
awal. Pekerjaan
Umur merupakan suatu indikator Ibu Rumah 40 56.8
kedewasaan untuk mengambil suatu Tangga
keputusan yang bisa didasari berdasarkan Pedagang 22 32.4
pengalaman yang dimiliki. Variabel umur Swasta 6 8.8
memiliki peranan cukup penting karena Total 68 100
bisa memberikan gambaran faktor Sumber: data primer 2017
penyebab suatu kejadian penyakit, serta
menjadi faktor sekunder yang perlu Menurut data diatas, diketahui
diperhitungkan dalam mengamati suatu pendidikan yang paling banyak dari
perbedaan frekuensi dari kejadian responden adalah tamat Sekolah Dasar
penyakit (Noor,2008). (50,0%). Dengan pendidikan rata-rata
Dari hasil penelitian yang adalah SD, akan menjadi faktor yang
dilakukan oleh Cahyaningrum 2015, berpengaruh terhadap pengetahuan
diwilayah kerja puskesmas Kalasan responden. Menurut Erfandi (2009),
diketahui bahwa ada hubungan antara usia pendidikan menjadi salah satu faktor yang
ibu dengan kejadian diare. menurut mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Notoadmodjo 2012, semakin tua usia Pendidikan akan mempengaruhi proses
seseorang maka proses pengembangan berfikir atau belajar sehingga akan lebih
mentalnya bertambah baik akan tetapi mudah untuk menerima informasi.
semakin tua daya ingat seseorang akan Semakin banyak informasi kesehatan
semakin berkurang. Akan tetapi faktor yang diterima maka akan semakin banyak
usia ibu menjadi bagian dari penentu pula pengetahuan yang didapat. Namun
perilaku ibu tetapi bukan menjadi tidak selamanya pendidikan rendah
penentu utama baik ataupun buruknya membuat pengetahuan pun rendah.
perilaku ibu dalam mencegah kejadian Pengetahuan tidak hanya didapat dari
diare. pendidikan formal tetapi bisa didapat dari
pendidikan non formal.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Diketahui sebanyak 56,8%
Berdasarkan Pendidikan responden adalah para ibu rumah tangga
dan Pekerjaan sehingga responden mempunyai waktu
Responden lebih banyak dirumah, sehingga
perawatan untuk bayi dan balita dilakukan
Variabel Frekuensi (%) oleh responden sendiri.
Ibu rumah tangga memiliki
Pendidikan kesempatan untuk merawat dan terus
Tamat SD 34 50.0 menjaga kesehatan keluarga, terutama
Tamat SLTP 26 38.2 anak. Dengan memperhatikan pola hidup
Tamat SLTA 8 11.8 bersih dan sehat, maka anggota keluarga
pun terbebas dari gangguan penyakit.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Diare pada Balita dan Karakteristik
Ibu di Rw 02 kelurahan Wonokusumo

Variabel Frekuensi (%)


Diare
Ya 37 54.4
Tidak 31 45.6
Total 68 100
Pengetahuan
Kurang 28 41.2
Cukup 30 44.1
Baik 10 14.7
Total 68 100
Sikap
Kurang 30 44.1
Cukup 24 35.3
Baik 14 20.6
Total 68 100
Tindakan
Baik 34 50
Buruk 34 50
Total 68 100
Sumber: data primer 2017

Tingkat pengetahuan ibu-ibu yang Benyamin Bloom membedakan tiga


memiliki bayi dan balita menjadi salah area dalam doamin perilaku yaitu kognitif,
satu faktor penentu terjadinya penyakit afektif, dan psikomotor. Kemudian oleh
diare. Tolak ukur tingkat pengetahuan ahli pendidikan diindonesia tiga domain
responden dengan menggunakan perilaku tersebut diartikan menjadi cipta
kuesioner, responden diberikan 20 untuk kognitif, rasa untuk afektif dan
pertanyaan mengenai pengertian diare, karsa untuk psikomotor
pencegahan diare dan tata laksana (Notoadmojo,2010).
pengobatan diare. Berdasarkan pembagian domain
Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku menurut Bloom terdapat tiga
tindakan responden dibagi menjadi tiga tingkatan ranah perilaku untuk
klasifikasi antara lain : baik jika jawaban kepentingan pendidikan yaitu
dengan nilai presentase 76-100%, cukup Pengetahuan (Knowledge), Sikap
jika jawaban dengan nilai presentase 56- (Attitude) dan Tindakan (Practice).
75%, dan untuk kategori kurang jika nilai Tingkat pendidikan memiliki efek
presentase ≤ 56% sedangkan untuk terhadap peningkatan pengetahuan
tindakan kategorinya adalah baik dan individu. Oleh karena itu, tinggi
buruk. pendidikan seseorang, maka semakin
Berdasarkan tabel diatas, diketahui mudah pula menerima informasi. Apabila
dari total 68 ibu yang memiliki balita individu memperoleh informasi yang
terdapat 37 responden yang balitanya tepat, maka secara langsung akan
mengalami kejadian diare. Pengetahuan menambah ilmu. Ilmu yang didapatkan
yang dimiliki dari 68 responden, terdapat akan lebih bermanfaat jika diaplikasikan
28 orang yang memiliki pengetahuan dengan sikap dan tindakan yang benar.
dengan kategori kurang dan 30
diantaranya memiliki sikap dengan Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
kategori kurang serta 34 orang responden Kejadian Diare
memiliki tindakan dengan kategori buruk.
Diketahui pengetahuan yang Tabel 4. Distribusi Hubungan
dimiliki oleh ibu-ibu yang memiliki balita Pengetahuan Ibu dengan
di Rw 02 rata-rata adalah dalam kategori Kejadian Diare Pada
cukup, untuk variabel sikap yang Bayi dan Balita di Rw
terbanyak adalah dalam kategori kurang, 02 Kelurahan
sedangkan untuk variabel tindakan Wonokusumo
kategori buruk 50% dan kategori baik
50%.
Penge Kejadian diare  
  Ibu harus mampu memberikan
ya tidak total contoh yang baik kepada anak. Misal
mencuci tangan dengan sabun setelah
tahuan n % n % n % buang air kecil, setelah buang air besar,
1 57. 1 42. 2 10 sebelum makan, setelah makan, sesudah
kurang 6 1 2 9 8 0 bermain dan sebagainya. Mencuci tangan
1 56. 1 43. 3 10 dengan sabun mengurangi pertumbuhan
Cukup 7 7 3 3 0 0 dan perkembangan bakteri yang ada di
40. 60. 1 10 tangan. Dengan mencuci tangan yang
Baik 4 0 6 0 0 0 direkomendasikan, maka akan dapat
3 54. 3 45. 6 10 menurunkan angka kejadian diare pada
Total 7 4 1 6 8 0 anak. Hal ini didukung dengan penelitian
Sumber: data primer 2017 dari Fahrurazi (2016) yang mengatakan
bahwa ada hubungan pengetahuan cuci
Berdasarkan hasil analisis diatas, tangan pakai sabun dengan kejadian diare
diketahui bahwa ibu-ibu yang bayi atau pada balita di Puskesmas Kuin Raya Kota
balita nya mengalami diare 56,7% Banjarmasin dengan nilai p = 0,000 < α
memiliki pengetahuan yang cukup. Hasil 0,05.
uji statistik didapatkan p value 0,676 > α Selain itu, ibu juga memiliki
(0.05) sehingga Ho diterima yang artinya kewajiban dalam menyediakan makanan
tidak ada hubungan antara pengetahuan yang bergizi seimbang untuk kesehatan
ibu dan kejadian diare. keluarga. Pemilihan makanan yang benar
Pengetahuan yang dimiliki oleh akan mengurangi gangguan kesehatan,
para ibu di rw 2 sudah berada pada sepeti diare. Hal ini didukung dengan
kategori cukup, akan tetapi masih ada penelitian dari Achyar (2012) bahwa
57,1% yang memiliki pengetahuan yang terdapat hubungan yang bermakna antara
kurang dan bayi atau balita pernah tingkat pengetahuan ibu tentang hygiene
mengalami kejadian diare. Hal ini jelas makanan dengan kejadian diare pada
akan mempengaruhi sikap ibu-ibu yang balita di wilayah kerja puskesmas lubuk
memiliki balita terkait diare. Dengan buaya padang.
rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh Pengetahuan merupakan faktor
ibu balita akan mempengaruhi kejadian predisposisi terhadap perilaku dari
diare pada balitanya, karena tanpa individu. Individu harus terlebih dahulu
pengetahuan seseorang cenderung tidak tahu manfaat serta keuntungan yang akan
mempunyai dasar untuk mengambil didapatnya dari suatu perilaku baru yang
keputusan dan untuk menentukan akan diadobsinya (Notoadjmojo,2010).
tindakan selanjutnya. Pengetahuan ibu-ibu Jadi, dengan adanya pengetahuan yang
balita sangat penting dalam keberhasilan baik maka akan berdampak pada tindakan
pencegahan diare. Pengetahuan akan yang baik pula. Namun, sebaliknya.
berpengaruh terhadap hal-hal yang Apabila pengetahuan yang dimiliki oleh
mereka ketahui dan yang mereka terima seseorang kurang, maka dimungkinkan
secara intelektual. Dengan pengetahuan tindakan yang ditimbulkan juga kurang.
yang baik dapat memungkinkan Menurut Notoadmojo, pengetahuan
mempengaruhi perilaku yang baik pula mempunya enam tingkatan dalam domain
dan juga dapat membuat mereka dapat kognitif. Tahap pertama dari pengetahuan
membedakan hal-hal yang baik dan hal- adalah tahu atau know, tahu dalam hal ini
hal yang tidak baik bagi kesehatan yaitu responden dapat mengingat materi
balitanya. penyuluhan yang telah diberikan. Tahap
Faktor resiko yang ikut berperan ini merupakan tahap recall atau
pada kejadian diare salah satunya adalah mengingat kembali sehingga tahap tahu
karena kurangnya pengetahuan ibu menjadi tingkatan pengetahuan yang
tentang hal-hal yang dapat menimbulkan paling rendah.
kejadian diare terutama yang menyangkut Tahapan atau tingkatan kedua dari
“4F” yaitu Finger, Feces, Food dan Fly pengetahuan adalah tahap memahami
(Ngastiyah, 2005). (comprehension) yang artinya responden
mampu untuk menjelaskan dengan baik 2 3 7 0 0
dan benar tentang materi penyuluhan 1 41. 1 58. 2 10
diare yang sudah diberikan. Responden Cukup 0 7 4 3 4 0
mampu untuk menjelaskan kembali, 35. 64. 1 10
menyimpulkan dan memberi contoh hal- Baik 5 7 9 3 4 0
hal yang berhubungan dengan objek yang 3 54. 3 45. 6 10
dipelajari. Tingkatan yang ketiga yaitu Total 7 4 1 6 8 0
Aplikasi (aplication). Pada tingkatan ini Sumber: data primer 2017
responden mampu untuk menerapkan
materi-materi penyuluhan tentang diare Hasil analisis dengan menggunakan
yang sudah diberikan pada kehidupannya uji chi diketahui, p value = 0.019 < α
sehari-hari. Seperti pencegahan diare (0.05) sehingga Ho ditolak artinya ada
dengan perilaku hidup bersih dan sehat, hubungan yang signifikan antara sikap ibu
menjaga lingkungan dan sanitasi yang dengan kejadian diare pada bayi dan balita
bersih dan sehat dan lain-lain. di rw 02.
Analisis merupakan tingkatan Dari 68 responden, ada 37 ibu yang
pengetahuan yang keempat. Analisis memiliki bayi atau balita yang pernah
adalah keadaan responden yang mampu mengalami diare. Dari total 37 ibu yang
untuk menjabarkan kembali materi yang balita atau bayinya mengalami diare,
diberikan kedalam komponen- 73,3% nya memiliki sikap dengan
komponennya. Tahap kelima adalah kategori kurang. Dari hasil kuesioner,
sintesis yang artinya responden mampu masih banyak ibu yang ragu untuk segera
untuk menyambungkan atau menyusun membawa bayi atau balita nya ke
formulasi baru dari formulasi yang sudah pelayanan kesehatan yang terdekat saat
ada atau yang sudah diberikan. Tingkatan balitanya mengalami diare. Sikap ibu
terakhir dari pengetahuan adalah evaluasi. dalam keseharian yang kurang akan
Evaluasi dalam pengetahuan yaitu berdampak pada tindakan yang akan
kemampuan penilaian pada suatu materi diambil. Ibu yang memiliki sikap yang
atau objek. baik, 64,3% nya tidak memiliki bayi atau
Penyakit diare membutuhkan balita yang mengalami diare.
penanganan yang cepat sehingga Sikap merupakan suatu reaksi yang
pengetahuan ibu akan sangat dibutuhkan masih tertutup terhadap suatu objek
dalam hal ini. Penyakit diare yang sehingga sikap itu tidak dapat langsung
menyerang bayi dan balita perlu dipahami dilihat. Menurut Notoadmojo (2010) sikap
tanda dan gejalanya. Ibu harus jeli melihat adalah keadaan kesediaan untuk bertindak
perubahan fisik maupun psikis yang dan masih merupakan reaksi yang tertutup
mengenai anak. Apabila ibu kurang bukan reaksi terbuka. Sikap adalah sebuah
mengerti tentang tanda dan gejala diare, niat yang belum dilakukan oleh individu,
pertolongan segera pun sulit untuk masih sebatas keinginan untuk bertindak.
dilakukan. Sikap ibu yang masih ragu untuk
membawa balitanya ke pelayanan
Hubungan Sikap Ibu dengan Kejadian kesehatan kemungkinan dikarenakan
Diare kurangnya pengetahuan ibu mengenai
diare sehingga sikap yang ditimbukan
Tabel 5. Distribusi Hubungan Sikap Ibu juga menjadi kurang. Diare harus
Dengan Kejadian Diare Pada ditangani dengan cepat dan tepat. Apabila
Bayi dan Balita di Rw 02 hal tersebut tidak segera dilakukan, maka
Kelurahan Wonokusumo akan mengancam keselamatan jiwa anak.
Dengan membawa anak ke fasilitas
Kejadian diare   pelayanan kesehatan terdekat, anak akan
  mendapatkan perawatan dan penanganan
ya tidak total yang optimal. Sehingga proses
penyembuhan anak berjalan dengan baik.
Sikap n % n % n % Selain itu, masih banyak responden
kurang 2 73. 8 26. 3 10 yang tidak setuju untuk memberikan ASI
eksklusif untuk balitanya, dikarenakan saksama oleh ibu yang selanjutnya akan
mereka masih memiliki budaya berpengaruh terhadap perilaku dalam
memberikan pisang lumat pada bayi yang pencegahan hingga penanganan diare.
belum berusia enam bulan. Pemberian Responden yang memiliki sikap
ASI eksklusif kepada bayi atau balita akan yang kurang dapat dikarenakan belum
menurunkan angka terjadinya diare pada sepenuhnya mengetahui dan mengerti
bayi atau balita. Hal ini didukung dengan mengenai materi diare yang disampaikan
penelitian dari Neni (2016), yang oleh penyuluh. Sehingga perlu adanya
mengatakan bahwa 64% responden yang sosialisasi yang berkelanjutan dari tenaga
memberikan Asi eksklusif kepada bayinya kesehatan sehingga dapat menurunkan
56% diantaranya tidak mengalami angka kejadian diare.
kejadian diare. Pengalaman pribadi juga
Sikap adalah suatu ketersediaan merupakan suatu dasar dalam
dari diri individu untuk bertindak dan pembentukan sikap dari ibu yang
bukan sebagai pelaksana motif tertentu. memiliki balita untuk menghindari
Sikap belum tentu menjadi suatu tindakan kejadian diare pada balitanya (Wawan,
tetapi sikap menjadi faktor predisposisi 2010).
tindakan. Menurut Notoadmojo (2010), Pengalaman merupakan suatu
untuk menimbulkan respon dalam bentuk kegiatan yang dikerjakan secara berulang.
sikap dimulai dari domain kognitif atau Pengalaman individu yang baik dalam
pengetahuan. Informasi serta pengetahuan pencegahan hingga penanganan diare,
berpengaruh terhadap pembentukan sikap. akan berdampak pada perubahan sikap
Pada saat penyuluhan responden akan seseorang. dapat disimpulkan bahwa
mendapat informasi dan juga pengetahuan pengalaman memiliki kontribusi yang
yang sebelumnya tidak diketahui. Karena besar dalam meningkatkan sikap individu
mendapatkan pengetahuan yang benar dalam bertindak dan proses pengambilan
responden pun merubah sikapnya keputusan. pernyataan tersebut juga sama
sehingga sikap responden setelah dengan yang diungkapkan oleh Kamil dan
diberikan penyuluhan pun berubah. Fuadbahsin (2008) bahwa pengalaman
Penyuluh yang baik akan dapat memberikan kontribusi berupa sikap
memberikan informasi yang jelas dan dan kemampuan dalam pengambilan
mudah diingat oleh peserta. Penyuluh juga keputusan. Jadi, dengan adanya
dapat menyediakan media untuk dapat pengalaman maka akan mempengaruhi
membantu ibu dalam menyempurnakan perilaku seseorang.
informasi yang diberikan. media yang
digunakan bervariasi. Misal leaflet yang Hubungan Tindakan Ibu dengan
berisi materi tentang pengertian, tanda Kejadian Diare
gejala hingga proses penanganan diare.
Dengan adanya upaya yang komprehensif Tabel 6. Distribusi Tindakan Ibu dengan
tersebut, maka dimungkinkan akan Kejadian Diare pada Bayi dan
berdampak baik bagi sikap yang ibu ingin Balita di Rw 02 Kelurahan
lakukan. Selain leaflet, media yang bagus Wonokusumo
digunakan untuk mengimbangi globalisasi
adalah dengan internet. Penyebarluasan
ilmu dengan media komunikasi dapat Kejadian diare
memudahkan penyuluh dalam ya tidak total
menyelesaikan pekerjaan. Penyuluh akan Tindaka
menuliskan dan terus meningingatkan ibu n n % n % n %
untuk melakukan pola hidup bersih dan 2 73. 26. 3 10
sehat. Buruk 5 5 9 5 4 0
Hidayat (2009) memaparkan bahwa 1 35. 2 64. 3 10
informasi akan memberikan pengaruh Baik 2 3 2 7 4 0
pada seseorang. Pengaruh yang dimaksud 3 54. 3 45. 6 10
adalah sebuah pengaruh yang baik. Total 7 4 1 6 8 0
Pengaruh tersebut akan dicerna dengan Sumber : data primer 2017
dalam bertindak. Sarana prasarana yang
Berdasarkan hasil analisis pada memadai akan menjadi faktor penting
tabel 6, diketahui bahwa perilaku ibu yang dalam meningkatkan derajat kesehatan
buruk menyebabkan diare pada balitanya. masyarakat terutama menurunkan angka
Terdapat 73,5% ibu yang memiliki bayi kejadian diare pada anak. Dengan adanya
atau balita yang pernah mengalami diare sarana prasarana yang mencukupi, maka
dengan perilaku ibu yang buruk. Dari penanganan dapat dilakukan secara
hasil uji statistik didapatkan, p value = maksimal. Sehingga jiwa anak dapat
0.003 < α (0.05) sehingga H0 ditolak. diselamatkan.
Kesimpulannya ada hubungan antara Hal ini didukung oleh penelitian
tindakan ibu terhadap kejadian diare pada dari wulandary 2009, yang mengatakan
bayi dan balita di Rw 02. bahwa ada hubungan antara faktor
Dalam mewujudkan suatu tindakan lingkungan yaitu meliputi sumber air
dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya, minum, jenis tempat pembungan tinja,
seperti kebudayaan setempat, fasilitas atau dan jenis lantai rumah dengan kejadian
sarana prasana. Pengaruh kebudayaan diare pada balita didesa Blimbing
mengambil peranan penting dalam Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.
pembentukan tindakan. Suatu hal yang Dan penelitian dari Amalia 2010, bahwa
mendapat penilaian di masyarakat sesuai ada hubungan yang bermakna antara
dengan norma dan kebiasaan yang penggunaan air bersih, kepemilikan
berkembang di lingkungan setempat. jamban, penggunaan air minum, kebiasan
Apabila kebudayaan yang ada di BAB, kebiasan cuci tangan dengan sabun
lingkungan tersebut merupakan hal yang dan penanganan diare dengan kejadian
positif, maka akan membuat tindakan ibu diare.
menjadi positif pula. Akan tetapi, Menurut Notoadmojo (2010), Suatu
sebaliknya. Jika pengaruh tersebut tindakan dapat dibedakan menurut
negative atau bertentangan dengan budaya kualitasnya menjadi tiga tingkatan antara
sekitar, maka akan membuat tindakan lain Praktik terpimpin (guided response)
menjadi negatif. Penilaian terhadap suatu yaitu bila responden atau subjek sudah
hal yang dianggap negatif akan dapat melakukan suatu tindakan akan tetapi
mempengaruhi tindakan seseorang yang untuk melakukan tindakan itu masih
terlibat atau di lingkungannya. Masih bergantung kepada seseorang, Praktik
adanya budaya memberikan makanan secara mekanisme (Mechanism) yaitu
selain Asi kepada bayi dibawah 6 bulan apabila responden atau subjek melakukan
merupakan salah satu tindakan yang suatu tindakan secara otomatis tanpa
menjadi salah satu faktor penyebab diare menunggu perintah dari siapapun, Adopsi
pada balita. (Adoption) yaitu suatu tindakan yang
Sarana dan prasarana juga sudah berkembang.
berpengaruh terhadap tindakan seseorang.
sarana dan prasarana dapat dilihat dari KESIMPULAN
ketersediaan fasilitas desa dan fasilitas
pelayanan kesehatan. Ketersediaan Karakteristik ibu balita di wilayah
fasilitas desa meliputi adanya ambulans Rw 02 diperoleh kesimpulan yaitu
desa, dana sosial masyarakat dan sebagian besar termasuk dalam kategori
sebagainya. Fasilitas pelayananan usia 26-35 tahun, dengan pendidikan
kesehatan meliputi peralatan yang terakhir SD, berstatus sebagai ibu rumah
digunakan, jumlah sumber daya manusia tangga.
yang mumpuni dan kompeten Hasil penelitian menunjukan bahwa
dibidangnya, obat-obatan yang tersedia variabel sikap dan tindakan ibu
serta sebagainya. Dua hal tersebut berhubungan dengan kejadian diare pada
memiliki andil bagi individu untuk balita di wilayah Rw 02 kelurahan
pengambilan keputusan untuk bertindak. Wonokusumo. Sementara variabel
Apabila sarana prasarana yang ada tidak pengetahuan tidak terbukti secara statistik
memiliki kelengkapan yang baik, maka berhubungan dengan kejadian diare pada
akan mengurungkan tindakan seseorang
balita di wilayah Rw 02 kelurahan No.2.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/i
Wonokusumo. ndex.php/jek/article/view/1673. Diakses
Pengetahuan ibu balita berada pada 10 agustus 2017.
dalam kategori cukup, akan tetapi
sebenarnya masih ada ibu yang memiliki Azwar, saifuddin. 2005. Sikap Manusia;
pengetahuan dengan kategori kurang Teori Dan Pengukurannya.
memiliki balita yang mengalami kejadian Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
diare. Sikap ibu berada pada kategori
kurang dan tindakan yang dilakukan ibu Cahyaningrum, desi. 2015. Studi Tentang
antara tindakan dengan kategori baik dan Diare Dan Faktor Resikonya Pada Balita
kategori buruk seimbang. Umur 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja
Berdasarkan hasil penelitian saran Puskesmas Kalasan Sleman. Skripsi.
yang dapat diberikan yaitu meningkatkan http://digilib.unisayogya.ac.id/386/1/NAS
pengetahuan ibu balita dengan pendidikan KAH%20PUBLIKASI%20DESI
atau promosi kesehatan terkait diare %20%281%29.pdf. Diakses pada 30
secara rutin, sehingga diharapkan ibu oktober 2017
tidak hanya tahu juga dapat memahami
dan dapat mengaplikasikan dalam Departemen Kesehatan RI. 2010. Buku
kehidupan sehari-hari. Selain itu juga Pedoman pengendalian penyakit diare.
melakukan pendekatan kepada http://onesearch.id/Record/IOS8.DEPKES
masyarakat yang masih memiliki budaya -OAI:3631. Diakses pada 10 agustus
memberikan makanan sebelum bayi 2017.
berusia lebih dari 6 bulan serta
memberikan pendidikan kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2012.
tentang Asi eksklusif dan manfaatnya Kejadian luar biasa (KLB) diare menurut
serta memberdayakan masyarakat untuk provinsi tahun 2010-2012. Depkes.go.id
hidup bersih dan sehat. (diakses pada 08 agustus
2017).http://www.depkes.go.id/resources/
DAFTAR PUSTAKA download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-
Achyar, N. 2012. Hubungan Tingkat 2012.pdf. diakses pada 10 agustus 2017.
Pengetahuan Ibu Tentang Hygiene
Makanan Dengan Kejadian Diare Pada Departemen Kesehatan RI. 2012.
Balita Di Puskesmas Lubuk Buaya Morbiditas penyakit diare . Depkes.go.id
Padang Tahun 2012. Prosiding Seminar (diakses pada 08 agustus
Ilmiah Nasional Kesehatan, Nomor 2338- 2017).http://www.depkes.go.id/resources/
2694:23https://publikasiilmiah.ums.ac.id/ download/pusdatin/profil-kesehatan-
bitstream/handle/11617/3599/5.%20NOV indonesia/profil-kesehatan-indonesia-
RIYANTI.pdf?sequence=1. Diakses pada 2012.pdf. diakses pada 10 agustus 2017.
08 juni 2017.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Profil
Amaliah, siti. 2010. Hubungan sanitasi Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta.
lingkungan dan faktor budaya dengan http://www.depkes.go.id/resources/downl
kejadian diare pada anak balita di desa oad/pusdatin/profil-kesehatan-
toriyo kecamatan bendosari kabupaten indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-
sukoharjo. Prosiding seminar nasional 2015.pdf.diakses pada 10 agustus 2017.
unimus 2010. ISBN:978.979.704.883.9.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12 Erfandi. 2009 Pengetahuan dan Faktor-
012010/article/view/52/26. diakses pada Faktor Yang Mempengaruhi.
30 oktober 2017. Forbetterhealth.wordpress.com.diakses
pada 13 agustus 2017.
Anwar, Athena dan Musadad, Anwar.
2009. Pengaruh Akses Penyediaan Air Fahrurazi dan Riza. 2016. Hubungan
Bersih Terhadap Kejadian Diare pada Pengetahuan dan Perilaku Cuci tnagan
Balita. Jurnal Ekologi Kesehatan Vo. 8 Pakai Sabun (CTPS) Ibu dengan Kejadian
Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Wulandary, anjar. 2009. Hubungan antara
Puskesmas Kuin Raya Kota Banjarmasin. faktor lingkungan dan faktor
Kalimantan. Universitas Islam sosiodemografi dengan kejadian diare
Kalimantan. Skripsi. https://ojs.uniska- pada balita di desa blimbing kecamatan
bjm.ac.id/index.php/ANN/article/view/84 sambirejo kabupaten sragen tahun 2009.
3. diakses pada 13 agustus 2017. Skirpsi. http://eprints.ums.ac.id/5960/.
Diakses pada 11 oktober 2017.
Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian
Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI. Riskesdas


2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Jakarta.http://labdata.litbang.depkes.go.id/
riset-badan-litbangkes/menu-
riskesnas/menu-riskesdas/374-rkd-2013.
Diakses pada 15 agustus 2017.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Pada Anak


Sakit Edisi II, ECG, Jakarta.

Noor, N.N., 2008. Epidemiologi. Rineka


Cipta. Jakarta: 29, 97-101, 107

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi kesehatan


teori dan aplikasinya. Jakarta : Rineka
Cipta

. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta

Puskesmas Wonokusumo.2017. Laporan


tahunan puskesmas wonokusumo 2016.
Surabaya:Puskesmas Wonokusumo

Putri, Neni. 2016. Hubungan Pemberian


Asi Eks Dengan Kejadian Diare Pada
Bayi Umur 6-12 Bulan di BPS Surami
Bantul. Yogyakarta. Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi.
http://digilib.unisayogya.ac.id/2198/1/NA
SKAH%20PUBLIKASI.pdf.pdf. Diakses
pada 17 september 2017.

Santjaka,A, 2011. Statistik untuk


penelitian kesehatan 1. Yogyakarta: Nuha
medika

Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan


Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.

You might also like